MODEL BISNIS
INTEGRATED FARMING MANAGEMENT
PADA LAHAN BASAH
Rusniati
M. Riza Firdaus
Editor : Nia Septia Sari
Layout : Norlena
Sampul : William Bismahur
Ukuran : viii, 62 halaman, 15,5 × 23 cm
Cetakan pertama, November 2021
Hak cipta pada penulis :
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk
dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari
penulis
Penerbit:
CV. Banyubening Cipta Sejahtera
Jl. Sapta Marga Blok E No. 38 RT 007 RW 003
Guntung Payung, Landasan Ulin, Banjarbaru 70721
Email: [email protected]
ISBN : 978-623-5774-13-8
No.Anggota: 006/KSL/2021
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah ii
Kutipan pasal 72:
Sanksi Pelanggaran UU hak Cipta
(UU No.19 Tahun 2002
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hal
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat(1) dan ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,
kesehatan dan anugerah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan buku Model Bisnis Integrated Farming
Management Pada Lahan Basah. Buku ini merupakan
sebuah hasil karya atas pemikiran tentang pentingnya
Model Bisnis Integrated Farming Management pada
pertanian lahan basah guna meningkatkan pendapatan
petani.
Terima kasih tiada terhingga dihaturkan kepada
keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang
dan dukungannya untuk terus menghasilkan karya-
karya yang bermanfaat. Tak lupa pula ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada
Bapak Rektor ULM, Ketua LPPM ULM, Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis ULM, Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM dan semua pihak
yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang turut
berkontribusi sehingga buku ini dapat diterbitkan.
Kami mengharapkan semoga buku ini
bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT selalu
mencurahkan rahmat-Nya, kesehatan dan kebaikan
bagi kita semua. Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin.
Banjarmasin, September 2021
Penulis,
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................... iv
DAFTAR ISI..................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN...................................... 1
BAB II : LAHAN BASAH DI KALIMANTAN
SELATAN.................................................... 5
BAB III: INTEGRATED FARMING MANAGEMENT
(IFM)........................................................... 9
3.1. Pengertian IFM ......................................... 9
3.2. Peranan IFM ........................................... 12
3.3. Model Bisnis IFM Pada Lahan Basah ...... 13
BAB IV : IFM PERIKANAN BERBASIS PADI....... 19
BAB V : IFM TANAMAN SAYUR BERBASIS PADI23
BAB VI : IFM TANAMAN PANGAN LAINNYA ...... 27
BERBASIS PADI ............................................... 27
BAB VII : IFM TANAMAN BUAH-BUAHAN ......... 30
BERBASIS PADI ............................................... 30
BAB VIII : ........................................................ 32
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah v
IFM PADI DAN BAHAN SISA..............................32
8.1. Pemanfaatan Limbah Panen ....................34
8.2. Pemanfaatan Limbah Penggilingan Padi ..35
BAB IX : IFM DAN PENGEMBANGAN ................38
KEWIRAUSAHAAN ............................................38
MASYARAKAT ...................................................38
BAB XI : PENUTUP ...........................................51
DAFTAR PUSTAKA ............................................55
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Model Bisnis Integrated Farming
Management untuk Desa Cahaya Baru ..... 15
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah vii
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah viii
-PENDAHULUAN-
BAB I :
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan sektor andalan bagi
Indonesia sejak jaman dulu. Lahan pertanian yang
dimiliki Indonesia sangat luas dengan kondisi iklim
yang mendukung keberhasilan bagi sektor pertanian
tersebut. Berdasarkan hasil pemetaan Badan Penelitian
dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Kementerian
Pertanian dijelaskan bahwa luas lahan rawa di
Indonesia sekitar 33,43 juta Ha dan dari jumlah
tersebut, sebanyak 9,53 juta Ha ternyata sesuai untuk
kegiatan budidaya pertanian (Direktorat Buah dan
Florikultura, DirJend Hortikultura Kementerian
Pertanianan, 2021). Menurut Rosea et al. (2019),
pertanian yang berkelanjutan bertujuan untuk
menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan, dan
sosial dari pertanian, menciptakan sistem pertanian
yang tangguh dalam jangka panjang.
Sebagian besar masyarakat mengandalkan
kehidupan mereka dari hasil bertani. Namun sebaiknya
bertani tidak dipandang sebagai pekerjaan bercocok
tanam saja, karena dari kegiatan bertani dapat pula
digandeng dengan kegiatan lainnya yang masih terkait
dengan pemanfaatan lahan yang ada dan pemanfaatan
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 1
-PENDAHULUAN-
limbah pertanian tersebut. Hal ini juga dapat
membantu para petani agar tidak hanya mengandalkan
hasil panen padi sebagai satu-satunya sumber
pendapatan mereka. Seandainya terjadi kegagalan
panen, maka para petani tentu akan semakin terpuruk
jika hanya mengandalkan hasil panen padi tersebut.
Peristiwa banjir yang melanda Provinsi
Kalimantan Selatan pada awal Januari 2021
merupakan peristiwa yang salah satunya
mengakibatkan kerusakan lahan pertanian dan
kegagalan panen. Dewan Pengurus Serikat Petani
Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan mencatat ada
209.884 hektar lahan pertanian pangan yang
mengalami kerusakan akibat banjir di 11
kabupaten/kota di Kalsel. Keadaan ini tentu saja
membuat lahan pertanian tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Kemudian dijelaskan pula
bahwa dari 209.884 hektar lahan pertanian yang
rusak terdiri dari 188.895 hektar adalah lahan
persawahan dan 20.989 hektar adalah lahan
pertanian palawija dan hortikultura serta kolam
budidaya ikan. Lebih jauh dijelaskan juga bahwa
kerusakan terluas lahan pertanian terjadi di
Kabupaten Barito Kuala seluas 64.133 hektar, Tanah
Laut 37.440 hektar, Banjar 33.309 hektar, Hulu
Sungai 17.985 hektar serta Tapin 16.479 hektar.
Luas lahan pertanian tanaman pangan yang
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 2
-PENDAHULUAN-
mengalami kerusakan dan gagal panen mencapai
hampir 20 ribu hektar. BPPT merilis estimasi dampak
kerugian sektor pertanian sekitar 216,266 miliar
(Susanto, 2021 ; Sumedi & Wibowo, 2021).
Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura (Kadistan TPH) Batola
menjelaskan bahwa banjir terparah di awal 2021 ini
sangat riskan, karena menimpa sejumlah kawasan
sentra produksi pertanian di Batola, seperti
Kecamatan Mandastana, Rantau Badauh dan
Jejangkit serta beberapa kecamatan di sekitarnya
(Tabri & Eka Dinayanti, 2021).
Keadaan ini menjadi masalah besar bagi para
petani terlebih bagi petani yang masih mengandalkan
hasil panen sebagai satu-satunya sumber
penghasilan mereka. Sehubungan dengan hal
tersebut maka adanya terobosan pemikiran pertanian
terpadu menjadi sebuah alternatif terbaik.
Sistem pertanian didefinisikan sebagai sebuah
kumpulan dari sistem pertanian individu yang
memiliki basis sumber daya, pola usaha, mata
pencaharian dengan strategi dan intervensi
pembangunan yang berkesesuaian (Prakash et al.,
2015). Selanjutnya Franjaya et al. (2013)
mengemukakan bahwa sistem pertanian terpadu
merupakan sistem pertanian yang dicirikan dengan
adanya interaksi dan keterkaitan yang sinergis antar
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 3
-PENDAHULUAN-
berbagai aktivitas pertanian yang dapat meningkatkan
efisiensi, produktivitas, kemandirian, serta
kesejahteraan petani secara berkelanjutan.
Sistem pertanian terpadu merupakan sistem
pertanian yang mampu mewujudkan pembangunan
pertanian berkelanjutan (Nurcholis, 2011). Pertanian
terpadu dapat terwujud menjadi sebuah model bisnis
Integrated Farming Management (IMF) yang merupakan
pengelolaan atas perpaduan berbagai aktivitas yang
dapat dikaitkan dengan aktivitas utama berupa
penanaman padi. Haryanta et al., (2018) menyatakan
bahwa sistem Pertanian terpadu merupakan sistem
yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan,
perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait
dengan pertanian dalam satu lahan.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa sistem
pertanian terpadu diharapkan dapat menjadi salah
satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan,
program pembangunan dan konservasi lingkungan,
serta pengembangan desa secara terpadu Haryanta et
al., (2018). Dengan demikian, maka dapat dinyatakan
bahwa sistem pertanian terpadu sangat bermanfaat
dan sistem pertanian terpadu merupakan sebuah
sistem yang perlu dibangun dalam suatu kawasan
pertanian. Sistem pertanian tepadu hendaknya dapat
dikembangkan pada suatu kawasan mengacu pada
kesesuaian masing-masing wilayah.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 4
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
BAB II : LAHAN BASAH DI
KALIMANTAN
SELATAN
Kalimantan Selatan merupakan salah satu
provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi Kalimantan
Selatan terdiri dari 13 wilayah berupa 2 Kota dan 11
Kabupaten, yaitu Kota Banjarmasin yang merupakan
Ibukota Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru,
Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Banjar,
Kabupaten Tapin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten
Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tabalong dan
Kabupaten Kota baru. BPS (2020) telah mencatat luas
wilayah Kalimantan Selatan adalah 38.744,23 km2 atau
6,89 persen dari luas Pulau Kalimantan dan 1,96
persen dari luas wilayah Indonesia.
Kalimantan Selatan merupakan wilayah yang
sebagian besar tanahnya merupakan lahan gambut
atau lahan basah cukup luas . Wilayah lahan basah
merupakan wilayah memiliki ciri khas berupa wilayah
dengan tanah yang jenuh terhadap air, baik bersifat
tetap atau terus menerus maupun bersifat musiman
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 5
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
sehingga tanahnya kadang-kadang tergenang air
dangkal. Genangan air tersebut dapat berupa
genangan air yang mengalir dan dapat pula berupa
genangan air yang diam. Lahan basah dapat pula
dijadikan sebagai lahan untuk perkebunan, pertanian
dan perikanan.
Khusus untuk persawahan, Badan Pusat Statistik
(2020) mengemukakan bahwa 10,98 persen lahan
digunakan untuk persawahan. Luas panen sawah di
Kalimantan Selatan tahun 2019 tercatat seluas
356.245,95 hektar. Kemudian Badan Pusat Statistik
(2020) menjelaskan pula bahwa lahan panen terluas
terdapat di Kabupaten Barito Kuala yaitu seluas
88.342,77 hektar atau sebesar 24,79 persen dari luas
panen sawah Kalimantan Selatan.
Selanjutnya diketahui pula bahwa pada tahun
2020, Kabupaten Barito Kuala berhasil mencapai
produksi padi sebanyak 412.532 ton dengan rata-rata
produksi 35,59 kw/ha dan hasil ini setara dengan
beras sebanyak 261.215 ton (Badan Pusat Statistik,
2021). Hal ini tentu saja merupakan capaian yang
menggembirakan sebagai wujud berhasilnya
pengolahan lahan persawahan di wilayah tersebut dan
Kabupaten Barito Kuala memang terkenal sebagai
sentra produksi padi sawah.
Badan Pusat Statistik (2021) menyatakan bahwa
hampir semua kecamatan di Kabupaten Barito Kuala
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 6
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
merupakan sentra produksi padi sawah (Badan Pusat
Statistik, 2021). Kemudian dinyatakan pula bahwa
salah satu kecamatan sebagai sentra produksi padi
sawah tersebut adalah Kecamatan Jejangkit. Badan
Pusat Statistik (2021) mengemukakan bahwa pada
tahun 2020 Kecamatan Jejangkit memiliki luas panen
3224 ha dengan produktivitas 35,57 kw/ha dan
produksi sebanyak 11.469 ton serta produksi padi ini
setara dengan 7262 ton beras.
Pada Kecamatan Jejangkit terdapat sebuah desa
yang yang turut menjadi penyumbang produksi padi,
yaitu Desa Cahaya Baru. Desa Cahaya Baru memiliki
lahan pertanian yang luas dan wilayahnya sebagian
besar merupakan wilayah lahan basah. Badan Pusat
Statistik (2021) menyatakan bahwa luas panen padi
sawah untuk Desa Cahaya Baru pada tahun 2019
adalah 408 ha dan produksi padi sawah 1224 ton.
Sebagian besar penduduk Desa Cahaya Baru
mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber
pendapatan mereka. Selain ditanam padi, lahan
pertanian Desa Cahaya Baru juga dapat ditanami
tanaman sayur seperti cabe, tomat, terong dan timun.
Buah-buahan berupa jeruk juga dapat ditanam di desa
tersebut. Perikanan juga memungkinkan untuk
dikembangkan di sana.
Kondisi suatu wilayah sebagai wilayah lahan
basah (termasuk juga seperti wilayah Desa Cahaya
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 7
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
Baru) sudah tentu memerlukan perencanaan yang
cermat dan teliti agar lahan yang tersedia tetap
memiliki nilai guna dalam jangka waktu yang panjang.
Hal ini mengingat bahwa lahan basah memang
memiliki potensi untuk pengembangan pertanian,
khususnya tanaman pangan.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 8
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
BAB III: INTEGRATED
FARMING
MANAGEMENT (IFM)
3.1. Pengertian IFM
Pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh manusia sebagai upaya utuk memperoleh hasil
dari pemanfaatan berbagai sumberdaya hayati.
Manajemen sebagai proses mengelola sesuatu dengan
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
sangat diperlukan dalam pengelolaan sektor pertanian.
Menurut Haryanta et al (2018), sistem pertanian
terpadu merupakan sistem yang menggabungkan
kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan
dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu
lahan.
Pada dasarnya pertanian terpadu dipandang
sebagai suatu proses penyatuan berbagai potensi yang
ada pada lahan pertanian di wilayah tertentu.
Manajemen pertanian terpadu menekankan
pengelolaan pada pertanian yang mampu
menghasilkan produktivitas yang tinggi dan
berkelanjutan sehingga pengelolaan tersebut menjadi
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 9
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
efisien dan efektif. Lebih jauh Haryanta et al (2018)
mengemukakan bahwa sistem pertanian terpadu
merupakan satu sistem yang menggunakan ulang dan
mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan
sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang
meniru cara alam bekerja.
Integrated Farm Management (IFM) adalah
pendekatan bisnis pertanian spesifik lokasi yang
menggunakan perpaduan teknologi modern dan
metode tradisional terbaik (LEAF). Integrated Farm
Management (IFM) atau yang dikenal pula dengan
sebutan manajemen pertanian terpadu merupakan
sebuah pendekatan bisnis pertanian secara
menyeluruh yang bertujuan untuk membangun
pertanian yang berkelanjutan. Integrated Farm
Management (IFM) merupakan pendekatan yang
mampu menghasilkan sesuatu yang memberi nilai
tambah karena banyaknya manfaat lebih yang bisa
diperoleh. Integrated Farm Management (IFM)
diharapkan mampu mewujudkan pertanian dengan
para petani yang lebih sejahtera, melestarikan
lingkungan dan menggali potensi wilayah setempat
serta melibatkan masyaratkat setempat sebagai
pemeran utama dalam aktivitasnya. IFM
mengintegrasikan proses alami yang bermanfaat ke
dalam praktik pertanian modern terbaik, melestarikan
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 10
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
lingkungan dan menggabungkan teknologi dan inovasi
yang tepat
Prakash et al. (2018) mengemukakan bahwa
sistem pertanian terpadu melibatkan pemanfaatan
produksi primer dan produk sekunder dari satu sistem
sebagai input dasar yang saling terintegrasi sebagai
satu kesatuan yang utuh. Selanjutnya, LEAF
menyatakan bahwa aktivitas yang merupakan kunci
utama IFM adalah penggunaan input yang tepat dan
efisien, pendekatan yang lebih cerdas untuk
perencanaan bisnis dan inovasi serta teknologi baru
sehingga semuanya memberikan kontribusi pada
peningkatan produktivitas dan sekaligus dapat
melindungi sumber daya yang berharga.
Pertanian terpadu dipandang juga sebagai
penyatuan berbagai aktivitas pertanian yang dapat
dimanfaatkan sebagai wujud sinergitas pencapaian
tujuan dan perolehan hasil yang lebih baik. Integrated
Farming Management (IFM) atau manajemen pertanian
terpadu merupakan pengelolaan atas perpaduan
berbagai aktivitas pertanian melalui pemanfaatan
seluruh sumber daya yang dimiliki secara optimal
untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak
manfaatnya dan memberikan nilai tambah. Segala
sesuatu yang diperoleh dari Integrated Farming
Management (IFM) dipandang sebagai hal yang sangat
penting karena adanya tambahan manfaat dan
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 11
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
kemampuan memberikan nilai tambah yang tidak
diperoleh sebelumnya.
3.2. Peranan IFM
Integrated Farming Management (IFM) memegang
peranan penting dalam sektor pertanian. Hal ini
mengingat bahwa pertanian merupakan sumber
kehidupan bagi sebagian besar masyarakat. Adanya
pengelolaan pertanian terpadu atau Integrated Farming
Management (IFM) sebagai suatu pengelolaan atas
berbagai aktivitas pertanian yang dapat dipadukan
dengan aktivitas lain yang masih berkaitan dengan
pertanian tersebut diharapkan mampu meningkatkan
keragaman sumber pendapatan sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani.
Pertanian terpadu merupakan penyatuan potensi
yang ada pada lahan pertanian. (FACEonline, 2011)
menyatakan bahwa bagi para petani, Integrated
Farming Management adalah pengembangan yang logis
dari sistem pertanian mereka saat ini dengan
menggabungkan pertanian tradisional terbaik dengan
teknologi modern yang tepat. Kemudian dikemukan
pula bahwa integrated farming management
menyeimbangkan pengelolaan sumber daya yang
bertanggung jawab, kesejahteraan hewan, perawatan
pedesaan dan kelayakan ekonomi untuk kepentingan
semua.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 12
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
Sistem pertanian terpadu diharapkan mampu
mewujudkan pertanian yang lebih hemat energi,
mempertahankan keanekaragaman hayati dan
mencapai produksi optimum melalui diversifikasi
produk meski dalam lahan yang terbatas (Sulaeman,
2007). Tujuan utama dari sistem pertanian terpadu
adalah untuk memaksimalkan hasil dari semua
komponen pertanian (Prakash et al, 2015).
Upaya menemukan perpaduan sumber daya
lahan yang sesuai secara alamiah dapat memperbaiki
sifat marjinal dari lahan dan dapat meningkatkan
produktivitas lahan, serta pada akhirnya dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat (Nurcholis, 2011).
Penganekaragaman komoditas perlu dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan dan mengurangi resiko
kegagalan panen (Nazemi et al., 2012). Pengembangan
sistem pertanian terpadu yang diarahkan pada
kawasan pedesaan (rural) dan peri-urban (rurban)
diharapkan mampu membangun kemandirian petani
yang berkelanjutan (ekonomi dan sosial yang meningkat
serta lingkungan lestari) (Nurcholis, 2011).
3.3. Model Bisnis IFM Pada Lahan Basah
Kita semua telah mengetahui bahwa setiap
wilayah memiliki ciri geografis tersendiri. Satu wilayah
dengan wilayah lainnya sangat memungkinkan
memiliki ciri-ciri geografis yang berbeda. Jika dikaitkan
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 13
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
dengan pengembangan pertanian terpadu, maka
wilayah yang berhasil secara efisien dan efektif dalam
mengembangkan pertanian terpadunya adalah wilayah
yang tidak lupa memperhatikan kondisi geografis
wilayahnya dan kemampuan lokal wilayahnya. Model
bisnis Integrated Farming Management yang dibangun
harus menyesuaikan dengan hal tersebut.
Salah satu contoh pembuatan model bisnis untuk
Desa Cahaya Baru, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten
Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan sebagai
wilayah yang merupakan wilayah lahan basah adalah
model bisnis Integrated Farming Management berupa
manajemen pertanian terpadu hibrid. Model bisnis ini
merupakan model bisnis yang menyatukan berbagai
potensi yang ada pada lahan basah di wilayah Desa
Cahaya Baru. Model bisnis Integrated Farming
Management tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut ini.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 14
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
Gambar 3.1. Model Bisnis Integrated Farming
Management untuk Desa Cahaya Baru
Sumber : Hadiutomo (2019), Nurlia et al(2020),
Haryanta et al.(2018)
Model bisnis Integrated Farming Management
berupa manajemen pertanian terpadu hibrid adalah
sebuah model yang merupakan perpaduan antara
penanaman padi dengan tanaman pangan lainnya,
tanaman buah-buahan, tanaman sayur dan perikanan
serta pemanfaatan limbah panen dan limbah
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 15
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
penggilingan padi. Model bisnis ini dipandang juga
sebagai sebuah model bisnis dengan pemikiran agar
para petani Desa Cahaya Baru tidak hanya
memanfaatkan lahan pertanian sebagai lahan
persawahan saja.
Tanaman pangan lainnya yang dapat
dikombinasikan dengan tanaman padi adalah jagung
dan ubi-ubian. Tanaman buah-buahan yang dapat
dapat ditanam adalah jeruk dan pisang. Tanaman
sayur dapat berupa cabe, tomat, mentimun, kacang
panjang, kacang kedelai, buncis, terong. Kemudian
untuk budidaya ikan dapat berupa ikan nila dan
gabus (haruan). Selain memadukan berbagai
aktivitas tersebut, sebaiknya para petani juga dapat
memanfaatkan limbah panen padi dan limbah
penggilingan padi. Limbah panen padi dan limbah
penggilingan padi yang dibiarkan terbuang percuma
tentu sangat disayangkan, padahal limbah tersebut
sebenarnya dapat juga dikelola dengan baik, bahkan
mampu juga menambah pendapatan para petani.
Limbah pasca panen berupa jerami dapat dijadikan
sebagai pakan ternak. Kemudian limbah
penggilingan padi berupa sekam dapat dikelola
untuk berbagai manfaat, yaitu dapat dijadikan
sebagai media tanaman, pupuk organik, briket arang,
campuran pakan, alas kandang, pestisida cair dan
silika gel. Dedak sebagai limbah lainnya dari
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 16
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
penggilingan padi juga dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak.
Pembuatan model bisnis Integrated Farming
Management berupa manajemen pertanian terpadu
hibrid untuk Desa Cahaya Baru ini juga merupakan
salah satu upaya untuk melindungi para petani Desa
Cahaya Baru dari keterpurukan ekonomi jika terjadi
kegagalan panen padi. Hal ini mengingat bahwa pada
bulan Januari 2020 telah terjadi banjir bandang yang
mengakibatkan kerusakan parah pada kawasan sentra
produksi pertanian Desa Cahaya Baru dan pada saat
itu Kabupaten Batola mengalami kerusakan terluas
untuk lahan pertaniannya.
Model bisnis Integrated Farming Management
berupa manajemen pertanian terpadu hibrid untuk
Desa Cahaya Baru dibangun dengan harapan agar
para petani tidak hanya mengandalkan menanam padi
sebagai sumber pendapatan utama, namun juga dapat
memadukannya dengan mengelola aktivitas lain yang
masih berkaitan dengan pertanian untuk
meningkatkan pendapatan mereka.
Seiring dengan adanya perbedaan ciri geografis
untuk satu wilayah dengan wilayah lainnya dan juga
adanya perbedaan kemampuan lokal setiap wilayah,
maka model bisnis Integrated Farming Management
untuk masing-masing wilayah juga akan berbeda.
Semuanya harus disesuaikan dengan kondisi geografis
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 17
-INTEGRATED FARMING MANAGEMENT (IFM)-
wilayah masing-masing dan kemampuan lokal wilayah
tersebut.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 18
-IFM PERIKANAN BERBASIS PADI-
BAB IV : IFM
PERIKANAN
BERBASIS PADI
IFM perikanan berbasis padi dapat dilakukan
sebagai salah satu upaya dari pemanfaatan lahan
pertanian. Perpaduan antara menanam padi dengan
mengelola perikanan termasuk dalam kategori
pertanian terpadu sebagai sistem pertanian arti luas.
Menurut Haryanta et al. (2018), pertanian terpadu
sebagai sistem pertanian arti luas, yaitu optimalisasi
manfaat bagi manusia dengan perpaduan manajemen
tanaman pertanian, manajemen hewan ternak,
manajemen perikanan / budidaya perairan, dan
sumber daya hayati lainya.
Budidaya tanaman padi dapat dikombinasikan
dengan budidaya perikanan dan perpaduan ini
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
penggunaan lahan pertanian dan juga untuk
meningkatkan pendapatan petani. Haryanta et al.
(2018) telah menyebutkan bahwa contoh implementasi
model pertanian terpadu sebagai sistem pertanian arti
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 19
-IFM PERIKANAN BERBASIS PADI-
luas adalah sistem mina padi yaitu perpaduan antara
budidaya ikan dengan budidaya tanaman padi.
Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan
ikan di sela-sela tanaman padi, sebagai penyelang
diantara dua musim tanam padi atau pemeliharaan
ikan sebagai pengganti palawija di persawahan (Tupan,
2010). Hal ini berarti bahwa sistem mina padi sebagai
bagian dari pertanian terpadu merupakan sistem yang
dipandang sebagai upaya untuk memanfaatkan lahan
pertanian yang ada secara optimal.
Tupan (2010) mengemukakan bahwa :
“pemeliharaan ikan sebagai penyelang dilakukan
setelah tanah sawah dikerjakan sambil menunggu
penanaman padi. Lamanya pemeliharaan biasanya 20-
30 hari, sampai pada saat benih padi siap untuk
ditanam. Pada sistem ini biasanya hanya dilakukan
untuk pendederan benih ikan. Yang tujuannya adalah
setelah umur 20-30 hari, hasil dederan berubah
menjadi anak ikan yang siap ditebarkan di kolam”.
Selanjutnya menurut Tupan (2010), pemeliharaan
ikan di sawah yang dilakukan bersama dengan
tanaman padi. Lamanya pemeliharaan adalah sejak
benih padi ditanam sampai penyiangan I, penyiangan II
atau sampai tanaman padi mulai berbunga, kira-kira
umur tanaman padi 50 hari.
Lebih jauh dijelaskan Tupan (2010) bahwa :
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 20
-IFM PERIKANAN BERBASIS PADI-
“Pemeliharaan ikan ini dilakukan sebagai
pengganti tanaman palawija dalam pola pergiliran
tanam dengan padi. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan kesuburan sawah. Pada umumnya
pemeliharaan ikan sebagai palawija dilakukan setelah
dua kali masa tanam padi berturut-turut. Lama
pemeliharaan biasanya berkisar antara antara 80-90
hari. Ada dua macam usaha dalam pemeliharaan ikan
sebagai palawija yaitu pemeliharaan benih dan
pembesaran ikan”.
Jenis-jenis ikan yang dapat dipelihara pada
sistem mina padi adalah ikan nila, ikan gabus(haruan),
ikan mas, ikan mujair, ikan lele dan lain-lain. Menurut
Tupan (2010), ikan mas merupakan jenis ikan yang
paling baik dipelihara di sawah, karena ikan tersebut
dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang
dangkal, serta lebih tahan terhadap matahari.
IFM perikanan berbasis padi dapat dilakukan
dengan cara menyesuaikannya dengan kondisi lahan
pertanian yang tersedia dan disesuaikan pula dengan
sistem pengairan yang ada. Hal ini dilakukan agar
pemeliharaan ikan tidak mengganggu tanaman padi
sebagai tanaman utama yang ditanam untuk
pemanfaatan lahan pertanian tersebut.
Pengelolaan perikanan sebagai bagian dari
aktivitas pertanian terpadu juga harus memperhatikan
pemilihan jenis ikan yang tepat dan memahami tata
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 21
-IFM PERIKANAN BERBASIS PADI-
cara budidaya perikanan dengan baik dan benar.
Pemilihan benih ikan yang memiliki kualitas terbaik
dan pemilihan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi
tinggi menjadi faktor yang juga tak kalah penting untuk
diperhatikan. Hal ini dilakukan agar budidaya
perikanan tersebut mampu memberikan hasil
maksimal yang sesuai dengan harapan.
Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa
kesesuaian jenis ikan yang dipilih dan ketepatan
pengelolaan budidayanya dapat membuat pemanfataan
lahan pertanian berupa tanaman padi yang
dikombinasikan dengan perikanan menjadi lebih
optimal dan memberikan hasil yang maksimal.
Keberhasilan IFM perikanan berbasis padi akhirnya
dapat meningkatkan pendapatan petani.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 22
-IFM TANAMAN SAYUR BERBASIS PADI-
BAB V : IFM TANAMAN
SAYUR
BERBASIS PADI
IFM sayuran berbasis padi dapat dilakukan
sebagai salah satu upaya untuk memanfaatkan lahan
pertanian agar lebih optimal. Kombinasi antara
menanam padi dengan menanam sayuran sangat
mungkin dilakukan. Hal ini merupakan salah satu cara
memanfaatkan lahan pertanian secara optimal dan
berguna pula untuk meningkatkan pendapatan petani.
Tanaman sayuran merupakan salah satu jenis
tanaman lunak. Jenis tanaman sayuran, ada yang
berupa tanaman yang dapat dikonsumsi langsung
dalam bentuk segar dan ada pula berupa tanaman yang
harus dimasak terlebih dahulu agar dapat dikonsumsi.
Semua jenis tanaman sayuran bermanfaat untuk
menjadi pendamping makanan pokok dalam kehidupan
sehari-hari. Nazemi (2012) menyatakan bahwa
tanaman sayur yang dapat dikembangkan di lahan
pasang surut adalah tomat, cabai, timun, kacang
panjang, terong, buncis, kubis, bawang merah, waluh
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 23
-IFM TANAMAN SAYUR BERBASIS PADI-
dan aneka sayuran cabut seperti sawi, selada, bayam
dan kangkung.
Menurut Priyono (2017) beberapa jenis tanaman
yang cocok ditanam pada lahan berair adalah genjer,
kangkung dan sawi. Sebagian petani di Indonesia
memanfaatkan lahan tanam di sawah/sawah berawa
untuk ditanami genjer. Kemudian dijelaskan pula
bahwa untuk kangkung ada dua jenis yang sering
dibudidayakan petani, yaitu kangkung darat (tidak
membutuhkan terlalu banyak air dalam kehidupannya)
dan kangkung air (perlu sekali air untuk menunjang
kehidupannya). Untuk sawi, tergolong jenis tanaman
yang tahan terhadap lingkungan air yang cukup,
artinya lahan yang lembab dengan ketercukupan air.
Untuk mentimun, Saputra (2019) menjelaskan
bahwa jika penanaman dilakukan saat musim
kemarau pontensi hasil lebih besar dibanding musim
hujan dan serangan hama penyakit juga sangat minim.
Oleh karena itu biasanya banyak petani melakukan
penanaman saat musim hujan berakhir dan panen di
musim kemarau.
Selanjutnya menurut Saputra (2019) :
“Penanaman mentimun dilakukan dengan cara
membuat lubang tanam terlebih dahulu. Terdapat
beberapa rekomendasi ukuran lubang tanam salah
satunya adalah ukuran 50 cm x 100 cm. Untuk setiap
lubang tanam diisi satu biji mentimun. Setelah ditanam
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 24
-IFM TANAMAN SAYUR BERBASIS PADI-
tutup dengan tanah tipis-tipis atau abu jerami/sekam.
Tunas mentimun akan tumbuh setelah 4 -7 hari setelah
tanam. Untuk luas lahan 1 hektar dibutuhkan 3 kg biji
mentimun”.
Pada dasarnya jenis tanaman sayur apapun yang
akan yang ditanam pada lahan pertanian tanaman padi
harus juga memperhatikan kesesuaiannya dengan
lahan pertanian tersebut dan juga mempertimbangkan
kemampuan pengelolaannya. Aktivitas utama
menanam padi tidak boleh terganggu karena kehadiran
pengelolaan tanaman sayuran pada lahan tersebut.
Tanaman sayuran juga tidak boleh menghambat
pertumbuhan tanaman padi. Bagaimanapun,
penanaman padi dengan hasil produksi padi yang
sesuai dengan harapan merupakan sebuah keutamaan
dari sebuah lahan pertanian.
Pengelolaan tanaman sayuran sebagai bagian dari
aktivitas pertanian terpadu juga harus memperhatikan
tata cara budidaya yang baik dan benar. Hal ini harus
diperhatikan dengan tujuan agar budidaya tanaman
sayuran dapat menghasilkan produksi sayuran yang
sesuai dengan harapan. Pemilihan bibit tanaman
sayuran yang baik dan pemilihan jenis sayuran yang
memiliki nilai ekonomi tinggi menjadi bagian penting
dari keberhasilan penanaman sayuran tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kesesuaian jenis tanaman sayur yang dipilih untuk
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 25
-IFM TANAMAN SAYUR BERBASIS PADI-
suatu lahan dan ketepatan budidayanya dapat
menjadikan pemanfataan lahan pertanian berupa
tanaman padi yang dikombinasikan dengan tanaman
sayuran memberikan hasil yang optimal. Keberhasilan
IFM buah-buahan berbasis padi akhirnya mampu
meningkatkan pendapatan petani.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 26
-IFM TANAMAN PANGAN LAINNYA BERBASIS PADI-
BAB VI : IFM TANAMAN
PANGAN LAINNYA
BERBASIS PADI
IFM tanaman pangan lainnya berbasis padi dapat
dilakukan sebagai salah satu upaya dari pemanfaatan
lahan pertanian. IFM tanaman pangan lainnya
berbasis padi termasuk dalam kategori sistem
pertanian arti sedang. Haryanta et al. (2018)
mengemukakan bahwa : “Pertanian terpadu sebagai
sistem pertanian arti sedang yaitu optimalisasi manfaat
tanaman pertanian bagi manusia dengan perpaduan
manajemen berbagai kelompok tanaman (tanaman
tahunan, tanaman hutan, tanaman semusim, tanaman
pangan, tanaman hortikultura, tanaman hias, tanaman
obat, dan lain-lain)”.
Pada pertanian lahan basah, adanya kombinasi
penanaman padi dengan penanaman tanaman pangan
lainnya juga dapat diwujudkan. Hal ini merupakan
salah satu upaya yang dilakukan agar lahan pertanian
dapat dimanfaatkan secara optimal. Di samping itu,
adanya perpaduan tanaman padi dengan tanaman
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 27
-IFM TANAMAN PANGAN LAINNYA BERBASIS PADI-
pangan lainnya diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan petani.
Ada dua sistem usaha tani terpadu yang cocok di
kembangkan di lahan rawa, yaitu usaha tani berbasis
tanaman pangan dan sistem usaha tani berbasis
komoditas andalan (Atmaja (2019). Kedua sistem ini
memiliki ciri khas tersendiri dengan penitikberatan
yang berbeda.
Atmaja (2019) juga menjelaskan bahwa sistem
usaha tani berbasis tanaman pangan bertujuan untuk
menjamin keamanan pangan bagi petani. Kemudian
Atmaja (2019) juga menyatakan bahwa model usaha
tani berbasis komoditas andalan adalah dapat
dikembangkan dalam skala luas dalam prespektif
pengembangan sistem usaha agribisnis.
Menurut Nazemi (2012), tanaman pangan lainnya
yang dapat dikembangkan di lahan pasang surut
adalah padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau dan ubi-ubian. Kemudian untuk tanaman
kedelai, Darmiaty (2019) menjelaskan bahwa :
“pola tanam untuk tanaman kedelai dibagi
menjadi dua kategori, yaitu sawah irigasi dan sawah
tadah hujan. Pada lahan sawah irigasi biasanya
menggunakan pola tanam padi- padi – kedelai dan pola
tanam padi – kedelai – kedelai. Pada lahan sawah tadah
hujan pola tanam yang digunakan adalah padi – jaging
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 28
-IFM TANAMAN PANGAN LAINNYA BERBASIS PADI-
– kedelai dan pola tanam padi – kacang tanah –
kedelai”.
Pengelolaan tanaman pangan lainnya sebagai
bagian dari aktivitas pertanian terpadu sudah tentu
harus memperhatikan tata cara budidaya yang tepat.
Hal ini dilakukan agar budidaya tanaman pangan
lainnya mampu memberikan hasil produksi yang
maksimal. Pemilihan bibit tanaman pangan lainnya
yang memiliki kualitas unggul dan pemilihan jenis
tanaman pangan lainnya yang sesuai dengan sifat
lahan serta pemilihan tanaman pangan lainnya yang
memiliki nilai ekonomi tinggi menjadi bagian yang turut
menentukan keberhasilan penanaman tanaman
pangan lainnya.
Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa
kesesuaian jenis tanaman pangan lainnya yang dipilih
untuk suatu lahan dan ketepatan pengelolaan
budidayanya dapat menjadikan pemanfataan lahan
pertanian berupa tanaman padi yang dikombinasikan
dengan tanaman pangan lainnya memberikan hasil
yang optimal. Keberhasilan IFM tanaman pangan
lainnya berbasis padi yang berkelanjutan akan mampu
meningkatkan pendapatan petani.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 29
-IFM TANAMAN BUAH-BUAHAN BERBASIS PADI-
BAB VII : IFM TANAMAN
BUAH-BUAHAN
BERBASIS PADI
IFM buah-buahan berbasis padi dapat dilakukan
sebagai salah satu upaya optimalisasi pemanfaatan
lahan pertanian. Keberhasilan pengelolaan tanaman
padi yang dikombinasikan dengan tanaman buah-
buahan tentu saja dapat pula meningkatkan
pendapatan petani. Para petani hendaknya dapat
memanfaat lahannya seoptimal mungkin.
Menurut Direktorat Buah dan Florikultura,
DirJend Hortikultura Kementerian Pertanianan (2021),
tanaman buah yang dapat dibudidayakan di lahan
rawa diantaranya : jeruk, jambu, rambutan, durian,
durian, duku, salak, manggis, pisang, nenas. Nazemi
(2012) menyatakan bahwa tanaman buah-buahan yang
dapat dikembangkan di lahan pasang surut adalah
nenas, semangka, timun suri, jeruk, rambutan dan
pisang.
Pengelolaan tanaman buah pada lahan pertanian
merupakan suatu bagian dari pertanian terpadu.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 30
-IFM TANAMAN BUAH-BUAHAN BERBASIS PADI-
Keberhasilan penanaman tanaman buah tersebut tentu
saja sangat tergantung pada banyak faktor. Ketepatan
pemilihan jenis tanaman buah untuk ditanam pada
suatu lahan menjadi faktor yang sangat perlu
diperhatikan. Kemudian adanya pengelolaan budidaya
tanaman buah yang baik dan benar, biasanya mampu
menghasilkan produksi buah-buahan yang sesuai
dengan harapan.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah
kemampuan memilih jenis tanaman yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Penggunaan bibit unggul yang sesuai
dengan kemampuan tumbuh kembang pada lahan
yang tersedia juga turut menentukan keberhasilan
penanaman tanaman buah.
Pengelolaan budidaya tanaman buah juga
memerlukan tekhnologi yang tepat dan tekhnologinya
dapat digunakan secara baik dan benar untuk aktivitas
pengelolaan budidaya tanaman buah tersebut. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sifat dan tipe lahan
yang ada serta tata cara pengelolaan tanaman buah
harus benar-benar dipahami sehingga pemanfataan
lahan pertanian berupa tanaman padi yang
dikombinasikan dengan tanaman buah dapat
memberikan hasil yang optimal dan berkelanjutan.
Pada akhirnya, keberhasilan IFM buah-buahan
berbasis padi mampu meningkatkan pendapatan
petani.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 31
-IFM PADI DAN BAHAN SISA-
BAB VIII :
IFM PADI DAN
BAHAN SISA
Luasnya lahan persawahan menunjukkan pula
potensi hasil pertanian yang dapat diperoleh pada
lahan tersebut. Adanya keberhasilan panen pada lahan
persawahan yang luas berarti pula menunjukkan
bahwa hasil panen menjadi melimpah ruah. Cory
(2021) menjelaskan bahwa produktivitas lahan
pertanian pada tahun 2020 memang menghasilkan
sejumlah 54,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG)
atau mengalami kenaikan sejumlah 45,17 ribu ton atau
sebesar 0,08 persen dibandingkan tahun 2019 yang
sejumlah 54,60 ton GKG. Selanjutnya Cory (2021)
menjelaskan pula bahwa jika dikonversikan menjadi
komoditas beras untuk bahan konsumsi pangan, maka
pada tahun 2020 jumlahnya mencapai 31,33 juta ton
mengalami peningkatan sejumlah 21,46 ribu ton atau
sebesar 0,07 persen dibandingkan tahun 2019
sejumlah 31,31 juta ton.
Hasil panen yang melimpah berarti pula akan
menimbulkan adanya bahan sisa. Bahan sisa yang
dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 32
-IFM PADI DAN BAHAN SISA-
biasanya disebut sebagai limbah. Bahan sisa dari
kegiatan pertanian berupa limbah panen padi dan
limbah penggilingan padi. Semua limbah ini jika tidak
dikelola dengan baik akan berpotensi mencemari
lingkungan dan juga dapat mengganggu kesehatan.
Limbah panen sebaiknya tidak dibuang percuma.
Limbah panen hendaknya sedapat mungkin
diusahakan menjadi sebagai sesuatu yang
mendatangkan manfaat. Tentu saja akan lebih baik lagi
jika limbah panen dapat diolah menjadi sesuatu yang
memiliki nilai jual sebagai salah satu upaya
meningkatkan pendapatan petani. Pappa (2018)
menyatakan bahwa limbah pertanian masih dapat
dikelola guna meningkatkan kesejahteraan.
Adanya pemanfaatan limbah padi berarti pula
bahwa hal ini merupakan Integrated Farming
Management (IFM) padi dan bahan sisa. Abolla et al.,
(2018) mengemukakan bahwa dalam sistem pertanian
terpadu seluruh potensi sumber daya yang dimiliki
masing-masing komponen usaha tani dapat
dimanfaatkan secara optimal dengan prinsip zero
waste, dengan kata lain tidak ada limbah atau hasil
samping yang terbuang percuma.
Pemanfaatan limbah padi masih terbatas saat ini,
sehingga disaat musim panen limbah padi yang
melimpah dapat mencemari lingkungan terutama di
saat panen pada musim penghujan (Rahmiati et al.,
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 33
-IFM PADI DAN BAHAN SISA-
2019). Hal ini berarti bahwa limbah padi masih
belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar
limbah padi tersebut dibiarkan terbuang begitu saja.
8.1. Pemanfaatan Limbah Panen
Panen padi akan menimbulkan limbah panen
berupa jerami. Setelah panen padi, maka bulir padi
atau gabah dipisahkan dari jerami. Jerami adalah
tangkai batang yang telah dipisahkan dari bulir padi
atau gabah tersebut. Jerami biasanya dibiarkan
bertumpuk di sekitar areal persawahan dan tidak
dimanfaatkan optimal sebagai sesuatu lebih
bermanfaat. Padahal jerami tersebut dapat diolah
menjadi sesuatu yang memiliki nilai manfaat yang lebih
tinggi.
Jerami yang dihasilkan dari sisa hasil panen padi
diperkirakan sekitar 150% dari produksi gabah kering
panen (Hadiutomo, 2019 : 127). Para petani ada yang
membakar jerami dengan sengaja sebagai cara mudah
untuk memusnahkannya dan ini berpotensi
menimbulkan polusi udara serta mengganggu
kesehatan. Pada dasarnya jerami yang dibakar di di
tempat memang dapat juga mengembalikan hara dari
jerami ke dalam tanah, mematikan hama dan sekaligus
mematikan gulma. Namun demikian, sebaiknya petani
juga harus mempertimbangkan kebaikan dan
keburukan dari aktivitas membakar jerami tersebut.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 34
-IFM PADI DAN BAHAN SISA-
Hadiutomo (2019) mengemukakan bahwa
sebaiknya jerami jangan dibakar, tetapi diolah menjadi
pupuk organik yang nantinya dikembalikan lagi ke
tanah sawah pupuk organik ini dapat menambah
kandungan bahan organik tanah sehingga akan dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini menunjukkan
bahwa jerami dapat memberikan manfaat yang lebih.
Selanjutnya Hadiutomo (2019) juga menyatakan bahwa
pupuk organik bisa dibuat dalam berbagai macam
bentuk yaitu pupuk kompos atau pupuk organik
granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada
penggunaan,biaya dan aspek pemasarannya.
8.2. Pemanfaatan Limbah Penggilingan Padi
Penggilingan padi akan menimbulkan limbah
berupa sekam dan dedak. Pada saat gabah digiling
maka terpisah antara sekam (kulit gabah) dengan
beras. Hal ini berarti bahwa pula bahwa dari proses
pemisahan sekam dengan beras akan menimbulkan
limbah berupa sekam (kulit gabah), bekatul (serbuk
kulit ari beras) dan dedak (campuran bekatul kasar
dengan serpihan sekam yang kecil-kecil).
Limbah penggilingan padi hendaknya dapat juga
dimanfaatkan agar tidak terbuang percuma. Limbah
penggilingan padi akan lebih baik lagi jika mampu
diolah menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual
sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 35
-IFM PADI DAN BAHAN SISA-
Sekam memiliki manfaat yang sangat banyak.
Hadiutomo (2019) menyatakan bahwa pemanfaatan
sekam antara lain sebagai media tanam untuk tumbuh
jamur dan tanaman hias, pupuk organik, bahan bakar
(sumber energi alternatif), silica gel, abu gosok dan
campuran bahan pembuat genting. Nurlia et al. (2020)
menyatakan bahwa sekam padi adalah bahan yang
menjadi campuran tempurung kelapa dan bonggol
jagung dalam pembuatan pestisida cair ramah
lingkungan.
Sekam padi mempunyai kandungan silika yang
tinggi, sehingga berpotensi dimanfaatkan untuk
berbagai aplikasi, salah satunya sebagai bahan pengisi
barang jadi karet (Falaah et al., 2016). Arang sekam
memiliki banyak manfaat baik di dunia pertanian
maupun untuk kebutuhan industri (Rahmiati et al.,
2019).
Hadiutomo (2019) menyatakan bahwa dedak
merupakan hasil penyosohan pertama pertama
(ukuran relatif kasar dan kadang-kadang masih
tercampur dengan potongan sekam) umumnya
digunakan sebagai pakan ternak. Selanjutnya Hadi
utomo (2019) menjelaskan pula bahwa bekatul
merupakan hasil penyosohan kedua (ukuran halus).
Pemanfaatan bekatul masih terbatas, karena hambatan
sifat komoditas ini yang mudah rusak/tengik.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 36
-IFM PADI DAN BAHAN SISA-
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dinyatakan bahwa limbah dari aktivitas panen padi dan
limbah dari aktivitas penggilingan padi dapat
dimanfaatkan dengan baik dan tidak terbuang
percuma. Pemanfaatan limbah panen padi dan limbah
penggilingan padi merupakan suatu upaya untuk
menjadikan limbah tidak lagi dipandang sebagai
sesuatu yang berpotensi mencemari lingkungan dan
mengganggu kesehatan. Ketika limbah dapat
dimanfaatkan dengan baik dan benar, maka limbah
tersebut menjadi sesuatu yang sangat berguna,
memiliki nilai tambah dan memiliki peluang untuk
dijadikan sebagai sesuatu yang memiliki nilai
ekonomis. Jika sudah berdampak pada nilai ekonomis,
maka keberhasilan IFM padi dan bahan sisa yang
terwujud dalam pemanfaatan dan pengolahan sesuatu
yang memiliki nilai tambah akhirnya dapat pula
meningkatkan pendapatan petani.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 37
-IFM DAN PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT-
BAB IX : IFM DAN
PENGEMBANGAN
KEWIRAUSAHAAN
MASYARAKAT
Kewirausahaan merupakan suatu proses
menciptakan sesuatu agar dapat memiliki nilai tambah.
Kewirausahaan identik dengan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang disertai dengan kreativitas
sehingga terciptalah keunikan yang memberikan nilai
tambah. Nilai tambah yang melekat pada hasil dari
sebuah kreativitas biasanya akan memberikan nilai
ekonomi sehingga apa yang dihasilkan tidak hanya
bermanfaat bagi sesama, namun juga memberikan
manfaat dari sisi ekonomi. Menurut Deka et al. dalam
Prakash (2015), nilai tambah umumnya dipahami
dalam konteks menambah nilai pada produk.
Kewirausahaan identik juga dengan suatu nilai
yang terwujud melalui kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang lain.
Hal ini mengingat bahwa kewirausahaan merupakan
proses menerapkan kreativitas dan juga inovasi untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan
yang lain serta memiliki nilai tambah secara ekonomi.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 38
-IFM DAN PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT-
Kewirausahaan hendaknya dapat dikembangkan dari
waktu ke waktu.
Pengembangan kewirausahaan secara terus
menerus menjadi hal yang sangat diperlukan agar
segala sesuatu dapat diciptakan menjadi lebih baik dan
memiliki nilai tambah. Demikian juga halnya dengan
aktivitas dalam Integrated Farming Management (IFM)
atau manajemen pertanian terpadu. Kehadiran
Integrated Farming Management (IFM) sebagai sebuah
pengelolaan yang tepat atas lahan pertanian yang
tersedia merupakan sesuatu yang tidak hanya dinilai
dapat memberikan berbagai manfaat atas penggunaan
lahan, namun juga dinilai dapat membuka peluang
untuk pengembangan kewirausahaan masyarakat.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
untuk pengembangan kewirausahaan masyarakat
berbasis Integrated Farming Management (IFM) adalah
pendekatan partisipatif. Pendekatan partisipatif
dikenal sebagai sebuah pendekatan yang melibatkan
masyarakat secara aktif. Pendekatan partisipatif
bertujuan untuk mengembangkan program
masyarakat secara bersama-sama. Pendekatan ini
sebaiknya digunakan karena terkait dengan pentingnya
melibatkan masyarakat dalam mengenal potensi apa
saja yang dapat dikembangkan untuk mewujudkan
Integrated Farming Management (IFM) dan biasanya
juga sangat berguna untuk menelaah kemungkinan
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 39
-IFM DAN PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT-
adanya kendala yang akan dihadapi dalam
pengembangan tersebut.
Adanya keterlibatan masyarakat sebagai pelaku
utama dalam proses pengembangan kewirausahaan
diharapkan dapat menciptakannya suasana saling
berbagi, bertukar pikiran untuk mendiskusikan
banyak hal, menambah pengetahuan dan
menganalisis kondisi yang ada serta memprediksi
kemungkinan kendala yang akan dihadapi.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan
program pengembangan kewirausahaan dapat juga
membuat program itu menjadi lebih sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan tingkat kepedulian
masyarakat dalam menjalankan program tersebut juga
akan lebih tinggi.
Pengembangan kewirausahaan berbasis
Integrated Farming Management (IFM) juga harus
didukung oleh adanya pemberian pengetahuan yang
baik dan benar tentang apa yang akan dikembangkan.
Para petani sebagai pihak yang menjadi pemeran
utama harus diberi pengetahuan yang disertai dengan
arahan tentang apa yang akan dikembangkan dan
harus memahami bagaimana tata kelola
pengembangan kewirausahaan tersebut. Pelaksanaan
pengembangan kewirausahaan ini juga harus
didukung oleh pihak terkait sebagai pihak yang turut
membantu kelancaran pelaksanaannya.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 40
-IFM DAN PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT-
Sebuah contoh nyata dapat dilihat pada Desa
Cahaya Baru, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito
Kuala. Desa Cahaya Baru merupakan salah satu desa
yang menjadi penghasil beras. Lahan pertanian di desa
ini juga sangat luas. Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya di Desa Cahaya Baru mempunyai peluang
besar untuk mengembangkan kewirausahaan yang
beranekaragam. Sebaiknya lahan pertaniannya jangan
hanya digunakan untuk menanam padi saja, namun
bisa juga dikombinasikan dengan tanaman pangan
lainnya, tanaman sayur, tanaman buah-buahan dan
perikanan. Setiap musim panen padi tiba, pada Desa
Cahaya Baru juga terbuka peluang yang besar untuk
pengembangan kewirausahaan yang beraneka ragam
terkait dengan adanya bahan sisa berupa limbah panen
dan limbah penggilingan padi.
Seperti kita ketahui bahwa limbah panen padi
adalah jerami. Jerami yang dihasilkan dari sisa hasil
panen padi diperkirakan sekitar 150% dari produksi
gabah kering panen/GKP (Hadiutomo, 2019).
Sebenarnya banyaknya jerami yang dihasilkan dalam
sekali panen bervariasi jumlahnya, biasanya
tergantung pada lokasi penanaman padi dan jenis
varietas padi yang ditanam serta keberhasilan
penanaman padi itu sendiri. Para petani dapat
memanfaatkan jerami untuk diolah menjadi pupuk.
Pembuatannyapun hanya memerlukan bahan-bahan
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 41
-IFM DAN PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT-
yang mudah didapatkan. Hadiutomo (2019)
menjelaskan bahwa bahan yang harus disiapkan untuk
membuat pupuk kompos adalah jerami, bak air, ember,
bak fermentasi, aktivator pengoposan, alat pengaduk
dan plastik atau terpal sebagai penutup.
Para petani dapat juga memanfaatkan limbah
penggilingan padi berupa dedak untuk diolah menjadi
pakan ternak. Kemudian para petani juga dapat
memanfaatkan limbah penggilingan padi berupa
sekam untuk diolah menjadi pupuk organik, briket
arang, media tanaman, campuran pakan, pestisida
cair, silika gel dan alas kandang, Semua limbah panen
dan limbah penggilingan padi tersebut dapat
mendatangkan manfaat melalui pengolahannya dalam
pengembangan kewirausahaan sehingga dapat
menghasilkan aneka ragam produk yang memiliki nilai
tambah.
Sebagai contoh, para petani juga dapat
mengembangkan kewirausahaan dengan cara
mengolah sekam menjadi briket arang. Menurut Nurlia
et al (2020), hasil pengamatan menunjukkan bahwa
dari 100 kg sekam padi hampa dapat diperoleh rata-
rata 63,93 kg arang sekam. Hal ini berarti pula bahwa
tumpukan jerami yang jumlahnya sangat besar dalam
sekali panen, tentu akan menghasilkan jumlah briket
arang yang besar pula jika diolah dengan tepat.
Integrated Farming Management Pada Lahan Basah 42