The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Abdan, 2023-01-13 07:26:11

lingkar

PENOKOHAN stabilo

90 Sejak awal, mengapa kemudian terjadi silang pendapat antara Kang Suyud dengan Kiai Ngumar, tak lain karena Kiai Ngumar mengkhawatirkan terjadinya perpecahan jika DI bersikeras dengan tujuannya. Kekhawatiran itu terjadi begitu DI menyatakan sikap dengan mengangkat senjata. Sebetulnya, pada mula mereka ingkar terhadap pemerintah yang sah dan berupaya mendirikan negara baru, mestinya mereka telah sadar akan konsekuensi yang akan diterima nantinya. Menjadi musuh pemerintah adalah satu hal pasti yang harus diakui oleh DI. Sayangnya itu bukan hal mudah, karena itu berbuntut panjang. Setidaknya laskar Darul Islam harus berada pada posisi terpojok dan sama sekali tidak menguntungkan. Orang-orang lebih bersimpati kepada pemerintah daripada DI, karenanya mereka juga menjadi musuh bersama. Apalagi kaum komunis turut berada di barisan pemerintah, di mana saat itu merupakan masa yang gemilang bagi mereka. Bukan hal mudah menjadi gerilyawan. Biarpun berjuang di bawah panji Republik, hal itu tetap bukan hal mudah. Apalagi menjadi gerilyawan yang melawan sekaligus diburu pemerintah beserta banyak orang lain yang turut memusuhinya. Hidup dalam pelarian dari hutan ke hutan lain tentu menyita banyak energi, dan yang terpenting, berisiko besar terhadap ketahanan diri. Demi bertahan hidup, laskar DI seringkali merampok penduduk sekitar. Bahkan, diceritakan bahwa Kang Suyud meninggal karena sakit. Artinya, hidup sebagai gerilyawan DI sama dengan hidup terlunta-lunta. Entah apakah ini sempat terpikir oleh orangorang seperti Kang Suyud atau tidak, yang jelas sejak awal Kang Suyud sadar dirinya telah menjadi bagian dari musuh pemerintah. Bagi kepentingan umum, tentu saja ini merugikan. Hidup di zaman penuh keterkungkungan oleh kaum kolonial teramat menyiksa, karena itu hidup merdeka serupa oase yang menyegarkan. Saat DI mengangkat senjata, saat itu pula masyarakat biasa turut menjadi korban yang dirugikan.Kegaduhan yang ditumbulkan oleh DI mengakibatkan masyarakat biasa tak bisa hidup bebas lagi, terutama bagi mereka yang hidup di lereng-lereng gunung.


91 Faktor kedua, yakni faktor pendidikan. Jika seseorang dibekali pendidikan dan wawasan yang luas maka akan menimbulkan benih-benih sikap dan simpati atau fanatisme yang positif. Sebaliknya, pengajaran yang sempit menciptakan benih-benih fanatisme ke arah yang negatif. Ketika seseorang memiliki pendidikan yang kurang, akan sulit baginya untuk memahami serta menempatkan sesuatu sesuai porsi dan posisinya. Faktor ini tergambar dari tokoh Kiram. “Terdengar selentingan, bahwa tidak semua anggota Hizbullah bisa melimpah ke dalam tentara Republik. Pelimpahan itu hanya berlaku bagi mereka yang punya ijazah minimal sekolah rakyat. Kiram dan Jun tak punya apa-apa.”75 Pada dasarnya, Kiram sama seperti Amid, yakni sama-sama santrinya Kiai Ngumar. Perbedaan paling mendasar hanyalah Amid yang punya ijazah dan Kiram tidak. Namun, dari perbedaan ini mempengaruhi perilaku masing-masing tokoh. Amid memiliki pembawaan yang lebih tenang, stabil, dan berpikir maju. Sementara Kiram terkesan tergesa-gesa, labil, dan temperamen. Terkait hal ini setidaknya bisa dilihat dari dua gambaran. Pertama, saat Kiram menyatakan dirinya ingin bergabung dengan laskar Hizbullah. Padahal kala itu Kiai Ngumar menyarankannya untuk ikut tentara Republik saja.Keputusan Kiram sebetulnya bisa dipahami, salah satu kemungkinan yang paling mendukung keputusannya itu adalah karena sentimen pribadinya terhadap komunis yang mengatainya buta huruf. Sejak semula Kiram sudah benci dengan orang-orang itu. Namun letak permasalahannya sendiri sebenarnya terjadi ketika Kiram tidak mengindahkan nasihat Kiai Ngumar, dan memilih bergabung dengan Hizbullah lantaran alasan-alasan yang sebetulnya masih bisa ditoleransi. Ia tak sadar bahwa dengan potensi yang dimilikinya, tentara Republik bisa menjadi wadah yang menjanjikan. Kiram terkesan hanya memperturutkan hawa nafsunya saja dengan tidak mau bersanding bersama orang yang mengatainya buta huruf. Kedua, saat setelah terjadi penyerangan terhadap kereta yang mengangkut bekas laskar Hizbullah oleh sekelompok orang tak dikenal, di 75Ibid, hlm. 71


92 mana itu menjadi alasan yang semakin menguatkan Kiram untuk tidak bergabung dengan tentara Republik. Oleh sebab waktu itu sudah tidak ada Hizbullah, maka Kiram bergabung dengan laskar DI. “Kiram, aku minta kamu menghargai iktikad baik Kiai Ngumar. Orang tua ini mau berjerih payah mencari kebaikan buat kita.” “Mid! Bila kamu lembek seperti itu, silakan. Namun aku tidak. Pokoknya aku tak mau dikhianati. Kiai, saya minta permisi.”76 Kali ini, dengan kondisi yang tak karuan, Kiai Ngumar hanya bisa pasrah. Meski begitu, Kiai Ngumar sebenarnya mau berusaha sekuat tenaga untuk menengahi pertikaian tersebut. Akan tetapi Kiram terlanjur sakit hati dan menghindari dialog dengan tentara Republik. Ia kemudian bergabung dengan laskar DI, dan tentu di sana sudah ada Kang Suyud. Bermula dari situ, masa-masa gerilya Kiram pada dasarnya dilatarbelakangi oleh dendam terhadap tentara Republik. Tak heran bila di kelompok kecilnya, Kiram adalah orang kedua setelah Kang Suyud yang loyal pada gerakan tersebut. Hingga di kemudian hari Kiram adalah satusatunya yang mengamuk kala diberi selebaran berisi seruan untuk menyerah dan meletakkan senjata, juga kiranya dapat dipahami asalmuasalnya. D. Implementasi Pembelajaran Sastra Pembelajaran sastra terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa meliputi keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Integrasi materi sastra dalam empat keterampilan tersebut tujuannya tidak lain adalah agar para siswa memperoleh dan memiliki pegalaman berapresiasi sastra secara langsung. Dengan pengalaman apresiasi dan menggauli cipta sastra tersebut, diharapkan dapat menumbuhkan penghayatan, penikmatan, dan penghargaan siswa terhadap karya sastra. Dengan berapresiasi sastra, pengetahuan dan wawasan siswa 76Ibid, hlm. 85


93 akan terasa dan penghargaan serta rasa bangsa terhadap sastra sebagai khazanah budaya dan intelektual akan muncul.77 Secara umum tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bidang sastra adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (2) peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektial manusia Indonesia.78 Kurikulum 2013 yang berusaha meningkatkan gerakan literasi di sekolah-sekolah mampu diimplementasi melalui pembelajaran sastra dalam mata pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan membaca karya sastra, peserta didik diharapkan mampu menambahkan wawasan dan meneladani nilai-nilai yang terkandung di dalamnya melalui interpretasi unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerita. Hal ini akan berguna untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa. Berdasarkan Kurikulum 2013, pembahasan novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari ini diimplikasikan dalam pokok pembahasan sastra yang terkandung dalam mata pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Peserta didik diminta guru untuk membaca secara menyeluruh novel Ahmad Tohari tersebut yang selanjutnya dilakukan sebuah diskusi kelompok. Kemudian peserta didik mendiskusikan guna mengindentifikasi tema, tokoh, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat yang terdapat dalam novel tersebut. Selain itu, peserta didik juga diminta untuk menuliskan dan menghubungkan unsur ekstrinsik seperti nilai budaya, moral, politik, sosial, dan sebagainya dengan kehidupan sekitar. Pada novel Lingkar Tanah Lingkar Air walaupun secara keseluruhan bercerita mengenai tema fanatisme agama dan tidak menampilkan nilai-nilai ideal sebagai manusia yang hidup di tengah77 Emzir dan Saifur Rohman, Teori dan Pengajaran Sastra, (Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2016), hlm. 225 78 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, ( Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm.156


94 tengah masyarakat majemuk, namun ada hal yang dapat dipetik dan dipelajari oleh siswa. Hal tersebut disebabkan karya sastra yang merupakan representasi dari dunia nyata adakalanya menampilkan realitas sesungguhnya di dalam kehidupan. Oleh karena itu, masalah-masalah yang dihadirkanini dapat dijadikan sebuah pengalaman pembelajaran pada diri siswa. Pada Novel Lingkar Tanah Lingkar Air siswa diharapkan mampu untuk mengetahui bahwa sikap fanatisme agama menjadi faktor yang bisa menimbulkan perpecahan dan intoleransi di Indonesia. Melalui nilai toleransi yang dibangun sedini mungkin, siswa akan mengetahui cara bijak untuk menyikapi perbedaan-perbedaan yang terjadi di sekitarnya. Toleransi dan menghargai sesama hendaknya mulai dibiasakan agar tercipta kedamaian, kenyamanan, dan persatuan antarmasyarakat, sehingga tidak memicu kebencian dan permusuhan yang timbul karena sikap fanatisme berlebihan. Berkaitan dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sedang digaungkan setelah revisi Kurikulum 2013, Novel Lingkar Tanah Lingkar Air dapat menjadi salah satu opsi segar untuk memberi pengalaman literasi siswa di sekolah. Mengingat rendahnya daya baca anak-anak Indonesia, maka sudah sepatutnya literasi sastra di berbagai jenjang pendidikan harus lebih diakrabkan kepada setiap siswa. Dengan metode yang kreatif, pembelajaran sastra di sekolah bukan hanya sebatas perangkat materi, namun bisa mementukan langkah awal menuju tradisi literasi siswa ke arah yang jauh lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitasnya.


95 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya sikap fanatisme agama yang teridentifikasi melalui tiga hal, yakni ciri-ciri fanatisme, aspek-aspek fanatisme, dan faktor-faktor yang mempengaruhi fanatisme yang terlihat dari tokoh Kang Suyud. Pertama, yakni ciri-ciri fanatisme, meliputi kurang rasional, yang ditandai dengan tidak dapat diterimanya rasionalisasi DI yang menganggap Islam mutlak diperlukan sebagai falsafah dan bentuk negara. Kemudian pandangan sempit ditandai dengan sikap Kang Suyud yang hanya mau bekerjasama dengan orang yang sembahyang, karena itu ia tidak mau bergabung dengan tentara Republik sebab tidak semua anggotanya sembahyang. Lalu bersemangat mengejar sesuatu ditandai dengan cita-cita DI untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Kedua, yakni aspek-aspek fanatisme, meliputi besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan yang tercermin melalui kecintaan Kang Suyud terhadap Islam menurut asumsinya. Selanjutnya sikap pribadi terhadap kegiatan tersebut tercermin melalui enggannya bergabung dengan tentara Republik dan dengan sadar ingkar terhadap Republik. Berikutnya lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu tercermin melalui diri Kang Suyud yang terlahir sebagai orang Islam, di mana itu berarti selama hidupnya ia berpedoman pada ajaran-ajaran Islam. Ketiga, yakni faktor-faktor yang mempengaruhi fanatisme, meliputi faktor antusiasme berlebihan yang tergambar dari semangat Kang Suyud yang menggelora bersama DI seolah menyampingkan banyak hal berkaitan dengan kepentingan umum. Selain itu, juga karena faktor


96 pendidikan yang tergambar dari tokoh Kiram yang terkesan mengedepankan emosi ketimbang nalar logis. 2. Implikasi yang dapat diterapkan dari penelitian mengenai fanatisme agama dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohariterhadap pembelajaran sastra di sekolah yaitu menganalisis isi dan kebahasaan novel. Hal tesebut sesuai dengan kompetensi dasar pada silabus 2013 yaitu menganalisis isi dan kebahasaan novel yang dibaca di tingkat SMA/MA. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model untuk menganalisis isi dan kebahasan novel, khususnya yang berkaitan dengan fanatisme agama. Selain itu, diharapkan pembelajaran ini mampu memberi wawasan lebih tentang perilaku fanatisme dan cara menyikapinya. B. Saran Berdasarkan uraian hasil penelitian terhadap pada novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari, maka peneliti memberikan beberapa saran sebegai berikut. 1. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah semestinya meningkatkan minat baca peserta didiknya terhadap karya sastra yang bermutu dan memberinya tugas untuk membaca dan memahami karya sastra yang dibacanya. 2. Kehidupan santri sekaligus pemuda yang menjadi fokus penelitian ini diharapkan dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sastra di sekolah, sehingga setelah peserta didik membaca dan memahami cerpen-cerpen ini, peserta didik dapat menerapkannya terhadap karya sastra lain. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca umum dan menambah khazanah penelitian terhadap karya sastra.


DAFTAR PUSTAKA “Ahmad Tohari: Dunia Sastra Indonesia Dipinggirkan”.Suara Karya.Th. 44. No. 14549. 29 Agustus 2015 “Ahmad Tohari. Novelis dari Desa Tinggarjaya”. Yudha Minggu. 9 Desember 1984 “Ahmad Tohari Pengarang Kampung Menghindari Keramaian dan Cinta”.Kedaulatan Rakyat. 3 Oktober 1984 A. King, Laura. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif . Jakarta: Salemba Humanika. 2016 A. Sayuti, Suminto. Cerita Rekaan Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007 Abrams, M. H. A Glosaary Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston. 1981 Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja grafindo Persada. 2015 Ali, Mukti.Ustadz Aman Abdurrahman Ideolog Islamisme Jihadis Indonesia. makalah dipresentasikan pada Seminar Keislaman tanggal 10 November di Jakarta 2016 Aminuddin. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2002 Aryadi, Tri. “Pengaruh Fanatisme dan Tipe Kepribadian terhadap Perilaku Agresi pada Supporter Sepakbola”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2016 Atar Semi, M.AnatomiSastra. Padang: Sridharma. 1984 Aziez, Furqonul. dan Abdul Hasyim. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010 Azra, Azyumardi.Transformasi Politik Islam. Jakarta: Prenada media Group, 2016 BadanPengembangandanPembinaanBahasa, Ahmad Tohari (1948 - …), 2019, (http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Ahmad_Tohari ) Bhairawa Putera, Prakoso. Mengenal dan Memahami Ragam Karya Prosa lama. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2015


Chung, Emily., dkk. Exploring Costumer Fanaticism: Extraordinary Devotion in the Consumption Context.Journal of Advance in Consumer Research, volume 35. 2008 Fanannie, Zainuddin. Telaah Sastra. Surakarta: Anggota IKAPI Jateng. 2001 Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. 2010 Herlambang, Boby. ”Hubungan Antara Kesepian (Loneliness) dengan Kecenderungan Fanatik terhadap Hewan pada Komunitas Pecinta Hewan”.Skripsi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya: 2018 J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010 Jarvis, Matt. Teori-teori Psikologi. Bandung: Nusa Media. 2015 Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010 Kosasih, E. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. 2014 Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2004 Minderop, Albertine. Metode Karakterikasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2013 -----.PsikologiSastra. Jakarta:YayasanPustakaObor Indonesia. 2016 Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Aruz Media. 2016 Nur Z.F., Zulfah. Teori Sastra. Tangeran Selatan: Universitas Terbuka. 2016 Nurgiyantoro, Burhan. Sastra Anak. Yogyakarta: UGM Press. 2013 -----.Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. 2013 Prawironegoro, Restoe. “Sastra Religius Ahmad Tohari”.Republika.26 Oktober 2003 Pujiharto. Pengantar Teori Fiksi. Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI). 2012 Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2015 Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1998


Rizky Gunanto,Aditya. Jurnal Visi Komunikasi. Representasi Fanatisme Supporter dalam Film Romeo dan Juliet. Publikasi Mercubuana. 2015 Rozak Zaidan, Abdul., dkk. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. 2007 Rumini, Mien. Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007 Sahid, Nur. ”Pesan Moral Islami Novel dan Cerpen Ahmad Tohari”. Suara Karya. edisi XXV No. 7661. 25 Februari 1996 Sentosa, Arief. “Bayi Prematur Ahmad Tohari”. Jawa Post.21 Februari 1993 Seregina, Koivisto, dan Mattila.Fanaticism its Development and Meanings in Costumers Lives. Journal of Aalto University School of Economics. 2011 Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. 2008 Stanton, Robert. Teori Fiksi. Terj. Dari An Introduction to Ficton oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007 Sudjiman, Panuti. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. 1988 Sugihastuti.Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007 Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. 2014 Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosda karya. 2015 Tohari, Ahmad. Lingkar Tanah Lingar Air. Jakarta: PT Gramedia. 2015 Wellek, Rene. dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. 1989 Wirawan Sarwono, Sarlito. Terorisme di Indonesia dalam Tinjauan Psikologi. Tangerang: PT Pustaka Alvabet. 2012 Wijaya, Yahya. Iman atau Fanatisme. Jakarta: Gunung Mulia. 2012 Wisnu W., Indra.“Ahmad Tohari: Punokawan Saja!”. Republika. Th. 3 No. 246. 17 September 1995


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/Semester : XII/Genap Materi Pokok : Novel Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit (2X pertemuan) A. Kompetensi Inti K3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, ceramahal, dan metakognitif berdasarkan rasaingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan ceramahal pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah K4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KOMPETENSI DASAR DAN IPK DARI KI 3 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.9.1 Menemukan isi (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dan kebahasaan (ungkapan, majas, peribahasa) novel C. Tujuan pembelajaran Setelah mengamati dan melakukan kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat mengamati berbagai fakta, menanya konsep, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Peserta didik diharapkan dapat: (1) Menemukan isi (unsur intrinsik dan ekstrinsik) novel; (2) Menemukan kebahasan (ungkapan, majas, peribahasa) novel.


D. Materi 1. Pengertian Novel 2. Unsur-unsur pembangun novel E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran 1. Pendekatan :CTL (Kontekstual) 2. Model Pembelajaran : Inquiry 3. Metode : diskusi kelompok, pengamatan, presentasi, tanya jawab, penugasan F. Media/Alat, dan Bahan Sumber Belajar 1. Media/Alat : Lembar Kerja, Papan Tulis/White Board, Laptop, Proyektor 2. Sumber Belajar : a. Buku Bahasa Indonesia (Wajib) Kelas X, Kementerian dan Kebudayaan Tahun 2014. b. Contoh novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari c. Internet d. Buku/ sumber lain yang relevan.


G. Kegiatan Pembelajaran Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Kegiatan Awal 1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan. (PPK) 2. Peserta didik memberikan kabar kepada guru bila ada salah satu siswa lain yang tidak hadir dalam kelas 3. Ketua kelas memimpin doa sebelum memulai pelajaran (PPK) 4. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya (tanya jawab). 5. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari 6. Peserta didik mendiskusikan informasi dengan proaktif tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 7. Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari, metode dan media, langkah pembelajaran dan penilaian pembelajaran 10 menit KegiatanInti Mengamati 1. Peserta didik membaca contoh novel Ahmad Tohari (Literasi) 2. Peserta didik mengidentifikasi novel bersamasama Menanya 1. Peserta didik bertanya jawab tentang informasi dan permasalahan dalam novel 2. Peserta didik memberi komentar tentang informasi dan permasalahan dalam novel 3. Peserta didik menanyakan mengenai maksud, tujuan, sebuah novel Menalar 1. Peserta didik duduk secara berkelompok (heterogen, 3-4 orang). (4C) 2. Peserta didik secara berdiskusi mengidentifikasi tentang informasi dan unsur-unsur yang terdapat 70 menit


ii Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu dalam novel karya Ahmad Tohari Mencoba 1. Peserta didik mencoba menentukan serta menganalisis informasi danunsur-unsur dalam novel Ahmad Tohari (HOTS) 2. Peserta didik mencoba menentukan unsur pembangun dan menemukan amanat serta maksud yang terkandung dalam novel karya Ahmad Tohari Mengomunikasikan/menyajikan 1. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil kerjanya.(4C) 2. Peserta didik yang lain memberikan komentar dan masukan atas penampilan temannya. Kegiatan Penutup Kegiatan guru bersama peserta didik 1. Membuat rangkuman/ simpulan pelajaran. 2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan Kegiatan guru 1. Melakukan penilaian. (HOTS) 2. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk banyak membaca atau menonton ceramah lainnya. 3. Menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya. 4. Menutup kegiatan belajar mengajar. 10 menit H. Penilaian 1. Teknik Penilaian: a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik/ Portofolio 2. Bentuk Penilaian: a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik b. Tes tertulis : uraian dan lembar kerja


iii c. Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi


d. Portofolio : pedoman penilaian portofolio 3. Remedial a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes. c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali. 4. Pengayaan Bagi Peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai berikut: a. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan b. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan. Ciputat, 14 Februari 2020 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran,


INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN 1. Kisi-Kisi Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Penilaian HOTS / LOTS Indikator Soal No 3.9.1 Menemukan isi (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dan kebahasaan (ungkapan, majas, peribahasa) novel Tes tertulis Uraian HOTS Tentukan unsurunsur pembangun pada novel karya Ahmad Tohari tersebut! Apa amanat atau pesan yang kamu dapatkan setelah membaca novel tersebut? Berikan tanggapanmu! Apakah isi atau maksud dari novelAhmad Tohari tersebut! 1 2 3 Soal-soal 1. Tentukan unsur-unsur pembangun pada novel karya Ahmad Tohari tersebut! 2. Apa amanat atau pesan yang kamu dapatkan setelah membaca novel karya Ahmad Tohari tersebut? Berikan tanggapanmu? 3. Apakah isi atau maksud dari novel karya Ahmad Tohari tersebut! Nilai = (Skor Perolehan/ Skor Maksimal) x 100


INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP Nama Sekolah : SMA Tahun pelajaran : 2019/2020 Kelas/Semester : XI / 1 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia– Wajib NO Hari/Tgl NAMA KEJADIAN/ PERILAKU BUTIR SIKAP TINDAK LANJUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dst


SINOPSIS Novel Lingkar Tanah Lingkar Air ini dimulai dengan konflik pascakemerdekaan yang bermula saat Amid, Kang Suyud, Jun, dan Kiram memutuskan untuk menjadi pengikut setia Kartosuwiyo yang merupakan pendiri organisasi Darul Islam. Organisasi ini dilarang oleh pemerintah karena membelot dari citacita Republik dan memiliki falsafah sendiri. Orang-orang yang bergabungdalam organisasi Darul Islam (DI) menyebut diri sebagai laskar Hizbullah. Keputusan DI untuk tidak melebur ke dalam tentara Republik yang resmi menjadikan DI tergencat dan menjadi musuh tentara Republik karena dianggap sebagai pembangkang. Makin hari keadaan semakin sulit dan tidak berpihak kepada Kang Suyud, Amid, dan kawan-kawannya sesama laskar Hizbullah. Ditambah merebaknya partai Komunis yang turut memusuhi dan sering mencatut nama DI dalam aksi kejahatannya. Mereka sadar sedang menjadi buronan oleh pemerintah, jadi mereka tidak bisa kembali ke kampungnya dan harus menetap di hutan jati Cigobang yang dijadikan tempat bersembunyi bertahun-tahun oleh para laskar Hidzbullah.Keadaan gundah dan tidak jelasnya perjuangan laskar Hidzbullah sangat dirasakan oleh anggotanya, mereka seperti berjuang untuk hal yang tidak mungkin mereka lawan, yakni tentara Republik. Banyak pasukan Hidzbullah yang pada akhirnya meletakkan senjata dan terbunuh oleh tentara, sebagian lagi memilih untuk pergi dan memulai kehidupan di tempat yang jauh. Namun sebagian kecilnya, termasuk Amid, Kiram, dan Jun tak bisa berbuat banyak selain tetap setia dengan DI. Suatu hari Kartosuwiryo tertangkap dan menyerukan agar anggota DI untuk menyerah dan meletakan senjata dan memberi jaminan anggota DI mendapat pengampunan. Laskar Hizbullah yang tersisa saat itu menyerahkan diri dan diampuni. Di akhir cerita, Amid dan Kiram yang sudah kembali dalam ke tengah masyarakat, tiba-tiba mendapat panggilan tentara Republik untuk bergabung dalam operasi pelumpuhan organisasi Komunis yang meresahkan. Maka betapa harunya Amid dan Kiram kini bisa berjuang bersama tentara Republik, meskipun Amid akhirnya gugur medan tempur.


1


2


3


4


5 Profil Penulis Dzikran Fahruzzaman lahir di Bogor, 14 Januari 1997. Ia adalah anak sulung dari pasangan Bapak Zuaini Muttaqien dan Ibu Yayah Yulifah. Mengawali pendidikan sekolah dasar tahun 2002 di SDN 05 Sawangan dan lulus 6 tahun kemudian. Lalu melanjutkan ke jenjang SMP, tepatnya di MTs Islamiyah Sawangan dan lulus tahun 2011. Setelah itu, meneruskan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 5 Depok, lulus tahun 2014. Kini ia sedang mengenyam perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selama di sekolah, ia cukup aktif dalam dunia organisasi dan pernah menjabat sebagai ketua Osis 2010 dan ketua Rohis 2013, serta menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan di kampusnya. Selain menjadi mahasiswa, ia juga menjadi tutor bahasa Indonesia di berbagai tempat bimbingan belajar di daerah Depok, Jakarta Selatan, dan Tangerang.


Click to View FlipBook Version