The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rezpector.irul, 2021-08-22 10:19:54

PENYUSUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) TINDAKAN RESTRAINT TERHADAP PASIEN DENGAN KONDISI GELISAH DI RUANG IGD RSUD TONGAS KABUPATEN PROBOLINGGO

LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI

Keywords: #aktualisasi #latsarcpns

PENYUSUNAN STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) TINDAKAN RESTRAINT
TERHADAP PASIEN DENGAN KONDISI GELISAH
DI RUANG IGD RSUD TONGAS
KABUPATEN PROBOLINGGO

Oleh

AMIRUL MU’MININ HP., A.Md.Kep
NIP. 19920909 202012 1 019

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS

PENYUSUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
TINDAKAN RESTRAINT TERHADAP PASIEN DENGAN
KONDISI GELISAH DI RUANG IGD RSUD TONGAS
KABUPATEN PROBOLINGGO

Telah disempurnakan berdasarkan masukan dari Coach, Mentor, dan
Penguji pada Seminar Pelaksanaan Aktualisasi, hari Selasa, 10 Agustus
2021 melalui Zoom Conference di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo.

Probolinggo, 10 Agustus 2021

COACH/PEMBIMBING MENTOR

Dr. IMAM TRISNO EDY, M.M. dr. HENNY LINDASARI
Pembina Utama Penata Tingkat I

NIP. 19590407 198503 1 015 NIP. 19821021 201101 2 018

1

BERITA ACARA
SEMINAR RANCANGAN EVALUASI AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN II ANGKATAN KE XIX
TAHUN 2021 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Pada hari ini, Selasa, 10 Agustus 2021 telah dilaksanakan Presentasi
Pelaksanaan Aktualisasi bagi Peserta Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan
II Angkatan Ke-XIX Tahun 2021 Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Nama : Amirul Mu’minin HP., A.Md.Kep
Angkatan/ NDH
Judul : XIX / 02

: Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO)
tindakan restraint terhadap pasien dengan kondisi
gelisah di Ruang IGD RSUD Tongas Kabupaten
Probolinggo

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan
ditandatangani oleh:

Probolinggo, 10 Agustus 2021

Mentor Peserta

dr. HENNY LINDASARI AMIRUL MU’MININ HP., A.Md.Kep
Penata Tingkat I Pengatur

NIP. 19821021 201101 2 018 NIP. 19920909 202012 1 019

Coach/Pembimbing Narasumber/Penguji

Dr. IMAM TRISNO EDY, M.M. HUDAN SYARIFUDDIN, S.Sos, M.Si
Pembina Utama Pembina Utama Muda

NIP. 19590407 98503 1 015 NIP. 19740831 199311 1 001

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya laporan
aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan aktualisasi ini ditulis
untuk memenuhi persyaratan kelulusan Pendidikan
Pelatihan Dasar CPNS Golongan II angkatan XIX tahun
2021.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan aktualisasi ini.
Ucapan terima kasih tersebut penulis tujukan kepada:
1. Ibu drg. Wahyuningsih P., M.M.Kes. selaku Direktur RSUD Tongas
Kabupaten Probolinggo yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan
kegiatan aktualisasi di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo;
2. Ibu dr. Henny Lindasari selaku Mentor dan Kepala Seksi Pelayanan
Kesehatan Dan Keperawatan RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo
yang telah membimbing, memberi masukan, serta memberikan fasilitas
yang ada di instansi guna mendukung kegiatan aktualisasi;
3. Bapak Dr. Imam Trisno Edy, M.M. sebagai pembimbing (coach) yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
masukan, dan arahan kepada penulis selama penyelesaian laporan
aktualisasi ini;
4. Bapak Aries Agung Paewai, S.STP., M.M. selaku Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Timur;
5. Bapak Hudan Syarifuddin, S.Sos, M.Si. selaku narasumber dan Kepala
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Probolinggo;
6. Bapak Tri Rahayu Wawiawan, S.Kep., Ns. selaku Kepala Ruang IGD
RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo;
7. Ibu dr. Krisma Oky Diningtari selaku Ketua Kelompok Kerja (POKJA)
Sasaran Keselamatan Pasien;

3

8. Para widyaiswara dan pendamping yang dengan sabar memberikan
pengetahuan selama kegiatan diklat pelatihan dasar dan telah membagi
ilmunya;

9. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan dalam penyusunan laporan ini;

10. Rekan-rekan sejawat di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo yang
telah membantu dan mendukung terlaksananya aktualisasi ini;

11. Rekan-rekan seperjuangan pelatihan dasar CPNS golongan II angkatan
XIX 2021;

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan aktualisasi

ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan
rancangan aktualisasi ini.

Akhir kata, tidak ada kata-kata selain terima kasih banyak dan semoga
Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis
berharap Laporan Pelaksanaan Aktualisasi ini kelak dapat bermanfaat bagi
semua pihak serta dapat memberikan sumbangsih yang dapat membawa
perubahan dalam institusi di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo.

Probolinggo, 9 Agustus 2021
Peserta Pelatihan Dasar CPNS

Golongan II Angkatan XIX

AMIRUL MU’MININ HP., A.Md.Kep
Pengatur

NIP. 19920909 202012 1 019

4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... 1
BERITA ACARA .......................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................ 5
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 7
Tujuan dan Manfaat Aktualisasi ................................................................ 11
Ruang Lingkup Aktualisasi ........................................................................ 12
BAB II GAMBARAN LEMBAGA / INSTITUSI
Deskripsi Organisasi RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo ................... 14
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Unit Kerja ............................................... 15
Struktur / Susunan Organisasi RSUD Tongas .......................................... 18
Uraian Tugas Jabatan ............................................................................... 19
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI
Deskripsi Isu ............................................................................................. 21
Identifikasi Isu dan Penetapan Isu Utama ................................................. 23
Penetapan Penyebab Isu dan Dampak .................................................... 30
Alternatif Solusi Memecahkan Masalah .................................................... 33
Gagasan Pemecahan Masalah ................................................................. 34
Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi ...................................................... 37
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ................................................ 50
BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI
Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ............................................ 52
Hasil Capaian Kegiatan Aktualisasi .......................................................... 68
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................... 70
Saran ........................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA

5

BAB I
PENDAHULUAN

6

Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun

2014 merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Aparatur
Sipil Negara memiliki peran dalam pelaksanaan kebijakan, penyelenggaraan
pelayanan publik serta perekat dan pemersatu bangsa yang berlandaskan
pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, seorang Aparatur Sipil Negara wajib memiliki nilai –nilai dasar
ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi. Nilai-nilai dasar ANEKA ini harus diinteranalisasi dan
diterapkan oleh para Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya di lingkungan kerja.

Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 1
Tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, disebutkan
bahwa Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib menjalanai masa
percobaan selama 1 (satu) tahun melalui proses pendidikan dan pelatihan.
Pelatihan Dasar CPNS adalah pendidikan dan pelatihan dalam Masa
Prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,
karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang. Berkenaan dengan situasi
pandemi COVID-19 saat ini, Pelatihan Dasar CPNS dibagi menjadi beberapa
bagian guna mengurangi resiko penyebaran COVID-19 yang diantaranya
adalah pelatihan klasikal, pelatihan terpadu (blended learning), pelatihan
mandiri secara daring dan pelatihan jarak jauh (distance learning).

Pelatihan Klasikal adalah Pelatihan Dasar CPNS yang strategi
pembelajarannya sebagian besar dilakukan melalui proses pembelajaran
tatap muka di dalam kelas. Pelatihan Dasar CPNS Terpadu yang selanjutnya
disebut Blended Learning adalah Pelatihan Dasar CPNS yang dilakukan
dengan memadukan proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas dengan
proses pembelajaran secara daring. Pelatihan Mandiri secara Daring yang
selanjutnya disebut Pelatihan Mandiri adalah pembelajaran mandiri yang

7

dilakukan oleh peserta Pelatihan Dasar CPNS secara daring dengan
memanfaatkan sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Lembaga
Administrasi Negara. Pelatihan Jarak Jauh yang selanjutnya disebut
Distance Learning adalah pembelajaran kolaboratif antara peserta Pelatihan
Dasar CPNS dan tenaga pelatihan dengan memanfaatkan sistem
pembelajaran yang dikembangkan oleh Lembaga Administrasi Negara dan
dikelola bersama dengan lembaga pelatihan pemerintah yang terakreditasi.

Aktualisasi merupakan suatu pembelajaran bagi peserta Pelatihan
Dasar CPNS untuk menerapkan nilai-nilai dasar profesi PNS di tempat tugas.
Dimana tempat tugas yang digunakan salah satunya adalah Rumah Sakit
Umum Daerah Tongas Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setiggi-
tingginya. Rumah sakit adalah layanan jasa yang berperan penting dalam
kehidupan masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan tempat yang
kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, banyak
terdapat alat dan teknologi, bermacam profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus-menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola
dengan baik dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan dan juga
dapat merugikan pasien dan mengancam keselamatan pasien.

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2019 Tentang
Jabatan Fungsional Perawat menyatakan bahwa Perawat adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai Perawat di
Ruang IGD RSUD Tongas, ditemukan beberapa temuan isu sebagai berikut :

8

(1) Belum optimalnya pendokumentasian observasi pasien gawat darurat
yang dirujuk ke RS rujukan yang lebih tinggi; (2) Belum adanya prosedur
penatalaksanaan tindakan restraint terhadap pasien dengan kondisi gelisah;
(3) Kurangnya edukasi kepada pengunjung IGD tentang kondisi gawat
darurat; (4) Belum adanya prosedur pelaksanaan metode triase saat terjadi
bencana atau kejadian luar biasa (KLB); (5) Belum tersedianya papan
keterangan pada pasien puasa yang memerlukan persiapan puasa.

Adapun kondisi yang diharapkan yaitu (1) Optimalnya
pendokumentasian observasi pasien gawat darurat yang dirujuk ke RS
rujukan yang lebih tinggi; (2) Adanya prosedur penatalaksanaan tindakan
restraint terhadap pasien dengan kondisi gelisah; (3) Meningkatnya edukasi
kepada pengunjung IGD tentang kondisi gawat darurat; (4) Adanya prosedur
pelaksanaan metode triase saat terjadi bencana atau kejadian luar biasa
(KLB); (5) Tersedianya papan keterangan pada pasien puasa yang
memerlukan persiapan puasa.

Berdasarkan hasil analisis isu, didapatkan hasil isu utama, yaitu Belum
adanya prosedur penatalaksanaan tindakan restraint pada pasien dengan
kondisi gelisah. Isu ini menjadi prioritas utama untuk diselesaikan karena jika
isu tersebut tidak dilakukan penyelesaian maka akan berdampak pada (1)
Tidak adanya penilaian pasien restraint sehingga tidak adanya dasar untuk
melakukan intervensi jika terjadi perubahan kondisi pada pasien; (2)
Penatalaksanaan pasien restraint yang kurang optimal dapat menyebabkan
risiko terjadinya cedera pada pasien, seperti terlepasnya fiksasi pada area
yang dilakukan restraint sehingga dapat menyebabkan risiko pasien jatuh.

Restraint adalah suatu metode/cara pembatasan yang disengaja
terhadap gerakan perilaku seseorang. Dalam hal ini, "perilaku" yang
dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan
yang tidak disadari/tidak disengaja sebagai suatu refleks (Stuart, G.W &
Laraia, 2013). Standar restrain dari Komisi Gabungan Akreditasi Kesehatan
Organisasi (JCAHO) pada tahun 2000, yang menyatakan bahwa
penggunaan restrain hanya dapat digunakan untuk darurat, situasi ketika ada
risiko besar yang akan membahayakan fisik ke pasien atau orang lain.

9

Pasien dengan kondisi gelisah memiliki risiko jatuh dari tempat tidur
sehingga perlu manajamen prosedur restraint yang tepat. Saat ini isu utama
dalam pelayanan kesehatan adalah masalah Patient Safety / keselamatan
pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. (Permenkes RI No.11, 2017).

Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan program yang wajib
diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi
Rumah Sakit. Maksud dan tujuan Sasaran Keselamatan Pasien adalah untuk
mendorong rumah sakit agar melakukan perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Adapun pasien risiko jatuh termasuk salah satu item
SKP yaitu SKP 6 mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
Berdasarkan data pasien tahun 2019, pasien masuk ke IGD RSUD Tongas
dengan diagnosa cedera kepala sedang hingga berat mencapai 20 pasien,
dengan 9 pasien mengalami kondisi gelisah. Artinya hampir setengah dari
jumlah pasien dengan diagnosa cedera kepala sedang hingga berat
mengalami kondisi gelisah sehingga memiliki risiko jatuh.

Dari hasil wawancara beberapa perawat IGD menyatakan beberapa
pasien di IGD dengan tindakan restraint mengalami beberapa dampak atas
tindakan restraint tersebut seperti mengganggu aliran akses intravena/infus
sehingga dapat menyebabkan akses infus terlepas dan adanya luka pada
area fiksasi/pengikatan yang dilakukan tindakan restraint dikarenakan
pengikatan terlalu kencang. Oleh karena itu, dibutuhkan Standar Prosedur
Operasional (SPO) penatalaksanaan tindakan restraint dan yang selanjutnya
akan dibuatkan panduannya agar perawat dapat melaksanakan prosedur
tindakan yang tepat, menilai, dan mengobservasi pasien yang dilakukan
tindakan restraint sejak awal sehingga pasien tidak mengalami beberapa

10

dampak atas tindakan restraint tersebut dan tidak sampai terjadi pasien jatuh
di Ruang IGD RSUD Tongas.

Latar belakang tersebut yang mendorong penulis memutuskan untuk
membuat rancangan aktualisasi yang dapat berdampak pada peningkatan
pelayanan Ruang IGD di RSUD Tongas. Berdasarkan hal tersebut, maka
penulis menyusun rancangan aktualisasi berjudul:

“Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) tindakan
restraint terhadap pasien dengan kondisi gelisah di Ruang IGD RSUD

Tongas Kabupaten Probolinggo”

Tujuan dan Manfaat Aktualisasi
Tujuan
Tujuan penerapan kegiatan aktualisasi oleh peserta pelatihan dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) adalah sebagai berikut.
1. Terlaksananya penyusunan SPO tindakan restraint, lembar
asesmen dan lembar observasi pasien restraint;
2. Terlaksananya sosialisasi SPO tindakan restraint, lembar asesmen
dan lembar observasi pasien restraint;
3. Terlaksananya penerapan SPO tindakan restraint, lembar asesmen
dan lembar observasi pasien restraint;
4. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan SPO tindakan restraint,
lembar asesmen dan lembar observasi pasien restraint.
Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini antara lain
sebagai berikut.
1. Manfaat Individu
Dapat menciptakan individu sebagai Aparatur Sipil Negara yang
dapat melakukan kinerjanya dengan menerapkan 5 nilai-nilai

11

dasar ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Nasionalisme, dan Anti Korupsi (ANEKA).
2. Manfaat Internal
a. Meningkatkan pengetahuan perawat
b. Meningkatkan mutu pelayanan dengan mengurangi pasien

resiko jatuh di Ruang IGD RSUD Tongas
3. Manfaat Eksternal

Memberikan kepuasan kepada masyarakat karena pasien untuk
mendapat hak memilih jenis pelayanan terpenuhi
Ruang Lingkup Aktualisasi
Dalam rangkaian kegiatan aktualisasi yang dijalani, adapun ruang
lingkup atau batasan kegiatan aktualisasi ini meliputi :
1. Melakukan konsultasi dengan Mentor dan Coach terkait
rancangan aktualisasi
2. Meminta ijin dan berkoordinasi dengan Kepala Ruang IGD
tentang gagasan dan kegiatan yang akan dilakukan
3. Menyusun SPO tindakan restraint
4. Menyusun lembar asesmen dan observasi pasien restraint
5. Melakukan sosialisasi SPO tindakan restraint, penggunaan
lembar asesmen dan lembar observasi pasien restraint
6. Menerapkan SPO tindakan restraint, penggunaan lembar
asesmen dan lembar observasi pasien restraint
7. Melakukan evaluasi
8. Menyusun Laporan kegiatan Aktualisasi

12

BAB II
GAMBARAN LEMBAGA /

INSTITUSI

13

administratif dibagi menjadi dua

bagian, yakni bagian barat dan

bagian timur. Rumah Sakit Umum

Daerah Tongas dibangun untuk

sekaligus mencakup dan

memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan yang ada di wilayah

barat Kabupaten Probolinggo.

Deskripsi Organisasi RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

Tongas Kabupaten Probolinggo Tongas dibangun sejak tahun 2000

Rumah sakit adalah institusi sampai dengan akhir tahun 2001

pelayanan kesehatan yang dan difungsikan pada tanggal 21

menyelenggarakan pelayanan Maret 2002. Berdiri diatas lahan

kesehatan perorangan secara bekas kantor penyuluhan pertanian

paripurna yang menyediakan kecamatan Tongas dan lahan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, milik Pemerintah Kabupaten

dan gawat darurat. Rumah sakit Probolinggo. Pada awalnya RSUD

umum adalah rumah sakit yang tongas operasionalnya diambilkan

memberikan pelayanan kesehatan dari tenaga Puskesmas Tongas

pada semua bidang dan jenis dan secara bertahap dengan

penyakit (Permenkes RI No.340, adanya tambahan tenaga pegawai,

2010). maka RSUD Tongas berdiri sendiri

Rumah Sakit Umum Daerah melalui SK Bupati Probolinggo No.

Tongas merupakan fasilitas 141 tahun 2002.

pelayanan kesehatan yang RSUD Tongas adalah Rumah sakit

bertempat di Jl. Tongas No. 229, milik Pemerintah Kabupaten

Karang Sawo Kelurahan probolinggo, yang merupakan unit

Curahdringu, Kecamatan Tongas, organisasi bersifat khusus pada

Kab. Probolinggo. Rumah sakit ini Dinas Kesehatan sejak tanggal 15

dibangun dikarenakan wilayah Maret 2021. Berdasarkan Surat

probolinggo yang sangat luas, Keputuan Menteri Kesehatan No.

wilayah probolinggo secara 1284/Menkes/SK/VIII/2005 tentang

14

ijin operasional RSUD Tongas sesuai Keputusan Gubernur

dengan kriteria Rumah Sakit Tipe Jawa Timur Nomor:

D dan pada tahun 2011 sudah 188/138/KPTS/013/2020 tanggal

terakreditasi 5 pelayanan dan 28 Maret 2020. Dan pada tanggal

mendapatkan Sertifikat ISO 29 maret 2021 RSUD Tongas

9001:2008 pada tanggal 19 membuka kembali layanan rawat

desember 2011. jalan non Covid-19.

Berdasarkan Keputusan Bupati

Probolinggo Nomor :

440/1044/426.12/2012 tanggal 27

Desember 2012 tentang

Penetapan Rumah Sakit Umum

Daerah Tongas Kabupaten

Probolinggo sebagai Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang RSUD Tongas memiliki luas lahan
total 21.570 m2 dengan luas lantai
menerapkan pola Pengelolaan bangunan mengalami perubahan
dari tahun ke tahun mengingat
Keuangan Badan Layanan Umum kegiatan pembangunan di
lingkungan RSUD Tongas. Luas
Daerah (BLUD). bangunan per tahun 2020 ini yaitu
6.065 m2, sedangkan Ruang
Keberadaan RSUD Tongas lebih Terbuka Hijau seluas 2.588 m2,
dan sisa lahan seluas 12.917 m2.
bersifat sosio ekonomi atau non Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Unit Kerja
profit dan lebih menekankan Kedudukan RSUD Tongas
RSUD Tongas adalah Rumah sakit
pelayanan social kepada milik Pemerintah Kabupaten
probolinggo, yang merupakan unit
masyarakat tidak mampu dan organisasi bersifat khusus pada
Dinas Kesehatan sejak tanggal 15
sekaligus sebagai rujukan

puskesmas dan unit-unit

kesehatan lainnya di wilayah

Kabupaten Probolinggo.

Pada Tanggal 23 Maret 2020

RSUD Tongas ditetapkan sebagai

RS Rujukan Covid-19 berdasarkan

Keputusan Bupati Probolinggo

Nomor: 188/315/426.32/2020 dan

15

Maret 2021. Berdasarkan Surat pelatihan tenaga kesehatan,

Keputusan Menteri Kesehatan No. penelitian dan pengembangan

1284/Menkes/SK/VIII/2005 tentang dibidang kesehatan.

ijin operasional RSUD Tongas Fungsi RSUD Tongas

dengan kriteria Rumah Sakit Tipe Berdasarkan Peraturan Bupati

D dan pada tahun 20011 sudah Probolinggo no 23 tahun 2017,

terakreditasi 5 pelayanan dan fungsi RSUD Tongas adalah :

mendapatkan sertifikasi ISO a. Penyelenggaraan pelayanan

9001:2008 pada tanggal 19 medik

Desember 2011. b. Penyelenggaraan penunjang

Berdasarkan keputusan Bupati medik dan non medik

Probolinggo No. c. Penyelenggaraan pelayanan

440/1044/426.12/2012 tanggal 27 dan asuhan keperawatan

Desember 2012 tentang d. Penyelenggaraan pelyanan

penetapan Rumah Sakit Umum rujukan

Daerah Tongas Kabupaten e. Penyelenggaraan pendidikan

Probolinggo sebagai satuan Kerja dan pelatihan

Perangkat Daerah yang f. Penyelenggaraan penelitian

menerapkan Pola Pengelolaan dan pengembangan

Keuangan Badan Layanan Umum kesehatan

Daerah (BLUD). g. Penyelenggaraan kegiatan

Tugas RSUD Tongas ketatausahaan

Tugas pokok RSUD Tongas yaitu h. Pelaksanaan tugas-tugas lain

melaksanakan upaya kesehatan yang diberikan oleh Kepala

secara berdaya guna dan berhasil Daerah sesuai dengan

guna dengan mengutamakan bidang tugasnya

upaya kuratif daan rehabilitative Visi

yang dilaksanakan secara serasi Visi RSUD Tongas mengacu pada

dan terpadu dengan upaya Visi Kabupaten Probolinggo yaitu

promotif, pencegahan dan “Terwujudnya Masyarakat

pelayanan rujukan kesehatan serta Kabupaten Probolinggo Berakhlak

penyelenggaraan pendidikan,

16

Mulia yang Sejahtera, Berkeadilan, dan Berdaya Saing”.
Misi
Misi RSUD Tongas juga mengacu pada misi kedua Kabupaten Probolinggo
yaitu “Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan melalui
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan menurunkan angka
kemiskinan”.
Motto
Motto RSUD Tongas adalah “Kepuasan anda adalah tujuan kami”.
Nilai - Nilai Organisasi
Adapaun nilai-nilai dasar di RSUD Tongas adalah:

S : Santun
M : Melayani
I : Ikhlas
L : Loyality
E : Empati

17

Struktur / Susunan Organisasi RSUD Tongas

KEPALA DINAS KESEHATAN
dr. Shodiq Tjahjono, M.M.Kes

DIREKTUR RSUD TONGAS
drg. Wahyuningsih P,M.M.Kes

KELOMPOK TENAGA SUB BAGIAN TATA USAHA
FUNGSIONAL Lis Trilastuti S.Sos

SEKSI PELAYANAN KESEHATAN SEKSI PELAYANAN PENUNJANG MEDIK
& KEPERAWATAN DAN NON MEDIK

dr. Henny Lindasari dr. H. Achmad Hanafi, M.Si

18

Uraian Tugas Jabatan
Uraian kegiatan tugas jabatan fungsional Perawat kategori ketrampilan

berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2019 adalah sebagai
berikut :

1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu
2. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
3. Melaksanakan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka

melakukan upaya promotif
4. Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan/pelindung fisik pada pasien

untuk mencegah resiko cedera pada individu dalam rangka upaya preventif
5. Memberikan oksigenasi sederhana
6. Memberikan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/ bencana/

kritikal
7. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman serta bebas resiko

penularan infeksi
8. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area komunitas
9. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area anak
10. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area maternitas
11. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area medikal

bedah
12. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area jiwa
13. Melakukan tindakan terapi komplementer/ holistic
14. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi

pembedahan pada tahap pre/ intra/ post operasi
15. Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka melakukan perawatan

paliatif
16. Memberikan dukungan/ fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan/

berduka/menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan
17. Melakukan perawatan luka
18. Melakukan dokumentasi tindakan keperawatan

19

BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

20

Deskripsi Isu
Adapun beberapa isu yang teridentifikasi di lingkungan kerja IGD RSUD
Tongas Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut
1. Belum optimalnya pendokumentasian observasi pasien gawat darurat

yang dirujuk ke RS rujukan yang lebih tinggi
RSUD Tongas merupakan RS tipe D dimana angka kegiatan merujuk
pasien cukup tinggi. RS tipe D hanya dapat memberikan pelayanan
terbatas kepada pasien sehingga harus dapat mengatur untuk rujukan ke
RS yang lebih tinggi. Belum optimalnya pendokumentasian observasi
pada pasien yang dengan status gawat darurat yang dirujuk ke RS
rujukan yang lebih tinggi merupakan salah satu isu permasalahan yang
cukup penting. Hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2006) tentang
aspek dokumentasi yang isinya menyangkut sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan rumah sakit. Apabila hal ini tidak dilakukan maka
pendokumentasian dalam perjalanan pasien tidak ada, sehingga tidak
dapat dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah
sakit. Seharusnya pendokumentasian tetap dilakukan terlebih lagi saat
pasien dalam kondisi gawat darurat baik stabil maupun tidak stabil.
2. Belum adanya prosedur penatalaksanaan tindakan restraint terhadap
pasien dengan kondisi gelisah
Restraint adalah suatu metode/cara pembatasan/restriksi terhadap
gerakan/perilaku seseorang. Pasien dengan kondisi gelisah sangat
beresiko untuk terjadi insiden jatuh dari tempat tidur, dalam hal ini perlu
adanya penanganan tindakan restraint yang tepat. Tindakan restraint
merupakan tindakan yang harus mendapatkan persetujuan dari keluarga
atau penunggu pasien. Perlu adanya standar prosedur operasional
(SPO) dalam penatalaksanaan restraint sehingga keluarga atau
penunggu pasien dapat memahami prosedur penataksanaan tersebut.
Kurang optimalnya penataksaan restraint belum adanya penetapan
standar prosedur operasional (SPO), serta lembar khusus untuk
asesmen dan obervasi selama pasien dilakukan tindakan restraint.

21

3. Kurangnya edukasi kepada pengunjung IGD tentang kondisi gawat
darurat
Pasien datang ke IGD bukan dalam kondisi gawat darurat dapat
disebabkan karena kurangnya pengetahuan pengunjung tentang kondisi
gawat darurat dan fungsi IGD. Kondisi tersebut mengakibatkan
pelayanan kondisi gawat darurat di IGD tidak bisa berlangsung secara
maksimal. Karena konsentrasi petugas IGD terpecah antara pasien yang
gawat darurat dengan pasien tidak gawat darurat.

4. Belum adanya prosedur pelaksanaan metode triase saat terjadi bencana
atau kejadian luar biasa (KLB)
Probolinggo merupakan daerah yang sering terjadi bencana alam seperti
angin puting beliung, banjir, dan longsor pada daerah pegunungan. Letak
RSUD Tongas juga terletak di pinggir jalan raya besar penghubung
antara Pasuruan sampai daerah Kota Probolinggo. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya kejadian luar biasa seperti banyaknya korban
masal dari kecelakaan lalu lintas dan korban masal dari bencana alam.
Belum adanya protap tentang metode triase apa yang digunakan saat
terjadi bencana dapat menyebabkan perbedaan persepsi antar petugas
sehingga koordinasi dalam mengevakuasi korban yang membutuhkan
penanganan segera menjadi kurang optimal.

5. Belum tersedianya papan keterangan pada pasien puasa yang
memerlukan persiapan puasa
Pada pasien yang dipuasakan dan akan menjalani tindakan bedah
maupun pemeriksaan penunjang seperti USG, perawat selalu
mengingatkan pada pasien dan keluarga agar pasien puasa sesuai
dengan ketentuan dan instruksi dokter. Namun terkadang pasien dan
keluarga tersebut lupa jika sedang dipuasakan sehingga tindakan medis
maupun penunjang tersebut batal dilakukan. Untuk mengantisipasi agar
kejadian tersebut tidak terulang kembali, perlu adanya media edukasi
yang berupa pemberian papan keterangan puasa pada pasien yang
dipuasakan.

22

Identifikasi Isu dan Penetapan Isu Utama
Identifikasi Isu

Laporan rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi
beberapa isu yang ditemukan di instansi tempat bekerja, yaitu IGD RSUD
Tongas. Adapun isu yang teridentifikasi adalah sebagai berikut.

No. Identifikasi Isu Kondisi Sekarang Kondisi yang
Diharapkan

1. Belum optimalnya Pada saat merujuk Optimalnya

pendokumentasian pasien semua hal pendokumentasian

observasi pasien yang terjadi dalam observasi pasien

gawat darurat yang perjalanan dicatat gawat darurat yang

dirujuk ke RS rujukan dan disampaikan dirujuk ke RS

yang lebih tinggi kepada petugas rujukan yang lebih

rumah sakit yang tinggi

dituju belum

dilaksanakan

2. Belum adanya Petugas IGD Adanya prosedur

prosedur melakukan restraint penatalaksanaan

penatalaksanaan atas persetujuan tindakan restraint

tindakan restraint pihak keluarga terhadap pasien

terhadap pasien pasien dan belum dengan kondisi

dengan kondisi adanya SPO, gelisah

gelisah asesmen dan

obervasi khusus

selama pasien

dilakukan restraint

3. Kurangnya edukasi Beberapa pasien Meningkatnya

kepada pengunjung yang datang ke IGD edukasi kepada

IGD tentang kondisi yang menyebutkan pengunjung IGD

gawat darurat bahwa menurut tentang kondisi

mereka IGD sama gawat darurat

halnya dengan poli

pemeriksaan di

pagi hari, termasuk

dapat membuat

rujukan ke poli

rumah sakit lain

yang lebih tinggi

23

No. Identifikasi Isu Kondisi Sekarang Kondisi yang
Diharapkan

4. Belum adanya Belum Adanya prosedur

prosedur ditetapkannya pelaksanaan

pelaksanaan metode metode triase jika metode triase saat

triase saat terjadi ada bencana atau terjadi bencana

bencana atau KLB yang terdapat atau kejadian luar

kejadian luar biasa korban dalam biasa (KLB)

(KLB) jumlah yang cukup

banyak

5. Belum tersedianya Belum tersedianya Tersedianya papan

papan keterangan papan keterangan keterangan pada

pada pasien puasa pada pasien puasa pasien puasa yang

yang memerlukan sebagai media memerlukan

persiapan puasa edukasi dan persiapan puasa

pengingat bahwa

pasien dipuasakan

dengan maksud

persiapan tindakan

medis tertentu.

24

Dari beberapa isu di atas, langkah selanjutnya adalah

mempertimbangkan isu mana yang akan menjadi prioritas utama yang

dapat dicari solusi berdasarkan peran dan wewenang jabatan di instansi.

Selanjutnya menganalisis isu tersebut menggunakan metode A (Aktual),

K (Kekhalayakan), P (Problematik), L (Kelayakan) untuk mengetahui isu

mana yang dominan.

No. Permasalahan A K P L Jumlah Peringkat

Belum optimalnya

pendokumentasian

1. observasi pasien gawat 3 4 3 4 14 II
darurat yang dirujuk ke

RS rujukan yang lebih

tinggi

Belum adanya prosedur

penatalaksanaan

2. tindakan restraint 4 44 5 17 I

terhadap pasien

dengan kondisi gelisah

Kurangnya edukasi

3. kepada pengunjung 3 3 4 3 13 III
IGD tentang kondisi

gawat darurat

Belum adanya prosedur

pelaksanaan metode

4 triase saat terjadi 3 33 3 12 IV

bencana atau kejadian

luar biasa (KLB)

Belum tersedianya

papan keterangan pada

5. pasien puasa yang 3 23 3 11 V

memerlukan persiapan

puasa

25

Kriteria penetapan indikator AKPL
Aktual
1. Pernah benar-benar terjadi
2. Benar-benar sering terjadi
3. Benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan
4. Benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaran
5. Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Kekhalayakan
1. Tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
2. Sedikit menyangkut hajat hidup orang banyak
3. Cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
4. Menyangkut hajat hidup orang banyak
5. Sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik
1. Masalah sederhana
2. Masalah kurang kompleks
3. Masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi
4. Masalah kompleks
5. Masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya
Kelayakan
1. Masuk akal
2. Realistis
3. Cukup masuk akal dan realistis
4. Masuk akal dan realistis
5. Masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan

masalahnya

26

Berdasarkan penetapan isu dengan menggunakan teknik AKPL, dapat
dikerucutkan menjadi tiga isu yang kemudian akan dipertimbangkan kembali
untuk dijadikan isu prioritas. Kemudian tiga isu tersebut kembali diidentifikasi
dengan menggunakan teknik U (Urgency), S (Seriousness), dan G (Growth).

No. Isu USG Jumlah Peringkat
454 13 II
Belum optimalnya

pendokumentasian

1. observasi pasien gawat
darurat yang dirujuk ke

RS rujukan yang lebih

tinggi

Belum adanya prosedur

penatalaksanaan

2. tindakan restraint 545 14 I

terhadap pasien

dengan kondisi gelisah

Kurangnya edukasi

3. kepada pengunjung 4 3 4 11 III
IGD tentang kondisi

gawat darurat

27

Kriteria penetapan indikator USG

Urgency (seberapa mendesak isu tersebut perlu di bahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tersebut)
1. tidak penting
2. kurang penting
3. cukup penting
4. penting
5. sangat penting
Seriousness (seberapa serius isu tersebut perlu di bahas dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut)
1. akibat yang ditimbulkan tidak serius
2. akibat yang ditimbulkan kurang serius
3. akibat yang ditimbulkan cukup serius
4. akibat yang ditimbulkan serius
5. akibat yang ditimbulkan sangat serius
Growth (Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk jika dibiarkan)
1. tidak berkembang
2. kurang berkembang
3. cukup berkembang
4. berkembang
5. sangat berkembang

28

Berdasarkan hasil uji isu dengan
pendekatan teknik USG, maka kesimpulan yang

diperoleh mengarah pada isu:

“Belum adanya prosedur penatalaksanaan tindakan restraint terhadap
pasien dengan kondisi gelisah”

29

Penetapan Penyebab Isu dan Dampak

Penetapan Penyebab Isu Menggunakan Analisis Fishbone
Berdasarkan list masalah yang diuji dengan menggunakan pendekatan
teknik AKPL dan USG, maka dapat diperoleh masalah prioritas atau
masalah utama yang harus ditangani terlebih dahulu, yaitu “Belum adanya
prosedur penatalaksanaan tindakan restraint terhadap pasien dengan
kondisi gelisah”

Untuk menentukan penyebabnya menggunakan analisis Fishbone

sebagai berikut : Belum adanya
prosedur
Kurangnya pengetahuan petugas SDM Media Belum adanya media penatalaksanaan
akan pentingnya prosedur untuk dokumentasi tindakan restraint
penatalaksanaan tindakan assesment dan terhadap pasien
restraint pada pasien dengan observasi tindakan dengan kondisi
kondisi gelisah restraint pada pasien gelisah
dengan kondisi gelisah

Petugas melakukan Belum adanya SPO
restraint pada pasien tindakan restraint
dengan kondisi gelisah
hanya dengan kassa Metode Lingkungan Belum adanya sosialisasi
gulung (perban) sebagai tentang pentingnya prosedur
fiksasi tanpa adanya penatalaksanaan tindakan
asesmen dan observasi restraint pada pasien dengan
kondisi gelisah

Dari diagram tulang ikan (Fishbone diagram) dapat diketahui bahwa
penyebab terjadinya isu/masalah adalah:

1. Petugas melakukan restraint pada pasien dengan kondisi gelisah
hanya dengan kassa gulung (perban) sebagai fiksasi tanpa
adanya asesmen dan observasi

2. Kurangnya pengetahuan petugas akan pentingnya prosedur
penatalaksanaan tindakan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah

3. Belum adanya sosialisasi tentang pentingnya prosedur

30

penatalaksanaan tindakan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah
4. Belum adanya media untuk dokumentasi assesment dan
observasi tindakan restraint pada pasien dengan kondisi gelisah
5. Belum adanya SPO tindakan restraint
Penetapan Akar Penyebab Isu Menggunakan Analisis 5 W Sakichi
Toyoda

Untuk menentukan akar penyebab dari masalah yang teridentifikasi, yaitu
“Belum optimalnya pendokumentasian observasi pasien gawat darurat yang
dirujuk ke RS rujukan yang lebih tinggi”, dilakukan analisis menggunakan
teknik 5 W dari Sakichi Toyoda sebagai berikut :

1. Mengapa belum adanya prosedur penatalaksanaan tindakan restraint
pada pasien dengan kondisi gelisah?
Karena petugas melakukan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah hanya dengan kassa gulung (perban) sebagai fiksasi tanpa
adanya asesmen dan observasi

2. Mengapa petugas melakukan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah hanya dengan kassa gulung (perban) sebagai fiksasi tanpa
adanya observasi?
Karena kurangnya pengetahuan petugas akan pentingnya prosedur
penatalaksanaan tindakan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah

3. Mengapa pengetahuan petugas akan pentingnya prosedur
penatalaksanaan tindakan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah kurang?
Karena belum adanya sosialisasi tentang pentingnya prosedur
penatalaksanaan tindakan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah

4. Mengapa belum ada sosialisasi tentang pentingnya prosedur
penatalaksanaan tindakan restraint pada pasien dengan kondisi
gelisah?

31

Karena belum adanya media untuk dokumentasi asesmen dan
observasi tindakan restraint pada pasien dengan kondisi gelisah
5. Mengapa belum adanya media untuk dokumentasi assesment dan
observasi pasien gawat darurat yang dirujuk?
Karena belum adanya SPO tindakan restraint
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menggunakan teknik 5 W dari
Sakichi Toyoda, dapat ditarik kesimpulan bahwa akar penyebab dari
masalah “Belum adanya prosedur penatalaksanaan tindakan restraint
terhadap pasien dengan kondisi gelisah” adalah belum adanya SPO tindakan
restraint.
Dampak Jika Isu Tidak Ditangani
Jika isu/masalah tersebut tidak ditangani maka akan berdampak pada hal-hal
berikut ini.
1. Tidak adanya penilaian pasien restraint sehingga tidak adanya dasar
untuk melakukan intervensi jika terjadi perubahan kondisi pada pasien
2. Penatalaksanaan pasien restraint yang kurang optimal dapat
menyebabkan risiko terjadinya cedera pada pasien, seperti adanya
luka pada area fiksasi dan juga menyebabkan risiko terlepasnya
fiksasi pada area yang dilakukan restraint sehingga dapat
menyebabkan risiko pasien jatuh.

32

Alternatif Solusi Memecahkan Masalah

Untuk menentukan alternatif solusi dalam memecahkan masalah

menggunakan teknik tapisan Mc Namara.

No. Alternatif Efektifitas Efisiensi Kemudahan Total Ket

Solusi (Ketepatan) (Biaya)

Menyusun

SPO tindakan

restraint dan

menyusun

1. lembar 54 5 14 I

asesmen dan

observasi

pasien

restraint

Membuat buku

register

2. observasi 44 4 12 II

pasien

restraint

Menerapkan

metode

program

3. aplikasi 43 3 10 III

Restraint

Assesment

System (RAS)
Cara memberikan nilai dengan skala penskoran 1 – 5 sesuai skala Likert.

Alternatif solusi yang terpilih yaitu Membuat SPO tindakan restraint dan

membuat lembar asesmen dan observasi pasien restraint (mendapatkan

skor tertinggi).

33

Gagasan Pemecahan Masalah

No. Masalah Penyebab Masalah Akar Alternatif Rekomendasi
Solusi Solusi
1. Penyebab
(Solusi yang
Belum adanya 1. Petugas Belum 1. Membuat dipilih)

Membuat SPO

prosedur melakukan adanya SPO SPO tindakan tindakan

penatalaksana restraint pada tindakan restraint dan restraint dan

an tindakan pasien dengan restraint membuat membuat

restraint kondisi gelisah lembar lembar asesmen

terhadap hanya dengan assesment dan observasi

pasien dengan kassa gulung dan pasien restraint

kondisi gelisah (perban) sebagai observasi

fiksasi tanpa pasien

adanya asesmen restraint

dan observasi 2. Membuat

2. Kurangnya buku register

pengetahuan observasi

petugas akan pasien

pentingnya restraint

prosedur 3. Menerapkan
metode
penatalaksanaan program
aplikasi
tindakan restraint Restraint
Assesment
pada pasien

dengan kondisi

gelisah

3. Belum adanya System

sosialisasi tentang (RAS)

pentingnya

prosedur

penatalaksanaan

tindakan restraint

pada pasien

dengan kondisi

gelisah

34

Rekomendasi

No. Masalah Penyebab Masalah Akar Alternatif Solusi
Solusi (Solusi yang
Penyebab

dipilih)

4. Belum adanya

media untuk

dokumentasi

asesmen dan

observasi tindakan

restraint pada

pasien dengan

kondisi gelisah

5. Belum adanya
SPO tindakan
restraint

35

Merujuk pada permasalahan di atas, maka penulis mengusulkan sebuah
gagasan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan :

“Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) tindakan
restraint terhadap pasien dengan kondisi gelisah di Ruang IGD
RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo”

Untuk mewujudkan gagasan di atas, maka dibutuhkan beberapa
rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar di
tempat kerja. Rangkaian kegiatan rancangan aktualisasi adalah sebagai
berikut :

1. Melakukan konsultasi dengan Mentor dan Coach terkait
rancangan aktualisasi

2. Meminta ijin dan berkoordinasi dengan Kepala Ruang IGD
tentang gagasan dan kegiatan yang akan dilakukan

3. Menyusun SPO tindakan restraint
4. Menyusun lembar asesmen dan observasi pasien restraint
5. Melakukan sosialisasi SPO tindakan restraint, penggunaan

lembar asesmen dan lembar observasi pasien restraint
6. Menerapkan SPO tindakan restraint, penggunaan lembar

asesmen dan lembar observasi pasien restraint
7. Melakukan evaluasi
8. Menyusun laporan kegiatan Aktualisasi

36

Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi

Unit Kerja : RSUD Tongas Kabupate

Identifikasi Isu : 1. Belum optimalnya p
dirujuk ke RS rujukan
Isu yang Diangkat
Gagasan Pemecahan Isu 2. Belum adanya pros
dengan kondisi gelisa

3. Kurangnya edukasi k
4. Belum adanya prose

kejadian luar biasa (K
5. Belum tersedianya

persiapan puasa
: Belum adanya prosedur p

kondisi gelisah

: Menyusun SPO tindakan
pasien restraint

en Probolinggo
pendokumentasian observasi pasien gawat darurat yang
n yang lebih tinggi
sedur penatalaksanaan tindakan restraint terhadap pasien
ah
kepada pengunjung IGD tentang kondisi gawat darurat
edur pelaksanaan metode triase saat terjadi bencana atau
KLB)
papan keterangan pada pasien puasa yang memerlukan
penatalaksanaan tindakan restraint terhadap pasien dengan
n restraint dan menyusun lembar asesmen dan observasi

37

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/H

12 3 4

1. Melakukan 1) Menghubungi Terlaksananya

konsultasi Mentor dan Coach konsultasi

dengan Mentor untuk konsultasi Mentor dan

dan Coach terkait inovasi yang dan dis

terkait akan dibuat rancangan akt

rancangan 2) Memaparkan

aktualisasi masalah dan

gagasan

pemecahan isu

3) Memaparkan

rancangan

aktualisasi yang

sudah dibuat,

mengumpulkan

masukan dan saran

Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
Mata Pelatihan Tujuan Organisasi

56

a Nasionalisme Kegiatan ini berkontribusi

dengan Terlaksananya Kegiatan terhadap tujuan RSUD

Coach, musyawarah yang saling Tongas, yaitu :
setujuinya menghargai pendapat dan “Terwujudnya Masyarakat

tualisasi rasa kekeluargaan Kabupaten Probolinggo

Etika Publik Berakhlak Mulia Yang

Terlaksananya komunikasi Sejahtera

dengan Bahasa yang sopan Berkeadilan dan Berdaya
dan santun serta penuh saing“

kehangatan

Akuntabilitas

Tersetujuinya isu yang akan

diangkat melalui paparan

yang jelas dari penulis

kepada Mentor dan Coach

38

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/H

12 3 4

perbaikan

4) Mengolah rencana

awal dan masukan

untuk mendapatkan

perbaikan rencana

5) Mencatat rencana

yang telah

mendapat

perbaikan serta

melakukan

dokumentasi

2. Meminta ijin dan 1) Menghubungi Terlaksananya

berkoordinasi Kepala Ruang IGD pemberian i

dengan Kepala 2) Menjelaskan koordinasi

Ruang IGD mengenai rencana Kepala Rua

tentang gagasan untuk membuat tentang gaga

Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
Mata Pelatihan Tujuan Organisasi
5 6

Whole of Government
Terwujudnya koordinasi
yang sangat baik antara
Penulis, Mentor, dan Coach

a Nasionalisme Kegiatan ini berkontribusi

ijin dan Terlaksananya kegiatan terhadap tujuan RSUD

dengan musyawarah yang saling Tongas, yaitu :
ang IGD menghargai pendapat dan “Terwujudnya Masyarakat

asan dan rasa kekeluargaan Kabupaten Probolinggo

39

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/H

12 3 4

dan kegiatan SPO tindakan kegiatan yan

yang akan restraint dan dilakukan

dilakukan membuat lembar

asesmen dan

observasi pasien

restraint

3) Meminta saran dan

masukan kepada

Kepala Ruang IGD

4) Meminta

persetujuan untuk

SPO tindakan

restraint dan

membuat lembar

asesmen dan

observasi pasien

Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
Mata Pelatihan Tujuan Organisasi

56

ng akan Etika Publik Berakhlak Mulia Yang

Terlaksananya komunikasi Sejahtera

dengan Bahasa yang sopan Berkeadilan dan Berdaya
dan santun serta penuh saing“

kehangatan

Akuntabilitas

Tersetujuinya isu yang akan

diangkat melalui paparan

yang jelas dari penulis

kepada Kepala Ruang IGD

Whole of Government

Terwujudnya koordinasi

yang sangat baik antara

Penulis dan Kepala Ruang

IGD

40

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/H

12 3 4

restraint

5) Mencatat rencana

yang telah

mendapat

perbaikan serta

melakukan

dokumentasi

3. Menyusun SPO 1) Menyiapkan Terwujudnya

tindakan rancangan format tindakan restra

restraint lembar SPO

tindakan restraint

2) Meminta saran dan

masukan kepada

Kepala Ruang IGD

3) Meminta saran dan

masukan kepada

Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
Mata Pelatihan Tujuan Organisasi
5 6

SPO Akuntabilitas Kegiatan ini berkontribusi

aint Melaksanakan hasil terhadap tujuan RSUD

konsultasi bersama Mentor Tongas, yaitu :
dan Coach dengan penuh “Terwujudnya Masyarakat

tanggung jawab dan target Kabupaten Probolinggo

hasil yang maksimal. Berakhlak Mulia Yang

Nasionalisme Sejahtera

Terlaksananya Kegiatan Berkeadilan dan Berdaya
musyawarah yang saling saing“

41

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/H
4
12 3

ketua kelompok

kerja (POKJA)

sasaran

keselamatan pasien

terkait rancangan

SPO tindakan

restraint

4) Melakukan

konsultasi dengan

Mentor dan Coach

5) Melakukan

koordinasi dengan

bagian tata usaha

untuk pengesahan

dan penomoran

SPO tindakan

Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
Tujuan Organisasi
Mata Pelatihan 6

5

menghargai pendapat dan

rasa kekeluargaan terkait

penusunan SPO tindakan

restraint

Etika Publik

Melakukan konsultasi

dengan Mentor dan Coach

secara sopan, santun dan

berakhlaqul karimah

Komitmen Mutu

Melakukan kegiatan

berorientasi pada mutu

Whole of Government

Terwujudnya koordinasi

yang sangat baik antara

Penulis, Mentor, dan Coach

42

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/H
12 4
3
restraint

4. Menyusun 1) Menyiapkan Terwujudnya

lembar asesmen rancangan format asesmen

dan observasi lembar asesmen observasi

pasien restraint dan observasi restraint

pasien restraint

beserta petunjuk

teknisnya (juknis)

2) Meminta saran dan

masukan kepada

Kepala Ruang IGD

3) Meminta saran dan

masukan kepada

ketua kelompok


Click to View FlipBook Version