The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Young Pa Sukri, 2024-01-26 13:49:04

Biografi Para Wali

Buku Ziarah 02

Biografi Para Wali Pelindung Tanah Jawa


3 Pendahuluan Biografi Singkat Walisongo Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar sedunia. Di balik predikat yang disandang negara ini, ada kisah perjuangan islamisasi yang tentu menjadi titik balik sebuah perubahan drastis mengenai kepercayaan penduduk Indonesia, terutama pulau Jawa. Kultur kebudayaan yang mendarah daging dan dijaga seharga nyawa menjadi rintangan terbesar bagi Walisongo selaku penyebar Islam di Nusantara. Namun, sebab kepiawaian dan matangnya kedewasaan berilmu menjadi bekal yang berharga hingga mencetuskan gagasan akulturasi kebudayaan yang tadinya bernafaskan kesyirikan dan kemaksiatan disulap menjadi ritual keagamaan dan kebudayaan yang positif dan bernafaskan keislaman. Menurut literatur, Walisongo adalah organisasi yang terdiri dari sembilan orang sedari


4 periode pertama. Sedang Walisongo yang sekarang lebih dikenal masyarakat luas dengan Sunan Ampel dan lainnya merupakan periode keempat. Mengapa baru periode keempat yang masyhur? Lalu kemana periode sebelumnya? Jawabannya adalah sebab islamisasi yang dilakukan oleh Walisongo periode keempat merupakan gerakan islamisasi dengan skala besar sekaligus mendapatkan hasil yang juga besar. Inilah yang lebih bisa dirasakan besarnya manfaat dari sisi perjuangan islamisasi itu hingga terwujudlah transisi kebudayaan dan perubahan kehidupan yang drastis serta masih bisa dirasakan hingga kini. Pentingnya menghargai sebuah jasa dari tokoh islamisasi adalah bentuk rasa kepedulian serta wujud rasa syukur atas karunia Allah Swt sebab peristiwa dalam sejarah yang membawa kita menjadi mengenal Islam, Islam yang ramah,


5 Islam yang adaptif, Islam yang luwes, Islam yang fleksibel, Islam yang menghargai kebudayaan dan segala pernak-pernik kehidupan sebagai anugerah Tuhan yang patut disyukuri sekalipun melalui seleksi syariat-Nya. Walisongo sendiri hidup di antara abad 14 hingga akhir abad 15. Sebenarnya di abad 8, Islam sudah masuk pulau Jawa. Namun menurut sejarah, di abad itu tidak ada islamisasi yang dilakukan. Mengingat dahulu pulau Jawa adalah salah satu jalur perdagangan terbesar di dunia. Hingga masuk abad 12, tercatat sudah ada muslimah yang berdomisili di pulau Jawa, tepatnya daerah Gresik, yakni Siti Fatimah binti Maimun (besar kemungkinan beliau tidak hidup sendirian sebagai muslim kala itu. Hanya saja belum ada sejarah yang mendukung pernyataanl ini). Dan tercatat bahwa itulah makam muslim tertua yang ditemukan di Pulau Jawa.


6 Makam Walisongo hingga kini masih ramai dikunjungi peziarah baik dari Jawa atau bahkan luar pulau Jawa. Ada yang berniat tabarruk, tawassul, mendoakan, dan tak jarang yang meneliti sejarahnya. Berikut adalah biografi singkat Walisongo:


7 Pustaka Pendahuluan Biografi Singkat Walisongo ................3 Pustaka .........................................................................7 Syekh Maulana Malik Ibrahim..................................9 Sunan Ampel..............................................................12 Sayyid Rahmat & Kedatangannya ke Pulau Jawa .......................... 13 Usaha Dakwah Sayyid Rahmat.......................................................... 14 Wafatnya Sayyid Rahmat................................................................... 16 Sunan Bonang............................................................17 Sunan Giri..................................................................20 Joko Samudro...................................................................................... 21 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Giri...................................... 22 Sunan Drajad.............................................................25 Asal-usul Sunan Drajad...................................................................... 26 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Drajad................................. 27 Sunan Muria ..............................................................29 Asal-usul Sunan Muria ....................................................................... 30 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Muria.................................. 31 Sunan Kudus..............................................................33 Asal-usul Sunan Kudus....................................................................... 34


8 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Kudus.................................. 35 Sunan Kalijaga ..........................................................37 Asal-usul Sunan Kalijaga ................................................................... 38 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Kalijaga .............................. 39 Sunan Gunung Jati....................................................43 Asal-usul Sunan Gunung Jati............................................................. 44 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Gunung Jati ....................... 44 Syekh Ibrahim Asmaraqandi...................................48 Asal-usul Syeikh Ibrahim Asmaraqandi........................................... 49 Syekh Maulana Ishak................................................52 Raden Fatah...............................................................55 Sumber .......................................................................61


01 Syekh Maulana Malik Ibrahim


10 Berasal dari Turki pada saat Turki berada dalam kekuasaan Sultan Mahmud I. Diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, Pada paruh awal abad 14. Masyarakat seringkali keliru menyamakan Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan Syekh Ibrahim As-Samarqand dan juga Maulana Malik Ibrahim. Padahal dua orang terakhir yang disebut adalah orang yang berbeda. Menurut beberapa sumber menyebut Maulana Malik Ibrahim merupakan keturunan Rasulullah dari jalur Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Tholib yang turun ke Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-


11 Tsani, Ali Khali’ Qasam, Syaikh Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik Ahmad Khan, Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain, dan Maulana Malik Ibrahim. Salah seorang wali penyebar agama Islam tertua di Jawa yang dikenal dengan sebutan kakek bantal tersebut wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 882 Hijriyah.


02 Sunan Ampel


13 Sayyid Rahmat & Kedatangannya ke Pulau Jawa Sayyid Ali Rahmat atau yang biasa disebut Sunan Ampel, salah satu putra Syekh Ibrahim AsSamarqand selain Sayyid Ali Murtadlo (kakaknya) dan Zainab (adik) diperkirakan datang ke pulau Jawa pada pertengahan abad ke 15. Beberapa sumber menyebutkan, kedatangan Sayyid Rahmat disertai oleh sang ayah Syekh Ibrahim AsSamarqand, sang kakak Sayyid Ali Murtadlo, dan kemenakannya Abu Hurairah. Rombongan Sayyid Ali Rahmat berlabuh di bandar Tuban setelah sebelumnya singgah di Palembang selama beberapa bulan sembari memperkenalkan Islam pada rakyat sekitar terutama adipati Palembang yakni Arya Damar. Setelahnya rombongan bertolak ke Pulau Jawa hingga akhirnya berlabuh di daerah Gisik, sebelah timur bandar Tuban. Setelah tinggal beberapa lama, ayahanda Sayyid Rahmat wafat dikarenakan sakit. Sepeninggal Syekh Ibrahim As-Samarqand, Sayyid Rahmat dan rombongan melanjutkan perjalanan ke ibukota


14 Majapahit untuk bertemu bibinya yang diperistri Prabu Brawijaya. Usaha Dakwah Sayyid Rahmat Dalam menyebarkan agama Islam di Jawa, Sayyid Rahmat sering mendapat ujian dan cobaan. Seperti contoh ketika Sayyid Rahmat mengajarkan tata cara shalat, penduduk sekitar menghina dan menertawainya karena dianggap ritual ibadah umat muslim adalah ritual yang aneh. Juga saat Sayyid Rahmat menolak meminum tuak dan memakan daging babi, malah memilih makan daging kambing yang apak. Namun, Sayyid Rahmat tetap sabar menghadapi orang orang awam tersebut. Gerakan dakwah Sayyid Rahmat merupakan dakwah yang sangat dinamis dan fleksibel. Selain itu, usaha dakwah yang dicoba oleh Sayyid Rahmat adalah dengan menjalin hubungan kekeluargaan antara para penyebar dakwah Islam dengan pejabat-pejabat pemerintahan kerajaan Majapahit. Seperti


15 contoh, Sayyid Rahmat menikahkan Raden Paku atau Sunan Giri dengan salah satu putrinya Mas Murtosiyah. Selain itu, Sayyid Rahmat juga mengajari murid-muridnya membaca Al-Qur’an, kitab-kitab ilmu syariat, dan juga mengajarkan ilmu thoriqoh dan hakikat menurut ajaran Naqsabandiyah.


16 Wafatnya Sayyid Rahmat Tidak ada kesepakatan mengenai kapan Sayyid Rahmat wafat. Merujuk pada Babad ing Gresik, dengan candrasengkala Ngulama Ngampel lena masjid selain memiliki arti Ulama Ampel wafat di masjid juga memiliki arti angka tahun 1401 saka yang jika dikonversi adalah 1479 Masehi. Namun dalam serat kandha Sayyid Rahmat wafat pada tahun 1328 dengan candrasengkala awak kalih guna iku yang jika dikonversikan adalah tahun 1406 Masehi. Meskipun demikian, makam Sayyid Rahmat tak pernah sepi dari peziarah.


03 Sunan Bonang


18 Asal-usul Sunan Bonang Sunan Bonang, yang bernama asli Raden Makhdum Ibrahim adalah putra keempat Sunan Ampel dari Ibu Nyai Ageng Manila putri Arya Teja, bupati Tuban. Diperkirakan lahir pada sekitar tahun 1465 Masehi. Saudara-saudara Sunan Bonang yang seibu adalah: Sayyidah Syarifah, Sayyidah Muthmainnah, Sayyidah Hafshoh, Sayyid Qosim (Sunan Drajad). Dan untuk yang saudara lain ibu adalah: Sayyidah Murtiyah dan Sayyidah Murtasimah. Pendidikan & Dakwah Sunan Bonang Sunan Bonang mula-mula mengenyam pendidikan di bawah didikan sangat ayahanda sendiri bersama santri-santri yang lain seperti Raden Patah, Raden Husain, dan Sunan Giri. Sunan Bonang juga pernah berguru kepada Maulana Ishak pada saat ia dan Sunan Giri ke


19 Malaka ketika hendak menunaikan ibadah haji. Sunan Bonang diketahui ahli dalam beberapa disiplin ilmu, seperti fiqih, ushuluddin, tasawwuf, seni dan sastra. Bahkan Sunan Bonang dikenal dengan ilmu kanuragan yang luar biasa. Awal mula dakwah Sunan Bonang dilakukan dengan cara kekerasan. Seperti yang dikisahkan putra Raden Rahmat tersebut tidak hanya merusak arca yang dipuja penduduk, tapi juga mengubah aliran sungai Brantas, bahkan mengutuk penduduk suatu desa gegara kesalahan salah seorang penduduk. Kiranya metode dakwah yang dilakukan Sunan Bonang tersebut kurang berhasil. Selanjutnya metode dakwah Sunan Bonang dilakukan dengan pendekatan kepada hal-hal yang berhubungan dengan seni dan kebudayaan. Seperti menjadi dalang saat memainkan wayang, menggubah tembang macapat seperti kidung Bonang. Suluk wujil dan primbon Bonang yang berisi ajaran tasawwuf ditengarai adalah karya Sunan Bonang.


04 Sunan Giri


21 Joko Samudro Sunan Giri atau Joko Samudro atau Raden Paku adalah putra dari Maulana Ishak dan Dewi Sekardadu. Gelar Raden yang disematkan padanya diperolehnya karena ia masih memiliki darah bangsawan, yakni dari jalur ibu. Ibunya adalah putri penguasa Blambangan waktu itu, yaitu Prabu Menak Sembuyu. Mulanya adalah ketika ayah Sunan Giri, yakni Maulana Ishak datang ke Blambangan dan mendengar sebuah sayembara yang diadakan penguasa Blambangan, Prabu Menak Sembuyu yakni barang siapa yang berhasil menyembuhkan penyakit putrinya, Dewi Sekardadu maka akan diangkat menjadi menantu. Singkat cerita Maulana Ishak mengikuti sayembara tersebut dan berhasil menyembuhkan penyakit sangat putri. Maulana Ishak akhirnya diangkat menantu oleh Prabu Menak Sembuyu, dinikahkan dengan Dewi Sekardadu yang konon katanya kecantikannya membuat banyak lelaki


22 jatuh hati padanya. Namun sayang, ketika Dewi Sekardadu tengah mengandung, Maulana Ishak diusir dari Blambangan oleh mertuanya sendiri ketika ia mengajak sangat mertua memeluk agama Islam. Akhirnya ketika Sunan Giri lahir, ia dilarung oleh ibunya di Selat Bali dan ditemukan awak kapal seorang saudagar kaya asal Gresik. Oleh karena Sunan Giri ditemukan di laut, saudagar yang bernama Nyi Ageng Pinatih memberi nama Joko Samudro pada Sunan Giri. Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Giri. Nyi Ageng Pinatih akhirnya merawat dan membesarkan Sunan Giri. Setelah cukup umur Sunan Giri dititipkan ke pesantren Ampeldenta agar berguru kepada Sunan Ampel atau Sayyid Rahmat. Di pesantren Sunan Ampel mengubah nama Joko Samudro menjadi Raden Paku. Selama belajar kepada Sunan Ampel, Sunan Giri berteman baik dengan Sunan Bonang yang tak lain adalah putra gurunya sendiri. Selain itu,


23 Sunan Giri juga pernah menimba ilmu kepada Maulana Ishak yang tak lain adalah ayahandanya sendiri. Yakni ketika bersama Sunan Bonang hendak pergi menunaikan ibadah haji, mereka menyempatkan mampir di Pasai. Dan Maulana Ishaklah yang menyarankan mereka berdua agar kembali ke Jawa karena mereka dianggap lebih dibutuhkan di pulau Jawa. Dalam berdakwah menyebarkan agama Islam pada masyarakat Jawa, Sunan Giri melakukannya lewat jalur pendidikan dan budaya. Tak hanya mengembangkan sistem pendidikan pesantren yang telah ada sejak sebelum Sunan Giri lahir, tapi juga mengembangkan sistem pendidikan sosialmasyarakat, yang mana hal ini terbukti dengan gerakan Sunan Giri menciptakan berbagai permainan anak-anak juga berbagai tembang dolanan. Sunan Giri juga diketahui menggubah tembang Asmaradhana dan Pucung yang berisi


24 ajaran ruhani. Juga, Sunan Giri telah melakukan perubahan pada seni pertunjukkan wayang. Di antaranya menambah aksesoris pada tubuh wayang, seperti memberi kelat bahu, anting telinga dan badong. Juga menambahkan tokoh wayang wanara yang sebelumnya hanya dikenal tokoh Hanuman, Subali, Sugriwa dan Anjani menjadi bertambah seperti Kapimenda, Kapisraba dan lain-lain. Sunan Giri juga seorang politikus dengan bukti Sunan Giri memiliki gelar Prabu Satmata, membangun sebuah kedaton di puncak sebuah bukit-bukit yang selain sebagai pusat pemerintahan, juga berfungsi sebagai pusat penyebaran agama Islam.


05 Sunan Drajad


26 Asal-usul Sunan Drajad Sunan Drajad merupakan putra bungsu Sunan Ampel, diperkirakan lahir pada tahun 1470 dengan nama Raden Qosim. Sunan Drajad merupakan putra bungsu Sunan Ampel dengan Nyi Ageng Manila. Sunan Drajad memiliki saudara seibu yakni Sunan Bonang, Nyi Gede Manyuran, Nyai Pengulu dan Nyai Gede Maloka. Sunan Drajad juga memiliki saudara lain ibu. Dari istri Sunan Ampel, Nyai Mas Karimah, Sunan Drajad memiliki dua saudari, yakni Murtosiyah dan Murtosimah.


27 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Drajad Sebagaimana kakaknya, Sunan Bonang, Sunan Drajad juga dididik langsung oleh Sunan Ampel, ayahandanya sendiri. Hingga akhirnya Sunan Ampel mengutus untuk melanjutkan pendidikan dengan berguru kepada Sunan Gunung Jati hingga akhirnya menikahi putri sang guru, yakni Dewi Sufiyah. Dari pernikahan ini, Sunan Drajad dikaruniai tiga orang anak, Pangeran Rekyana, Pangeran Sendi, dan Dewi Wuryan. Sunan Drajad juga diceritakan menikah dengan Nyai Kemuning putri Kyai Mayang Madu dan Nyai Retna Ayu Candra Sekarang putri Adipati Kediri. Setelah mendapatkan pendidikan dari ayahandanya sendiri dan juga sang mertua, yakni Sunan Gunung Jati, Sunan Drajad memulai dakwahnya di daerah Ampel. Namun oleh sang ayah Sunan Drajad diutus pindah ke daerah barat pesisir Gresik.


28 Dalam berdakwah, Sunan Drajad melakukan pengajaran dengan metode pendekatan sosial. Ajarannya lebih menekankan tentang etos gotong royong, pengentasan kemiskinan, dan menciptakan kemakmuran. Sunan Drajad mengajarkan masyarakat cara membangun rumah, cara membuat alat-alat kebutuhan penunjang kesejahteraan masyarakat. Sunan Drajad juga dikenal memiliki jiwa budaya yang sangat kental. Dikarenakan sedari kecil dididik dalam lingkungan keluarga bupati Tuban, Sunan Drajad dikenal pandai memainkan lakon wayang (menjadi dalang), menggubah tembang macapat. Bahkan beberapa benda peninggalannya adalah benda seni, salah satunya adalah seperangkat gamelan bernama “Singo Mengkok”.


06 Sunan Muria


30 Asal-usul Sunan Muria Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Sarah putri Maulana Ishak, dengan dua saudarinya yang lain yakni Rafiah dan Ruqayyah. Memiliki gelar bangsawan dengan disematkannya nama raden di depan namanya, karena ayahandanya, Sunan Kalijaga atau Raden Syahid adalah putra dari Tumenggung Wilwatikta yang tak lain adalah adipati Tuban. Dijuluki Sunan Muria karena menetap di gunung Muria dan dimakamkan di sana.


31 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Muria Dalam konteks keilmuan, mayoritas Sunan Muria belajar dari ayahandanya sendiri. Dikisahkan pula bersama Sunan Kudus, Sunan Muria juga berguru kepada Ki Ageng Ngerang hingga diambil menantu oleh gurunya dengan dinikahkannya Sunan Muria dengan Dewi Roroyono. Selain menikah dengan Dewi Roroyono, Sunan Muria juga menikah dengan Dewi Sujinah putri Sunan Ngudung. Dalam berdakwah, metode yang dilakukan Sunan Muria tak jauh berbeda dengan metode yang dilakukan Sunan Kalijaga, ayahandanya. Tradisi agama lama tidak serta merta dihapus oleh Sunan Muria, namun diberi warna Islam dan dikembangkan menjadi tradisi yang sekiranya tidak melanggar syariat. Sebagaimana ayahandanya, Sunan Muria juga menjalankan dakwah Islam melalui pendekatan seni dan budaya. Sunan Muria dikisahkan menggubah


32 tembang-tembang cilik jenis sinom dan kinanthi. Juga dalam seni pewayangan. Sunan Muria dikisahkan gemar menggelar pertunjukan wayang dengan lakin-lakin yang digubah oleh Sunan Kalijaga, seperti Dewa Ruci, Dewa Srani, Jj Amus Kalimasada, Begawan Ciptaning, Semar Ambareang Jantur, dan yang lainnya. Dalam pertunjukan wayang inilah Sunan Muria menyampaikan ajaran tauhid kepada masyarakat Jawa. Dengan metode pendekatan seni, budaya dan tradisi-tradisi lama yang telah diberi nafas Islam, Sunan Muria berhasil mengembangkan dakwah Islam di daerah Jepara, Juwana, hingga sekitar Kudus.


07 Sunan Kudus


34 Asal-usul Sunan Kudus Sunan Kudus yang memiliki nama kecil Raden Jakfar Shidiq ini merupakan cucu buyut dari Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Ayahnya adalah Sunan Ngudung putra dari Sayyid Ali Mutadlo atau Raden Santri. Dan Sayyid Ali Murtadlo adalah putra dari Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Dengan demikian Sunan Kudus juga merupakan kerabat dari Sunan Bonang, Sunan Drajad, sekaligus adalah cucu dari Sunan Ampel. Oleh karena masih dihitung kerabat dengan Sunan Ampel, Sunan Ngudung diangkat menjadi imam besar masjid demak keempat dengan gelar Penggulu Rahmatullah di Undung. Begitu pula dengan Raden Jakfar Shodiq, selepas sang ayah mangkat, ia menggantikan Sunan Ngudung menjadi imam besar masjid Demak kelima.


35 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Kudus Dalam mendalami ilmu agama, seperti para wali-wali sebelumnya, Sunan Kudus juga belajar ilmu agama kepada sang ayah sendiri. Dikisahkan pula, selain digembleng langsung oleh ayahandanya sendiri, yakni Raden Utsman Haji atau Sunan Ngudung, Raden Jakfar Shodiq juga menuntut ilmu kepada seorang cina muslim yang kabarnya ada keterkaitannya dengan kedatangan Laksamana Ceng Ho di pulau Jawa bernama Kiai Telingsing. Sunan Kudus juga dikisahkan pernah mengembara mencari ilmu sampai ke Surabaya berguru kepada salah satu penerus Sunan Ampel. Sunan Kudus, dalam hal berdakwah menyebarkan ajaran Islam cenderung melakukan pendekatan dakwah yang dilakukan dengan kebijaksanaan, banyak memanfaatkan jalan seni budaya dan menyempurnakan alat-alat pertukangan yang berpengaruh pada segi arsitektur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kudus dan sekitarnya.


36 Sunan Kudus seringkali dikaitkan dengan penyerangan pasukan Demak melawan sisa-sisa kerajaan Majapahit menggantikan ayahandanya sebagai panglima perang kaum Muslim yang gugur dalam penyerangan sebelumnya. Dikisahkan dalam menjalankan tugasnya sebagai Senopati Kesultanan Demak, Sunan Kudus memakai Jubah Antakusuma yang konon pernah dipakai oleh Rasulullah dan didapat Ulama Demak dari langit. Sementara Senopati Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Adipati Terung atau Raden Kusen yang tak lain adalah mertua Raden Jakfar Shodiq. Pasukan Demak berhasil memperoleh kemenangan besar. Pusaka-pusaka kerajaan Majapahit diangkut ke Demak setelah sebelumnya ditempatkan di Giri Kedaton selama empat puluh hari. Selain itu, Sunan Kudus sering dikisahkan menumpas upaya makar penguasa Pengging yang juga adalah murid dari Syekh Siti Jenar.


08 Sunan Kalijaga


38 Asal-usul Sunan Kalijaga Raden Syahid atau Syekh Melaya atau Lokajaya adalah putra dari bupati Tuban, Tumenggung Wilwatikta. Menurut sebagian sumber menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang keturunan Arab dari kakeknya, Arya Teja yang bernama asli Abdurrahman. Arya Teja dinikahkan dengan putri Arya Adikara, bupati Tuban saat itu dan memiliki putra bernama Arya Wilwatikta, ayah dari Sunan Kalijaga. Sebelumnya Arya Teja pernah menikah dengan seorang putri penguasa Surabaya dan dikaruniai seorang putri bernama Nyai Ageng Manila yang kelak diperistri oleh Sunan Ampel. Arya Wilwatikta, ayah Sunan Kalijaga yang bernama asli Abdul Syukur menikah dengan Nawangarum, putri Ki Tarub dan menurunkan Sunan Kalijaga.


39 Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Kalijaga Masa muda Sunan Kalijaga adalah masa kelam di mana ia sebagai seorang putra penguasa Tuban memiliki kenakalan yang di luar batas, seperti mencuri, gemar berjudi, minum minuman keras, sabung ayam hingga diusir keluar kedaton oleh orang tuanya yang sangat malu melihat kelakuan putranya. Namun diusirnya Raden Syahid muda dari kedaton tidak membuat Raden Syahid berubah menjadi berbudi baik, justru malah semakin menjadi kenakalannya. Ia malah menjadi pemimpin gerombolan perampok yang dikenal sebagai Brandal Lokajaya, yang membuat kerusuhan dan menyebabkan semua penduduk ketakutan. Namun berkat Sunan Bonang yang hendak dirampok menunjukkan karomahnya mengubah setundun buah aren menjadi emas, Raden Syahid bertobat dan berguru kepada Sunan Bonang. Dan seperti Sunan Bonang, Raden Syahid juga dididik dalam lingkungan keluarga Adipati Tuban, mempelajari kesenian dan budaya


40 Jawa, dan memahami bahkan menguasai kesustraan Jawa beserta pengetahuan falak. Dalam menjalankan dakwah, Sunan Kalijaga dikenal suka menyamar dan bertindak menampilkan kelemahan diri untuk menyembunyikan kelebihan yang dimilikinya. Bahkan, tak jarang Sunan Kalijaga sengaja menunjukkan tindakan yang seolah maksiat untuk menyembunyikan ketaqwaanya yang tinggi. Sunan kalijaga, juga sering mengenalkan Islam kepada masyarakat lewat pertunjukkan wayang yang sangat disukai oleh masyarakat yang masih mempercayai agama lama. Dengan kemampuannya yang menakjubkan sebagai dalang yang ahli memainkan wayang, Sunan Kalijaga selama berdakwah di Jawa bagian barat dikenal penduduk sebagai dalang yang memiliki berbagai nama samaran. Seperti wali-wali lain dalam berdakwah, juga sebagaimana Sunan bonang yang menyempurnakan ricikan gamelan


41 dan menggubah irama gending, Sunan Kalijaga menyempurnakan irama gending-gending sebagaimana telah dikerjakan oleh Sunan Bonang. Di antara walisongo lainnya, Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang paling luas cakupan bidang dakwahnya dan paling besar pengaruhnya di masyarakat. Sebab Sunan Kalijaga tidak hanya sekedar menggarap bidang pendidikan anak anak, melalui tembang tembang dan permainan untuk anak anak, melainkan juga menggarap pendidikan bagi orang dewasa melalui tembang macapat berisi doa, cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam, pelatihan membuat alat-alat pertanian, pelatihan membuat pakaian yang sesuai untuk masyarakat Islam Jawa, pendidikan politik dan ketatanegaraan yang baik dan benar, pembentukan nilai nilai kemasyarakatan yang bersumber ajaran Islam, dan pendidikan ruhani yang bersumber dari ilmu tasawwuf. Tidak ada satupun catatan yang menetapkan Sunan Kalijaga wafat, kecuali bahwa Sunan Kalijaga wafat dan di


42 makamkan di Kadilangu dekat Demak, Sunan Kalijaga mengalami perubahan sejak zaman Majapahit akhir, Demak, Pajang hingga masa awal Mataram. Sunan Kalijaga juga dianggap sebagai pelindung kerajaan Mataram.


09 Sunan Gunung Jati


44 Asal-usul Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati yang memiliki nama asli Syarif Hidayat adalah putra seorang penguasa Mesir bernama Syarif Abdullah yang menikah dengan Nyi Rara Santang. Pendidikan & Metode Dakwah Sunan Gunung Jati Masa menuntut ilmu Sunan Gunung Jati diwarnai kisah-kisah yang perlu penafsiran untuk mengetahui kebenarannya. Dikisahkan Sunan Gunung Jati banyak berguru kepada ulama-ulama ahli thariqoh hingga Sunan Gunung Jati diceritakan telah sampai makam makrifat. Di antara guru-gurunya adalah Syekh Najmurini di Mekah mengambil tarekat Naqsabandiyah, Syeikh Muhammad Athaillah mengambil tarekat Syadziliyyah dan masih banyak lagi. Dalam mengembangkan dakwah Islam, usaha yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati


45 adalah melalui pernikahan sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah dan para sahabat guna memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon. Dikisahkan Sunan Gunung Jati pertama kali menikah adalah dengan Nyai Babadan putri Ki Gedeng Babadan yang membuat pengaruhnya meluas dari Gunung Sembung hingga wilayah Babadan. Namun, Nyai Babadan meninggal sebelum dikaruniai putra. Selanjutnya Sunan Gunung Jati menikahi putri Ki Gedeng Kawunganten setelah berhasil mengislamkan Ki Gedeng Kawunganten beserta rakyatnya. Dari pernikahan ini, Sunan Gunung Jati dikaruniai dua putra, yang pertama Ratu Winaon yang dinikahkan dengan Pangeran Raja Laut. Dan yang kedua adalah Pangeran Sabakingkin yang kelak menjadi Raja Banten bergelar Sultan Hasanuddin. Sunan Gunung Jati juga menikah dengan seorang wanita Cina bernama Ong Tien, yang dikisahkan adalah putri kaisar Cina bernama Hong Gie dari Dinasti Ming. Syarif Hidayat Sunan Gunung Jati menikah lagi setelah kematian Nyi


46 Mas Rara Sumanding atau Nyai Ong Tien dengan Nyai Syarifah Baghdadi dan dikaruniai dua putra yakni Pangeran Jayakelana yang menikahi Nyai Ratu Pembayun putri Raden Patah, dan Pangeran Bratakelana Gung Anom yang juga menikahi putri Raden Patah Nyai Ratu Nyawa. Istri Sunan Gunung Jati yang lain adalah Nyai Tepasari putri Adipati Tepasana dan dikaruniai dua putra yakni Nyai Ratu Ayu yang menikah dengan Pangeran Sabrang Lor dan Pangeran Muhammad Arifin yang bergelar Pangeran Pasarean. Keberhasilan Sunan Gunung Jati menegakkan dakwah Islam di bumi Sunda, membuatnya tak hanya leluasa menyebarkan dakwah Islam, namun juga menjadikan keraton sebagai pusat kesenian dan dan kebudayaan yang bernuansa agama sehingga menjadikan gerak dakeah Islam menjadi sangat pesat bahkan meluas sampai ke pelosok wilayah Pasundan. Hingga akhirnya melalui keraton Cirebon dan Banten, berbagai gerakan dakwah dilakukan


47 dengan pengembangan seni budaya denghan tidak menghilangkan unsur-unsur Hindu dan Budha, melainkan dipadukan dengan ajaran Islam sehingga ajaran Islam bisa dianut oleh hampir seluruh penduduk Pasundan.


10 Syekh Ibrahim Asmaraqandi


49 Asal-usul Syeikh Ibrahim Asmaraqandi Syaikh Ibrahim Samarqandi atau Syaikh Ibrohim Asmaraqandi diperkirakan lahir di Samarqand, Asia Tengah pada paruh kedua abad ke-14. Dalam Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Makhdum Ibrahim Asmara atau Maulana Ibrahim Asmara. Sebutan itu mengikuti lidah orang Jawa dalam melafadzkan as-Samarkandi yang kemudian berubah menjadi Asmarakandi. Dalam sejumlah kajian historiografi Jawa, tokoh Syaikh Ibrahim Asmaraqandi seringkali disamakan dengan Syaikh Maulana Malik Ibrahim, sehingga menimbulkan kerumitan dalam menelaah kisah hidup dan asal usul beserta silsilah nasabnya, yang berujung pada penafian keberadaan Syaikh Ibrohim Asmarakandi sebagai tokoh sejarah. Padahal, situs makam dan mihrab masjid serta gapura berada dalam lindungan Dinas Purbakala dengan menunjuk lokasi dan era yang berbeda dibanding dengan situs makam Maulana Malik Ibrahim.


50 Syekh Ibrahim Asmaraqandi dikisahkan datang ke negeri Champa dan berhasil mengislamkan Raja Champa hingga diambil menantu dengan dinikahkan oleh Raja Champa dengan seorang putrinya bernama Candrawati dan dikaruniai tiga orang anak, yakni Ali Murtadlo atau Raja Pandhita, Ali Rahmatullah yang lebih dikenal sebagai Sunan Ampel dan Zainab. Lalu Syekh Ibrahim Asmaraqandi datang ke pulau Jawa sekitar tahun 1440 Masehi bersama dua orang putra dan seorang kemenakan beserta beberapa santrinya. Diceritakan kedatangan Syekh ke pulau Jawa adalah karena permintaan adik istrinya yaitu Dewi Dwarawati yang telah diperistri Raja Majapahit. Sebelum sampai di pulau Jawa, rombongan Syekh Ibrahim sempat singgah di Palembang untuk memperkenalkan agama Islam kepada adipati Palembang, Arya Damar. Syekh Ibrahim dan rombongan berlabuh di pantai Tuban tepatnya di daerah Gisikharjo. Menurut cerita, Syekh Ibrahim tak lama berdakwah di Gisik. Sebelum tujuannya menghadap ke


Click to View FlipBook Version