The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Febiola Vania Carlaa, 2023-05-14 09:11:36

GADIS KRETEK

GADIS KRETEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2. Mengumpulkan dan mempelajari beberapa teori yang relevan dengan tema penelitian. 3. Mencatat dan menganalisis semua data yang berupa kutipan penting yang sesuai dengan permasalahan. E. Validitas Data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti memilih dan menentukan cara-cara tepat untuk mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data terbagi menjadi empat jenis yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi data, trianggulasi metode, dan terianggulasi teori. (Moelong, 2007:33). Dari keempat macam teknik trianggulasi, peneliti menggunakan trianggulasi data untuk mengumpulkan data yang sama. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian, apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji jika dibandingkan dengan data yang sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah konten analisis atau analisis isi. Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Metode analisis konten merupakan suatu metode untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan sistematik mengenai isi (content) yang terungkap dalam suatu komunikasi. Dengan demikian penelitian ini berusaha untuk menganalisis dan mengkaji serta menginterpretasikan suatu objek penelitian menjadi informasi yang lebih berguna. Teknik analisis data bersifat kualitatif dan memerlukan penjelasan secara deskriptif. Teknik pendeskripsian dipergunakan untuk mengetahui latar sosial budaya yang melatarbelakangi Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Teknik analisis data terdiri dari tiga unsur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik analisis menggunakan model analisis interaktif dan berupa kegiatan yang bergerak terus pada ketiga alur kegiatan proses penelitian. 1. Reduksi data adalah proses menyeleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan. 2. Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dillakukan. Susunan data harus jelas sistematikanya. Dengan data ini peneliti akan lebih memahami hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan usaha yag akan dilaksanakan setelah pengumpulan data. 3. Penyimpanan data adalah penarikan kesimpulan dilaksanakan berdasarkan semua hal yang terdapat alam reduksi data dan penyajian data. Setelah data diseleksi, diklasifikasi, dan dianalisis, data tersebut diinterpretasikan sesuai


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user dengan struktur dan nilai yang terkandung dalam cerita kemudian ditarik kesimpulan.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab IV ini akan dibahas secara berturut-turut: (1) Profil tokoh wanita dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, (2) Perjuangan kesetaraan gender tokoh wanita dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, (3) Keadaan sosial masyarakat dalam novel novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, dan (4) Nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Berikut ini akan dibahas satu per satu permasalahan tersebut. 1. Profil Tokoh Wanita dalam Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala merupakan novel yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan gender. Di dalamnya tokoh prempuan banyak mengambil peranan dalam kehidupan. Profil perempuan yang digambarkan dalam novel ini adalah kenakalan-kenakalan tokoh prempuan. Hal tersebut sangat tampak ketika melihat sampul depan novel. Kalimat-kalimat dalam novel ini juga menangkap hal tersebut. "Sekali isep, gadis yang Tuan impikan muncul di hadepan Tuan," begitu iklan berkalimat nakal yang bukan satu-satunya "kenakalan" dalam novel "Gadis Kretek". Itu adalah iklan terbaik Idroes Moeria, pengusaha rokok yang pesaingnya; Djagad, selalu membututinya dalam berbisnis setelah kalah bersaing mendapatkan gadis bernama Roemaisa.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Persaingan tersebut sangat ketat, ketika Idroes Moeria mengajak pengisap rokok berfantasi tentang perempuan muda dan cantik, Djagad malah membuat iklan untuk rokok barunya dengan kalimat "Kretek Garwo Kulo, kreteknya lelaki yang cinta istrinya". Garwo Kulo jatuh di pasaran, demikian novel itu, karena kretek tersebut justru mengingatkan para lelaki untuk selalu ingat akan istri di rumah yang mungkin jarang dandan, pakaiannya kedodoran, dan cerewet. (Ratih Kumala, 2012: 67) Puncak kenakalan sang penulis novel tersaji ketika dia bercerita soal keabu-abuan prahara 1965 yang membuat pengusaha rokok sukses, yang tidak ada sangkutpautnya dengan PKI, tiba-tiba harus diberangus. Pengusaha rokok tenar itu ditangkap, disiksa, dan dinterogasi karena kemasan rokoknya berwarna merah; warna PKI, dan konsep undangan pernikahan anaknya ditemukan di sebuah percetakan yang kerap mencetak juga keperluan-keperluan PKI. Cerita tragedi dan romantisme dalam novel itu sebenarnya bermula ketika seorang bernama Raja (baca: Raya) mengisap kretek hasil lintingan Jeng Yah. Jeng Yah memiliki rahasia ramuan Kretek Gadis, yaitu rasa manis berkat air ludahnya yang dipakai untuk merekatkan lintingan pembungkus tembabau dan cengkeh. Tingwe, rokok yang dilinting sendiri, buatan Jeng Yah, membuat orang ketagihan. Awalnya, ayahnya, pengusaha rokok ternama, yang ketagihan. Kemudian rekan-rekan bisnis yang diharapkan menjadi pemodal juga tertarik pada cita rasa rokok lintingan Jeng Yah. Juga sang kekasih. Hubungan Jeng Yah dengan kekasihnya inilah yang kemudian menjadi sebuah romantisme tragis yang menjadi benang merah beragam cerita dalam


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user novel ini. Misteri hubungan dua manusia itu menjadi pertanyaan besar bagi sebuah keluarga pengusaha rokok ternama yang kesuksesannya meninggalkan Kretek Gadis yang hanya menjadi rokok kalangan tua di sebuah kota kecil. Misteri yang ingin dipecahkan oleh generasi ketiga pengusaha rokok kretek itu. Pencarian Jeng Yah oleh kakak beradik ahli waris perusahaan rokok ternama itu membawa mereka bertualang ke dunia bisnis kretek, dari zaman kolonial Belanda, Jepang, hingga zaman PKI. Bagai sebuah buku sejarah, novel itu juga bercerita tentang bagaimana popularitas rokok klembak memudar digantikan rokok kretek. Pencarian itu juga memperlihatkan bahwa beragam rokok kretek "jago kandang" terus bertahan di tengah dominasi perusahaan rokok besar. Kebertahanan itu juga sering terjadi bukan karena rokok lokal itu tetap memberi pengusahanya keuntungan, melainkan demi gengsi leluhur dan kepentingan pekerjanya. Itu misalnya diwakili oleh kalimat: "Kalau pabrik ini mati, maka orang-orang ini akan nganggur, ndak bisa makan, ndak bisa nyekolahin nakanaknya, mereka jatuh miskin. Kamu mau kejadian kayak gitu? Tentu saja ini juga bagian kenakalan Gadis Kretek bila diingat bahwa bisnis rokok kini dihadapkan pada kenyataan bahwa: Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Padahal rokok kretek mulanya dibuat untuk membantu para penderita asma meringankan napasnya. Kenakalan dalam novel karya Ratih Kumala, Gramedia Pustaka Utama, Maret 2012, ini juga sudah tampil lewat judul dan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user gambar sampulnya. Sampul yang memajang gambar perempuan berkebaya hijau, dengan sebatang rokok menyala beserta asapnya yang mengepul, seolah mengajak orang di toko buku untuk segera mengambilnya. Apalagi kerlingan mata sang gadis yang tampil di sampul tersebut. Membicarakan masalah profil maka akan membicarakan masalah kepribadian karena profil dibentuk oleh kepribadian. Adapun kepribadian dibentuk oleh pola sikap manusia. Sikap pada dasarnya muncul dari interaksi manusia pada permasalahan kemanusiaan yang selalu muncul dan terjadi pada setiap manusia misalnya cinta kasih, penderitaan, pandangan hidup, kereligiusan, cita-cita, dan harapan. Di bawah ini akan dibahas berdasarkan kepada ketokohan. a. Roemaisa Tokoh perempuan ini adalah gadis cantik, anak dari seorang anak juru tulis yang pada akhirnya ibu dari seorang gadis bernama Jeng Yah. Dari segi pergaulan, ia berbeda dengan gadis lain yang lebih suka bergerombol dan cekikikan. Roemaisa lebih sering bepergian sendiri. Sebagai seorang perempuan dari keluarga terhormat, Roemaisa diberi kebebasan untuk menentukan pilihan hidup dan pendamping hidup. Dalam hal memilih pendamping hidup (calon suami), Roemaisa tampak berbeda dengan gadis pada umumnya. Dia menyaratkan laki-laki calon pendampingnya untuk -gadis lain di masanya yang tidak boleh menolak pinangan laki-laki yang datang kerumahnya, namun Roemaisa dapat melakukan hal tersebut. Bila dihubungkan dengan teori nature (teori alam) yang dikemukakan oleh A. Skolnick & J.H. Skolnick (dalam Budiman


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1999: 56) Roemaisa ternyata merupakan kekecualian. Teori ini menyatakan bahwa sesungguhnya wanita itu lebih emosional, lebih pasif, dan lebih submisif (menyerah) karena sudah menjadi kodratnya untuk lebih lemah dan amat tergantung kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya. Kekecualian Roemaisa adalah sikap dan tingkah lakunya yang tidak biasa dan berbeda dari gadis lain pada saat itu. Memang pada awalnya digambarkan tokoh Roem merupakan tokoh yang lemah, penurut dan melayani selayaknya perempuan Jawa baik-baik (tidak bekerja, hanya menerima pemberian suami) Namun, setelah suaminya (Idroes Maria) menghilang ketika hendak mencetak merk klobot dan diperkirakan diculik tentara Jepang, ia berubah 180 derajat menjadi Roem yang tegar. Seperti yang digambarkan pada penggalan novel berikut. Roemaisa mengisi hari-harinya dengan menjual klobot-klobot itu di pasar dan toko obat, Dua hari sekali, diambilnya hasil penjualan klobot di tempatnya yang sama. ... Ibunda Roem memutuskan untuk menjual kalung dan gelang emas miliknya, untuk membeli tembakau rajang dan cengkeh. Sebenarnya, suaminya tak setuju. Ia menganggap apa yang dilakukan putrinya saat ini disebabkan kesedihan Roemaisa belum benar-benar hilang. Laki-laki itu lebih senang dengan Roemaisa yang dulu, yang penurut, menunduk ketika diajak berbicara orang lain, dan senantiasa melayani selayaknya perempuan Jawa baik-baik. Tapi sang ibu lalu angmas mau terima atau tidak, Roem yang sekarang, atau Roem yang layu dan seolah mati seperti sebulan yang lalu? (Ratih Kumala, 2012: 82)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Kutipan di atas menunjukkan kepribadian tokoh perempuan yang digambarkan penulis sebagai tokoh yang tegar mandiri yang berwibawa. Tidak lantas, karena ditinggal suami menjadi perempuan lemah yang hanya dapat menangis. Dengan demikian, teori nature yang memberi peran terbatas kepada kaum wanita, bukanlah sesuatu yang mutlak. b. Jeng Yah Tokoh perempuan lainnya yang sentral dibicarakan dan menjadi pusat perhatian dalam novel Gadis Kretek ini adalah Dasiyah atau Jeng Yah. Dia adalah putri dari pasangan Roemaisa dan Idroes Moeria. Lewat tokoh Jeng Yah inilah penulis berhasil mengajak kita ke tiga generasi Indonesia mutakhir yang berusaha meluruskan penyelewengan sejarah oleh generasi yang bercerai-berai akibat ganasnya revolusi, politik dan kondisi sosial paling kontroversial di negeri lewat kretek, cinta, dan kasih tak sampai melalui ludah yang terasa manis. Jeng Yah adalah sosok perempuan yang berbeda dari perempuan umumnya. Sejak kecil dia sudah membantu bisnis ayahnya dengan mengumpulkan beberapa klobot bekas untuk di linting sendiri. Ini adalah pemandangan yang sulit dilihat pada wanita-wanita lain di masa itu. Bahkan, lewat lintingannya lah (linting dewe) ayahnya Idroes Moeria mendapat pinjaman yang besar untuk memperluas jaringan bisnis kreteknya. Hal tersebut dapat dilihat melalui kutipan novel berikut: ..... Dasiyah setuju dengan syarat.. bukan potret wajahnya yang ditaruh di etiket...Syarat kedua, Dasiyah kali ini ingin dilibatkan dalam


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user pembuatan saus-saus. Menurutnya saus-saus untuk macam-macam kretek percobaan yang tepat di pasaran itu jauh di bawah rasa Kretek -kretek itu bernasib Dasiyah. Dasiyah juga menambahkan bahwa mulai sekarang ayahnya tak bisa seenaknya bikin kretek asal-asalan dan menjualnya hanya untuk kembali mampus. (Ratih Kumala, 2012: 150) Di saat ia mengetahui bahwa Soejagad yang merupakan kekasihnya telah pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain, Jeng Yah pun tak lantas bermuram hati dan gundah terlalu lama. Ia kembali menata perusahaannya. Namun, sikapnya menjadi berbeda ketika mengetahui bahwa Soejagad mencuri resep saus kretek milik perusahaannya untuk dipakai pada kretek lain (kretek Soeraja). Dia langsung bangun dari tempat duduknya dan menuju kota Kudus saat itu juga, untuk memukul kepala Soejagad dengan semprong karena telah mencuri resep perusahaannya. Ketegaran tokoh wanita Jeng Yah ini tergambar dalam kutipan novel berikut: ... bukan lantaran cemburu. Ingat kan, Jeng Yah II bilang kalau Jeng Yah I langsung ingin pergi setelah menghisap Kretek Djagad Raja? Kurasa Jeng Yah I tidak datang dalam rangka cemburu dan ingin membalas dendam sebab Romo menikahi gadis lain. Kurasa....Jeng Yah I sudah tahu Romo membocorkan formula saus rahasia kepada Mbah Djagad. (Ratih Kumala, 2012: 269) Profil tokoh wanita yang tergambar lewat tokoh Jeng Yah ini membantah anggapan bahwa kaum laki-laki disebut sebagai egosentris atau lebih self-oriented. Maksudnya pria cenderung berperan sebagai pengambil


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user inisiatif untuk memberikan stimulasi dan pengarahan, khususnya bagi kemajuan, dan menganggap dunia ini sebagai miliknya, sebagai ruang untuk berprestasi dan untuk bekreja. Lewat tokoh Jeng Yah yang pada saat mengeluarkan penryataan itu masih berumur 17 tahuna itu, perempuan sudah mampu memberikan solusi dan pengarahan kepada orang tuanya. c. Purwanti Anak gadis Soejagad inilah yang akhirnya mendapatkan cinta pemuda penuh keberuntungan yang bernama Soeraja. Di suatu pagi setelah Soeraja lari dari kota ke kota untuk menghapus jejaknya terhadap orang yang mengejar-ngejar siapa saja yang terlibat PKI, ia menjumpai sebuah gudang klobot milik Soejagad. Di sana ia berjumpa dengan Purwanti. Gadis perawan putri Pak Soejagad. bosan. Dan tak ingin mendengar lagi sampai kapan pun sebab meskipun aku mau, aku takkan pernah bisa bercerita padamu tentang lelaki yang kujatuhcintai. (Ratih Kumala, 2012: 154) Dari kutipan di atas, tokoh perempuan Purwanti yang digambarkan penulis adalah perempuan desa yang tidak hanya menunggu cinta dari lakilaki, seperti perempuan desa pada umumnya. Namun dia berani untuk menegaskan kepada pemudanya bahwa dia mencintai pemuda itu, hingga tersadarlah pemudanya tersebut.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Profil tokoh wanita dalam novel yaitu berupa semua wujud gambaran mental dan tingkah laku yang diekspresikan oleh tokoh perempuan. Wujud citra perempuan ini dapat digabungkan dengan aspek fisis, psikis, dan sosial budaya dalam kehidupan perempuan yang melatarbelakangi terbentuknya wujud citra perempuan. Dalam menjaga citranya tersebut, perempuan sebagai individu harus memerankan perannya dengan baik sebagai individu, istri, dan perannya di sosial masyarakat (Sugihastuti, 2000:44). Dari ketiga tokoh perempuan yang disebutkan dalam novel Gadis Kretek terlihat bahwa wanita yang digambarkan dalam novel ini berani dan mempunyai rasa tanggung jawab diri dalam masyarakat. Rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, pada akhirnya berkembang menjadi rasa tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat dan kelompok. 2. Perjuangan Kesetaraan Gender Tokoh Wanita dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Keadaan masyarakat Indonesia dari dulu sampai sekarang masih sering menyalahgunakan konsep gender sehingga kerap kali terjadi ketidakadilan gender. Menurut Relawati, (2010:6) ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakadilan gender, antara lain:


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user a. Mitos yang berlangsung turun temurun di masyarakat. Yang mengatakan perempuan adalah teman belakang. Kata teman belakang mempunyai makna jika di dalam rumah urusan perempuan adalah di sekitar dapur dan berbagai urusan pekerjaan rumah tangga lainnya. Alasan ini yang digunakan sebagai alasan orang tua untuk tidak menyekolahkan anak perempuan tinggi-tinggi, karena pada akhirnya ketika mereka menikah hanya akan berada di dapur. b. Laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional, sedangkan kaum perempuan selalu mendahulukan perasaan . c. Budaya patriarki (budaya yang lebih mementingkan laki-laki), dalam keluarga yang berkuasa adalah bapak. Patriarki adalah konsep bahwa lakilaki memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat, dalam pemerintahan, militer, pendidikan, industri, bisnis, perawatan kesehatan, iklan, agama dan lain sebagainya. d. Sistem kapitalis yang berlaku, yaitu siapa yang memiliki modal besar itulah yang menang. Implikasi dari sistem kapitalis ini telah diperluas tidak hanya terkait bisnis tetapi juga dalam ranah kehidupan lainnya. Laki-laki secara fisik lebih kuat dari pada perempuan sehingga akan mempunyai peran dan fungsi yang lebih besar dalam berbagai aspek kehidupan. Dari alasan yang dikemukakan di atas, ketertindasan perempuan terjadi karena adanya pembatasan kebebasan individu. Dasar dari pemikiran ini adalah bahwa lelaki dan perempuan diciptakan setara, sehingga sudah menjadi keharusan adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan serta adanya kesempatan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user yang sama dalam mengembangkan diri. Oleh karena itu, tuntutan kesetaraan gender merupakan permintaan kaum perempuan untuk diberi kesempatan dalam institusi-institusi pendidikan dan ekonomi dan lainnya agar sejajar dengan lakilaki. Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala mendeskripsikan beberapa konsep kesetaraan gender lewat tokoh-tokoh perempuan yang ada di dalamnya. Hal tersebut dapat ditemui melalui kutipan teks novel berikut. -ari di lua Romaisa mencoba menegur seorang bapak tetangga. Tapi si bapak tetangga itu bahkan tak menengok padanya. Ia terus saja tertawaRoemaisa lagi. Tapi laki-laki paruh baya itu tetap menganggapnya tak ada. Tiba-tiba Roemaisa merasa marah, ia tak bisa lagi menahan emosinya dan berteriak kencang sekali. Kini seluruh perhatian Ratih Kumala, 2012: 108) Kutipan di atas, menyiratkan bahwa perempuan seharusnya boleh berpendapat dan menentang sesuatu yang merugikan dirinya. Tidak hanya menerima nasib atau keadaan. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa menjelang Magrib, bapak-bapak tetangga mulai berdatangan. Ibu-ibu tetangga yang dimintai tolong bertugas bergantian untuk menyiapkan seduhan teh yang nasgitel, panaslegi kentel. Bapak-bapak itu mengobrol semalaman, merokok semalaman, ada pula yang sengaja membawa kartu gaple untuk menghabiskan malam. Ini adalah sebuah tradisi di lingkungan Jawa tengah saat menyambut dan menjaga bayi yang baru lahir. Penulis novel mengkritik tradisi ini lewat tokoh perempuannya yang bernama Roemaisa dengan menentang lewat sajian cerita yang bagus.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan juga dibentangkan penulis dalam novel ini melalui tokoh Dasiyah atau Jeng Yah. Penulis dalam novelnya ini meletakkan posisi tokoh Jeng Yah sebagai landasan perjuangan kesetaraan gender. Dimana tokoh Jeng Yah digambarkan sebagai tokoh perempuan yang lincah, gesit, berpengetahuan, dan mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk memimpin sebuah perusahaan besar. Melalui kretek yang dihisapnya, penulis juga ingin menyampaikan bahwa hak untuk merokok/ melinting kretek adalah hak laki-laki dan perempuan. Penulis seolah ingin menolak dan mengkritik pandangan masyarakat bahwa seorang perempuan yang merokok adalah perempuan yang tidak baik (nakal, terlibat prostitusi) padahal apabila laki-laki yang merokok itu dipandang sebagai hal yang wajar. Dalam novel ini, semua itu dibantah keras. Tokoh Jeng Yah digambarkan tokoh yang sangat mengenal kretek, bahkan mahir dalam mengenali kretek yang bagus atau tidak bagus. ... Siapa yang tak mengenal Dasiyah, kembang Kota M, putri pengusaha kretek nan cantik jelita. Ia adalah gadis ceria yang selalu ramah pada siapa pun yang ditemuinya. Senyumnya tak pernah hilang dari wajah ayunya, seolah senyum itu memang sengaja dipasang sebagai perhiasan, seumpama kalung atau anting-anting. Idrus Moeria tak lagi khawatir ketika istrinya, Roemaisa, tak melahirkan anak laki-laki. Ia cukup punya Dasiyah, gadis itu meski tak sama sekali tomboy, tapi punya energi layaknya anak laki-laki keluarga yang mengambil alih tanggung jawab. Anak gadisnya itu juga dinilai punya naluri dan kebijaksanaan yang bagus jika berkaitan dengan usaha dagang kretek keluarga mereka. (Ratih Kumala, 2012: 176)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Perjuangan kesetaraan gender tokoh wanita dalam novel ini ditunjukkan oleh penulis melalui tokoh Roemaisa dan Jeng Iyah. Kedua tokoh ini adalah tokoh perempuan yang sangat berperan dalam usaha kretek. Bentuk ketidakadilan gender ada empat macam yaitu bentuk ketidakadilan gender yang berupa streotip, marginalisasi perempuan, subordinasi pekerjaan, kekerasan dalam rumah tangga. Dalam novel Gadis Kretek tokoh utama perempuannya mengalami ketidakadilan gender. Lebih jelasnya di bawah akan penulis paparkan analisis bentuk ketidakadilan gender tersebut. Melalui latar sosial dan pemikiran tokoh di dalamnya, novel ini juga telah berhasil mengungkap fakta dominasi, subordinasi, dan marginalisasi yang dialami perempuan dalam ranah keagamaan, sehingga asumsi masyarakat terhadap posisi dikotomis perempuan yang semata-mata didasarkan pada mitos, kepercayaan dan tafsir kitab suci, senantiasa dikritik dan diluruskan kembali. Novel Gadis Kretek mengajak para pembacanya untuk melakukan perlawanan secara proposional dimaksud meliputi perlawanan perempuan atas laki-laki. Serta perlawanan perempuan terhadap kemajemukan dan kelengahan kaumnya perempuan itu sendiri. Penggambaran posisi dan sikap tokoh perempuan tersebut juga mencerminkan adanya upaya untuk menggapai dan mencari solusi terhadap masalah gender yang ditimbulkan oleh ketidakadilan sosial dan budaya di sekitar tokoh itu berada. Ketidakadilan gender yang berupa streotip beban kerja lebih banyak dan palabelan terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu. Penggambaran tokoh perempuan dalam novel menciptakan citra umum perempuan dalam


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user masyarakat Indonesia khususnya perempuan Jawa. Kenyataannya, bahwa normanorma patriarkal masih mendominasi masyarakat Indonesia. Penggambaran hal tersebut terdapat dalam novel ini. Berikut kutipannya. Perempuan. Dua detik hati Idroes Muria timbul semacam penyesalan yang tak diakuinya. Tapi dua detik kemudian rasa itu hilang, sambil berkata pada hati kecilnya, bahwa sudah sepatutnya ia bersyukur telah dikaruniai anak, mengingat anaknya pertama telah gugur. Tiga tahun yang lalu, ketika Roem pertama kali hamil, Idroes Moeria tidak pernah mengiginkan secara khusus anak laki-laki, ataupun anak perempuan. Ia mau diberi apapun, laki-laki, ataupun anak perempuan. Tapi, setelah ia berdiam diri di Koblen selama kurang lebih dua tahun, ia lebih berharap punya anak laki-laki. Seperti orang-orang zaman itu, Idroes Moeria makin percaya, bahwa anak laki-laki akan menjadi lebih kuat, bisa diandalkan, dan bakal jadi kepala keluarga yang lebih tangguh untuk jadi pemimpin (ketimbang anak perempuan) (Ratih Kumala. 2012: 104) Doktrin bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak berdaya masih berkembang pada sebagian masyakarat, terutama masyarakat di daerah pinggiran. Dari kenyataan tersebut, tampak bahwasanya di suatu kelompok masyarakat di Indonesia, ada yang tidak menginginkan kehadiran anak perempuan. Bagi mereka anak perempuan hanya membawa aib bagi keluarga. Sebagai contoh pada beberapa suku bangsa di tanah air. Sebut saja suku Batak yang ada di provinsi Sumatera Utara. Bagi mereka anak laki-laki merupakan kebanggaan, karena dapat meneruskan silsilah keluarga. Sebaliknya kehadiran perempuan tidak terlalu dibanggakan oleh karena pada akhirnya kelak anak perempuan tersebut akan pergi meninggalkan keluarga.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Bahkan secara lebih ekstrim, bagi pasangan keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki, disuruh bahkan dipaksa pihak keluarga untuk menikah dengan gadis lain untuk mendapatkan ketururnan laki-laki. Sungguh ini adalah pemikiran-pemikiran kuno zaman jahiliyyah penduduk bangsa Arab sebelum datangnya ajaran Islam yang harus ditinggalkan pada masa sekarang ini. Akan tetapi, penulis novel melalui tulisannya terutama tokoh perempuan yang ada di dalamnya menafikan keadaan tersebut. Di dalam novel diceritakan bahwa kesuksesan memimpin sebuah perusahaan besar bisa dipercayakan oleh seorang perempuan. 3. Keadaan Sosial Masyarakat dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala Dalam mendeskripsikan kondisi/ keadaan sosial masyarakat yang tergambar dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala akan digunakan dengan pendekatan sosiologi Sastra. Melalui pendekatan ini akan dilihat aspek lingkungan sosial untuk masuk kepada hubungan sastra. Pembicaraan akan dimulai dengan penyelidikan pada suatu masa tertentu dan pada masyarakat tertentu. (Swingewood: 1986) Keadaan masyarakat di dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala ini terbagi dalam tiga zaman. Yaitu: (1) masyarakat tahun 2000an, (2) masyarakat tahun 1945an, dan (3) tahun 1965an. Berikut ini akan digambarkan keadaan ketiga masyarakat tersebut yang ada dalam novel ini. a. Masyarakat Tahun 2000an


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Mengawali novel ini, penulis mengenalkan tokoh-tokoh yang memiliki karakter tempramental, acuh, pemarah, lewat tokoh pemudapemuda seperti Lebas, Tegar, dan Karim. Ketiganya adalah kakak beradik, putra dari pemilik perusahaan rokok ternama Soeraja. Lewat ketiga tokoh tersebut penulis menggambarkan keadaan sosial masyarakatnya. ... Benar juga sih. Tapi ke Kudus? Ngapai? Apa kamu bisa nyari Jeng Yah Bas? Aaaaargghh...! Satu ata itu pun akhirnya nanti aku suruh supir jemput kamu di Semarang buat ke Kudus. Karakter tokoh Lebas tidak dijumpai pada dua tahun sebelumnya. Karakter Lebas yang acuh, tidak peduli sesama, sangat santai dalam menyikapi kehidupan, hanya dijumpai pada tahun 2000-an dalam novel ini. ... Pamitku pada Ibu akan ke Kudus mengurus beberapa urusan pabrik. Ibu memandang wajahku tak percaya. Ibu tak banyak saja Bu...mungkin Lebas jadi sadar setelah melihat Romo sakit. (Ratih Kumala, 2012: 18)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Bila diperhatikan, penulis sangat faham sekali situasi sosial masyarakat pada saat ini dimungkinkan karena pengarang memang bagian dari masyarakat tersebut. b. Masyarakat Tahun 1945an Kondisi sosial masyarakat tahun 1945 sebelum merdeka di Indonesia, khususnya di kota M dan kota Kudus dapat digambarkan sebagai berikut: Setelah malam ketujuh usai, Mak Iti baru bicara pada Idroes Moeria. -ari anakmu dicolong orang yang jadi sainganmu. Untuk syarat mengalahkanmu suatu hari nanti, lewat anakmu ini. (Ratih Kumala, 2012: 16) Kondisi sosial masyarakat pada saat itu masih tradisional, masih mempercayai khurafat-khurafat dukun. Kepercayaan terhadap perduk-unan masih berlanjut ketika Idroes Moeria mencari wahyu untuk menerima tawaran pemilik modal dan bertapa di gunung Kawi. Secara tidak langsung pengarang sepertinya juga setuju dan percaya pada hal-hal tersebut. Walaupun tidak secara tersurat diceritakan dalam novel, tetapi di akhir cerita pengarang seolah membenarkan perkataan Mak Iti tersebut. Bila diperhatikan, kata-kata Mak Iti tersebut mengacu pada satu orang yaitu Soejagad. Dialah orang yang selama ini memusuhi dan iri kepada Idroes Moeria. Pada akhir cerita disebutkan bahwa usaha Kretek Gadis mengalami


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user kebangkrutan hingga gulung tikar sedangkan yang berjaya adalah usaha kretek Djagad. c. Masyarakat Tahun 1965an Tahun 1965 adalah tahun penumpasan PKI. Saat itu semua yang memiliki hubungan dengan Partai Komunis tersebut ikut dibumihanguskan. Susana mencekam pada saat itu digambarkan pengarang begitu apiknya. Seolah pembaca dapat hadir dan ikut merasakan suasana mencekam tersebut. Malam setelah beberapa orang yang Soeraja kenal terapung di Kali Pepe, Soeraja menyadari hidupnya dalam bahaya. Diamdiam dia pergi menyelinap ke pabrik kretek Arit Merah yang kosong tanpa buruh satu pun. Buruh-buruh itu pasti sudah lari berusaha menyelamatkan diri. Soeraja mengambil setumpuk etiket yang masih utuh dan tersimpan di kantor pabrik, lalu dibakarnya etiket itu. (Ratih Kumala, 2012: 224) Suasana yang sangat mencekam di tahun 1965 itu sangat terasa dalam novel ini. Semua yang berkaitan dengan PKI ikut ditangkap termasuk keluarga Idroes Moeria dan Jeng Yah sendiri. Malam yang harusnya hari paling bahagia bagi Jeng Yah ternyata menjadi malam yang mencekam baginya dan keluarganya. 4. Nilai-nilai pendidikan dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala Meskipun sekilas novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala ini dipandang sebagai novel yang mengajarkan pembaca untuk merokok, namun apabila


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user membaca isi novel secara kritis maka pembaca akan mendapati nilai-nilai pendidikan yang luhur yang diselipkan penulis lewat penggambaran tokoh, latar cerita dan tema serta keadaan lingkungan yang dideskripsikan dalam novel ini. Berikut ini peneliti akan menjabarkan hasil penelusuran nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala tersebut. a. Nilai Pendidikan Moral Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, berkewajiban dan sebagainya. Moral dapat pula disebut dengan ahklak budi pekerti dan susila. Macam-macam nilai pendidikan moral. 1) Kepedulian dan Empati Kepedulian dan empati didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain. Kepedulian dan empati adalah cara kita menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Kepedulian itu tergambar lewat tokoh Ibas dan Jeng Yah lewat kutipan berikut ini. masih mengenakan helm. Dibukanya helm itu, dan langsung mendekatiku. Tangannya mengacung menunjuk-nunjuk mukaku Cuma karena situ punya pabrek bisa seenaknya ngerebut -nuding aku dengan dialek Jawa yang kental.... Mira itu punya khu! Maksdunya apa sampai bilang kalau utangnya banyak segala?


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user .... Berapa utang Mira? Tiga juta setengah, katanya. jarku. Aku segera masuk ke dalam kantor. Kuambil cek yang ada di dalam laci meja direktur, siapa lagi kalau buka Mas Tegar. Mas Tegar yang sedang menenagkan diri heran melihatku. (Ratih Kumala, 2012: 170) Tokoh Lebas pada awal cerita adalah tokoh yang cuek kepada keluarga. Namun dibalik kecuekannya itu ia memiliki rasa empati yang tinggi. Mira adalah pekerja di pabrik kretek keluarga Jagad di Kudus. Lebas pada awalnya hanya menebar senyum dan berbincang-bincang mengenai pabrik kepada Mira. Namun kekasih Mira menanggapi berbeda perbincangan mereka. Kekesalan kekasihnya itu dinyatakan lewat lemparan batu pada pabrik mereka. Konflik kecil pun tak terhindarkan, dan akhirnya mereka mengetahui bahwa Mira terpaksa mencintai kekasihnya itu karena terlilit hutang padanya. Moral adalah aturan yang bersumber dari hati nurani untuk membimbing perilaku dan cara berpikir. Meningkatkan kualitas moral dimulai dari kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri. Ketika dalam hati nurani terisi nilai-nilai negatif yang tidak mampu membedakan antara benar dan salah, maka diri akan menjadi pencipta bencana, yang setiap saat dapat memutarbalikkan benar menjadi salah atau salah menjadi benar. Nilai-nilai positif akan menciptakan keunggulan moral baik. Dan hasilnya, diri dengan moral baik akan menjalankan etika


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user dan integritas pribadi dengan sepenuh hati. Moral yang baik ditunjukkan oleh tokoh Lebas dalam kutipan berikut: Diikutinya aku terus sampai keluar menemui renteinir tadi. Baru lima menit Mas Tegar berusaha tenag, sekarang dia harus ikutan tegang. Aku telah menandatangani cek itu. Kutulis Rp 3.500.000,- kataku. (Ratih Kumala, 2012: 158) 2) Nilai Pendidikan Religius Nilai religius merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak bersumber dan keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap Tuhannya. Sikap religius ini mencakup segala pengertian yang bersifat adikodrati (Damono, 1984:93). Nilai pendidikan religius dalam novel ini adalah ketika Idroes Moeria bingung untuk membuat kretek baru yang ditawarkan pemilik modal. Walaupun dengan cara yang masih dipertentangkan (syirik atau tidaknya), namun ia telah memiliki keyakinan dengan berdoa terlebih dahulu, meskipun berdoanya dilakukan di gunung Kawi, agar dapat petunjuk. .... Awalnya, Idroes Moeria agak enggan harus ikut-ikutan ritual Gunung Kawi segala. Tapi kemudian ia berpikir, demi menunjukkan keseriusannya pada pemodal, sekaligus menghormati kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, Idroes Moeria memutuskan pergi ke gunung Kawi. Sebuah


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user bis membawanya keluar dari kota M menuju Yogyakarta. Lalu di situ lebih mudah mencari bis ke Malang. (Ratih Kumala, 2012: 145) 3) Nilai Pendidikan Budaya Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan budaya lain. Budaya yang dituangkan pengarang dalam novel ini adalah budaya Jawa yang sarat akan nilai dan makna. Hanya saja menurut hemat peneliti, nilai pendidikan yang membudayakan merokok dalam novel ini perlu mendapat perhatian. Guru harus meampu memberikan arahan maksud novel ini. Budaya merokok dalam novel ini sangat kental. Bahkan perempuan dengan mudahnya diperbolehkan merokok tanpa ada larangan dari orang tua. Soeraja menemui kekasihnya di gudang, tempat tembakau yang baru dibeli disimpan masih berbentuk gelondongan. Perempuan itu bersembunyi sambil merokok. Gudang yang beratap tinggi seolah menjadi tempat yang bebas bagi aroma tembakau untuk menguar di udara, merayap atap-atap. Soeraja selalu tahu, kecintaan Jeng Yah pada kretek. Entah mengapa begitu saja dia tahu kalau Jeng Yah pasti bersembunyi di situ. (Ratih Kumala, 2012: 217)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user B. Pembahasan Hasil Penelitian Pada subbab ini akan dibahas satu persatu dari temuan penelitian yang telah disebutkan di atas. Temuan penelitian yang akan dibahas tersebut adalah: (1) Profil tokoh wanita dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, (2) Perjuangan kesetaraan gender tokoh wanita dalam novel, (3) Keadaan sosial masyarakat dalam novel, dan (4) Nilai- nilai pendidikan yang ada dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala tersebut. 1. Profil Tokoh Wanita dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala Dari hasil penelitian tentang profil tokoh wanita dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala ditemukan bahwa gambaran ketiga tokoh sentral perempuan sangat berani dan mempunyai rasa tanggung jawab diri, tanggung jawab terhadap keluarga dan tenggung jawab dalam masyarakat. Rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri pada akhirnya berkembang menjadi rasa tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat dan kelompok. Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, dan jenis tanggung jawab tersebut merupakan profil tokoh wanita dalam novel. Jenis tanggung jawab tersebut adalah a. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri. Dalam novel Gadis Kretek karya Ratih


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Kumala pemecahan masalah pribadi tokoh perempuan yang digambarkan oleh ketiga tokoh perempuan (Roemaisa, Jeng Yah dan Purwanti). b. Tanggung Jawab kepada Keluarga Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Tanggung jawab terhadap masyarakat digambarkan penulis lewat tokoh Roemaisa. Sejak suaminua menghilang ketika hendak mencetak klobot, ia menjadi tegar, dan mampu bangkit dari keterpurukan. Ia bangkit dan mencetak klobot sendiri kemudian membantu kehidupan keluarga dengan meneruskan usaha suaminya menjual klobot-klobot di pasar. ... Ibunda Roem memutuskan untuk menjual kalung dan gelang emas miliknya, untuk membeli tembakau rajang dan cengkeh. Sebenarnya, suaminya tak setuju. Ia menganggap apa yang dilakukan putrinya saat ini disebabkan kesedihan Roemaisa belum benar-benar hilang. Laki-laki itu lebih senang dengan Roemaisa yang dulu, yang penurut, menunduk ketika diajak berbicara orang lain, dan senantiasa melayani selayaknya perempuan Jawa baik-baik. Tapi sang ibu lalu tidak, Roem yang sekarang, atau Roem yang layu dan seolah mati seperti sebulan yang lalu? (Ratih Kumala, 2012: 82)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user c. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Dalam novel ini, tanggung jawab tokoh perempuan terhadap masyarakat digambarkan melalui tokoh Jeng Yah. Dasiyah adalah nama lengkapnya. Sejak kecil ia sudah melinting sendiri kretek yang disajikan untuk ayahnya. Sampai suatu saat di waktu dewasa ia memimpin perusahaan kretek gadis dan kretek merdeka yang bertanggung jawab terhadap masyarakat terutama karyawan buruh pabriknya. 2. Perjuangan Kesetaraan Gender Tokoh Wanita dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala Perjuangan kesetaraan gender terjadi karena ketertindasan perempuan yang dilandasi adanya pembatasan kebebasan individu. Kesetaraan gender merupakan permintaan kaum perempuan untuk diberi kesempatan dalam institusi-institusi pendidikan dan ekonomi serta lainnya dengan laki-laki. Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala mendeskripsikan perjuangan kesetaraan gender.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user - Romaisa mencoba menegur seorang bapak tetangga. Tapi si bapak tetangga itu bahkan tak menengok padanya. Ia terus saja tertawaRoemaisa lagi. Tapi laki-laki paruh baya itu tetap menganggapnya tak ada. Tiba-tiba Roemaisa merasa marah, ia tak bisa lagi menahan emosinya dan berteriak kencang sekali. Kini seluruh perhatian Ratih Kumala, 2012: 108) Sesuai dengan hasil temuan penelitian yang disebutkan subbab sebelumnya, tokoh Roemaisa mampu memperjuangkan kesetaraan gender melalui kebebasan berpendapat dan menentang sesuatu yang merugikan bagi diri dan keluarganya. Hal tersebut yang dilakukan Roemaisa. Ia menentang kebiasaan masyarakat Jawa yang dianggapnya kebiasaan itu merugikan diri dan anaknya. Menurut adat kebiasaan masyarakat Jawa berkumpul di rumah seseorang perempuan yang baru melahirkan hingga malam ketujuh adalah kebiasaan baik. Mereka berkumpul hingga tengah malam, bercanda-canda sampai mengganggu tuan rumah. Kebiasaan inilah yang ditentang Roemaisa dengan mengusir semua orang yang berkumpul di rumahnya tepat di hari ketiga kelahiran bayinya. 3. Keadaan Sosial Masyarakat dalam Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala Hasil temuan selanjutnya dalam penelitian ini adalah tentang keadaan masyarakat yang digambarkan di dalam novel Gadis Kretek karya Ratih


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Kumala. Dalam novel tersebut keadaan masyarakat terbagi atas tiga zaman. Yakni: (1) masyarakat tahun 2000-an, (2) masyarakat tahun 1945an dan (3) masyarakat tahun 1945. Pada ketiga zaman tersebut, keadaan sosial masyarakat yang digambarkan berbeda pada satu zaman dari zaman lainnya. Masyarakat tahun 2000-an digambarkan melalui tokoh pemuda yang tempramental, ada yang bermalas-malasan, penuh dengan teknologi dan kemajuan zaman. Masyarakat tahun 1945-an digambarkan masih tradisional, belum mengenal teknologi yang canggih. Mereka masih percaya perdukunan. Hal tersebut dapat disimpulkan dari dialog para tokoh serta narasi yang diberikan pada subbab di atas. Sedangkan kondisi masyarakat tahun 1965 digambarkan sangat mencekam. Keadaan masyarakat pada saat itu digambarkan lewat novel ini dengan kisah pembantaian tujuh jenderal terbaik oleh pasukan Birawa PKI. Tokoh-tokoh dalam novel ini seperti Soejagad, Jeng Yah, Idroes Moeria juga menjadi korban keganasan pengganyangan yang dilakukan terhadap siapapun yang terindikasi memiliki keterkaitan dengan PKI. 4. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala Temuan penelitian tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala adalah terdiri dari (a) nilai pendidikan moral, (b) nilai pendidikan religius, dan (c) nilai pendidikan budaya.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, berkewajiban dan sebagainya. Moral dapat pula disebut dengan ahklak budi pekerti dan susila. Bagian dari nilai pendidikan moral adalah kepedulian dan empati kepada sesama. Kepedulian dan empati didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain. Kepedulian dan empati adalah cara kita menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Kepedulian itu tergambar lewat tokoh Ibas dan Jeng Yah lewat kutipan berikut ini. t jelas. Dia masih mengenakan helm. Dibukanya helm itu, dan langsung mendekatiku. Tangannya mengacung menunjuk-nunjuk mukaku Cuma karena situ punya pabrek bisa seenaknya ngerebut tu menuding-nuding aku dengan dialek Jawa yang kental.... Maksdunya apa sampai bilang kalau utangnya banyak segala? .... Berapa utang Mira? Tiga juta setengah, katanya. Kuambil cek yang ada di dalam laci meja direktur, siapa lagi kalau buka Mas Tegar. Mas Tegar yang sedang menenagkan diri heran melihatku. (Ratih Kumala, 2012: 170)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Tokoh Lebas pada awal cerita adalah tokoh yang cuek kepada keluarga. Namun dibalik kecuekannya itu ia memiliki rasa empati yang tinggi. Mira adalah pekerja di pabrik kretek keluarga Jagad di Kudus. Lebas pada awalnya hanya menebar senyum dan berbincang-bincang mengenai pabrik kepada Mira. Namun kekasih Mira menanggapi berbeda perbincangan mereka. Kekesalan kekasihnya itu dinyatakan lewat lemparan batu pada pabrik mereka. Konflik kecil pun tak terhindarkan, dan akhirnya mereka mengetahui bahwa Mira terpaksa mencintai kekasihnya itu karena terlilit hutang padanya. Moral adalah aturan yang bersumber dari hati nurani untuk membimbing perilaku dan cara berpikir. Meningkatkan kualitas moral dimulai dari kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri. Ketika dalam hati nurani terisi nilai-nilai negatif yang tidak mampu membedakan antara benar dan salah, maka diri akan menjadi pencipta bencana, yang setiap saat dapat memutarbalikkan benar menjadi salah atau salah menjadi benar. Nilai-nilai positif akan menciptakan keunggulan moral baik. Dan hasilnya, diri dengan moral baik akan menjalankan etika dan integritas pribadi dengan sepenuh hati.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan 1. Kepribadian/ profil tokoh perempuan yang digambarkan penulis lewat tokoh Roemaisa dan Jeng Yah sebagai tokoh yang tegar mandiri yang berwibawa. Dengan demikian, teori nature yang memberi peran terbatas kepada kaum wanita, bukanlah sesuatu yang mutlak. Citra perempuan dalam novel ini adalah perempuan tradisional, transisi, dan modern. 2. Perjuangan kesetaraan gender tokoh wanita dalam novel ini ditunjukkan oleh penulis melalui tokoh Roemaisa dan Jeng Iyah. Kedua tokoh ini adalah tokoh perempuan yang sangat berperan dalam usaha kretek. Bentuk ketidakadilan gender ada empat macam yaitu bentuk ketidakadilan gender yang berupa streotip, marginalisasi perempuan, subordinasi pekerjaan, dan kekerasan dalam rumah tangga. 3. Keadaan sosial masyarakat yang digambarkan dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala dibagi dalam tiga zaman. Yakni sosial masyarakat tahun 1945, sosial masyarakat tahun 1965, dan sosial masyarakat tahun 2000an. 4. Nilai-nilai pendidikan novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala meliputi: 1) nilai pendidikan agama yang menekankan antara manusia dengan Tuhan, 2) nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan nilai baik buruknya tingkah laku


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user manusia, dan 3) Nilai pendidikan budaya/adat yang berhubungan dengan tradisi, kebiasaan masyarakat. B. Implikasi Implikasi yang bisa diperoleh dalam hasil penelitian pengkajian novel dengan pendekatan feminisme dan sosiaologi sastra ini adalah sebagai berikut: Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala dapat digunakan untuk menambah bahan ajar apresiasi sastra Indonesia khususnya dalam mengapresiasi karya sastra Indonesia mutakhir. Pendekatan feminisme yang digunakan dalam penelitian ini bisa digunakan sebagai materi ajar dalam melaksanakan pendidikan berbasis gender di sekolah. Pendidikan berwawasan gender dilandasi Instruksi Presiden (Inpres No 9) Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional, yang diharapkan sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah, dan lanjutan baik di pedesaan maupun perkotaan, bisa mengadopsi model sekolah berwawasan gender secara berkelanjutan. Jadi, hasil penelitian dapat digunakan sebagai upaya untuk melaksanakan pendidikan berbasis gender di sekolah. Selain itu, dengan kehadiran pengkajian novel Gadis Kretek ini dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan perusahaan kretek di Indonesia, dan dapat memberikan pemahaman tentang bahaya merokok bagi siswa.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user C. Saran Dari hasil simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka ada beberapa saran yang bisa diberikan. Saran-saran tersebut ditujukan untuk: 1. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Hasil penelitian ini merupakan hasil studi dengan pendektan feminisme dan sosiologi sastra. Dengan membaca hasil penelitian ini diharapkan guru dapat memasukkan nilai pendidikan berbasis gender dalam kelas, khususnya di dalam mengajarkan materi-materi kesusastraan. 2. Pimpinan Sekolah Sastra adalah cerminan kehidupan masyarakat. Lewat karya sastra, kita dapat memetik nilai-nilai kehidupan dan diterapkan di masyarakat. Banyak pengarang telah menuliskan karya sastranya lewat buku, novel, puisi dan lainnya. Jika pimpinan sekolah bersedia untuk memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana sekolah, maka disarankan agar: a. Membantu guru dalam menyediakan sarana, novel dan majalah sastra hasil pengkajian novel. b. Menyediakan materi bacaan sarana dan prasarana pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia selengkap mungkin. 3. Peneliti Lain Karena keterbatasan yang dimiliki, penelitian dan pengkajian tentang novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala hanya menggunakan pendekatan feminisme dan sosiologi sastra. Adapun bagi peneliti lain dapat memperdalam


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user penelitian tentang feminisme dan sosiologi sastra dengan mengambil objek penelitian yang lebih banyak dan beragam.


Click to View FlipBook Version