The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

dokumentasi kearifan lokal

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by mhdilhanm, 2021-04-06 10:59:21

Kearifan Lokal

dokumentasi kearifan lokal

Zx#ad 1

KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang sudah memberi kami kekuatan untuk
menyelesaikan laporan observasi mengenai Kearifan Lokal. Namun, keberhasilan kami bukan
hanya semata usaha kami saja, tapi juga banyak bantuan dari orang-orang di sekitar kami. Dan pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Beliau-beliau yang sudah membantu
tugas observasi kami dengan mata kuliah Dokumentasi Informasi Minangkabau.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Beliau yang telah
membantu tugas observasi kami yaitu, Ibu Malta Nelisa, S.Sos., M.Hum selaku dosen pembimbing
mata kuliah "Dokomentasi Informasi Minangkabau" dan seluruh masyarakat yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan tugas Kearifan Lokal ini.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari nilai sempurna, maka
dari itu kami akan menerima dengan senang hati setiap kritik dan saran yang membangun. Mohon
maaf jika masih banyak kekurangan, semoga laporan observasi kami ini memberi manfaat untuk
setiap pembaca dan juga menambah ilmu bagi kami sendiri. Terima kasih.

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ .......i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

A. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Kesenian. .................................................3
B. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Cerita Rakyat........................................17
C Kearifan Lokal Dalam Bentuk Benda Adat Dan
Kuliner...............................................................................................…..........21
D. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Obat-Obatan Tradisional .... ..............24
E. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Tradisi....................................................25
Nama-Nama Penulis ................................................................................................60

ii

A. Kearifan Lokal Dalam Bentuk KESENIAN
1. Tari Pasambahan

(Sumber : Dokumentasi blogspot takaitu.id makna tari pasambahan asal
minang)
Tari pasambahan merupakan tari yang sudah melegenda di Sumatera Barat,
khususnya di sanggar tari Syofyani. Tari tersebut sudah lama diciptakan pada tahun 1962
oleh meso tari ibuk Syofyani Yusaf dan juga sebagai pendiri sanggar tari Syofyani. Tari
ini juga digunakan sebagai acara penyambutan seperti acara resepsi.
Selain digunakan sebagai acara penyambutan, tari pasambahan juga termasuk
dalam tarian berkelompok, karena tarian kelompok adalah bentuk tarian yang ditarikan
secara berkelompok atau berpasang-pasangan. Oleh karena itu tari pasambahan termasuk
kedalam jenis kearifan lokal yaitu dimensi solidaritas, karena memiliki solidaritas yang
tinggi dan juga dilestarikan secara turun temurunkan dengan adanya sanggar-sangar tari
tersebut, dan juga berbagai macam versi dari tari pasambahan.
Adapun tari pasambahan juga ditampilkan oleh penari laki-laki dan penari
perempuan. Penari laki-laki menggunakan gerakan silat dan penari perempuan menari
dengan lemah gemulai. Dimana arti dari tari tersebut adalah tari pasambahan
menggunakan carano yang isinya ada sirih, pinang, tembakau, dan sebagainya yang akan
diserahkan kepada tamu yang datang sebagai persembahan tanda penghormatan. Oleh
karena itu makna dari gerakan tari perempuannya adalah seperti gerakan mengambil sirih,
dimulai dari memetik daun sirih dan diletakkan ke carano kemudian ditutup dan
dipersembahkan kepada tamu tersebut.
Penari laki-laki dari tari pasambahan menggunakan perlengkapan adat Minang
seperti menggunakan desta, baju dan celana galembong, dan juga menggunakan kodek.
Sedangkan perlengkapan untuk penari perempuan menggunakan suntiang atau tanduk
yang terbuat dari kain balapak, menggunakan baju kurung dan kain songket, dan
dilengkapi dengan perhiasan-perhiasan seperti kalung, gelang dan lain sebagainya, dan
juga carano sebagai persembahan kepada tamu sebagai tanda penghormatan.

3

(Sumber : diction.id)
Tari ini diawali dengan orang bersilat kemudian barulah disusul dengan tarian
para penari.Tari ini biasa di tarikan saat akan menyambut tamu terhormat dan di acara
pesta pernikahan.Tari ini memiliki daya tariknya sendiri, apa lagi saat tamu yang di
undang akan sangat antusias menyaksikan tarian tersebut.Tarian ini identik dengan
seorang penari membawa cirano dan akan menyerahkan isi untuk di ambil oleh tamu
undangan yang ia datangi.Isi ciranonya daun sirih.Dimana saat akan mengambil akan ada
satu orang yang membukakan pentup ciranonya dan satu lagi mempersilahkan.
2. Tari Piring

(Sumber : kompas.com)
Tari piring identik dengan memecahkan piring yang mereka bawa dan menari
diatas pecahan tersebut.Orang yang melihatnya akan takjub karena kaki si penari sama
sekali tidak terluka,padahal dia menari menginjak dan melompat lompat di atas pecahan
tersebut.Penari piring juga bisanya memakai cinci yang terbuat dari buah dama yang
digunakan sebagai penghasil bunyi dentingan saat penari memukulkan jari tangannya ke
piring yang mereka pegang. Saat serakang ini para penari piring ada juga yang menari
tanpa menggunakan cincin tersebut dan juga ,sekarang penari piring dibawah piringnya
terdapat karet yang dimana jari kita bisa dimaksukkan yang nantinya akan dijadiakn
pengangan saat menari agar piring tersebut tidak jatuh.

4

(Sumber:https://travel.detik.com/travel-news/d-4503326/mengenal-tari-
piring-yang-melegenda)

Tari piring digunakan untuk acara seperti penobatan gelar penghulu, penobatan
gelar pendekar, peristiwa (ritual) kematian, ritual kelahiran, pesta perkawinan, peresmian,
penyambutan tamu agung, acara masa menuai, dan mendirikan rumah gadang.

Tari Piring juga digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang
ditampilkan pada acara-acara keramaian. Tari Piring di Nagari Tikalak cenderung
mempunyai gerakan yang bervolume lebar, dan posisi badan cenderung membungkuk
dengan pola langkah dan kuda-kuda yang agak lebar. Gerakan yang dihasilkannya pun
cenderung monoton dengan langkah yang berat. Piring yang digunakan adalah piring
makan. Tari piring yang ada di Nagari Tikalak juga terdapat piring-piring atau botol yang
dipecahkan langsung di depan penonton pada saat itu lalu ditawa atau didoakan. Lalu
kemudian si penari, menari diatas pecahan piring tersebut. Namun, ajaibnya kaki penari
tersebut tidak ada yang luka karena pecahan itu

Tari Piring ini termasuk kedalam jenis kearifan lokal yaitu hubungan dengan
sesama manusia, karena hal ini merupakan hasil interaksi yang dilakukan secara terus-
menerus. Bentuk kearifan lokal tari piring ini adalah kearifan lokal dalam tradisi yang
mana ini merupakan tradisi yang dilakukan dari generasi ke generasi. Dimensi kearifan
lokal Tari Piring ini termasuk kedalam dimensi nilai lokal karena tradisi Tari Piring ini
merupakan hal yang disepakai oleh masyarakat Nagari Tikalak.

3. Tari Panen

(Sumber : Milvi Fadila)

5

Tari panen merupakan tari yang melambangkan proses panen padi di
minangkabau,dilihat dari propeti yang digunakan saat menari yaitu tapisan yang biasanya
digunakan membersihkan beras dan padi yang masih ada debunya atau kotorannya.Tarian
ini sekarang sudah digunakan pada saat musim panen dan sekarang tarian ini berfungsi
sebagai pertunjukan kesenian saja.

4. Tari Gelombang

(Sumber:https://www.pasbana.com/2016/10/lestarikan-kesenian-
minangkabau-dinas.html?m=0)
Tari Galombang merupakan tari tradisional yang selalu dipersembahkan sebagai
tarian penyambutan tamu dalam berbagai upacara adat Minangkabau, seperti penobatan
Penghulu (kepala suku), pernikahan, turun mandi, dan alek nagari. Semula ditarikan oleh
puluhan laki-laki dengan bergaya pencak silat yang disebut juga silek galombang. Dalam
perkembangannya, Tari Galombang dominan ditarikan oleh perempuan dengan
bermacam-macam kreativitas sehingga memunculkan satu koreogra! baru, baik dari
aspek penari, gerak, pola lantai, musik, properti, dan kostum serta rias, namun masih
tetap menampilkan simbol-simbol estetika adat Minangkabau.
Tari Gelombang termasuk kedalam jenis kearifan lokal yakni hubungan dengan
sesama manusia. Bentuk kearifan lokalnya yakni tradisi. Dimensi kearifan lokal ini
termasuk kedalam dimensi nilai lokal karena tari gelombang dipersembahkan sebagai tari
penyambutan.
5. Tari Topeng Blantek

6

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten yang pada provinsi Jawa Barat.
Kabupaten bekasi berada di sebelah timur Jakarta, berbatasan dengan Kota Bekasi dan
Provinsi DKI Jakarta. Kabupaten Bekasi terdiri atas 23 kecamatan yang dibagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Kabupaten Bekasi memiliki kesenian lokal seperti tarian
topeng belantek. Topeng blantek merupakan seni pertunjukan (teater) asli milik
masyarakat Betawi. Seni pertunjukan ini dulunya dipentaskan untuk menghibur para tuan
tanah, menggunakan iringan musik.

Tarian topeng belantek biasanya diajarkan di sebuah sanggar-sanggar seni atau
sekolah, sehingga anak-anak bangsa dapat mewarisi tarian topeng belantek. Aspek
lingkungan yang menyangkut kearifan lokal pada wilayah Kabupaten Bekasi yaitu seperti
sebuah pantangan-pantangan. Contohnya yaitu ketika ada seorang anak gadis yang
sedang menyapu tetapi tidak bersih, maka biasanya orang tuanya berbicara “neng kalau
udah dewasa nanti kamu dapat suami yang brewokan”. Bahasa sehari-hari yang
digunakan di daerah Kabupaten Bekasi ini yaitu bahasa Betawi pinggiran, seperti orak
bagen,orak kuduman, awang dan lain sebagainya.

6. Randai

(Sumber : dokumentasi minangkabaunews.com saat pertunjukan randai)

Kearifan lokal adat minangkabau merupakan warisan budaya yang ada
dimasyarakat yang pada pelaksanaanya dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat
yang bersangkutan. Sebagai karya seni tradisional, kearifan lokal minangkabau yang
temuat pada randai tercangkup unsur-unsur gerak gelombang, silek, tari dan dialog yang
berbentuk pantun dalam bahasa daerah Minangkabau. Randai adalah kearifan lokal seni
pertunjukan di Sumatera Barat. Randai dikenal sebagai seni pertunjukan tradisional yang
memadukan undur musik, gerak, tari, serta cerita. Seni pertunjukan masyarakat
Minangkabau ini sering diperlihatkan atau dipertunjukkan pada acara-acara seperti acara
baralek, pesta panen padi, pesta penghelat penghulu serta acara lainnya. Oleh karena itu
randai termasuk kedalam jenis kearifan lokal yaitu dimensi sumber daya lokal, karena
Setiap ajaran randai berisi tentang memelihara dan memanfaatka sumber daya alam,
sehingga masyarakat minangkabau memiliki falsafah alam takambang jadi guru. Dan
dimensi solidaritas kelompok lokal karena Pada kesenian randai maka perlu
membutuhkan solidaritas yang tinggi antara pemain satu dengan pemain lainnya agar
tarian randai tersebut menjadi lebih bagus.

7

Pada umumnya kesenian tradisional di Indonesia, randai memiliki sejarah atau
filosofi yang sangat panjang. Kesenian randai ini lahir untuk kemudian mengalami
pembauran atau akulturasi dengan budaya lain yang masuk dan berkembang di Sumatera
Barat. Secara singkatnya sejarah randai ini yaitu berdirinya adat budaya minangkabau
makanya berdiri kesenian adat Minangkabau maka itulah disebut dengan randai.
Kesenian randai atas nama adat dan budaya. Yang punya randai adalah orang adat karena
sudah adatnya baru berdirilah randai, seni dari adat randai tersebut. Bila adat berdiri maka
berdirilah kesenian tersebut. Karena sebelum adanya adat di Minangkabau maka randai
tersebut belum ada.

Randai adalah kesenian budaya adat yang didirikan oleh ranah Minang. Dan
randai adalah warisan kesenian nenek moyang yang membudayakan adat budaya
Minangkabau. Randai dalam pandangan masyarakat merupakan warisan budaya nenek
moyang. Dengan itu kesenian randai ini diwariskan secara turun-temurun. Randai tidak
mempunyai aliran akan tetapi silat lah yang mempunyai aliran. Dan randai juga tidah
mempunyai hubungan dengan hal-hal yang mistik.

Oleh karena itu, randai merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat
Minangkabau yang harus dilestarikan atau dikembangkan kembali dengan cara
membudayakan generasi kepada budaya ranah Minangkabau. Sebab kesenian tradisional
daerah yang berasal dari seni budaya masyarakat akan terus tetap didukung dan
dikembangkan serta dilestarikan dalam kehidupan bermasyarakat Minangkabau. Tidak
hanya dikembangkan tetapi randai mempunyai nilai-nilai leluhur dengan mendidik
generasi agar generasi tersebut tidak lupa dengan sejarah yang telah diturunkan oleh
nenek moyang dan membawa generasi kepada kesenian dan bebudaya.

(Sumber : Foto dari Bapak Iskandar, ketua KAN)
Randai berasal dari kata andai. Permainan randai dilakukan dengan membentuk
lingkaran, kemudian melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan cerita
lewat nyanyian secara bergantian. Cerita randai biasanya daimbil dari cerita hidup sehari-
hari ditengah masyarakat. Selain untuk hiburan randai juga berfungsi sebagai
penyampaian pesan, nasehat, dan pengajaran tentang pengalaman hidup. Semua gerakan
randai dikomandoi oleh seorang pemberi aba-aba yang disebut dengan janang. Randai
digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dari Mamak ke Kemenakan , dari Bapak ke

8

anak berupa nasehat, petunjuk, dan pengajaran. Randai yang ada di Kenagarian Tikalak
bernama Tuah Sakato.

Randai ini termasuk ke dalam jenis kearifan lokal hubungan sesama manusia
karena Randai ini merupakan kesenian yang terbentuk dari hasil interaksi terus-menerus
dan diwariskan secara turun-temurun. Bentuk kearifan lokal ini termasuk kedalam
kearifan lokal dalam seni. Dimensi kearifan lokal ini termasuk kedalam dimensi
solidaritas kelompok lokal yang mana Randai ini membutuhkan solidaritas antara sesama
pemainnya agar tarian randai ini bisa terlihat bagus.

(Pemain Teater Randai dalam Komposisi Galombang)
Seperti halnya kebudayaan dalam suku bangsa lain di berbagai daerah,
kebudayaan di Minangkabau juga terbentuk dari sistem religi, pengetahuan, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, serta sistem teknologi peralatan.
Hal mendasar dalam ketujuh unsur tersebut dalam budaya Minangkabau adalah sistem
religi. Sistem religi menjadi penopang sistem pengetahuan dan unsur lain.

Kekerabatan Matrilineal yang diterapkan di Minangkabau juga didasari oleh
sistem religi Islam. Oleh karena itu, adat Minangkabau berjalan dengan pedoman hidup
adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah (ABS-SBK). Pengejawantahan nilai-nilai
dalam ABS-SBK tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Syarak yang berarti hukum,
khususnya hukum adat, menjadi landasan yang berjalan beririmgan dengan hukum Islam
(kitabullah). Itu sebabnya setiap aktivitas dalam sosial kemasyarakatan dan berkesenian
di Minangkabau senantiasa berhubungan dengan penerapan ajaran Islam dan ajaran adat.
Selaras dengan hal itu, gerak randai, pada bagian tertentu adalah cerminan dari sistem
religi Islam (kitabullah) yang dianut oleh masyarakat Minangkabau.

Pertunjukan randai di Minangkabau selalu dibuka dengan sambah silek. Sambah
silek adalah gerak awal untuk sebuah penghormatan yang dilakukan oleh anak-anak
randai (sebutan untuk pemain randai) untuk Tuhan dan kepada penonton. Sambah silek
dilakukan sebelum anak randai membentuk gerak galombang dalam legaran. Sambah
silek yang dipertunjukkan oleh anak randai tergantung pada aliran silat yang dianut oleh
kelompok randai tersebut. Sebagai contoh, gerak silek kumango (silat Kumango). Gerak
silek Kumango dalam sambah silek berasal dari aliran silek Kumango. Silek kumango
adalah salah satu aliran ilmu silat yang berasal dari Kampung Kumango, Kabupaten
Tanah Datar. Aliran ini adalah aliran silat tua yang tumbuh dan berkembang di

9

lingkungan surau (mushalla), dikembangkan oleh Syekh Abdurahman Al Khalidi yang
dikenal sebagai Syekh Kumango.

Gerak sambah silek pada masing-masing kelompok randai tidaklah sama, selalu
memiliki ragam gaya dan aliran sendiri, seperti terungkap dalam pepatah petitih adaik
salingka nagari, pusako salingka kaum, lain guru lain ajaran. Maksudnya, setiap daerah
memiliki aturan adat sendiri, dan setiap guru silat memiliki pelajaran sendiri. Filosofi dari
sambah silek dalam randai mengandung nilai-nilai kearifan lokal budaya Minangkabau
alam takambang jadi guru yang menandakan bahwa adat dan laku masyarakat
Minangkabau tidak bisa dilepaskan dari tuntuan ajaran agama Islam. Kitab suci Alquran
sebagai kitab suci umat Islam menjadi landasan dalam menetapkan dan menjalankan adat
di Minangkabau. Sembah (hormat) yang ditujukan kepada Tuhan adalah cermin nilai-
nilai agama, sedangkan gerak silat Kumango adalah cermin bahwa manusia di
Minangkabau belajar dari fenomena dan berbagai unsur yang terdapat di alam semesta.
Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Minangkabau adalah suku bangsa yang hidup
dalam tuntunan adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah (ABS-SBK).

(Komposisi Anak Randai dalam Gerak Silek dan Lakon)
Gerakan-gerakan galombang dan legaran dalam randai merupakan bagian dari
gerakan pencak silat. Gerakan pembuka yang disebut sambah silek, gerakan langkah silek
(balabek) dan gerakan akhir langkah silek pada dasarnya adalah representasi dari gerakan
dalam silat yang terus berkembang dengan memadukan pertunjukan jurus silat yang
dilengkapi dengan dendang dan musik. Melalui bentuk ini secara langsung randai telah
mencerminkan kearifan lokal masyarakat Minangkabau sebagai masyarakat yang identik
dengan silat.

10

(Anak Randai dalam komposisi berdialog)

Sebelum tradisi tulis masuk ke dalam masyarakat Minangkabau, masyarakat
tradisional identik dengan tradisi lisan. Kaba (kabar) adalah tradisi lisan di Minangkabau,
dijadikan sebagai alat komunikasi, penyampai berbagai informasi berita di nagari. Kaba
pada masa tradisional berbentuk pantun dan berbahasa daerah Minangkabau. Dalam
ranah kesusasteraan lisan milik Minangkabau, kaba juga memiliki fungsi sebagai pelipur
lara. Fungsi tersebut sudah ada sejak kemunculan kaba di rantau pesisir dan selanjutnya
sampai ke daerah darek (darat). Hal yang cukup unik di masa awal kemunculan kaba
adalah hadirnya figur mamak dalam hampir semua teks kaba. Figur mamak dalam setiap
kaba menjadi sosok yang membawa pesan-pesan kemuliaan sistem adat. Hal tersebut
menjadi sebuah cerminan bahwa kaba memang didukung oleh sistem sosial
Minangkabau. Fakta-fakta tentang substansi dan fungsi kaba di masa tradisional ternyata
juga menjadi bagian penting dalam randai. Unsur teks lisan, figur mamak, pesan-pesan
budaya dan agama yang semula terdapat dalam kaba saat ini juga menjadi unsur
pembentuk keutuhan dalam pertunjukkan randai.

Bakaba dalam pertunjukan randai dapat ditemukan dalam bagian dendang dan
carito kato. Susunan bait-bait dendang dalam randai yang sarat dengan pantun serta
dialog antartokoh, juga berbentuk pantun merupakan bagian dari kaba. Dikaitkan dengan
fungsi kaba dalam masyarakat tradisional Minangkabau, maka kearifan lokal yang
termaktub dalam kaba berkonteks randai adalah pesan moral agar masyarakat
Minangkabau selalu saling berkomunikasi dengan sesama etnis Minangkabau. Hal itu
selaras dengan mamangan orang Minangkabau yang berbunyi, kaba baik bahimbauan,
kaba buruak bahambauan.

Apabila di masa awal pertumbuhannya teks kaba dalam randai tidak dituliskan,
pada masa selanjutnya naskah pertunjukan randai yang berbentuk kaba telah dituliskan.
Meskipun demikian, patut dipahami bahwa secara tidak langsung unsur kaba dalam
randai menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang mencerminkan
identitas setempat.

11

Hasi wawancara pada tanggal 2 april 2021 ini adalah randai merupakan salah satu
permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil
menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai
menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.

Randai dipimpin oleh satu orang yang biasa disebut panggoreh, yang mana selain
ikut serta bergerak dalam legaran ia juga memiliki tugas yaitu mengeluarkan teriakan
khas misalnya hep tah tih yang tujuannya untuk menentukan cepat atau lambatnya tempo
gerakan seiring dengan dendang atau Gurindam. Tujuannya agar Randai yang dimainkan
terlihat rempak dan seirama. Biasanya dalam satu group Randai memiliki satu panggoreh
yang dipercayai oleh seluruh anggota tim, tetapi bisa digantikan oleh rekan tim lainya
apabila panggoreh sebelumnya kelelahan, karena untuk menuntaskan satu cerita Randai
saja bisa menghabiskan 1 hingga 5 jam bahkan lebih.

Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah
masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang
didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan randai dituntun oleh
aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang.

7. Silek/Pencak Silat

(Sumber : Foto dari Bapak Iskandar, ketua KAN)
Pencak silat yaitu, silat yang biasa digunakan untuk tari-tarian atau pertunjukkan.
Yang permainannya disebut anak silek. Gaya seperti gerakan silat, tapi tujuannya bukan
untuk menciderai lawan melainkan hanya sebagai hiburan. Orang yang memiliki

12

kepandaian silek disebut pandeka. Seorang pandeka mempunyai filosofi “musuh indak
dicari, basuo pantang diilakkan.”

Pencak silat ini termasuk kedalam jenis kearifan lokal hubungan dengan sesama
manusia. Bentuk kearifan lokal ini ialah kearifan lokal dalam seni seta dimensi kearifan
lokal ini ialah dimensi nilai lokal karena silek ini sedikit-sedikit mengalami perubahan
sesuai dengan kemajuan masyarakatnya.

(Dokumentasi Pribadi)
Silek merupakan salah satu kearifan lokal Minangkabau yang merupakan bentuk
kebudayaan Minangkabau dan termasuk warisan serta jati diri masyarakat Minangkabau.
Silek Minangkabau memiliki tujuan sebagai untuk menjaga diri juga sebagai sarana
dalam meningkatkan keimanan. Silek biasanya dipelajari oleh orang Perantau untuk bekal
diri dari kehidupan luar , menurut pandangan Dunia silek berasal dari Indonesia, secara
rinci silek bersumber dari masyarakat Minangkabau atau Sumatera Barat. Dan silek
berasal dari nenek moyang Minangkabau yang muncul sebelum Indonesia merdeka.
Salah satu aliran silek Minangkabau yaitu Silek Tuo Sungai Pagu Langkah Tigo. Di
Minangkabau silek yang masih banyak dipelajari yaitu silek harimau, silek pauh , silek
kumango dan silek tuo sungai pagu langkah tigo. Orang yang memiliki keterampilan
dalam silek disebut dengan Pasilek.

Silek Tuo Sungai Pagu Langkah Tigo memiliki nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya yaitu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai
umat Islam bertujuan untuk mengingatkan kita untuk tidak meninggalkan sholat karena
silek sangat erat hubungannya dengan sholat. Silek Tuo Sungai Pagu Langkah Tigo
mengutamakan pada pembentukan karakter seorang, yang terlihat jelas pada awal latihan
semua anak didik silek berikan salam kepada guru maupun orang lain yang lebih tua.
Silek juga sebagai sarana olahraga masyarakat Minangkabau terlihat bagaimana Silek
memiliki bermacam – macam gerakan yang setiap gerakan dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat Minangkabau.

Seorang Pasilek memiliki solidaritas yang tinggi tercermin pada pepatah adat
Minangkabau “Lahia silek mancari kawan, batin silek mancari Tuhan” dari pepatah ini
dapat kita ketahui bahwa silek bertujuan untuk mencari teman bukan untuk mencari
musuh.

13

Pada zaman dahulu latihan silek dimulai sesudah sholat Isya sampai jam 3 pagi.
Karena pengaruh zaman saat ini, silek dimulai sesudah Isya sampai jam 10 malam. Hal
ini dikarenakan banyaknya anak didik silek yang masuk sekolah pada pukul 7 pagi.
Untuk latihan tambahan mengikuti ajang perlombaan biasanya ditambah waktu latihan
silek sesudah salat Ashar. Sebelum memulai latihan seorang Pasilek terlebih dahulu
berserah diri kepada Allah, dan sebelum memulai silek terlebih dahulu berdoa untuk
meminta keselamatan.

8. Dendang Saluang

(Sumber : Foto dari Bapak Iskandar, ketua KAN)
Pertunjukan dendang saluang merupakan sebuah pertunjukan musikal yang
dipadukan dengan kekuatan pantun-pantun yang didendangkan dengan iringan alat musik
saluang. Dendang saluang berfungsi sebagai media hiburan dalam berbagai upacara adat,
dan acara-acara sosial yang dimiliki masyarakat Nagari Tikalak. Lagu-lagu yang
dimainkan ratusan banyaknya
Dendang Saluang termasuk kedalam jenis kearifan lokal yakni hubungan dengan
sesama manusia, karena dendang saluang berfungsi untuk menyampaikan pesan-pesan
yang ada dalam pantun untuk orang yang mendengarnya. Bentuk kearifan lokal ini adalah
kearifan lokal dalam tradisi ini merupakan tradisi yang dilakukan secara terus-menerus
yang biasanya digunakan untuk acara perhelatan. Dimensi kearifan lokal ini termasuk
kedalam dimensi nilai lokal karena Dendang Saluang berfungsi untuk menyampaikan
pesan-pesan dalam bentuk pantun.
9. Salawat Dulang

14

Di Baing Malalo yang paling menonjol yaitu salawat dulang, Salawat dulang
merupakan suatu bentuk kesenian, karna memuat lagu atau nyanyian. lagu yang
diungkapkan memuat kajian-kajian keagaamaan. Hampir sama dengan berceramah tapi
diungkapkan dalam bentu lagu. Isi dari kajian atau yang disampaikan dalam salawat
dulang yaitu semua berisi ajaran-ajaran islam. Semua berthubungan dengan keagamaan.
Di Baing Malalo ini satu kali dalam sebulan itu rutin melakukan kegiatan salawat dulang
disurau. Kesenian ini digemari oleh semua kalangan, dari anak-anak sampai lansia.
Bahkan anak-anak yang masih sd saja sudah bisa bersalawat dulang ini. Kesenian salawat
dulang ini sekitar 5tahun baru aktif lagi di Nagari Baing Malalo ini, sebelumnya sangat
jarang dan dipelajari oleh orang-orang tertentu saja. Tapi karna Salawat Dulang ini
bentuk kesenian asli masyarakat minang, berarti termasuk kearifan lokal yang dijaga dan
dikembangkan oleh masyarakat Baing Malalo.

10. Batambua

(Batambua saat festival seni SMAN 2 VII KOTO SUNGAI SARIK pada tahun 2020)
Batambua merupakan salah satu kesenian masyarakat Minangkabau khususnya di
daerah Pariaman.Kesenian ini dilakukan dengan memainkan 2 alat musik tradisional
minangkabau dengan cara dipukul secara terus menerus,yaitu gandang tambua dan
gandang tasa.Alat musik tersebut dimainkan dengan berkelompok/group yang terdiri dari
7 orang anggota dengan 6 orang yang memainkan gandang tambua dan 1 orang yang
memainkan gandang tasa.Kesenian ini umumnya dilakukan/dimainkan ketika acara
baralek(pernikahan) yaitu berfungsi untuk mengiringi (mengarak anak daro).Selain
itu,batambua juga dimainkan dalam kegiatan festival kesenian,seperti batajau atau
perlombaan antar daerah/antar group tambua tersebut.Batambua berfungsi sebagai
hiburan atau mengundang perhatian dari penonton sehingga tercipta suatu keramaian
dalam acara tersebut.Saat ini,kesenian batambua diupayakan untuk terus dilestarikan agar
kearifan lokal tersebut tidak dilupakan atau ditinggalkan.Salah satu cara untuk

15

melestarikannya yaitu dengan mengadakan batajau,yaitu acara untuk perkumpulan group
tambua yang ada dari beberapa tempat yang berbeda kemudian dimainkan secara
bergantian disuatu daerah tertentu.

11. Basijobang

(sumber(https://langgam.id/mengenal-basijobang-dendang-khas-minangkabau-
asal-limapuluh-kota/)

Basijobang merupakan kesenian dalam berbentuk lisan. Kesenian ini
menggunakan korek api sebaga alat musiknya. Basijobang juga dikenal dengan
basijontiak dengan arti menjentik dengan korek api. Keunikan dari kesenian ini karena
alat yan digunakannya yaitu dengan korek api. Dalam kesenian ini menceritakan tentang
tokoh atau seseorang yang populer. Dan juga mengandung pesan dan moral. Beberapa
cerita Beberapa cerita yang melegenda dalam Basijobang yaitu kisah Anggun Nan
Tongga Magek Jabang. Ada juga lagu Angkek Pariaman, Sungai Talang, Concang Munin
dan Lapu Piaman. Di kesenian ini ada yang menjadi pencerita atau penyanyi
“sijobang”atau “tukang sijobang”. Basijobang ini biasanya ditampilkan pada acara adat,
pernikahan, dan batagak panghulu. Selain menjadi kesenian, basijobang ini merupakan
ajang silahturahmi.

12. Tenun Kubang

(sumber(https://www.tagar.id/menjaga-tenun-kubang-warisan-budaya-limapuluh-
kota?)

Tenun kubang merupakan tenun yang berasal dari kubang. Kubang pusat tenunan
pada zaman dahulu. Kain tenun ini diproduksi sekitar tahun 1930. Saking menjadi tempat
pusat, disetiap rumah terdapat alat untuk menenun. Dan pada thaun 1981 kain tenun ini
menjadi banyak dikenal. Namun demikian, seiring perubahan generasi menenun menurun

16

dalam minatnya. Bahkan sulit untuk melakukan dalam hal SDM. Bukan hanya sekadar
minat berkurang juga bahan untuk menenun susah ditemukan sekarang. Kebanyakan
sekarang yang melakukan menenun hanya kalangan ibu-ibu. Dan kalangan muda tidak
banyak keinginan minat dalam bidang menenun.

B. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Cerita Rakyat

1. Lembah Harau

Lembah harau merupakan cagar budaya yang dikelilingi bebatuan granit yang
menjulang tinggi. Menurut beberapa ahli tim geologi Jerman pada tahun 1980 melakukan
temuan jenis batuan yang ditemukan pada dasar laut. Konon, masyarakat meyakini
sebelum adanya lembah harau merupakan lautan yang luas. Dan terdapat kerajaan yang
bernama hindustan dengan dipimpin oleh Maulana Kari. Kerajaan ini melakukan berlayar
sebelum putrinya menikah, Putri Sari Banilai. Akan tetapi, Putri Sari Banilai merasakan
perasaan yang tidak enak dan demikian juga tunangannya, Bujang Juaro. Sebelum
berlayar mereka menyebutkan sumpah setia yang seharusnya tidak diucapkan. Sumpah
itu berisi tentang kesetian mereka berdua, jika salah satu dari mereka melanggar. Mereka
siap menerima hukuman yaitu, Bujang Juaro menjadi ular dan Putri Sari Banilai menjadi
batu. Dan mereka pun berpisah. Ternyata saat berada di lautan mereka diterjang dengan
ombak besar dan menyeret mereka di daratan. Mereka terdampar dan diselamatkan oleh
rakyat sekitar. Dan disana terdapat kerajaan yang bernama Kerajaan Jambu. Lalu mereka
dibawa ke kerajaan yang dipimpin oleh Raja Darah Putih. Singkatnya, sekian lama
mereka tinggal disana akhirnya Putri Sari Banilai menikah dengan Rambun Podoeh. Lalu
mereka mempunyai anak. Saat itu mainannya terapun di air. Dan Putri Sari Banilai
hendak mengambil tapi terseret dan berubah menjadi batu. Karena ia sudah melanggar
sumpah setia dengan Bujamg Juaro. Orang-orang yang melihat Putri Sari Banilai menjerit
dan meraung-raung. Dalam bahasa daerah disebut mararau atau arau. Maka dari itu
masyarakat menamai Harau pada lembah itu.

2. Batu Bangkai

Dari dahulu sampai hari ini mitos tidak bisa terlepas sepenuhnya dari kehidupan
masyarakat meskipun teknologi sudah canggih dan modren namun mitos masih
menghinggapi sebahagian masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sumatera barat selain
dengan kekayaan akan keragaman Budaya, alam dan etnis juga akan keragaaman cerita
rakyat atau tradisi Lisan hal ini tidak terlepas dari bduaya bertutur masyarakat etinis
minangkabau yang sudah turun temurun menjadi tradisi.33 Beberapa cerita rakyat anatara
lain adalah kisah anak durhaka malin kundang yang dikutuk ibunya hingga menjadi batu,
selain itu juga ada kisah si Boko legenda terbentuknya pulau pasumpahan dan tiga pulau
sekitarnya. Di Solok Selatan tepatnya di Jorong Batu Bangkai Nagari Alam Pauh Duo
Kecamatan Alam Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Batu Bangkai, tersebutlah pada
masa dahulu kisah seorang anak perempuan yang durhaka terhadap ibunya sehingga

17

masih bisa kita jumpai hari ini menjadi batu, di dalam cerita ini berawal ketika musim
hujan yang melanda negeri kala itu.

Dikisahkan bahwa sang ibu ini hanya memiliki satu-satunya putri yang sangat
cantik yang sedang hamil, ayah mereka sudah lama meninggal sementara itu suaminya
perlu ke luar daerah untuk mencari pekerjaan sehingga mereka hanya tinggal berdua sama
ibunya. Suatu malam hari hujan begitu lebat mengguyur daerah tersebut yang
menyebabkan masuknya air hujan kedalam rumah mereka atap rumah zaman itu hanya
terbuat dari daun kelapa. Besok harinya lantran kondisi atap rumah mereka dalam
keadaan bocor, maka ibunya mengajak wanita tersebut untuk mencari “palapah
Karambia”(daun Kelapa)untuk dibuat mejadi atao yang baru. Namun si wanita tersebut
menolak dan menghardik ibunya dengan kata yang tidak pantas sang ibu pun tebawa
wmosi saat itu khilaf mengucapkan sumpah kepada anaknya tersebut dan kemudian
membuat anaknya tersebut menjadi batu. Batu bangkai tersebut terdapat disebuah sawah
milik warga berwarna hitam seperti habis terbakar, kisah inilah yang kemudian menjadi
cerita dan asal usul nama Salah satu Jorong yang berada di Kanagarian Alam Pauh duo.

3. Rumah gadang didirikan dalam satu malam
Ada satu Rumah Adat (Rumah Gadang)di Nagari Pasir Talang Kecamatan Sungai
Pagu Kabupaten Solok Selatan yang selesai pembangunanya dalam waktu satu malam.
Kisah ini sudah melegenda oleh mayarakat Sungai Pagu sejak dahulu kala tidak jarang
penghuni rumah tersebut sampai saat ini mengalami kejadian mistis, tekadang bunyi
tongkat menghentak-hentak ditengah rumah saat malam datang atau pun bunyi seperti
piring pecah. Kejadian mistis sering terjadi ketika keluarnya ada yang akan meninggal
sampai saat ini jika ada penikahan atau kematian anggota keluarga selalu memberikan
sajian yang di taruh diatas bejana untuk diletakkan di atas Anjungan Rumah Gadang
tersebut. Sajian itu biasanya berupa makanan yang hendak dimasak dengan menyisihkan
sedikit dan diletakan diatas bejana dalam anjungan rumah gadang kalau tidak diberikan
maka apa saja yang akan dimasak tidak akan matang misalnya memasak rendang jika
tidak diberi sajian maka rendang tadi tidak kunjung masak (sumarni 73 Tahun). Rumah
gadang ini Konon Didirikan Oleh inyiek Majo Lelo atau inyieak bancah dari kaum
kampai bendang Pendirian rumah gadang ini konon dikerjakan pada siang hari disaat
semua kayu dan perlatan terkumpul namun hingga petang hari rumah gadang belum juga
kunjung selesai dan inyiek majo lelo berserta anggota sanak keluarga memutuskan untuk

18

melanjutkan esok harinya Seluruh anggota keluarga sontak terkejut sat matahari mulai
terbit kesokan harinya pasalnya rumah gadang telah berdiri dan selesai saja
pembuatnnya.35 Ia kemudian melanjutkan akhirnya setelah rumah selesai lima orang
pemuka adat saat itu termasuk inyiek majo lelo memutuskan utnuk menghadp ke kerajaan
pagaruyung guna memlih satu dari mereka untuk ditunjuk sebagai raja di Alam Surambi
Sungai Pagu ditengah perjalanan beliau ditinggal oleh pemuka adat yang berempat tadi.
Beliau merasa dikhianati karena tidak dibawa, pada hal iyiak majolelo merupakan orang
yang pandai bercakap pemberani lagi sakti tapi dikarenakan adanya ras ketakutan dari
mereka selain inyiak maka inyiak ditipu Karena inyiek majo lelo murka dan menghindari
hal yang buruk terjadi sehingga inyiak majolelo beramgkat dari rumah agadang yang
taelah selesai satu malam itu menuju pesisir selatan dengan menunggang kuda miliknya.
Dengan kesal beliau berkata jika tidak bisa menjadi raja manusia rja iblis saya sanggup
dengan menunggang kuda yang ditunggangi meninggalkan jejak di depan pintu rumah
gadang hingga saat ini jejak itupu masih ada, sesampainya di bukit bancah kuda inyiak
tenggelam dan pernah lagi diketahui rimbanya sampai saat ini. Keberadaan rumah gadang
itu sampai saat ini masih dapat kita jumpai.

4. Malin Kundang

Malin Kundang merupakan cerita rakyat Minangkabau yang berkisah tentang
seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Diceritakan
bahwa Malin Kundang merupakan anak semata wayang yang tinggal bersama ibunya.
Saat remaja, ia memutuskan untuk pergi merantau dengan menumpang kapal seorang
saudagar. Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Malin Kundang diserang oleh bajak
laut. Semua barang dagangan dirampas, sementara para awak kapal dan penumpang
dibantai. Setelah terkatung – katung dilaut akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar
disebuah pantai. Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dan memulai
kehidupan yang baru disana. Berkat kegigihannya dalam bekerja, ia berhasil menjadi
saudagar yang memiliki banyak kapal dagang beserta anak buah. Setelah menjadi kaya.
Malin Kundang pun menikah.

Bertahun – tahun kemudian, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran
dan berlabuh ditanah kelahirannya. Ibu Malin menyaksikan kedatangannya. Sang ibu
melihat bahwa saudagar dikapal sangat mirip dengan anaknya Malin Kundang. Ia
berusaha berkomunikasi dengan Malin Kundang. Namun Malin Kundang justru marah
karena ia malu akan penampilan ibunya yang lusuh dan kotor. Mendapat perlakuan
seperti itu, ibu Malin Kundang sangat mara. Ia pun menyumpah anaknya saat Malin
Kundang kembali pergi berlayar, badai dahsyat menghancurkan kapalnya. Lalu ia
terdampar di pantai tanah kelahirannya. Setelah itu, tubuhnya perlahan menjadi kaku dan
akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Kisah itu berlatar di Pantai Air Manis
(Aia Manih), di slatan kota Padang, Sumatera Barat.

Cerita Rakyat Malin Kundang telah memberi inspirasi bagi sebuah karya seni di
pantai Air Manis, Padang. Karya itu berbentuk pecahan kapal dan seseorang yang

19

disebutkan sebagai Malin Kundang, dalam posisi tertelungkup di pesisir Pantai air Manis,
kota Padang, Sumatera Barat. Bongkahan batu menggambarkan akhir hidup Malin
Kundang, saudagar yang saat kedatangannya ke kampung halaman mendapat kutukan
karena tidak mengakui ibunya.

Keberadaan Batu Malin Kundang telah mempopulerkan Pantai Air Manis, tempat
latar cerita rakyat sebagai salah satu daya tarik wisata di Padang. Relief pada Batu Malin
Kundang sendiri dikerjakan pada tahun 1980-an, hasil karya Dasril Bayras bersama
Ibenzani Usman.

Sumber : http://img.beritasatu.com/cache/jakartaglobe/909x605-
0/2018/04/MalinKundang_IndonesiaTravel.jpg

20

Sumber :
http://images.detik.com/content/2013/04/25/1025/img_20130425000924_
517811c4d0039.jpg

C. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Benda Tradisional dan Kuliner
1. Renda Selendang Koto Gadang
Pembuatan selendang Koto Gadang memiliki banyak kerajinan tangan, yaitu

dengan sulaman dan membuat renda (marendo). Membuat renda hanya dilakukan oleh
satu orang dengan bahan utama nya benang. Cara membuatnya adalah dengan saling
mengaitkan benang-benang yang sudah dipasang di penggulung mengikuti pola yang
telah ditetapkan. Membuat renda memakan waktu sedikit lama yaitu untuk satu renda
selendang memakan waktu satu minggu. Renda terbagi dua yaitu renda ujung dan renda
tepi.

Sulaman dan pembuatan renda adalah tradisi yang sangat di kembangkan di
Minangkabau, karena jika tidak dilestarikan maka pembuatan akan dialihkan kepada
mesin dan nilai nya tidak seperti pembuatan menggunakan tangan. Pada awalnya
selendang Koto Gadang hanya dipakai oleh orang Koto Gadang dan tabu apabila dipakai
oleh orang luar Koto Gadang. Tetapi pada masa sekarang masyarakat Minangkabau
umumnya memiliki dan memakai salendang Koto Gadang pada acara-acara adat.

a. Rendang
Rendang merupakan salah satu makanan tradisional khas masyarakat
Minangkabau, Sumatera Barat. Rendang biasanya disajikan saat upacara adat seperti
perkawinan, upacara adat Minangkabau, menyambut tamu kehormatan, khitanan atau
sebagai menu istimewa dalam acara keagamaan idul fitri dan idul adha. Rendang terbuat
dari bahan dasar daging, kelapa, dan campuran dari berbagai bumbu khas atau rempah-
rempah yang sudah dihaluskan, diantaranya cabai, lengkuas, kunyit, jahe, serai, bawang
merah, bawang putih dan aneka bumbu lainnya. Keunikannya yaitu rendang
menggunakan bumbu-bumbu alami yang bersifat antiseptik dan membunuh materi
patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami. Jahe, lengkuas, bawang merah,
dan bawang putih diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat, sehingga rendang
dapat disimpan 1 minggu hingga 4 minggu. Proses memasak rendang asli dapat
menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar lima jam), karena itulah memasak
rendang memerlukan waktu dan kesabaran.

21

pada saat ini sudah tersedia racikan bumbu rendang yang dapat mempermudah orang-
orang untuk membuat rendang sendiri dan juga tersedia alat memasak seperti saute pan
dengan menggunakan kompor gas dapat mempersingkat waktu memasak rendang.
Potongan daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk
pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih kecilkan api dan
terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang harus sabar
dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik agar santan mengering
dan bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging.

Terdapat berbagai macam varian rendang yaitu :
1. Rendang daging (sapi, kerbau, kambing)
2. Rendang ayam
3. Rendang bebek
4. Rendang hati
5. Rendang telur
6. Rendang paru
7. Rendang pensi
8. Rendang belut

2. Pensi

Pensi merupakan salah satu makanan khas yang ada di Nagari Tikalak. Pensi
adalah kerang kecil yang hidup di Danau Singkarak, Nagari Tikalak dekat dengan danau
Singkarak hal ini menyebabkan pensi juga merupakan makanan khas nagari Tikalak juga.
Bagi masyarakat Nagari Tikalak pensi ini bisa dijadikan cemilan atau dijadikan sebagai
lauk pauk.

Pensi ini direbus lalu diberi bumbu dan pada saat dihidangkan pensi yang telah
dibumbui dituang beserta kuahnya. Pensi termasuk kedalam jenis kearifan lokal yakni
hubungan dengan makanan karena pensi ini ada di Danau Singkarak. Bentuk kearifan
lokal ini termasuk kedalam bentuk kearifan lokal berdasarkan makanan. Sedangkan
dimensi kearifan lokal ini termasuk kedalam dimensi keterampilan lokal.

22

3. Lamang

Lamang atau lemang adalah beras ketan yang dimasak didalam bambu yang
sebelumnya digulung dengan sehelai daun pisang. Gulungan daun ini berisi beras ketan
yang dicampur santan lalu dimasukkan kedalam bambu dan dibakar sampai masak.
Lemang termasuk kedalam kearifan lokal yaitu hubungan dengan makanan. Bentuk
kearifan lokal ini adalah bentuk kearifan lokal berdasarkan makanan. Sedangkan dimensi
kearifan lokal ini yakni dimensi keterampilan lokal karena ini membutuhkan
keterampilan dalam memasak lemang.
4.SalaLauk

Sala Lauak merupakan kuliner tradisional Minangkabau yang berjenis gorengan.
Biasanya menjadi cemilan maupun pelengkap makanan yang memiliki bentuk seperti
bola dan berwarna kuning kecoklatan atau coklat keemasan. Ukurannya dapat sebesar
bola pimpong atau ukuran bola kelereng besar maupun kecil tergantung daerahnya.

Sala Lauak terdiri dari kata sala dan luak. Sala adalah gorengan artinya berbagai
jenis bahan makanan yang diolah dengan cara digoreng. Lauak berarti ikan. Meskipun
secara harfiahnya bermakna ikan goreng, namun sala bukan ikan goreng, namun sala
lauak makanan yang dicampurkan kedalam adonan dan untuk memakannya harus

23

digoreng terelebih dahulu. Rasa ikan asin dalam adonan yang telah dibumbui inilah yang
membuat jajanan ini bernama Sala Lauk

D. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Obat-obatan tradisional

1. Pengobatan Menggunakan Daun Jarak, Daun Rambutan, Daun Sirsak, Daun
Pandan, Daun Kumis Kucing Dan Daun Kompre

Pertama daun jarak, cara dalam menggunakan daun jarak, yaitu dengan cara
dimasukkan kedalam air, kemudian di oleskan ke badan dan nanti akan timbul bercak-
bercak pada daun jarak yang menandakan adanya penyakit percampak (campak). Selain
untuk obat percampak daun jarak juga berfungsi untuk menurunkan demam. Dalam
pengobatan kancang kataguran/kancang paneh (step dan tipus) menggunakan daun jarak,
tidak hanya memakai daun jarak saja, tetapi juga memakai daun sikumpai, daun sikarau,
daun sitawa dan daun sidingin. Kedua daun rambutan, digunakan untuk menurunkan
panas. Cara penggunaannnya yaitu daun rambutan di remas lalu diminum. ketiga daun
sirsak, daun sirsak dapat digunakan untuk obat asam urat dan menurunkan tensi yang
tinggi. Cara penggunaannya daun sirsak di rebus lalu diminum. kemudian daun pandan,
daun pandan dapat digunakan untuk obat melancarkan peredaran darah, caranya daun
pandan di rebus kemudian diminum. Dan yang terakhir daun kumis kucing dan daun
kompre, digunakan untuk obat sakit pinggang. Cara penggunaannya daun kumis kucing
dan daun kompre direbus bersamaan lalu diminum.

Gambar Daun Jarak Gambar Daun Rambutan

24

Gambar Daun Pandan Gambar Daun Sirsak

Gambar Daun Kumis Kucing Gambar Daun Kompre

E. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Tradisi

1.Adat Manjalang Mintuo

Manjalang mintuo adalah suatu kegiatan adat dalam rangka memperkenalkan
menantu kepada sanak, keluarga dan masyarakat lingkungan. Juga sebagai
menginformasikan bahwa telah terjadi hubungan kekerabatan antara keluarga perempuan
dengan keluarga laki-laki yang diresmikan secara adat yang di sebut baralek.

Persiapan sebelum upacara manjalang mintuo yakni proses mengolah makanan
adat dan proses membungkus makanan adat. Persiapan ini dikerjakan bersama-sama oleh
kelompok ibu-ibu setempat. Makanan yang telah selesai disusun diatas talam kemudian
diikat dengan kain unjuik dan diatasnya dengan kain. Makanannya yaitu bubur pakai
dulang, pisang 2 dulang, lauk pauk 2 dulang, kue 1 dulang

Rangkaian manjalang mintuo yakni ba arak. ba arak merupakan upacara dimana
anak daro dan anggota arak berjalan bersama-sama beriringan menuju rumah pihak laki-
laki dengan memakai pakaian baju anak daro atau baju tunduak serta para ibu-ibu
menjujung baban di atas kepala. Jenis kearifan lokal ini termasuk ke dalam hubungan
dengan sesama manusia, karena acara Manjalang Mintuo merupakan acara silaturahmi
dimana ini merupakan hasil interaksi manusia. Bentuk kearifan lokalnya adalah berwujud
nyata karena ini merupakan bentuk nyata. Dimensi kearifan lokal ini termasuk ke dalam
dimensi kearifan lokal tradis karena ini merupakan aturan dalam adat di Kanagarian
Tikalak yang telah dilakukan dan disepakati oleh masyarakatnya.

25

Sumber : Dokumen Pribadi
2.Manjapuik Bako

Manjapuik merupakan keluarga ayah anak daro atau marapulai berpartisipasi
dalam perkawinan yang dijemput oleh bako. Pihak anak daro dan marapulai dijemput
oleh bako waktu pertama memasang pakaian penganten dengan carano. Lalu diarak dari
rumah bako ke rumah penganten secara adat. Semuan anak di Minangkabau pasti babako.
Namun yang dijapuik dengan padi seratus hanya anak pertama dan anak terakhir.

Jenis kearifan lokal ini termasuk ke dalam hubungan sesama manusia, karena
acara Manjalang Mintuo merupakan acara silaturahmi dimana ini merupakan adat yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Dijapuik Bako ini merupakan bentuk kearifan lokal
yang berwujud sebagai tradisi. Dijapuik Bako ini termasuk ke dalam dimensi nilai lokal
karena adat Dijapuik Bako ini telah disepakati bersama oleh masyarakat Kenagarian
Tikalak.

26

Sumber : Foto dari Bapak Iskandar, ketua KAN
3.Manjapuik Marapulai

Tradisi Manjapuik Marapulai yaitu pihak perempuan mendatangi laki-laki dibawa
ke rumah perempuan tersebut. Dalam proses menjemput marapulai ini juga ada panitahan
atau pasambahan yang dibawakan oleh mamak dari pihak perempuan yang ingin
menjemput calon mempelai pria. Pihak laki-laki dalam hal ini diwaliki oleh paman
(mamak) yang menyambut pihak perempuan tersebut dan mempersilahkan untuk dibawa
kepada calon mempelai wanita. Pelaksanaan acara manjapuik marapulai, mamak dari
pihak perempuan datang beserta urang sumando untuk menjemput marapulai.

Urang sumando yang berada di lingkungan tempat tinggal istri yang mengiringi
mamak dalam acara tersebut, dengan membawa bingkisan adat sebagai penjemput
marapulai. Bingkisan adat ini merupakan lambang pesan dan amanat dari keluarga
penjemput, yang terdapat didalamnya terdapat sirih, pinang,gambir dan sadah pada
bingkisan tersebut. Adapun pesan yang disampaikan oleh keluarga melalui bingkisan adat
tersebut bahwa pihak keluarga istri telah menyambut kedatangan urang sumando tersebut
dengan hati yang tulus dan suci, dan sebagai wujud penghargaan dari pihak keluarga
terhadap urang sumando mereka.

Jenis kearifan lokal ini termasuk ke dalam hubungan sesama manusia karena
tradisi manjapuik marapulai ini sebagai hasil interaksi yang dilakukan secara terus-
menerus. Manjapuik Marapulai ini termasuk ke dalam bentuk kearifan lokal tradisi
karena ini bersifat sebagai tata cara yang harus dilaksanakan oleh masyarakat Kenagarian
Tikalak pada saat acara baralek.

Sumber : https://bundokandung.wordpress.com/2008/04/30/manjapuik-marapulai/
4.Makan Bajamba

27

Makan bajamba ini tradisi yang dilakukan dengan duduk bersama-sama biasanya
diisi oleh tiga sampai tujuh orang dan memakai dulang yang tinggi dengan tujuan untuk
memupuk rasa kebersamaan. Makan bajamba biasanya dilakukan pada hari besar atau
hari tertentu saja seperti hari besar agama Islam, upacara adat, pernikahan, dan lain-lain.
Hidangannya pun seperti rendang, gulai daging, gulai ayam, asam padeh dan sebagainya.
Jika dalam acara baralek atau pernikahan jamba yang dipakai diisi dengan nasi putih yang
dimasukkan kedalam dulang dan samba atau lauk pauk diisikan kedalam dulang kecil.
Makan Bajamba ini termasuk kedalam jenis kearian lokal yakni hubungan dengan sesama
manusia serta bentuk kearifan lokalnya berbentuk tradisi. Dimensi kearifan lokal ini
termasuk kedalam dimensi solidaritas kelompok lokal karena makan bajamba bertujuan
untuk memupuk rasa kebersamaan tanpa memandang status sosial.

Sumber : https://food.detik.com/info-kuliner/d-3457991/orang-minang-juga-lakukan-
makan-bersama-dalam-bajamba-yang-islami
5.Alek Batagak Gala

Menurut adat di ranah Minangkabau pelaksanaan alek batagak gala/ gelar pusako
tinggi (sako) untuk memimpin dalam suku/kaumnya ada beberapa macam yaitu iduk
bakarilaan, bapuntiang ditanah tasirah, mati batungkek budi, basiba silangan baju,
mangambang payuang nan talipek, membuek kato nan baru, mangguguang mambao
tabang. Secara garis besar ada empat gelar adat di Tikalak yakni :

 Gelar sako adat yaitu gelar adat yang diterima secara turun temurun dengan
orang yang bertali darah secara matrilineal

 Gelar sang sako adat (gelar kehormatan) yaitu gelar jabatan pemangku adat di
Tikalak yang merupakan pembantu utama dari jabatan-jabatan seorang datuk,
manti adat, malin adat, urang tuo dan palito.

28

 Gelar mudo adat, diberikan pada laki-laki Minangkabau yang telah melaksanakan
akad nikah (yang berumah tangga), atau laki-laki yang beristri orang Minang
(Urang Sumando).

Alek Batagak Gala ini termasuk kedalam jenis kearifan lokal yaitu hubungan dengan
sesama manusia. Bentuk kearifan lokal ini yakni termasuk kedalam bentuk kearifan lokal
tradisi. Dimensi kearifan lokal ini adalah dimensi nilai lokal.

Foto Batagak Gala Mudo/ Maangkek Gala
Sumber : Foto dari Bapak Iskandar, ketua KAN
6.Khatam Qur’an

Khatam Quran adalah tradisi untuk anak-anak yang telah menyelesaikan
pendidikan Alqurannya di surau, MDA atau TPA. Anak-anak tersebut dibawa pawai
keliling kampung dan kemudian anak-anak tersebut akan berlomba dalam mengaji yang
akan diuji oleh guru mengaji dan ditampilkan didepan orangtua, karib dan kerabat. Di
Nagari Tikalak pelaksanaan Khatam Alquran juga diadakan membantai (Menyembelih
hewan ternak) yang akan dihidangkan pada acara khatam Alquran.

Pada saat pelaksanaan khatam Alquran, peserta akan diarak keliling kampung
dengan diiringi drum band atau rabana. Peserta memakai pakaian Islami. Dalam pawai
tersebut pihak keluarga juga ikut serta dengan membawa talam yang dijunjung. Setelah
itu peserta akan dikumpulkan di surau dimana sudah disediakan panggung tempat peserta
tersebut memperlihatkan kemampuannya. Khatam Alquran ini merupakan jenis kearifan
lokal hubungan dengan sesama manusia serta bentuk kearifan lokal ini adalah kearifan
lokal dalam tradisi yang ada di Nagari Tikalak. Dimensi kearifan lokal ini termasuk
kedalam dimensi nilai lokal.

29

Sumber : Foto dari Bapak Iskandar, ketua KAN

7.Barundiang

Barundiang merupakan salah satu cara musyawarah untuk mencari/mendapatkan
kata mufakat atau solusi dalam menyelesaikan suatu masalah.Barundiang merupakan
tradisi minangkabau yang dilakukan agar suatu acara dapat berjalan dengan lancar.Tradisi
ini umumnya dilakukan sebelum memulai suatu acara,seperti
baralek(pernikahan).Contohnya ketika suatu keluarga ingin menikahkan anaknya kepada
orang lain,sebelum acara tersebut dilakukan barundiang(rundiang) dulu antar niniak
mamak,alim ulama,kapalo mudo,pemuda-pemudi dan urang sumando di suatu daerah
mengenai acara pernikahan tersebut.Adapun upaya dari masyarakat untuk
mempertahankan tradisi barundiang di daerah Pariaman lebih tepatnya di dusun
Kampung Baru ini dengan cara niniak mamak atau kapalo mudo mulai mengajarkan
kepada generasi-generasi muda/kamanakan(keponakan) tentang barundiang,seperti
mengadakan acara latihan mingguan untuk barundiang(rundiang) yang disebut dengan
“Baraja Mangecek”.Selain itu,untuk mempertahankan tradisi ini masyarakat juga
mengadakan perlombaan dengan tujuan melatih mental dan keahlian generasi muda
dalam “mangecek” atau barundiang.Perlombaan tersebut juga bertujuan untuk
memberitahukan atau memperkenalkan kepada masyarakat luas terutama generasi muda
untuk lebih mengenal apa itu barundiang dan bagaimana cara dalam barundiang tersebut.

 salah satu pertunjukan barundiang yang dilakukan oleh siswa SMAN 2 VII
KOTO SUNGAI SARIK dalam acara pagelaran seni pada tahun 2019.

30

8.Gotong Royong Mambarasiahan Pusaro

Tradisi ini sudah ada sejak nenek moyang atau leluhur yang dulu hidup di Korong
Kampung Baru.Merupakan tradisi di daerah Pariaman khususnya di Korong Kampung
Baru,dimana pemuda-pemuda kampung akan melakukan kerja bakti untuk membersihkan
pusara(kuburan).Tradisi ini umumnya dilakukan sebelum melaksanakan tradisi mengaji
ke pusara(kuburan).Kegiatan ini dimaksudkan agar sebelum mengunjungi pusara
(kuburan) masyarakat mudah untuk menemukan pusara (kuburan) dari salah satu anggota
keluarganya,mengingat kegiatan ini hanya dilakukan 2 kali dalam 1 tahun,yakni ketika
sebelum memasuki bulan Ramadhan dan setelah hari raya Idul Fitri.Dalam tradisi ini
kaum perempuan akan memasak dirumah untuk pemuda yang sedang bekerja,kemudian
beberapa pemuda akan menjemput masakan tersebut dengan mengunjungi setiap rumah
yang ada di kampung tersebut.Tradisi ini menggambarkan kekompakan atau solidaritas
yang terjalin diantara kaum pemuda yang terdapat dalam suatu kampung.Ada beberapa
manfaat yang terdapat dalam tradisi tersebut yaitu melambangkan solidaritas yang erat
antar pemuda dan menjalin hubungan baik antara kemenakan,mamak,maupun pemuda-
pemuda.

 Tradisi mambarasiahan pusaro(kerja bakti membersihkan kuburan) yang
dilakukan di Korong Kampung Baru

31

9.Mengaji di Pusaro
Mengaji di pusara merupakan salah satu tradisi masyarakat korong Kampung

Baru yang dilaksanakan setiap tahunnya.Kegiatan ini merupakan kunjungan ke
kuburan/makam dari pihak keluarga yang ditinggalkan.Biasanya kegiatan ini dilakukan
setelah kerja bakti antar pemuda untuk membersihkan pusara(kuburan) dan sebelum
memasuki bulan Ramadhan.Tradisi ini dilakukan 2 kali dalam 1 tahun yakni,ketika
sebelum memasuki bulan Ramadhan dan setelah hari raya Idul Fitri.Dalam
pelaksanaannya kaum perempuan akan membawa nasi beserta lauk pauknya dengan
delamak,yaitu tudung nasi yang terbuat dari rotan berbentuk seperti gunung yang
menjulang tinggi.Kegiatan yang pertama kali dilakukan yaitu para alim ulama akan
membacakan doa-doa di satu tempat yang telah ditentukan.Setelah membaca doa-
doa,dilanjutkan dengan mayarakat/anggota keluarga akan menyiram kuburan anggota
keluarganya dengan air mawar yang telah diracik sebelumnya.Kemudian diakhiri dengan
makan bersama antara pemuda,kemenakan,dan alim ulama.

 Salah satu tradisi yang terdapat di Korong Kampung Baru yaitu mangaji di
pusaro(berdoa di kuburan)

32

10.Potang Balimau
Potang Balimau merupakan suatu tradisi menjelang bulan Ramadhan

tiba.Masyarakat biasanya mengadakan acara mandi-mandi di sekitar sungai-sungai yang
berada di nagari masing-masing.Salah satu daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota yang
mengadakan potang balimau ini yaitu Nagari Muaro Paiti Kecamatan Kapur
IX.Masyarakat mengadakannya di tepi sungai batang kapur.Biasanya diadakan setiap
sehari sebelum bulan Ramdhan.

Potang Balimau merupakan tradisi turun temurun yang bernuansa islami dan harus
tetap dilestarikan.Tradisi ini memang sudah ada di Kabupaten Lima Puluh Kota sejak
puluhan tahun lalu, diadakan sekali dalam setahun.Potang Balimau ini dilakukan sebagai
sikap bersih-bersih diri dan silaturahmi dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Bukan hanya masyarakat disekitar nagari saja yang ikut dalam tradisi Potang
Balimau ini, tak jarang msyarakat di luar Kabupaten Lima Puluh Kota juga ikut dan
datang ke tempat diadakannya Potang Balimau.Ini juga merupakan salah satu keunikanm
dari Kabupaten Lima Puluh Kota.

33

Potang Balimau di Sungai Batang Kapur
11.Manimbang

Manimbang merupakan tradisi masyarakat di Kecamatan Kapur IX dalam bentuk
kegiatan rutin setelah hari pasar. Menimbang itu maksudnya menjual hasil pertanian
masyarakat berupa olahan gambir dari petani ke toke (pengumpul) .Misalnya di Nagari
Muaro Paiti, hari pasarnya yaitu hari Kamis.Jadi setiap hari kamis para petani
menimbang atau menjual hasil olahan gambirnya ke toke.Kegiatan itu dilaksanakan di
pasar setelah semua padagang dan pembeli tidak ada lagi di pasar atau di sore hari. Para
petani yang biasanya kaum laki-laki berkumpul di los(tempat pedagang berjualan seperti
ruangan tanpa dinding namun memiliki atap, pondasi, serta lantai) pasar untuk
menimbang dan menjual gambirnya setelah itu mendapatkan uang dari toke. Di pasar
tersebut terdiri dari banyak toke bukan hanya satu saja, jadi para petani gambir bisa
menjual gambir ke toke mana saja yang ia inginkan. Biasanya harga gambir yang
ditetapkan setiap toke itu sama agar adil.

Kegiatan ini berlangsung sejak bertahum-tahun yang lalu, karena masyarakat di
Kecamatan Kapur IX umumnya memiliki mata pencarian sebagai petani gambir.Untuk
itu di kawasan Kecamatan Kapur IX banyak ditemukan batang gambir namun bagi orang
yang tidak tahu, menganggap kalau Kapur IX memiliki banyak rimbo (hutan bersemak)
padahal itu adalah pohon gambir.

34

Manimbang di los pasar baru Nagari Muaro Paiti
Dimensi: Sumber Daya Lokal
12.Pacu Sampan

Pacu sampan atau bisa disebut dengan selaju sampan merupakan salah satu
kearifan lokal di Kabupaten Lima Puluh Kota, tepatnya di Nagari Muaro Paiti Kecamatan
Kapur IX.Kearifan local yang berada di Muaro Paiti ini sangat diminati dan digemari
oleh banyak masyarakat.Pada dasarnya pacu sampan ini sudah menjadi tradisi/ alek Anak
Nagari Muaro Paiti yang telah turun menurun mulai dari zaman dahulu sejak Nagari
Muaro Paiti itu ada.

Di Kecamatan Kapur IX terdapat sungai yang besar dan memiliki aliran yang sangat
panjang yamg disebut sungai Batang Kapur.Untuk itu masyarakat khusunya di Muaro
Paiti mengadakan pacu sampan dalam bentuk lomba di aliran sungai Batang Kapur
tersebut.Biasanya setiap sampan memiliki pendayung lebih banyak sepuluh orang saja.

Pacu sampan ini adalah kearifan local yang harus dipertahankan sampai saat ini
karena acara/lomba yang merupakan tradisi dalam bentuk olahraga pacu jalur yang mana,
sampan yang cepat sampai di garis finish ialah pemenangnya. Peserta dari pacu sampan,
kebanyakan masyarakat dari Nagari Muaro Paiti tersebut dan pesertanya juga dibolehkan
dari luar Nagari Muaro Paiti.

35

Pacu Sampan di Nagari Muaro Paiti
13.Ikan Larangan

Kearifan lokal berupa ikan larangan mampu menjaga sungai agar tetap bersih dan
terhindar dari penangkapan ikan secara berlebihan di Kabupaten Pasaman Barat,
Sumatera Barat.Salah satunya Ikan larangan Batang Ampu, Simpang tigo Kecamatan
Luhak Nan Duo, Masyarakat di sekitar telah sepakat untuk mengikuti aturan
tersebut.Kemudian tidak menangkap ikan di tempat yang telah dianggap sebagai ikan
larangan, Ada sanksi bila dilanggar.

Bahkan masyarakat percaya apabila dilanggar akan mendapatkan konsekuensi
tertentu yang sudah ada sejak dulunya.memiliki banyak cara untuk membangun
Kampung, salah satunya dengan memelihara ikan larangan disekitar tempat tinggal yang
secara ekonomi memiliki nilai jual cukup tinggi dan bisa dimanfaatkan untuk
pembangunan Kampung.

(sumber :https://infopublik.id/12 Ribu Bibit Ikan Ditebar Di Kawasan Ikan Larangan )

36

Masyarakat sekitar \ menjaga keberadaan ikan di sungai supaya jangan punah akibat
pencemaran lingkungan dan memberi niali guna untuk pembangunan Kampung, seperti
pembangunan Masjid.Dengan munculnya kesepakatan masyarakat untuk menjadikan
ikan sungai sebagai ikan larangan, bertujuan untuk menjaga ikan tetap eksis
keberadaannya serta pemanfaatan dana hasil pemeliharaan ikan untuk pembangunan
Kampung.

14.Tabuik

seperti halnya upacara tabuik, mewakili cerminan sikap dan pola hidup masyarakat
Pariaman. Nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap rentetan alur pelaksanaan maupun
simbol upacara tersebut menjadi hal yang penting bagi masyarakat setempat.

Tabuik adalah salah satu tradisi sosial keagamaan masyarakat minangkabau,
khususnya di wilayah Pariaman. Substansi tradisi ini bersumber dari suatu peristiwa yaitu
kisah mati syahid Husein Bin Abi Thalib (cucu Nabi Muhammad SAW yang kemudian
biasa disebut Husein) dalam perang melawan Raja Yazid Bin Muawiyah di negeri Syam
di Padang Karbala yang terjadi pada bulan Muharram.Tabuik berasal dari kata Tabut dan
orang Pariaman khususnya melafazkan Tabuik. Ini disebabkan pengaruh dialek minang
dimana konsonan akhir huruf “t” akan dilafalkan “ik” seperti takut menjadi takuik, larut
menjadi laruik dan sebagainya.

Tabuik adalah peti kayu yang dilapisi emas (Brosur Depparpostel Sumbar,
1993/1994 dalam Khanizar Chands, 1995:7, Ernatib dkk, 2001:14). Sedangkan menurut
W.j.S Poerwadarminta dalam Ernatib, 2001 : 14 pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
Tabuik atau Tabut adalah sebuah peti yang terbuat dari anyaman bambu yang diberi
kertas berwarna, kemudian dibawa arak-arakan pada hari peringatan Hasan dan Husein
tanggal 10 Muharram. Upacara Tabuik sekarang telah menjadi agenda tahunan tradisi
masyarakat Pariaman setiap tanggal 1-10 Muharram.

Selanjutnya Muhammad Idrus Al Marbawi dalam Ernatib, 2001 : 14 dalam kamus
bahasa arab mengatakan, Tabuik berasal dari bahasa Arab Melayu yang artinya peti atau
keranda yang dihiasi bunga-bunga dan kain berwarna-warni dan kemudian dibawa
berarak-arak keliling kampung.Sedangkan pengertian Tabuik di Pariaman adalah sebuah

37

keranda yang diibaratkan sebagai usungan mayat Husein Bin Ali yang terbuat dari
bambu, kayu rotan yang dihiasi bunga-bunga “salapan”.

Pada bagian bawah Tabuik terdapat seekor burung Buraq berkepala manusia dan
pada bagian atasnya terdapat satu tangkai bunga salapan yang disebut sebagai puncak
Tabuik.Secara harfiah Tabuik berarti peti atau keranda yang dihiasi bunga-bungaan dan
dekorasi lain yang berwarna-warni dan kelengkapan lain yang menggambarkan Buraq
(hewan kuda yang berkepala manusia). Secara simbolik, Tabuik menyimbolkan
kebesaran Allah SWT yang telah membawa terbang jenazah imam Husein ke langit
dengan Buraq tersebut sebagai medium yang meninggal secara mengenaskan saat terjadi
perang di Karbala.

Tradisi ini bersifat kolosal karena melibatkan banyak orang, mulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir pada penyelesaian puncak acara. Keterlibatan
kelembagaan maupun pemerintah daerah, masyarakat setempat, juga pihak lain
mempunyai andil cukup besar dalam berlangsungnya upacara Tabuik. Secara kuantitas
upacara Tabuik merupakan keramaian sosial yang terbesar di wilayah Pariaman.
Keterlibatan banyak personil dan lembaga menunjukkan bahwa acara itu senantiasa
menjadi agenda tetap yang dinanti-nanti seluruh masyarakat Pariaman.Secara kualitas,
Tabuik merupakan ruang sosial keterlibatan ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai dan
anak nagari. Semua ini menunjukkan bahwa Tabuik telah menjadi media sosial yang
paling efektif bagi eksistensi unsur-unsur sosial budaya dalam masyarakat.

15..Bakawua
Bakawua merupakan tradisi turun temurun masyarakat nagaris urian, yang bertempat di
jorongTampat, nagariSurian.Acara ini digelar sebelum melalukan‟turun kasawah‟ ataus

38

ebelum menanam padi serentak yang di lalukan setiap tahunnya.Acara ini bertujuan
untuk meminta doa kepada Allah, agar di lancarkan dalam bercocokt anam.

Tradisi ini telah berlagsung lama, bahkan masih ada sampai sekarang.Bakawua di
sini, selain memanjat kandoa, juga di bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi dengan
sesama masyarakat kampung. Tradisi bakawua akan di mulai dengana cara pemotongan
sapi oleh masing-masing kepada suku atau penghulu setiap sukunya. Kemudian para ibu-
ibu akan memasak gulai dagiang yang menjadi ciri khas masakan saat bakawua. Di
tampat ini diyakini oleh masyrakat sebagai tempat sakral yang di percaya dahulu menjadi
tempat pemakaman salah satu orang terhormat atau syeh yang menyebarkan agama islam
pertama kali di nagari surian dengar gelar”jangguik merah badarah putiah”.Jadi di sini
sebelum memulai acara bakawua,setiap kepala rumah tangga akan meletakkan “ureh” di
samping makam syeh itu. Setalah itu barulah mulai acara pemotongan sapi dan di
lanjutkan dengan acara masak-masak oleh ibu-ibu.Dalam acara ini juga di kumpulkan
setiap penghulu pemimpin masing-masing suku.
Setelah masakan selesai di masak, kan di adakan doa bersama dan sholat
istiharah/meminta ujan yang di pimpin oleh kepala suku tertua atau sesepuh tertua yang
faham agama dari semua suku yang berkumpul. Biasanya acara akan di mulai dari pagi,
sampai sore hari. Setelah selesaia cara,“ureh” yang di taruh mengelilingi kuburan orang
terhormati tuakan di bawa pulang dan segera di tabur kesawah masyarakat. Begitulah
tradisinya setiap tahun dan berlangsung sampai sekarang.

16.Mamukek Lauak/menjaring ikan
Mamukek adalah kegiatan menangkap ikan menggunakan jaring yang besar dan

panjang. Kegiatan mamukek ini dilakukan pada sore dan pagi hari. Pada sore hari
39

kegiatan mamukek dilakukan dengan cara menebar jaring ke danau atau laut, setelah
ditebar jaring dibiarkan semalaman. Kemudian pagi harinya jaring diangkat oleh para
nelayan ke tepi danau atau laut, kemudian mereka akan mengeluarkan ikan yang mereka
dapatkan di jaring tersebut. Pada kegiatan menebar jaring, jaring dapat di sebar di tepi
maupun di tengah danau, tergantung dengan musim ikan, apakah banyak di tepi atau di
tengah danau atau laut. Untuk menebar jaring ke tengah danau atau laut nelayan biasanya
menggunakan biduak atau perahu mesin. Dalam melakukan kegiatan mamukek nelayan
dapat melakukannya sendiri maupun bersama dengan nelayan yang lain, hal ini
tergantung seberapa banyak ikan yang di dapatkan. Jika ikan sedikit nelayan akan
melakukan sendiri, jika ikan banyak nelayan akan melakukan bersam-sama. Hasil yang di
dapat dari kegiatan mamukek ini tergantung dari musim ikan, jika musim ikan banyak
nelayan akan mendapatkan hasil yang banyak, sebaliknya jika musim ikan sedikit
nelayan hanya mendapatkan ikan sedikit. Jadi untuk kegiatan mamukek di sesuaikan
dengan musim ikannya sendiri, apakah musim ikan di tepi atau di tengah, ataupun
musim ikan banyak atau ikan sedikit.

17.Baralek
Tradisi barelek di nagari tikalak ada 3 macam, yatu Baralek Ketek (Pesta Kecil),

Baralek Manangah (Pesta Sedang), Dan Baralek Gadang (Pesta Besar). Baralek Ketek
40

(Pesta Kecil) dilakukan dengan cara mendoa saja, maksudnya kedua mempelai tidak
memakai baju merah (pakaian adat), yaitu mempelai pria tidak memakai baju marapulai
dan mempelai wanita tidak memakai baju nak daro dan suntiang. Hanya saja ketika
mempelai pria datang ke rumah mempelai wanita, dia hanya memakai jas dan saluk
penghulu di kepalanya.

Kemudian Baralek Manangah (Pesta Sedang) dilakukan dengan cara mempelai
pria dan mempelai wanita memakai pakaian adat. kemudian pakaian yang dikenakan pada
rumah mempelai wanita lengkap, yaitu memakai tonggak banta, bakasua baotok, dan
balangik-langik. Untuk kedatangan mempelai pria, mempelai pria memakai baju merah
(baju adat), dan anak daro yang menanti mempelai pria memakai baju anak daro dan
suntiang Pada acara baralek manangah ini akan diadakan kegiatan bararak bako bagi
mempelai wanita jika baralek di rumah mempelai wanita dan bagi mempelai pria jika
baralek di rumah mempelai pria. Bararak bako yaitu, kegiatan arak-arakan anak daro atau
marapulai dari rumah bakonya ke rumah ibu si anak daro atau ibu si marapulai. Yang
dimaksud dengan bako sendiri adalah saudara perempuan dari pihak ayah atau keluarga
garis ibu dari pihak ayah.

Selanjutnya Baralek Gadang (Pesta Besar), baralek gadang dilakukan selama
tujuh hari tujuh malam. Dalam baralek gadang dilakukan menyembelih sapi dan memiliki
banyak alat dalam melaksanakan acaranya. Pada acara baralek gadang ini pakaian
mempelai wanita dan pria sama hal nya dengan baralek manangah, dan juga melakukan
kegiatan bararak bako, yang membedakan baralek manangah dan baralek gadang hanya
terletak pada kegiatan menyembelih sapi dan acara yang dilakukan tujuh hari tujuh
malam. Dalam melaksanakan acara baralek diisi dengan hiburan barandai dan tari-tarian
minang. Acara baralek yang sering dilakukan di nagari tikalak ini adalah baralek
manangah (perkawinan sedang).

Dalam acara baralek di Nagari Tikalak dilakukan secara bersama-sama dalam
melakukan persiapan baralek tersebut, terutama dalam kegiatan memasak oleh para kaum
ibu. Ketika kaum ibu pergi menolong memasak ke tempat baralek, ada yang membawa
beras sebanyak seliter, membawa sipuluik, dan membawa kelapa. Selain kegiatam
memasak, kegiatan memasang pakaian untuk rumah juga dilakukan secara bersama-sama,
seperti membuat tonggak banta, kasua baotok, memasang langik-langik, dan tabia

41

18.Upacara KenduriSKO
Kendurisko merupakan upacara adat Kerinci yang memiliki makna sebagai rasa

syukur kepada Allah SWT atas hasil panen yang didapatkan oleh masyarakat. Di dalam
upacara kendurisko terdapat acara penurunan dan pembersihan benda-benda pusaka
peninggalan nenek moyang serta pengangkatan para pemimpin-pemimpin adat. Upacara
ini memiliki makna penting bagi masyarakat oleh karena itu pelaksanaannya melibatkan
seluruh masyarakat.
Kendurisko, kata “sko” dalam bahasa Sanskerta “saka” memilliki arti yaitu keluarga atau
nenek moyang dari garis keturunan ibu karena Suku Kerinci menganut sistem matrilineal,
sehingga upacara tersebut dimotori oleh kaum wanita.Prosesi kenduri ini dilaksanakan
sesuai adat istiadat yang berlaku. Adat bersendi syarak – syarak bersendi kitabullah.Adat
lamo pusako usang yang tidak lapuk kenahujan – tidak lekang kena panas sejak dahulu
hingga sekarang.
Upacara ini biasanya dilaksanakan 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun sekali atau pada saat
ekonomi masyarakat dalam keadaan stabil dan pada saat sesudah panen tergantung
dengan kesepakatan para pemangku adat, dikarenakan upacara ini membutuhkan biaya
yang cukup banyak. Upacara ini biasanya berlangsung selama 3-7 malam tergantung
pelaksaan di daerah masing-masing.
Dalam pelaksanaannya upacara ini banyak sekali menampilkan pertunjukan-pertunjukan
seni budaya, baik kesenian tradisional maupun tari kreasi yang baru diciptakan. Seperti
tari iyo iyo, tari rangguk, tari asyiek, pencak silat, dan lain-lain.
Setiap tahapan prosesi yang dilaksanakan memiliki nilai-nilai sacral.

 Pencak Silat yang dilakukan oleh para Hulu balang, Tari Iyo-Iyo dan
Persembahan dayang-dayang memiliki nilai persatuan dan kesatuan, siap
42

membela, mempertahankan dan membangun kampong halaman. Seperti tari Iyo-
Iyo dan tari Persembahan mengandung makna moral patuh dan hormat kepada
pemimpin.
 Dalam prosesi penurunan benda pusaka mengurai perjalanan sejarahnya para
nenek moyang kepada masyarakat untuk selalu diingat.
 Penobatan Depati, Ngabi, Permanti, dan Mangkuserta proses pembacaan sumpah
yang memiliki kandungan rasa tanggung jawab atas tugas yang diberikan.
 Upacara ini dilaksanakan untuk memperkenalkan Pemangku Adat, serta juga
untuk memperlihatkan benda-benda pusaka yang diwariskan oleh nenek moyang
secara turun temurun. Prosesi ini dimulai dengan meminta ajunarah (minta izin)
kepada pemangku adat di Rumah Gedang. Yang kemudian prosesi ini diakhiri
dengan doa bersama oleh para Pemangku Adat.

Sumber: Wartanews
19.Badoncek

Badoncek adalah kearifan lokal yang diterapkan oleh masyarakat Minangkabau.
Salah satunya pada daerah Padang Pariaman kec. Sungai geringging. Badoncek
merupakan Tradisi dalam hal mengumpulkan dana ketika ada acara buruak baiak (buruk
baik) untuk kepentingan bersama dalam bersosial dan beragama untuk meringankan
orang yang dalam kondisi buruak baiak tersebut. Seperti pada acara pernikahan atau
dalam acara kematian.

Pada tradisi ini masyarkat diminta secara sukarela untuk saling membantu atau
gotong royong dalam menyumbang yang nantinya akan dihitung dihadapan orang ramai
yang dinamakan baetong (berhitung). Tujuannya agar semua masyarakat yang

43

mendapatkan buruak baiak tersebut tidak kekurang dalam melaksanakan acara baik dari
segi uang, tenaga, ataupun bahan pangan saaat acara berlangsung karena setiap
masyarakat akan saling membantu dalam melancarkan acara buruak baiak tersebut.

(Sumber : https://news.okezone.com/Tradisi Badoncek dan Geliat Pembangunan
Infrastruktur di Sumatera Barat)

Penulis masih belum tahu asal muasal dari tradisi Badoncek ini. Dari hasil
wawancara yang dilaksanakan, diketahui bahwa Badoncek bermakna dari pepatah
Minang yang mengatakan “barek samo dipikul, ringan samo dijinjiang” (berat sama
dipikul, ringan sama dijunjung) yang artinya saling membantu dalam setiap urusan dan
masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri.

Tradisi badoncek ini selalu diupayakan untuk dapat terus dilestarikan dengan cara
mengajarkan tentang adat kepada sanak kemenakan atau anak-anak muda.Walaupun
generasi bertukar kalau sudah tertanam dalam diri raso jo pareso (rasa dan perasa) pasti
akan tetap bisa bertahan dan terus terus terlestarikan.
20.Alek Bakajang

Bakajang merupakan tradisi anak nagari yang sudah berlangsung di nagari
Gunuang Malintang secara turun temurun.Tradisi adat ini berkembang dari cerita rakyat
yang terus dilestarikan hingga kini.Kajang menggambarkan simbol nenek moyang
terdahulu dimana transportasi mereka adalah kajang atau sampan yang berlayar di sungai

44

batang maek.Kegiatan ini rutin dilaksanakan oleh warga Gunuang Malintang setiap hari
raya Idul Fitri tiba.

Bakajang diawali karena hubungan silaturrahmi masyarakat Gunung Malintang
yang kuat, mereka saling kunjung mengunjungi, anak-istri, saudara-saudara semua diajak
naik sampan. Karena rasa sayang terhadap keluarga maka sampan mereka beri atap dari
daun kayu yang dijalin dan dilipat dua sebagai tempat berlindung dari hujan dan panas,
masyarakat Gunung Malintang saat itu menyebutnya dengan KAJANG.

Pemikiran masyarakat terus berkembang kajang-kajang sudah mulai
diperlombakan.Kajang mulai dihiasi dengan kain, kain ini dipinjam dari rumah
kerumah.Hiasan kain ini tidak bertahan lama, karena kain basah menyebabkan
keseimbangan sampan tidak terjaga, sehingga banyak kajang yang tenggelam.Selain itu
masyarakat juga sudah mulai berkeluh kesah, karena kain yang dipinjamkan untuk
menghias kajang banyak yang robek.Akhirnya kajangpun tidak lagi dihiasi dengan kain
tetapi menggunakan kerangka dari kayu.

Tahun berganti tahun jumlah masyarakatpun bertambah.Melihat kajang hanya
dengan menggunakan kerangka dari kayu, masyarakat mulai berpikir alangkah lebih
indah jika diberi dinding dari triplek.Awalnya kajang hanya menggunakan satu buah
sampan, namun kajang sering oleng dan tenggelam karena susahnya menjaga
keseimbangan. Saat ini kajang dari lima jorong sudah lebih moderen. Besar dan seimbang
karena sudah menggunkan dua buah sampan serta sudah berpengalaman dari tahun
ketahun. Sehingga keseimbangan, lebar, panjang dan tinggi kajang sudah diperkirakan
secara matang.Tradisi bakajang selalu dilaksanakan sekaligus manjalang ninik mamak.
Acara manjalang ninik mamak diadakan setiap hari raya Idul Fitri.

Dengan mengunakan bingkai kayu dan bambu lalu diberi dinding triplek.Karena
kemajuan teknologi saat ini.Bentuk kajang masing- masing jorong sudah benar-benar
indah dan megah.Sampan dihiaiasi sehingga menyerupai kapal pesiar dari
mancanegara.Lalu dicat dengan berbagai motif dan selera. Bahkan fasilitas yang ada di
kapal pesiar pun tidak ketinggalan juga dibuat sebagai miniatur, seperti pelampung,
kolam renang, kamar, dan asap yang ada pada cerobong selalu mengepul seolah- olah
kapal pesiar yang berlayar di laut lepas.

45

Gambar 1.Kajang siap diperlombakan

Selama alek kajang digelar, surau tak pernah sepi.Siang malam masyarakat
bergotong royang.Apalagi penilaian kajang dilakukan setiap hari, maka pemuda jorong
juga berkreasi memperbaiki dan mempercantik tampilan kajang mereka.Terasa sekali
suasana yang meriah waktu itu.Alat musik khas Gunung Malintang seperti talempong,
gendang dan oguang, dipukul sahut menyahut.Setelah waktu yang ditentukan tiba, secara
bergotong-royong semua masyarakat bersama menurunkan kajang. Dari depan surau,
kajang digiring dan diangkat bersama-sama menuju sungai batang mahat. Terlihat sekali
kekompakan masyarakat yang masih kental.

21.Bakampuang
Bakampuang sama artinya duduk bersama kaum laki-laki satu persukuan untuk

mengambil kata sepakat. Agar tidak menganggu pekerjaan maka dilakukan pada malam
hari, tepatnya Jum`at malam karena hari Jum`at semua masyarakat yang bermalam di
kebun gambir akan pulang untuk berbelanja dan menjual gambir sekaligus sholat jum`at.
Acara bakampuang dilaksanakan dengan tujuan membantu keluarga, adik atau
kemenakan yang akan melangsungkan pernikahan. Juga untuk membantu saudara
perempuan yang akan mendirikan rumah.

Sebelum acara dimulai terlebih dahulu dicek kehadiran satu persatu. Karena sesuai
kesepakatan yang tidak hadir pada acara bakampuang disebabkan halangan tertentu,
boleh berkirim uang. Jika bakampuang untuk acara pernikahan.Ninik mamak
menanyakan siapa calonnya, dari mana asalnya.Dan diminta memperkenalkan diri.Agar
tidak terjadi pernikahan terlarang, baik larangan adat atau larangan agama.Selain itu juga

46

disepakati, apakah acara pesta diselenggarakan sederhana atau dimeriahkan dengan alat
musik.

Bakampuang tagak rumah diadakan untuk membantu saudara perempuan yang akan
membuat rumah baru. Disini disepakiti, dimana rumah didirikan, apakah tanahnya sudah
bebas dan aman.Jika belum ada tempat untuk mendirikan rumah, sekaligus dicarikan
bersama.Karena di Gunung Malintang ada tanah ulayat yang diperuntukan untuk
perumahan masyarakat.Malam itu semua laki-laki sapasukuan menyumbang sesuai
kemampuan.Selain itu saudara laki-laki pihak bapak juga ikut membantu.Ada dengan
uang ada juga berupa barang.Semua sesuai kemampuan.

Tuan rumah menyediakan makanan dan minuman ciri khas seperti, lopek bugih,
lomang, bongko, agar-agar dan pisang. Untuk acara memasak ini kaum perempuan
berdatangan untuk membantu. Selain membantu memasak juga membawa bahan-bahan
yang diperlukan untuk acara bakampuan atau acara kenduri nanti. Yang dibawa kaum
perempuan biasanya, beras, telur, minyak makan, tepung, mie. Kadang- kadang ada juga
yang membawa ikan kaleng, gula, kentang dan lain sebagainya. Bahan–bahan ini
dimasukkan ke dalam wadah atau cawan tertutup, lalu dibungkus dengan kain batik.
Nanti tuan rumah mengganti isi wadah dengan makanan yang sudah masak seperti,
sambal dan makanan yang sengaja dimasak untuk pengisi bungkusan

Gambar 4,duduak basamo laki-laki sapasukuan
22.Bagodang

47

Tradisi unik lainnya yaitu pergi mencari ikan bersama-sama, lalu ikan yang didapat
langsung dimasak dan siap dimakan bersama, acara seperti ini lah yang disebut dengan “
bagodang”. Acara bagodang sering dilakukan bila keadaan air jernih dan dangkal. Karena
tempat yaang akan dituju adalah daerah mudik air atau hulu air. Untuk sampai kelokasi
harus mengunakan sampan. Setelah berkumpul menentukan hari, maka sekaligus
menentukan bahan yang akan digunakan untuk masak dan termasuk juga alat-alat yang
akan dipergunakan nanti.

Tiba pada hari yang telah ditentukan, tanpa ditetapkan siapa saja boleh ikut, dan yang
perlu dipastikan itu adalah ada orang yang punya keberanian dan kemampuan menangkap
ikan.Semua bahan dan peralatan yang akan diperlukan dimasukkan kedalam sampan.
Penumpang didalam sampan juga harus diperkirakan, jangan sampai kelebihan berat,
karena beresiko tenggelam.Biasanya yang berada diatas sampai adalah orang–orang yang
perkirakan tidak pandai berenang atau yang tidak kuat berjalan didalam air.

Bagi yang pandai menangkap ikan sudah mulai langsung menyelam mencari
ikan.daerah mudik air atau hulu air “ lubuak”, yang kedalamannya sampai lima meter dari
permukaan air. Kadang ada juga yang menangkap ikan dengan menembak ikan yang
berada di antara batu-batu dialiran sungai yang deras yang disebut “Botiang”.

Ikan yang sudah dapat dimasukkan kedalam sampan, sambil diansur dibersihkan
oleh kawan yang lain. Apabila dinyatakan tempat yang dituju sudah dekat maka orang
yang tidak ikut mencari ikan segera kelokasi untuk mempersiapkan tempat. Mulai dari
membuat tungku untuk memasak, mencari kayu, menggiling cabe dan lain sebagainya.

48

Gambar 5,perjalanan menuju lokasi bagodang

23.Botatah

Tradisi adat jejak tanah (botatah) yaitu sewaktu anak raja dijemput ke Pagaruyung,
sampai di Rao dijejakkan ke tanah karena begitulah adat raja-raja di
Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Luhak
Tanah Datar, Minangkabau.Istana Kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang
berfungsi sebagai pusat pemerintahan raja-raja Pagaruyung.Kerajaan Pagaruyung disebut
juga sebagai Kerajaan Minangkabau. Luhak Tanah Datar sendiri merupakan salah satu
bagian dari Luhak nan tigo yang terdapat dalam konsepsi masyarakat Minangkabau
terutama tentang alamnya. Sebuah kerajaan di bawah Panji Kerajaan Pagaruyung Makna
dari tradisi turun mandi atau turun tanah anak adalah untuk mengenalkan kepada si
anak tentang kehidupan dunia. Pahit,manis,asin,pedas,itulah realitas yang ada dalam
kehidupan. Dengan adanya pengenalan rasa,yang mengandung makna tentang berbagai
kondisi kehidupan,diharapkan dalam alam bawah sadar anak tersebut akan menerima
kenyataan dan arif menyikapinya ketika diatelah menjadi manusia dewasa.Yang apabila
tidak dilaksanakan akan menimbulkan bahaya bagi anak atau orangtuanya.

 Fungsi Upacara

Agar bayi dapat mengenal dan menerima kenyataan hidup dan tempat di mana ia
dilahirkan. Pengertian ini berdasarkan kepada anggapan bahwa selama ini bayi dalam
rahim ibu merupakan dunia yang gelap dan diperkenalkan kepada dunia luar (fana). Serta
merupakan sebuah dasar bahwa dia tersebut adalah memang betul berasal dari nagari
Lansek Kadok tersebut. Sepertinya yang telah dijelaskan pada bagian di atas bahwa
uniknya tradisi tersebut sampai sekarang ini masih dilaksanakan oleh masyarakat di
daerah tersebut bahkan telah melampaui sekat-sekat geografis. Artinya bagi ibu dan
bapaknya berasal keturunan dari Kerajaan Yang Dipertuan Padang Nunang yang tidak
berada di daerah tersebut misalnya di Jakarta, Malaysia dan daerah lainnya diharuskan
untuk menatahkan anaknya yang berusia lebih dari satu tahun atau sudah pandai berjalan.
Konsekuensi dari tidak dijalankannya tradisi tersebut bagi keturunan Raja Yang
Dipertuan Padang Nunang yakni akan terjadi sakit perut pada anak, sakit-sakitan bahkan
kelumpuhan. Sebuah tradisi yang berakar pada masa lalu namun tetap dijalankan oleh
masyarakatnya sampai sekarang ini dan menjadi sebuah kekayaan budaya.

49


Click to View FlipBook Version