The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tjoesnanto, 2016-04-17 22:42:33

exSummary2015_editeda

exSummary2015_editeda

Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt atas
rahmat dan inayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada
kita semua. Salawat serta salam kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw. yang telah
membimbing kita menuju kehidupan yang diridai Allah Swt.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Puslitbang Lektur
dan Khazanah Keagamaan pada tahun ini telah dapat
menyelesaikan buku Program, Produk, dan Executive Summary
dengan baik. Buku ini memuat penjelasan dan temuan
penelitian sejumlah tujuh bentuk penelitian dan selebihnya
program berbentuk pengembangan yang dilaksanakan pada
tahun 2015. Di samping itu.

Penerbitan buku kecil ini yang berisi isi ringkas program,
produk, temuan, dan rekomendasi diharapkan dapat
mendukung visi Kementerian Agama, yaitu terwujudnya
masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera,
dan cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk
agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan misi Kementerian Agama, khususnya dalam membangun
kerukunan hidup beragama dan keselarasan pemahaman
keagamaan dan wawasan kebangsaan dari perspektif
kelekturan dan kekhazanahan.

Dengan tersajinya buku kecil ini ke hadapan pembaca,
kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

i

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

kepada Kepala Badan Litbang dan Diklat yang telah memberi
dukungan penuh atas terselenggaranya program-program
yang dibebankan kepada Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan pada tahun ini. Kepada semua pihak yang telah
terlibat aktif dalam penyusunan dan penyelesaian buku kecil
ini sehingga dapat hadir di hadapan pembaca, kami
menghaturkan terimakasih.

Mudah-mudahan buku ini mempunyai arti yang besar
bagi para pembaca dan terutama dalam pencapaian visi dan
misi Kementerian Agama.
Jakarta, Januari 2016
Kepala Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan,

Choirul Fuad Yusuf
NIP. 195712131985031002

ii

PENGANTAR

Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur dan
Khazanah Keagamaan (selanjutnya disingkat: Puslitbang
LKK) merupakan salah satu unit eselon II di Lingkungan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang memiliki
tugas penyelenggaraan litbang (Research & Development) di
bidang lektur dan khazanah keagamaan. Dalam
implementasinya, tugas dan fungsi Puslitbang LKK diarahkan
pada penyediakan masukan kebijakan berbasis penelitian
(research-based policy) bidang lektur dan khazanah keagamaan,1
baik pada tataran perumusan kebijakan (policy formulation),

1 Bidang lektur keagamaan menyangkut naskah klasik, naskah kontem-
porer—cetak maupun elektronik, fiksi maupun nonfiksi tentang aspek
keagamaan, baik aspek keyakinan, ritual, pengalaman, pengetahuan, le-
gal, artefaktual, serta efek resiprokal antara agama dan lingkungan so-
sial, ekonomi, budaya, dan agama itu sendiri. Sementara, bidang khaza-
nah keagamaan (religious heritage) meliputi semua bentuk produk ting-
galan/warisan budaya (cultural legacies), baik fisikal/bendawi maupun
nonfisikal/nirbendawi, terkait dengan dimensi keagamaan (keyakinan,
pengalaman, pengetahuan, peribadatan, legal, dan artefaktual), seperti
arkeologi religi (rumah ibadah kuno, pemujaan, musium, nisan, kerajaan,
atau bangunan keagamaan), sejarah sosial (idiologi, ajaran agama,
maupun bentuk tinggalan idiografik lainnya), seni-budaya keagamaan
(musik, tari, sastra, legenda, mitos, bela diri, dan sejenisnya).

1

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

implementasi kebijakan (policy implementation), efek kebijakan
(policy effect), maupun pada tataran keluaran kebijakan (out-
come policy).

Dalam konteks pelaksanaan tugas ini, secara
konstitusional, terdapat sejumlah konstitusi yang
mengamanatkan kepada Pemerintah dan masyarakat untuk
memelihara, mengonservasi, dan mengembangkan lektur dan
khazanah keagaman sebagai kekayaan bangsa dalam
upayanya mencerdaskan dan menjunjung martabat bangsa
Indonesia. Di antaranya, adalah amanat dari UUD 1945
(Amandemen), UU 20/2003 Sisdiknas, UU No.10/2010 tentang
Cagar Budaya, UU 43/2007 tentang Perpustakaan, di samping
kebijakan yang termaktub dalam Renstra Departemen
(Kementerian) Agama 2009-2014,2 dan Renstra Balitbang dan
Diklat Depag 2009-2014. Dalam rangka pengembanan
tugas/amanat institusi dan kebijakan tersebut, maka
Puslitbang LKK melaksanakan program penelitian,
pengembangan, konservasi, dan pengomukasian lektur dan
khazanah keagamaan. Pada tahun 2015, secara kategorik,
Puslitbang LKK melaksanakan kegiatan pokok berupa
kegiatan penelitian dan pengembangan.

Program/kegiatan penelitian pada tahun 2015 meliputi:

1. Penelitian dan Penulisan Sejarah Kesultanan/Kerajaan
Islam.

2. Penelitian Rumah Ibadah Kuno.
3. Inventarisasi Karya Ulama Nusantara,
4. Ekplorasi dan Konservasi Manuskrip Keagamaan,

2 UUD 1945 mengamanatkan untuk menjunjung tinggi martabat bangsa di
tengah pergaulan dunia, UU Sisdiknas mengamanatkan keniscayaan un-
tuk mencerdaskan bangsa, UU Cagar Budaya menginstruksi untuk men-
gonservasi dan mengembangkan budaya Indonesia, dan UU
Perepustakaan mewajibkan untuk mengembangkan pustaka/bahan pen-
didikan, serta Renstra Depag (tusi pokok Kemenag) menggarisbawahi
keharusan untuk melakukan pembinaan kehidupan beragama dalam
berbagai aspeknya.

2

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

5. Study Preservasi Naskah Klasik Keagamaan Nusantara
Asean (Preservation Study of Religious Manuscripts in
the Asean Countries)

6. Tahqiq Naskah Klasik Keagamaan.
7. Penelitian Seni Budaya Keagamaan.
8. Tadqiq (Evaluasi) Buku Pelajaran Pendidikan Agama.

Sementara, program pengembangan, Puslitbang Lektur &
Khazanah Keagamaan pada 2015, di antaranya meliputi :

1. Penerjemahan Al Qur’an ke dalam Bahasa Daerah.
2. Penyusunan Laman/Web Naskah Klasik Keagamaan,
3. Penyusunan Thesaurus Manuskrip Keagamaan Nusantara.
4. Penyusunan Katalog Karya Ulama Nusantara
5. Penyusunan Katalog Naskah Klasik Keagamaan

Sedangkan program/kegiatan sosialisasi yang
dilaksanakan Puslitbang LKK, tahun 2015 di antaranya
adalah:

1. International Symposium on Religious Literature and
Heritage.

2. Rakernas Budaya Nusantara Keagamaan.
3. Temu Peneliti Nasional, dengan tema: “Memantapkan

Profesionalitas Peneliti dalam Era Kompetisi Global”
4. Penerbitan jurnal nasional “LEKTUR KEAGAMAAN”.
5. Penerbitan International Journal “HERITAGE OF

NUSANTARA”,
6. Penerbitan Buletin Khazanah Keagamaan
7. Seminar “Fundamentalism, Radicalism, Islamophobia,

and the Role of Mass-Media”, dan International Book-
Expo pada Frankfurt Buchmesse” Jerman, dan
8. Partisipasi dalam pameran event penting dan strategis,
seperti pada Pameran Festival 2015 “Museum for
Edutoursim” di Yogyakarta, Pameran Festival Tantular
2015 di Sidoarjo Jawa Timur, Pameran pada AICIS 2015
di Manado.

3

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Secara rinci tentang penyelenggaraaan program-program
penelitian, pengembangan, dan sosialisasi yang dilaksanakan
oleh Puslitbang LKK pada tahun 2015, diurai rinci berikut ini.

PROGRAM PENELITIAN

Tahun anggaran 2015, Puslitbang LKK menyelenggarakan
sejumlah program penelitian yang memokus pada lektur
keagamaan (religious literature) dan khazanah keagamaaan
(religious heritage). Program penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Penelitian dan Penulisan Sejarah Kesultanan Nusantara

Persebaran Islam di dunia sejak abad 7 Masehi, termasuk
di Asia Tenggara-- yang dibawa oleh pedagang Arab, Gujarat,
maupun pedagang Cina, serta dikembangkan melalui proses
penguasaan teritorial dan kekuasaan-- menyebabkan
terjadinya pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam atau
kesultanan yang tersebar di seluruh penjuru dunia, terutama
di benua Asia dan Afrika. Tak kurang dari 500 kesultanan
tumbuh di Nusantara belum dikonservasi dan belum ditulis
dengan baik (lengkap dan komprehensif). Kerajaan Perlak,
Samudera Pasai, Deli, Serdang, Mataram, Demak, Pontinak,
Banggai, Gowa, Makassar, Ternate, Tidore, dan Raja Ampat
merupakan sederetan contoh kerajaan Islam yang
berkontribusi besar dalam pengembangan Islam di Nusantara.

Pengaruhnya yang demikian kuat terasa masih mewarnai
berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia hingga kini,
baik dalam aspek politik, ekonomi, seni-budaya, sastra, dan
adat-istiadat. Besarnya jumlah kesultanan dan kontribusi
historiknya terhadap bangsa Indonesia kini dan masa lalu, di
satu pihak, di samping belum memadainya perekonstruksian
dalam bentuk buku sejarah yang sempurna karena berbagai
faktor di pihak lain, maka Puslitbang Lektur dan Khazanah

4

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Keagamaan sesuai tusinya, berupaya merekonstruksikannya
dalam bentuk karya historiografik kesultanan Nusantara.

Penelitian dan penulisan

“Sejarah Kesultanan Nusantara”,

yang dimulai sejak tahun 2011.

Penelitian memokus pada

perkembangan Islam yang terjadi

pada saat kedaulatan atau

kesultanan tersebut berlangsung.

Dengan mempergunakan

pendekatan sejarah sosial (social

history), penulisan bertujuan

mengungkap, mendeskripsikan,

dan merekonstruksikan apa dan

bagaimana sesungguhnya

perkembangan Islam terjadi di

Gambar 1 tengah era penguasaan kesultanan

Buku Sejarah Sosial Kesultanan tertentu.

Melayu Deli salah satu hasil

Penelitian Sejarah Kesultanan Temuan dan Produk Akhir
Nusantara

Pada tahun 2015, Puslitbang

LKK meneliti dan menulis 4 (empat) kesultanan Nusantara,

yaitu Kesultanan Sumenep Madura, Kesultanan Sintang

Kalimantan Barat, Keslutanan Bima Nusa Tenggara Barat, dan

Kerajaan Kotawaringin Kalimantan Tengah. Dengan

demikian, penulisan sejarah kesultanan yang ditulis oleh

Puslitbang LKK sejak tahun 2011 hingga 2015 sudah mencapai

22 buah kesultanan/kerajaaan Islam, yaitu: Kesultanan Balok-

Bangka Belitung, Kerajaan Balanipa Mandar-Sulawesi Tengah,

Kesultanan Ternate, Maluku, Kesultanan Melayu Jambi,

Kesultanan Sambas Kalimantan Barat, Kesultanan Melayu

Deli Sumatera Utara, Kesultanan Banggai Palu, Sulawesi

Tengah, Kerajaan Islam Paksi Sakala Brak Lampung,

Kesultanan Riau Lingga, Kepulauan Riau, Kerajaan Islam

5

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Hitu, Ambon, Kesultanan Serdang, Sumatera Utara,
Kesultanan Cirebon, Jawa Barat, Kerajaan Indrapura,
Sumatera Barat, Kesultanan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat,
dan Kasunanan Surakarta, kesultanan Perlak di Aceh,
kesultanan Bone di Sulawesi Selatan, kesultanan Pasir di
Kalimantan Timur, kesultanan Sumenep Madura, Kesultanan
Sintang Kalimantan Barat, Kesultanan Bima Nusa Tenggara
Barat, dan Kesutanan Kotawaringin Kalimantan Tengah.

Produk fisik (dalam bentuk “buku Sejarah Kesultanan”)
sebagai out-put penelitian, paling tidak, memiliki tiga fungsi
dasar. Pertama, fungsi historis-kultural yang merekonstruksi
dan memperkaya khazanah peradaban bangsa (nation-cultural
legacy). Kedua, fungsi pendidikan sebagai bahan ajar (buku
pelajaran, sarana pendidikan) pendidikan, baik pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi, serta bagi
komunitas peminat sejarah Islam. Ketiga, fungsi sosio-politik
untuk menghargai dan menjunjung martabat bangsa (nation
dignity) di mata warga dunia disamping menjadi instrumen
kultural untuk “connecting the Past, Present, and Future
Generation”.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian dan penulisan sejarah kesultanan
yang dilakukan, terdapat sejumlah kesimpulan berikut.

Pertama, penulisan sejarah kesultanan Nusantara dengan
pendekatan “social history” merupakan program niscaya,
karena mengungkap, mendeskripsikan, dan menuliskan fakta
sejarah secara lengkap, menyeluruh, dan obyektif yang
terhindar dari distorsi kefaktaan. Rekonstruksi sejarah
perkembangan Islam dan kekuasaan muslim ini, sudah
barang tentu, berkontribusi memperkaya khazanah
keagamaan bangsa Indonesia yang berimplikasi pada
peningkatan martabat bangsa dalam peradaban dunia;

6

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Kedua, masih terdapat sejumlah besar kesultanan di
Nusantara yang belum ditulis secara lengkap, komprehensif,
dan obyektif. Karena itu, pelanjutan program penulisan
sejarah menjadi hal yang niscaya bagi pemenuhan fungsi
kultural, edukatif, maupun sosio-politik dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Ketiga, mengingat tingkat kesulitan dalam penulisan karya
historiografik ini, maka penguatan biaya menjadi perlu
diperhatikan serius.

Rekomendasi

Terdapat sejumlah rekomendasi ikhwal program ini.
Pertama, penelitian dan penulisan sejarah kerajaan Islam
(kesultanan) Nusantara perlu dikembangkan (diteruskan)
untuk merekonstruksi keberadaan realitas historik yang
notabene merupakan kekayaan, tinggalan peradaban bangsa
Indonesia masa lalu. Penulisan dan publikasi tentang
kekayaan kultural ini secara sosio-psikologik bermanfaat bagi
penguatan nasionalisme, pembentukan karakter bangsa dalam
bingkai NKRI.
Kedua, produk program ini berupa buku sejarah
kesultanan sebanyak 22 judul buku sejarah Kesultanan, yaitu:
Kesultanan Balok-Bangka Belitung, Kerajaan Balanipa
Mandar-Sulawesi Tengah, Kesultanan Ternate Maluku,
Kesultanan Melayu Jambi, Kesultanan Sambas Kalimantan
Barat, Kesultanan Melayu Deli Sumatera Utara, Kesultanan
Banggai Palu Sulawesi Tengah, Kerajaan Islam Paksi Sakala
Brak Lampung, Kesultanan Riau Lingga Kepulauan Riau,
Kerajaan Islam Hitu Ambon, Kesultanan Serdang Sumatera
Utara, Kesultanan Cirebon Jawa Barat, Kerajaan Indrapura
Sumatera Barat, Kesultanan Sumbawa Nusa Tenggara Barat,
Kasunanan Surakarta Jawa Tengah, Kesultanan Perlak Aceh,
Kesultanan Bone Sulawesi Selatan, Kesultanan Pasir
Kalimantan Timur, Kesultanan Sumenep Madura, Kesultanan

7

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Sintang Kalimantan Barat, Kesultanan Bima Nusa Tenggara
Barat, dan Kesultanan Kotawaringin Kalimantan Tengah,
hendaknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar bagi studi
sejarah Islam khususnya, dan ilmu sejarah Indonesia dan
Indonesian-studies pada umumnya pada semua jenjang
pendidikan (jenjang pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi).

Pemanfaatan produk ini didasarkan pada sejumlah alasan
akademik: (a) secara substantif, penulisan sejarah kesultanan
ini cenderung lebih lengkap dan utuh dibanding dengan (jika
ada) tulisan tentangnya; (b) pendekatan penulisan
historiografik dalam program ini cenderung berbeda dengan
pendekatan yang dipergunakan dalam (jika ada) penulisan
obyek serupa, karena mempergunakan pendekatan “social
history” yang mencoba melihat fakta sejarah secara
keseluruhan, tidak berorientasi pada tokoh istana (palace and
power centered) yang cenderung menitik-beratkan pada narasi
peristiwa sekitar istana (raja, kekuasaan, dan implikasi
politiknya).

Ketiga, perlu pengembangan produk penulisan sejarah
kesultanan ini pada tingkat lebih luas, melalui: (a)
penerjemahan ke dalam bahasa Asing (Inggeris dan Arab),
dan (b) kodifikasi dalam (menjadi) bentuk “ Ensiklopedi
Kesultanan Nusantara”. Kodifikasi dilakukan dengan
“menyatukan” seluruh buku tulisan sejarah kesultanan yang
sudah dilakukan, kemudian disatukan dalam sebuah entitas
karya besar dalam format ensiklopedik atau atlas sejarah.

2. Penelitian dan Penulisan Rumah Ibadah Kuno

Rumah ibadah kuno di Indonesia merupakan salah satu
karya bangsa sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan
keberadaannya. Penulisan sejarah masjid kuno menjadi
penting, mengingat sejumlah alasan. Pertama, rumah ibadah
kuno--apapun agamanya--merupakan bukti sejarah (historical

8

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

evidence) tentang keberadaan dan perkembangan agama-
agama di Indonesia. Keberadaannya yang menjadi saksi nyata
perkembangan keagamaan di Indonesia. Mesjid-mesjid kuno
yang tumbuh pada era pra-kemerdekaan misalnya,
merupakan saksi “bisu” yang memuat sejarah panjang
penyebaran Islam serta perlawanannya terhadap kolonial.
Demikian pula, kehadiran rumah ibadah lainnya di
Nusantara, seperti Gereja, Pura, Vihara, Kelenteng, dan
lainnya, juga memuat sejarah bagaimana prilaku
keberagamaan dan budaya masyarakat Nusantara (Indonesia)
terbentuk atau terbangun. Pada aspek arsitektural, misalnya,
rumah ibadah bersejarah yang ada di Indonesia nampak
menggambarkan perkembangan arsitektur vernakular yang
merupakan corak bangunan yang kental dengan nuansa
budaya lokal. Rumah ibadah kuno berikut benda-benda
bersejarah yang melekat secara sistemik di dalamnya
merupakan salah satu instrumen penting dan obyektif untuk
menelusuri sejarah dan merekosntruksi masuknya agama-
agama di Indonesia.

Walau demikian pentingnya keberadaan rumah ibadah
bersejarah, namun sangat disayangkan bahwa dalam
kenyataannya diperlihatkan bahwa rumah-rumah ibadah
bersejarah tak terkecuali surau dan masjid kuno yang menjadi
obyek dari penelitian ini banyak yang telah mengalami
perubahan fisik, hilang sebagian identitas keasliannya, atau
bahkan dirombak total dalam bentuk arsitektur baru. Hal
tersebut tentunya tidak sesuai dan kontra-produktif dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Benda Cagar Budaya, utamanya pasal (26) yang menyatakan
pelarangan merubah bentuk atau memugar benda cagar
budaya.

9

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Mengingat makin terancamnya keberadaan rumah ibadah

kuno 3 di Indonesia secara kuantitatif dan kualitatif, maka

Puslitbang Lektur dan Khazanah

keagamaan pada tahun 2012,

2013, 2014, dan 2015 melakukan

penelitian terhadap 58 rumah

ibadah bersejarah berupa mesjid,

gereja, pura, vihara, dan klenteng

di berbagai propinsi, yaitu Jawa

Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,

Sumatera Utara, Sumatera

Selatan, Sumatera Barat, NTB,

NTT,Bali, Ambon, Maluku Utara,

Kalimantan Timur, Kalimantan

Barat, Jambi, Bengkulu, Sulawesi

Utara, dan Sumatera Utara

(Nias). Gambar 2

Penelitian terhadap Buku Rumah Ibadah
Bersejarah (Kajian Serial)
bangunan dan arsitektur rumah

ibadah kuno ini, diantaranya bertujuan untuk

menggambarkan dan menuliskan: (a) bagaimana asal usul

berdirinya rumah ibadah bersejarah dan kondisi masyarakat

saat pendiriannya, (b) bagaimana model arsitektur bangunan

dan benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya, (c)

sejauhmana perkembangan rumah ibadah bersejarah sejak

pendiriannya sampai sekarang , serta (d) seperti apa

3 Rumah ibadah kuno (bersejarah) dalam penelitian ini adalah rumah iba-
dah yang didirikan sebelum abad ke-19 M, memiliki nilai kesejarahan,
berfungsi sebagai living monument, dan termasuk cagar budaya se-
bagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Namun karena keterbatasan anggaran, untuk program 2012 baru
meneliti rumah ibadah kubo ummat Islam (mesjid). Sedang pada tahun
2013, rumah ibadah agama lain, seperti gereja, pura, vihara, dan
kelenteng juga dijadikan sasaran penelitian.

10

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

kontribusinya dalam berbagai aspeknya—politik, budaya, dan
agama itu sendiri.

Temuan/Produk

Hasil Penelitian dan Penulisan Rumah Ibadah Kuno
diterbitkan pada setiap tahunnya dan akan dikodifikasi ke
dalam buku berjudul “Sejarah Rumah Ibadah Kuno Indonesia”
yang memuat sejarah keseluruhan rumah-rumah ibadah
bersejarah yang ditelitinya.

Kesimpulan
Rumah ibadah bersejarah di Indonesia pada umumnya

memiliki ciri fisik yang khas dan penuh dengan muatan
budaya lokal. Hal terepresentasikan dan terlambangkan
dalam bentuk arsitektur bangunan bersejarah yang pada
umumnya bercirikan arsitektur vernacular dimana sintesa
antara budaya lokal maupun tradisi pra-Islam dengan budaya
Islam. Fungsi rumah ibadah bersejarah menempati peran
sangat strategis pada masa awal pendiriannya. Utamanya
memegang peran penting dalam siklus penyebaran dan
perkembangan agama di wilayah kedudukannya. Fungsi
penting lainnya juga melingkup kontribusi di bidang
pendidikan, sosial, pelestarian adat dan budaya setempat
bahkan tak sedikit merupakan tempat strategis pada masa
perjuangan membentuk dan menegakkan NKRI. Oleh
karenanya upaya untuk terus menjaga dan melestarikan
warisan budaya keagamaan ini perlu mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak.

Rekomendasi

Dalam upaya penjagaan, konservasi, maupun
pengembangan rumah ibadah ini, maka sejumlah saran
ditawarkan berikut.

11

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Pertama, rumah-rumah ibadah kuno di Indonesia perlu
mendapat perhatian serius dalam pemeliharaannya sebagai
upaya melestarikah khazanah dan peradaban bangsa di masa
lalu sebagai warisan bangsa.

Kedua, Kementerian Agama RI c.q. Puslitbang Lektur dan
Khazanah Keagamaan perlu terus memfasilitasi kajian dan
penelitian dan pengembangan rumah ibadah kuno, tidak
hanya rumah ibadah umat Islam, tetapi juga rumah-rumah
ibadah agama lainnya.

Ketiga, beberapa pihak seperti Kanwil Kemenag RI,
BPSNT (Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional),
ataupun Dinas Pariwisata dan Budaya setempat perlu lebih
menggalakkan sosialisasi Undang-undang No. 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya. Hal tersebut perlu dilakukan guna
menjaga dan memelihara eksistensi bangunan-bangunan
rumah ibadah bersejarah dari kerusakan maupun upaya
renovasi dengan tidak memperhatikan prinsip-prinsip
pemugaran benda bersejarah.

3. Inventarisasi Karya Ulama Indonesia

Kehadiran agama Islam ke Nusantara (Indonesia,
sekarang), berimplikasi pada terjadinya perkembangan
peradaban Islam. Dalam aspek kebudayaan, terutama sub-
aspek keilmuan, lahir sejumlah besar karya-karya ulama
dalam berbagai bidang ilmu, seperti ilmu tauhid, ilmu kalam,
fiqh/syari’ah, tarikh, dakwah, peribadatan, sastra, dan
lainnya. Sejak berkembangnya Islam, sekitar abad 12
bersamaan dengan munculnya kerajaan Islam di Nusantara,
sekitar 50.000 karya ulama bertebaran di Nusantara. Kondisi
naskah tersebut sebagian tersebar di perpustakaan-
perpustakaan daerah, lembaga pendidikan Islam, dan koleksi
perpustakaan pribadi yang kondisinya, sebagian, sudah mulai
rusak dan hampir punah.

12

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Melihat realitas kondisi karya ulama Indonesia

(Nusantara) yang terserak, tersebar di berbagai tempat,

kecenderungan bisa rusak dan punah di satu pihak, dan

terdapatnya amanah konstitusi untuk mengonservasi dan

mengembangkan khazanah

budaya (cultural legacy)

tinggalan bangsa, maka

Puslitbang Lektur dan

Khazanah Keagamaan

menyelenggarakan program

inventarisasi karya ulama

Nusantara.

Program ini bertujuan

melakukan inventarisasi,

pelestarian, dan pemeliharaan,

dan pengembangan terhadap

karya ulama Indonesia menjadi

sebuah keniscayaan historik

dan kultural. Naskah yang

Gambar 3 terinventarisasi, kemudian

Buku Inventarisasi Karya Ulama diklasifikasi berdasarkan bidang
Nusantara keilmuan serta dibuatkan isi

ringkasnya, yang selanjutnya

dikembangkan dalam bentuk katalog atau bentuk karya

“daftar karya ulama dan isi ringkas”, yang dapat

dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi informatif, edukatif, dan

kultural dalam upaya penguatan dan pengayaan khazanah

peradaban bangsa Indonesia. Katalog tersebut menjadi bagian

konservasi untuk memperkuat dan memperkaya peradaban

bangsa Indonesia serta menjunjung tinggi martabat bangsa di

mata dunia.

13

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Temuan/Produk

Kajian inventarisasi naskah karya ulama Nusantara ini
dilakukan sejak tahun 2009 hingga 2015 yang menghasilkan
3936 karya ulama sebagai bahan thesaurus.

Kajian inventarisasi karya ulama juga dilakukan
terhadap bentuk naskah tulisan tangan (manuskrip) karya
ulama Nusantara, yang kemudian dikodifikasikan dalam
format “Thesaurus Manuskrip Keagamaan Nusantara”, yang kini
sudah memuat 3000 lebih data naskah yang dapat diakses
melalui alamat http://lektur.kemenag.go.id/naskah. Dengan
demikian, thesaurus manuskrip keagamaan yang notabene
merupakan dokumen artefaktual karya ulama yang berfungsi
sebagai “historical witness”—saksi sejarah keluhuran
peradaban bangsa Indonesia di masa lalu, juga fungsional
sebagai rujukan bagi kajian atau penelitian pernaskahan
Nusantara.

Kesimpulan

Berdasarkan temuan, ada sejumlah kesimpulan perlu
digarisbawahi.

Pertama, masih terdapat ribuan karya ulama Nusantara --
baik dalam bentuk manuskrip maupun buku cetakan -- yang
belum diinventarisasi, dieksplorasi, dikonservasi, dan
dikembangkan menjadi karya diketahui, “terbaca” dan
diamalkan isi pesannya. Karena itulah, program inventarisasi,
eksplorasi, pemetaan, pelestarian, dan pengembangan naskah
karya ulama tetap diperlukan kesungguhan komitmennya.

Kedua, naskah-naskah klasik Nusantara –sebagai bagian
dari warisan budaya dan kekayaan bangsa Indonesia--
sebagian masih tersimpan di perpustakaan luar negeri
(Belanda, Inggeris dan Perancis). Dalam kontek ini, dalam
upaya pewarisan kepada generasi akan datang, maka

14

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

eksplorasi dan inventarisasi atas naskah tersebut perlu
dilakukan dan peroleh perhatian khusus dari Pemerintah.

Rekomendasi

Perlu pengembangan kerjasama kolaboratif secara
ekstensif antar instansi Pemerintah (Puslitbang LKK Diklat
Kemenag, Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Pusat Arsip
Nasional, dan Arkenas) untuk penguatan program
intensifikasi dan ekstensifikasi pemetaan, dan pengembangan
naskah karya ulama. Selain itu, Kementerian Agama sudah
barang tentu perlu meningkatkan anggaran untuk program
ini.

4. Eksplorasi & Konservasi Naskah Klasik Keagamaan

Konservasi/pemeliharaan terhadap naskah klasik
keagamaan merupakan pekerjaan sangat penting dilakukan,
karena ia merupakan warisan budaya bangsa yang
mengandung berbagai informasi sejarah, pemikiran,
pengetahuan dan berbagai bentuk kearifan lokal sesuai
daerahnya. Sebagai heritage, naskah klasik termasuk salah satu
unsur dari Benda Cagar Budaya yang mesti dilindungi. Dalam
rangka konservasi dan revitalisasi, maka Puslitbang LKK telah
melakukan konservasi naskah klasik keagamaan dengan cara
mendigitalisasi dan mengkaji isi teksnya.

Dalam hal penyelamatan naskah-naskah klasik,
Puslitbang LKK sedang berpacu dengan waktu, untuk
melawan ancaman kepunahan, kerusakan, dan fenomena
transaksi naskah-naskah klasik ke luar negeri. Sejak tahun
2008 hingga tahun 2015, Puslitbang LKK sudak melakukan
program digitalisasi sejumlah 1776 naskah dari berbagai
wilayah di Indonesia, dengan cara melakukan pemotoan
dengan format foto digital (text digitizing) naskah-naskah
klasik dengan format file RAW, minimum ketajaman 350 DPI
dan kedalaman warna 24 bit, dengan menggunakan kamera

15

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

digital jenis SLR (single lens reflex), dan format pengambilan
gambar/image per halaman.

Program pelestarian naskah-naskah klasik keagamaan
yang dilakukan oleh Puslitbang LKK peroleh aspresiasi
Menteri Agama Maftuch Basuni di Surabaya, 2009, karena
dinilai memiliki produk (hasil) yang signifikan memberikan
kontribusi terhadap pengambilan kebijakan Menteri Agama di
bidang Kehidupan Beragama. Beliau menggaris-bawahi untuk
meneruskan dan mengembangkan program ini.

Gambar 4
Salah satu manuskrip yang didigitalkan dari wilayah Madura

Temuan/Produk
Berangkat dari masih sangat banyak naskah-naskah yang

berada di tangan masyarakat dalam kondisi yang
memperihatinkan dan belum terpelihara dengan baik, maka
pada tahun 2015, Pulitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan
meneruskan program ”Ekplorasi dan Konservasi Naskah
Klasik Keagamaan”. Target hasil eksplorasi dan digitalisasi
naskah klasik keagamaan tahun 2015 adalah 160 naskah,
walau ternyata bisa melampaui target tersebut—dimana

16

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

berhasil mendigitalisasi sejumlah 175 naskah yang terdapat di
lima lokasi, yaitu Aceh 46 naskah, Sumbar 22 naskah, Kerinci
7 naskah, Garut 17 naskah, Cirebon 62 naskah, dan Wonosobo
38 naskah.

Rekomendasi

Berangkat dari kondisi yang memperihatinkan dan
sebaran naskah yang sangat luas sehingga sejumlah daerah
belum dijelajahi, maka kegiatan eksplorasi dan digitalisasi
naskah-naskah klasik keagamaan mutlak harus terus dan rutin
diadakan. Selain resiko di atas, bahaya yang mengintai
lenyapnya naskah di Negeri tercinta ini adalah kerawanan
naskah yang hilang akibat dijual ke luar negeri. Negara
tetangga terutama Malaysia dan Brunei terlihat sangat
antusias dalam mengumpulkan dan membelinya di wilayah
Indonesia ini. Disamping itu, bencana lain yang menimpa
naskah klasik keagamaan adalah kerusakannya yang
disebabkan oleh alam seperti cuaca dan bencana alam, atau
karena penanganan yang kurang tepat. Pelestarian naskah
melalui kegiatan eksplorasi dan digitalisasi naskah
diharapkan dapat mengurangi dampak kerawanan tersebut.

Selain kerutinan melakukan digitalisasi sebagai bentuk
penyelamatan naskah, perlu dilakukan pelestarian dalam
bentuk lain, yaitu mengkaji isi naskah dengan menggunakan
metode yang tepat dan interdisipliner. Kajian isi ini telah
mulai dilakukan oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan juga sejak tahun 2012 dengan nama kegiatan
Analisa Teks dan Konteks. kajian semacam ini harus terus
digalakkan dengan meningkatkan kualitas kerja, seperti
memilih teks-teks yang dibutuhkan dan digunakan
masyarakat sehari-hari, sehingga dapat mempermudah
masyarakat memahami dan membacanya apa yang telah
ditulis oleh nenek moyangnya pada masa lampau.

17

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Selanjutnya, publikasi dan sosialsi harus dilaksanakan secara
berurutan, tidak didiami dulu dalam lemari atau komputer.

Rekomendasi yang tak kalah penting dalam rangka
pelestarian isi naskah adalah membuat naskah yang sudah
menjadi manuskrip ini dimuat di dalam kurikulum muatan
lokal di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar hingga
tingkat menengah atas. Dengan demikian harapan dari upaya
ini adalah anak didik diperkenalkan warisan bangsa dan
membuat mereka mencintai warisan budaya mereka.

5. Studi Preservasi Manuskrip Keagamaan di Asean
(Preservation Study of Nusantara’s Religious Manuscripts
in the Asean countries (Malaysia, Thailand, Singapore,
dan Brunei)

Manuskrip keagamaan Nusantara masih banyak tersebar
di negara-negara Asia Tenggara. Keadaannya sangat
bervariasi, sebagian sudah ditangani secara baik dan sebagian
yang lain masih dalam kondisi yang tidak terpelihara.
Manuskrip ini masih perlu pendapat perhatian serius dari
berbagai pihak terutama peneliti kegamaan untuk mengkaji
dan menelaahnya sebagai salah satu bentuk konservasi. Hasil
kajian para ilmuwan tersebut sangat ditunggu dan bermanfaat
untuk penggunanya; generasi sekarang untuk semua umur
dan semua level. Hal ini karena informasi di dalam manuskrip
tersebut sangat bervariasi dan mengandung unsur kearifan
lokal yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupan
sehari-hari mereka.

Mengingat potensi keberadaan manuskrip di luar
Indonesia, khususnya wilayah Asean dalam lingkup
Nusantara, diduga kuat masih banyak lagi manuskrip yang
dapat ditelusuri di wilayah Asean lainnya dan Asia secara
umum. Mereka masih menyimpan warisan berharga tersebut
yang dapat dijadikan bahan kajian dan pelestarian

18

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Penelitian ini

merupakan kegiatan

eksplorasi/ inventarisasi

manuskrip yang

dilanjutkan dengan

tahapan preservasi

manuskrip keagamaan

Nusantara (Archipelago

Religious Manuscripts)

yang terdapat di belahan Gambar 5
negara-negara wilayah Tim Peneliti naskah sedang memeriksa

Asean. Penelitian ini, naskah koleksi Perpustakaan Universitas
secara substantif, dilatari Brunei Darussalam

oleh adanya fakta bahwa

naskah Nusantara, dalam kenyataannya, tersebar di berbagai

negara, termasuk di wilayah Asean, dalam kondisi kualitas

“memperihatinkan”—penempatan yang terserak, kurang

peroleh pemeliharan yang memadai, dan sebagian mengalami

kerusakan. Padahal, manuskrip memiliki fungsi kultural

sebagai “bukti sejarah” peradaban bangsa. Untuk itu, studi-

studi eksploratif, inventorik, dan preservatif tentang

manuskrip Nusantara menjadi sangat penting, di antaranya

untuk mengungkap kesejarahan Indonesia sebagai “sentra

otoritas wilayah Nusantara.

Temuan

Setelah penelitian dilakukan selama 5 (lima) hari di negara
Malaysia, Singapore, Thailand, dan Brunei, menunjukkan
bahwa negara-negara ini menyimpan manuskrip Nusantara
dalam jumlah yang cukup besar. Total manuskrip dari
keempat negara yang berhasil diidentifikasi mencap[ai lebih
dari 1500 manuskrip.

Pada umumnya empat negara ini concern terhadap
penyemalatan manuskrip keagamaan dan menjadi perhatian

19

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

pemerintah serta masyarakat setempat, terutama lembaga-
lembaga yang diberikan amanah untuk menjaganya. Malaysia
dan Brunei, penyelamatan telah dilakukan dengan cara
membeli naskah yang ada di sekitarnya, termasuk wilayah
Indonesia dengan harga yang tinggi. Banyak sekali manuskrip
Indonesia yang dapat ditemukan di negara Malaysia dan
Brunei Darussalam. Kedua negara tersebut, melakukan
pemeliharan manuskrip dengan “baik”, dengan menggunakan
alat-alat teknologi canggih. Demikian juga dengan Singapore,
penanganan manuskrip juga sudah dalam bentuk digital.
Layar sentuh disajikan kepada pembaca untuk menggali
informasi di dalam masnukrip yang disediakan. Sementara
Thailand (Pattani), sangat disayangkan, naskahnya masih
belum cukup dan layak perlakuan terhadapnya sehingga
keadaannya memperihatinkan dan dikhawatirkan. Belum lagi
masih banyak terdapat di dalam masyararakat yang disimpan
secara pribadi. Manuskrip di Pattani belum dikatalogkan,
apalagi untuk kajian secara intensif dalam hal menggali
pengetahuan yang ada di dalamnya.

Pada umumnya manuskrip yang menjadi koleksi negara
Malaysia dan Brunei adalah sebagian besar berasal dari
negara tetangganya, terutama Indonesia. Mereka
mendapatkannya dengan cara melacak terlebih dahulu
kepada broker-brokernya, setelah itu mereka beli dengan
harga yang tinggi. Patut dicatat bahwa pada bulan Februari
ini, Malaysia akan datang ke Aceh untuk membeli manuskrip-
manuskrip Aceh secara besar-besaran yang masih tersebar di
masyarakat. (Hasil Wawancara tim yang bertugas ke
Malaysia. Lihat isinya dalam laporan tim Malaysia secara
lengkap).

Selain itu, manuskrip juga berasal dari wilayah mereka
sendiri namun dalam jumlah yang sedikit. Di Brunei,
misalnya, ditemukan juga koleksi naskah dari Srilanka dan

20

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Borneo. Demikian juga dengan Malaysia, koleksi mereka lebih
banyak dari luar negeri mereka.

Sementara Pattani, koleksi naskahnya adalah dari leluhur
mereka yang berawal dari Syekh Daud al-Pattani. Para ulama
dan penulis setelahnya banyak memproduksi manuskrip-
manuskrip nusantara yang isinya tentu sangat berguna bagi
generasinya dan generasi sesudahnya. Berdasarkan hasil
wawancara tim, manuskrip yang ada di wilayah ini mencapai
lebih dari 200 manuskrip yang masih banyak lagi bertebaran
di masyarakat. Kondisinya tentu sangat memperihatinkan,
baik dari sisi fisik maupun sisi isi yang belum disentuh para
peneliti.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dirumuskan
sejumlah rekomendasi.

Pertama, kegiatan penelitian ini belum memenuhi
persyaratan untuk menghasilkan database untuk thesaurus
secara lengkap, sehingga belum bisa diupload hasil
inventarisasi ke dalam thesaurus. Ini adalah penelitian awal
yang cukup signifikan untuk ditindaklanjuti menjadi
penelitian untuk kepentingan pangkalan data thesaurus secara
tepat dan benar. Karena itu, perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan mendata secara seksama buku dan referensi
yang pernah dilakukan terhadap naskah yang didapatkan
pada penelitian ini. waktu penelitian harus ditambah menjadi
paling tidak 15 hari kerja untuk mendapatkan data yang
diharapkan dan hasilnya kemudian dapat diupload ke dalam
web thesaurus untuk dimanfaatkan oleh pihak akademis
kementerian agama khususnya dan Indonesia serta dunia
secara umum.

Kedua, mengingat hubungan Indonesia dengan negara lain
di Nusantara ini sangat erat, terutama dari sisi bahasa dan
keagamaannya, maka tentu kesamaan manuskrip Nusantara

21

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

sangat erat antara satu sama lainnya. Karena itu, perlu ada
tindak lanjut untuk melakukan kegiatan penelitian serupa di
negara-negara Asean, baik di negara yang sudah dikunjungi
untuk peneyempurnaan kajian dan negara yang belum
dikunjungi untuk menelusuri awal terhadap manuskrip
Nusantara ini, yang pada akhirnya dapat menghasilkan buku
sejarah Asean dengan menarik benang merah dengan
kesejarahan Indonesia sebagai “sentra otoritas wilayah
Nusantara”.

Ketiga, kegiatan penelitian ini tentu memberi manfaat
untuk lembaga yang mengkonservasi manuskrip dan
masyarakat luas, karena itu, usul dari narasumber agar
tidaklanjut dari penelitian ini untuk membuat buku panduan
atau pedoman dalam mengkonservasi naskah yang kemudian
disebarkan kepada yang membutuhkannya.

Keempat, mengingat keragaman yang menyatu antara
negara yang berada di lingkup Nusantara, maka kerjasama
kebudayaan antar negara Asean melalui “ Project for Asean
Culture Empowerment”. Proyek ini bisa dimanfaatkan untuk
penyepakatan Transliterisasi Arab-Latin dan pengusungan
bahasa rumpun Malay sebagai Asean Lingua Franca—bahasa
pegaulan masyarakat Asean) dan pengusungan “Malay
language” sebagai bahasa resmi PBB--selain bahasa Inggeris,
Cina (Mandarin),Perancis, Rusia, Arab, dan Spanyol--karena
memiliki penutur sekitar 500 juta yang tersebar di Indonesia,
Malaysia, Brunei, Singapura, Filipinan, Thailand, Timor
Timur, dan Vietnam.

6. Tahqiq Naskah Klasik Keagamaan

Naskah keagamaan klasik (NKK) yang menjadi salah satu
bentuk peninggalan tertulis kebudayaan masa silam,
merupakan dokumen yang menarik untuk diteliti. NKK
merekam secara tertulis kegiatan masa lampau yang
merupakan manifestasi dan refleksi kehidupan masyarakat

22

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

pada zamannya. NKK, karena itu, merupakan jembatan yang
menghubungkan generasi masa lalu dengan masa sekarang
dan masa yang akan datang. Dengan demikian, NKK dapat
memberi sumbangan besar bagi studi suatu kelompok sosial
budaya yang melahirkan NKK.

Sebagai dokumen yang mengandung pikiran, perasaan,
dan pengetahuan dari kelompok sosial budaya masyarakat
pendukungnya, NKK dapat menjadi bahan studi etnografik
yang menjelaskan historisitas suatu bangsa atau masyarakat.
NKK dapat memberikan kesaksian sejarah dinamika
kehidupan masyarakat melalui bahasa atau lambang (symbols)
yang tertulis dan tertuang di dalamnya. Lahirnya NKK di
suatu daerah kelompok masyarakat tertentu sangat erat
kaitannya kepada kecakapan baca-tulis serta kemajuan
peradaban masyarakat pendukungnya pada masa lampau.

NKK hampir tidak terhitung jumlahnya yang bisa men-
capai puluhan atau bahkan ratusan ribu dalam berbagai
bidang keilmuan. Sebagian naskah-naskah tersebut tersimpan
dengan baik di berbagai perpustakaan, baik di dalam maupun
di luar negeri, tetapi diduga kuat kebanyakan masih tercecer
di tangan masyarakat. Sebagian besar naskah diluar negeri
yang sudah diinventarisir antara lain tersimpan di Belanda,
Inggris, Malaysia, Afrika Selatan, Jerman, Prancis, Rusia, dan
berbagai negeri yang lain.4

Penelitian di bidang pernaskahan, masih sangat terbatas
yaitu hanya dilakukan pada naskah-naskah yang berhasil
diinventarisasi, terutama terbatas di lembaga-lembaga resmi
seperti perpustakaan-perpustakaan dan museum-museum. Di
samping itu, masih sangat banyak naskah yang tersebar di
kalangan masyarakat secara perseorangan yang hingga saat
ini belum terjangkau oleh kalangan peminat, pecinta, serta

4 Henri Chambert Loir dan Oman Fathurahman, Khazanah Naskah.
Jakarta: Francaise d’Extrem-Orient, Yayasan Obor Indonesia, 1999, h. 8.

23

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

peneliti naskah. Penelitian yang selama ini dilakukan sebagian
besar terbatas pada naskah-naskah yang sudah ada di
museum-museum dan perpustakaan-perpustakaan,
sedangkan terhadap naskah-naskah yang masih tersebar di
kalangan masyarakat belum banyak dilakukan.

Salah satu fungsi

Puslitbang LKK adalah

melakukan penelitian dan

pengembangan lektur

keagamaan klasik dan

kontemporer. Selama ini

Puslektur Keagamaan telah

menginventarisir kaskah dan

mendigital naskah klasik

keagamaan. Puslitbang Lektur

Keagamaan telah

menginventarisir naskah

keagamaan klasik dari tahun

1997-1999, kemudian

diterbitkan dua buku katalog Gambar 6
memuat 759 naskah. 5 Pada

tahun 2003-2007, Puslitbang Salah satu buku hasil Tahqiq

LKK bekerja sama dengan UIN, Naskah Klasik Keagamaan
IAIN, STAIN, STAHN, STAKN, Nusantara

dan telah menginventarisir 1266 naskah keagamaan.6 Setelah

itu, melakukan digitalisasi naskah klasik keagamaan hingga

sekarang dan sudah mendigital naskahs ebanyak 1700 naskah.

Semua naskah ini pada prinsipnya harus ditelaah lebih jauh

agar manfaatnya lebih terasa di kalangan geenrasinya dan

generasi penerus. Karena itu, tahqiq merupakan pekerjaan

5 Puslitbang Lektur Keagamaan. Katalo Naskah Kuno. 2 jilid, Jakarta,
1999 .

6 Puslitbang Lektur Keagamaan, Laporan Hasil Penelitian Naskah Klasik
Keagamaan Nusantara. Jakarta, 2007.

24

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

peneleitian meja yang vital diperlukan. Rangkaian tahqiq
tersebut untuk tahun 2015 adalah alih aksara, alih bahasa, dan
alih edisi (analisis isi).

Temuan

Hasil penelitian tahqiq pada tahun ini berhasil menelaah
naskah sebanyak 10 naskah dengan bahasa yang berbeda-
beda, yaitu, bahasa Arab, Aceh, Melayu, Bugis, Jawa, dan
Sunda. Adapun kajian isi difokuskan kepada ilmu agama
Islam, yaitu tauhid, Fiqih, tasawuf. Selain itu sejarah, sastra
dan mantra dan doa-doa yang dipakai masyarakat setempat
juga menjadi kajian kali ini. Kajian ini sedianya perlu
diterbitkan dan disosialisasikan kepada masyarakat agar
dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat yang
membutuhkan.

Rekomendasi

Dari latar belakang dan hasil temuan di atas dapat
direkomendasikan untuk kegiatan ini beberapa hal sebagai
berikut:

Pertama, kegiatan ini perlu dilaksanakan dalam jangka

waktu yang lebih panjang, mengingat masih sangat banyak

naskah yang disimpan Puslitbang LKK sangat sedikit

sekali yang baru berhasil dilakukan tahqiq

Kedua, penyebarluasan hasil tahqiq perlu segara dilakukan
untuk menyosialisasikan hasil tahqiq kepada masyarakat dan
pemangku kepentingan.

Ketiga, publikasi hasil tahqiq perlu dilakukan secara offline
dan online, sehingga tidak terkesan hanya terbatas kepada
lembaga-lembaga tertentu saja yang dapat menerima hasil
tahqiq tersebut, melainkan tersebar dan dapat diakses kepada
seluruh dunia tanpa dibatasi waktu dan ruang.

25

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

7. Penelitian Seni Budaya Keagamaan

Seni budaya keagamaan merupakan bagian penting dan
tak terpisahkan dari kebudayaan nasional. Diasumsikan
bahwa seni budaya keagamaan atau yang sering diistilahi juga
dengan seni tradisional keagamaan merupakan bagian
terbesar dari seni budaya tradisional Indonesia, karena
kuatnya pengaruh agama di Indonesia. Peran seni budaya
keagamaan yang secara historik telah lama mewarnai
paradaban bangsa, kiranya perlu dilestarikan dan
direvitalisasi agar terhindar dari kemusnahan. Dalam upaya
konservasi dan revitalisasi seni budaya keagamaan di
Nusantara, Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan,
pada tahun 2013 melaksanakan Penelitian Seni Budaya
Keagamaan Nusantara. Penelitian ini bermula dari 2013 hingga
tahun 2015, diharapkan bisa menghasilkan karya monumental
berupa Kompendia Seni Budaya Keagamaan Nusantara—
dalam bentuk ensiklopedi, direktori, atau atlas seni budaya
keagamaan Nusantara yang akan di-launching pada 2017.

Temuan/Produk

Pada tahun 2013 (tahapan pertama), penelitian difokuskan
pada pemetaan seni budaya di Pulau Jawa, Selanjutnya, pada
tahun berikutnya (2014, 2015, dan 2016), penelitian difokuskan
ke wilayah luar Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, hingga Papua. Hingga tahun 2015,
penelitian berhasil mengidentifikasi dan menuliskan sebanyak
1400 nama (jenis) seni budaya keagamaan (seni budaya
bernuansa keagamaan) yang meliputi genre seni musik, seni
rupa, seni sastra, seni tampil (pertunjukan) dan tradisi ritual
keagamaan.

Sebagian besar, seni budaya keagamaan yang berhasil
diidentifikasi dan dituliskan kembali dalam bentuk/format
ensiklopedik, mengalami kondisi hampir punah (sudah tidak
dikenal, jarang sekali ditampilkan). Hal tersebut disebabkan

26

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

karena sejumlah faktor, diantaranya karena: (1) kurang
menarik lagi disebabkan oleh munculnya budaya global
modern, seperti seni budaya jemblung (cerita ‘wayang’
monolog), angguk (tarian), bongkel, ebeg, begalan, dan cowongan,
dan (2) kurang peroleh perhatian dari Pemerintah, dan
masyarakat umumnya.

Rekomendasi

Berdasarkan penelitian tersebut, maka disampaikan
beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan.

Pertama, perlu upaya pelestarian (konservasi, preservasi)
terhadap seni budaya keagamaan. Upaya tersebut dapat
dilakukan secara integrative melalui penelitian lebih
mendalam dan penerbitan buku (=ensiklopedia) seni budaya
keagamaan berbasis hasil penelitian (yang dilakukan
Puslitbang LKK tersebut) secara luas.

Kedua, melakukan revitalisasi seni budaya keagamaan—
baik terhadap seni budaya yang leha punah maupun yang
masih “ada dan hidup”. Revitalisasi bisa dilakukan melalui
program: (i) penyadaran kolektif kepada masyarakat untuk
“melihat, menyadari, memperhatikan, menghargai”
keberadaaan dan fungsi seni budaya keagamaan bagi
kehidupan masyarakat generasi kini dan mendatang, (ii)
penggalakan masyarakat (generating) untuk memodifikasi
seni budaya keagamaan yang terkesan “kuno, tradisional”
menjadi seni budaya yang “modern, trendy, dan menarik”
generasi kini. Penambahan instrumen musik, atau pewarnaan
dengan alat, gaya, dan lagu, atau polesan asesori bernuansa
modern, dapat mendongkrak “daya Tarik” seni budaya
keagamaan bagi generasai muda dewasa ini, (iii) pemanfaatan
“seni budaya keagamaan” sebagai bahan pelajaran “ekstra
kurikuler” di berbagai jenjang pendidikan, terutama jenjang
pendidikan dasar dan menengah, (iv) penerbitan/publikasi
hasil penelitian dalam bentuk ensklopedi baik berbahasa

27

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Indonesia maupun Inggeris (Ensiklopedia Seni Budaya
Keagamaan Nusantara/ Encyclopedia of the Nusantara’s
Religious Arts and Culture yang “bagus” sehingga bermanfaat
bagi pengenalan kekayaan budaya atau peradaban Indonesia
bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat global.

8. Penelitian Evaluatif (Tadqiq) terhadap Buku Pelajaran di
Sekolah/Madrasah

Berdasarkan KMA Nomor 437 Tahun 2003 bahwa buku-

buku yang dibeli dan diadakan oleh Departemen Agama

harus di-tashih

(=dikoreksi, divalidasi,

dibenarkan substansinya)

terlebih dahulu sebelum

diedarkan kepada peserta

didik baik yang berada

dilingkungan Departemen

Agama maupun

Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan

Nasional. Pentashihan

dimaksud untuk

menghindari kesalahan

penulisan ayat-ayat Al-

Qur’an dan hadis;

kesalahan penerjemahan Gambar 7
ayat-ayat Al-Qur’an dan Buku-buku pelajaran agama yang
hadis; dan ketidaksesuaian
di-tadqiq

pencantuman ayat/hadis pendukung dengan topik bahasan.

Disamping itu, disarankan pula untuk menggunakan dan

merujuk Al-Qur’an standar dan Al-Qur’an terjemah

Departemen Agama serta menggunakan trasliterasi yang telah

disepakati oleh Departemen Agama dan Depdiknas. Dengan

adanya program BOS pengadaan dan pembelian buku-buku

pelajaran agama Islam diadakan dan dibeli langsung oleh

28

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Komite Sekolah. Dengan demikian KMA 437 tidak punya
otoritas untuk mentashih buku PAI tersebut karena bukan
dibeli dan diadakan oleh Kementerian Agama.

Pentashihan (tadqiq, evaluasi) terhadap buku-buku
pelajaran Pendidikan Agama, sudah dimulai sejak tahun 2012,
yang difokuskan pada penilaian terhadap aspek isi dan tulisan
ayat-ayat dan hadis khususnya yang dipergunakan dalam
buku pelajaran tersebut.

Temuan

Pada tahun 2015 adalah Puslitbang LKK melakukan
program tadqiq (evaluasi) terhadap sejumlah buku pelajaran
agama Islam yang diterbitkan Pendis dan Kemendikbud, yang
diperuntukan bagi murid jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Kelas II dan V, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kelas VIII, dan
Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI terbitan Ditjen Pendis, dan
buku-buku Pendidikan Agama Islam, yaitu: buku untuk
guru dan siswa yang meliputi mata pelajaran Fikih, Akidah
Akhlak, Al-Qurán Hadis, Bahasa Arab, dan Sejarah
Kebudayaan Islam untuk Kelas II (MI), Kelas V (MI), Kelas
VIII (MTs), dan Kelas XI (MA) serta buku-buku Pendidikan
Agama terbitan Kemendikbud, misalnya buku pendidikan
agama dan budi pekerti, yaitu: 1) Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti SD Kelas I; 2) Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti SD Kelas I dan IV; 3) Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti SD Kelas I; 4) Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti SD Kelas I; 5) Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti SD Kelas I dan IV; 6) Pendidikan
Agama Konghucu dan Budi Pekerti SD Kelas I.

Hasil evaluasi (tadqiq) menemukan sejumlah temuan
penting, yaitu: 1) Menggunakan acuan di luar Keputusan
Bersama Menteri Agama RI No. 158 tahun 1987 dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0543/b/1987 untuk
penulisan Transliterasi Arab-Latin; 2) Menggunakan acuan

29

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

selain KMA Nomor 437 Tahun 2001; 3) Belum
mengimplementasikan Keputusan Kepala Badan Litbang
Agama dan Diklat Keagamaan No. BD/01/2004; 4) Adanya
buku agama yang dibeli belum memperoleh tashih dari unit
yang berwenang/Departemen Agama. Secara spesifik,
berbagai kesalahan yang ditemukan meliputi: 1)
ketidaktepatan pengutipan teks ayat Al-Qur’an; 2)
ketidaktepatan pengutipan teks hadis; 3) ketidaktepatan
pengutipan terjemah ayat Al-Qur’an; 4) ketidaktepatan
penerjemahan hadis; 5) inkonsistensi dalam penggunaan
transliterasi Arab-Latin; 6) ketidaktepatan penulisan Bahasa
Indonesia; 7) ketidaksesuaian antara pengutipan ayat Al-
Qur’an atau hadis dengan topik bahasan; 8) ketidaksesuaian
antara materi dengan gambar (ilustrasi), dan; 9) ilustrasi
yang ditampilkan sering tidak sesuai dengan konteks
pembahasan atau usia anak didik; daftar pustaka yang
dicantumkan sering tidak dirujuk karena sering
menggunakan sumber yang inkredibel seperti internet.

Kesalahan/kekeliruan penulisan yang terdapat dalam
buku pelajaran SD, SMP, dan SMA tersebut, akan
mengakibatkan “penyesatan” di samping pemahaman yang
keliru bagi peserta didik.

Rekomendasi

Pada aspek kebijakan makro, diperlukan beberapa upaya
agar Pemerintah secara legitim, leluasa, dan efektif dapat
melakukan pengawasan terhadap buku-buku pelajaran yang
dipergunakan di sekolah/madrasah dengan baik.

Pertama, Pemerintah perlu menarik penggunaan buku
pelajaran Pendidikan Agama yang memuat kesalahan “berat”
untuk dilakukan revisi terlebih dahulu agar dapat
dipergunakan pada waktu mendatang;

Kedua, diperlukan pengembangan KMA 437 (yang
membatasi kewenangan untuk menilai buku-buku yang dibeli

30

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

dan diadakan oleh Departemen Agama) diperluas wilayah
otoritasnya hingga memiliki kewenangan untuk menilai buku-
buku yang diadakan oleh Kemendikbud juga.

Ketiga, perlu dibuat MoU antara Kementerian Dikbud
dalam menangani buku-buku pelajaran agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Keempat, terkait
dengan temuan kontemporer, perlu dilakukan langkah
pemberian teguran, atau perintah untuk memperbaiki
kesalahan yang terjadi. Bahkan pada tingkat kesalahan yang
“tinggi”, perlu dilakukan penarikan buku dari peredaran.

PROGRAM PENGEMBANGAN

Puslitbang LKK, pada tahun anggaran 2015
menyelenggarakan sejumlah kegiatan pengembangan
“kelekturan dan kekhazanahan”, diantaranya diurai berikut.

1. Penerjemahan Al-Qur’an ke Bahasa Daerah

Salah satu tugas utama Kementerian Agama adalah
memberikan pelayanan keagamaan pada masyarakat. Untuk
itu, sejak tahun 2011, Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan melakukan Penerjemahan al-Qur’an ke dalam
Bahasa Daerah, yaitu : Bahasa Makassar (Sulawesi Selatan),
Bahasa Kaili (Sulawesi Tengah), dan Bahasa Sasak (Nusa
Tenggara Barat).

Selanjutnya, pada tahun 2012 hingga 2015, dilakukan
penerjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Minang (Sumatera
Barat), Bahasa Batak (Sumatera Utara), Bahasa Dayak (Kalbar,
Kalteng, dan Kaltim), dan Bahasa Jawa Banyumasan (Jawa
Tengah Bagian Barat, Lampung). Pada tahun 2013 hingga
tahun 2016, dilakukan penerjemahan al-Qur’an ke dalam
bahasa Toraja dan Bolaang Mongondow.

Penerjemahan ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan
masyarakat akan al-Qur’an yang dapat dipahami dalam

31

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

bahasa sehari-hari, sehingga diharapkan pesan-pesan yang
terdapat dalam al-Qur‘an lebih mudah terimplementasi dalam
kehidupan sehari-hari sejalan arah kebijakan Kementerian
Agama tahun 2010-2014 untuk peningkatan kualitas
kehidupan beragama, dengan sasaran terwujudnya suatu
kondisi keberagamaan masyarakat yang dinamis dan mampu
mendukung percepatan pembangunan nasional.

Dengan al-Qur’an terjemah bahasa daerah ini diharapkan
dapat menjadi sarana untuk memperluas akses warga
masyarakat dengan al-Qur’an, terutama bagi masyarakat yang
tidak mampu berbahasa Indonesia. Masyarakat yang akrab
dengan bahasa daerahnya diharapkan dapat pula menjadi
akrab dengan al-Qur’an, disamping sebagai media pelestari
bahasa dan budaya lokal daerah tersebut. Dengan demikian
kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai luhur dan ditulis
dalam bahasa daerah akan mudah dihayati dan membekas
dalam masyarakat setempat.

Gambar 8
Al-Qur’an Terjemah Bahasa

Daerah

32

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Produk

Al-Qur’an terjemahan Bahasa daerah Minang,
Banyumasan, Dayak Kanayant telah dilaunching dan
diterbitkan pada tahun 2015.

Sementara, Al-Qur’an terjemahan Bahasa daerah Batak
Angkola, Toraja, Bolaang Mangondow direncanakan akan di -
launching dan diterbitkan pada tahun 2016

Catatan Eksekutif

Penyelenggaraan program Penerjemahan Al Qur’an ke dalam
Bahasa Daerah memperoleh apresiasi “luar biasa” oleh
masyarakat, terutama masyarakak penurut bahasa yang
bersangkutan. Apresiasi mengemuka dikarenakan oleh 2
(dua) alasan kultural dan keagamaan.

Pertama, al Qur’an terjemah sangat membantu untuk
memberikan layanan keagamaan bagi masyarakat yang tidak
bisa atau kurang akrab dengan bahasa Indonesia. Kehadiran
terjemahan al Qur’an bahasa daerah ini sangat membantu
untuk “memahami” isi al Qur’an yang diyakini sebagai
pedoman hidup keseharian masyarakat.

Kedua, secara politik budaya--menurut para tokoh dan
pakar budaya, khususnya pakar bahasa—penerjemahan al
Qur’an ke dalam bahasa daerah sangat membantu dalam
pelestarian bahasa daerah. Bahkan, penerjemahan al Qur’an
ke dalam bahasa daerah ini merupakan “instrument kultural
paling efektif” untuk melestarikan, mempertahankan atau
mengawetkan “bahasa daerah” dari kepunahannya.
Menyermati “urgensi” penerjemahan al Qur’an tersebut,
sejumlah pimpinan daerah (bupati, misalnya) memprakarsai
untuk menggandakan “al Qur’an terjemahan” produk
Puslitbang LKK, Badan Litbangdiklat, Kemenag, untuk
didistribusikan sesuai kebutuhan warganya.

33

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Rekomendasi

Berdasarkan catatan ikhwal penyelenggaraan program
penerjemahan al Qur’an ke dalam Bahasa Daerah,
disampaikan beberapa rekomendasi.

Pertama, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan
beragama Islam fihak Kementerian Agama hendaknya
melakukan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam berbagai
bahasa daerah secara ekstensif.

Kedua, pihak Kementerian Agama hendaknya melakukan
upaya kerjasama dengan Pemda setempat dalam
meningkatkan pelayanan kualitas beragama, terutama
pemaksimalan penerbitan al-Qur’an bahasa daerah.

2. Penyusunan Kamus Istilah Keagamaan (KIK).

Pada 3 Desember
2015, Puslitbang LKK—
Balitbangdiklat,
Kemenag meluncurkan
(me-launching) Kamus
Istilah Keagamaan (KIK).

KIK pada dasarnya

merupakan sebuah buku

besar yang memuat entri

pilihan yang disusun

secara alfabetik

menyangkut aspek

keyakinan, hukum, etika,

moral dan sosial Gambar 9

kemasyarakatan yang Kamus Istilah Keagamaan

dipraktekkan dalam

agama di Indonesia, khususnya Islam, Katolik, Kristen

Protestan, Hindhu, Buddha, dan Konghucu.

34

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Penyusunan KIK bertujuan melindungi keyakinan umat
beragama dari kekeliruan dalam memahami ajaran agama dan
lebih mendorong terwujudnya kerukunan antar umat
beragama di Indonesia. Kehadiran KIK diharapkan dapat : (a)
menghindarkan kesalahpahaman atau salah pengertian
masyarakat terhadap istilah keagamaan setiap agama, (b).
memperkuat jalinan persaudaraan dan perekat kerukunan
antara umat beragama, (c) mendidik masyarakat untuk
menghargai adanya perbedaan dalam hal keyakinan
beragama, dan (d). sebagai bahan rujukan dalam penulisan
buku, baik buku pelajaran pada lembaga- lembaga pendidikan
maupaun buku bacaan umum.

Produk

Proses penyusunan KIK yang dimulai sejak empat tahun
lalu, berhasil menyelesaikan sebuah produk berupa KAMUS
ISTILAH KEAGAMAAN, yang memuat 9.134 entri meliputi
peristilahan dalam agama Islam, agama Kristen, agama
Katolik, agama Hindu, agama Buddha, dan agama
Khonghucu, berketebalan 623 halaman, yang bisa
dimanfaatkan sebagai rujukan akedemik dan rujukan umum
pemeluk agama di Indonesia.

Rekomendasi

Mengingat pentingnya peristilahan keagamaan bagi umat
beragama untuk: (i) memberikan kesamaaan pemahaman
makna, dan (ii) menjadi media perukunan, maka diperlukan
beberapa upaya pelanjutan.

Pertama, penggandaan buku KIK relatif memadai untuk
dibagikan kepada sejumlah institusi terkait, seperti: (a)
Perpustakaan-perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri
maupun Swasta sebagai bahan rujukan pemahaman konsepm
keagamaan, dan (b) Lembaga Swadaya masyarakat, serta

35

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

organisasi sosial keagamaan sebagai media rujukan informasi
keagamaan.

Kedua, Perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dan
dikomunikasikan secara online sebagai bentuk partisipasi
akademik Pemerintah Indonesia bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada skala global. Hal ini karena ”kamus yang
memuat istilah keagamaan meliput semua agama” baru KIK
terbitan Kemenag RI.

3. Pengelolaan Laman/Web Naskah Klasik Keagamaan

Kegiatan Pengelolaan Laman/Web Naskah Klasik Keagamaan ini
bertujuan untuk memublikasikan hasil kajian ikhwal lektur
klasik keagamaan yang sudah terdigitalkan (digitalized
manuscripts) yang sudah mencapai jumlah 2500 naskah klasik
keagamaan melalui website Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama,
sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat luas secara baik dan
tepat. Adapun tujuan dari kegiatan ini secara umum adalah
salah satu bentuk upaya konservasi terhadap lektur klasik
keagamaan dengan mempublikasikannya lewat dunia maya,
sehingga semua orang dapat mengaksesnya tanpa harus
berbatas waktu dan tempat. Karena itu, kegiatan pengelolaan
laman/web naskah klasik keagamaan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat siapa pun dan dimana
pun dalam bentuk kemudahan mengakses hasil kajian
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama terkait dengan lektur (naskah)
klasik keagamaan. Di samping itu, diharapkan naskah-naskah
klasik keagamaan yang diupload di dalam web ”Manuscript
Nusantara” ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam
kajian-kajian ilmiah khususnya kajian lektur klasik keagamaan
dan digunakan untuk kepentingan membentuk karakter
bangsa, sebagaimana disampaikan oleh pewaris masa lampau.

36

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Rekomendasi
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan

Litbang dan Diklat Kementnerian Agama sebagai sebuah
lembaga berbasis riset perlu melakukan publikasi dengan
merujuk kepada Undang-undang No. 14/Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Secara konkrit berupaya
menyediakan informasi kepada masyarakat luas melalui
laman/web naskah klasik keagamaan sehingga perlu
pengelolaan yang maksimal.

Pekerjaan pengelolaan web ini perlu dilakukan secara
berkelanjutan terhadap setiap naskah yang sudah dipotret dan
dikemas sesuai dengan prosedur untuk diterbitkan.
Pemanfaatan akan dapat dinikmati secara langsung oleh pihak
penggunanya apabila hal ini dapat diwujudkan setiap
tahunnya.

Gambar 10
Tampilan website laman naskah
http://lektur.kemenag.go.id/manuskrip

4. Penyusunan Thesaurus Naskah Klasik Keagamaan
Nusantara
Kegiatan Penyusunan Thesaurus Manuskrip Keagamaan

tahun 2015 difokuskan pada koleksi oleh Puslitbang Lektur

37

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

dan Khazanah Keagamaan. Kegiatan ini dikerjasamakan
denga PPIM-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kegiatan ini, pada dasarnya, merupakan kegiatan lanjutan
yang sudah pernah dilakukan pada tahun 2009 atas hasil
kerjasama dengan PPIM- UIN Jakarta juga. Dan sudah
dilaunching hasilnya yang mencapai 3000 database manuskrip
keagamaan pada tahun 2012 sehingga sudah bisa
dimanfaatkan oleh penggunanya.

Pada tahun 2015 ini, penambahan data base dilakukan
sejumlah 160 entry dari hasil kajian yang telah dilakukan
terhadap koleksi Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan. Data ini diproduksi secara online dan bisa
diakses oleh penggunannya. Ia berbentuk pangkalan data
dalam bentuk Thesaurus Manuskrip Keagamaan yang
komprehensif memuat informasi dari berbagai aspek tentang
sebuah manuskrip.

Gambar 11
Tampilan website thesaurus naskah
http://lektur.kemenag.go.id/naskah

38

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Kesimpulan

Program penyusunan database dalam bentuk thesaurus
online berhasil mampu menyimpan data online sebanyak 3430
data tentang teks terutama tentang manuskrip karya ulama
Nusantara yang bertebaran dan belum teridentifikasi
sebelumnya. Pangkalan data ini--yang bisa dibuka/dicari dari
item dalam web, yang memuat nama judul, nama pengarang,
kategori/disiplin ilmu, dan tahun terbitan, dan kondisi buku -
bisa diakses di http://lektur.kemenag.go.id/naskah/

Sebagai produk ilmiah,Thesaurus Naskah Klasik Keagamaan
Nusantara, terkategori sebagai buku referensi ilmiah (scientific
reference) yang memiliki manfaat besar bagi komunitas ilmiah
sebagai sumber informasi awal untuk mendalaminya bagi
kepentingan riset, tahqiq, atau penulisan buku.

Rekomendasi

Pertama, mengingat manfaat yang bisa digunakan oleh
pihak akademis baik nasional dan internasioan, Kegiatan
penyusunan data base ini perlu dilakukan secara kontinyu
dan diperluas wilayah.

Kedua, potensi kajian manuskrip ini sangat luas dan
banyak dan tidak hanya terbatas di Indonesia saja, maka perlu
dilakukan kajian di wilayah Nusantara juga yang mencakup
wilayah Asia Tenggara. Hal ini didasarkan kepada
pertimbangan bahwa pekerjaan ini telah dilakukan sebagian
besar di wilayah Indonesia. Perluasan kajian ke luar Indonesia
perlu dilakukan.

5. International Symposium on Religious Literature and
Heritage (ISLAGE), 2015

Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur dan
Khazanah Keagamaan adalah salah satu dari enam unit kerja
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik

39

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Indonesia, yang memiliki tugas utama melakukan penelitian
dan pengembangan di bidang lektur kegamaan yang terdiri
dari kajian kitab suci, manuskrip klasik keagamaan, literatur
keagamaan kontemporer, dan khazanah keagamaan yang
terdiri dari kajian sejarah sosial keagamaan, arkeologi
keagamaan, seni budaya dan tradisi keagamaan.

Gambar 12
Dirjen Bimas Islam Machasin mewakili Menag saat memberikan sambutan sekaligus

membuka secara resmi International Symposium on Religious Literature and
Heritage (Islage) yang diselenggarakan oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag tanggal 15-18 September 2015 di Jakarta

Dalam rangka menguatkan pemahaman tentang khazanah
nusantara dan melihat perkembangan khazanah di seluruh
dunia, terutama yang berhubungan dengan lektur dan
khazanah keagamaan, Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan telah mengadakan The International Symposium on
Religious Literature and Heritage (ISLAGE), pada tanggal 15 – 18
September 2015 bertempat di Hotel Millenium Jl. H. Fachrudin
No. 3, Jakarta, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota

40

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Jakarta 10250, dengan menghadirkan para peneliti, pakar,
akademisi, dan insan cendekia baik nasional maupun
internasional untuk berbagi ide, pikiran, dan perspektif dalam
memberdayakan budaya intelektual dan berdiskusi tentang
perkembangan kajian lektur dan khazanah keagamaan.

Dari simposium yang akan dilaksanakan dalam tiap dua
tahun sekali diharapkan dapat menjaring wacana dan
pemikiran baru dalam mengembangkan khazanah keagamaan
dan menghasilkan formulasi yang tepat dalam
mengkonservasi warisan budaya di tengah era globalisasi.

Simposium pada tahun 2015 mengangkat tema:
Empowering Civilization through Religious Heritage. Pertemuan
ini bertujuan menyediakan forum ilmiah sebagai media dialog
antara para ilmuan dalam memetakan masalah dan
membangun model pengembangan lektur dan khazanah
keagamaan. Melalui simposium ini diharapkan dapat menjadi
media komunikasi yang baik antar lembaga, baik nasional
maupun internasional, sehingga terjalin kerjasama yang baik
dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang literatur dan khazanah keagamaan. Dalam simposium
ini, materi yang akan disajikan berkenaan dengan Naskah
Klasik Keagamaan (Religious Manuscripts), Lektur Keagamaan
Kontemporer (Religious Contemporary Literature), Sejarah Sosial
Keagamaan (Religious Social History), Seni Budaya Keagamaan
(Religious Art and Culture), dan Arkeologi dan Inskripsi
Keagamaan (Religious Archaeology and Inscription). Simposium
ini juga mengangkat isu-isu penting dengan menghadirkan
beberapa narasumber dan pembicara undangan. Menteri
Agama Republik Indonesia yang pada saat itu diwakili oleh
Prof Machasin berbicara tentang kebijakan pemerintah terkait
penelitian dan pengembangan lektur dan khazanah
keagamaan. Sementara Prof. Dr. Edwin Wieringa yang akan
membawakan tema seputar isu-isu penting dalam kajian
literatur keagamaan klasik (religious manuscripts) dan sejarah

41

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

lokal (local history). Disamping akan berbicara tentang
pentingnya konservasi dan preservasi khazanah keagamaan
lokal sebagai landasan untuk pengambilan kebijakan
pemerintah. Selain itu, pembicara undangan mengulas
berbagai isu yang terkati lektur dan khazanah keagamaan.
Mereka adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra (Pakar Sejarah UIN
Jakarta), Prof. Dr. Iik Arifin Noor (Arkeolog UIN Jakarta),
Prof. Dr. Mark R. Woodward (Arizona State University), Prof.
Dr. Joel Khan (Anthropolog Australian University), Prof. Dr.
Anthony Reid (Pakar Sejarah National University of
Singapore), Dr. Annabel Teh Gallop (Filolog British Library),
Dr. Dick van der Meij (Pakar Sejarah Leiden
University).Kegiatan ini diikuti oleh berbagai komunitas dari
dalam maupun luar negeri, yang berjumlah 120 orang, seperti
peneliti, akademisi, dosen, aktivis sosial dan lembaga-lembaga
yang mempunyai concern terhadap kajian lektur dan khazanah
keagamaan. Mereka akan mempresentasikan berbagai tema
yang terkait kajian lektur klasik maupun kontemporer, sejarah
sosial keagamaan, arkeologi keagamaan dan seni budaya dan
tradisi keagamaan.

Produk Simposium

Dalam kegiatan The International Symposium on Religious
Literature and Heritage (ISLAGE) telah melahirkan
kesepakatan-kesepakatan penting terkait pengembangan
kelembangan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan,
kajian lektur dan khazanah keagamaan, dan penguatan
kerjasama dan jaringan dengan lembaga-lembaga lain yang
mempunyai concern yang sama.

- Memperkenalkan dan mensosialisasikan produk
penelitian dalam bentuk eksibisi dengan institusi
regional.

- Membangun kerjasama dengan sangar seni Seraung dan
Ketuhanan dalam membangun gotong royong.

42

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

- Menciptakan penelitian bersama dengan lembaga-
lembaga internasional untuk membentuk dan
menyamakan model penelitian baru terkait dengan
lektur dan khazanah di wilayah masing-masing.

- Menciptakan jaringan dengan lembaga pemerintah
lokal untuk membangun kebijakan dalam penelitian
yang berkaitan dengan lektur dan khazanah
keagamaan.

6. Rakernas Seni Budaya Keagamaan

Sesuai tusinya, yaitu melaksanakan penelitian,
pengembangan, sosialisasi, dan konservasi tinggalan budaya
keagamaan (religious-cultural legacies) yang terdapat di
Nusantara, Puslitbang LKK menyelenggarakan kegiatan Rapat
Kerja Nasional Seni Budaya Keagamaan (RAKERNAS Seni
Budaya Keagamaan), pada tahun 2015. RAKERNAS diikuti
oleh institusi-institusi terkait dengan kebudayaan nasional,
seperti: Pusat Arkeologi Nasional, Pusat Arsip Nasional, Pusat
Sejarah, Lembaga Kebudayaan, Dinas Pariwisata, dan
lembaga di bawah Ditjen Kebudayaan, seperti Direktiorat
Cagar Budaya, Direktorat Sejarah, Dinas Kebudayaan
Provinsi, serta para pakar seni budaya keagamaan. Rakernas
ini, diantaranya bertujuan untuk : (1) memperkuat komitmen
Pemerintah, Masyarakat, dan pegiat seni budaya keagamaan
untuk mengembangkan, melestarikan, dan merevitalisasi seni
budaya keagamaan Nusantara, (2) membangun kesamaan
pemahaman dan persepsi tentang strategi penelitian,
pengembangan, konservasi/preservasi, dan revitalisasi seni
budaya keagamaan Nusantara, dan (3) menjalin kerjasama
(penelitian dan kerja kolaboratif) dalam penelitian,
pengembangan, pelestarian, revitalisasi, sosialisasi, dan
pemanfaatan seni budaya keagamaan, (4) tukar-pikiran dan

43

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

Produk

Rakernas berhasil menyepakati sejumlah

program/kegiatan kolaboratif dalam penelitian,

pengembangan, konsultasi, konservasi, dan revitalisasi seni

budaya keagamaan Nusantara. Diantaranya adalah

kesepakatan:

Pertama, urgensinya untuk menginventarisasi atau
mengidentifikasi seluruh bentuk (genre) seni budaya
keagamaan yang terdapat di wilayah Nusantara (Indonesia,
dan negara tetangga berbahasa Melayu). Dalam kontek ini,
pemetaaan terhadap budaya Nusantara (cultural mapping)
menjadi program niscaya yang harus diwujudkan bersama
dalam upayanya mengetahui, memahami dan menyaksikan
berapa banyak/jumlah seni budaya Nusantara umumnya, dan
seni budaya bernuansa keagamaan khususnya.

Gambar 13
Kepala Badan Litbang dan Diklat (kiri) bersama dengan Kepala
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan (kanan) dalam Pembukaan

Rakernas Seni Budaya Keagamaan Nusantara

44

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Kedua, perlunya melakukan kegiatan “integratif” dan
kolaboratif dalam penelitian, pengembangan, pelestarian,
revitalisasi, dan sosialisasi seni budaya umumnya, dan seni
budaya keagamaan khususnya. Kegiatan kolaboratif-integratif
ini bisa diwujudkan, diantaranya, melalui program
kelitbangan, konservasi dan pameran bersama atas dasar
prinsip dan tujuan sama “Membangun Budaya Nusantara
bagi Generasi Indonesia Mendatang”.

Ketiga, perlu Rakernas Seni Budaya Keagamaan secara rutin
sebagai “Bi-annual National Meeting”—pertemuan dwiwarsa
sebagai ajang atau media penyermatan perkembangan seni
budaya Nusantara.

7. Penyusunan Katalog Karya Ulama Nusantara

Sejak kurun waktu 2009-hingga

2014, Puslitbang LKK melakukan

penelitian untuk menginventarisasi

(inventory study) tentang karya

ulama di Indonesia. Kegiatan ini,

diantaranya diorientasikan untuk

mengumpulkan data ikhwal karya-

karya tulis (buku, kitab) yang ditulis

oleh ulama Indonesia sejak kurun

waktu sebelumnya. Program

inventarisasi ini, secara akademik,

bertujuan untuk: (1) memberikan

apresiasi (penghormatan) kepada Gambar 14
para ulama Indonesia yang sudah Buku Katalog Karya Ulama

memberikan sumbangsihnya bagi Nusantara

pengembangan peradaban bangsa

Indonesia, diantaranya sumbangsih yang diwujudkan dalam

bentuk karya tulisnya, (2) menginventarisasi karya tulis

ulama, yang secara komunikatif, memiliki isi pesan (message

contents) yang sangat bermanfaat bagi penguatan religiositas

45

http:// lektur.kemenag.go.id
email: [email protected]

bangsa, khususnya generasi muda Indonesia mendatang, dan
(3)mengodifikasi karya-karya tulis ulama Indonesia
(Nusantara) sehingga bisa dimanfaatkan dan dikembangkan
oleh masyarakat dengan mudah.

Produk

Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap karya-karya tulis
ulama Indonesia tersebut, kemudian dilakukan pengategorian
(kategorisasi) berdasarkan bidang keilmuannya, misalnya:
mana karya kategori bidang Akidah, Fiqh, al Qur’an dan
Hadist, Akhlak, Sejarah, Do’a-do’a, dan lain-lain. Akhir dari
proses pengolahan data karya ulama tersebut, lahirlah produk
Katalog Karya Ulama Nusantara yang bermanfaat bagi
referensi keilmuan bagi penelitian, pengembangan, dan
pembelajaran di masyarakat maupun lembaga pendidikan.

8. Penyusunan Katalog Naskah Klasik Keagamaan

Puslitbang LKK, sejak tahun 2009 hingga sekarang,

melakukan penelitian

(eksplorasi dan digitalisasi)

naskah klasik kuno (classical

manuscripts) yang terdapat di

berbagai wilayah Nusantara.

Tercatat, pada tahun 2014,

Puslitbang LKK sudah

mengeksplorasi dan

mendigitalisasi sejumlah 1936

manuskrip. Tujuan eksplorasi

manuskrip diantaranya untuk

menemukan dan

mengumpulkan manuskrip Gambar 15
yang terserak dan tersebar di Buku Katalog Naskah Klasik
masyarakat atau lembaga-
Keagamaan

lembaga tertentu dengan

46


Click to View FlipBook Version