Lelaki yang ke dua, seorang petualang. Resminya dia mempunyai
mata pencaharian sebagai seorang pengusaha obat, yang mengaku diri
dengan sebutan “profesor tabib”. Berumur tiga puluh enam tahun.
Lelaki yang ke empat, seorang pedagang. Dia mempunyai tiga
orang istri. Berumur empat puluh dua tahun. Dalam keadaan yang gawat
tegang itu, hanya si penyair yang berani keluar untuk memperoleh kabar
berita. Dan di suatu pagi, sekitar jam delapan tiga puluh menit, si penyair
sudah tiba kembali di losmen setelah keluar untuk mencari berita tentang
keadaan di luar sejak pagi-pagi.
Dia mengambil tempat duduk seenaknya di ruang tamu losmen
yang terletak di bagian depan. Tatkala dia sedang enak menikmat
rokoknya, muncullah si pemilik losmen dari pintu ruang dalam. Dia
membawa secangkir air minum. Perempuan itu melempar senyum, yang
dibalas oleh si penyair dengan senyum sejuk serta anggukan kepala
sambil menerima hidangannya.
Perempuan : Sudah kuduga, Bung tentu pulang dengan selamat
seperti kemarin pagi. Kalau Bung keluar, aku selalu
cemas-cemas harap.
Siapa tahu, Bung ditimpa malang. Maklumlah dalam
keadaan begini ada peluru yang sering jatuh salah
alamat.
Penyair : Itulah yang menjadi aku kagum.
Perempuan : Bahwa Bung selalu selamat selama ini?
Penyair : Bukan, bukan itu. Sebab terus terang saja, aku sendiri
sebenarnya tidak begitu peduli tentang
keselamatanku.
Perempuan : Aneh.
Penyair : Kedengarannya memang aneh. Akan tetapi,
begitulah.
Perempuan : Lalu apa yang bung kagumi?
Penyair : Pernyataan Saudari tadi.
Perempuan : Aku tidak mengerti. Coba jelaskan.
Penyair : Maksudku, pernyataan Saudari tadi ...
Perempuan : Ya. Mengapa?
Penyair : Hikmahnya terasa begitu puitis.
Perempuan : Apa itu pu-i-tis?
Penyair membuang puntung rokok lalu minum
wedang beberapa teguk. Kemudian, pandangannya
terarah pada si pemilik losmen dengan sorot penuh
arti ditandai dengan senyumnya.
Penyair : Hem, bagaimana caraku untuk menjelaskan.
Perempuan : Apa tidak dapat bung menjelaskan dengan cara-cara
yang sederhana saja?
196 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
Penyair : Hem. Begini. Maksudku, pernyataanmu tadi
mengandung unsur-unsur rasa kasih sayang yang
begitu murni.
Perempuan : Oo begitu?
Penyair : Ya, begitu. Dan baru pertama kali ini aku merasa
bahwa ada seseorang yang menaruh perhatian
terhadap keselamatan diriku. Dan yang
memperhatikan adalah seorang wanita.
Perempuan : Ah Bung ini bicara yang bukan-bukan saja.
Penyair : Tapi bagiku tidak. Pernyataanku barusan tadi adalah
kata hati yang tulus. Bukan omong iseng.
Perempuan : Ya, ya, Bung tentu biasa bicara demikian. Kan Bung
sekarang sedang jauh dari anak istri. Jadi, sudah
wajar kalau bung lalu dijangkiti rasa kesepian. Bukan
maksudku merendahkan martabat lelaki, tetapi naluri
lelaki begitulah pada umumnya.
Penyair hanya senyum, terus ketawa kecil.
Penyair : Ketahuilah, jangankan beristri, berpacaran pun aku
belum. Namun aku dapat memahami kalau Saudari
akan sulit mempercayai omonganku tadi. Sebab
sudah menjadi naluri wanita, selalu penuh prasangka.
Perempuan : Bukankah itu naluri yang baik. Tapi baiklah,
omongan Bung tadi kuanggap saja benar. Dan
bagaimana keadaan di luar sana Bung?
Penyair : Ha, pintar juga mengelak bicara, ya. Jika keadaan di
luar sana menarik perhatianmu, baiklah. Keadaan di
luar tambah gawat. Kota ini praktis dikosongkan
sama sekali. Beberapa regu tentara dan laskar yang
kemarin masih berjaga di beberapa tikungan jalan
raya, kini sudah lenyap.
Sumber: B. Sularto, 1994
Latihan
Mari kita bersama-sama menjawab pertanyaan di bawah ini!
Setelah memperhatikan dialog “Domba-domba Revolusi” di atas, tentukan
tema dan isi penceritaannya! Setelah itu, hubungkan dengan kehidupan dan
tentukan pesan nyata apa yang dapat Anda tangkap!
Bab VII ~ Ketertiban 197
B. Melaporkan Hasil Penelitian secara Lisan
Tentunya Anda pernah melakukan suatu penelitian? Pada pembelajaran yang
lalu Anda telah mempelajari tentang penelitian. Pada pembelajaran berikut, Anda
akan berlatih untuk memceritakan hasil penelitian secara lisan.
1. Menuliskan Pokok-Pokok yang Akan Disampaikan dan
Mengemukakan Ringkasan Hasil Penelitian
Dalam bidang apapun, kerja seseorang yang disebut penelitian selalu
menyita waktu, pikiran, tenaga, atau bahkan dana karena aktivitas tersebut selalu
menuntut kejelian kinerja. Oleh sebab itu, kerja ekstra tesebut akan menjadi
sia-sia apabila hasilnya tidak disajikan kepada orang lain, khususnya kepada
pihak yang memberikan proyek penelitian tersebut.
Pada dasarnya, ada tiga bagian penting yang harus terungkap dalam sebuah
laporan, yaitu: pendahuluan/pembuka, isi, dan penutup. Masalah pengembangan
detail atau tidaknya sebuah laporan tergantung pada kekompleksitasan penelitian.
Artinya, penelitian yang sederhana cukup dilaporkan dengan bentuk yang
sederhana pula. Namun, apabila penelitian itu merupakan proyek serius,
selayaknya laporan pun disajikan secara lengkap dan rinci. Dengan demikian,
laporan seseorang dapat menunjukkan keseriusan kinerjanya dalam
melaksanakan tugas.
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diungkapkan dan cara
mengemukakan hasil penelitian!
a. Pendahuluan
1) sebagai pengantar, Anda dapat langsung mencantumkan nama peneliti
perorangan atau kelompok,
2) cantumkan tempat dan objek penelitian,
3) berikan alasan dan latar belakang pemilihan permasalahan,
4) berikan tujuan penelitian dan teknik penulisannya,
5) tunjukkan sistematika penulisan Anda.
b. Isi
Pada bagian ini, ungkapkan semua hasil baik penelitian primer
maupun sekunder. Untuk menjaga agar tidak kacau dalam pelaporan, buatlah
pengelompokkan masalah dan selanjutnya buatlah bab-bab tersendiri.
c. Penutup
Ungkapkan simpulan hasil penelitian. Selain itu, kemukakan pula
saran untuk pembaca dan saran yang diharapkan dari pembaca!
Ketiga unsur tersebutlah yang akan disampaikan dan kemudian akan
dibuat suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh. Cara
penyampaiannya pun harus sesuai dengan tata cara yang baku, misalnya
diungkapkan dengan kalimat yang efektif, tidak bertele-tele, menggunakan
bahasa yang baik dan benar, pilihan kata yang tepat.
198 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa