Untuk Tahun 2017:
Atau:
Artinya, Pada Tahun 2017 PT. Arimbi Putri memiliki asset sangat lancar
sebanyak 2,68 kali dari total kewajiban lancar (2.68 : 1), atau dengan kata lain
bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar akan dijamin oleh Rp 2,68 aset sangat lancar
atau asset cepat.
Untuk Tahun 2018:
Atau:
Artinya, Pada Tahun 2018 PT. Arimbi Putri memiliki asset sangat lancar
sebanyak 3.81 kali dari total kewajiban lancar (3.81 : 1), atau dengan kata lain
bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar akan dijamin oleh Rp 3.81 aset sangat lancar
atau asset cepat.
Interpretasi:
Rasio sangat lancar atau rasio cepat yang dihasilkan oleh PT. Arimbi Putri
pada Tahun 2018 lebih baik apabila dibandingkan dengan rasio sangat lancar pada
Tahun 2017. Pada tahun 2018 dan 2017, posisi total kewajiban lancar dapat
ditutup sepenuhnya oleh asset sangat lancar. Sebagai pembandingnya apabila rata
rata industry yang sejenis memiliki rasio lancar sebesar 2.60 maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan asset sangat lancar
dengan baik, hal ini dapat dilihat dari Tahun 2017 PT. Arimbi Putri menghasilkan
Quick ratio sebesar 2.68 dan pada Tahun 2018 sebesar 3.81 yang artinya berada
diatas rata-rata industry sejenis.
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas adalah rasio yang digunakan untuk melihat tingkat kemampuan uang
kas dan setara kas yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya.
49
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari seberapa besar ketersediaan dana
kas atau yang setara dengan kas yang dapat ditarik setiap saat. Kas pada
perusahaan ini bisa meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos, rekening
giro, dan juga deposito.
Definisi kas sendiri ialah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan yang
disimpan di bank (cash in bank) dan uang kas yang tersedia di perusahaan (cash
on hand). Sementara Setara kas ialah investasi atau surat berharga jangka pendek
yang memiliki sifat likuid yang dapat dicairkan dalam bentuk uang kas dengan
jangka waktu kurang dari 90 hari. Berikut adalah rumus yang digunakan dalam
menghitung Rasio Kas (Cash Ratio):
Dengan menggunakan contoh laporan keuangan milik PT. Arimbi Putri, maka
berikut contoh perhitungan besarnya rasio Kas (Cash Ratio) yang dihasilkan oleh
perusahaan (dalam ribuan rupiah):
Kas 2017 2018
Surat Berharga 20.000 25.000
Total Kewajiban Lancar 3.000 5.000
11.000 9.700
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 memiliki kas sebanyak 2.09 kali
dari Total Kewajiban lancar (2.09 : 1), atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp 2.09 kas.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 memiliki kas sebanyak 3,09 kali
dari Total Kewajiban lancar (3,09 : 1), atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp 3,09 kas.
Interpretasi:
Rasio kas PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 lebih baik dibandingkan dengan
Rasio Kas pada Tahun 2017. Sebagai pembanding lainnya apabila rata rata
50
industry memiliki rasio kas sebesar 3.00 maka kemampuan PT. Arimbi Putri
dalam melunasi utang jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan kas dan setara kas yang tersedia, maka di Tahun 2017 kurang baik
apabila dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya yang dimana PT. Arimbi
Putri hanya memiliki Rasio Kas sebesar 2,09 yang masih dibawah rata rata
industry sebesar 3,00
Sementara kemampuan PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 sebesar 3,09 bisa
dikatakan cenderung lebih baik dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya
yang memiliki besaran rasio 3,00 atau berada diatas rata rata industri, artinya pada
Tahun 2018 PT. Arimbi Putri mampu melunasi kewajiban lancarnya yang akan
segera jatuh tempo menggunakan uang kas atau setara kas yang dimilikinya.
4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)
Rasio perputaran kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
juga membiayai penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini digunakan sebagai pengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar
seluruh utang dan beban beban yang terkait dengan penjualan perusahaan. Rumus
yang digunakan dalam Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) sebagai berikut:
Modal kerja bersih didapat dari didapat dari Total Aktiva Lancar dikurangi
dengan Total Utang Lancar. Sementara modal kerja kotor atau modal kerja saja
didapat dari aktiva lancar.
Dari Laporan Laba Rugi Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan
sebagai contoh melakukan perhitungan pada Rasio Perputaran Kas sebagai
berikut:
Penjualan Bersih 2017 2018
Total Aktiva Lancar 135.000 142.000
Total Utang Lancar 43.500 54.500
Untuk Tahun 2017: 11.000 9.700
51
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 memiliki Perputaran kas sebanyak
4,15 kali dari Total Penjualan Bersih terhadap Modal Kerja Bersih (4,15 : 1).
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 memiliki Perputaran kas sebanyak
3,17 kali dari Total Penjualan Bersih terhadap Modal Kerja Bersih (3,17 : 1).
Intepretasi:
Apabila rata-rata Industri memiliki perputaran kas sebesar 4 kali, maka
keadaan PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 sebesar 3,17 kurang baik karena
masih berada dibawah rata rata industry. Lain halnya pada Tahun 2017 yang
memiliki rasio perputaran kas sebesar 4,15 ini menunjukkan bahwa pada Tahun
2017 PT. Arimbi Putri memiliki perputaran kas diatas rata-rata industry.
5. Inventory to Net Working Capital
Inventory to Net Working Capital adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada terhadap
modal kerja perusahaan. Sebagai acuan, modal kerja tersebut terdiri dari
pengurangan aktiva lancar dan juga utang lancar. Berikut rumusan untuk mencari
Inventory to Net Working Capital:
Dari Laporan Laba Rugi Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan untuk
menghitung Inventory to Net Wokring Capital sebagai berikut:
Persediaan 2017 2018
Total Aktiva Lancar 12.000 15.000
Total Utang Lancar 43.500 54.500
11.000 9.700
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 memiliki Inventory to NWC
sebanyak 0.37 kali dari Persediaan terhadap Modal Kerja Bersih (0,37 : 1).
52
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 memiliki Inventory to NWC
sebanyak 0,33 kali dari Persediaan terhadap Modal Kerja Bersih (0,33 : 1).
Interpretasi:
Apabila rata-rata industry untuk Inventory Net Working Capital (NWC) adalah
30%, maka keadaan PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 sebesar 0,37 atau 37%
dan Tahun 2018 sebesar 0,33 atau 33% termasuk masih diatas rata rata industry
walaupun terjadi penurunan dari Tahun 2017 ke 2018 sebesar 4% atau 0,04.
C. Rasio Solvabilitas
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, sebuah perusahaan tentunya
membutuhkan ketersediaan dana dalam jumlah yang cukup. Dana ini selalu
dibutuhkan untuk dapat menutupi seluruh ataupun sebagian dana terutama untuk
membiayai jalannya kegiatan operasional perusahaanya, kemudian membiayai
juga segala aktivitas investasi perusahaan baik investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang.
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai melalui utang. Artinya,
pada rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya baik kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang apabila perusahaan juga dinyatakan dibubarkan (dilikuidiasi). Adapun
implikasi dari rasio solvabilitas yaitu:
1. Kreditor memandang ekuitas pemilik merupakan margin kemanan (safety
margin). Jika pemilik memiliki dana yang kecil maka hal ini menandakan
bahwa kreditor akan menanggung risiko yang besar.
2. Penguasaan atau pengendalian terhadap perusahaan berada di tangan debitur
jika sumber pendanaan operasional murni berasal dari pinjaman ataupun utang.
3. Apabila perusahaan memperoleh sumber pendanaan yang berasal dari
penerbitan dan juga penjualan saham maka akan kendali akan dipegang oleh
pemegang saham (investor).
53
4. Jika perusahaan memiliki atau mendapatkan penghasilan lebih dari dana yang
dipinjamkannya disbanding dengan bunga yang harus bayar kepada kreditor
maka jumlah lebihnya menjadi tambahan pengembalian atau imbal hasil
(return) kepada pemilik.
Adapun pengukuran rasio solvabilitas dengan melalui tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan neraca, yaitu perhitungan rasio solvabilitas dengan menggunakan
pos pos atau komponen pada Neraca atau Laporan Posisi Keuangan.
2. Pendekatan laporan laba rugi, yaitu melakukan perhitungan rasio solvabilitas
dengan menggunakan pos pos yang ada di dalam laporan laba rugi.
3. Pendekatan laporan laba rugi dan neraca, yaitu melakukan perhitungan rasio
solvabilitas melalui pos pos yang ada didalam neraca maupun laporan laba
rugi.
Tujuan dan manfaat dari perhitungan Rasio Solvabilitas adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui posisi total liabilitas perusahaan terhadap kreditur.
2. Menilai kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap.
3. Menilai kemampuan asset perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban,
termasuk kewajiban tetap.
4. Menilai seberapa besar asset perusahaan yang dibiayai oleh modal dan juga
utang.
5. Menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan
aktiva.
6. Menilai atau mengukur berapa bagian setiap rupiah asset yang dijadikan
jaminan utang bagi kreditur, jaminan modal bagi pemilik atau pemegang
saham, jaminan utang, dan juga jaminan utang jangka panjang.
7. Menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam melunasi
seluruh kewajibannya.
Jeni jenis Rasio Solvabilitas:
1. Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
Debt rasio atau rasio utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang terhadap total asset. Dengan kata lain, debt ratio
ini memiliki tujuan untuk memudahkan pengguna laporan keuangan untuk dapat
54
mengukur seberapa besar asset yang dimiliki perusahaan yang dibiayai oleh utang
atau seberapa besar utang perusahaan yang berpengaruh terhadap pembaiyaan
asset. Dalam pengukuran rasio ini, apabila hasil dari Debt Rasio tinggi maka
pendanaan dengan utang akan semakin banyak yang artinya semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan
perusahaan tidak mampu untuk menutupi atau melunasi utangnya dari asset yang
dimilikinya. Standar pada pengukuran untuk rasio baik atau tidaknya diukur
melalui rata-rata industry yang sejenis. Rumusan untuk mencari Debt Ratio
sebagai berikut:
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan
untuk melakukan contoh perhitungan pada Debt to Assets Ratio sebagai berikut
(dalam ribuan rupiah):
Total Utang 2017 2018
Total Aktiva 13.000 14.500
171.500
232.000
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 menghasilkan Debt to Assets Ratio
sebesar 9% atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1,- asset, maka Rp 0,09 nya
dibiayai oleh utang dan Rp 0,91 nya oleh modal. Sehingga pada rasio ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1 aset, Rp 0,09 nya untuk menjamin utang
(kewajiban pada kreditur) sementara Rp 0,91 nya menjamin modal (kewajiban
kepada pemilik atau pemegang saham).
Untuk Tahun 2018
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 menghasilkan Debt to Assets Ratio
sebesar 6% atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1,- asset, maka Rp 0,06 nya
dibiayai oleh utang dan Rp 0,94 nya oleh modal. Sehingga pada rasio ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1 aset, Rp 0,06 nya untuk menjamin utang
55
(kewajiban pada kreditur) sementara Rp 0,94 nya menjamin modal (kewajiban
kepada pemilik atau pemegang saham).
Intepretasi:
PT. Arimbi Putri memiliki Debt to Assets Ratio pada Tahun 2017 dan 2018
sebesar 0,09 dan 0,06. Maka apabila rata rata ndustri adalah 0,4, maka dapat
disimpulkan bahwa rasio utang PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 dan 2018
memiliki nilai debt to asset ratio diatas rata-rata industry, sehingga hal ini
menandakan bahwa perusahaan mampu mengelola keuangannya dengan baik dan
perusahaan semakin mudah memperoleh pinjaman.
2. Debt to Equity Ratio
Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil
perbandiangan antara total utang dan modal. Tujuan dari perhitungan
menggunakan rasio ini ialah untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh
kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Semakin
tinggi nilai debt to equity ratio maka semakin kecil jumlah modal pemilik yang
dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Ketentuan umumnya adalah sebaiknya
nilai debt to equit ratio kurang dari 0,5 dan bukan menjadi aturan tetap, namun
kembalik lagi bahwa ketentuan nilai amannya tergantung pada masing masing
jenis industry. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung Debt to Equity
Ratio:
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan
untuk melakukan contoh perhitungan pada Debt to Equity Ratio sebagai berikut
(dalam ribuan rupiah):
Total Utang 2017 2018
Total Modal 15.500 14.500
156.000 217.500
Untuk Tahun 2017:
56
Artinya, perusahaan memiliki utang sebanyak 0,10 kali dari total modal (0,10 :
1), atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp 0,90 modal.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, perusahaan memiliki utang sebanyak 0,07 kali dari total modal (0,07:
1), atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp 0,07 modal.
Interpretasi:
Debt to Equity Ratio pada Tahun 2018 sebesar 0,07 lebih baik dibandingkan
dengan nilai debt to Equity Ratio pada Tahun 2017 sebesar 0,10. Namun jika rasio
rata rata industry untuk debt to equity ratio sebesar 20% maka perusahaan tetap
dianggap baik karena posisinya berada dibawah rata rata industry sejenis.
3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Long Term Debt to Equity Ratio atau dikenal sebagai rasio utang jangka
panjang terhadap modal. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap modal. Tujuan
digunakannya rasio ini ialah untuk dapat mengetahui besaran perbandingan antara
jumlah dana yang disediakan kreditur jangka panjang terhadap jumlah dana yang
berasal dari pemilik perusahaan. Berikut rumus yang digunakan dalam
menghitung Long Term Debt to Equity Ratio:
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan
untuk melakukan contoh perhitungan pada Long Term Debt to Equity Ratio
sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Total Utang Jangka Panjang 2017 2018
Total Equity 4.500 4.800
156.000 217.500
Untuk Tahun 2017:
57
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 memiliki utang Jangka Panjang
sebanyak 0,03 kali dari Total Modal (0,03 : 1), atau dengan kata lain bahwa setiap
Rp 1,- utang jangka panjang hanya dijamin oleh Rp 0,97 modal.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 memiliki utang Jangka Panjang
sebanyak 0,02 kali dari Total Modal (0,02 : 1), atau dengan kata lain bahwa setiap
Rp 1,- utang jangka panjang hanya dijamin oleh Rp 0,98 modal.
Interpretasi:
Long Term Debt to Equity Ratio pada Tahun 2018 memiliki nilai sebesar 0,03
sementara di Tahun 2017 memiliki nilai sebesar 0,02, maka dapat dilihat selisih
antara periode 2018 dan 2017 hanya 0,01. Dengan kata lain, bahwa PT. Arimbi
Putri memiliki strukur pembiayaan perusahaan yang jauh lebih sedikit
mengguanakan pinjaman jangka panjang daripada modal.
4. Time Interest Earned Ratio
Time Interest Earned Ratio atau Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan
merupakan raasio yang bertujuan untuk mencari jumlah berapa kali kemampuan
suatu perusahaan dalam membayar bunganya. Kemampuan suatu perusahaan pada
rasio ini dihitung dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi nilai
rasio Time Interest Earned Ratio, maka semakin besar kemungkinan perusahaan
dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh
tambahan pinajman baru dari kreditur. Namun, apabila nilai dari rasio Time
Interest Earned Ratio rendah maka semakin rendah pula kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Berikut rumus yang digunakan dalam
menghitung Time Interest Earned Ratio sebagai berikut:
Dari Laporan Laba Rugi Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan untuk
melakukan contoh perhitungan pada Time Interest Earned Ratio sebagai berikut
(dalam ribuan rupiah), karena di dalam laporan laba rugi komparatif baik periode
2017 dan 2018 tidak ada biaya bunga maka kita misalkan pada Tahun 2017 beban
58
bunga adalah 5% dari EBIT sementara pada Tahun 2018 beban Bungan adalah
6% dari EBIT maka:
Earning Before Interest and Tax 2017 2018
Biaya Bunga 75.000 87.000
3.750 5.220
Untuk Tahun 2017:
Artinya, beban bunga PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 dapat ditutup 20 kali
dari laba sebelum bunga dan pajak atau dapat dikatakan bahwa PT. Arimbi Putri
memiliki kemampuan menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak untuk
membayar bunga sebanyak 20 kali.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, beban bunga PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 dapat ditutup 17 kali
dari laba sebelum bunga dan pajak atau dapat dikatakan bahwa PT. Arimbi Putri
memiliki kemampuan menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak untuk
membayar bunga sebanyak 17 kali.
Interpretasi:
Kemampuan laba sebelum bunga dan pajak dalam membayar beban bunga
pada Tahun 2017 ternyata lebih baik bila dibandingkan dengan kemampuan laba
sebelum bunga dan pajak dalam membayar beban bunga pada Tahun 2018.
Namun, sebagai pembanding lainnya yaitu apabila rata rata industry memiliki
rasio kelipatan bunga sebanyak 15 kali, maka artinya kemampuan menghasilkan
laba sebelum bunga dan pajak dalam membayar beban bunga pada Tahun 2017
lebih baik dibanding dengan Tahun 2018 dan jika dibandingkan dengan
perusahaan sejenis lainnya karena besaran Rasio di Tahun 2017 dan 2018 adalah
20 kali dan 17 kali sedangkan rata rata industry sejenis lainnya ada 15 kali,
dimana PT, Arimbi Putri dalam kurun waktu 2 tahun masih berada diatas rata-rata
industry sejenis.
59
5. Operating Income to Liabilities Ratio
Operating Income to Liabilities Ratio atau rasio laba operasional terhadap
kewajiban. Rasio ini merupakan rasio yang bertujuan untuk melihat sejauh mana
tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajibannya. Rasio laba
operasional terhadap kewajiban ini sering dikenal sebagai Coverage Ratio.
Semakin tinggi nilai dari rasio laba operasional terhadap kewajiban maka semakin
besar pula kemampuan perusahaan dalam melunasi segala bentuk kewajibannya,
namun apabila nilai rasio yang dihasilkan rendah maka semakin kecil pula tingkat
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Berikut rumus yang
digunakan dalam menghitung Operating Income to Liabilities Ratio:
Dari Laporan Laba Rugi Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan untuk
melakukan contoh perhitungan pada Operating Income to Liabilities Ratio sebagai
berikut (dalam ribuan rupiah):
Laba Operasional 2017 2018
Kewajiban 88.000 87.000
15.500 14.500
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 memiliki kewajiban setiap Rp 1,-
yang mampu ditutup oleh Rp 5,68 laba operasional, atau dengan kata lain
besarnya laba operasional hanyalah 5,68 kali dari kewajiban.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 memiliki kewajiban setiap Rp 1,-
yang mampu ditutup oleh Rp 6,- laba operasional, atau dengan kata lain besarnya
laba operasional hanyalah 6 kali dari kewajiban.
Interpretasi:
PT. Arimbi Putri memiliki kemampuan laba operasional untuk membayar
kewajiban pada Tahun 2018 jauh lebih baik dibanding dengan Tahun 2017.
60
Sementara sebagai pembanding lainnya, apabila rata-rata industry sejenis lainnya
rasio laba operasional terhadap kewajiban sebesar 3,00 maka PT. Arimbi Putri
memiliki kemampuan yang baik diatas rata-rata industry. Hal ini perlu
dipertahankan oleh Manajemen PT. Arimbi Putri untuk selalu meningkatkan
tingkat efisiensi terhadap beban operasional perusahaan.
D. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas sering digunakan oleh manajemen untuk mengukur tingkat
efektivitas perusahaan dalam mengggunakan assetnya. Tujuan dan manfaat dari
rasio aktivitas ini adalah:
1. Mengukur berapa kali jumlah dana yang tertanam dalam piutang usaha dalam
satu periode.
2. Menghitung lamanya rata rata penagihan piutang usaha dan berapa hari piutang
usaha dapat tertagih.
3. Menilai keefektifan aktivitas penagihan piutang yang dilakukan dalam satu
periode.
4. Menghitung lamanya rata-rata persediaan hingga habis terjual.
Jenis jenis Rasio Aktivitas:
1. Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turnover)
Perputaran piutang usaha yaitu rasio yang bertujuan untuk mengukur berapa
kali dana yang tertanam dalam piutang usaha dalam satu periode pelaporan. Rasio
ini dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan kredit terhadap ratarata
piutang usaha. Semakin tinggi rasio perputaran piutang maka menunjukkan modal
kerja yang terdapat dalam piutang usaha semakin kecil maka hal ini menunjukkan
bahwa kondisi perputaran piutang pada perusahaan cukup baik. Namun
sebaliknya, apabila semakin rendah perputaran piutang maka menunjukkan modal
kerja yang tedapat dalam piutang usaha semakin tinggi, maka hal ini
menunjukkan bahwa kondisi perputaran piutang pada perusahaan tidak baik.
Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung perputaran piutang usaha:
61
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif dan Laba Rugi Komparatif PT.
Arimbi Putri, dapat digunakan untuk melakukan contoh perhitungan pada
Perputaran Piutang Usaha sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Penjualan Kredit 2017 2018
Piutang Usaha 135.000 142.000
6.500 7.000
Untuk Tahun 2017:
Artinya perputaran piutang PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 adalah 20,8 kali
dan lamanya rata-rata penagihan piutang usaha yaitu 18 hari dan masih dalam
batas waktu neto kredit selama 30 hari, sehingga dapat dikatakan aktivitas
penagihan piutang usaha yang dilakukan oleh manajemen dikatakan telah berjalan
dengan efektif.
Untuk Tahun 2018:
Artinya perputaran piutang PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 adalah 20,3 kali
dan lamanya rata-rata penagihan piutang usaha yaitu 18 hari dan masih dalam
batas waktu neto kredit selama 30 hari, sehingga dapat dikatakan aktivitas
penagihan piutang usaha yang dilakukan oleh manajemen dikatakan telah berjalan
dengan efektif.
Interpretasi:
Apabila diamati PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 dan 2018 memiliki
perputaran piutang yang tergolong efektif. Sebagai pembanding lainnya apabila
rata rata industry memiliki waktu lama penagihan yaitu 15 hari, maka dapat
dikatakan PT. Arimbi Putri mampu mengendalikan perputaran piutang usaha
62
dengan baik, karena lama penagihan sudah diatas rata-rata industry sejenis
lainnya.
2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran persediaan yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
jumlah dana yang ada dalam persediaan akan berputar dalam satu periode
pelaporan. Semakin tinggi rasio perputaran persediaan maka menunjukkan bahwa
modal kerja yang ada dalam persediaan barang dagang semaking kecil dan ini
menunjukkan bahwa semakin baik bagi perusahaan karena lamanya penjualan
persediaan barang dagang semakin cepat dapat dijual. Namun, apabila semakin
rendah rasio perputaran persediaan menunjukkan bahwa modal kerja yang
tertanam dalam persediaan barang dagang semakin tidak baik bagi perusahaan.
Berikut rumus perhitungan dari Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
sebagai berikut:
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif dan Laba Rugi Komparatif PT.
Arimbi Putri, dapat digunakan untuk melakukan contoh perhitungan pada
Perputaran Persediaan sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Harga Pokok Persediaan 2017 2018
Rata rata Persediaan 25.000 30.000
12.000 15.000
Untuk Tahun 2017:
Untuk Tahun 2018:
63
Interpretasi:
Rasio Perputaran persediaan pada PT. Arimbi Putri menunjukkan pada Tahun
2017 dan 2018 yaitu 2,08kali dan 2,00 kali sediaan barang dagangan dalam satu
tahun. Artinya apabila rata rata industry sejenis untuk perputaran persediaan
adalah 5 kali, maka hal ini menunjukan bahwa perusahaan tidak baik dalam
mengelola persediaan. Kemudian Rata rata lama persediaan untuk Tahun 2017
adalah 175 hari sementara Tahun 2018 selama 183 hari, hal ini menunjukkan
bahwa PT. Arimbi Putri belum dapat mengelola persediaan dengan optimal.
3. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Perputaran Modal Kerja atau working capital turnover adalah salah satu rasio
untuk mengukur tingkat keefektifan suatu modal kerja perusahaan dalam satu
periode tertentu. Semakin perputaran modal kerja rendah maka perusahaan sedang
mengalami kelebihan modal kerja, hal ini dapat dikarenakan rendahnya putaran
persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Berikut rumus yang
digunakan dalam menghitung perputaran modal kerja:
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif dan Laba Rugi Komparatif PT.
Arimbi Putri, dapat digunakan untuk melakukan contoh perhitungan pada
Perputaran Modal Kerja sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Penjualan 2017 2018
Rata rata Modal Kerja 135.000 142.000
Untuk Tahun 2017: 12.000 15.000
Artinya, PT. Arimbi Putri di setiap Rp 1 aset lancar turut berkonstribuasi
menciptakan Rp 11,25 penjualan.
Untuk Tahun 2018:
64
Artinya, PT. Arimbi Putri di setiap Rp 1 aset lancar turut berkonstribuasi
menciptakan Rp 9,5 penjualan.
Interpretasi:
Rasio perputaran modal kerja Tahun 2017 jauh lebih baik dibandingkan dengan
rasio perputaran modal kerja Tahun 2018, karena danya konstribusi asset lancar
terhadap penjualan di Tahun 2017 lebih besar apabila dibandingkan dengan
konstribusi asset lancar terhadap penjualan 2018. Namun jika rata rata industry
sejenis memiliki rasio perputaran modal kerja sebanyak 10 kali maka pada Tahun
2018 PT. Arimbi Putri kurang dari rata rata industry sejenis lainnya, dibanding
Tahun 2017 memiliki rasio perputaran modal kerja diatas rata-rata industry sejenis
lainnya.
4. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnovver)
Perputaran asset tetap atau fixed assets turnover yaitu rasio yang digunakan
dengan tujuan sebagai pengukur tingkat keefektifan asset tetap yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Perputaran asset tetap ini dihitung dari
perbandingan antara penjualan terhadap rata-rata asset tetap. Berikut rumus yang
digunakan dalam menghitung perputaran modal kerja:
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif dan Laba Rugi Komparatif PT.
Arimbi Putri, dapat digunakan untuk melakukan contoh perhitungan pada
Perputaran Aset Tetap sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Penjualan 2017 2018
Rata rata Aset Tetap 135.000 142.000
Untuk Tahun 2017:
102.000 141.500
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2017 memiliki perputaran asset tetap setiap
Rp 1,- turut berkonstribusi menciptakan 1,3 penjualan.
Untuk Tahun 2018:
65
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2018 memiliki perputaran asset tetap setiap
Rp 1,- turut berkonstribusi menciptakan 1,0 penjualan.
Interpretasi:
PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 memiliki rasio perpuataran asset sebesar 1,3
kali yang lebih baik dibanding dengan Tahun 2018 yang memiliki perputaran
asset sebanyak 1,0 kali. Apabila industry sejenis lainnya memiliki rata rata
perputaran asset tetap sebanyak 3 kali maka dapat disimpulkan bahwa konstribusi
pada perputaran asset tetap pada kedua periode kurang dari rata rata industry
sejenis. Oleh karena itu, manajemen perusahaan perlu meninjau ulang keberadaan
dari asset tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
5. Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover)
Perputaran total asset atau total assets turnover merupakan rasio yang
digunakan untuk dapat melihat tingkat keefektifan dari total asset yang dimiliki
oleh perusaahaan dalam menghasilka penjualan. Apabila perputaran total asset
rendah maka perusahaan menunjukkan bahwa memiliki kelebihan pada total asset
yang belum dimanfaatkan secara maksimal dalam menciptakan penjualan. Berikut
rumus yang digunakan dalam menghitung perputaran total aset:
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif dan Laba Rugi Komparatif PT.
Arimbi Putri, dapat digunakan untuk melakukan contoh perhitungan pada
Perputaran Total Aset sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Penjualan 2017 2018
Rata rata Total Aset 135.000 142.000
Untuk Tahun 2017:
171.500 232.000
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2017 setiap Rp 1 total asset turut
berkonstribusi menciptakan Rp 0,8 penjualan.
Untuk Tahun 2018:
66
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2018 setiap Rp 1 total asset turut
berkonstribusi menciptakan Rp 0,6 penjualan.
Intepretasi:
Rasio perputaran Total asset yang dihasilkan oleh PT. Arimbi Putri pada
Tahun 2017 jauh lebih baik dibanding dengan Tahun 2018. Sementara apabila rata
rata industry sejenis menghasilkan rasio perputaran total asset sebanyak 1 kali,
maka dapat disimpulkan bahwa konstribuasi total asset terhadap penjualan pada
dua periode cenderung kurang baik apabila dibandingkan dengan perusahaan
sejenis lainnya dengan besaran rasionya masih dibawah rata rata industry sejenis
lainnya. Oleh karena itu, pentingnya manajemen perusahaan lebih mampu
memacu meningkatkan penjualan dan juga mengurangi asset non produktif.
E. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktvitas atau kegiatan
bisnisnya. Selain itu rasio ini memberikan suatu informasi tentang ukuran tingkat
efektivitas manajamen perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas ini dapat
dilakukan dengan menggunakan perbandingan antar komponen pada laporan
keuangan khususnya laporan posisi keuangan komparatif dan laporan laba rugi
komparatif. Tujuan dan manfaat dari rasio profitabilitas antara lain:
1. Mengukur dan mengitung laba yang diperoleh peursahaan dalam satu periode.
2. Menilai perubahan laba perusahaan tahun sebelumnya dengan saat ini.
3. Mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang ada dalam total asset maupun total ekuitas.
4. Mengukur marjib laba kotor, laba operasional, dan laba bersih atas penjualan
bersih.
Jeni jenis Rasio Profitabilitas yaitu:
1. Return On Assets (ROA)
Return On Assets atau hasil pengembalian atas asset yaitu rasio yang bertujuan
untuk menilai tingkat konstribusi asset dalam menghasilkan laba bersih. Pada
rasio ini dihitung dengan melakukan perbandingan pada laba bersih terahadap
total asset. Semakin besar tingkat hasil pengembalian atas asset maka semakin
67
besar juga jumlah laba bersih yang dihasilkan. Berikut merupakan rumus dari
Return On Assets (ROA) :
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif dan Laba Rugi Komparatif PT.
Arimbi Putri, dapat digunakan untuk melakukan contoh perhitungan pada Return
On Assets (ROA) sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Laba Bersih 2017 2018
Total Aset 72.000 82.000
171.500 232.000
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 menghasilkan setiap Rp 1 Total
asset berkonsribusi terhadap Rp 0,41 laba bersih.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 menghasilkan setiap Rp 1 Total
asset berkonsribusi terhadap Rp 0,35 laba bersih.
Interpretasi:
Dari hasil perhitungan Return On Assets PT. Arimbi Putri menunjukkan bahwa
pada Tahun 2017 menghasilkan 41,98% lebih baik dibandingkan dengan Tahun
2018 yang menghasilkan 35,34% . Dengan demikian terjadi penurunan kinerja
manajemen pada PT. Arimbi Putri dalam menghasilkan laba bersih bagi
perusahaan. Namun, apabila rata rata industri sejenis lainnya memiliki Return On
Aset sebesar 20% maka dapat disimpulkan bahwa PT. Arimbi Putri pada kedua
periode dapat mengelola asetnya secara produktif sehingga menghasilkan laba
yang optimal dan diatas rata-rata industry sejenis lainnya.
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity atau hasil pengembalian atas ekuitas berfungsi sebagai
penilaian tingkat konstribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Return On
68
Equity ini dihitung menggunakan laba bersih terhadap ekuitas. Semkain tinggi
tingkat pengembalian dari ekuitas maka semakin pula tinggi jumlah laba bersih
yang dihasilkan dari ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Namun, apabila
semakin rendah nilai rasio Return On Equity maka semakin rendah jumlah laba
bersih yang dihasilkan dari ekuitas. Berikut merupakan rumus dari Return On
Equity (ROE) :
Dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif dan Laba Rugi Komparatif PT.
Arimbi Putri, dapat digunakan untuk melakukan contoh perhitungan pada Return
On Equity (ROE) sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Laba Bersih 2017 2018
Total Equity 72.000 82.000
156.000 217.500
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 setiap Rp 1,- ekuitas turut
berkonstribusi menciptakan Rp 46,15 laba bersih.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri pada Tahun 2018 setiap Rp 1,- ekuitas turut
berkonstribusi menciptakan Rp 37,70 laba bersih.
Interpretasi:
Dari hasil perhitungan Return On Equity PT. Arimbi Putri menunjukkan bahwa
pada Tahun 2017 tingkat ekuitas lebih baik jika dibandingkan dengan
pengembalian ekuitas di Tahun 2018. Dengan demikian, telah terjadi penurunan
kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan melalui ekuitas
yang dimiliki oleh perusahaan. Lain halnya apabila nilai rata rata industry sejenis
lainnya menghasilkan Return On Equity sebesar 30% maka dapat disimpulkan
69
bahwa dalam dua tahun periode pelaporan PT. Arimbi Putri mampu
memaksimalkan ekuitas yang dimilikinya dalam menghasilkan laba.
3. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin atau yang dikenal dengan Margin Laba Kotor adalah rasio
yang bertujuan untuk mengukur besaran presentase dari laba kotor atas penjualan
bersih perusahaan. Pada rasio ini mengindikasikan apabila semakin tinggi tingkat
margin laba kotor maka semakin tinggi pula laba kotor yang dihasilkan oleh
penjualan bersih. Namun sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat margin laba
kotor maka semakin rendah pula laba kotor yang dihasilkan oleh penjualan bersih.
Berikut adalah rumus perhitungan Gross Profit Margin (GPM):
Dari Laporan Laba Rugi Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan untuk
melakukan contoh perhitungan pada Gross Profit Margin sebagai berikut (dalam
ribuan rupiah):
Laba Kotor 2017 2018
Penjualan Bersih 110.000 112.000
135.000 142.000
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2017 memiliki laba kotor sebesar 82,5% dari
total pejualan bersih. Artinya, besar harga pokok penjualan sebesar 17,5% dari
total penjualan bersih. Setiap Rp 1 penjualan bersih memuat Rp 0,175 harga
pokok penjualan dan turut berkonstribusi dalam menciptakan Rp 0,815 laba kotor.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2018 memiliki laba kotor sebesar 78,9% dari
total pejualan bersih. Artinya, besar harga pokok penjualan sebesar 21,1% dari
total penjualan bersih. Setiap Rp 1 penjualan bersih memuat Rp 0,211 harga
70
pokok penjualan dan turut berkonstribusi dalam menciptakan Rp 0,789 laba
kotor.
Interpretasi:
Gross Profit Margin yang dihasilkan oleh PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017
lebih besar dibandingkan dengan Tahun 2018. Dengan demikian, telah terjadi
penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Namun
sebaliknya, apabila PT. Arimbi Putri dibandingkan dengan rata rata industry
sejenis lainnya yang memiliki tingkat gross profit margin sebesar 70% maka
dapat dikatakan bahwa kontribuasi penjualan terhadap laba kotor dikedua Tahun
cukup baik karena berada diatas rata rata industry sejenis lainnya.
4. Operating Profit Margin
Operating Profit Margin atau yang sering disebut dengan margin laba
operasional adalah rasio yang difungsikan sebagai pengukur besarnya presentase
laba operasional terhadap penjualan bersih. Semakin tinggi margin laba
operasional maka semakin tinggi pula laba operasional yang dihasilkan dari
perualan bersih, namun sebaliknya apabila semakin rendah margin laba
operasional maka semakin rendah pula laba operasional yang dihasilkan dari
penjualan bersih. Berikut rumus perhitungand ari operating profit margin:
Dari Laporan Laba Rugi Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan untuk
melakukan contoh perhitungan pada Operating Profit Margin sebagai berikut
(dalam ribuan rupiah):
Laba Operasional 2017 2018
Penjualan Bersih 88.000 87.000
135.000 142.000
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2017 memiliki laba operasional sebesar
65,2% dari total penjualan bersih. Atau dengan kata lain pada setiap Rp 1,-
71
penjaulan bersih makan akan berkonstribuasi mencipatakan Rp 0,652 laba
operasional.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2018 memiliki laba operasional sebesar
61,3% dari total penjualan bersih. Atau dengan kata lain pada setiap Rp 1,-
penjaulan bersih makan akan berkonstribuasi mencipatakan Rp 0,613 laba
operasional.
Interpretasi:
Operating Profit Margin PT. Arimbi Putri pada Tahun 2017 memiliki nilai
yang lebih tinggi dibanding dengan Tahun 2018. Maka dengan demikian telah
terjadi penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba dari penjualan
bersih. Namun, apabila dibandingkan dengan rata-rata industry lain sejenis yang
memiliki tingkat operating profit margin sebesar 60%, maka kedua tahun tersebut
memiliki nilai diatas rata rata rasio industry lain yang sejenis.
5. Net Profit Margin
Net Profit Margin atau Margin laba bersih adalah rasio yang bertujuan untuk
mengukur tingginya presentase laba bersih atas penjualan bersih. Pada rasio ini
digunakan untuk mengitung laba bersih terhadap penjualan bersih. Semakin tinggi
tingkat Net Profit Margin maka semakin pula laba bersih yang dihasilkan dari
penjualan bersih. Namun, apabila semakn rendah net profit margin maka
mengindikasikan bahwa semakin rendah laba bersih yang dihasilkand dari
penjualan bersih. Berikut adalah rumus perhitungan Net Profit Margin:
Dari Laporan Laba Rugi Komparatif PT. Arimbi Putri, dapat digunakan untuk
melakukan contoh perhitungan pada Net Profit Margin sebagai berikut (dalam
ribuan rupiah):
Laba Bersih 2017 2018
Penjualan Bersih 72.000 82.000
135.000 142.000
72
Untuk Tahun 2017:
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2017 memiliki laba bersih sebesar 52,3% dari
total penjualan bersih. Dengan kata lain setiap Rp 1,- penjualan bersih maka turut
berkonstribusi menciptakan Rp 0, 533 laba bersih.
Untuk Tahun 2018:
Artinya, PT. Arimbi Putri Tahun 2018 memiliki laba bersih sebesar 57,7% dari
total penjualan bersih. Dengan kata lain setiap Rp 1,- penjualan bersih maka turut
berkonstribusi menciptakan Rp 0, 577 laba bersih.
Interpretasi:
Net Profit Margin pada Tahun 2018 lebih baik dibandingkan dengan Tahun
2017. Dengan demikian telah terjadi peningkatan kinerja manajemen dalam
menghasilkan laba bagi perusahaan melalui rasio net profit margin. Namun, jika
dibandingkan dengan rasio net profit margin pada industry sejenis lainnya yang
memiliki net profit margin sebesar 50%, maka kedua tahun dari Laporan
Keuangan PT. Arimbi Putri memiliki besaran diatas rata-rata industry sejenis
lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat melakukan efisiensi
atas beban operasional serta beban lain lain.
F. Rasio Pasar
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan antara laba
saham dengan laba buku per saham. Rasio ini bertujuan untuk memberikan
sebuah petunjuk bagi investor untuk mengambil keputusan berinvestasi dilihat
dari kinerja perusahaan masa lalu serta prospek di masa yang akan datang. Rasio
pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relative terhadap nilai bukunya.
Jenis-jenis rasio saham:
1. Earning Per Common Share (EPS)
Earning Per Common Share atau yang disebut juga dengan Earning Per Share
yaitu rasio pendapatan per lembar saham yang merupakan rasio untuk
menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari satu lembar saham. Apabila
semakin besar nilai EPS maka menunjukkan semakin besar pula keuntungan yang
73
diterima oleh pemegang saham. Investor yang melakukan pembelian dan
mempertahankan saham pada suatu perusaahaan dengan harapan dapat
memperoleh deviden atau capital gain. Berikut adalah rumus perhitungan dari
rasio Earning Per Share (EPS):
Contoh Kasus:
PT. Aman Sejahtera memiliki 20.000 lembar saham biasa yang beredar pada
awal 2019. Pada tanggal 1 Juli diterbitkan saham sebanyak 2.000 lembar dan pada
tanggal 1 September sebanyak 2.000 lembar. Pada tahun 2019, laba yang
diperoleh perusahaan sebanyak Rp 200.000,-, sedangkan deviden saham istimewa
yang dibayarkan sebesar Rp 40.000,-. Perhitungan rata-rata tertimbang jumlah
lembar saham yang beredar dan EPS adalah sebagai berikut:
Bulan Jumlah Saham Proporsi Rata-rata
Januari – Juni 20.000 6/12 tertimbang
10.000
Juni - September 22.000 3/12 5.500
September - Desember 24.000 3/12 6.000
21.500
Maka EPS yang dihasilkan oleh PT. Aman Sejahtera sebesar:
Interpretasi:
Dengan EPS sebesar Rp 7,44, maka setiap pemegang satu lembar saham
berhak atas laba perusahaan saat ini sebesar Rp 7,44.
2. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio menunjukkan seberapa banyaknya investor yang bersedia
membayar tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Para Investor menggunakan PER
sebagai alat untuk memprediksi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Para investor bersedia untuk
menerima kenaikan PER apabila tergantung dengan prospek perusahaan.
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki
PER yang tinggi. Namun sebaliknya, apabila perusahaan memiliki tingkat
74
pertumbuhan yang rendah maka nilai PER yang dihasilkan pun rendah. Berikut
adalah rumusan dari Price Earning Ratio (PER):
Contoh Kasus:
PT. Aman Sejahtera memiliki harga pasar saham biasa sebesar Rp 90,- per
lembar saham dan EPS perusahaan adalah Rp 7,44, maka nilai PER yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
Interpretasi:
Dari hasil perhitungan maka didapatkan nilai PER sebesar 12, 1 kali atau
dibulatkan menjadi 12. Oleh karena itu, saham PT. Aman Sejahtera memiliki
saham biasa yang dapat dijual dengan harga sebesar 12 kali EPSnya.
3. Book Value Per Share (BV)
Book Value Per Share merupakan rasio yang dapat menunjukkan tingkat
besarnya nilai perusahaan dari apa yang telah atau yang sedang diinvestasikan
oleh pemilik perusahaan. Apabila rasio ini nilainya semakin tinggi maka semakin
besar tambahan kekayaan yang akan dinikmati oleh pemilik perusahaan. Namun,
apabila harga pasar berada dibawah nilai bukunya, maka investor pesimistik akan
memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Jika investor pesimis
terhadap suatu saham, maka akan banyak saham yang dijual dengan harga
dibawah nilai bukunya, namun apabila investor optimis pada saham yang dijual,
maka saham akan dijual dengan harga diatas nilai bukunya. Berikut adalah
rumusan dari Book Value Per Share (BV):
Contoh Kasus:
PT. Aman Sejahtera apabila memiliki modal sendiri yang terdiri dari modal
saham biasa yaitu Rp400.000, jumlah saham beredar 3.000 lembar,- . Saham
preferen sebesar Rp 100.000,- Maka nilai Book Value Per Share PT. Aman
Sejahtera sebesar:
75
Interpretasi:
Dari hasil perhitungan Book Value Per Share PT. Aman Sejahtera
menghasilkan Rp 10,-. Oleh karena itu, saham PT. Aman Sejahtera memiliki nilai
buku sebesar Rp 10,- dan dihubungkan dengan harga pasar sebesar Rp 90,-, maka
dapat dikatakan bahwa harga pasar perusahaan diatas harga buku.
4. Devidend Yield (DY)
Devidend Yield atau rasio pendapatan deviden merupakan deviden yang
dibayarkan kemudian dibagi dengan harga saham sekarang. Rasio ini dinyatakan
dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return.
Biasanya sebuah perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi
akan memiliki deviden yield yang rendah, karena deviden sebagian besar dapat
diinvestasikan kembali. Apabila prospek perusahaan tinggi maka harga saham
juga akan semakin tinggi, yang artinya pembegian deviden juga akan tinggi,
namun dari segi dividend yield perusahaan semacam tersebut cenderung lebih
rendah. Berikut adalah rumusan dari Devidend Yield Ratio:
Contoh Kasus:
PT. Aman Sejahtera memiliki deviden sebesar Rp 1,39 untuk setiap lembar
saham yang beredar (Rp 30.000 /21.500) , sementara apabila harga per lembar
saham saat ini yang dimiliki adalah Rp 90,-, maka Devidend Yield Ratio yang
dihasilkan adalah:
Interpretasi:
Dari perhitungan Deviden Yield pada PT. Aman Sejahtera maka menghasilkan
nilai sebesar 1,54% yang artinya, apabila investor menjual saham tersebut sebesar
Rp 1,39 dengan harga Rp 90 per lembar dan membeli saham yang baru dengan
deviden yield sebesar 1,54%
76
5. Deviden Payout Ratio
Deviden Payout Ratio atau rasio pembayaran deviden merupakan rasio yang
menggambarkan pendapatan yang dibayarkan sebagai deviden kepada investor.
Dengan kata lain merupakan bagian yang tidak dibagiakan dan akan
diinvestasikan kembali ke perusahaan. Apabila perusahaan memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi maka rasio pembaaran deviden akan rendah, namun
apabila perusahaan memiliki tingkar pertumbuhan yang rendah maka akan
menghasilkan rasio deviden payour yang tinggi. Pembayaran deviden juga
merupakan kebijakan dari pembagian deviden perusahaan. Semakin besar rasio
ini maka akan semakin lambar pertumbuhan pendapatan perusahaan. Berikut
adalah rumus dari deviden payout ratio:
Contoh Kasus:
PT. Aman Sejahtera memiliki EPS sebesar Rp 7,44 dengan pembayaran
deviden perlembar saham sebesar Rp 1,18 maka Devidend Payout Ratio yang
dihasilkan adalah:
Interpretasi:
Dari hasil perhitungan Deviden Payout Ratio PT. Aman Sejahtera
menghasilkan sebesar 18,68% atau yang dibulatkan menjadi 18,7% yang artinya,
proporsi laba bersih per satu lembar saham biasa dibayarkan dalam bentuk
deviden sebesar 18,68%.
G. Rangkuman
Rasio keuangan merupakan aktivitas membandingkan angka angka pada
laporan keuangan perusahaan dengan cara membagi angka satu dengan angka
lainnya. Perbandingan ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan antar satu
komponen keuangan atau antara satu komponen dengan komponen lainnya yang
ada dalam laporan keuangan dalam satu periode pelaporan. Rasio keuangan ini
menunjukkan adanya hubungan yang saling berkaitan dalam bentuk perbandingan
anatara perkiran pada pos pos laporan keuangan. Sementara analisis rasio
77
keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai
perkiraan yang ada dalam laporan keuangan yang sudah dalam bentuk rasio.
Teknik analisis rasio keuangan ini merupakan teknik analisis laporan keuangan
yang paling banyak digunakan. Adapun tujuan dari analisis rasio keuangan
lainnya yaitu sebagai berikut:
Analisis Rasio Keuangan berisi angka angka ataupun ikhtisar statistic yang
mudah untuk ditafsirkan.
Hasil dari analisis rasio keuangan memberikan informasi yang mudah dibaca
dan dipahami.
Analisis rasio keuangan dapat mengidentifikasikan posisi perusahaan dalam
industry.
Hasil dari analisis rasio keuangan dapat bermanfaat bagi pengambilan
keputusan.
Tren perusahaan dapat dilihat dan dapat digunakan untuk memprediksi
keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Klasifikasi Rasio Keuangan sendiri terbagi menjadi 5 (lima) jenis rasio
keuangan yang dapat digunakan yaitu:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Berikut yang termasuk kedalam Rasio Likuiditas yaitu:
Rasio Lancar,
Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)
Rasio Kas (Cash Rasio)
Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)
Inventory to Net Working Capital
2. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Berikut yang
termasuk kedalam Rasio Solvabilitas yaitu:
Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio
Time Interest Earned
78
Operating Income to Liabilities Ratio
3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan efisiensi dari pemanfaatan sumber daya yang dimikiki oleh
perusahaan. Berikut yang termasuk kedalam Rasio Aktivitas yaitu:
Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turnover)
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover)
Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover)
4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Berikut yang termasuk
kedalam Rasio Profitabilitas yaitu:
Return On Assets (ROA)
Return On Equity (ROE)
Gross Profit Margin
Operating Profit Margin
Net Profit Margin
5. Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan antara laba
saham dengan laba buku per saham. Berikut yang termasuk kedalam Rasio
Pasar yaitu:
Earning Per Share (EPS)
Price Earning Ratio (PER)
Book Value Per Share (BV)
Deviden Yield (DY)
Deviden Payout Ratio (DPR)
H. Latihan Soal
1. Uraikan apa yang dimaksud dengan Analisis Rasio.
2. Jelaskan masing masing rasio keuangan yang anda ketahui.
3. Dari Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi PT. Adi Jaya Makmur
Tahun 2018 dan 2019. Anda diminta untuk:
79
Hitunglah dan interpretasikan dari masing masing Rasio Likuiditas,
Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas.
PT. Adi Jaya Makmur
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2018 dan 2019
(dalam Jutaan Rupiah)
Komponen 2018 2019
Aset
Aset Lancar 4,500,000 4,800,000
Kas 1,000,000 1,400,000
Surat Berharga 800,000 1,000,000
Piutang Usaha 500,000 600,000
Persediaan 1,000,000 1,200,000
Aktiva lancar lainnya 7,800,000 9,000,000
Total Aset Lancar
Aset Tetap 6,000,000 6,500,000
Tanah 3,000,000 4,000,000
Bangunan (300,000) (200,000)
Akumulasi Penyusutan Bangunan 1,000,000 2,000,000
Mesin (200,000) (100,000)
Akumulasi Penyusutan Mesin 1,500,000 1,600,000
(300,000) (400,000)
Kendaraan
Akumulasi Penyusutan 11,000,000 13,400,000
Kendaraan 18,800,000 22,400,000
Total Aset Tetap
Total Aset
Liabilitas 3,000,000 3,600,000
Utang Jangka Pendek 1,800,000 1,900,000
Utang Usaha 4,800,000 5,500,000
Utang Bank
Total Utang Jangka Pendek 3,000,000 3,500,000
Utang Jangka Panjang 3,000,000 3,400,000
Utang Obligasi 6,000,000 6,900,000
Utang Hipotik 10,800,000 12,400,000
Total Utang Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas 3,000,000 4,000,000
Modal Disetor
80
Laba ditahan 5,000,000 6,000,000
Total Ekuitas 8,000,000 10,000,000
Total Liabilitas dan Ekuitas 18,800,000 22,400,000
PT. Adi Jaya Makmur
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2018 dan 2019
(dalam Jutaan Rupiah)
Komponen 2018 2019
Pendapatan Penjualan 6,600,000 8,000,000
Harga Pokok Penjualan 900,000 1,000,000
Laba Kotor 7,500,000 9,000,000
Beban Operasional (900,000) (1,000,000)
Beban umum dan administrasi (700,000) (800,000)
Akumulasi Penyusutan Bangunan (300,000) (200,000)
Akumulasi Penyusutan Mesin (200,000) (100,000)
Akumulasi Penyusutan Kendaraan (300,000) (400,000)
Laba Kotor Operasional 5,400,000 6,500,000
Beban Bunga (200,000) (250,000)
Laba sebelum pajak 5,200,000 6,250,000
Pajak Penghasilan (200,000) (250,000)
Laba Bersih 5,000,000 6,000,000
81
BAB IV
LAPORAN ARUS KAS
Tujuan Materi:
Setelah mempelajari materi yang ada dalam bab ini,
anda diharapkan mampu:
1.Menguraikan dan menjelaskan tujuan dan
kegunaan dari arus kas
2. Menjelaskan kas dan setara kas
3.Meguraikan dan menjelaskan klasifikasi dari arus
kas
4. Menganalisis menggunakan metode pencatatan
arus kas
5.Menjelaskan dan melakukan penyusunan laporan
arus kas
6. Menggambarkan seluruh isi bab dan sekaligus
mampu mengerjakan latihan soal yang ada
didalamnya
82
A. Tujuan dan Kegunaan Arus Kas
Laporan Arus kas adalah laporan yang berisi tentang informasi arus kas masuk
dan arus kas keluar perusahaan selama periode. Informasi tentang arus kas suatu
perusahaan sangat bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan sebagai untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
Manajemen perusahaan menggunakan arus kas sebagai alat untuk mengevaluasi
aktivitas operasional yang telah berlangsung serta sebagai alat merencanakan
investasi dan pembiayaan dimasa depan. Laporan kas juga digunakan untuk dapat
melihat perubahan asset bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengarhi
arus kas. Laporan kas membantu menilai kemampuan manajemen perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas.
Pada arus kas penerimaan maupun pembayaran kas diklasifikasikan melalui
tiga kategori utama yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, maupun aktivitas
pendanaan. Aktivitas Operasi di dalamnya berisi tentang transaksi transaksi yang
tergolong sebagai penentu besaran laba atau rugi bersih yang diterima. Penjualan
barang ataupun pemberian jasa termasuk kedalam penerimaan kas yang
merupakan sumber arus kas utama. Sementara pendapatan bunga, deviden, dan
penjualan sekuritas termasuk kedalam penerimaan kas lainnya. Pembayaran untuk
membeli barang dagangan, pembayaran gaji ataupun upah, beban pajak, beban
bunga, beban sewa, serta pembelian sekuritas yang diperdagangkan termasuk
kedalam arus kas keluar.
Yang kedua adalah aktivitas investasi. Pada arus kas ini terdapat didalamnnya
ada aktivias berupa pembelian atau penjualan baik tanah, bangunan maupun
peralatan. Selain itu, aktivitas investasi didalamnya terdapat pembelian dan
penjualan instrument keuangan yang memiliki tujuan untuk tidak diperdagangkan,
penjualan segmen bisnis maupun pemberian pinjaman pada entitas lainnya.
Selanjutnya adalah aktivitas pendanaan. Pada aktivitas ini terdiri dari transaksi
transaksi yang diperoleh ataupun dibayarkan kembali kepada pemilik dana baik
investor maupun kreditor. Kas bersih yang diterima dari penerbiatan saham atau
obligasi, pembayaran kembali saham biasa maupun penebusan utang obligasi dan
pembayarn deviden tunai merupakan termasuk kedalam aktivitas pembiayaan.
Sehingga yang termasuk kedalam aktivitas pembiayaan ialah transaksi transaski
83
perusahaan yang terkait dengan utang jangka panjang ataupun modal perusahaan.
Untuk pembayaran utang lancar tidak termasuk kedalam aktivitas pembiayaan,
namun termasuk kedalam aktivitas operasi.
B. Kas dan Setara Kas
Kas adalah konsep dana yang paling berguna, sebab keputusan investor
maupun pengguna laporan keuangan lainnya lebih menitikberatkan pada aktivitas
jangka pendek yang sifatnya likuid. Kas sendiri ini didalamnya mencakup pula
setara kas. Kas sendiri terdiri dari saldo kas (cash on hand) maupun kas bank
dalam bentuk rekening giro (cash in bank). Sementara setara kas atau cash
equivalent merupakan investasi yang sifatnya sangat likuid dan memiliki jangka
pendek yang segera dapat dikonversi menjadi kas.
Arus kas (cash flos) merupakan arus masuk (inflow) dan arus keluar (outflow)
dalam bentuk kas dan setara kas. Tujuan dari setara kas ialah memenuhi
komitmen jangka pendek dan bukan untuk investasi atau tujuan lain.
C. Klasifikasi Arus Kas
1. Arus Kas bersumber dari Aktivitas Operasi
Dalam arus kas yang bersumber dari aktivitas operasi (operating activities) ini
memiliki dua metode yang dapat diguanakan dalam menghitung maupun
melaporkan jumlah arus as bersih yaitu dengan menggunakan metode langsung
dan tidak langsung. Penggunaan dua metode tersebut tidak lantas digunakan
sebagai alat untuk memanipulasi keadaan dari jumlah kas yang bersumber dari
aktivitas operasi, melainkan dengan menggunakan dua metode tersebut akan
menghasilkan nilai kas yang sama. Namun, biasanya para pembuat laporan arus
kas ini lebih sering membuat laporan arus kas menggunakan metode tidak
langsung.
Pada metode langsung tujuan adalah untuk menguji dan mengevaluasi kembali
komponen yang ada dalam laporan laba rugi yang digunakan untuk melaporkan
seberapa besar jumlah kas yang diterima maupun dibayarkan pada tiap tiap
komponen laporan laba rugi. Sementara bila menggunakan metode tidak langsung
atau yang sering disebut dengan metode rekonsiliasi dimulai dengan
menyesuaikan besaran laba rugi bersih sehingga dapat dilaporkan dalam laporan
84
laba rugi yang diukur berdasarkan akrual. Pada aktivitas operasi terdapat
penyesuaian-penyesuaian yang terdiri dari:
Pendapatan dan beban yang tidak melibatkan arus kas masuk atau arus kas
keluar. Sebagai contoh: Amortiasasi premium, diskonto investasi dari obligasi,
beban penyusutan asset tetap, beban amortisasi asset tidak berwujud, dan beban
amortisasi utang obligasi.
Keuntungan dan juga kerugian yang berkaitan dengan aktivitas investasi dan
pembiayaan. Sebagai contoh: keuntungan ataupun kerugian penjualan asset
tetap, keuntungan maupun kerugian penjualan investasi dalam saham.
Perubahan dalam asset lancar selain kas maupun kewajiban lancar sebagai hasil
dari transaksi pendapatan maupun beban yang tidak bepengaruh pada arus kas.
Sebagai contoh: saldo piutang usaha, persediaan barang dagang, maupun utang
usaha.
Pada aktivitas operasi ini biasanya ditemukan pada pos-pos laba rugi yang
terdiri dari:
Kas masuk (Cash Inflow) berasal dari penjualan barang dagang, pendapatan
royalty, komisi, fee, imbalan lain, pendapatan bunga dan juga deviden.
Kas keluar (Cash Outflow) berasal dari pembayaran kepada pemasok barang
dan ajsa, pembayaran gaji pegawai, pembayaran pajak, dan pembayaran bunga
dan biaya lainnya.
2. Arus Kas bersumber dari Aktivitas Investasi
Dalam arus kas yang bersumber dari aktvitas investasi (investasi activities)
meruapakan aktivitas yang memperolah dan melepaskan asset jangka panjang dan
investasi yang bukan termasuk kedalam setara kas. Pada aktivitas investasi ini
mencakup penerimaan kas, dari penjualan asset tetap dan pengeluaran kas untuk
pembelian mesin produksi. Arus kas pada aktivitas investasi ini biasanya
ditemukan pada pos pos asset tidak lancar yang terdiri dari:
Kas masuk (Cash inflow) yang berasal dari penjualan asset tetap dan penjualan
investasi jangka panjang.
Kas keluar (Cash outflow) yang berasal dari penjualan asset tetap, dan
penjualan investasi jangka panjang.
85
3. Arus Kas bersumber dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas yang bersumber dari aktivitas pendanaan (financing activities)
meruapakan aktivitas yang mengakibatkan pendanaan dalam jumlah dan
komposisi kewajiban baik jangka panjang maupun modal perusahaan. Dalam
pelaporan arus kas yang bersumber dari aktivitas pendanaan ini tidak dipangaruhi
oleh metode langsung maupun metode tidak langsung. Apabila jumlah arus kas
masuk dari aktivitas pendanaan lebih besar dibandingkan dengan arus kas keluar,
maka arus kas yang dihasilkan dari aktivitas pendanaan akan dilaporkan. Arus kas
pada aktivitas pendanaan ini biasanya ditemui pada pos-pos liabilitas jangka
panjang dan ekuitas yang terdiri dari:
Kas masuk (Cash Inflow) yang berasal dari penerbitan saham baru, dan
penerbitan liabilitas jangka panjang (missal obligasi).
Kas kelaur (Cash Outflow) yang berasal dari pembayaran deviden, penarikan
saham kembali (treasury stock), dan pembayaran utang jangka panjang.
D. Metode Pencatatan Arus Kas
Dalam pencatatan laporan arus kas seperti sudah dibahas sebelumnya, yaitu
terdapat dua macam metode dalam pencatatan arus kas yaitu menggunakan
metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method).
1. Metode Langsung (Direct Method)
Pada penerapan metode langsung ini terdiri atas arus kas operasi yang terdiri
dari penerimaan kas dan pengeluaran kas. Pada metode langsung ini pada
dasarnya merupakan laporan laba rugi yang berbasis pada kas (cash basis income
statement) dengan format sebagai berikut:
86
PT. Berkah Inti Sejahtera
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2019
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan kas dari penjualan barang dagang atau jasa........................ xxx
Penerimaan kas dari pendapatan deviden .............................................. xxx
Penerimaan kas dari pendapatan bunga ................................................. xxx
Kas yang dibayarkan untuk beban beban:
Beban pokok penjualan ................................................................. (xxx)
Biaya dibayar dimuka.................................................................... (xxx)
Beban Gaji/upah karyawan ........................................................... (xxx)
Royalti, fee dan imbalan lainnya ................................................... (xxx)
Pajak penghasilan .......................................................................... (xxx)
Beban operasi lainnya ................................................................... (xxx)
Arus kas bersih dari aktivitas operasi ................................................ xxx
Perusahaan yang biasanya menggunakan metode langsung dalam pembuatan
laporan arus kas melaporkan secara terpisah terkait dengan klasifikasi penerimaan
dan pengeluaran operasi sebagai berikut:
Pendapatan sewa, lisensi merupakan bentuk dari kas yang diterima dari
pelanggan.
Penerimaan bunga dan deviden.
Penerimaan kas lainnya.
Pembayaran kas untuk pegawai dan pemasok barang maupun jasa.
Pemabayaran bunga
Pembayaran pajak
Pengeluaran kas untuk operasi lainnya.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Melalui metode tidak langsung ini bertujuan dalam menentukan maupun
menyajikan jumlah arus kas bersih yang sesuai dengan aktivitas operasi yang
dapat dilakukan dengan menyesuaikan jumlah laba bersih yang diterima dengan
87
menggunakan acrual basis dengan melakukan perubahan asset atau liabilitas
lancar yang saling berkaitan. Menrut Darminto (2019) dalam metode langsung
ini, informasi mengenai peleompokan penetimaan dan pengeluaran kas bruto
dapat diperoleh dari:
Catatan akuntansi
Dengan menyesuaikan pendapatan, beban pokok penjualan dan pos pos lain
dalam laporan laba rugi dengan perubahan rekening lancar.
Berikut pembuatan format laporan arus kas menggunakn metode tidak langsung:
PT. Berkah Inti Sejahtera
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2019
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laba (Rugi) bersih ................................................................................. xxx
Pos-pos tidak tunai:
Beban beban (misalnya: depresiasi, amortisasi) ..................................... xxx
Penghasilan-penghasilan......................................................................... (xxx)
xxx
Perubahan rekening lancar (neraca)
Penurunan asset lancar ........................................................................... xxx
Kenaikan asset lancar ............................................................................. (xxx)
Kenaikan liabilitas lancar ....................................................................... xxx
Penurunan liabilitas lancar ..................................................................... (xxx)
Laba (Rugi) dari aktivitas investasi dan pendanaan
Rugi......................................................................................................... xxx
Laba ........................................................................................................ (xxx)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi ............................................. xxx
E. Langkah Penyusunan Laporan Arus Kas
Dalam penyusunan Laporan Arus Kas memerlukan beberapa informasi
keuangan yang bersumber dari:
88
1. Laporan Posisi Keuangan Komparatif dimana laporan ini memberikan sebuah
informasi tentang adanya perubahan pada aktiva, liabilitas, dan juga ekuitas.
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif lainnya dimana laporan ini
memberikan informasi tentang laba bersih beserta komponennya dan juga
informasi tentang pembagian deviden.
3. Informasi pendukung lainnya yang diperoleh dari hasil analisis pada komponen
komponen laporan keuangan.
Penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan metode langsung dan tidak
langsung dengan menggunakan langkah-langkah berikut ini:
1. Melakukan perhitungan pada perubahan atas saldo rekening kas dan setara kas
dengan membandingkan antara saldo awal dan saldo akhir. Dari perhitungan
ini maka akan mampu melihat adanya kenaikan ataupun penurunan kas bersih
dan setara kas selama periode berjalan.
2. Menghitung adanya perubahan bersih pada setiap rekening laporan posisi
keuangan selain kas dan setara kas.
3. Menentukan arus kas baik dari aktivitas operasi, investasi dan pendaan yang
bukan termasuk kedalam kas, dan pengaruh adanya perubahan kurs valuta
asing.
4. Menyusun laporan arus kas atau dasar hasil langkah-langkah sebelumnya.
F. Rangkuman
Laporan Arus kas adalah laporan yang berisi tentang informasi arus kas masuk
dan arus kas keluar perusahaan selama periode. Informasi tentang arus kas suatu
perusahaan sangat bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan sebagai untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
Manajemen perusahaan menggunakan arus kas sebagai alat untuk mengevaluasi
aktivitas operasional yang telah berlangsung serta sebagai alat merencanakan
investasi dan pembiayaan dimasa depan. Laporan kas juga digunakan untuk dapat
melihat perubahan asset bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengarhi
arus kas. Laporan kas membantu menilai kemampuan manajemen perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas.
Kas adalah konsep dana yang paling berguna, sebab keputusan investor
maupun pengguna laporan keuangan lainnya lebih menitikberatkan pada aktivitas
89
jangka pendek yang sifatnya likuid. Kas sendiri ini didalamnya mencakup pula
setara kas. Sementara setara kas atau cash equivalent merupakan investasi yang
sifatnya sangat likuid dan memiliki jangka pendek yang segera dapat dikonversi
menjadi kas.
Kalsifikasi dari arus kas yaitu:
Arus Kas yang bersumber dari Aktivitas Operasi
Arus Kas yang bersumber dari Aktivitas Investasi
Arus Kas yang bersumber dari Aktivitas Pendanaan
Metode Pencatatam Laporan Arus Kas terbagi menjadi dua yaitu Metode
Langsung dan Metode Tidak Langsung
G. Latihan Soal
1. Uraikan secara jelas yang dimaksud dengan Laporan Arus Kas.
2. Apa tujuan dari Laporan Arus Kas?
3. Jelaskan perbedaan antara kas dan setara kas.
4. Dari Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi PT. Adi Jaya Makmur
Tahun 2018 dan 2019. Anda diminta untuk membuat Laporan Arus Kas Tahun
2019.
PT. Adi Jaya Makmur
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2018 dan 2019
(dalam Jutaan Rupiah)
Komponen 2018 2019
Aset
Aset Lancar 4,500,000 4,800,000
Kas 1,000,000 1,400,000
Surat Berharga 800,000 1,000,000
Piutang Usaha 500,000 600,000
Persediaan 1,000,000 1,200,000
Aktiva lancar lainnya 7,800,000 9,000,000
Total Aset Lancar
Aset Tetap 6,000,000 6,500,000
Tanah 3,000,000 4,000,000
Bangunan (300,000) (200,000)
Akumulasi Penyusutan Bangunan
90
Mesin 1,000,000 2,000,000
(200,000) (100,000)
Akumulasi Penyusutan Mesin 1,500,000 1,600,000
(300,000) (400,000)
Kendaraan
11,000,000 13,400,000
Akumulasi Penyusutan 18,800,000 22,400,000
Kendaraan
Total Aset Tetap
Total Aset
Liabilitas 3,000,000 3,600,000
Utang Jangka Pendek 1,800,000 1,900,000
Utang Usaha 4,800,000 5,500,000
Utang Bank
Total Utang Jangka Pendek 3,000,000 3,500,000
Utang Jangka Panjang 3,000,000 3,400,000
Utang Obligasi 6,000,000 6,900,000
Utang Hipotik 10,800,000 12,400,000
Total Utang Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas 3,000,000 4,000,000
Modal Disetor 5,000,000 6,000,000
Laba ditahan 8,000,000 10,000,000
Total Ekuitas 18,800,000 22,400,000
Total Liabilitas dan Ekuitas
PT. Adi Jaya Makmur
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2018 dan 2019
(dalam Jutaan Rupiah)
Komponen 2018 2019
Pendapatan Penjualan 6,600,000 8,000,000
Harga Pokok Penjualan 900,000 1,000,000
Laba Kotor 7,500,000 9,000,000
Beban Operasional (900,000) (1,000,000)
Beban umum dan administrasi (700,000) (800,000)
Akumulasi Penyusutan Bangunan (300,000) (200,000)
Akumulasi Penyusutan Mesin (200,000) (100,000)
Akumulasi Penyusutan Kendaraan (300,000) (400,000)
Laba Kotor Operasional 5,400,000 6,500,000
Beban Bunga (200,000) (250,000)
Laba sebelum pajak 5,200,000 6,250,000
Pajak Penghasilan (200,000) (250,000)
Laba Bersih 5,000,000 6,000,000
91
BAB V
ANALISIS SUMBER
DAN PENGGUNAAN
MODAL KERJA
Tujuan Materi:
Setelah mempelajari materi yang ada dalam bab ini,
anda diharapkan mampu:
1.Menjelaskan definisi dari sumber dan penggunaan
modal kerja
2. Menguraikan pentingnya modal kerja yang cukup
3.Menjelaskan dan mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah modal kerja
4. Menyusun Laporan Perubahan Modal Kerja
5.Menggambarkan seluruh isi bab dan sekaligus
mampu mengerjakan latihan soal yang ada
didalamnya
92
A. Definisi Sumber Penggunaan Modal Kerja
Sebelum masuk pada definisi dari analisis sumber dan penggunaan modal
kerja, maka perlu diketahui definisi dari modal kerja. Konsep modal kerja sendiri
dapat diartikan sebagai sebuah investasi yang ditanamkan pada aktiva lancar atau
yang sering disebut dengan aktiva jangka pendek seperti kas, persediaan, surat
surat berharga, piutang, dan juga aktiva lancar lainnya. Modal kerja sendiri terbagi
menjadi tiga konsep yaitu:
1. Kuantitatif
Konsep kuatitatif disini sering disebut sebagai Gross Working Capital atau
Modal Kerja Kotor. Pada Gross Working Capital ini menekankan bahwa
bagaimana cara untuk mencukupi kebutuhan dana dalam membiayai seluruh
kegiatan operasional perusahaan terutama untuk jangka pendek. Adapun
beberapa kelemahan dari konsep kuantitatif yang salah satunya tidak
mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan serta tidak mementingkan kualitas
dari modal kerja.
2. Kualitatif
Konsep kualitatif atau yang dikenal sebagai Net Working Capital atau Modal
Kerja Bersih ini menekankan pada kualitas modal kerja dengan melihat selidih
antara current assets dengan current liabilities. Kelebihan dari konsep kualitatif
ini terletak pada tingkat likuiditasnya. Apabila jumlah current assets lebih besar
disbanding dengan current liabilities maka hal ini menunjukkan bahwa kreditor
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan.
3. Fungsional
Konsep fungsional berfungsi sebagai alat pengelola dana yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat memperoleh laba yang diinginkan. Dengan kata
lain, diharapkan dengan adanya dana yang dianggap sebagai modal kerja
mampu meningkatkan perolehan laba perusahaan.
Analisis Sumber dan penggunaan modal kerja adalah analisis yang saling
berkaitand engan sumber dana maupun penggunaan dana yang berhubungan
dengan modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, darimana
saja perolehan dana didapatkan oleh perusahaan untuk membiayai segala aktivitas
operasionalnya. Dalam pengelolaan sumber dan penggunaan modal kerja ini
93
haruslah jelas dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Pada praktiknya
dana dibagi menjadi beberapa definisi yaitu:
1. Sebagai kas atau dalam bentuk uang tunai.
Disini diartikan bahwa dana merupakan jumlah nominal yang tertera dalam
Laporan Posisi Keuangan, dan memiliki sifat likuid yang dapat digunakan
sewaktu waktu.
2. Dianggap bagian dari modal kerja.
Dana yang dianggap sebagai modal kerja ini diharapkan mampu untuk
membiayai operasional perusahaan. Terutama untuk penggunaan yang bersifat
jangka pendek.
3. Sebagai uang yang disimpan pada bank dalam bentuk giro dan tabungan.
Dana yang dimiliki bisa ditempatkan pada rekening bank dalam bentuk giro
dan tabungan, serta mudah dicairkan dengan segera tanpa terkendala waktu.
Misal pengambilan dana di bank bisa melalui mesin ATM yang sifatnya adal
7x24 jam.
4. Seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Aktiva yang dimaksud disini ialah seluruh aktiva yang dimiiliki oleh
perusahaan dianggap sebagai dana perusahaan.
5. Dana sama dengan kas.
Dana dianggap sebagai aktiva yang sesuai atau sama sifat dan prinsipnya
seperti setara kas.
Secara umum, modal kerja perusahaan terbagi menjadi dua yaitu Modal Kerja
Kotor (Gross Working Capital) dan Modal Kerja Bersih (Net Working Capital).
Pada Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital) memiliki komponen yang ada
dalam aktiva lancar yaitu berupa kas, surat berharga, persediaan, piutang dan
aktiva lancar lainnya. Sementara pada modal kerja bersih (Net Working Capital)
terdiri dari seluruh total kewajiban lancar baik itu utang jangka pendek, utang
dagang, utang wesel, utang bank, utang gaji dan utang lancar dalam bentuk
lainnya.
Sumber dana yang digunakan untuk memenuhi modal kerja diperoleh dari
penurunan jumlah aktiva maupun pasiva. Berikut adalah beberapa sumber modal
kerja yang dapat digunakan dalam proses operasional perusahaan yaitu: Hasil
94
Operasi, Keuntungan dari Penjualan Surat-surat Berharga, Penjualan Saham,
Penjualan Aktiva Tetap, Penjualan Obligasi, Memperoleh Pinjaman, Dana Hibah,
Sumber lainnya, Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaaan Modal Kerja.
Sementara itu, penggunaan dana yang digunakan sebagai modal kerja didapat
dari kenaikan aktiva dan penurunan tingkat pasiva. Penggunaan modal kerja di
perusahaan ini biasanya diperuntukkan sebagai:
1. Pengeluaran dengan bentuk upah, gaji, dan biaya operasional perusahaan
lainnya.
2. Pembelian bahan baku atau barang dagangan
3. Pembentukan dana
4. Pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan, peralatan.
5. Pembayaran utang jangka panjang
6. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar
7. Pengambilan uang atau barang untuk keperluan pribadi
B. Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup
Modal kerja sangat dikatakan sebagai komponen penting dalam operasional
perusahaan, dalam pengelolaan manajemen modal kerja juga memiliki tujuan
tertentu. Kecukupan modal kerja menjadi tolak ukur capaian kinerja manajemen
perusahaan. Tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan likuiditas
2. Perusahaan memiliki kemampuan menutup atau membayar segala kewajiban
sesuai dengan waktunya
3. Perusahaan memiliki jumlah persediaan yang cukup dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanngan.
4. Perusahaan akan memperoleh tambahan dana dari para kreditur
5. Perusahaan memiliki syarat kredit yang menarik demi manrik minat
pelanggan.
6. Meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Dapat digunakan sebagai alat
pelindung diri bila terjadi krisis modal kerja
95
C. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi adanya modal kerja:
1. Jenis perusahaan
Pada umumnya, kegiatan perusahaan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu
perusahaan yang bergerak pada bidang jasa, dan perusahaan yang bergerak
pada bidang non jasa. Kebutuhan akan modal kerja pada bidang industry
umumnya lebih besar dibandingkan dengan perusahaan jasa.
2. Adanya syarat kredit
Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dengan cara kredit atau
cicilan, hal ini akan sangat berpengaruh pada modal kerja. Sehingga untuk
dapat meningkatkan penjualan biasanya akan dilakukan dengan cara kredit.
Penjualan yang bersifat kredit inilah digunakan untuk menarik konsumen.
Namun, bagi perusahaan sendiri adapun syarat syarat kredit yaitu:
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan yang digunakan untuk bisa
memproduksi barang yang dapat mempengaruhi modal kerja. Apabila
persyaratan kredit lebih mudah maka akan sedikit kas perusahaan yang
keluar.
Syarat penjualan barang. Pada syarat kedua ini penjualan haruslah jelas
menentukan berapa besar potongan apabila dapat dilunasi kurang dari
jangka waktu pelunasan sebelum jatuh tempo. Misal 2/10 net 30 atau 2/10
net 60. Agar investasi modal kerja pada sisi piutang kecil maka perusahaan
perlu memberikan potongan harga. Hal ini tentunya akan menarik pihak
kreditur.
3. Waktu produksi
Jangka waktu proses produksi suatu barang akan sangat berpengaruh pada
modal kerja yang dibutuhkan. Apabila semakin lama proses produksi suatu
barang maka akan berpengaruh pada besarnya modal kerja yang dibutuhkan.
Namun, sebaliknya apabila semakin cepat proses produksi suatu barang maka
akan berpengaruh pada kecilnya modal kerja yang dibutuhkan.
4. Tingkat perputaran persediaan.
Semakin kecil atau semakin rendahnya tingkat perputaran persediaan maka
semakin tinggi tingkat kebutuhan modal kerja. Dan sebaliknya, apabila
96
semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin rendah tingkat
modal kerja yang dibutuhkan.
D. Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Langkah langkah yang harus dilakukan dalam menyusun laporan keuangan
perubahan posisi keuangan modal kerja dengan menggunakan contoh Laporan
Posisi Keuangan Komparatif PT. Djaya Abadi Tahun 2017 dan 2018, serta
Laporan Laba Rugi Tahun 2018 dan diminta untuk membuat Laporan Modal
Kerja untuk Tahun 2018 dengan menggunakan Metode Langsung sebagai
berikut:
1. Menghitung perubahan Modal Kerja selama periode tertentu.
PT. Djaya Abadi
Laporan Posisi Keuangan Komparatif
Per 31 Desember 2017 dan 2018
(dalam ribuan rupiah)
Pos pos dalam Neraca 31 Desember
Aset
Kas 2017 2018
Piutang Dagang
Persediaan 36.000 47.000
Tanah 18.000 26.000
Peralatan 49.000 54.000
Akumulasi Depresiasi mesin 55.000
Total Aset 0 88.000
Liabilitas dan Ekuitas 88.000 (43.000)
Utang dagang (35.000) 227.000
Utang Wesel 156.000
Modal Saham
Saldo Laba 6,000 7,000
Total Liabilitas dan Ekuitas 5,000 9,000
15,000 20,000
49.000 25.000
227.000 156.000
97
PT. Djaya Abadi
Laporan Laba Rugi Komparatif
Per 31 Desember 2018
(dalam ribuan rupiah)
Pos Pos dalam Laba Rugi 31 Desember 2018
Pendapatan Penjualan 380.000
Beban Pokok Penjualan 196.000
Laba Kotor 184.000
Beban Usaha
Beban Administrasi (76.000)
Beban Pemasaran (56.000)
Depresiasi (8.000)
Laba Bersih
44.000
Informasi Tambahan:
Pembelian Tanah secara tunai selama Tahun 2018 sebesar Rp 55.000,-
Selama Tahun 2018 diterbitkan saham baru dengan nominal Rp 50.000,-
Pengumuman deviden kas selama tahun 2018 sebesar Rp 20.000,-
2. Menganalisis perubahan saldo masing masing komponen tidak lancar, untuk
menentukan sumber dan penggunaan modal kerja.
Pembelian Tanah pada Tahun 2018 sebesar Rp 50.000,-
Adanya Akumulasi Depresiasi Mesin pada Tahun 2018 sebesar Rp 8.000,-
Selama Tahun 2018 telah diterbitkan saham dengan nominal Rp 50.000,-
Saldo Laba Bersih Tahun 2018 sebesar Rp 44.000,-
3. Menyusun Laporan Perubahan Modal Kerja PT. Arimbi Putri Tahun 2018.
98