The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by hahahihistress496, 2022-06-09 02:01:20

E BOOK KEWARGANEGARAAN

E BOOK KEWARGANEGARAAN

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas pembuatan buku ini. Tak lupa juga mengucapkan salawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat
beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang lebih terang.
Tidak lupasaya ucapkan juga rasa terima kasih saya yang sebesar-besarnya kepada

1. Ibu Ajeng Radyati, S.H., M.H., selaku dosen pengampu mata kuliah terkait;
2. Orang tua yang selalu membeikan dukungan dan memfasilitasi
Adapun, buku yang berjudul “ Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi ”
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kewarganegaraan saya ini telah selesai saya buat
secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat bagi pembaca yang
membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan kewarganegaraan.
Saya sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari sempurna tentang
buku ini. Oleh sebab itu, saya mohon agar pembaca memberi kritik dan juga saran
terhadap karya buku ajar ini agar saya dapat terus meningkatkan kualitas buku.
Demikian buku ajar ini saya buat, dengan harapan agar pembaca dapat memahami
informasi dan juga mendapatkan wawasan mengenai pendidkan kewarganegaraan serta
dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam arti luas. Terima kasih.

Jakarta, 6 Juni 2022

Penulis

i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................................... ii
BAB I Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan....................................................... 1

A. Pendidikan Kewarganegaraan.......................................................................... 2
B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ............................................................. 3
C. Tujuan Umum Pendidikan Kewarganegaraan ................................................. 4

BAB II Identitas Nasional ......................................................................................... 7
A. Pengertian Identitas Nasional .......................................................................... 8
B. Alasan diperlukannya Identitas Nasional............................................................ 10
C. Sumber Historis, Sumber Sosiologis, Sumber Politik tentang Identitas Nasional
Indonesia ........................................................................................................ 11
D. Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional Indonesia
........................................................................................................................ 15
E. Esensi dan Urgensi Identitas Nasional........................................................... 17

BAB III Integrasi Nasional ..................................................................................... 19
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional...................................... 20
B. Menggali Sumber Historis Integrasi Nasional ............................................... 28
C. Tantangan Integrasi Nasional......................................................................... 33

BAB IV Negara dan Konstitusi .............................................................................. 38
A. Negara.......................................................................................................... 39
B. Konstitusi......................................................................................................43
C. Hubungan Negara dan Konstitusi.................................................................52

BAB V Hak dan Kewajiban Warga Negara.......................................................... 53
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara...........................................................................................................54
B. Mengapa Diperlukan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
Indonesia...................................................................................................... 55
C. Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Harmoni Kewajiban dan Hak Warga
Negara Indonesia ......................................................................................... 57
ii

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan
Hak Warga Negara .......................................................................................62

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan
Warga Negara .............................................................................................. 65

BAB VI Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 ............ 69
A. Konsep Demokrasi Bersumber Dari Pancasila............................................ 70
B. Alasan Diperlukannya Demokrasi yang Bersumber Dari Pancasila ........... 74
C. Urgensi Demokrasi Pancasila ...................................................................... 77

BAB VII Penegakan Hukum Negara Yang Berkeadilan ..................................... 83
A. Pengertian Penegakan Hukum ..................................................................... 84
B. Konsep dan Urgensi Penegakan Hukum yang Berkeadilan .........................84
C. Permasalahan Penegakan Hukum.................................................................88
D. Sumber Historis, Sosiologis, Politis, Tentang Penegakan Hukum Yang Berkeadilan
di Indonesia.................................................................................................. 91
E. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Penegakan Hukum Yang Berkeadilan
Indonesia...................................................................................................... 94

BAB VIII Geopolitik dan Geo Strategi Indonesia ................................................ 96
A. Konsep dan Urgensi Wawasan Nusantara ................................................... 97
B. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Wawasan Nusantara....... 99
C. Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara ......................................... 102
D. Esensi dan Urgensi Wawasan Nusantara................................................... 105

BAB IX Anti Korupsi ............................................................................................ 109
A. Mengetahui Apa Itu Anti Korupsi ..............................................................109
B. Menanamkan Sikap Anti Korupsi ..............................................................111
C. Teori Penyebab Korupsi .............................................................................116
D. Ciri-Ciri Korupsi.........................................................................................117
E. Setiap Tindak Korupsi Adalah Tindak Pengkhianatan Kepercayaan Jenis-Jenis
Korupsi .......................................................................................................117
F. Undang–Undang yang Mengatur tentang Tindak Korupsi.........................119
G. Upaya Pencegahan Tindak Korupsi............................................................119
iii

RANGKUMAN.......................................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................129

iv

1

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan merupakan sarana yang penting demi menanamkan sebuah ajaran maupun
norma-norma serta aturan-aturan demi keberlangsungan hidup dalam bermsyarakat.
Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur formal dan juga informal. Pendidikan merupakan
salah satu poin yang tercantum di dalam UUD 1945 bab Pendidikan dan Kebudayaan, yang
merupakan landasan yang digunakan untuk menjamin setiap warga negara memperoleh
pendidikan. Berikut beberapa pengertian pendidikan dalam sudut pandang para ahli.

Carter v.Good (1997), berpendapat bahwa pendidikan merupakan sebuah tahapan
perkembangan kemampuan setiap orang berupa sikap juga tingkah laku yang terjadi pada
masyarakatnya.

UU sisdiknas No.20 Bab 1 Pasal 1 tahun 2003, menyatakan jikalau pendidikan
merupakan sebuah tindakan yang secara sadar juga tertata demi menciptakan situasi serta
tahapan pembelajaran supaya peserta didik dapat aktif dalam meningkatkan potensi individu
demi mendapatkan kemampuan serta kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak yang terpuji mulia juga kecakapan yang diperlukan setap
individu, masyarakat, bangsa maupun Negara.

Godfrey Thomson (1977), mengungkapkan bahwa pendidikan ialah sebuah pengaruh
yang timbul didalam lingkungan atas individu yang menimbulkan suatu perubahan yang tetap
dalam setiap kebiasaan perilaku, pikiran maupun perasaannya.

Dengan berdasar pada sudut pandang para ahli , dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa pendidikan memiliki sebuah tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut ialah
menciptakan sebuah kemampuan pada diri seseorang demi meningkatkan kapabilitasnya
sehingga dengan hal tersebut menjadi bermanfaat baik demi kehidupannya, untuk diri
seseorang tersebut untuk masyarakat luas serta bangsa dan negara.

A. Pendidikan Kewarganegaraan

Pada hakikat pndidikan kewarganegaraan merupakan sebuah metode pendidikan yang
bersumber pada nilai nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa demi meningkatkan serta
melestarikan keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada budaya bangsa
yang ada sejak dahulu kala.

2

Dengan hal tersebut diharapkan dapat mencerminkan jati diri yang terwujud dalam
berbagai tingkah laku di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hakikat pendidikan
kewarganegaraan sebagai sebuah mata pelajaran ialah memiliki sebuah tujuan penting dalam
membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.

Baik dalam kemajemukan suku, agama, ras dan budaya serta bahasa demi
membangun karakter bangsa sebagai bangsa yang cerdas, cakap dan memiliki karakter yang
berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai filsafat bangsa.

B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan yang penting dalam memberi
pemahaman bahwa pentingnya pendidikan bagi manusia, terutama seorang warga negara
dalam memahami kedudukan warga negara dalam negara.

Beberapa ahli menuturkan tujuan-tujuan pendidikan kewarganegaraan, sebagaimana
berikut penjelasannya.

1. Branson

Branson (1999:7) berpendapat tujuan pedidikan kewarganegaraa (civic education)
ialah keikut sertaan yang memiliki tanggung jawab serta mutu yang berkualitas dalam
kehidupan masyarakat maupun politik baik secara lokal, negara bagian, dan nasional.

2. Djahiri

Djahiri (1994/1995:10) menyebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan memiliki
dua tujuan yang utama, yakni tujua secara umum juga khusus.Tujuan umum, pendidikan
kewarganegaraan memiliki tujuan untuk memberi dukungan supaya pencapaian Pendidikan
Nasional mencapai sebuh keberhsilan dan ajeg (tetap).Tujuan khusus, pendidikan
kewarganegaraan secara khusus bertujuan untuk membentuk moral yang diharapkan dapat
terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

3. Depdiknas

Menurut Depdiknas (2006:49), pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan sebagai
sebuah pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi, berikut diantaranya: Memiliki

3

pemikiran yang kritis dan kreatif serta rasional dalam menghadapi adanya isu
Kewarganegaraan.

Ikut serta dengan cerdas dan bijak juga bertanggung jawab, dalam bertindak secara
sadar dalam setiap kegiatan, baik dalam bermasyarakat dan berbangsa maupun bernegara.
Maju kearah yang lebih positif dan demokratis demi mewujudkan individu yang berdasar
pada nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di masyarakat supaya dapat hidup rukun
dan berdampingan sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI.

Memiliki hubungan yang baik dengan bangsa lain dan berpartisipasi dalam menjaga
ketertiban dunia secara langsung melalui teknologi informasi di era globalisasi saat ini.

4. Sapriya

Penidikan kewarganegaraan menurut Sapriya (2001) memiliki tujuan sebagai sebuah
keikutsertaan yang rasional dan tanggung jawab di dalam kehidupan berpolitik dari seorang
warga negara yang patuh terhadap nilai-nilai serta prinsip-prinsip demokrasi konstitusional
Indonesia yang mendasar. Keikutsertaan seorang tersebut perlu menguasai beberapa
pengetahuan serta kecakapan intelektual juga keterampilan untuk ikutserta. Keikutsertaan
tersebut kemudian akan ditingkatkan lagi dengan jalan mengembangkan disposisi atau
karaktristik tertentu.

C. Tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan

Secara umum pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk mendidik setiap
warga negara supaya menjadi warga negara yang baik, yang terlukis dalam sebuah tulisan
Somantri (2001:279) “warga negara yang patriotik, toleransi, setia kepada bangsa dan negara,
memiliki agama, demokratis, dan Pancasila sejati”.

Djahiri (1995:10) menyatakan sebuah pendapat bahwa dengan mempelajari
pendidikan kewarganegaraan seseorang tersebut diharapkan agar dapat:

Paham dan juga dapat menguasai secara rasional konsep dan norma Pancasila sebagai
filsafat, dasar sebuah ideologi juga pandangan hidup negara RI. Paham tentang konstitusi
UUD NKRI 1945 serta ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Mendalami dan
berkeyakinan terhadap tatanan dalam sebuah moral sperti dalam ketentuan yang berlaku.

4

Mengamalkan serta merefleksikan hal-hal tersebut sebagai cerminan dari tingkah laku dan
kehidupannya dengan penuh dengan keyakinan dan nalar.

Maftuh dan Sapriya (2005:30) menuturkan bahwa, tujuan negara dalam meingkatkan
Pendiddikan Kewarganegaraan adalah supaya setiap warga negara menjadi warga negara
yang baik (to be good citizens), yaitu.

Warga negara yang mempunyai kecerdasan (civics inteliegence) baik secara
intelektual, emosional dan sosial, serta secara spiritual;

a. Mempunyai kebanggaan serta bertanggung jawab (civics responsibility); dan
b. Mampu ikitserta di dalam kehidupan bermasyarakat.
Setelah mendalami secara lebih paham mengenai pemahaman dari tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan, maka dapat disimpulkan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki kecenderungan pada penanaman sebuah konsep Kenegaraan yang juga bersifat
implementatif didalam kehidupan sehari – hari. Harapan yang ingin dicapai ialah supaya
generasi penerus yang menjaga keutuhan dan persatuan bangsa.

Hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan kemampuan utuh
sarjana atau profesional.Seperti ketentuan yang telah diatur dalam UU RI nomor 12 tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pendidikan program sarjana diharapkan menjadi tenaga ahli profesional yang mampu
menciptakan lapangan kerja.

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia,
yang dimaksud warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan
yang berintikan demokrasi, memberikan pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyarakat, dan orang tua, dan diharapkan peserta didik menjadi manusia yang lebih baik
dan sesuai ketentuan Pancasila dan UUD RI 1945. PKn sebagai mata kuliah wajib karena
untuk membentuk jiwa nasionalis dan cinta tanah air.

Secara historis, pendidikan kewarganegaraan telah dimulai jauh sebelum Indonesia
diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo
(1908) disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan pada saat itu mulai tumbuh jiwa
nasionalisme.

5

Secara sosiologis, PKn dilakukan oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak
untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis, pendidikan kewarganegaraan
mulai dikenal pada kurikulum tahun 1957 isi mata pelajaran PKn membahas cara
pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak
membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan
yang terutama diarahkan untuk "nation and character building” bangsa Indonesia. Pada awal
pemerintahan Orde Baru, dalam kurikulum baru tercantum mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara yang berisi materi atau metode yang menghilangkan sifat indoktrinatif
dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru yang dikelompokkan menjadi
Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila,

Kurikulum pendidikan kewarganegaraan selalu berubah sebab mata kuliah PKn harus
selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan tantangan sikap serta perilaku warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

6

7

A. Pengertian Identitas Nasional

Identitas Nasional merupakan istilah yang terdiri dari dua kata yaitu identitas dan
nasional. Secara harfiah, identitas adalah ciri-ciri, jatidiri atau tanda yang melekat pada
seseorang atau sesuatu yang berguna untuk membedakannya dengan sesuatu yang lain.

Dengan demikian identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh
sesorang, pribadi dan dapat pula kelompok. Penanda pribadi misalkan diwujudkan dalam
beberapa bentuk identitas diri, misal dalam Kartu Tanda Penduduk, ID Card, Surat Ijin
Mengemudi, Kartu Pelajar, dan Kartu Mahasiswa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "nasional" berarti bersifat kebangsaan;
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.

Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan
arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Apabila bangsa Indonesia memiliki
identitas nasional maka bangsa lain akan dengan mudah mengenali dan mampu membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa lain.

Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki
suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya.

Bagi bangsa Indonesia, jati diri tersebut dapat tersimpul dalam ideologi dan konstitusi
negara, ialah Pancasila dan UUD RI 1945. Pertanyaannya, apakah Pancasila dan UUD RI
1945 telah terwujudkan dalam segenap pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia Indonesia?
Inilah yang menjadi pertanyaan besar dan seyogianya haruslah segera dijawab oleh seluruh
rakyat Indonesia dengan jawaban "ya". Seluruh rakyat Indonesia telah melaksanakan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam setiap kehidupan sehari-hari, kapan saja dan di mana
saja, sebagai identitas nasionalnya.

Konsep identitas nasional dalam arti jati diri bangsa dapat ditelusuri dalam buku karya
Kaelan (2002) yang berjudul Filsafat Pancasila. Menurut Kaelan (2002) jati diri bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri

8

masyarakat Indonesia. Ada sejumlah ciri yang menjadi corak dan watak bangsa yakni sifat
religius, sikap menghormati bangsa dan manusia lain, persatuan, gotong royong dan
musyawarah, serta ide tentang keadilan sosial. Nilai nilai dasar itu dirumuskan sebagai nilai-
nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati diri bangsa sekaligus identitas
nasional.

Berdasar uraian-uraian di atas, perlu kiranya dipahami bahwa Pancasila merupakan
identitas nasional Indonesia yang unik. Pancasila bukan hanya identitas dalam arti fisik atau
simbol, layaknya bendera dan lambang lainnya. Pancasila adalah identitas secara non fisik
atau lebih tepat dikatakan bahwa Pancasila adalah jati diri bangsa (Kaelan, 2002).

1. Faktor Pembentuk Identitas Nasional

a. Primordialisme
Primordialisme pada dasarnya adalah kecintaan pada suatu golongan yang sama,

sehingga cenderung menyebabkan pengelompokan individu-individu dengan karakteristik
serupa. Faktor-faktor primordial ini meliputi ikatan kekerabatan, kesamaan suku bangsa,
daerah asal, bahasa, dan adat istiadat.

b. Agama
Unsur keagamaan memiliki peranan penting dalam menciptakan identitas suatu

komunitas. Sebab agama merupakan ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang
bersangkutan dan dipraktikkan secara individu maupun kolektif.

c. Pemimpin Bangsa
Kepemimpinan dari para tokoh yang dihormati oleh masyarakat dapat menjadi faktor

yang menyatukan bangsa. Apalagi jika pemimpin tersebut dianggap sebagai penyambung
lidah rakyat dan simbol persatuan.

Contoh pemimpin bangsa yang dapat menyatukan negara adalah Ir Soekarno, sang
proklamator sekaligus pencetus Pancasila. Di India ada Mahatma Gandhi yang
mengampanyekan perdamaian dan penghentian kolonialisme. Ada pula Martin Luther King
yang mencetuskan penghentian diskriminasi ras.

d. Sejarah Bangsa

9

Apa yang telah dialami oleh suatu bangsa akan mempengaruhi pola pikir masyarakat.
Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita karena
penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas, tetapi juga tekad dan tujuan yang sama di
antara masyarakat.

B. Alasan Diperlukannya Identitas Nasional

Pertanyaan yang diajukan bukanlah terhadap hakikat dan kebenaran dari Pancasila
melainkan sejauh mana Pancasila tersebut telah dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh
seluruh rakyat Indonesia sehingga manusia Indonesia yang berkepribadian Pancasila tersebut
memiliki pembeda bila dibandingkan dengan bangsa lain. Pembeda yang dimaksud adalah
kekhasan positif, yakni ciri bangsa yang beradab, unggul, dan terpuji, bukanlah sebaliknya
yakni kekhasan yang negatif, bangsa yang tidak beradab, bangsa yang miskin, terbelakang,
dan tidak terpuji.

Identitas nasional merupakan hal yang dinamis dan sangat dibutuhkan dengan
beberapa alasan tertentu. Alasan terbesar yang pertama adalah keberagaman suku bangsa,
karena kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat beragam dengan banyak
suku bangsa didalamnya. Setiap suku bangsa memiliki bahasa, agama, dan kebudayan
mereka masing-masing. Identitas nasional kemudian hadir untuk mempersatukan
keberagaman masyarakat tersebut. Identitas nasional juga menjadi salah satu ciri khas sebuah
negara. Dari ciri khas tersebut, Indonesia dapat mudah dikenali oleh negara-negara lain yang
ada di dunia.

Tantangan zaman dan persaingan dunia Internasional dibutuhkan identitas nasional
untuk mengahadapi tantangan zaman yang semakin dinamis dengan persaingan dunia
Internasional yang semakin ketat. Negara yang tidak kuat dengan tantangan zaman, maka
negara tersebut terombang- ambing serta kesulitan dalam menggapai suatu cita-cita bersama.
Sebagai warga negara Indonesia, kita membutuhkan suatu identitas yang jelas.

10

1. Ciri-Ciri Negara Yang Memiliki Identitas Nasional
Terdapat pola perilaku masyarakat yang menyangkut adat istiadat dan dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, pola perilaku tersebut sudah mengakar dan
terinternalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Terdapat lambang-lambang yang secara simbolik mendeskripsikan visi, tujuan, dan
fungsi dari didirikannya suatu negara. Hal ini merupakan unsur-unsur yang dapat
membedakan suatu negara dengan negara lainnya

Terdapat kelengkapan pelayanan publik yang dimiliki oleh suatu negara guna
melayani kebutuhan masyarakatnya. Contohnya adalah tempat ibadah, infrastruktur dasar,
teknologi, transportasi, pendidikan, komunikasi, dan sebagainya

Terdapat tujuan bersama yang ingin dicapai oleh suatu bangsa. Hal ini umumnya
tercermin dari ideologi negara, dasar negara, serta konstitusinya. Untuk hal ini, Indonesia
sendiri memiliki Pancasila dan UUD 1945.

C. Sumber Historis, Sumber Sosiologis, Sumber Politik Tentang
Identitas Nasional Indonesia

Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia ditandai
ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh asing
pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa). Rakyat
Indonesia mulai sadar akan jati diri sebagai manusia yang tidak wajar karena dalam kondisi
terjajah. Pada saat itu muncullah kesadaran untuk bangkit membentuk sebuah bangsa.

Kesadaran ini muncul karena pengaruh dari hasil pendidikan yang diterima sebagai
dampak dari politik etis (Etiche Politiek).

Dengan kata lain, unsur pendidikan sangatlah penting bagi pembentukan kebudayaan
dan kesadaran akan kebangsaan sebagai identitas nasional. Pembentukan identitas nasional
melalui pengembangan kebudayaan Indonesia telah dilakukan jauh sebelum kemerdekaan.
Menurut Nunus Supardi (2007) kongres kebudayaan di Indonesia pernah dilakukan sejak
1918 yang diperkirakan sebagai pengaruh dari Kongres Budi Utomo 1908 yang dipelopori
oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. Kongres ini telah memberikan semangat bagi bangsa

11

untuk sadar dan bangkit sebagai bangsa untuk menemukan jati diri. Kongres Kebudayaan I
diselenggarakan di Solo tanggal 5-7 Juli 1918 yang terbatas pada pengembangan budaya
Jawa. Namun dampaknya telah meluas sampai pada kebudayaan Sunda, Madura, dan Bali.
Kongres bahasa Sunda diselenggarakan di Bandung tahun 1924. Kongres bahasa Indonesia I
diselenggarakan tahun 1938 di Solo. Peristiwa-peristiwa yang terkait dengan kebudayaan dan
kebahasaan melalui kongres telah memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan jati
diri dan/atau identitas nasional.

Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,
komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang
menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan.
Identitas nasional pasca kemerdekaan dilakukan secara terencana oleh Pemerintah dan
organisasi kemasyarakatan melalui berbagai kegiatan seperti upacara kenegaraan dan proses
pendidikan dalam lembaga pendidikan formal atau non formal. Dalam kegiatan tersebut
terjadi interaksi antaretnis, antarbudaya, antarbahasa, antargolongan yang terus menerus dan
akhirnya menyatu berafiliasi dan memperkokoh NKRI. Apabila negara diibaratkan sebagai
individu manusia, maka secara sosiologis, individu manusia Indonesia akan dengan mudah
dikenali dari atribut yang melekat dalam dirinya. Atribut ini berbeda dari atribut individu
manusia yang berasal dari bangsa lain. Perbedaan antarindividu manusia dapat diidentifikasi
dari aspek fisik dan psikis.

Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi
penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi: bendera negara Sang Merah
Putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara Garuda
Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bentuk-bentuk identitas nasional ini telah
diatur dalam peraturan perundangan baik dalam UUD maupun dalam peraturan yang lebih
khusus.

Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia pernah dikemukakan pula oleh Winarno
(2013) sebagai berikut: (1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia;
(2) Bendera negara adalah Sang Merah Putih; (3) Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya;
(4) Lambang negara adalah Garuda Pancasila; (5) Semboyan negara adalah Bhinneka
Tunggal Ika; (6) Dasar falsafah negara adalah Pancasila; (7) Konstitusi (Hukum Dasar)
Negara adalah UUD NRI 1945; (8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; (9)

12

Konsepsi Wawasan Nusantara; dan (10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai
kebudayaan nasional.

Semua bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu disosialisasikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.

1. Bentuk-bentuk Identitas Nasional Indonesia
a. Bendera negara Sang Merah Putih

Ketentuan tentang Bendera Negara diatur dalam UU No.24 Tahun 2009 mulai Pasal 4
sampai Pasal 24.

Bendera warna merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945
namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda Tahun 1928. Bendera Negara yang
dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih.
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih saat ini disimpan dan dipelihara di Monumen
Nasional Jakarta.

b. Bahasa Negara Bahasa Indonesia
Ketentuan tentang Bahasa Negara diatur dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2009

mulai Pasal 25 sampai Pasal 45.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara merupakan hasil kesepakatan para pendiri
NKRI. Bahasa Indonesia berasal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai
bahasa pergaulan (lingua franca) dan kemudian diangkat dan diikrarkan sebagai bahasa
persatuan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa Indonesia sepakat
bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus sebagai jati diri dan identitas
nasional Indonesia.

c. Lambang Negara Garuda Pancasila
Ketentuan tentang Lambang Negara diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun

2009 mulai Pasal 46 sampai Pasal 57.

Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambang negara. Di tengah-
tengah perisai burung Garuda terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan

13

khatulistiwa. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar Pancasila
sebagai berikut:

a. dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian
tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima;

b. dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai
bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai

c. dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri
atas perisai;

d. dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian
kanan atas perisai;

e. dan dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan
dengan kapas dan padi di bagian kanan atas perisai.

Dengan demikian, lambang negara Garuda Pancasila mengandung makna simbol sila-
sila Pancasila.

d. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Ketentuan tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam UU No. 24 Tahun

2009 mulai Pasal 58 sampai Pasal 64.

Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada Kongres
Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Lagu Indonesia Raya selanjutnya menjadi lagu
kebangsaan yang diperdengarkan pada setiap upacara kenegaraan.

e. Semboyan Negara Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semboyan ini

dirumuskan oleh para the founding fathers mengacu pada kondisi masyarakat Indonesia yang
sangat pluralis yang dinamakan oleh Herbert Feith (1960), seorang Indonesianist yang
menyatakan bahwa Indonesia sebagai mozaic society. Seperti halnya sebuah lukisan mozaic
yang beraneka warna namun karena tersusun dengan baik maka keanekaragaman tersebut
dapat membentuk keindahan sehingga dapat dinikmati oleh siapa pun yang melihatnya.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna juga bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang heterogen, tak ada negara atau bangsa lain yang menyamai Indonesia dengan
keanekaragamannya, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yang satu yaitu
bangsa Indonesia .

14

f. Dasar Falsafah Negara Pancasila
Pancasila memiliki sebutan atau fungsi dan kedudukan dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, ideologi nasional, falsafah negara,
pandangan hidup bangsa, way of life, dan banyak lagi fungsi Pancasila. Rakyat Indonesia
menganggap bahwa Pancasila sangat penting karena keberadaannya dapat menjadi perekat
bangsa, pemersatu bangsa, dan tentunya menjadi identitas nasional.

Mengapa Pancasila dikatakan sebagai identitas nasional yang unik sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya? Pancasila hanya ada di Indonesia. Pancasila telah menjadi kekhasan
Indonesia, artinya Pancasila menjadi penciri bangsa Indonesia. Siapa pun orang Indonesia
atau yang mengaku sebagai warga negara Indonesia, maka ia harus punya pemahaman,
bersikap, dan berperilaku sesuai dengan Pancasila.

Dengan kata lain, Pancasila sebagai identitas nasional memiliki makna bahwa seluruh
rakyat Indonesia sejatinya menjadikan Pancasila sebagai landasan berpikir, bersikap, dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Cara berpikir, bersikap, dan berperilaku bangsa
Indonesia tersebut menjadi pembeda dari cara berpikir, bersikap, dan berperilaku bangsa lain.

Seperti pada uraian sebelumnya, Pancasila sebagai identitas nasional tidak hanya
berciri fisik sebagai simbol atau lambang, tetapi merupakan identitas non fisik atau sebagai
jati diri bangsa. Pancasila sebagai jati diri bangsa bermakna nilai-nilai yang dijalankan
manusia Indonesia akan mewujud sebagai kepribadian, identitas, dan keunikan bangsa
Indonesia

D. Membangun Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Identitas
Nasional Indonesia

Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara
(contoh: rendahnya semangat gotong royong, kepatuhan hukum, kepatuhan membayar pajak,
kesantunan, kepedulian, dan lain lain)

Nilai-nilai Pancasila belum menjadi acuan sikap dan perilaku sehari-hari (perilaku
jalan pintas, tindakan serba instan, menyontek, plagiat, tidak disiplin, tidak jujur, malas,
kebiasaan merokok di tempat umum, buang sampah sembarangan, dan lain-lain)

15

Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar (lebih menghargai dan
mencintai bangsa asing, lebih mengagungkan prestasi bangsa lain dan tidak bangga dengan
prestasi bangsa sendiri, lebih bangga menggunakan produk asing daripada produk bangsa
sendiri, dan lain-lain)

Lebih bangga menggunakan bendera asing dari pada bendera merah putih, lebih
bangga menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa Indonesia.Menyukai
simbol-simbol asing daripada lambang/simbol bangsa sendiri, dan lebih mengapresiasi dan
senang menyanyikan lagu-lagu asing daripada mengapresiasi lagu nasional dan lagu daerah
sendiri.

Disadari bahwa rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran warga negara
dalam bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara khususnya pada era reformasi bangsa Indonesia bagaikan berada
dalam tahap disintegrasi karena tidak ada nilai-nilai yang menjadi pegangan bersama.
Padahal bangsa Indonesia telah memiliki nilai nilai luhur yang dapat dijadikan pegangan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yakni Pancasila. Warisan agung
yang tak ternilai harganya dari para the founding fathers adalah Pancasila.

Apabila orang lebih menghargai dan mencintai bangsa asing, tentu perlu dikaji
aspek/bidang apa yang dicintai tersebut. Bangsa Indonesia perlu ada upaya yakni membuat
strategi agar apa yang dicintai tersebut beralih kepada bangsa sendiri. Demikian pula, apabila
orang Indonesia lebih mengagungkan prestasi bangsa lain dan tidak bangga dengan prestasi
bangsa sendiri, sebenarnya sesuatu yang aneh. Hal ini perlu ada upaya dari generasi baru
bangsa Indonesia untuk mendorong agar bangsa Indonesia membuat prestasi yang tidak dapat
dibuat oleh bangsa asing. Demikian pula, apabila orang Indonesia lebih bangga menggunakan
produk asing daripada produk bangsa sendiri, hendaknya bangsa Indonesia mampu
mendorong semangat berkompetisi. Intinya, bangsa Indonesia perlu didorong agar menjadi
bangsa yang beretos kerja tinggi, rajin, tekun, ulet, tidak malas, serta menjunjung tinggi nilai
kejujuran. Semua nilai-nilai tersebut telah tercakup dalam Pancasila sehingga pada akhirnya
semua permasalahan akan terjawab apabila bangsa Indonesia mampu dan berkomitmen untuk
mengamalkan Pancasila.

Pada hakikatnya, semua unsur formal identitas nasional, baik yang langsung maupun
secara tidak langsung diterapkan, perlu dipahami, diamalkan, dan diperlakukan sesuai dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku. Permasalahannya terletak pada sejauh mana warga

16

negara Indonesia memahami dan menyadari dirinya sebagai warga negara yang baik yang
beridentitas sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, warga negara yang baik akan
berupaya belajar secara berkelanjutan agar menjadi warga negara bukan hanya baik tetapi
cerdas (to be smart and good citizen).

E. Esensi Dan Urgensi Identitas Nasional

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, bahwa sebuah negara dapat diibaratkan
seorang individu manusia. Salah satu tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah agar
manusia saling mengenal. Agar individu manusia dapat mengenal atau dikenali oleh individu
manusia lainnya, manusia perlu memiliki ciri atau kata lainnya adalah identitas. Identitas
individu manusia dapat dikenali dari aspek fisik dan aspek psikis. Aspek fisik dapat berupa
jenis kelamin, bentuk fisik, nama, asal etnis, asal daerah, dan sebagainya. Aspek psikis dapat
berupa watak baik seperti jujur, rajin, toleran, dermawan, dan sebagainya; atau watak tidak
baik, seperti pendendam, sadis, malas, suka berbohong, dan sebagainya. Namun, secara
naluriah atau umumnya manusia memiliki kebutuhan yang sama, yakni kebutuhan yang
bersifat fisik atau jasmaniah, seperti kebutuhan makan dan minum untuk kelangsungan hidup
dan kebutuhan psikis (rohaniah), seperti kebutuhan akan penghargaan, penghormatan,
pengakuan, dan lain-lain. Apabila disimpulkan, individu manusia perlu dikenali dan
mengenali orang lain adalah untuk memenuhi dan menjaga kebutuhan hidupnya agar
kehidupannya dapat berlangsung hingga akhirnya dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa
atau meninggal dunia. Demikianlah, pentingnya identitas diri sebagai individu manusia.

Identitas nasional itu penting bagi sebuah negara-bangsa karena:

Pertama, agar bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa lain. Apabila kita sudah dikenal
oleh bangsa lain maka kita dapat melanjutkan perjuangan untuk mampu eksis sebagai bangsa
sesuai dengan fitrahnya.

Kedua, identitas nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting bagi
kelangsungan hidup negara- bangsa tersebut. Tidak mungkin negara dapat hidup sendiri
sehingga dapat eksis. Setiap negara seperti halnya individu manusia tidak dapat hidup
menyendiri. Setiap negara memiliki keterbatasan sehingga perlu bantuan/pertolongan
negara/bangsa lain.

17

Demikian pula bagi Indonesia, kita perlu memiliki identitas agar dikenal oleh bangsa
lain untuk saling memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, identitas nasional sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan nasional negara-bangsa Indonesia. Negara
Indonesia berhasil melepaskan diri dari kekuasaan asing, lalu menyatakan kemerdekaannya.

Ketiga, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia.
Dengan saling mengenal identitas, maka akan tumbuh rasa saling hormat, saling pengertian
(mutual understanding), tidak ada stratifikasi dalam kedudukan antarnegara-bangsa. Dalam
berhubungan antarnegara tercipta hubungan yang sederajat/sejajar, karena masing- masing
mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan negara lain.

Istilah ini dalam hukum internasional dikenal dengan asas “Par imparem non habet
imperium”. Artinya negara berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap negara
berdaulat lainnya.

18

19

A. Menelusuri konsep dan urgensi integrasi nasional

1. Definisi Integrasi
Integrasi nasional adalah penyatuan atau asimilasi bangsa- bangsa sehingga menjadi

satu kesatuan yang utuh. Pengertian integrasi nasional bermacam- macam. Menurut Kamus
Besar Bangsa Indonesia (KBBI), integrasi berarti berasimilasi sampai menjadi satu kesatuan
yang utuh dan utuh.

Dalam pengertian politik, integrasi nasional adalah integrasi berbagai kelompok sosial
dan budaya ke dalam kesatuan wilayah nasional yang mengembangkan identitas nasional.
Menurut para ahli, pengertian Integrasi Nasional adalah Upaya menyatukan suatu bangsa
dengan pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar) . Dan menurut Djuliati Suroyo ,
pengertian integrasi nasional adalah bersatunya suatu bangsa yang menepati wilayah tertentu
dalam sebuah negara yang berdaulat.

Berdasarkan uraian diatas dapat , dapat kita pahami bahwa secara terminologi, istilah
integrasi nasional memiliki keragaman pengertian , sesuai dengan sudut pandang para ahli.
Jadi pada dasarnya, integrasi nasional merupakan konsep penting yang perlu dipahami oleh
semua warga negara. Dalam hal integrasi nasional, antara lain ada syarat-syarat, formasi-
formasi dan hambatan-hambatannya.

2. Syarat Integrasi Nasional
Dalam praktik dan pencapaiannya di lapangan, integritas nasional memerlukan

beberapa syarat untuk mencapainya karena sebuah integritas tidak akan dimiliki tanpa upaya
apapun, termasuk dalam berbangsa dan bernegara. Di bawah ini adalah tiga syarat utama
untuk mencapai proses integrasi nasional di Indonesia yang perlu Grameds ketahui:

a. Adanya Kesadaran Massa
Syarat utama untuk membangun integritas dan persatuan nasional adalah kesadaran

seluruh masyarakat bahwa hubungan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Integrasi nasional hanya dapat dicapai dengan kontribusi seluruh elemen masyarakat.

20

b. Kesepakatan Tentang Aturan dan Pedoman
Syarat- syarat berikutnya adalah terciptanya kesepakatan masyarakat tentang norma

dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman. Semua masyarakat harus
menyetujui aturan hidup yang telah ditetapkan.

c. Adanya Nilai Dan Norma Yang Berlaku
Integrasi nasional juga dapat dicapai melalui adanya norma dan nilai sosial yang

dijadikan aturan baku dalam melaksanakan proses integrasi sosial. Nilai dan norma tersebut
penting sebagai aturan yang berlaku dalam masyarakat.

3. Jenis-jenis integrasi nasional
Terdapat beberap jenis yang sering disampaikan. Perbedaan jenis ini hanya untuk

menurunkan beragam bentuknya. Nantinya kita bisa membangun integrasi ini secara lebih
konkret. Beberapa jenis yang dimaksud diantaranya sebagai berikut :

a. Integrasi bangsa
Yaitu proses penyatuan sosial dan budaya yang merepresentasikan identitas nasional.
Sebagai contoh, batik adalah budaya yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Kamu bisa
saja di lahirkan di kampung yang tidak kenal batik atau tak punya tradisi membatik. Tetapi
selama kamu lahir dan menjadi warga Indonesia, batik bisa menjadi bagian dari identitasmu
sebagai warga negara.

b. Integrasi wilayah
Yaitu proses penyatuan territorial atau geografis dengan batas-batas yang konkret dan
spesifik. Misalnya, wilayah perairan Natuna yang masuk wilayah Indonesia dan mendapat
pengakuan dari PBB. Maka, terjadi integrasi wilayah Natuna dan Indonesia.

c. Integrasi nilai
Yaitu proses pencapaian konsensus atau kesepakatan bersama di masyarakat tentang
mana yang baik dan yang buruk baik melalui musyawarah atau terbentuk sendiri oleh sejarah.
Misalnya, anak muda yang lama tinggal di Eropa, datang ke Indonesia untuk menetap. Ia tak
pernah menunduk jika jalan di depan orang tua. Tetapi kemudian ia menunduk setelah sadar
di kampung barunya di Indonesia, menunduk itu adalah suatu kebaikan. Ia mengintegrasikan
dirinya dengan nilai yang sudah disepakati masyarakat di tempat tinggalnya.

21

d. Integrasi elit-massa
Yaitu, penyatuan kesepahaman kepentingan antara pemerintah dan rakyat. Misalnya
aspirasi politik masyarakat untuk menurunkan harga minyak misalnya, menuntut upaya
pemerintah untuk mengakomodirnya sehingga tercipta integrasi kepentingan pemerintah-
rakyat.

e. Integrasi tingkah laku
Yaitu perlaku sosial yang dilakukan dengan pertimbangan agar diterima oleh
masyarakat. Misalnya, kita hidup di negara yang warganya nggak bisa ngantri. Tiba-tiba kita
datang ke negara yang orangnya bisa ngantri. Kita jadi ikut ngantri dengan rapi dan tidak
menyela. Tingkah laku kita adalah bentuk integrasi tingkah laku. Sopir angkot ugal-ugalan di
Bandung, ketika nyupir di Australia jadi patuh lalu lintas. Itu juga contoh integrasi tingkah
laku.

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Integrasi Nasional
Di dalam Integrasi Nasional terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya, faktor-

faktor tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Pendorong Integrasi Nasional
faktor pendorong merupakan faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu proses atau

tindakan tertentu yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok. Dalam mewujudkan
integrasi nasional, terdapat beberapa faktor yang mendorong terwujudnya integrasi nasional
di Indonesia. Adapun faktor pendorong tersebut diantaranya:

1) Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan
Faktor-faktor sejarah Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu,

terutama zaman dimana Indonesia dijajah oleh bangsa lain selama bertahun-tahun.
Perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk memperoleh kemerdekaan
bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main. Rasa senasib seperjuangan di masa lalu yang
kebawa sampai masa sekarang menjadi salah satu faktor pendorong untuk mewujudkan
integrasi nasional.

2) Adanya ideologi nasional
Ideologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai ideologi nasional,

Pancasila tidak dapat digantikan oleh ideologi manapun. Pemaknaan ideologi nasional yaitu
Pancasila dilakukan melalui implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

22

untuk mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Melalui pemaknaan ideologi nasional
yaitu Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional akan lebih mudah untuk
diwujudkan.

Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu Perbedaan dan
kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan faktor penyebab
konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Justru perbedaan inilah yang membuat
masyarakat Indonesia mempunyai keinginan untuk mempersatukan perbedaan di dalam satu
kesatuan bangsa yang utuh. Baik di dalam masyarakat tradisonal dan modern, keinginan
untuk mempersatukan perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari

3) Adanya ancaman dari luar
Walupun Indonesia sudah merdeka selama 76 tahun, bukan tidak mungkin ancaman

dari luar itu masuk ke Indonesia. Ancaman-ancaman dari luar di era globalisasi sekarang ini
tidak dapat diartikan sebagai ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan
Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam kaitannya dengan
bahaya globalisasi dan modernisasi, integrasi nasional perlu diwujudkan di setiap lapisan
masyarakat yang ada tinggal di wilayah Indonesia.

5. Faktor Penghambat Integrasi Nasional
Faktor penghambat sendiri merupakan suatu penghalang untuk melakukan tindakan

secara individu maupun kelompok. Beberapa faktor penghambat terwujudnya integrasi
nasional diantaranya:

a. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan
Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah suku dan kebudayaan terbanyak di

dunia. tapi sayangnya, ada beberapa pandangan masyarakat terhadap pemerintah tentang
keberagaman ini. Ada beberapa kemajemukan yang terdapat di dalam masyarakat yang
kurang diperhatikan oleh pemerintah terutama yang berkaitan dengan kebudayaan setempat.

b. Kurangnya toleransi antar sesama golongan.
Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan kemajemukan yang ada di masyakat

menjadi salah satu penyebab konflik sosial. Dampak dari konflik sosial yang terjadi di dalam
masyarakat terutama dalam hal yang berkaitan dengan toleransi akan mengurangi rasa
persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, minimnya toleransi terhadap perbedaan yang

23

terjadi secara berulang-ulang yang akan membuat bangsa hancur akan sendirinya sehingga
integrasi nasional tidak akan pernah terwujud.

c. Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia
Kurangnya kesadaran diri dalam diri masyarakat untuk menjaga persatuan dan

kesatuan juga menjadi salah satu faktor yang mengambat terwujudnya integrasi nasional. Di
era globalisasi, masyarakat menjadi lebih individualistis dan cenderung tidak memperdulikan
kondisi dan situasi yang ada di sekitarnya. Jika tidak dicegah, rasa kesadaran diri yang
berkurang sebagai dampak globalisasi akan makin mempersulit terwujudnya integrasi
nasional. Oleh sebab itu, diperlukan karakter bangsa di era globalisasi untuk meningkatkan
kesadaran diri masyarakat untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan demi terwujudnya
integrasi nasional bangsa.

Adanya sikap ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan
pembangunan Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagian wewenang dan
tanggungjawab

pemerintah pusat telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Dengan begitu akan
semakin nampak ketimpangan baik sosial maupun ekonomi antar daerah. Untuk
menyeimbangkan ketimpangan tersebut diperlukan kesadaran diri akan rasa keadilan sosial
yang merata di berbagai daerah di Indonesia.

6. Pentingnya Integrasi Nasional
Pentingnya integrasi nasional tentu dapat dipahami karena membantu menstabilkan

demokrasi,meningkatkan pertumbuhan ekonomi,membangun bangsa dan memberikan semua
hak dan kewajiban penting kepada rakyat. Integrasi nasional merupakan salah satu cara untuk
menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia. Integrasi itu sendiri dapat
dikatakan sebagai suatu langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah
menjadi suatu keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia, misalnya menyatukan berbagai
macam suku dan budaya yang ada serta menyatukan berbagai macam agama yang ada di
Indonesia.

Munculnya rasa ini dilatar belakangi oleh adanya kesamaan nasib,kebutuhan,kondisi
dan cita- cita dari beberapa manusia. Perasaan yang sama menjadikan mereka tidak mudah
untuk diadu domba dan terpecah belah,tetapi memunculkan semangat persatuan dan kesatuan
serta semangat untuk berbuat demi kepentingan bersama. Oleh karena itu membangun

24

integrasi nasional itu sangat penting pada kehidupan bernegara dan juga mewujudkan cita-
cita, dan tujuan negara bahkan memelihara rasa kebersamaan.

Menurut Myron Weiner dalam Surbakti (2010) dalam negara merdeka, faktor
pemerintah yang berkeabsahan (legitimate) merupakan hal penting bagi pembentukan negara-
bangsa. Hal ini dapat disebabkan tujuan negara hanya akan dapat dicapai apabila terdapat
suatu pemerintah yang mampu menggerakan dan mengarahkan seluruh potensi masyarakat
agar mau bersatu dan bekerja bersama. Kemampuan ini tidak hanya dapat dijalankan melalui
kewenangan menggunakan kekuasaan fisik yang sah tetapi juga persetujuan dan dukungan
rakyatnya terhadap pemerintah itu. Jadi,diperlukan hubungan yang ideal antara pemerintah
dengan rakyatnya sesuai dengan sistem nilai dan politik yang disepakati. Hal demikian
memerlukan integrasi politik.

Negara-negara baru,seperti halnya Indonesia setelah tahun 1945,membangun integrasi
juga menjadi tugas penting. Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal ini. Pertama, pemerintah
kolonial Belanda tidak pernah memikirkan tentang perlunya membangun kesetiaan nasional
dan semangat kebangsaan pada rakyat Indonesia. Penjajah lebih mengutamakan membangun
kesetiaan kepada penjajah itu sendiri dan guna kepentingan integrasi pribadi kolonial.
Jadi,setelah merdeka, kita perlu menumbuhkan kesetiaan nasional melalui pembangunan
integrasi bangsa. Kedua, bagi negara-negara baru , tuntutan integrasi ini menjadi masalah
pelik bukan saja karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya, tetapi juga latar belakang
bangsa yang bersangkutan. Negara-bangsa (nation state) merupakan negara yang ada di
dalamnya terdiri dari banyak bangsa (suku) yang selanjutnya bersepakat bersatu dalam
sebuah bangsa yang besar. Suku-suku itu memiliki pertalian primordial yang merupakan
unsur negara dan telah menjelma menjadi kesatuan etnik yang selanjutnya menuntut
pengakuan dan perhatian pada tingkat kenegaraan. Ikatan dan kesetiaan etnik adalah sesuatu
yang alami,bersifat primer. Adapun kesetiaan nasional bersifat sekunder.

Ditinjau dari keragaman etnik dan ikatan primordial inilah pembangunan integrasi
bangsa menjadi semakin penting . Ironisnya bahwa pembangunan integrasi nasional selalu
menghadapi situasi dilematis seperti terurai di depan. Setiap penciptaan negara yang
berdaulat dan kuat juga akan semakin membangkitkan sentimen primordial yang dapat
berbentuk gerakan separatis, rasialis atau gerakan keagamaan. Kekakcauan dan disintegrasi
bangsa yang dialami pada masa -masa awal bernegara misalnya yang terjadi di India dan
Srilanka bisa dikatakan bukan semata akibat politik “pecah belah” kolonial namun akibat

25

perebutan dominasi kelompok-kelompok primordial untuk memerintah negara. Hal ini
menunjukan bahwa setelah lepas dari kolonial, mereka berlomba saling mendapatkan
dominasinya dalam pemerintahan negara. Mereka berebut agar identitasnya diangkat dan
disepakati sebagai identitas nasional. Integrasi diperlukan guna menciptakan kesetiaan baru
terhadap identitas baru yang diciptakan (identitas nasional), misal bahasa nasional, simbol
negara, semboyan nasional,ideologi nasional, dan sebagainya.

Maka dari itu Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau
dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat
penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat
menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.

Indonesia sangat dikenal dengan keanekaragaman suku,budaya, dan agama. Oleh
sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia lebih memilih untuk suatu
yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat
Indonesia belum sadar akan pengaruh globalisasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat
Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas wewenang
sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar
suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain sebagainnya. Konflik tersebutlah yang
membuat integrasi nasional susah diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar
Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboyan Bhineka Tunggal
Ika.

Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia,perbedaan-perbedaaan yang ada tetap
harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya.
Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat
Indonesia harus memiliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang
berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.

7. Integrasi vs disintegrasi
Jika ada Integrasi maka ada pula disintegrasi. Kata disintegrasi merupakan kata

serapan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Disintegration”, yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) disintegrasi adalah keadaan sosial yang menunjukan ketidak

26

bersatuan atau keadaan terpecah belah yang menyebabkan hilangnya persatuan dan keutuhan
dalam hidup. Adapun definisi disintegrasi menurut para ahli, antara lain;

Soekanto Soekamto, pengertian disintegrasi adalah keadaan yang ada dalam
masyarakat dalam situsi ketiakaturan, hal ini di dasari pada memudarnya norma dan nilai
yang sudah ada.

Webster’s New Encyclopedic Dictionary (1994), Definisi disintegrasi adalah
perpecahan suatu bangsa dan negara hingga akhirnya menjadi bagian-bagian yang saling
berbeda (terpisah).

Jika Integrasi yang memiliki arti penyatuan atau persatuan maka disintegrasi
merupakan sesuatu keadaan yang tidak serasi pada setiap bagian dari suatu kesatuan yang
dapat menimbulkan konflik dan pertentangan. Integrasi dan disintegrasi dapat dipersamakan
dengan konsesus dan konflik. Adanya konsesus menciptakan integrasi , sedangkan adanya
konfilk menimbulkan disintegrasi. Dapat dinyatakan bahwa konflik menjadi penyebab
terjadinya disintegrasi. Konflik diartikan sebagai setiap pertentangan atau perbedaan
pendapat antara paling tidak dua orang atau dua kelompok. Konflik dalam pengertian yang
luas mencakup konflik secara pertentangan fisik dan non fisik
(lisan,pendapat,ide,kepentingan). Konflik dalam derajat yang longgar atau lemah misalnya
perbedaan pendapat dan ide. Konflik sering kali diterima secara negatif karena dianggap
merusak keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Konflik dalam derajat yang longgar
dapat memicu kemajuan misal diskusi yang alot yang menghasilkan ide baru. Oleh karena
itu, konflik tidak harus dipersepsikan hal yang buruk.

Hal-hal yang perlu penanganan adalah konflik dalam derajat yang tinggi, seperti
gerakan pemisah wilayah,pemberontakan,pertengkaran, antar orang daerah sampai pada
gejala tawuran antar warga. Konflik demikian pastilah menjadi sebab terjadinya disintegrasi
bangsa.

Ada beberapa macam golongan disintegrasi, salah satunya disintegrasi nasional.
Disintegrasi nasional merupakan memudarnya persatuan antar kelompok atau golongan di
antara unsur dan aturan yang ada di dalam suatu bangsa. Secara umum pernyebab disintegrasi
bangsa adalah karena adanya rasa tidak puas dan rasa ketidakadilan oleh masyarakat terhadap
pemerintah yang mengakibatkan pemborantakan atau separatisme.

27

Akan tetapi disintegrasi nasional ini juga dapat terjadi karena beberapa faktor, antara
lain :

1. Kurangnya rasa toleransi antar golongan
2. Lambannya kemajuan ekonomi
3. Adanya kesenjangan sosial (tidak meratanya sistem pembangunan)
4. Adanya kesenjangan kekayaan alam antar daerah
5. Melemahnya nilai budaya bangsa

Berikut pula contoh-contoh dari disintegrasi nasional :

1. GAM (Gerakan Aceh Merdeka)
2. Peperangan antar agama di Papua
3. PKI Madiun
4. Republik Maluku Selatan (RMS)
5. Pemberontakan Andi Aziz
Dan masih banyak contoh-contoh lainnya.

B. Menggali Sumber Historis Integrasi Nasional
1. Sejarah Integrasi di Indonesia
Perkembangan sejarah integrasi di Indonesia

Menurut Suryono (2002), ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah mengalami
pembangunan integrasi sebelum bernegara indonesia yang merdeka. Menurutnya terdapat
tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di indonesia, yaitu:

a. Model Integrasi Imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit. Strutur
kemaharajaan yang begitu luas ini bestuktur konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama
yaitu wilayah intikerajaan (nagaragung) : Pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung
oleh raja dan saudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar jawa (mancanegara dan
pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom konsentris ketiga (tanah sabrang)
adalah negara sahabat yang dimana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan huungan
dagang dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).

28

b. Model Integrasi Kolonial
Model integrasi ke2 atau lebih tepat nya disebut dengan integrasi atas wilayah Hindia
Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal aad XX dengan wilayah yang terentang dari
Sabang sampai Marauke. Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi wilayah juga
dengan menguasai maritim, integrasi vertikal antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar (pegawai)
Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata lain
pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang erarti. Integrasi model kolonial ini tidak
mampu menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud
menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.

c. Model Integrasi Nasional Indonesia
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa indonesia sejak
bernegara tahun 1945. Meskipun sebelumnyaada integrasi kolonial, namun integrasi model
ketiga in berbeda dengan model kedua, integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat
jajahan (Hindia belanda) mendukung, pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi
kolonial dan penguasaan wilayah. Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk membentuk
kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka. Memiliki semangat kebangsaan
(nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru, model integrasi nasional ini
diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara khusus nya pada diri orang-
orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan sebagai dampak dari politik etis
pemerintah kolonial Belanda. Mereka mendirikan organisasi-organisasi pergerakan baik yang
bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi perdagangan dan kelompok
perempuan. Para kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa bangsa jajahan yang harus
berjuangmeraih kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan sederajat dengan
bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa yang merasa
sebagai satu nasib dan penderitaan sehingga bersatu manggalang kekuatan bersama.
Misalnya, Soekarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta berasal dari Sumatra, AA Maramis
berasal dari Sulawesi, Teungku Mohammad Hasan dari Aceh. Dalam sejarahnya,
penumbuhan kesadaran bangsa tersebut dilalui dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1) Masa Perintis
Masa perintis ini adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi - organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan munculnya

29

pergerakan Budi Utomo. P erge rak a n i ni l ahir pada tanggal 20 Mei 1908. Lalu kelahiran
Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

2) Masa Penegas
Masapenegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan padadiri bangsa
Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.Dengan
Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang beraneka ragam tersebut menyatakan diri
sebagai satu bangsa yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa persatuan yaitu
bahasa Indonesia.

3) Masa Percobaan

Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba meminta kemerdekaan dari

Belanda. Organisasi pergerakan yang tergabung dalam GAPI (Gabungan Politi k

Indonesia)pada tahun 1938mengusulkanIndonesia Berparlemen. Namun, perjuangan

menuntut Indonesia merdeka tersebut tidak berhasil.

4) Masa Pendobrak
Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah berhasil
mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdeaan. Kemerdekaan Indoensia di
proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang merdeka, babas dan sederajat dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari
bagi pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern. Dari sisi politik, proklamasi
kemerdekaan merupakan pernyataan bangsa Indonesia baik ke dalam mauun ke luar bangsa
ini telah merdeka, bebas dari belenggu penjajahan, dan sedajat dengan bagsa lain di dunia.
dari sisi sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan “revolusi
integratif” bangsa Indonesia, dari bangsa yang terpisah dengan beragam identitas menuju
bangsa yang satu yakni bangsa Indonesia.

2. Contoh Integrasi Nasional Berbangsa dan Bernegara

Tujuan akhir dari sikap, perilaku, dan perbuatan yang menghasilkan integrasi nasional
adalah integrasi nasional yang tercermin dalam negara. Integrasi nasional ini sangat penting
dalam upaya menjaga keutuhan NKRI. Negara yang kita cintai dan diperoleh dengan
perjuangan dan air mata para pahlawan nasional. Di bawah ini adalah beberapa sikap dan
perbuatan serta simbol contoh integrasi nasional.

30

a. Pembangunan TMII
Taman Mini Indonesia Indah, sesuai namanya adalah bentuk miniatur dari Indonesia
tercinta. Tempat ini dibangun pada tahun 1976 atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, isteri
Presiden Soeharto. Taman Mini, dibangun di atas tanah ratusan hektar. Di sini ada taman
yang berbentuk berbagai pulau di Indonesia secara lengkap, jika dilihat dari atas. Sebuah
pembangunan yang mencerminkan integrasi nasional karena di dalamnya di bangun berbagai
rumah adat dari 27 propinsi yang ada pada saat itu, dengan berbagai ciri khas masing-masing.
Setiap tumah adat juga menampilkan berbagai budaya dan berbagai kekhasan daerah masing-
masing.

Meski sudah dibangun puluhan tahun yang lalu, TMII tetap menjadi destinasi wisata
yang diperhitungkan. Harga tiket yang murah membuatnya diserbu keluarga saat liburan tiba.
Pada saat tertentu, di beberapa anjungan atau rumah yang menunjukkan budaya dan kekhasan
propinsi sering diadakan festival. Festival ini memperkenalkan budaya, makanan, dan
berbagai ciri khas propinsi.

b. Toleransi Umat Beragama
Indonesia mempunyai 6 agama yang diakui sebagai agama resmi negara. Di sini hak
asasi manusia sangat dilindungi. Kebebasan menjalankan agama dan beribadah sesuai
keeprcayaan masing-masing berkembang dengan baik.

c. Penyelenggaraan PON
Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) empat tahun sekali menjadi wujud
dan contoh integrasi nasional selanjutnya. PON diselenggarakan di tempat yang berbeda-beda
secara begiliran. Ini memberikan kesempatan pada daerah yang terpilih untuk
mengembangkan pembangunan sebelum PON berlangsung.

Pertandingan olahraga yang diadakan pada PON adalah antar propinsi. Pertandingan
yang menunjukkan sportivitas tinggi. Pada saat pertandingan seluruh atlet diajak untuk
bersaing secara sehat dan menghilangkan egois kedaerahan masing-masing.

d. Akulturasi dan Asimilasi Budaya
Tiap daerah Indonesia mempunyai perbedaan budaya dan adat istiadat. Proses menuju
integrasi nasional dari sisi budaya adalah dengan adanya akulturasi dan asimilasi budaya.
Jadi, setiap budaya yang berdampingan berusaha menyatu dan menyesuaikan diri. Tidak
jarang, akulturasi dan asimilasi budaya membentuk kebudayaan nasional yang berkembang

31

lebih bagus dengan tidak mengesampingkan kebudayaan daerah. Akulturasi dan asimilasi
budaya yang paling terkenal terjadi adalah ketika transmigran dari Pulau Jawa ditempatkan di
Lampung. Dua kebudayaan berbeda menyatu di wilayah yang sama. Pada awalnya, sifat
kesukuan dan perbedaan membuat seringnya terjadi bentrokan antar kedua suku.

e. Tidak Menciptakan Kelompok Tertentu
Integrasi nasional sudah terbentuk dan seharusnya semakin solid dari waktu ke waktu.
Integrasi nasional demikian dapat tercapai jika setiap individu tidak saling menciptakan
kelompok tertentu yang dapat memecah belah. Mengapa demikian? Bagaimanapun
keberagaman Indonesia membuatnya mudah sekali dipisahkan menjadi kelompok-kelompok
yang saling bertentangan.

f. Saling Menghargai dan Tepa Selira

Sikap saling menghargai yang telah ada sejak di keluarga, sekolah, dan masyarakat
harus terus berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap ini adalah contoh
integrasi nasional yang paling nyata. Integrasi yang telah disebutkan sebelumnya tidak akan
terjadi dan berhasil baik tanpa ada saling saling menghargai dan tepa selira atau tenggang
rasa.

g. Menaati UUPeraturan dibuat untuk kepentingan bersama.
Agar hak seseorang tidak berbenturan dengan halk orang lain. Alhasil dengan metaati
peraturan, maka integrasi nasional juga akan terwujud. Contoh, menaati peraturan lalu lintas.
Jika individu tidak saling menaatinya, maka jalan akan kacau. Perpecahan dapat terjadi
dengan mudah karena pejalan kaki dan setiap kendaraan bermotor saling bersinggungan.

f. Gaya Politik Kepemimpinan
Gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan atau mengintegrasikan
masyarakat bangsatersebut. Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya dan memiliki jasa-
jasa esar umumnya mampu menyatukan bangsa nya. Misal Nelson Mandela dari Afrika
Selatan,gaya politik sebuah kepimimpinan bisa dipakai unu mengembangkan integrasi
bangsanya

g. Kekuatan lembaga-lembaga politik
Lembaga politik misalnya birokrasi juga dapat menjadi sarana pemersatu masyarakat bangsa.
Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan pelayanan yang sama, baik dan diterima

32

oleh masyarakat yang beragam. Pada akhirnya masyarakat bersatu dalam satu sistem
pelayanan

h. Ideologi Nasional
Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang dterima dan disepakati. Ideologi juga
memberikan visi dan beberapa paduan bagaimana caramenuju visi dan tujuan itu. Jika suatu
masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu ideologi yang sama maka
memungkinkan masyarakat tersebut bersatu. Bagi bangsa Indonesia. Nilai bersama yang bisa
mempersatukan masyarakat Indonesia adala Pancasila. Pancasila sendiri merupakan nilai
sosal bersama yang bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nilai-nilai bersama
tidak harus berlaku secara nasional tapi dimana saja

i. Kesempatan pembangunan ekonomi
Jika pembangunan ekonimi berhasil dan menciptakan keadilan, maka masyarakat
bangsa tersebut bisa menerima sebagai satu kesatuan. Namun jika ekonomi menghasilkan
ketidakadilan maka muncul kesengajaan atau ketimpangan. Orang-orang yang dirugikan dan
miskin sulit untuk mau bersatu atau merasa satu bangsa dengan mereka yang diuntungkan
seta yang mendapatkan kekayaan secara tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka
sebuah masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang bersangkutan

C. Tantangan Integrasi Nasional

1. Ancaman Integrasi Nasional
Secara umum, ancaman terhadap integrasi nasional dibagi menjadi dua, yakni
ancaman militer dan nonmiliter.

a. Ancaman Militer
Ancaman militer adalah ancaman menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi dan mempunyai kemampuan yang bisa membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer ini dibagi
menjadi dua, yaitu ancaman dalam negeri dan luar negeri.

b. Ancaman Militer Dalam Negeri
Ancaman militer dalam negeri adalah bentuk ancaman yang datangnya bersumber
dari pihak internal atau dari dalam negeri. Contoh ancaman militer dalam negeri:

33

Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis beradasarkan sebuah
sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan
pemerintahan pusat.

Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak asasi
manusia yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu kerusuhan masal.

Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain yang ekstrem atau
tidak sesuai kebiasan dari masyarakat Indonesia.

c. Ancaman Militer Luar Negeri
Ancaman militer luar negeri adalah bentuk ancaman yang datangnya

bersumber dari pihak eksternal atau dari luar negeri. Contoh ancaman militer luar negeri:

1) Pelanggaran batas negara yang dilakukan oleh negara lain.
2) Pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.
3) Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.

a) Bentuk-Bentuk Ancaman Militer
1. Agresi
Agresi adalah ancaman militer yang menggunakan kekuatan bersenjata oleh negara

lain terhadap suatu negara.

2. Invasi
Invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan bersenjata dari negara lain
terhadap wilayah NKRI.

3. Bombardemen
Bombardemen adalah suatu penggunaan senjata yang dilakukan oleh angkatan
bersenjata dari negara lain terhadap NKRI.

4. Blokade
Blokade merupakan kegiatan penghambatan yang biasanya dilakukan di daerah
pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NKRI oleh angkatan bersenjata negara lain.

34

5. Spionase
Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan oleh negara lain terhadap suatu
negara yang kegiatannya berupa mata-mata.

6. Sabotase
Sabotase adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara dengan tujuan
untuk merusak instalasi militer dan objek vital nasional.

7. Perang saudara
Terjadinya perang saudara yang menggunakan senjata juga termasuk ancaman militer.

b) Ancaman Nonmiliter
Ancaman nonmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer,

yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer. Ancaman
nonmiliter bisa berbentuk ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan, dan keamanan.

Bentuk-Bentuk Ancaman Nonmiliter

1. Ancaman Berdimensi Ideologi
Ancaman tersebut pernah terjadi pada Uni Soviet yang mengalami perubahan dari
ideologi komunis menjadi liberal.

2. Ancaman Berdimensi Politik
Politik merupakan instrumen utama dalam menggerakkan perang. Hal ini
membuktikan ancaman politik bisa menumbangkan suatu rezim pemerintahan, bahkan juga
bisa menghancurkan suatu negara.

3. Ancaman Berdimensi Ekonomi
Ekonomi merupakan satu di antara penentu posisi tawar dari setiap negara dalam
pergaulan internasional. Kondisi ekonomi tentu sangat menentukan dalam pertahanan negara.

4. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya
Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, serta ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik vertikal antara

35

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, beserta konflik horizontal yakni suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA).

5. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi
Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat
pesat serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh masyarakat, namun kejahatan
juga terus mengikuti perkembangan tersebut.

6. Ancaman Berdimensi Keselamatan Umum
Ancaman untuk keselamatan umum bisa terjadi karena bencana alam, misal gempa
bumi, gunung meletus, dan tsunami. Ancaman yang disebabkan oleh manusia, misal
penggunaan obat-obatan dan penggunaan bahan kimia, pembuangan limbah industri,
kebakaran, hingga kecelakaan alat-alat transportasi.

2. Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di berbagai bidang
a. Bidang ideologi dan politik
Upaya mengatasi ancaman di bidang ideologi dan politik dapat dilakukan dengan cara
penguatan ideologi Pancasila. Penguatan ideologi Pancasila dapat dilakukan dengan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain penguatan Pancasila,
konsep Bhinneka Tunggal Ika juga perlu dikuatkan. Agar persatuan dan kesatuan warga
negara Indonesia tetap terjaga. beberapa cara lain untuk mengatasi ancaman di bidang
ideologi dan politik, yaitu:

1) Mengembangkan demokrasi politik.
2) Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara mengegakkan pemerintahan

yang bersih dan berwibawa.
3) Menegakkan supremasi hukum.
4) Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan

perannya secara benar.
5) Memperkuat posisi Indonesia di kancah politik internasional.

b. Bidang ekonomi
Menghadapi ancaman berdimensi ekonomi terbagi dua, internal dan eksternal. Secara
internal, prioritas kebijakan berupa penciptaan lapangan kerja padat karya, pembangunan

36

infrastruktur, penciptaan iklim kerja yang kodusif, dan pemilihan tekhnologi tepat guna.
Secara eksternal, Indonesia harus membangun dan menjaga hubungan baik dengan negara-
negara lain dalam tatanan ekonomi dunia.

c. Bidang sosial budaya
Ancaman di bidang sosial budaya dapat diatasi dengan cara:

1) Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan
penguatan iman dan takwa.

2) Penguatan tentang budaya dan wawasan nusantara melalui pendidikan formal.
3) Meningkatkan rasa nasionalisme dan menguatkan konsep Bhinneka Tunggal

Ika.
4) Melakukan penyaringan budaya dengan menggunakan nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila.

d. Bidang pertahanan dan keamanan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur strategi pertahanan dan
keamanan bangsa Indonesia dalam mengatasi ancaman militer tersebut. Pasal 30 ayat 1- 5
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa:

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.

Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL),
dan Angkatan Udara (AU) sebagai alat negara bertugas mempertahankan melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga kemanan
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.

37

38

A. NEGARA

1. Pengertian Negara Secara Umum
Pengertian Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga mayarakat menjadi anggota dari suatu
negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan
pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat ingin mewujutkan tujuan tujuan tertentu seperti
terwujudnya ketentaraman, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat. Agar pemerintah suatu
negara memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan masyarakat tidak bertindak
seenaknya, maka ada sistem aturan tersebut menggambarakan suatu hierarki atau pertindakan
dalam aturan yang paling tinggi tingkatanya sampai pada aturan yang paling rendah. Negara
dan konstitusi adalah dwitunggal.

Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri
kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai
konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan optimal atau
belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa dipandang
sebelah mata.

2. Pengertian Bangsa dan Negara
Suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan mempunyai
kesamaan bahasa, agama, budaya, dan sejarah. Dalam pengertian lainnya, bangsa adalah
sekelompok manusia yang dipersatukan karena memiliki persamaan sejarah dan cita-cita
yang mana mereka terikat di dalam satu tanah air. Sedangkan, pengertian bangsa dalam arti
sosiologis/antropologis adalah perkumpulan orang yang saling membutuhkan dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu wilayah Sedangkan, dalam arti
politis Pengertian Bangsa adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan tunduk
pada kedaulatan negara sebagai satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.

Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam mengatur
kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup berbagai kehidupan.
Dasar Negara yang

di gunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai luhur yang terkandung. Pancasila

telah ada dalam kalbu bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka. Secara historis pengertian

39

Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat ini. Pengertian
tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli abad
pertengahan, sampai abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara lain:

Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan
kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan berkecukupan.

Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata dengan baik
dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan berdaulat.

Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007),
negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama
atas nama masyarakat.

Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah asosiasa yang
menyelenggarakan penertiban dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum
diselenggarakan oleh pemerintah diberi kekuasaan memeksa.

Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warganya untuk ketaatan melalui
kekuasaan yang sah. Plato bahwa negara organic bukanlah rakyat semata yang menjadi badan
politik, juga bukan orang yang 2.

3. Teori Terjadinya Negara
a. Teori Teokrasi
Menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham ini muncul bahwa
keyakinan keagamaan bahwa Tuanlah maha pencipta di langit dan bumi, pemegang
kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di dunia ini yang tidak berasal dari tuhan, termasuk
negara. Penganut teori ini Thomas Aquinas, Agustinus, FJ. Sthal, maupun Hegel.

b. Teori organik
Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh tinggal di wilayah geografis saja, tapi
negara harus ada ikatan yang muncul yaitu keadilan. Negara muncul karena ada kebutuhan
yang sangat banyak dan beragam.

c. Teori Perjanjian
Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara karena adanya
perjanjian masyarakt.

40

d. Teori Kekuasaan
Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan atau
berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya memegangg pucuk pemerintahan.

e. Teori Kedaulatan
Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena adanya kekuasaan
tertinggi yang mampu mengatur kehidupan bersama masyarakat (negara).

4. Bentuk Negara
Negara Kesatuan (unitaris) Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal,
Negara yang hanya berdiri satu Negara saja, tidak terdapat Negara dalam suatu
Negara.Dalam pelaksanaan pemerintah derah di nrgara kesatuan dapat di laksanakan dengan
dua alternative system, yaitu:Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan
keleluasaan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi) Sistem
sentralisasi: dimana segala sesuatu urusan dalam Negara tersebut langsung diatur an di urus
oleh pemerintah pusat, termasuk segala hal yang menyangkut pemerintahan dan kekuasaan di
daerah.

Negara Serikat (federasi) Negara serikat adalah Negara yang merupakan gabungan
dari beberapa, kemudian menjadi negara-negara bagian dari pada suatu Negara serikat.

5. Fungsi Negara Secara Umum
Fungsi negara pada umumnya mencakup 4 hal, yaitu

a. Fungsi keamanan dan ketertiban
Stabilitas negara yang kondusif menjamin terlaksananya program-program
pembangunan dengan lancer. Oleh karena itu, negara harus menjaga keamanan dan ketertiban
di negaranya. Selain itu, keamanan dan ketertiban dapan mencegah bentrokan-bentrokan dan
pertikaian yang terjadi antar manusia di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Negara
merupakan stabilisator bagi masyarakat. Negara harus menciptakan hukum untuk
mewujudkan keamanan dan ketertiban. Namun demikian, penertiban yang dilakukan oleh
negara tetap harus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran
Suatu negara dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, negara berfungsi untuk berusaha
sebaikbaiknyamenciptakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Usaha tersebut, antara lain

41

dengan pembangunan disegala bidang dan menciptakan system ekonomi demi tercapainya
kesejahteraan dan kemakmuran. Namun, bukan berarti pembangunan menjadi tanggung
jawabnegara sepenuhnya, tetapi juga diperlukan dukungan rakyat.

c. Fungsi pertahanan
Fungsi pertahan negara sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Pertahanan negara akan menentukan bertahan atau tidaknya sebuah bangsa dan negara.
Fungsi ketahanan negara berkaitan dengan pertahanan dari serangan negara lain. Oleh karena
itu, diperlukan pengadaan alat pertahanan negara serta personil keamanan yang terlatih dan
tangguh.

d. Fungsi keadilan Fungsi negara yang terakhir adalah keadilan.
Keadilan bagi setiap warga negara harus ditegakkan tanpa menbeda-bedakan. Oleh
karena itu, dibentuklah badanbadan peradilan negara yang harus menjamin keadilan setiap
warga negara. Usaha yang dapat dilakukan, antara lain memberikan keputusan yang adil
dalam hokum. Jika keadilan tidak ditegakkan akan muncul gejolak dalam masyarakat yang
justru akan mengganggu keamanan negara. Sebaiknya, jika keadilan ditegakkan akan muncul
kehidupan masyarakat yang dinamis dan harmonis.

6. Tujuan Negara
Adapun tujuan negara bermacam-macam antara lain:

Untuk memperluas kekuasaan Ajaran negara kekuasaan menyatakan bahwa
kekuasaan berarti kebenaran, dan dengan bertambahnya kemajuan dilapangan lain. Negara
kekuasaan menghendaki agar negaranya menjadi besar dan jaya. Untuk mencapai tujuan
maka rakyat dijadikan alat perluasan, kepentingan orang perseorangan ada di bawah
kepentingan bangsa dan negara.

a. Untuk menyelenggarakan ketertiban hukum
Negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum segala kekuasaan dari alat-alat
pemerintahan berdasarkan atas hukum, semua orang harus tunduk kepada hukum, sebab
hukumlah yang berkuasa dalam negara tersebut.

b. Untuk mencapai kesejahteraan umum Negara bertujuan ungin mewujudkan
kesejahteraan umum. Negara dipandang sebagai alat yang dibentuk manusia untuk

42

mencapai tujuan bersama, yakni suatu tatanan masyarakat yang didalamnya ada
kebahagiaan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat negara itu.

B. KONSTITUSI

1. Pengertian Konstitusi
Pengertian Konstitusi Secara Umum

Pengertian konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu bangsa, negara
atau kelompok sosial. Di mana yang menentukan kekuasaan, tugas pemerintah dan menjamin
hak-hak tertentu bagi warganya. bagi sebuah negara, konstitusi merupakan kumpulan doktrin
serta praktik yang membentuk prinsip pengorganisasian fundamental.

Pengertian konstitusi ini menjelaskan terkait apa yang bisa dilakukan oleh tiap cabang
pemerintah. Selain itu juga menjelaskan bagaimana tiap cabang pemerintah mampu
mengontrol cabang-cabang lainnya.

Konstitusi juga berarti agregat dari dasar prinsip-prinsip yang menjadi hukum dasar
negara, organisasi atau dari entitas lain. Umumnya akan menentukan bagaimana entitas
tersebut akan diatur. Hukum tersebut sebenarnya tidak mengatur hal-hal yang terperinci.
Melainkan hanya menjelaskan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi sejumlah peraturan
lainnya.

2. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki konstitusi
yang dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945. Eksistensi UUD 1945 sebagai konstitusi
di Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang hingga akhirnya diterima sebagai
landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia.

Dalam sejarahnya, UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh
Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
beranggotakan 21 orang yang ditetpakan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23
(Maian 2001:59). Badan ini menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
1945).

43

Latar belakang terbentunya konstitusi UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk
memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Adapun isi dari dari
perajajian tersebut yaitu “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan Asia Timur Raya,
Dai Nippon sudah mulai berusaha membebasan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintahan Hindia Belanda. Tentara Dai Nippon serrentak menggerakkan angkatan
perangnya, baik di darat, laut, maupun udara untuk mengakhiri kekuasaan pemerintahan
Belanda.” Sejak saat itu, Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai saudara
muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang,
sehingga diharapkan kelak Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur
Raya. Namun, janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama
menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia.

Setelah Jepang dipukul mundur tentara sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya dan
setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk
berbuat hingga saat kemerdekaan tiba.

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan siding pertama kali dan menghasilkan beberapa
keputusan yaitu Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya
diambil dari Rancangan Undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22
Juni 1945

Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya diambil
dari RUU yang disusun oleh Panitia Perancang UUD tanggal 16 Juni 1945. Memilih ketua
persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Seokarno sebagai Presiden dan wakil ketua Drs.
Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden. Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu
dibantu oleh PPKI yang kemudian menjadi Komite Nasional

3. Fungsi Fungsi Konstitusi
Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan konstitusionalisme
adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam arti luas maupun konstitusi
dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi undang-undang dasar, undang-undang
organik, peraturan perundang-undangan lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit
berupa Undang- Undang Dasar (Astim Riyanto, 2009).

44

Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian,
diharapkan hak- hak warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini dinamakan
konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich dijelaskan sebagai gagasan bahwa
pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama
rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa
kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang
mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999).

Konstitusi berfungsi:

membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan kekuasaannya
tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;

memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicitacitakan
tahap berikutnya;

dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi
warga negara.

4. Unsur-unsur Konstitusi
Di dalam sebuah negara, pastilah terdapat konstitusi karena konstitusi adalah hal
paling fundamental yang mengatur jalan nya sebuah pemerintahan. Selain itu konstitusi juga
mengatur tugas atau pembagian wewenang/kekuasaan diantara legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Indonesia memiliki konstitusi yaitu Undang Undang Dasar tahun 1945, maka
undang undang 1945 inilah yang menjadi landasan atau acuan dalam menjalankan kegiatan
pemerintahan.

Selain itu undang undang 1945 ini adalah sumber hukum tertinggi dari negara
Indonesia. Undang-undang dasar atau konstitusi negara tidak hanya berfungsi membatasi
kekuasaan pemerintah, akan tetapi juga menggambarkan struktur pemerintahan suatu negara.
Menurut Savornin Lohman ada 3 (tiga) unsur yang terdapat dalam konstitusi yaitu:

a. Konstitusi sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial), sehingga
menurut pengertian ini, konstitusikonstitusi yang ada merupakan hasil atau konklusi
dari persepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang akan

45


Click to View FlipBook Version