Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Penulis modul: Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd. Siti Luthfah, M. Pd KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2022
Bahan Ajar Pendidikan Program Guru Penggerak Paket Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Modul 2.1 “Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid” Edisi Ketiga (Januari 2022) Penulis Modul: • Oscarina Dewi Kusuma, M.Pd. • Siti Luthfah, M. Pd Edisi Kesatu (September 2020) Edisi Kedua (Juni 2021) Edisi Ketiga (Januari 2022) Editor: Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbudristek _______________________________________________________________ _____________________________ Hak Cipta © 2022pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Dilindungi Undang-undang Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknoloi
Lembar Pengesahan Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak. Verifikasi Dr. Kasiman, M.T. Validasi Dr. Praptono, M.Ed.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | i Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders). Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain, pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya. Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas, baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus
ii | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat di sekolah. Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP. Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi pendidikan Indonesia. Amin. Jakarta, Januari 2022 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Dr. Iwan Syahril, Ph.D.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | iii Surat dari Instruktur Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, Standar Nasional Pendidikan Indonesia mengamanatkan bahwa Pendidikan haruslah merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya serta masyarakat. Dengan demikian, semua upaya yang kita lakukan dalam konteks pendidikan, bukan hanya harus kita rencanakan dengan cermat, namun juga harus sebesar-besarnya ditujukan untuk mengembangkan potensi anak. Standar Kompetensi lulusan telah mendeskripsikan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Bagaimana seluruh kriteria ini dapat dicapai oleh semua murid kita adalah soal bagaimana kita sebagai guru dapat menyediakan pengalaman belajar yang memastikan bahwa semua murid kita, dengan segala keragamannya dapat kita penuhi kebutuhan belajarnya, sehingga mereka dapat menunjukkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan setelah lulus atau menyelesaikan setiap jenjang pendidikannya. Pemerintah sendiri telah menetapkan standar isi yang dipercaya dapat membantu murid mencapai kompetensi lulusan yang diharapkan. Standar isi ini menjadi dasar untuk pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, tentunya juga perlu disikapi dengan sepenuh kesadaran bahwa ada banyak cara dan format untuk menyampaikan isi tersebut kepada muridmurid. Pembelajaran berdiferensiasi akan memungkinkan guru mewujudkan hal ini. Di sisi lain, sebagai konsekuensi logis dari keragaman kebutuhan murid yang berbeda, maka kita harus mempertimbangkan bagaimana proses pembelajaran harus secara hatihati didesain agar dapat berhasil untuk semua murid. Standar Proses sendiri sebenarnya telah secara jelas mendeskripsikan kriteria pelaksanaan pembelajaran seperti apa yang harus dipertimbangkan oleh guru dan sekolah beserta prinsip-prinsipnya. Pembelajaran
iv | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid berdiferensiasi yang berfokus pada kebutuhan murid, sangat sejalan dengan prinsipprinsip tersebut. Dengan memperhatikan konten, proses, produk, guru dapat menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran agar kesemua tahapan proses tersebut dapat memenuhi kebutuhan belajar murid-murid kita dan membantu kesuksesan pembelajaran mereka. Sementara itu, proses pembelajaran berdiferensiasi juga mensyaratkan adanya praktekpraktek penilaian yang baik. Pemerintah sendiri telah menetapkan Standar Penilaian Pendidikan, dimana dijelaskan bahwa tujuan dari standar itu adalah menciptakan proses penilaian yang mengarah pada tercapainya standar kompetensi lulusan. Proses penilaian dilakukan dan digunakan bukan hanya untuk menilai hasil akhir dari proses pembelajaran, namun yang paling penting adalah bagi perbaikan proses pembelajaran sehingga semua murid dapat mencapai kemajuan dalam proses belajarnya. Proses pengumpulan dan pengolahan informasi tentang hasil belajar murid dengan demikian tentunya harus dilaksanakan secara terus menerus. Dalam praktek pembelajaran berdiferensiasi, praktek penilaian yang terus menerus ini menjadi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru, karena strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru akan sangat bergantung pada informasi yang didapat oleh guru melalui proses penilaian ini. Modul 2.1 ini merupakan bagian dari paket modul 2 dan juga merupakan bagian dari serangkaian kegiatan pelatihan daring yang akan mencakup kegiatan belajar mandiri, sesi diskusi, tanya jawab dan konsultasi secara daring dengan para fasilitator dan peranperan lain yang telah ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Oleh karena itu, modul ini sebaiknya digunakan secara simultan dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Modul ini telah mengalami perbaikan di beberapa bagiannya. Kami juga ingin mengingatkan bahwa karena belajar sifatnya adalah personal, maka proses ini hanya akan bermakna jika Anda dapat membuat koneksi dan menerapkannya dalam berbagai konteks pemecahan masalah yang Anda hadapi sehari-hari. Kami telah berusaha untuk memastikan bahwa berbagai strategi yang kami sarankan dalam modul
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | v ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, namun demikian, kreativitas dan pemahaman akan kebutuhan masing-masing kondisi kelas yang berbeda tetap dituntut dari Anda. Semoga setiap menit yang dihabiskan dalam perjalanan belajar ini akan membantu Anda menjadi versi diri Anda yang lebih baik dari hari ke hari, terutama dalam peranan Anda sebagai pendidik. Sekali lagi, selamat belajar dan mengeksplorasi materi yang diberikan dalam modul ini. Semoga Anda mendapatkan banyak momen AHA di sepanjang prosesnya dan menjadi Guru Penggerak yang dapat membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Salam, Oscarina Dewi Kusuma, M.Pd. & Siti Luthfah, M. Pd
vi | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Daftar Isi Hlm. Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan ..................................i Surat dari Instruktur.........................................................................................................iii Daftar Isi ...........................................................................................................................vi Daftar Gambar.................................................................................................................vii Capaian yang Diharapkan............................................................................................... viii Ringkasan Alur Belajar MERDEKA......................................................................................x Glosarium ........................................................................................................................ xii Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri .......................................................................................1 Pembelajaran 2.1 - Eksplorasi Konsep ..............................................................................3 Pembelajaran 2.2 - Eksplorasi Konsep ............................................................................25 Pembelajaran 3 - Ruang Kolaborasi.................................................................................34 Pembelajaran 4 - Demonstrasi Kontekstual....................................................................46 Pembelajaran 5 - Elaborasi Pemahaman.........................................................................49 Pembelajaran 6 - Koneksi Antarmateri ...........................................................................55 Pembelajaran 7 - Aksi Nyata............................................................................................56 Surat Penutup..................................................................................................................58 Daftar Pustaka .................................................................................................................61 Daftar Lampiran...............................................................................................................62 Profil Penulis Modul ........................................................................................................82
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | vii Daftar Gambar Hlm. Gambar 1. Carol Ann Tomlinson..................................................................................... 11 Gambar 2. Adaptasi dari "the Equalizer" (Tomlinson 2001: 47) .................................... 15 Gambar 3. Fokus Pada Minat (Tomlinson, 2001: 56) ..................................................... 19 Gambar 4. Diagram Frayer ............................................................................................. 32
viii | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Capaian yang Diharapkan Kompetensi Lulusan yang Dituju: Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut: 1. Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman. 2. Guru Penggerak memfasilitasi guru lain dalam merancang alur dan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada masa depan. 3. Guru Penggerak memfasilitasi guru lain dalam mengevaluasi pembelajaran berdasarkan data dan tingkat pencapaian murid. Capaian Umum Modul 2.1. Secara umum, capaian modul ini adalah peserta mampu: 1. mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar murid yang berbeda; 2. menjadi teladan dalam melakukan praktik-praktik reflektif dalam pembelajaran bagi komunitas pendidik di lingkungan sekitarnya. Capaian Khusus Modul 2.1. Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu: 1. menunjukkan pemahaman tentang konsep pembelajaran untuk semua murid; 2. mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan; 3. menjelaskan pentingnya mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan belajar murid; 4. menganalisis penerapan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk;
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | ix 5. mengimplementasikan Rencana Pembelajaran Berdiferensiasi dalam konteks pembelajaran di sekolah atau kelas mereka sendiri; 6. menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
x | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Ringkasan Alur Belajar MERDEKA Modul ini akan menggunakan alur belajar yang disingkat dengan MERDEKA. Alur MERDEKA dalam modul ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: Mulai dari diri (2JP): CGP akan melakukan refleksi terhadap pengalaman pribadi saat bersekolah dulu, terkait dengan bagaimana tindakan gurunya di masa lalu membantu dirinya belajar dengan yang lebih baik. Eksplorasi Konsep (4JP): CGP akan mengeksplorasi materi-materi berikut ini: a. Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar semua murid; b. Pengertian pembelajaran berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan; c. Kebutuhan belajar murid yang berbeda dan konsekuensinya dalam proses pembelajaran; d. Penerapan diferensiasi konten, proses, dan produk dalam pembelajaran; e. Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi. Ruang Kolaborasi (6JP): CGP akan melakukan kerja kelompok untuk membaca, mendiskusikan dan kemudian menganalisis beberapa skenario implementasi pembelajaran berdiferensiasi dan melakukan refleksi kolaboratif dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pemandu yang tersedia. Demonstrasi Kontekstual (4JP): CGP akan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | xi Elaborasi Pemahaman (2JP): CGP akan mengelaborasi pemahaman tentang pembelajaran berdiferensiasi dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dielaborasi bersama instruktur. Koneksi Antarmateri (2JP): CGP akan membuat sintesa pemahaman dengan mengkoneksikan semua materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk menjelaskan pemahamannya tentang pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana mengimplementasikannya. Aksi Nyata: CGP akan mengimplementasikan dan melakukan refleksi terhadap implementasi pembelajaran berdiferensiasi di kelas.
xii | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Glosarium Assessment for learning Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing assessment) Assessment of learning Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif. Assessment as learning Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif. Daring Merupakan akronim (singkatan) dari dua kata: “dalam” dan “jaringan”. Dalam Bahasa Inggris, berarti “online”. Diagram Frayer Grafik visual yang dikembangkan oleh Dorothy Frayer untuk membantu murid dalam mendefinisikan konsep atau kosakata. Diagram ini dibagi menjadi empat bagian: definisi, karakteristik, contoh, dan bukan contoh. Diferensiasi Konten Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Diferensiasi Produk Merujuk pada strategi membedakan produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | xiii Diferensiasi Proses Merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami konten. Kesiapan belajar (Readiness) Kapasitas atau kesiapan murid untuk mempelajari materi baru. Kesiapan ini terkait dengan berbagai hal, di antaranya: pengetahuan, konsep dan keterampilan awal yang saat ini dikuasai oleh murid; miskonsepsi; tingkat perkembangan kognitif, afektif dan fisik; keterampilan berpikir, dan sebagainya. Lingkungan Belajar Lingkungan yang berada di sekitar murid dan yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Minat Suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Pembelajaran Berdiferensiasi Usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu. Profil Belajar Merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir/belajar, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Scaffolding Suatu teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah bantuan, kemudian perlahan-lahan diadakan pengurangan terhadap bantuan tersebut hingga pada akhirnya, murid dapat menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam proses pembelajaran.
1 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri Kutipan untuk hari ini “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” (Ki Hajar Dewantara) Durasi: 2 JP Moda: Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana tindakan gurunya di masa lalu membantu dirinya untuk belajar dengan lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pertanyaan Pemantik untuk Pembelajaran 1: 1. Bagaimana seorang guru dapat mengelola kelas dan memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya yang berbeda-beda? Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak di Sesi Pembelajaran yang Pertama! Untuk mengawali pembelajaran di Modul 2.1 ini, Anda akan melakukan refleksi individu. Tugas 1: Membuat Refleksi Individu Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid-murid Anda.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 2 - Apa yang telah Anda lakukan untuk melayani kemampuan murid yang berbeda? Apa yang Anda lakukan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah untuk murid Anda? Apakah ada perlakuan yang berbeda yang Anda lakukan? Jika ada, perlakuan seperti apa? Jika tidak ada, apa dampaknya terhadap murid Anda? - Sebutkan tantangan-tantangan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh keragaman murid-murid Anda tersebut? Tindakan-tindakan apa yang telah Anda lakukan untuk mengatasi tantangantantangan tersebut? - Menurut Anda, untuk mengakomodasi tantangan yang terkait dengan keragaman murid tersebut, bagaimana seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi? Unggahlah jawaban Bapak/Ibu di dalam LMS. Selamat berefleksi, Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak! Peran Fasilitator: 1. Memastikan semua CGP menyelesaikan tugas 1. 2. Membaca dan mempelajari refleksi yang ditulis oleh CGP. 3. Memberikan umpan balik atau apresiasi kepada CGP.
3 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Pembelajaran 2.1 - Eksplorasi Konsep Kutipan untuk hari ini “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” (Ki Hajar Dewantara) Durasi: 3 JP Moda: Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. CGP dapat menjelaskan apa konsekuensi dari keragaman murid-murid yang ada di kelas mereka. 2. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi. 3. CGP dapat menjelaskan bagaimana cara mengetahui kebutuhan belajar murid. Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak di Sesi Pembelajaran yang kedua. Sesi pembelajaran yang kedua ini terdiri dari 2 bagian yaitu eksplorasi konsep secara mandiri dan eksplorasi konsep melalui forum diskusi. Sebelum Anda memulai pembelajaran di sesi kedua ini, silakan lihat pertanyaanpertanyaan pemantik berikut ini dan cobalah untuk menjawab beberapa dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Anda tidak perlu menuliskan jawaban Anda. Pertanyaan Pemantik untuk Pembelajaran ini: 1. Apa konsekuensi dari keragaman murid-murid yang ada di kelas saya ? 2. Bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid?
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 4 3. Apa yang saya ketahui tentang latar belakang murid saya, pembelajaran yang telah dilakukan oleh mereka sebelumnya, dan perkembangan keterampilan mereka? 4. Apa yang saya ketahui tentang minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator, dan tujuan mereka? 5. Apa yang saya ketahui tentang profil belajar murid saya? Bagaimana gaya belajar mereka? 6. Bagaimana saya bisa menggunakan informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif? Tetaplah merujuk kembali ke pertanyaan-pertanyaan di atas ketika Anda kemudian membaca dan mempelajari materi pembelajaran selanjutnya. 2.1.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Semua Murid Seperti yang telah Ibu dan Bapak pelajari di modul sebelumnya, Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita. Dengan meyakini bahwa setiap anak adalah unik, maka sebagai pendidik, kita semua juga tentu harus membuka mata terhadap adanya keberagaman murid-murid di kelas
5 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid kita. Saat berbicara tentang keberagaman murid, maka tentu saja cakupannya sangat luas. Keberagaman murid mungkin dapat berupa: - murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam pembelajaran daring; - murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di kelas, karena ia murid yang baru pindah dari daerah lain; - murid-murid yang bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga pembelajaran tidak menantang lagi untuknya; - murid-murid yang saat ini sedang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan, namun karena adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara apa yang ia mampu lakukan dengan apa yang sedang dipelajari, akhirnya ia tidak bisa membuat koneksi; - murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial emosional; - murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu; - murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar; - Dan sebagainya. Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa: 1. semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya. 2. fairness is not sameness. Bahwa bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid. 3. setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 6 4. praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman. 5. guru adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya. 6. guru membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa. Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Kaitan dengan Standar Pendidikan Nasional Di dalam Standar Kompetensi Lulusan dijelaskan mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi lulusan ini merupakan profil dari kualifikasi lulusan yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik dan merupakan ejawantah dari apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat mewujudkan profil kualifikasi lulusan seperti yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan semaksimal mungkin. Pembelajaran berdiferensiasi akan memungkinkan guru memaksimalkan potensi peserta didik dengan meminimalisir kesenjangan belajar (learning gap) melalui proses identifikasi kebutuhan belajar murid yang tepat. Lewat pembelajaran berdiferensiasi, tidak hanya murid berkembang potensinya secara maksimal, namun proses pembelajaran juga akan lebih memberikan banyak ruang bagi murid untuk membuat dan menentukan pilihan dan memberikan suara, sehingga proses belajar akan menjadi lebih menyenangkan.
7 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid 2.1.2 Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi Bayangkanlah kelas yang Anda ajar saat ini. Ingatlah satu persatu murid di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Tahukah Anda apa kekuatan mereka? Bagaimana gaya belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas Anda? Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok? Siapakah yang level membacanya paling tinggi? Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka? Siapakah yang paling senang menulis dan siapakah yang senang berbicara? Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, saat mengajar di kelas, seorang guru mungkin harus membantu satu muridnya yang kesulitan, namun di saat yang sama harus mengatur cara bagaimana agar saat ia membantu murid tersebut, kelasnya tetap dapat berlangsung dengan kondusif. Dalam kesehariannya, guru akan senantiasa melakukan hal ini, sehingga kemampuan untuk multitasking ini secara natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha tersebut tentunya dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya. Sekarang, mari kita bayangkan ilustrasi kelas berikut ini.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 8 Ibu Renjana adalah guru kelas 3 SD dengan jumlah murid sebanyak 32 orang. Saat ini ia sedang mengajarkan materi tentang perkalian. Saat diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian, di antara 32 murid di kelasnya tersebut, Bu Renjana melihat ada 3 murid yang selesai lebih dahulu. Karena dia tidak ingin ketiga anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya, akhirnya ia memberikan lembar kerja tambahan untuk 3 anak tersebut. Jadi jika anak-anak lain mengerjakan 15 soal perkalian, maka untuk 3 anak tersebut, Bu Renjana memberikan 25 soal perkalian. Tugas 2 Berdasarkan ilustrasi kelas tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa? 2. Apakah ada alternatif lain yang dapat dilakukan oleh Ibu Renjana? 3. Jika Anda adalah Ibu Renjana, apakah yang akan Anda lakukan? Jelaskanlah mengapa Anda melakukan hal tersebut? Tulislah jawaban Anda dan kemudian unggahlah di dalam LMS. Jika sudah selesai, silakan lanjutkan membaca tulisan di bawah ini. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di
9 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusankeputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: 1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga murid-muridnya. 2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. 3. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka. 4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif. 5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 10 mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran. Keputusan Ibu Renjana memberikan soal yang sama kepada ketiga murid yang selesai lebih dahulu tidak dapat disebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Pertama karena tambahan soal diberikan dengan tujuan agar ketiga anak tersebut tidak mengganggu temannya yang belum selesai. Kedua, ketiga murid tersebut kemungkinan membutuhkan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Renjana perlu memperhatikan kebutuhan belajar muridmuridnya dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut. Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Di dalam Standar Proses, dijelaskan tentang kriteria minimal proses pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan guru. Salah satunya terkait dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pembuatan RPP terdapat beberapa prinsip yang harus diikuti, dimana salah satunya adalah bahwa perencanaan pembelajaran harus dilakukan dengan memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik. Dapatkah Ibu/Bapak melihat keterkaitan antara prinsip ini dengan topik bahasan yang baru saja Ibu/bapak pelajari? 2.1.3 Mengetahui Kebutuhan Belajar Murid Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
11 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Gambar 1. Carol Ann Tomlinson Sumber: news.virginia.edu Ketiga aspek tersebut adalah: ● Kesiapan belajar murid (readiness) ● Minat murid ● Profil belajar murid Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar/ readiness), jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), atau jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 12 1. Kesiapan Belajar (Readiness) Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”? Bayangkanlah situasi berikut ini: Dalam pelajaran bahasa Indonesia, setelah menjelaskan dan memberikan kesempatan murid-muridnya untuk mengeksplorasi beragam teks narasi, bu Renjana meminta murid-muridnya membuat sebuah draf contoh teks narasi sendiri. Ia kemudian melakukan asesmen terhadap draf teks yang telah dibuat oleh muridmuridnya. Setelah melakukan asesmen, ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya. ● Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja. ● Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas. ● Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas. Informasi yang didapatkan ini kemudian digunakan oleh bu Renjana untuk merencanakan pembelajaran di tahapan berikutnya, dimana ia memberikan bantuan lebih banyak untuk murid-murid yang belum memiliki keterampilan menulis dan memberikan lebih sedikit bantuan untuk murid-murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik. Dalam contoh di atas, Bu Renjana mengidentifikasi kebutuhan belajar dengan melihat kesiapan belajar. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan
13 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar murid. Dalam modul ini, kita hanya akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47) tersebut. A. Bersifat mendasar -- Bersifat transformatif Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahanbahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif. B. Konkret - Abstrak. Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret, sehingga mereka mungkin masih perlu belajar dengan menggunakan beragam alat-alat bantu berupa benda konkret atau contoh-contoh konkret, atau apakah murid sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak, sehingga mereka mungkin mulai dapat diperkenalkan dengan konsep-konsep yang lebih abstrak.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 14 C. Sederhana - Kompleks. Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi atau esensi pada satu waktu, sementara murid yang lain mungkin sudah bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu. D. Terstruktur - Terbuka (Open Ended) Saat menyelesaikan tugas, kadang-kadang ada murid-murid yang masih memerlukan struktur yang jelas, sehingga tugas untuk mereka perlu ditata dengan tahapan yang jelas dan cukup rinci, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Sementara mungkin murid-murid lainnya sudah siap untuk menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka. E. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent) Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain. F. Lambat - Cepat Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai dan diberikan sedikit tantangan. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
15 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Gambar 2. Adaptasi dari "the Equalizer" (Tomlinson 2001: 47) Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan pengetahuan atau keterampilan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah untuk memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman belajar yang menantang secara tepat (Santangelo & Tomlinson (2009) dalam Joseph et.al (2013: 29)). Berikut ini adalah contoh seorang guru yang memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar (Readiness): Ibu Lili akan mengajar pelajaran Matematika. Tujuan Pembelajaran yang ia tetapkan adalah: murid dapat menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun datar.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 16 Berdasarkan asesmen yang ia buat saat pembelajaran sebelumnya, ia melihat beberapa muridnya telah memiliki pemahaman konsep keliling yang baik, namun beberapa murid lainnya belum memiliki pemahaman tersebut. Ia juga mencatat, bahwa ada anak-anak yang juga belum lancar melakukan operasi hitung. Ia kemudian melakukan kegiatan pembelajaran seperti di bawah ini: Kesiapan belajar Kegiatan Pembelajaran Untuk murid yang telah memahami konsep keliling; dan dapat melakukan operasi hitung dasar. Murid diminta mengerjakan soal-soal tantangan yang mengaplikasikan konsep keliling dalam kehidupan sehari-hari. murid akan diminta untuk bekerja secara mandiri dan saling memeriksa pekerjaan masing-masing. Untuk murid yang telah memahami konsep keliling namun belum lancar dalam melakukan operasi hitung dasar. Murid menghitung keliling bangun datar menggunakan bantuan benda-benda konkret untuk (misalnya menggunakan lidi). Murid menerapkan strategi “3 before me” (bertanya kepada 3 teman sebelum bertanya langsung pada guru). Guru akan sesekali datang ke kelompok ini untuk memastikan tidak ada miskonsepsi. Setelah pelajaran selesai, ia memberikan murid-murid ini latihan berhitung tambahan untuk memperlancar kemampuan menghitung mereka. Untuk murid yang belum memahami konsep keliling. Murid akan mendapatkan pembelajaran eksplisit tentang konsep keliling dan kemudian akan berlatih menyelesaikan soal dengan bimbingan guru. Guru akan memberikan scaffolding dalam proses ini. Catatan: Scaffolding adalah suatu teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah bantuan, kemudian perlahan-lahan diadakan pengurangan terhadap bantuan tersebut hingga murid pada akhirnya dapat menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam proses pembelajaran.
17 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid 2. Minat Murid Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut: ● membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar; ● mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; ● menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan; ● meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 18 Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan: - menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb); - menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid; - mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, - menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning). Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Minat setiap murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Hal lain yang perlu disadari oleh guru terkait dengan pembelajaran berbasis minat adalah bahwa minat murid dapat berkembang. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat baru. Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin dapat diberikan pada murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan moda ekspresi yang mungkin digunakan oleh murid-murid mereka. (Tomlinson, 2001)
19 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Gambar 3. Fokus Pada Minat (Tomlinson, 2001: 56) Perlu diingat bahwa daftar di atas hanya sebagai contoh. Daftar tersebut tentunya masih dapat ditambah atau diperluas. Di bawah ini adalah contoh guru yang memperhatikan kebutuhan belajar berdasarkan minat murid-muridnya: Ibu Putik ingin mengajarkan murid-muridnya keterampilan membuat teks prosedur. Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana membuat teks prosedur, Bu Putik lalu meminta murid berlatih membuat sendiri teks prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk menulis dengan topik sesuai dengan minat mereka. Misalnya, anak yang memiliki minat terhadap memasak, boleh membuat teks prosedur tentang bagaimana cara memasak makanan tertentu. Murid yang memiliki minat terhadap kerajinan tangan boleh membuat teks prosedur tentang membuat sebuah produk kerajinan tangan tertentu, dan sebagainya. Keterampilan yang dilatih tetap sama, yaitu membuat teks prosedur, walaupun topiknya mungkin berbeda.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 20 3. Profil Belajar Murid Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien. Sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya: ● Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb. ● Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal. ● Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: 1. visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dsb); 2. auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik); 3. kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya sambil bergerak, melakukan kegiatan hands on, dsb).
21 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar. ● Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Teori tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodilykinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logicmatematika. Berikut ini adalah contoh bagaimana seorang guru memperhatikan kebutuhan belajar berdasarkan profil belajar murid: Pak Neon akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar murid dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Kemudian, dari proses memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya, Pak Neon mengetahui mana murid-muridnya yang merupakan pemelajar visual, pemelajar auditori, dan pemelajar kinestetik. Untuk memenuhi kebutuhan belajar muridmuridnya tersebut, Pak Neon lalu memutuskan untuk melakukan beberapa hal berikut ini: 1. Saat mengajar, Pak Neon: - menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan. - menyediakan video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat diakses oleh murid. - membuat beberapa sudut belajar atau display informasi yang ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat mengakses informasi. 2. Saat memberikan tugas, Pak Neon memperbolehkan murid-muridnya memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Murid boleh menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar, tulisan, rekaman wawancara maupun performance atau role-play. Guru dapat mengetahui kebutuhan belajar murid dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui kebutuhan belajar murid: ● mengamati perilaku murid-murid mereka;
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 22 ● mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari; ● melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut; ● mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid; ● mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas; ● bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid; ● membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya; ● berbicara dengan guru murid sebelumnya; ● membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini; ● menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai; ● melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid; ● mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka; ● dll. Daftar di atas hanya beberapa contoh saja. Masih banyak cara lain yang dapat guru lakukan untuk mendapatkan informasi atau mengidentifikasi kebutuhan belajar muridmuridnya. Dapatkah Bapak/Ibu mengidentifikasi kebutuhan belajar murid dengan cara lainnya? Mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan
23 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya. Membuat catatan tentang profil murid juga akan sangat membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan muridmuridnya. ----------------------------------------------------- Selamat! Anda telah menyelesaikan materi pembelajaran untuk tahapan ini. Untuk membantu Anda mengonsolidasikan pemahaman Anda dan mempersiapkan diri untuk sesi pembelajaran berikutnya, kami mohon Bapak/Ibu dapat menyelesaikan Tugas 3 berikut ini. Tugas 3 Setelah membaca materi di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi! 2. Mengapa kita perlu memperhatikan kebutuhan belajar murid? 3. Sebagai guru, apa yang dapat kita lakukan untuk mengetahui kebutuhan belajar murid-murid kita? Apa saja yang perlu dipertimbangkan? Unggahlah jawaban Bapak/Ibu di LMS. Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Kemampuan guru untuk memahami tujuan pembelajaran dengan baik akan menjadi salah satu kunci bagi suksesnya implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat memahami tujuan pembelajaran, guru perlu mengetahui apa sebenarnya kompetensi yang diharapkan, baik dalam ranah pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, yang harus dapat dicapai oleh murid dalam suatu mata pelajaran di jenjang dan waktu tertentu. Kompetensikompetensi ini dapat dibaca oleh guru di dalam dokumen Standar Isi. Oleh karena itu, guru perlu secara cermat membaca dan memahami Standar Isi dengan baik agar dapat menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai. Jika guru telah memiliki pemahaman yang baik terkait dengan tujuan, akan lebih mudah bagi guru untuk menentukan tahapan-
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 24 tahapan dalam proses belajar murid dan memutuskan strategi pembelajaran seperti apa yang akan dilakukan. Peran Fasilitator: 1. Mendorong dan memotivasi CGP untuk menyelesaikan tugas 3. 2. Fasilitator juga akan memberikan masukan kepada CGP melalui LMS. Catatan untuk Fasilitator: Selain teori yang disampaikan oleh Tomlinson, Fasilitator juga perlu mempelajari teori-teori tentang pembelajaran lainnya. Teori multiple intelligence dari Howard Gardner, teori pembelajaran konstruktivisme dari Vygotsky, concept based learning dari Lynn Ericson, understanding by design dari Wiggins and Mc. Tighe juga akan menjadi literatur penting dalam pembahasan konsep pembelajaran berdiferensiasi ini. Fasilitator juga harus memahami bahwa diferensiasi pembelajaran bukan hanya dapat dilakukan dalam 3 bentuk (konten, proses, produk), tetapi juga bentuk lainnya, misalnya diferensiasi lingkungan belajar. Jika nanti dalam proses diskusi, CGP ada yang membawa topik ini dalam diskusi, maka fasilitator harus mengapresiasi pengetahuan CGP tersebut.
25 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Pembelajaran 2.2 - Eksplorasi Konsep Kutipan untuk hari ini Apakah satu ukuran selalu cocok untuk semua? (Justin Tarte) Durasi: 1 JP Moda: Forum diskusi asinkronus Tujuan Pembelajaran Khusus: ● CGP dapat menganalisis penerapan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk; ● CGP dapat menyimpulkan apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi. Selamat datang Ibu/Bapak Calon Guru Penggerak di sesi Pembelajaran ini! Untuk mengawali pembelajaran di tahapan ini, silahkan membaca pertanyaan pemantik berikut ini. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak perlu dijawab langsung, namun hanya digunakan untuk memprovokasi pemikiran Ibu/Bapak. Pertanyaan Pemantik untuk Pembelajaran ini: 1. Bagaimana saya mengelola pembelajaran secara efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid saya? 2. Bagaimana murid saya harus belajar, difasilitasi pembelajarannya dan berinteraksi satu sama lain? 3. Bagaimana mereka menunjukkan pemahaman atau hasil pembelajaran mereka? Apa yang akan mereka hasilkan sebagai produk? 4. Apa peran penilaian formatif dan sumatif dalam pembelajaran berdiferensiasi ? Cermati 2 video berikut ini dan catatlah minimal 3 hal penting yang disampaikan video tersebut. Berikut ini video yang harus Anda lihat yang terdapat dalam LMS:
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 26 1. Video penjelasan tentang diferensiasi konten, proses dan produk 2. Video lingkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi Setelah menyaksikan video-video tersebut, untuk lebih memperdalam pemahaman tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi, silahkan membaca artikel tentang penilaian berikut ini. Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi Anda tentu tahu dan mungkin pernah berhubungan dengan seorang dokter. Dalam bekerja, ketika seorang dokter membantu pasiennya, maka yang akan ia lakukan adalah menegakkan diagnosis. Diagnosis yang ia buat tentunya didasarkan pada pengetahuan dan ilmu sains kedokteran yang telah ia pelajari. Namun, dokter tidak hanya dapat bekerja berdasarkan diagnosis. Ia juga perlu membangun rasa percaya pasien agar si pasien mau mengikuti apa yang ia sarankan untuk mereka. Tanpa rasa percaya dari si pasien, apa yang disarankan oleh dokter mungkin tidak akan dilakukan oleh si pasien. Nah, agar dapat tercipta rasa saling percaya, maka dokter yang baik akan membangun hubungan komunikasi yang baik, jujur, dan terbuka kepada pasiennya. Dokter hanya akan meresepkan obat setelah ia menegakkan diagnosis. Sama seperti seorang dokter, seorang guru juga akan berada dalam situasi yang mungkin serupa. Saat ia mengajar, ia akan mendasarkan praktiknya pada pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki yang berhubungan dengan mata pelajaran yang ia ampu dan ilmu pedagogi. Namun demikian, ia juga harus membangun komunikasi dan kepercayaan murid-muridnya, agar murid-muridnya tersebut mau mengikuti instruksi dan saran-saran yang ia berikan. Tanpa membangun rasa percaya dan komunikasi yang baik, tidak akan terjadi hubungan positif antara murid dan guru, sehingga akan sulit bagi guru untuk memotivasi murid untuk mencapai tujuannya. Baik guru maupun dokter sebenarnya sama-sama melakukan asesmen. Lewat proses asesmen ini, Dokter akan menghasilkan diagnosa tentang pasiennya sedangkan guru akan menemukan kebutuhan belajar muridnya. Guru juga perlu berkomunikasi dan membangun hubungan saling percaya dengan murid-muridnya untuk mengetahui perasaan, latar belakang, keinginan, minat dari murid-muridnya. Kesemua informasi tersebut kemudian akan digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai untuk murid-murid mereka, dengan
27 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid harapan murid-murid akan merespon dengan baik pembelajaran yang telah dirancangnya. Proses mengidentifikasi kebutuhan murid inilah yang terkadang terlewat dilakukan oleh guru. Padahal, sama seperti seorang dokter, ia tidak bisa meresepkan obat tanpa diagnosis. Demikian pula seharusnya seorang guru. Tanpa mengetahui kebutuhan belajar murid, akan sulit baginya untuk bisa memberikan pengalaman belajar yang tepat untuk murid-muridnya. Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. Guru diharapkan dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ini tentunya akan berbeda-beda untuk setiap murid, untuk setiap mata pelajaran, untuk setiap materi, dan bahkan untuk setiap waktu, karena kondisi psikologis dan kemampuan seorang anak mungkin saja berbeda dari waktu ke waktu. Penilaian, dalam hal ini akan berfungsi seperti sebuah kompas yang mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi. Tomlinson & Moon (2013: 18) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif. Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif: 1. Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing assessment) 2. Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif 3. Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 28 Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting. Mengapa? Berbeda dengan penilaian sumatif yang biasanya dilakukan setelah sebuah unit atau proses pembelajaran selesai -- sehingga biasanya hasilnya digunakan untuk membuat keputusan tentang sang anak, misalnya untuk memutuskan nilai rapor anak, kenaikan kelas, dsb -- maka penilaian formatif dilakukan saat proses pembelajaran masih berlangsung. Penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik atau materi yang sedang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid, sehingga lewat proses ini, guru akan dapat mengetahui bagaimana ia dapat melanjutkan proses pengajaran yang ia lakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan murid dalam materi atau topik tersebut. Lalu seperti apa dan bagaimana melakukan penilaian formatif ini? Karena sifatnya memonitor pembelajaran, maka penilaian formatif ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan tidak hanya dapat dilakukan secara tertulis. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari, misalnya lewat mengamati, menanya, merefleksi, berdiskusi (baik dengan teman sebaya maupun guru), dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian formatif, selain yang mungkin telah sering dilakukan guru dalam bentuk tes tertulis: 1. Tiket Keluar. Guru memberikan pertanyaan yang diajukan kepada semua murid sebelum kelas berakhir. Murid menulis jawaban mereka pada kartu atau selembar kertas dan menyerahkannya saat mereka keluar kelas. Teknik penilaian formatif ini melibatkan semua murid dan memberikan bukti yang sangat penting tentang pembelajaran saat itu bagi guru. 2. Tiket Masuk. Guru juga bisa memberikan sebuah pertanyaan kepada semua murid sebelum pelajaran dimulai. Jawaban murid dapat digunakan untuk menilai pemahaman awal murid terkait dengan materi yang akan didiskusikan atau sebagai ringkasan pemahaman murid terhadap materi hari sebelumnya. 3. Berbagi 30 Detik. Dengan strategi ini, murid secara bergiliran berbagi apa yang telah ia pelajari dalam pelajaran selama 30 detik. Target yang Anda cari dalam kegiatan ini adalah bagaimana pemahaman murid dikaitkan dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Dapat dijadikan sebagai rutinitas di akhir
29 | Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid pelajaran sehingga semua murid memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, berbagi wawasan, dan mengklarifikasi apa yang dipelajari. 4. Nama dalam toples. Guru bisa meminta murid menulis nama mereka di selembar potongan kertas & kemudian memasukkannya dalam toples. Guru kemudian bisa mengajukan sebuah pertanyaan tentang konsep kunci yang sedang dipelajari, kemudian secara random mengambil sebuah potongan kertas di toples, dan meminta beberapa anak yang namanya tertulis di potongan kertas tersebut menjawab pertanyaan secara bergantian. 5. 3-2-1. Di akhir pembelajaran, strategi ini memberikan murid cara untuk merangkum atau bahkan mempertanyakan apa yang baru saja mereka pelajari. Tiga petunjuk dapat disediakan bagi murid untuk menanggapi yaitu: 3 hal yang tidak murid ketahui sebelumnya, 2 hal yang mengejutkan murid tentang topik tersebut, 1 hal yang ingin murid mulai lakukan dengan apa yang telah dipelajari. 6. Refleksi. Apapun bentuk refleksi yang dilakukan, refleksi dapat menjadi alat penilaian formatif yang sangat berguna bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman murid dan apa yang masih menjadi kebingungan mereka. 7. Pojok pemahaman. Minta murid pergi ke pojok-pojok kelas sesuai dengan pemahaman mereka. Jika mereka tidak memahami topik yang sedang dibahas, mereka dapat pergi ke salah satu sudut dengan murid yang memiliki tingkat pemahaman yang sama. Sementara jika sudah memahami, mereka dapat pergi ke sudut yang lain. Ini dapat menjadi informasi buat guru, misalnya jika guru ingin memasangkan murid yang “sudah mengerti” dengan murid yang kesulitan dan meminta murid berkolaborasi untuk memahami materi yang menantang. 8. Strategi 5 jari. Minta murid mendeskripsikan pemahaman mereka terkait topik yang diajarkan dengan menggunakan 5 jari. 5 jika mereka sudah paham sekali, 1 jika mereka tidak paham sama sekali. Cara ini cukup cepat dan mudah untuk mengetahui gambaran umum pemahaman murid. Jika guru ingin mengetahui secara lebih spesifik, tentu saja guru perlu untuk menggali lebih dalam dari sumber-sumber lainnya. Masih banyak lagi strategi penilaian formatif yang dapat digunakan oleh guru, tanpa harus selalu membuat penilaian tertulis. Penilaian secara tertulis tentu saja juga masih akan diperlukan, namun guru dapat memvariasikannya dengan strategi-strategi penilaian yang lain juga. Mendengarkan dengan saksama saat murid berdiskusi atau bertanya, memperhatikan hasil pekerjaan tertulis mereka, juga dapat menjadi cara yang sangat berguna untuk mengetahui kebutuhan belajar murid. Pada intinya,
Modul 2.1 - Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid | 30 kemampuan menilai dan menganalisis hasil penilaian ini akan menjadi keterampilan yang sangat penting bagi guru, jika mereka ingin dapat mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan sukses. *Beberapa contoh strategi disini diambil dari artikel yang berjudul “27 easy formative assessment strategies for gathering evidence of student learning” yang dapat diakses melalui tautan berikut ini https://www.nwea.org/blog/2019/27-easyformative-assessment-strategies-for-gathering-evidence-of-student-learning/ Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Di dalam Standar Penilaian, disebutkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dari deskripsi tentang tujuan ini, dapat kita lihat benang merah antara pembelajaran berdiferensiasi dengan upaya pemenuhan Standar Penilaian ini. Mengapa? Karena di dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memiliki peranan yang sangat penting. Kemampuan guru yang baik dalam melakukan penilaian menggunakan berbagai strategi serta menganalisis hasilnya, akan membantu guru untuk dengan tepat menyesuaikan strategi pembelajaran, dukungan yang harus ia berikan kepada muridmuridnya, serta konten seperti apa yang harus disampaikan. Semua penyesuaian terkait pembelajaran yang dibuat oleh guru tersebut akan bergantung pada data hasil penilaian yang dilakukan oleh guru. Dapatkah Ibu/Bapak melihat keterkaitan tersebut? Setelah menyimak video dan membaca artikel tersebut, Bapak/Ibu akan mendapatkan kesempatan untuk mendiskusikan isi video dan artikel tersebut dengan rekan satu kelas Anda secara asinkron. Anda akan diminta memberikan pendapat tentang isi video dan artikel yang telah disaksikan dan dibaca tersebut.