BUKU AJAR
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
BERBASIS KONSTRUKTIVISTIK
PANDUAN BAGI SISWA/SISWI SMA KELAS XI
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
bahan ajar ini.
Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta didik ddalam rangka pembelajaran
dalam Pendidikan. Sesuai dengan segmentasi peserta, maka bahan ajar ini disusun dengan
kualifikasi yang tidak diragukan lagi .
Teknik penyajian yang diangkat dilakukan secara terpadu tanpa pemilihan berdasarkan jenjang
Pendidikan anak SMA. Cara ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya pengulangan topik
berdasarkan jenjang Pendidikan yang ada.
Pembahasan modul ini dimulai dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai. Kelebihan modul
ini, Anda bisa melihat keterpaduan materi adaptasi dan mitigasi bencana alam secara
konstruktivistik berbasis digital.
Pembahasan yang akan disampaikan pun disertai dengan soal-soal yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat ketercapaian dan ketuntasan.
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan bahan ajar ini masih banyak kekurangan, untuk
itu penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan modul
ini memberikan manfaat.
Surabaya, 12 Oktober 2020
Ade Irwansah
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7. Menganalisis jenis dan
3.7.1. Menganalisis resiko bencana di
penanggulangan bencana alam melalui Indonesia
edukasi, kearifan lokal, dan
pemanfaatan teknologi modern. 3.7.2. Mengidentifikasi bencana alam
yang ada disekitar kita
4.7. Membuat sketsa, denah, dan/atau peta
potensi bencana wilayah setempat serta 3.7.3. Menjelaskan karakteritik
strategi mitigasi bencana berdasarkan bencana
3.7.4. Menjelaskan siklus
penanggulangan bencana
3.7.5. Mengidentifikasi lokasi
rawanbencana alam di
Indonesia
3.7.6. Menganalisis persebaran
bencana alam di Inodensia
3.7.7. Menjelaskan peran
lembaga penanggulan
bencana alam
3.7.8. menganalisis penanggulangan
bencana alam melalui edukasi
3.7.9. menganalisis penanggulangan
bencana alam dengan kearifan
lokal
3.7.10. menganalisis
penanggulangan bencana
alam dengan memanfaatkan
teknologi modern
3.7.11.mengkreasikan gagasan kreatif
untuk menanggulangi bencana
alam
4.7.1.membuat peta potensi/kerawanan
bencana di Indonesia
4.7.2. Mengumpulkan data yang terkait
tentang penanggulangan bencana
ANALIS PROGRAM PEMBELAJARAN
Materi : Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam
Kelas : XI IPS
Semester : Genap
Nomor Judul Bab Materi Alokasi Model
Waktu Pembelajaran
Ceramah dan
1 - 1. Perkenalan 45 menit
Diskusi
2. Kontrak Belajar Cooperatif
Learning
Resiko Bencana 1. Pengertian Resiko 2x45 Menit
Cooperatif
2 Bencana Learning
2. Macam-Macam Resiko Cooperatif
Learning
Bencana
Cooperatif
Jenis dan 1. Pengertian bencana 2x45 Menit Learning
Karkteristik alam
3 Bencana 2. Jenis-jenis bencana alam
3. Siklus penanggulanga
Bencana Alam
Persebaran 1. Daerah rawan bencana 2x45 Menit
daerah rawan 2. Macam-mcam Lembaga
4 bencana dan penanggulangan
Lembaga bencana
penanggulangan
bencana alam
Penanggulangan 1. Penanggulangan 2x45 Menit
5 Bencana bencana dengan
edukasi, kearifan local
dan teknologi
GLOSARIUM
Bencana
Kejadian yang menimbulkan kerugian baik harta, benda, maupun nyawa yang
disebabkan karena faktor alam dan ulah manusia
Kesiapsiagaan
Kemampuan pemerintah, masyarakat, dan individu untuk menanggapi bencana
dengan cepat dan efektif.
Mitigasi
Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
Pencengahan bencana
Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi dampak
atau mengurangi ancaman bencana
Pengungsi
Orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat
tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti akibat dampak bencana
Peringatan dini
Kegiatan memberikan peringatan secepat mungkin tentang kemungkinan
terjadinya bencana oleh lembaga yang berwenang
Rehabilitasi
Kegiatan pemulihan masyarakat setelah terjadi bencana dan perbaikan fasilitas
umum sehingga kondisi normal kembali
Rekonstruksi
Tahap pembangunan kembali semua sarana dan prasarana agar kegiatan
ekonomi, sosial budaya kembali berkembang dan aktivitas masyarakat kembali
bangkit.
Resiko
Kemungkinan terjadinya sutau bencana, kecelakaan atau malapetaka
Tanggap darurat bencana
Kegiatan yang dilakukan segera saat terjadinya bencana untuk mengurangi
dampak buruk bencana
Daftar Isi
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
GLOSARIUM.................................................................................................................... iv
PETA KONSEP .................................................................................................................. v
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Identitas Bahan Ajarl ................................................................................................... 1
B. Kompetensi Dasar ......................................................................................................... 1
C. Deskripsi Singkat Materi............................................................................................... 1
D. Strategi Belajar.............................................................................................................. 2
E. Materi Pembelajaran ..................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................... 4
ANALISIS RESIKO BENCANA DI INDONESIA
A. Tujuan Pembelajaran……………………………………………………………...3
B. Indikator…………………………………………………………………………..3
C. Uraian Materi……………………………………………………………………..3
D. Rangkuman………………………………………………………………………11
E. Penugasan Mandiri……………………………………………………………….11
F. Latihan Soal……………………………………………………………………...11
G. Evaluasi…………………………………………………………………………..12
BAB II
JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULANGAN
BENCANA………………………………………………………………………………14
A. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………….14
B. Indikator………………………………………………………………………… 14
C. Uraian Materi…………………………………………………………………… 14
D. Rangkuman…………………………………………………………………....... 33
E. Penugasan Mandiri……………………………………………………………… 33
F. Latihan Soal…………………………………………………………………….. 34
G. Evaluasi…………………………………………………………………………. 34
BAB III
JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULANGAN
BENCANA………………………………………………………………………………
A. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………
B. Indikator………………………………………………………………………
C. Uraian Materi…………………………………………………………………
D. Rangkuman…………………………………………………………………...
E. Penugasan Mandiri………………………………………………………
F. Latihan Soal…………………………………………………………………
G. Evaluasi……………………………………………………………………
BAB III
PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI INDONESIA DAN LEMBAGA-
LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA……………………….35
A. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………….35
B. Indikator…………………………………………………………………………35
C. Uraian Materi……………………………………………………………………35
D. Rangkuman………………………………………………………………….......46
E. Penugasan Mandiri……………………………………………………………...46
F. Latihan Soal……………………………………………………………………..47
G. Evaluasi………………………………………………………………………….47
BAB IV
PENANGGULANGAN BENCANA MELALUI EDUKASI, KEARIFAN LOKAL DAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN PERAN MASYARAKAT DALAM MITIGASI
BENCANA ALAM…………………………………………………………………….48
A. Tujuan Pembelajaran……………………………………………………………48
B. Indikator………………………………………………………………………...48
C. Uraian Materi…………………………………………………………………...48
D. Rangkuman…………………………………………………………………......48
E. Penugasan Mandiri……………………………………………………………..54
F. Latihan Soal…………………………………………………………………….54
G. Evaluasi…………………………………………………………………………55
PENUTUP………………………………………………………………………………55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...56
A. Identitas Bahan Ajar PENDAHULUAN
Mata Pelajaran
Kelas : Geografi
Alokasi Waktu : XI
Judul Modul : 4 x 4 jp
: Mitigasi Bencana Alam
B. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis mitigasi dan adaptasi bencana alam
4.7 Membuat sketsa, denah, dan/atau peta potensi bencana wilayah setempat serta strategi
mitigasi bencana berdasarkan peta tersebut
C. Deskripsi Singkat Materi
Halo, anak-anak hebat di seluruh Indonesia, semoga selalu semangat dalam belajar.
Senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia yang diberikanNya, sehingga kita dapat terus
belajar tanpa mengenal lelah. Jadilah generasi pejuang yang mencintai bangsa Indonesia
sepenuh hati.
Pada materi mengenai Dinamika Planet Bumi dan juga dinamika litosfer, kita udah
mempelajari kalo ternyata Indonesia terletak diantara 3 lempeng aktif dunia yaitu lempeng
eurasia, lempeng hindia-australia, dan juga lempeng pasifik, itulah kenapa Indonesia itu
termasuk negara yang rawan akan bencana, untuk beradaptasi dengan hal ini, kita perlu
mempelajari mitigasi bencana atau penanggulangan bencana.
Indonesia merupakan negara yang kaya dan unik, yang terletak di antara dua benua
yaitu Benua Asia dan Benua Australia, dan terletak di antara dua samudera yaitu Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia dilalui oleh sirkum Medeterenia dan Sirkum
Pasifik dan berada di pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Indo-Australia dan lempeng Pasifik sehingga menyebabkan Indonesia banyak memiliki
gunung api dan dikenal dengan sebutan negara yang dikelilingi gunung api (ring of fire).
Kondisi ini berdampak pada intensitas bencana alam di Indonesia tergolong tinggi seperti
gempa bumi, gunung meletus, tsunami, longsor dan lain sebagainya.
Nah, kita sebagai penduduk Indonesia diharapkan mampu mengetahui jenis dan
karakteristik bencana serta dampaknya sehingga dapat melakukan antisipasi dan mencari
solusi dalam mengatasi bencana tersebut. Bagaimana caranya? Ya, dengan belajar dan
menguasai iptek. Semoga dengan mempelajari modul ini kita dapat memperoleh
pengetahuan yang berharga untuk kita amalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
membangun negeri tercinta ini.
1
D. AKTIVITAS SKEMATA AWAL
Kegiatan 1. Ativitas Skemata Awal
Tuliskan ketertarikan anda terhadap materi yang akan anda pelajari dan
hubunganya dengan kehidupan sehari-hari !
.................................................................
...........
.................................................................
...........
.................................................................
...........
E. ST.R. .A.T. E. .G. I. .B.E. L. .A.J.A. R. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.K. e. g. i.a.ta.n. 2. .. . Ayo Kita Lakukan !
Selama kalian mempelajari materi ini, lakukan kegiatan dibawah ini !
1. Menggarisbawahi dan menyelidiki ide utama dari buku
2. Buatlah kerangka garis besar/menggambar peta konsep untuk setiap topik yang kalian
pelajari
PETA KONSEP
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
2
BAB 1
Analisis Resiko Bencana Di Indonesia
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan BAB 1 ini kalian diharapkan mampu memahami analisis resiko
becana bencana dengan cermat dan penuh rasa ingin tahu.
B. Indikator
Menjelaskan pengertian resiko bencana
Mengidentifikasi resiko bencana di Indonesia
Menganalisis resiko bencana yang ada di Indonesia
siklus penanggulangan bencana
C. Uraian Materi
Orientasi : Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika melihat gambar ini?
Coba amatilah gambar tersebut dan berikan diskripsi singkat berdasarkan pengalaman
yang sudah kamu ketahui
Gambar 1. Peta Ring Of Fire
Sumber : https://geodesigeodinamik.ft.ugm.ac.id/
3
1. Resiko Bencana di Indonesia
Indonesia memiliki risiko bencana yang tinggi sebagai konsekuensi letak negara ini
dari sisi geologis dan geografis. Secara geologis, Indonesia berada pada pertemuan empat
lempeng utama yaitu Eurasia, Indo Australia, Filipina, dan Pasifik yang menjadikan
Indonesia rawan bencana gempabumi, tsunami, dan letusan gunungapi.
Di sisi lain, kondisi geografis Indonesia yang berada di daerah tropis dan pada
pertemuan dua samudera dan dua benua membuat wilayah ini rawan akan bencana banjir,
tanah longsor, banjir bandang, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, dan
kekeringan yang juga dapat memicu kebakaran hutan dan lahan.
Melihat kondisi geologis dan geografis Indonesia tersebut perlu dilakukan upaya-
upaya pengelolaan risiko bencana untuk mengurangi hingga sedikit mungkin kerugian
akibat bencana. Upaya pengelolaan risiko bencana ini didasari dengan pemahaman risiko
bencana yang ada yang diperoleh melalui suatu kajian risiko bencana. Informasi risiko
bencana tersebut kemudian dijadikan salah satu dasar dalam perumusan berbagai upaya
penanggulangan bencana.
Penentuan tingkat risiko bencana sudah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) sejak periode awal berdiri, yaitu pada tahun 2008. Pada tahun 2009,
BNPB menerbitkan status kebencanaan melalui Indeks Kerawanan Bencana Indonesia
yang diperbaharui dengan Indeks Rawan Bencana Indonesia pada tahun 2011. Sejak tahun
2013, BNPB menerbitkan Indeks Risiko Bencana Indonesia.
Perubahan terminologi dari “rawan” menjadi “risiko” menunjukkan perubahan
substansi dari penilaian dampak bencana (korban jiwa, kerusakan atau kerugian) menjadi
penilaian potensi kehilangan atau kerugian (risiko). Dalam indeks risiko, tingkat
kebencanaan dinilai berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu bahaya, keterpaparan, dan
kapasitas pemerintah serta komunitas dalam menghadapi bencana. Penilaian tingkat risiko
berdasarkan potensi kerugian di atas memungkinkan adanya perhitungan capaian suatu
upaya pengurangan risiko bencana di suatu daerah.
Risiko bencana akan mengalami penurunan atau peningkatan seiring adanya
perubahan pada komponen tersebut. Oleh karena itu, program atau kegiatan yang berkaitan
dengan pengurangan kerentanan atau peningkatan kapasitas dapat dilihat kontribusinya
secara kuantitatif dalam bentuk penurunan indeks risiko bencana. Penilaian secara berkala
4
terhadap indeks risiko ini dapat menjadi perangkat pantauan dan evaluasi terhadap capaian
program penanggulangan bencana pada periode tertentu.
2. Pengantar Analisis Resiko Bencana
Manajemen Resiko Bencana Proses identifikasi , analisis dan kuantifikasi kebolehjadian
kerugian (probability of losses ) agar kebolehjadian Kerugian (probability of losses) agar
digunakan untuk mengambil tindakan pencegahan atau mitigasi dan pemulihan. Secara
umum, peran manusia dalam bencana meliputi :
A. Ketidakmampuan dan/atau kurangnya kemauan untuk mencegah atau mengurangi
ancaman.
B. Ketidakmampuan dan/atau kurangnya kemauan untuk menghilangkan atau
mengurangi kerentanan. Bahkan, manusia seringkali meningkatkan kerentanan dengan
berbagai perilaku yang tidak sensiti f terhadap potensi bencana.
C. Ketidakmampuan dan/atau kurangnya kemauan untuk meningkatkan kapasitas dalam
menghadapi potensi bencana. Sebagaimana penjelasan di atas, maka model yang
menjelaskan dinamika bencana sebagai berikut:
Ancaman Kerentanan
Bencana
Kapasitas
5
Gambar 2.
Bencana Indonesia Tahun 2020
Sumber : BNPB Tahun 2020
Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra Hindia
dan lempeng Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk
vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau Sumatra-Jawa-Nusa
TenggaraSulawesi yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
didominasi rawa rawa. Kondisi tersebut berpotensi sekaligus rawan bencana letusan
gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah Alongsor. Data menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang
tinggi di dunia, lebih dari 10 kali tingkat kegempaan di Amerika Serikat.
Selain itu wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim, yaitu
panas dan hujan dengan ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup
ekstrim. Kondisi iklim digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang
relatif beragam mampu menghasilkan kondisi tanah yang subur. Namun disis lain,
berpotensi menimbulkan akibat buruk, seperti bencana hidrometeorologi (banjir, tanah
longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan). Seiring dengan perkembangan jaman,
kerusakan lingkungan hidup cenderung parah dan memicu meningkatnya intensitas
ancaman.
6
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24
tahun 2007)
Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari
segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. (ISDR,
2004 dalam MPBI, 2007). Bencana dapat dibedakan menjadi dua yaitu bencana oleh faktor
alam (natural disaster) seperti letusan gunungapi, banjir, gempa, tsunami, badai, longsor,
dan bencana oleh faktor non alam ataupun faktor manusia (man-made disaster) seperti
konflik sosial dan kegagalan teknologi.
Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif attas sistem penyesuaian
dalam merespon ancaman (Paripurno, 2002). Renspon itu bersifat jangka pendek yang
disebut mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atau yang lebih jangka panjang yang
dikenal sebagai mekanisme adaptasi (adaptatif mechanism). Mekanisme dalam
menghadapi perubahan dalam jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses
kebutuhan hidup dasar: keamanan, sandang, pangan, sedangkan jangka panjang bertujuan
untuk memperkuat sumber-sumber kehidupannya (Paripurno, 2002).
Bahaya (hazard) adalah suatu fenomena fisik, fenomena, atau aktivitas manusia yang
berpotensi merusak, yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa atau cidera, kerusakan
harta-benda, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan (ISDR, 2004 dalam
MPBI, 2007) atau peristiwa kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap
kesehatan, keamanan, atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau
kesatuan organisasi pemerintah yang selalu luas (Lundgreen, 1986).
Kerentanan (vulnerability) adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor
atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang meningkatkan
kecenderungan (susceptibility) sebuah komunitas terhadap dampak bahaya (ISDR, 2004
dalam MPBI, 2007). Kerentanan lebih menekankan aspek manusia di tingkat komunitas
yang langsung berhadapan dengan ancaman (bahaya) sehingga kerentanan menjadi faktor
7
utama dalam suatu tatanan sosial yang memiliki risiko bencana lebih tinggi apabila tidak
di dukung oleh kemampuan (capacity) seperti kurangnya pendidikan dan pengetahuan,
kemiskinan, kondisi sosial, dan kelompok rentan yang meliputi lansia, balita, ibu hamil
dan cacat fisik atau mental. Kapasitas (capacity) adalah suatu kombinasi semua kekuatan
dan sumberdaya yang tersedia di dalam sebuah komunitas, masyarakat atau lembaga yang
dapat mengurangi tingkat risiko atau dampak suatu bencana (ISDR, 2004 dalam MPBI,
2007).
Dalam kajian risiko bencana ada faktor kerentanan (vulnerability) rendahnya daya
tangkal masyarakat dalam menerima ancaman, yang mempengaruhi tingkat risiko bencana,
kerentanan dapat dilihat dari faktor lingkungan, sosial budaya, kondisi sosial seperti
kemiskinan, tekanan sosial dan lingkungan yang tidak strategis, yang menurunkan daya
tangkal masyarakat dalam menerima ancaman.
Besarnya resiko dapat dikurangi oleh adanya kemampuan (capacity) adalah kondisi
masyarakat yang memiliki kekuatan dan kemampuan dalam mengkaji dan menilai
ancaman serta bagaimana masyarakat dapat mengelola lingkungan dan sumberdaya yang
ada, dimana dalam kondisi ini masyarakat sebagai penerima manfaat dan penerima risiko
bencana menjadi bagian penting dan sebagai aktor kunci dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengurangi risiko bencana dan ini menjadi suatu kajian dalam melakukan
manajemen bencana berbasis masyarakat (Comunity Base Disaster Risk Management).
Pengelolaan lingkungan harus bersumber pada 3 aspek penting yaitu Biotik (makluk
hidup dalam suatu ruang), Abiotik (sumberdaya alam) dan Culture (Kebudayaan).
Penilaian risiko bencana dapat dilakukan dengan pendekatan ekologi (ekological
approach) dan pendekatan keruangan (spatial approach) berdasarkan atas analisa ancaman
(hazard), kerentanan (vulnerabiliti) dan kapasitas (capacity) sehingga dapat dibuat
hubungannya untuk menilai risiko bencana dengan rumus :
RB = HxV/C
RB = Risiko Bencana
H = Hazard (bahaya)
V = Vulnerability (kerentanan)
C = Capacity (kemampuan)
8
A. Unerability / Kerentanan
Kerentanan didefinisikan sebagai sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan
(faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya -
upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Kerentanan (vulnerability) adalah
keadaan atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan
menghadapi bahaya atau ancaman (BNPB, 2008). Kerentanan ini dapat berupa:
1. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan
menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan struktur bangunan rumah,
jalan,jembatan bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul
pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat
kerentanan terhadap ancaman bahaya.
3. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman
bahaya, kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat,
pendidikan) kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan
mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang
rendah juga mengakibatkan rentan terhadap ancaman bencana.
4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat
yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya
kekeringan, Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya. Kerentanan masyarakat berkaitan
9
dengan seberapa besar kemampuan (capacity) kekuatan tingkat persiapan masyarakat
terhadap kejadian yang menjadi penyebab bencana.
B. Capanility/ Kemampuan
Kemampuan adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan
masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga,
menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.
Kemampuan adalah kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan dan kemampuan
dalam mengkaji dan menilai ancaman serta bagaimana masyarakat dapat mengelola
lingkungan dan sumberdaya yang ada, dimana dalam kondisi ini masyarakat sebagai
penerima manfaat dan penerima risiko bencana menjadi bagian penting dan sebagai actor
kunci dalam pengelolaan lingkungan untuk mengurangi risiko bencana dan ini menjadi
suatu kajian dalam melakukan manajemen bencana berbasis masyarakat (Comunity Base
Disaster Risk Management).
C. Risiko (risk)
Risiko (risk) adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian
yang sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya harta
benda, penghidupan dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan) yang diakibatkan
oleh adanya interaksi antara bahaya yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta
kondisi yang rentan (ISDR, 2004). Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan
terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yg disebabkan oleh bahaya
tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Resiko biasanya dihitung secara
matematis, merupakan probabilitas dari dampak atau konsekwensi suatu bahaya
(Affeltrnger, 2006). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa risiko adalah
kemungkinan kerugian yang dapat diperkirakan akibat kerusakan alam, kesalahan manusia
serta kondisi rentan
3. Faktor Penentu Risiko Bencana
Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
ancaman, kerentanan dan kapasitas. Dalam upaya pengurangan resiko bencana (PRB) atau
disaster risk reduction (DRR), ketiga faktor tersebut yang menjadi dasar acuan untuk dikaji
guna menentukan langkah-langkah dalam pengelolaan bencana.
1. Ancaman/bahaya (Hazard) = H
9
Kejadian yang berpotensi mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan harta benda, kehilangan
rasa aman, kelumpuhan ekonomi dan kerusakan lingkungan serta dampak psikologis.
Ancaman dapat dipengaruhi oleh faktor :
a) Alam, seperti gempa bumi, tsunami, angin kencang, topan, gunung meletus.
b) Manusia, seperti konflik, perang, kebakaran pemukiman, wabah penyakit,
kegagalan teknologi, pencemaran, terorisme.
c) Alam dan Manusia, seperti banjir, tanah longsor, kelaparan, kebakaran hutan.
Kekeringan.
Menurut United Nations International Strategy for Disaster Redu ction (UN – ISDR),
bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia, yang dapat
dikelompokkan menja di bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya biologi,
bahaya teknologi, dan penurunan kualitas lingkungan.
2. Kerentanan (Vulnaribility) = V
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kema mpuan seseorang atau
komunitas masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hid up, atau merespon potensi
bahaya. Kere ntanan masyarakat secara kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kemis kinan, pendidikan, sosial dan budaya. Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kerentanan.
Faktor Kerentanan
Fisik:
• Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman
bencana
Sosial:
• Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat)
terhadap ancaman bencana
Ekonomi:
• Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya
Lingkungan:
• Tingkat ketersediaan / kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta
kerusakan lingkungan yan terjadi.
10
3.Kapasitas (Capacity) = C
Kapasitas adalah ke kuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan
lingkungan yang mam pu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan pulih
dari akibat bencana d engan cepat.
4. Risiko bencana (Risk) = R
Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang ada.
Ancaman bahaya ala m bersifat tetap karena bagian dari dina mika proses alami,
sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi s ehingga k emampuan dalam
menghadapi ancaman bencana semakin meningkat. Prinsip atau konsep y ang
digunakan dalamp enilaian risiko bencana adalah:
R= H×V
C
R = Risiko Bencana
H = Hazard (bahaya)
V = Vulnerability (kerentanan)
C = Capacity (kemampuan)
D. Rangkuman
Manajemen Resiko Bencana Proses identifikasi , analisis dan kuantifikasi
kebolehjadian kerugian (probability of losses ) agar kebolehjadian Kerugian
(probability of losses) agar digunakan untuk mengambil tindakan pencegahan atau
mitigasi dan pemulihan
Kerentanan didefinisikan sebagai sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan
(faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan)
Kemampuan adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan
masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi
Risiko (risk) adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian
yang sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya
harta benda, penghidupan dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan)
11
E. Penugasan Mandiri
1. Petakan daerah daerah mana saja yang masuk dalam resiko bencana yang tinggi?
2. Berikan alasanya mengapa daerah tersebut termasuk dalam kategori resiko bencana tinggi
?
3. Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk penanggulangan bencana sejak dini?
F. Latihan Soal
Restrukturisasi Ide
a. Jelaskan ap aitu analisis resiko bencana!
b. Jelaskan apa saja yang mempengaruhi resiko bencana !
Sebelum Terjadi Tsunami Saat Terjadi Tsunami Setelah Terjadi Tsunami
Penggunaan Ide :
Buatlah konsep atau skema tentang analisis resiko bencana banjir di Kota Surabaya!
12
G. Penilian Diri/Riview
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jujur dan penuh tanggung jawab dengan
cara memberi tanda ceklis (√) pada kolom ya atau tidak!
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
Saya mampu mempelajari kegiatan pembelajaran I dengan
1 baik
2 Saya mampu memahami pengertian Resiko Bencana
3 Saya mampu menguasai factor-faktor analisis resiko bencana
Saya mampu menguraikan peran manusia dalam resiko
4 bencana
13
BAB 1I
JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS
PENANGGULANGAN BENCANA
A Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan BAB II ini kalian diharapkan mampu memahami jenis dan karakteristik
serta siklus penanggulangan bencana dengan cermat dan penuh rasa ingin tahu.
B Indikator
Mengidentifikasi bencana alam yang ada disekitar kita
Menjelaskan karakteritik bencana alam.
Menjelaskan siklus penanggulangan bencana
C Uraian Materi
Orientasi : Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika melihat gambar ini?
Coba amatilah gambar tersebut dan berikan diskripsi singkat berdasarkan pengalaman
yang sudah kamu ketahui
Sumber:https://www.liputan6.com/news/read/3870671/11-macam-macam-
bencana-alam-dan-penjelasannya-yang-terjadi-di-indonesia
Gambar 3. Pasca Letusan Gunung Semeru 2020
14
1. Pengertian Bencana 11
Bencana (disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena adanyapemicu,
ancaman, dan kerentanan, sehingga menimbulkan terjadinya resiko. Menurut undang -
undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dari definisi
tersebut, menyebutkan bahwa bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, nonalam,
dan manusia.
Di dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 juga didefinisikan mengenai bencana
alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemik, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakitbatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
Selain itu definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar,
yaitu:
1. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak
(hazard).
2. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan
fungsi dari masyarakat.
3. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan
masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka.
Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau
gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability
15
) masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti
masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu, sementara bila
kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka
tidak akan terjadi bencana.
2. Jenis dan Karakteristik Bencana
Bumi kita adalah planet yang sangat dinamis. Sifat dinamis ini dapat
dikenali mulai dari rotasi bumi pada porosnya, revolusi bumi mengelilingi
matahari, pergerakan lempeng -lempeng tektonik bumi, arus laut di samudera,
serta berbagai fenomena cuaca di atmosfer. Berbagai fenomena dan lingkungan
alam di bumi juga saling berinteraksi dan hasilnya dapat memengaruhi kehidupan
makhluk hidup di bumi, termasuk manusia.
Interaksi antar fenomena pada litosfer, atmosfer, dan hidrosfer dapat
menimbulkan dampak yang merugikan serta mengancam kehidupan manusia
sehingga dikategorikan sebagai bencana alam. Pengelompokan jenis bencana
alam berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut.
a. Bencana Alam Akibat Dinamika Litosfer
1) Letusan Gunung Api
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan
panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan
banjir lahar.
a) Karakteristik letusan gunung api:
- Biasanya ada tanda peringatan dan dapat diprediksi
- Dapat merusak struktur bangunan
- Aliran lava dapat mengakibatkan kebakaran
- Sebaran debu vulkanik dapat menjangkau areal yang luas
- Banjir lava dapat terjadi jika disertai hujan
16
b) Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status Makna/Tindakan AWAS (MERAH)
a Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang
meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan
bencana.
b Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap.
c Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam.
d Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan.
e Koordinasi dilakukan secara harian.
f Piket penuh.
SIAGA (OREN)
a. Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah
letusan atau menimbulkan bencana.
b. Peningkatan intensif kegiatan seismik.
c. Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat
menimbulkan bencana.
d. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam
waktu 2 minggu.
e. Sosialisasi di wilayah terancam.
f. Penyiapan sarana darurat.
g. Koordinasi harian.
h. Piket penuh.
WASPADA (KUNING)
a. Ada aktivitas apa pun bentuknya.
b. Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal.
c. Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
d. Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik dan hidrotermal.
e. Penyuluhan/sosialisasi.
f. Penilaian bahaya
17
NORMAL (HIJAU)
a. Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma.
b. Level aktivitas dasar.
2) Longsor
Tanah longsor merupakan merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah
atau batuan, ataupun percampuran keduanya yang bergerak menuruni atau
keluar lereng akibat tergantungnya kestabilan tanah ataupun batuan penyusun
lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada
kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan,
vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara
garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia.
a) Faktor Ala
- Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi, stragrafi dan gunung
berapi.
- Iklim: curah hujan yang tinggi.
- Keadaan topografi : lereng yang curam.
- Keadaan air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
- Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
- Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalu lintas kendaraan.
b) Faktor Manusia
- Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
- Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
- Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
- Penggundulan hutan.
- Budidaya kolam ikan diatas lereng.
- Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
18
- Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
- Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
Sumber : http://regional.kompas.com
Gambar 4. Tanah Longsor
Tanda-tanda tanah lonsor adalah sebagai berikut:
- Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
Biasanya terjadi setelah hujan.
- Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
- Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
- Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya
langsung hilang.
- Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
- Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
- Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
- Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.
19
3) Gempa Bumi
Gambar 5. Gempa di Jepang dan Gempa di Sumatera Barat
Sumber : http://static.republika.co.id
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi yang disebabkan oleh tumbukan atar lempeng bumi, patahan aktif,
aktivitas gunung api atau runtuhan batuan.
Karakteristik gempa bumi adalah sebagai berikut:
- Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
- Lokasi kejadian tertentu
- Akibatnya dapat menimbulkan bencana
- Berpotensi terulang kembali
- Belum dapat di prediksi
- Tidak dapat dicegah tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
b. Bencana Alam Akibat Dinamika Atmosfer
1) Badai
Badai adalah fenomena alam yang disebabkan gangguan atmosfer yang
dahsyat di darat dan air. Badai menjadi ancaman potensial utama bagi
sebagian penduduk dunia karena prevalensinya, ukuran daerah yang hancur,
dan skala kerusakan yang diakibatkannya.
20
Sumber: http://www.hurricane-facts.com
Gambar 6. Hurricane
Ada beberapa jenis badai, diantaranya sebagai berikut:
a) Siklon tropis
Siklon tropis adalah sistem angin pusaran yang biasanya terbentuk
dilautan dengan radius rata-rata sekitar 150 hingga 200 km. Siklon tropis
terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan
air laut hangat (lebih dari 26,5 OC). Siklon tropis mempunyai efek yang
besar terhadap terjadinya angin kencang, hujan deras berjam-jam, bahkan
berhari-hari yang dapat menakibatkan terjadinya banjir, gelombang tinggi,
dan gelombang badai (storm surge). Siklon tropis dapat didefenisikan
sebagai sistem tekanan rendah non frontal yang berskala luas, tumbuh diatas
perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif, memiliki kecepatan
angin maksimum mencapai 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang
melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya 6 jam.
b) Tornado
Tornado adalah pusaran udara yang bergerak dengan kecepatan
antara 72 sampai 400 km/jam. Pusaran tersebut berbentuk corong spiral.
Tornado sangat berbahaya terutama karena mampu mengangkat benda-
benda besar, seperti bangunan dan pepohonan. Tornado dapat terbentuk
dengan sangat cepat sehingga sulit diantisipasi. Meskipun tornado telah
21
diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering terjadi di
Amerika Serikat. Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian selatan,
selatan-tengah dan timur Asia, timur-tengah Amerika Latin, Afrika Selatan,
barat laut dan tengah Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan Selandia
Baru.
Ciri-ciri datangnya tornado :
- langit terlihat hitam atau mendung;
- terjadi hujan es di sekitar daerah (biasanya durasi selama 20-25 menit);
- awan bergerak cepat sehingga mengitari daerah kita;
- Ingat biasanya tornado bergerak dari barat daya ke timur laut.
Angin Tornado dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakannya,
karena kecepatannya relatif sulit dihitung, Klasifikasi level Tornado
menggunakan Skala Fujita, berikut rinciannya
F0 (0-73mph) -Kerusakan ringan: Beberapa kerusakan pada cerobong asap.
Cabang yang patah dari pohon.
F1 (73-112mph) - Kerusakan sedang: kekuatannya sanggup memindahkan
mobil serta menghancurkan nya.
F2 (113-157mph) -di level ini banyak kerusakan antara lain: kekuatan nya
cukup untuk menghancurkan mobil, mencabut pohon pohon besar dari
akarnya, serta menerbangkan mobil.
F3 (158-206mph) - Kerusakan parah, Kereta terbalik, Pohon-pohon
tumbang, mobil mobil berukuran berat dilemparkan ( contohnya truk dan
bus), dinding-dinding rumah hancur.
F4 (207-260mph)- kerusakan yang sangat parah, banyak bangunan hancur
dan benda benda besar terlempar ke udara.
F5 (261-318mph)- Kerusakan yang sangat masif antara lain mobil mobil
bisa terlempar lebih dari 100 meter dan bahkan bangunan bangunan besar
ber pondasi kokoh pun bisa tersapu rata dengan tanah bila dilewati.
2) Kekeringan
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pertanian, kegiatan ekonomi, dan
22
lingkungan. Kekeringan dapat terjadi akibat beberapa faktor yaitu
rendahnya curah hujan rata-rata dalam satu musim, rendahnya pasokan air
permukaan dan berkurangnya persediaan air tanah, konsumsi air secara
besar-besaran oleh industri maupun individu, serta kerusakan wilayah
tangkapan air dan sumber-sumber air. Dampak kekeringan antara lain
adalah gagal panen, pengangguran, kelaparan, kebakaran hutan, keruskan
tanah, berjangkitnya wabah penyakit, hingga kepunahan hewan dan
tumbuhan
Sumber: https://nasional.tempo.com
Gambar 7. Kekeringan
Untuk memudahkan dalam memahami masalah kekeringan,
berikut diuraikan klasifikasi kekeringan berdasarkan penyebabnya, baik
akibat alamiah dan/atau ulah manusia.
a) Akibat Alamiah
23
- Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di
bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis
merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
- Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Terdapat
tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Kekeringan
hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
- Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah
yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan
meteorologi.
- Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang
memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya
tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik dari tenaga
air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan menurunnya pasokan
air baku untuk industri domestik dan perkotaan.
- Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka
air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.
b) Akibat Ulah Manusia
- Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan
akibat ketidaktaatan penguna terhadap pola tanam atau pola
penggunaan air.
- Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat
perbuatan manusia.
24
Berdasarkan klasifikasi kekeringan tersebut, maka prioritas penanggulangan
bencana kekeringan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah.
Khusus untuk kekeringan yang disebabkan oleh ketidaktaatan para pengguna air
dan pengelola prasarana air, diperlukan komitmen dari semua pihak untuk
melaksanakan kesepakatan yang sudah ditetapkan. Kepada masyarakat perlu
dilakukan sosialisasi yang lebih intensif, sehingga memahami dan melaksanakan
pola pengguna air sesuai peraturan/ketetapan.
3) Kebakaran Hutan
Sumber: https://transportinjakarta.wordpress.com
Gambar 8. Kebakaran Hutan di Sumatera
Kebakaran hutan merupakan peristiwa terbakarnya hutan, baik disebabkan
proses alami maupun aktivitas manusia. Secara alami, kebakaran hutan umumya
terjadi pada musim kemarau dan dapat disebabkan oleh sembaran petir, gas
metana yang keluar dari singkapan batu bara di lahan gambut, dan lava pijar dari
letusan gunung api. Kebakaran hutan juga dapat disebabkan oleh aktivitas
manusia terutama dalam pembukaan lahan baru untuk ladang berpindah maupun
perkebunan.
Dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan antara lain adalah
kerusakan hutan, polusi udara, berjangkitnya wabah infeksi saliran pernapasan,
gangguan penglihatan dan iritasi pada mata, hingga menghambat aktivitas
transportasi dan ekonomi. Dampak kebakaran hutan juga memengaruhi wilayah
25
yang sangat luas. Sebagai contoh, kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan
Kalimantan turut berdampak kepada penduduk di Singapura dan Malaysia.
c. Bencana Alam Akibat Dinamika Hidrosfer
Sumber : http://stat.k.kidsklik.com
Gambar 9. Banjir di Jakarta
1) Banjir
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu
daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang
adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang
disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai. Di Indonesia,
banjir adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal ini karena letak
Indonesia pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan yang tinggi
setiap tahunnya. Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a) Banjir Bandang
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang
menyebabkan debit sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi di
daerah dengan sungai yang alirannya terhambat oleh sampah.
b) Banjir Hujan Ekstrim
26
Banjir ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat
mulai turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang
menggumpal di angkasa serta kilat atau petir yang keras dan disertai dengan
badai tropis atau cuaca dingin.
c) Banjir Luapan Sungai / Banjir Kiriman
Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali
tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran.
Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.
d) Banjir Pantai (ROB)
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang pasang
air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di dekat
pantai dan mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang surut air laut.
Banjir ini biasanya terjadi di daerah pemukiman yang dekat dengan pantai.
e) Banjir Hulu
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan berlangsung
cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di pemukiman dekat
hulu sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena tingginya debit air yang
mengalir, sehingga alirannya sangat deras dan bisa berdampak destruktif.
Karakteristik banjir antara lain sebagai berikut.
- kejadian dapat berlangsung lambat, cepat atau tanpa peringatan (banjir
bandang);
- terkait dengan musim;
- dampak merusak tergantung pada tinggi air, luas genangan, lamanya
genangan, kecepatan aliran, material yang hanyut dan tingkat
kepekatan/endapan lumpur;
- dapat mengakibatkan kerusakan struktur bangunan dan infrastruktur;
- dapat memutus akses dan mengisolasi masyarakat.
27
2) Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu tsu = pelabuhan, nami =
gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan". Tsunami
dapat di artikan sebagai gelombang ombak lautan. Jadi, tsunami adalah
serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi
Sumber: http://1.bp.blogspot.com
Gambar 10. Proses Terjadinya Tsunami
Gelombang tsunami bermula dari gerakan hebat lempeng bumi yang
berpusat dangkal di dasar samudera. Pergerakan lempeng tersebut kemudian
menunjam masuk ke dalam perut bumi, dan menyebabkan air laut surut dari
bibir pantai, kemudian air laut yang terhempas masuk ke dalam patahan
samudera tersebut akan menyeruak dan menggulung hebat menjadi gelombang
raksasa setinggi belasan meter. Gelombang inilah yang ketika mencapai
daratan dan menghempas apapun yang dilaluinya disebut sebagai gelombang
tsunami.
28
d. Bencana Alam disebabkan oleh Dinamika Atmosfer dan Hidrosfer
a. La Nina
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di
Kawasan Timur Ekuator di Lautan Fasifik. Dalam kondisi La Nina,
Indonesia memiliki curah hujan yang lebat. La Nina muncul sampai 1-3
tahun.
b. El Nino
Adalah fenomena alam dan bukan badai, secara alamiah diartikan
meningkanya suhu muka laut di sekitar Fasifik Tengah dan Timur sepanjang
ekuator dari nilai rata-ratanya. Fenomena El Nino mengakibatkan curah
hujan berkurang, bahkan pernahmenimbulkan kekeringan panjang di
Indonesia. Lebih buruknya pernahh menyebabkan kebakaran hutan. El Nino
muncul setiap 4-5 tahun dan bertahan selama 12-15 bulan lamanya. Untuk
peristiwa El Nino yang kuat akan muncul sekali setiap 10-15 tahun.
3. Siklus Penanggulangan Bencana
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana, rangkaian kegiatan penanggulangan bencana dapat digambarkan melalui
siklus seperti pada gambar berikut.
29
Secara umum, perencanaan dalam penanggulangan bencana dilakukan pada
setiap tahap berikut:
a. Tahap Pra bencana
1) Dalam situasi tidak terjadi bencana
a) Perencanaan penanggulangan bencana.
b) Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan kerentanan
pihak yang terancam bencana.
c) Pemanduan dalam perencanaan pembangunan, dilakukan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah melalui koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
d) Persyaratan analisis resiko bencana
e) Pelaksanaan dan penegakan tata ruang
f) Pendidikan dan pelatihan serta persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana
2) Dalam Situasi Terdapat potensi terjadinya bencana
a) Kesiapsiagaan.
b) Peringatan dini, dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat
untuk mengurangi resiko terkena bencana, serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat.
c) Mitigasi bencana, dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
Dalam situasi tidak terjadi bencana, penyusunan rencana penanggulangan
bencana (disaster management plan) disusun. Secara garis besar proses
penyusunan atau penulisan rencana peanggulangan bencana dapat dilihat
pada skema berikut.
Pengenalan dan pengkajian bahaya
Pengenalan kerentanan
Analisis kemungkinan dampak bencana
Pilihan tindakan penanggulangan bencana
Mekanisme penanggulangan dampak bencana
Alokasi tugas dan peran instansi
30
b. Tahap Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda dan
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta
pemulihan prasarana dan sarana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan
sarana prasarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum dan pemerintah,
dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya
pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan evakuasi korban
4) Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi: kebutuhan air bersih dan sanitasi,
pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial, dan
penampungan serta tempat hunian
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan, yaitu dengan memberikan prioritas
pada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,
pelayanan kesehatan, dan psikososial
6) Pemulihan dengan segera sarana prasarana vital, dilakukan dengan
memperbaiki atau mengganti kerusakan akibat bencana
c. Tahap Pemulihan Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulagan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
1). Rehabilitasi, melalui kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana,
perbaikan sarana prasaran, bantuan perbaikan rumah, pemulihan sosial
psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi atau resolusi konflik, pemulihan
sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintah, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
2). Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik
31
4. Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 terdapat prinsip-prinsip dalam
penanggulangan bencana yaitu sebagai berikut
1) Cepat dan tepat;
2) Prioritas;
3) Koordinasi dan keterpaduan;
4) Berdaya guna dan berhasil guna;
5) Transparansi dan akuntabilitas;
6) Kemitraan;
7) Pemberdayaan;
8) Nondiskriminatif;
9) Nonproletisi (dilarang menyebarkan agama atau keyakinan)
5. Tujuan Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a.Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
b.Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada
c.Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh
d.Menghargai budaya lokal
e.Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, kedermawanan
g.Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
32
D. Rangkuman
Bencana alam adalah peristiwa atau rangakain peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam, non alam, maupun faktor manusia.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat dan teror.
Bencana alam dapat dikategorikan menjadi bencana geologis, bencana klimatologis,
dan bencana ekstraterestrial
Tahap penanggulangan bencana meliputi tahap pra bencana, tahap tanggap
darurat dan tahap pemulihan pasca bencana
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan
E. Penugasan Mandiri
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-
Australia, Eurasia dan lempeng Pasific
Elisitasi : Lihatlah gambar tersebut dan jelaskan mengapa Indonesia termasuk
negara yang rawan terhadap bencana gempa bumi ?
33
F. Latihan Soal
Restrukturisasi Ide
c. Jelaskan tingkat gunung meletus!
d. Jelaskan karakteristik gempa bumi
e. Jelaskan tahap penanggulangan bencana jika terjadi tsunami!
Sebelum Terjadi Tsunami Saat Terjadi Tsunami Setelah Terjadi Tsunami
Penggunaan Ide :
Buatlah konsep atau skema tentang rencana penanggulangan bencana jika daerah
kalian terkena banjir!
G. Penilian Diri/Riview
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jujur dan penuh tanggung jawab dengan
cara memberi tanda ceklis (√) pada kolom ya atau tidak!
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
Saya mampu mempelajari kegiatan pembelajaran II dengan
1 baik
2 Saya mampu memahami pengertian bencana alam
3 Saya mampu menguasai jenis-jenis bencana alam
4 Saya mampu menguraikan karakteristik bencana alam
5 Saya mampu mengerjakan penugasan mandiri dengan baik
6 Saya mampu menyelesaikan latihan soal dengan jujur
34
BAB III
PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI INDONESIA DAN
LEMBAGA-LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah BAB 3 ini kalian diharapkan mampu menganalisis persebaran wilayah
rawan bencana alam dan lembaga-lembaga penanggulangan bencana di Indonesia
dengan jujur
B. Indikator
Mengidentifikasi lokasi rawanbencana alam di Indonesia
Menganalisis ersebaran bencana alam di Inodensia
Menjelaskan peran lembaga penanggulan bencana alam
C. Uraian Materi
Orientasi :
Tahukah kalian apa itu wilayah rawan bencana?
1. Pengertian Daerah Rawan Bencana
Telah kita pelajari bersama bahwa secara geologis Indonesia berada pada
pertemuan tiga lempeng tekonik, yaitu lepeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng
Indo-Australia dimana ketiga lempeng tersebut merupakan lempeng aktif yang saling
bertumbukan. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan potensi rawan bencana di
wilayah Indonesia.
Wilayah rawan bencana (hazard region) adalah suatu kawasan dipermukaan
bumi yang rawan bencana alam akibat prose alam maupun non-alam. Kerawanan
bencana (hazard vulnerability) adalah tingkat kemungkinan suatu objek bencana untuk
mengalami gangguan akibat bencana alam.
Perhitungan indeks rawan bencana Indonesia (IRBI) merupakan suatu perangkat
analisis kebencanaan yang berbentuk indeks yang menunjukkan riwayat nyata
kebencanaan yang tealh terjadi dan menimbulkan kerugian.
35
2. Persebaran Daerah Bencana Alam di Indonesia
Wilayah rawan bencana (hazard region) adalah suatu kawasan dipermukaan bumi
yang rawan bencana alam akibat prose alam maupun non-alami. Kerawanan bencana
(hazard vulnerability) adalah tingkat kemungkinan suatu objek bencana untuk
mengalami gangguan akibat bencana alam.
Upaya untuk menanggulangi bencana alam ialah mengidentifikasi wilayah rawan
bencana alam dengan cara memetakan wilayah rawan bencana dan risiko bencana.
Prinsip dasar pemetaan wilayah rawan bencana alam antara lain :
1) Menganalisis jenis dan sebaran wilayah rawan bencana
2) Mengkaji sejarah atau peristiwa bencana alam yang pernah terjadi
sebelumnya.
3) Menentukan zona dan tingkat bahaya dalam bencana.
4) Menentukan elemen yang paling rawan terkena bencana alam.
5) Memperkirakan risiko kerusakan akibat bencana alam.
Gambar 11 : Sebaran Bencana di Indonesia
36
Sebaran daerah bencana di Indonesia berdasarkan data dari DIBI BNPB
(Data Informasi Bencana Indonesia) mulai dari tahun 1815 – 2018:
No Bencana Daerah
Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Maluku,
Letusan
1 Maluku Utara, NTB, NTT, Sulawesi Tengah,
Gunung Api
Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara
Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI
Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung,
2 Tanah Longsor
Maluku, NTB, NTT, Papua, Papua Barat, Riau,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera
Utara
Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta,
DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Timur, Lampung,
3 Gempa bumi Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua,
Papua Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
37
Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta,
Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Banjir dan
4 Lampung, Maluku Utara, NTB, Papua, Papua Barat,
Tanah Longsor
Riau, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara
Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI
Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
5 Banjir Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung,
Maluku, NTB, NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara
6 Aceh, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Papua,
Tsunami Sumatera Barat, Sumatera Utara
Banten, Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Keabakaran Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan
7 Riau, Lampung, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Barat,
Hutan
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara
38
Gelombang Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI
8 Pasang dan Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Abrasi Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung,
Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua, Riau,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Utara
Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI
Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
9 Puting Beliung Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung,
Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Riau,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta,
Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
10 Kekeringan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Lampung, Maluku Utara, NTB, Papua, Papua Barat,
Riau, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Utara
Aceh, Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
11 Kejadian Luar Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Biasa Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung,
Maluku, NTB, NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan
39