The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Karanganyar, 2024-02-04 23:27:25

Rudi Saptono_192085

Rudi Saptono_192085

Keywords: ayam broiler,ekstrak sambiloto dan pegagan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN PEGAGAN (Centella asiatica) DALAM AIR MINUM TERHADAP INCOME OVER FEED COST AYAM BROILER LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh: RUDI SAPTONO NPM. 192085 PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KARANGANYAR KARANGANYAR 2022 PERPUSTAKAAN UMUKA


ii PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN PEGAGAN (Centella asiatica) DALAM AIR MINUM TERHADAP INCOME OVER FEED COST AYAM BROILER Disusun Oleh: RUDI SAPTONO NPM. 192085 LAPORAN TUGAS AKHIR Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Sebutan Profesional Ahli Madya Peternakan Pada Universitas Muhammadiyah Karanganyar PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KARANGANYAR KARANGANYAR 2022 PERPUSTAKAAN UMUKA


iii PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN PEGAGAN (Centella asiatica) DALAM AIR MINUM TERHADAP INCOME OVER FEED COST AYAM BROILER Disusun oleh: RUDI SAPTONO NPM.192085 LAPORAN TUGAS AKHIR Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji Laporan Tugas Akhir Universitas Muhammadiyah Karanganyar Persetujuan Pembimbing Pembimbing Ir. Puji Astuti, M.P NIP. 19610524 198803 2 001 PERPUSTAKAAN UMUKA


iv SURAT PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIASI LAPORAN TUGAS AKHIR Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Rudi Saptono NPM : 192085 Dengan ini menyatakan sebagai berikut : 1. Karya ilmiah yang berjudul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata) Dan Pegagan (Centella asiatica) Dalam Air Minum Terhadap Income Over Feed Cost Ayam Broiler dan penelitian yang terkait dengan karya ilmiah ini adalah hasil karya sendiri. 2. Setiap ide dan kutipan dari orang lain berupa publikasi atau bentuk lainya dalam karya ilmiah ini telah diakui sesuai dengan standar prosedur disiplin ilmu serta bukan merupakan tiruan ataupun plagiasi dari karya orang lain. 3. Saya juga mengakui karya ini dapat dihasilkan berkat bimbingan dan dukungan penuh pembimbing saya yaitu : Ir. Puji Astuti, M.P Karanganyar, 6 Juli 2022 Penulis Rudi Saptono Mengetahui Pembimbing Ir. Puji Astuti, M.P NIP.19610524 198803 2 001 PERPUSTAKAAN UMUKA


v PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN PEGAGAN (Centella asiatica) DALAM AIR MINUM TERHADAP INCOME OVER FEED COST AYAM BROILER Disusun oleh: RUDI SAPTONO NPM.192085 LAPORAN TUGAS AKHIR Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Laporan Tugas Akhir Universitas Muhammadiyah Karanganyar Dan Diterima untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mendapatkan Sebutan Profesional Ahli Madya Peternakan Pada Hari : Rabu Tanggal : 6 Juli 2022 Mengesahkan : Dekan Dewan Penguji, Drs. Sujalwo, M.Kom Ir. Puji Astuti, M.P NIP. 2022.004 NIP. 19610524 198803 2 001 Dr. Ir. Diwi Acita Irawati, MP NIP. 19670621199303 2 002 Ardian Ozzy Wiyanto, S.Pt., M.Si NIDN. 0610099301 PERPUSTAKAAN UMUKA


vi MOTTO Pendidikan hanyalah sebagian yang diperlukan hidup. Hal lainya adalah integritas, disiplin, kejujuran dan kesungguhan. Maka berusahalah melakukan yang terbaik, usia terlalu ringkas untuk dilewatkan tanpa melakukan perubahan. PERPUSTAKAAN UMUKA


vii PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan, kepada : Tuhan Yang Maha Esa “Allah SWT” Almamater tercinta, Ibu dan Bapakku yang tersayang Rekan-rekan Seangkatan, Dan Para Pembaca LTA ini. PERPUSTAKAAN UMUKA


viii RINGKASAN Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Pegagan (Centella asiatica) Dalam Air Minum Terhadap Income Over Feed Cost Ayam Broiler” bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak sambiloto dan pegagan terhadap nilai ekonomi pada ayam broiler. Metode yang digunakan adalah eksperimen percobaan (praktek). Penelitian ini menggunakan 60 ekor ayam broiler dengan strain cobb berumur 4 hari, terbagi atas 4 perlakuan yang masing-masing 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam. Perlakuan yang diterapkan adalah pemberian ekstrak sambiloto dan pegagan sebanyak 10 ml/1 liter air minum meliputi T0 (kontrol) : tanpa ekstrak, T1 : diberi ekstrak sambiloto, T2 : diberi ekstrak sambiloto dan pegagan, T3 : diberi ekstrak pegagan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata Feed Cost Per Gain (FCG) masing-masing perlakuan T0 = Rp 14.723,20; T1 = Rp 15.833,19; T2 = Rp 16.346,75; T3 = Rp 16.619,12; dan nilai Income Over Feed Cost (IOFC) masing-masing perlakuan yaitu T0 = 10.537,11; T1 = 11.673,12; T2 = 10.517,66; T3 = 10.828,59; Kesimpulan dari penelitian ini meskipun pemberian ekstrak sambiloto dan pegagan dalam air minum meningkatkan biaya pakan feed cost per gain namun dapat meningkatkan pendapatan income over feed cost. Kata kunci : ayam broiler, ekstrak sambiloto dan pegagan, feed cost per gain, income over feed cost. PERPUSTAKAAN UMUKA


ix KATA PENGANTAR Puji Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia-Nya maka penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Laporan Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan sebutan professional Ahli Madya Peternakan pada Universitas Muhammadiyah Karanganyar. Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini dapat terlaksana berkat kerjasama maupun dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Karanganyar 2. Kaprodi Produksi Ternak, yang telah menyetujui permohonan penulisan Laporan Tugas Akhir. 3. Ir. Puji Astuti, M.P selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, serta pengarahan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir. 4. Orang Tua yang telah memberi dukungan moril. 5. Teman – teman yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan ini. Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Karanganyar, 6 Juli 2022 Penulis PERPUSTAKAAN UMUKA


x DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ......................................................................................................viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI............................................................................................................x DAFTAR TABEL................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1 II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3 A. Ayam Broiler .............................................................................................3 B. Konsumsi Air Minum ................................................................................4 C. Konsumsi Pakan.........................................................................................6 D. Pertambahan Bobot Badan.........................................................................8 E. Konversi Pakan ..........................................................................................9 F. Tanaman Sambiloto .................................................................................11 G. Tanaman Peganggan ................................................................................14 H. Estraksi.....................................................................................................16 I. Feed Cost Per Gain .................................................................................19 J. Income Over Feed Cost ...........................................................................19 K. Hipotesis ..................................................................................................20 PERPUSTAKAAN UMUKA


xi III. MATERI DAN METODE..............................................................................21 A. Materi.......................................................................................................21 B. Metode .....................................................................................................23 C. Parameter yang diambil ...........................................................................24 D. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................25 E. Lay Out Penempatan Materi Penelitian ...................................................27 F. Analisis Data............................................................................................27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................28 A. Konsumsi Air Minum .............................................................................28 B. Konsumsi Pakan ......................................................................................29 C. Pertambahan Bobot Badan ......................................................................31 D. Konversi Pakan .......................................................................................32 E. Feed Cost Per Gain ................................................................................34 F. Income Over Feed Cost ..........................................................................35 V. KESIMPULAN ...............................................................................................38 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................39 LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................42 RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................58 PERPUSTAKAAN UMUKA


xii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kebutuhan Air Minum Ayam Broiler ........................................................5 2. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler .....................................................7 3. Standar Konsumsi Pakan Ayam Broiler .....................................................7 4. Standar Pertambahan Bobot badan Ayam Broiler ......................................9 5. Konversi Pakan Ayam Broiler ..................................................................10 6. Rata-rata Konsumsi Air Minum Ayam Broiler .........................................28 7. Rata-rata Konsumsi Pakan Ayam Broiler .................................................30 8. Pertambahan Bobot Badan Harian Ayam Broiler .....................................31 9. Rata-rata Konversi Pakan Ayam Broiler ...................................................33 10. Rata-rata Feed Cost Per Gain Ayam Broiler.............................................34 11. Rata-rata Income Over Feed Cost Ayam Broiler ......................................35 12. Indeks Income Over Feed Cost .................................................................36 PERPUSTAKAAN UMUKA


xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Konsumsi Air Minum (ml/ekor/hari) .........................................................42 2. Konsumsi Pakan (gram/ekor/hari) ..............................................................43 3. Data Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor/hari) .....................................44 4. Konversi Pakan (gram/ekor/hari) ...............................................................45 5. Perhitungan Feed Cost Per Gain ................................................................46 6. Analisis Total Feed Cost (Biaya Pakan) ....................................................47 7. Analisis Total Feed Cost (Biaya Ekstrak) ..................................................48 8. Analisis Total Feed Cost (Biaya Pakan + Biaya Ekstrak) ..........................49 9. Income Over Feed Cost (IOFC) .................................................................50 10. SPSS Konsumsi Air Minum .......................................................................51 11. SPSS Konsumsi Pakan ...............................................................................52 12. SPSS Konversi Pakan .................................................................................53 13. SPSS Pertambahan Bobot Badan ...............................................................54 14. SPSS Homogenitas BB Awal .....................................................................55 15. SPSS Homogenitas BB Akhir ....................................................................56 16. Rata – Rata Suhu Kandang .......................................................................57 PERPUSTAKAAN UMUKA


xiv DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Tanaman Sambiloto ....................................................................................11 2. Tanaman Pegagan .......................................................................................14 3. Lay Out Kandang Penelitian ......................................................................27 PERPUSTAKAAN UMUKA


1 I. PENDAHULUAN Daging ayam merupakan salah satu produk ternak yang memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan saat ini konsumen semakin selektif dalam memilih produk peternakan dengan kualitas karkas yang baik. Pemilihan yang selektif oleh konsumen menuntut peternak untuk menghasilkan daging ayam dengan kandungan lemak karkas yang rendah. Kelebihan lemak pada ayam ditandai dengan jumlah lemak abdominal yang terbentuk dalam tubuh. Ransum ayam broiler umumnya terdiri dari bahan-bahan nabati dan hewani yang banyak mengandung energi tinggi digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat-zat makanan, baik untuk hidup pokok, maupun pertumbuhan yang optimum, namun cenderung mengakibatkan penimbunan lemak pada broiler. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian pakan imbuhan dan pemberian antibiotika salah satunya fitobiotik (dari tanaman herbal). Tanaman herbal di Indonesia sudah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk manusia bahkan sudah digunakan untuk ternak. Tanaman obat yang dapat digunakan antara lain sambiloto dan pegagan. Sambiloto (Andrographis paniculata) mengandung Andrografolid lactones (zat pahit), diterpene, glucosides dan flavonoid yang mampu menambah nafsu makan karena dapat merangsang sekresi kelenjar saliva dan meningkatkan produksi antibodi sehingga kekebalan tubuh meningkat. Ternak menjadi lebih sehat, pencernaan lebih baik sehingga pakan yang dikonsumsi terserap lebih baik. Akibatnya PERPUSTAKAAN UMUKA


2 pertambahan bobot badan meningkat yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap persentase karkas yang dihasilkan. Sambiloto mengandung beberapa komponen Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Pegagan mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti asiatikosida berupa glikosida, yang banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional atau jamu, baik dalam bentuk ramuan maupun sebagai bahan tunggal. Tanaman pegagan juga mengandung resin, tanin, minyak atsiri, sitosterol yang terdiri atas gliserida, asam oleat, linoleat, palmitat, palmitat, stearat, sentoat dan sentelat yang berguna untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Tanaman pegagan mengandung senyawa glokosida madekosida pada bagian daun dan tangkai daun, senyawa tersebut memiliki efek antiinflasi dan antikeloid. Senyawa vallerin terdapat dalam daun dan resin ditemukan dalam akar. Kedua senyawa tersebut memberikan rasa pahit atau mengandung asam pekat (Pramono, 1992). Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) dan pegagan (Cantella asiantica) dalam air minum terhadap Income Over Feed Cost ayam broiler. Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan informasi serta mengkaji penggunaan ekstrak sambiloto dan pegagan pada air minum terhadap nilai ekonomi pakan (Income Over Feed Cost) ayam broiler. PERPUSTAKAAN UMUKA


3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Pertumbuhan ayam broiler ketika masih bibit tidak selalu sama, terdapat bibit yang pada masa awal tumbuh dengan cepat, tetapi di masa akhir biasa saja atau sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat tergantung dari perlakuan peternak, pembibit, atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut (Santoso dan Sudaryani, 2009). Menurut Rasyaf (2012), pertumbuhan dan komposisi ayam broiler dipengaruhi oleh pakan, pola makan, temperatur lingkungan, penyakit, sistem pemeliharaan dan faktor-faktor lain. Pertumbuhan dinyatakan sebagai sesuatu fenomena yang sangat kompleks ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Menurut kecepatan pertumbuhannya, periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode starter dan finisher. Periode starter dimulai umur 1-21 hari dan periode finisher dimulai umur 22-35 atau sesuai umur dan bobot potong yang diinginkan (Murwarni, 2010). Pertumbuhan bibit yang cepat di masa awal memang baik kondisi di Indonesia yang umumnya memasarkan ayam pada umur 5-6 minggu atau 35 hari karena sangat membantu manajemen peternakan dalam mencapai sasaran yang telah direncanakan. Apabila pertumbuhan cepat terjadi di masa akhir, peternak harus lebih memperhatikan waktu pemasaran. Ayam broiler dipasarkan pada bobot hidup antara 1,3-1,6 per ekor ayam (Rasyaf, 2012). PERPUSTAKAAN UMUKA


4 Fase ayam broiler terbagi menjadi dua yaitu fase starter dan fase finisher. Fase starter dimulai umur 1-21 hari dan fase finisher dimulai umur 22-35 hari atau sesuai umur dan bobot potong yang diinginkan (Muwarni, 2010). B. Konsumsi Air Minum Air merupakan hal yang penting bagi tubuh ayam karena menjadi komponen penyusun terbesar, yaitu mencapai 60-85% dari seluruh bagian tubuhnya. Dari persentase tersebut bisa kita ketahui bahwa air mempunyai fungsi dan peranan yang begitu besar dan signifikan. Ayam mampu bertahan 15-20 hari tanpa ransum, namun tanpa air 2-3 hari bisa mati. Konsumsi air minum sebanyak ±2 kali dari jumlah pakan yang diberikan kepada ayam. Untuk ayam yang dipuasakan pakannya, pemberian air minum sebaiknya tidak terbatas. Kekurangan air minum dapat menyebabkan stress pada ayam yang akhirnya mengganggu performance (jumlah telur berkurang/bobot badan tidak tercapai pada ayam pedaging) dan dapat mengakibatkan kematian ayam. Selain jumlahnya, kualitas air minum juga harus diperhatikan (Rahayu dkk., 2011). Ayam broiler bisa mendapatkan air minum melalui tiga cara, yaitu antara lain dari air minum (sumber air terbanyak bagi ayam), dari ransum yang dimakan (pakan yang digunakan sebagai ramuan untuk membentuk ransum itu, walaupun dalam bentuk kering pakan masih mengandung air), dan air metabolis yang diperoleh dari hasil metabolisme didalam tubuh ayam itu sendiri (Rasyaf, 2012). PERPUSTAKAAN UMUKA


5 Kebutuhan air minum tergantung pada temperatur kandang dan aktivitas ayam. Iklim di Indonesia yang panas menyebabkan kebutuhan air minum ayam broiler menjadi lebih besar daripada di tempat yang bertemperatur lebih dingin. Pada kisaran suhu 21°C, ayam akan minum 1,8-2 kali lebih banyak dibanding makan. Konsumsi air minum ini akan meningkat seiring perubahan kondisi lingkungan. Kebutuhan air minum ayam broiler per 1.000 ekor ayam pada suhu 21°C dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu konsumsi air minum berkaitan erat dengan konsumsi ransum. Pada ayam rasa dalam pakan dan air minum tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan atau air minum dikarenakan menurut Kahiri (2009), disitasi Kiswanto (2010), ayam kurang peka terhadap rasa, karena hanya memiliki indra perasa sejumlah 24 buah. Pemberian air minum untuk ayam harus berkualitas baik dan layak untuk diminum. Standar kualitas air diukur melalui parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi warna, bau dan kejernihan air. Parameter kimia air meliputi pH, klorida, nitrat dan nitrit, kesadahan dan kandungan besi (Fe). Parameter biologi diukur dari jumlah dan ada atau tidaknya cemaran bakteri coliform, E. coli dan Salmonella sp. Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Ayam Broiler Umur (minggu) Umur (hari) Kebutuhan Air Minum (Liter) 1 1-7 65 2 8-14 120 3 15-21 180 4 5 22-28 29-35 245 290 Rata-rata 180 Sumber: Anonimus (2017) PERPUSTAKAAN UMUKA


6 C. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi. Konsumsi pakan tiap ekor ternak berbedabeda. Zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan. Wahju (2004) menyatakan bahwa bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi dan energi dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi. Kisaran suhu udara lingkungan yang nyaman bagi ayam untuk hidup berkisar antara 18-22oC. Tingginya suhu udara lingkungan merupakan salah satu masalah dalam pencapaian performa ayam pedaging yang optimal. Ayam pedaging akan mengalami stres pada suhu udara yang tinggi, yang akan mempengaruhi penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan bobot tubuh (Nova, 2008). Ayam akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan pernafasan dan konsumsi air minum serta penurunan konsumsi pakan sehingga akan terjadi penurunan dalam pertumbuhan dan produksi atau produktivitas. Pada daerah tropis, penguapan air dari tubuh ayam merupakan aktivitas yang sangat penting melalui pernafasan dan kotorannya (Pattiselano dan Randa, 2005). Standar kebutuhan nutrisi pakan ayam broiler terlihat pada Tabel 2. Ayam broiler memerlukan pakan untuk pertumbuhan badannya, karena ayam ras broiler ini dipelihara didalam kandang terus menerus sepanjang hidupnya. Pakan dan manajemen pakan yang baik, diharapkan akan PERPUSTAKAAN UMUKA


7 menghasilkan pertumbuhan ayam secara maksimal serta memberi keuntungan bagi peternak (Santoso dan Sudaryani, 2009). Pemberian pakan untuk ayam broiler adalah full feed, artinya wadah pakan ayam tidak boleh kosong. Walaupun demikian, sebaiknya tabung pakan tidak diisi penuh. Penambahan pakan pada tabung minimal 3 kali sehari untuk merangsang ayam makan dan tempat pakan harus digoyang. Apabila peternak akan melakukan pergantian jenis pakan (dari pabrik berbeda ataupun sama), sebaiknya pakan diberikan dengan cara dicampur berangsurangsur antara pakan lama dengan pakan baru untuk mengurangi stres pada ayam (Santoso dan Sudaryani, 2009). Standar kebutuhan konsumsi pakan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler No Zat Gizi Fase Starter Fase Finisher 1 Energi metabolisme 3.080 kkal/kg 3.190 kkal/kg 2 Protein 21-24% 19-20% 3 Serat Kasar 2% 2% 4 Lemak 7-8% 7-8% 5 Kalsium 0,9-1% 0,9-1% 6 Fosfor 0,75% 0,65% Sumber: Rahayu, dkk (2011) Tabel 3. Standar Konsumsi Pakan Ayam Broiler Minggu Umur (hari) Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) 1 1-7 26 2 1-14 39 3 1-21 56 4 1-28 78 5 1-35 104,8 Sumber: Japfa Comfeed Indonesia (2012) Menurut Suarjaya dan Nuriyasa (2010) untuk mendapatkan produksi yang baik perlu diadakan kontrol dengan penimbangan yang teratur setiap PERPUSTAKAAN UMUKA


8 minggunya. Apabila berat ayam belum memenuhi standar, maka jumlah pakan akan dapat ditambah dengan kekurangan berat badan dari standar. Akan tetapi bila bobot ayam telah melebihi standar, maka jumlah pakan yang diberikan tetap sama dengan jumlah pakan yang diberikan sebelumnya. D. Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan pada ternak dapat dilihat salah satunya dengan mengukur pertambahan bobot badan ternak tersebut. Pertambahan bobot badan merupakan tolak ukur kemampuan ternak dalam memanfaatkan nutrien untuk pertumbuhannya (Astuti et al., 2016). Pertambahan bobot badan ayam broiler dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kandungan nutrien dalam pakan, konsumsi pakan dan kondisi lingkungan. Pertambahan bobot badan yang sesuai dengan standar dikarenakan kandungan nutrien pakan meliputi karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan mineral tercukupi. Faktor lingkungan seperti amonia, suhu dan kelembaban perlu diperhatikan dalam pemeliharaan agar pertumbuhan ayam broiler optimal. Suhu ideal untuk pertumbuhan ayam broiler yaitu 18 – 21oC (Suprijatna et al., 2008). Peningkatan mikroklimatik amonia sebesar 25 ppm dapat menyebabkan penurunan bobot badan sebesar 2% (Miles et al., 2004). Menurut Bell dan Weaver (2002) dikutip oleh Situmorang et al., (2013) bahwa faktor yang memengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan yang mendukung. Standar pertambahan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 4. PERPUSTAKAAN UMUKA


9 Faktor pendukung pertumbuhan ayam broiler adalah 1) makanan yang menyangkut kualitas dan kuantitasnya, 2) pemeliharaan, menyangkut sistem manajemen yakni pola pemeliharaan intensif yang berhubungan dengan pola pemberian ransum, perawatan kesehatan ayam dan kebersihan kandang (Rasyaf, 2004). Tabel 4. Standar Pertambahan Bobot badan Ayam Broiler Minggu Umur (hari) Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) 1 1-7 28,57 2 1-14 35,71 3 1-21 45,71 4 1-28 55,35 5 1-35 67,14 Sumber: Japfa Comfeed Indonesia (2012) E. Konversi Pakan Konversi pakan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi pakan dengan menghitung perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Aryanti, dkk (2013) menyatakan bahwa perbaikan konversi pakan mempunyai arti penting karena berkaitan dengan efisiensi biaya produksi. Nilai konversi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa efisiensi pakan kurang baik, sebaliknya nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa makin banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ternak. Semakin tinggi nilai konversi pakan menunjukkan semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat. Demikian juga sebaliknya semakin rendah nilai konversi pakan berarti kualitas pakan semakin baik (Daud, 2005). PERPUSTAKAAN UMUKA


10 Menurut Subkhie, dkk (2012) faktor penyebab tingginya nilai FCR adalah pemberian pakan yang berlebihan, tempat paka yang tidak memenuhi standar sehingga banyak pakan yang tercecer, ayam yang terserang penyakit terutama terjangkit saluran pernafasan sehingga nafsu makan menurun, kandungan gas ammonia didalam kandang tinggi, suhu dalam kandang tinggi, serta mutu pakan yang kurang baik. Konversi pakan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Konversi pakan Ayam Broiler Minggu Konversi Pakan 1 0,90 2 1,15 3 1,27 4 1,41 5 1,56 Sumber: Anonimus (2020) F. Tanaman Sambiloto Klasifikasi menurut Hidayat dan Hutapea (1991), tanaman sambiloto diklasifikasikan sebagai berikut: Devisi : Spermatophyta Sub Devisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledon Bangsa : Solanales Suku : Achanthaceae Genus : Andrographis Spesies : Andrographis paniculata PERPUSTAKAAN UMUKA


11 Gambar 1. Tanaman Sambiloto Sumber : docplayer.info Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) adalah tanaman yang memiliki batang berbentuk segi enam dengan nodus yang membesar serta mempunyai banyak cabang. Tanaman ini tumbuh tegak dengan tingggi 0,3- 1,0 m dengan permukaan atas daun berwarna hijau kelam dan permukaan bawahnya berwarna merah muda. Bentuk daunnya ramping agak memanjang dengan bagian pangkal dan ujungnya runcing, tepi daunnya rata, penampang melintang dengan letak saling berhadapan, serta daun bagian atas cabang berbentuk seperti daun pelindung. Panjang daunnya berkisar antara 2-8 cm dan lebar 1-3 cm serta tangkai daun yang sangat pendek dan bahkan hampir tidak bertangkai. Percabangan batang banyak, dan dari ujung batang atau ketiak daunnya akan keluar bunga yang berukuran kecil dengan warna putih keunguan yang tersusun dalam rangkaian bentuk tandan yang melengkung kearah bawah. Buah berbentuk memanjang sampai lonjong, panjangnya berkisar 1,5 cm dan lebar 0,5 cm, terdiri dari dua rongga berwarna hijau, didalam setiap rongga terdapat 3-7 biji kecil. Pangkal dan ujung buah tajam, setelah masak buah PERPUSTAKAAN UMUKA


12 akan pecah menjadi empat keping (Prapanza dan Lukito 2003). Biji kecil, gepeng, dan berwarna coklat muda. Sambiloto (Andrographis paniculata) pertama kali diteliti oleh Borsma pada tahun 1896 dengan menemukan adanya kandungan Andrographolid yang rasanya sangat pahit Mardiswojo dan Harsono (1975) menyatakan andrografolid dan neoandrografolid yang rasanya sangat pahit merupakan zat aktif yang berfungsi sebagai obat. Bahan aktif ini banyak mengandung unsurunsur mineral, seperti kalium, kalsium, natrium, dan asam kersik. Kadar andrografolid berkisar antara 2,5-4,6 % dari berat kering. Bahan aktif andrografolid dan neoandrografolid yang rasanya sangat pahit banyak mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium sehingga dapat membantu tubuh dalam mengeluarkan air dan garam yang dapat menurunkan tekanan darah. Zat andrografolid juga dapat meningkatkan sistem kekebalan dengan menghasilkan sel-sel darah putih untuk menghancurkan bakteri dan benda asing lainnya, serta mengaktifkan sistim limpa (Wibudi 2006). Sedangkan neoandrografolid, dehydro andrografolid, mampu menurunkan demam yang disebabkan oleh berbagai bakteri misalnya Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeroginosa, Proteus vulgaris, dan Shigella dysenteriae (Prapanza dan Lukito. 2003). Menurut Deng (1978) Dehidroandrografolid juga berkhasiat sebagai anti radang dengan meningkatkan sintesa dari pituitari otak yang mengirim sinyal ke kelenjar adrenal untuk memproduksi kortisol yang merupakan anti radang alami. PERPUSTAKAAN UMUKA


13 Flavanoid merupakan pigmen yang umum terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Dalam tumbuhan sendiri flavonoid ini berfungsi sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja anti mikroba, antivirus, dan kerja terhadap serangga. Efek flavonoid terhadap beberapa organisme sangat beraneka ragam sehingga dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional. Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan, menghambat fosfodiesterasi, menghambat aldoreduktase, monoamino oksidase, dan lipooksigenase. Penghambatan lipooksigenase dapat menimbulkan pengaruh yang lebih luas karena reaksi lipooksigenase merupakan langkah pertama menuju ke pembentukan hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, yang dapat menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Secara umum tanaman sambiloto berkhasiat untuk pengobatan tradisional, misalnya: mengobati penyakit hepatitis, diabetes, radang usus buntu, tifus, keracunan, luka dan demam akibat gigitan serangga, memperbaiki saluran pencernaan, dan batuk, juga dapat untuk menyembuhkan pilek dan demam, pereda nyeri, penghilang bengkak, anti batuk, hepatoprotektor, anti trombosis dan trombosis, menurunkan kadar glukosa darah, menurunkan tekanan darah, anti racun, anti infeksi, sebagai antibiotik, antidiuretik, analgesik, dan penambah nafsu makan. PERPUSTAKAAN UMUKA


14 G. Tanaman Pegagan Klasifikasi ilmiah tanaman pegagan adalah sebagai berikut : Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledone Ordo : Umbillales Famili : Umbelliferae (Apiaceae) Genus : Centella Spesies : Centella astatica Gambar 2. Tanaman Pegagan Sumber : encrypted-tbn0.gstatic.com Pegagan (Centella asiatica) merupakan anggota dari famili tumbuhan Apiaceae dahulu Umbelliferae, dan subfamili Mackinlayoideae. Tanaman dipindahkan dari subfamili Hydrocotyloideae sebagai hasil dari studi filogeni molekuler. Tanaman ini berasal dari daerah tropis Asia di anak benua India, Asia Tenggara, Malaysia dan Kepulauan Solomon, serta beberapa daerah beriklim sedang di Cina, Jepang, Korea dan Taiwan. Pegagan, tanaman liar menahun, yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta PERPUSTAKAAN UMUKA


15 pematang sawah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropis, tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, India, Jepang dan Australia, kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain (Pramono, 1992). Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. pegagan (Centella asiatica) mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti asiatikosida berupa glikosida, yang banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional atau jamu, baik dalam benruk ramuan maupun sebagai bahan tunggal. Tanaman pegagan (Centella asiatica) juga mengandung resin, tanin, minyak atsiri, sitosterol yang terdiri atas gliserida, asam oleat, linoleat, palmitat, palmitat, stearat, sentoat dan sentelat yang berguna untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Tanaman pegagan (Centella asiatica) menyandung senyawa glokosida madekosida pada bagian daun dan tangkai daun, senyawa tersebut memiliki efek antiinflasi dan antikeloid. Senyawa vallerin terdapat dalam daun dan resin ditemukan dalam akar. Kedua senyawa tersebut memberikan rasa pahit atau mengandung asam pekat (Pramono, 1992). Ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor karena mampu meningkatkan enzim antioksidan seperti superoksidan dismutase (SOD), katalase, glutation peroxidase dan antioksidan glutathione (GSH). Enzim - enzim tersebbut sebagian besar didapatkan pada organ hati . Sebagaimana yang kita ketahui hati mempunyai tugas untuk mendetoksifikasi dan meningkatkan diri dengan zat - zat PERPUSTAKAAN UMUKA


16 berbahaya bagi tubuh (Syifaiyah, 2008). pegagan (Centella asiatica) memilik kandungan gizi meliputi air 12,83 ; abu 13,17; protein 8,46 ; serat kasar 14,69 ; lemak 10,00 (Kabaruddin, 2008). H. Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna dimana teknik pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat pelarut antara dua pelarut atau lebih yang saling tercampur. Pada saat ekstraksi pada dasarnya dibedakan menjadi dua fase yaitu fase pencucian dan fase ekstraksi. 1. Fase pencucian (Washing out) Pada saat penggabungan pelarut dengan simplisia, maka sel – sel yang rusak karena proses pengecilan ukuran langsung kontak dengan bahan pelarut. Komponen sel yang terdapat pada simpilisia tersebut dapat dengan mudah dilarutkan dan dicuci oleh pelarut. Dengan adanya proses tersebut, maka dalam fase pertama ini sebagian bahan aktif telah berpindah ke dalam pelarut. Semakin halus ukuran simpilisia, maka semakin optimal jalannya proses pencucian tersebut. 2. Fase ekstraksi (Difusi) Untuk melarutkan komponen sel yang tidak rusak, maka pelarut harus masuk ke dalam sel dan mendesak komponen sel tersebut keluar dari sel membran sel simpilisia yang mula – mula mengering dan menciut harus diubah terlebih dahulu agar terdapat suatu perlintsan pelarut ke dalam sel. Hal ini dapat terjadi melalui proses pembengkakkan, dimana membran mengalami suatu pembesaran volume melalui pengambilan molekul bahan PERPUSTAKAAN UMUKA


17 pelarut. Kemampuan sel untuk mengikat pelarut menyebabkan struktur dinding sel tersebut menjadi longgar, sehingga terbentuk ruang antarmiselar, yang memungkinkan bahan ekstraksi mencapai ruang kedalam sel. Pembengkakkan ini sebagian besar disebabkan oleh air. Campuran alkohol, air lebih disukai untuk mengekstrasi bahan fermasetik karena terbukti lebih cepat (Voigt, 1994) dikutip oleh Pratiwi (2010). Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi, pemilihan pelarut dan kondisi proses ekstraksi, proses pengambilan pelarut, pengawasan mutu dan pengujian yang dikenal pula sebagai tahapan penyelesaian. Penggunaan pelarut bertitik didih tinggi menyebabkan adanya kemungkinan kerusakan komponen-komponen senyawa penyusun pada saat pemanasan. Pelarut yang digunakan harus bersifat inert terhadap bahan baku, mudah didapat dan harganya murah (Sabel dan Waren, 1973) dikutip oleh Pratiwi (2010). Dalam pemilihan cairan penyari harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif. Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan (Anonimus, 1986) dikutip oleh Pratiwi (2010). Macam-macam ekstraksi antara lain : a. Maserasi Maserasi adalah metode ekstrasi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi, menggunakan pelarut yang direndamkan PERPUSTAKAAN UMUKA


18 pada simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik. Remaserasi adalah penambahan pelarut kedalam simplisia yang diekstrasi, maserat (hasil maserasi) pertama disaring, sisa simplisia (residu) diekstrasi dengan menambahkan pelarut yang baru dengan cara yang sama seperti diatas. kekurangan metode ini, butuh waktu yang lama dan memerlukan pelarut dalam jumlah yang banyak. b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua pelarut tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction), umunya dilakukan pada suhu kamar tahapan perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolat nya hingga didapat volume 1 sampai 5 kali jumlah bahan. Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut, kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus, karna dapat menyumbat pori-pori saringan perkolator. c. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (maserasi dengan pengadukan konstan) yang dilakukan pada suhu temperatur yang lebih tinggi, umumnya 50-60 Celcius. d. Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan menggunakan air yang mendidih pada suhu 90-980C, dalam waktu tertentu sekitar 15-20 menit. PERPUSTAKAAN UMUKA


19 I. Feed Cost Per Gain Feed cost per gain (fc/g) adalah besarnya biaya pakan yang diperlukan ternak untuk menghasilkan 1 kg bobot badan (Suparman, 2004). Feed cost per gain ini dihitung berdasarkan pada harga pakan yang dikeluarkan setiap hari dibagi dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan (Rp/kg). Feed cost per gain pada usaha peternakan digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui efisiensi pakan yang didapat, dimanfaatkan dan diubah menjadi daging. Semakin rendah angka feed cost per gain yang dicapai maka semakin baik dan angka feed cost per gain dapat diperkecil dengan cara mengoptimalkan pertambahan bobot badan serta menekan biaya pakan dengan menggunakan bahan pakan yang lebih efisien (Nurdiati dkk, 2012). Feed cost per gain membandingkan atas satuan unit penjualan yang menandakan situasi laba atau rugi (Anonimus, 2006). J. Income Over Feed Cost Income Over Feed Cost (IOFC) adalah perpaduan antara segi teknis dan ekonomi. Semakin efisien broiler mengubah makanan menjadi daging, semakin baik pula nilai IOFC nya (Rasyaf, 2004). Perhitungan IOFC dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomis pakan terhadap pendapatan peternak. Nilai IOFC sangat dipengaruhi oleh bibit yang digunakan, ransum, dan harga. Faktor pemilihan bibit menjadi penting karena dapat memengaruhi berat akhir yang nantinya akan memengaruhi pendapatan (Nova dkk, 2007). PERPUSTAKAAN UMUKA


20 Menurut Rasyaf (2011), IOFC adalah hasil perhitungan dengan cara mengurangi jumlah penerimaan rata-rata dari hasil penjualan ayam dengan jumlah biaya pengeluaran untuk ransum, nilai IOFC meningkat apabila nilai konversi ransum menurun dan apabila nilai ransum meningkat maka nilai IOFC akan menurun. Sekitar 40 - 70% dari keseluruhan biaya pemeliharaan digunakan untuk biaya ransum. Hal ini menyebabkan titik ukur IOFC hanya dibandingkan dengan biaya ransum. Suatu usaha peternakan, biaya ransum memegang peranan penting karena merupakan biaya terbesar dari total biaya usaha. Oleh sebab itu, penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harga yang relatif murah merupakan suatu tuntutan ekonomis untuk mencapai tingkat efisien tertentu. Nilai IOFC untuk broiler berkisar antara 1,86 - 1,95, artinya setiap pengeluaran Rp.1,00 untuk ransum akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,86 - 0,95 (Yahya, 2003). Menurut Rasyaf (2011), faktor yang memengaruhi nilai IOFC adalah jumlah ransum yang dikonsumsi, harga ransum, bobot badan akhir, dan harga jual ayam. K. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah Pemberian ekstrak sambiloto dapat meningkatkan income over feed cost ayam broiler. PERPUSTAKAAN UMUKA


21 III. MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrograpis Paniculata) dan Pegagan (Centella Asiatica) Dalam Air Minum Terhadap Income Over Feed Cost Ayam Broiler” dilaksanakan dimulai dengan persiapan kandang selama 5 hari, mulai pemeliharaan pada tanggal 25 Maret 2022 sampai dengan 25 April 2022 (32 hari). Tahap-tahap penelitian meliputi : 1). Tahap pembuatan ekstrak sambiloto dan pegagan. 2). Tahap persiapan kandang dan pemeliharaan ayam broiler. 3). Pengumpulan data. 4). Analisis data. Penelitian dilaksanakan di Unit Praktek Ternak (UPT) Universitas Muhammadiyah Karanganyar, Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. A. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1. Ayam broiler Strain Cobb produksi PT. Super Unggas Jaya sebanyal 60 ekor, umur 4 hari dengan bobot rata-rata per ekor 111,08 gram. 2. Sambiloto dan Pegagan 3. Pakan yang digunakan adalah merk “New Hope 520” dan “New Hope 521B” produksi PT. New Hope Indonesia. Pada umur 1-20 hari menggunakan pakan New Hope 520 dan pada umur 21-32 menggunakan pakan New Hope 521 dengan kandungan seperti pada Tabel 5. PERPUSTAKAAN UMUKA


22 Tabel 5. Kandungan Pakan New Hope Nutrien Satuan Kandungan Tipe 520 Tipe 521B Kadar air % Maksimum 14 14 Protein kasar % Minimum 23 21 Lemak kasar % Maksimum 5 5 Serat kasar % Maksimum 4 5 Abu % Maksimum 8 8 Ca % Maksimum 0,8-1,1 0,8-1,1 Fosfor % Minimum 0,6 0,6 Aflatoxin μg/kg Maksimum 40 50 Asam amino Lisin % Minimum 1,3 1,2 Metionin % Minimum 0,5 0,45 Metionin + sistin % Minimum 0,8 0,8 Triptofan % Minimum 0,2 0,19 Treonin % Minimum 0,8 0,75 Sumber : PT. New Hope Indonesia 4. Vaksin ND IB dengan merk dagang “Medivac ND Hitchner B1” produksi PT. Medion dengan dosis 0,03 ml/ekor. 5. Kandang dan peralatan a. Kandang yang digunakan adalah kandang kelompok sebanyak 12 unit, masing-masing unit berukuran panjang 80 cm x lebar 80 cm x tinggi 70 cm dan menggunakan lantai litter dari sekam padi setebal kurang lebih 5 cm. b. Perlengkapan kandang masing-masing unit terdiri dari tempat pakan dan minum. PERPUSTAKAAN UMUKA


23 c. Tirai dipasang mengelilingi kandang penelitian. d. Thermometer ruangan. 6. Peralatan perlengkapan penelitian a. Timbangan digital untuk menimbang pkan, bobot badan ayam, dan sisa pakan. b. Ember untuk mengambil air minum dan mencuci peralatan kandang. c. Gelas ukur 1.000 ml, 500 ml dan 250 ml untuk menakar kebutuhan air minum dan sisa air minum. d. Lampu penerangan (7 buah) e. Sekam untuk lantai kandang. f. Koran bekas untuk alas DOC (Day Old Chick). g. Gasolec sebagai pemanas ruangan (3 buah). B. Metode Dalam penelitian digunakan ayam broiler sebanyak 60 ekor dibagi menjadi menjadi 4 (empat) kelompok perlakuan dengan masing-masing 3 (tiga) ulangan. setiap ulangan terdiri dari 5 (lima) ekor ayam. Perlakuan yang diterapkan adalah pemberian ekstrak herbal (sambiloto : pegagan) sebanyak 10 ml/liter air minum, yaitu sebagai berikut : 1. Perlakuan 1 (T0), Ayam broiler diberi air minum tanpa ekstrak 2. Perlakuan 2 (T1), Ayam broiler diberi air minum yang mengandung ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata). PERPUSTAKAAN UMUKA


24 3. Perlakuan 3 (T2), Ayam broiler diberi air minum yang mengandung ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) dan ekstrak pegagan (Centella asiatica) dengan perbandingan 50%:50%. 4. Perlakuan 4 (T3), Ayam broiler diberi air minum yang mengandung ekstrak pegagan (Centella asiatica). C. Parameter yang Diambil 1. Konsumsi air minum adalah banyaknya air yang dikonsumsi oleh ayam selama 24 jam. Data konsumsi air minum diperoleh dari jumlah air minum yang diberikan dikurangi sisa air minum. Konsumsi air minum = konsumsi air minum awal – air minum yang tersisa (ml/ekor/hari) 2. Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh ternak selama 24 jam dengan melakukan penimbangan setiap hari dengan menggunakan rumus: Konsumsi pakan = pakan yang diberikan – pakan yang tersisa (gram/ekor/hari) 3. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) diperoleh dari penimbangan bobot badan yang dilakukan setiap minggu dengan satuan gram/ekor/hari. PBBH = Berat badan akhir – Berat badan awal ℎ PERPUSTAKAAN UMUKA


25 4. Konversi pakan (FCR) adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan 1 kg bobot badan hidup. FCR ini diukur dengan rumus sebagai berikut: FCR = ℎ D. Pelaksanaan Penelitian Tahap 1. Ekstraksi sambiloto dan pegagan a. Serbuk sambiloto dan pegagan dibeli di pasar Gede Solo. b. Sambiloto dan pegagan ditimbang masing-masing sebanyak 100 g. c. Masing-masing diekstrak dengan air dengan perbandingan 1:10 atau 100 g sambiloto/pegagan : 1 liter air. d. Ekstrak selama 15 menit pada suhu 90⁰C, kemudian disaring dengan menggunakan kain saring dari kain yang bersih dengan pori-pori kain bertekstur cukup rapat. e. Sari ekstrak sebanyak 300 ml diuapkan pada suhu ± 60⁰C (selalu mengecek suhu dengan menggunakan termometer batang dan sering mengaduk ekstrak untuk meratakan suhunya) sampai kental mencapai volume 100 ml. f. Dinginkan ekstrak kemudian ukur sesuai dengan masing-masing perlakuan. Tahap 2. Persiapan kandang Kandang yang digunakan adalah kandang kelompok denagn lantai litter menggunakan sekam padi dengan ukuran masing-masing kandang 80 cm x 80 cm x 70 cm (untuk 5 ekor) sebanyak 12 unit awal dari persiapan kandang PERPUSTAKAAN UMUKA


26 adalah sanitasi dan desinfeksi. Kandang dibersihkan dan dipasangi tirai mengelilingi kandang sebagai penutup kemudian lantai ditaburi dengan kapur dolomit untuk mencegah timbulnya jamur. Peralatan pakan dan air minum dicuci dengan menggunkan sabun cuci dan dikeringkan selanjunya masing-masing kandang dilengkapi dengan peralatan pakan, minum, pemasangan gasolec, dan pengontrolan suhu dengan thermometer ruangan. Kemudian dilakukan penempelan label untuk setiap perlakuan dan ulangan secara acak. Tahap 3. Penimbangan bobot badan Penimbangan bobot badan dilakukan pada awal periode pemeliharaan (umur 4 hari) untuk mengetahui homogenitas bobot badan awal masingmasing perlakuan. Selanjutnya penempatan secara acak pada unit-unit ulangan tiap perlakuan. Tahap 4. Pemeliharaan ayam perlakuan selama 28 hari (4 minggu), meliputi : a. Pakan ditakar sesuai standar diberikan 2 kali sehari (mengikuti perkembangan ayam). b. Pemberian air minum dilakukan setiap hari dan penggantian air minum dilakukan setiap pagi dan sore serta dilakukan pencucian tempat air minum setiap hari. c. Pemberian ekstrak diberikan 2 kali pagi dan sore. d. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap seminggu sekali. e. Vaksinasi dilakukan pada umur 4 hari menggunakan vaksin ND IB. PERPUSTAKAAN UMUKA


27 E. Lay Out Penempatan Materi Penelitian Penempatan materi penelitian secara acak dilakukan secara acak dengan pemberian nomor pada masing-masing unit kandang. Lay out kandang penelitian dapat dilihat dibawah ini: T1.3 T2.2 T0.3 T3.2 T0.2 T3.3 T2.3 T1.1 T2.1 T1.2 T0.1 T3.1 Gmbar 3. Lay Out Kandang Penelitian Keterangan : T0 = Tanpa Pemberian Ekstrak T1 = Pemberian Ekstrak Sambiloto T2 = Pemberian Eksrak Sambiloto dan Pegagan T3 = Pemberian Ekstrak Pegagan F. Analisis data Data yang diperoleh adalah konsumsi air minum, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan. Data yang terkumpul diuji menggunakan analisi variansi Rancangan Acak Lengkap. Perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (Uji Wilayah Ganda Duncan). PERPUSTAKAAN UMUKA


28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul pengaruh pemberian ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) dan pegagan (Centella asiatica) dalam air minum terhadap income over feed cost ayam broiler telah dilaksanakan di Unit PraktekTernak (UPT) Universitas Muhammadiyah Karanganyarselama 32 hari. Hasilpenelitian meliputi konsumsi airminum, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan,Feed Cost Per GaindanIncome Over Feed Cost. A. Konsumsi Air Minum Berdasarkanhasilpenelitian rata-rata konsumsi air minumayam broiler yang mendapatkanekstraksambilotodanpegagandapatdilihatpadaTabel 6. Tabel 6. Rata-rata Konsumsi Air MinumAyam Broiler (ml/ekor/hari) Ulangan Perlakuan T0 T1 T2 T3 ----------------------ml/ekor/hari--------------------- 1 264,64 260,57 260,60 278,52 2 266,15 250,18 236,81 232,77 3 265,01 236,98 239,97 270,55 Rata-Rata 265,26 249,24 245,80 260,61 Keterangan :Berbedatidaknyata(Sig .397) Tabel 6,Memperlihatkan rata-rata konsumsi air minummasing- masingperlakuansecaraberturut-turutsebesar T0= 265,26; T1= 249,24; T2= 245,80; T3= 260,61 ml/ekor/hari.Hasilujistastitikmenunjukkanbahwapemberianekstraksambilotod anpegagandalam air minumberbedatidaknyata (Sig .397), PERPUSTAKAAN UMUKA


29 haliniberartipemberianekstraksambiloto dan pegagandalam air minumtidakmempengaruhikonsumsi air minumayam broiler.Wahju (2004),menyatakanbahwa rasa memegangperanan yang relativekeciluntukmenentukanbanyaknyamakanan/minuman yang dikonsumsi.MenurutKahiri (2009) disitasiKiswanto (2010), ayamkurangpekaterhadap rasa, karenahanyamemilikisyarafperasa 24 buah, sehinggakonsumsi air minumtidakdipengaruhiolehpemberianekstraksambilotodanpegagan. Rata-rata konsumsi air minumdalampenelitianiniadalahantara 255,23 ml/ekor/hari. MenurutAnonimus (2017), standar rata-rata konsumsi air minumayam broiler adalah 180 ml/ekor/hari. Konsumsi air minumdalampenelitianinilebihtinggidaristandarkonsumsi air minumseperti yang disebutkan.Hal inidimungkinkankarenaperbedaantemperatur. Rata-rata suhulingkunganpadasaatpenelitianadalah 30,34˚C. Suhulingkungan yang tinggimenyebabkankonsumsi air meningkat.Suhu ideal ayam broiler umurdiatasduamingguadalah 24-25˚C (Anonimus, 2021).Banyakfaktor lain yang mempengaruhikonsumsi air minumpadaternakantara lain tingkatgaramnatriumdankaliumdalamransum, enzim-enzim, pakantambahan, temperatur air, penyakit, jenisbahanpakan, kelembaban, angin, komposisipakan, umur, jeniskelamin, danjenistempatminum (Wahju, 2004). B. KonsumsiPakan Berdasarkanhasilpenelitian rata – rata konsumsipakanayam broiler padakeempatperlakuandapatdilihatpadaTabel 7. PERPUSTAKAAN UMUKA


30 Tabel 7. Rata-rata KonsumsiPakanAyam Broiler (gram/ekor/hari) Perlakuan T0 T1 T2 T3 1 87.04 82.17 79.70 85.19 2 88.93 80.23 81.59 84.09 3 86.95 82.51 80.68 85.29 Rata-rata 87.64ᵇ 81.64ª 80.66ª 84.86ᵇ Keterangan :Berbeda sangat nyata (Sig .000) Tabel 7, Rata-rata konsumsipakandarikeempatperlakuanmasing-masing T0 = 87,64; T1 = 81,64; T2 = 80,66; T3 = 84,86 gram/ekor/hari.Hasilanalisisstatistikmenunjukkanbahwakonsumsipakanberbeda sangatnyata (Sig.000). Setelah uji lanjut Duncan T0 berbeda sangat nyata dengan T1, T2, dan T3. Hal ini disebabkan pada perlakuan T0 tidak diberi ekstrak sedangkan pada perlakuan T1, T2, dan T3 diberi ekstrak sambiloto, pegagan dan campuran kedua ekstrak tersebut. T3 berbeda nyata dengan T1 dan T2, konsumsi pakan pada T3 lebih tinggi dari T1 dan T2 hal ini dikarenakan dalam ekstrak pegagan menggandung senyawa vallerin yang terdapat dalam daun dan resin ditemukan dalam akar. Kedua senyawa tersebut memberikan rasa pahit atau mengandung asam pekat (Pramono, 1992). Rata-rata konsumsipakanselamapenelitianadalah antara83,70gram/ekor/hari. Adnan (2011) menyatakanpemeliharaanselama 32 hari rata-rata konsumsipakanayam broiler adalahsebesar141 gram/ekor/hari.Artinyapadapenelitianinikonsumsipakanmasihdibawahstandar. Ulangan PERPUSTAKAAN UMUKA


31 Hal inimungkindisebabkanolehtemperaturlingkungan yang tinggi.Anonimus (2021) menyatakanbahwasuhu ideal untukayam broiler umurdiatas 2 mingguadalah24-25˚C. Rata-rata suhulingkungansaatpenelitianadalah 30,40˚C. Suhulingkungan yang tinggimenyebabkankonsumsi air minummeningkatdankonsumsipakanmenurun. Syifaiyah (2008) menyatakanekstrakdaunpegagandapatberfungsisebagaihepatoprotektorkarenam ampumeningkatkanenzimantioksidandanmampumeningkatkankekebalantubuh. Winarto (2003) zataktifutama yang terkandungdalamtanamansambilotoadalahandrogrspholideyang mempunyai multi efekfarmakologis.Rasanya yang pahitmampumeningkatkannafsumakankarenadapatmerangsangsekresikelenjar saliva danmeningkatkanproduksiantibodisehinggakekebalantubuhmeningkat. C. Pertambahan Bobot Badan Berdasarkanhasilpenelitianpertambahanbobotayam broiler padakeempatperlakuandapatdilihatpadaTabel8. Tabel 8.Pertambahan Bobot Badan Harian Ayam broiler (gram/ekor/hari) Ulangan Perlakuan T0 T1 T2 T3 ------------------g/ekor/hari----------------- 1 50,19 53,14 53,04 54,82 2 50,91 55,96 49,79 53,28 3 52 51,82 52,86 52,4 Rata-rata 51,03 53,64 51,23 53,50 Keterangan : Berbedatidaknyata (Sig.113) PERPUSTAKAAN UMUKA


32 Rata-rata pertambahan bobot badan pada masing-masing perlakuan sebesar T0=51,03 ; T1= 53,64 ; T2=51,23 ; T3=53,50 gram/ekor/hari. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak sambiloto dan pegagan dalam air minum berbeda tidak nyata (Sig.113). Rata-rata pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian sebesar 52,35gram/ekor/hari. Setelah uji lanjut Duncan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata antara ayam tanpa diberi perlakuan dan diberi perlakuan. Perlakuan pada T1 menunjukkan pertambahan bobot badan yang lebih bagus hal ini ditujukan dengan konsumsi pakan yang rendah tapi dapat menaikan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi, sehingga pakan yang dikonsumsi pada perlakuan T1 lebih efisien. Hal ini menunjukkan kandungan Andrographolide yang terdapat dalam sambiloto mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ayam broiler. Andrographolide yang mempunyai rasa pahit mampu meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan produksi antibodi sehingga kekebalan tubuh meningkat (Winarto, 2003). Anonimus (2018) menyatakan standar pertambahan bobot badan ayam umur 32 hari adalah 70,3 gram/ekor/hari. Artinya pertambahan bobot badan ayam masih dibawah standar. Abidin (2002) menyatakan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu tingkat konsumsi ayam, jika konsumsi baik maka pertambahan bobot badan juga akan baik. Konsumsi pakan yang dibawah standar mengakibatkan rendahnya pertambahan bobot badan ayam. Pada penelitian ini pemberian ekstrak PERPUSTAKAAN UMUKA


33 sambiloto dan pegagan belum mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ayam. D. KonversiPakan Berdasarkanhasilpenelitian rata – ratakonversipakanayam broiler padakeempatperlakuandapatdilihatpadaTabel 9. Tabel 9. Rata-rata KonversiPakanAyam Broiler (gram/ekor/hari) Perlakuan T0 T1 T2 T3 1 1.73 1.55 1.50 1.55 2 1.75 1.43 1.64 1.58 3 1.67 1.59 1.59 1.63 Rata-rata 1.72b 1.52a 1.58 a 1.59ª Keterangan :Berbeda sangat nyata (Sig .027) Tabel 9.Angkakonversipakanpadasemuaperlakuanadalah T0 = 1,72; T1 = 1,52; T2 = 1,58 ; T3 = 1,59. Dapatdikatakanpemberianekstraksambilotodanpegagandalam air minummampumeningkatkanefisiensipakanayam broiler. Semakinrendahkonversipakanmakasemakinbaik pula efisiensipenggunaanpakan.Konsumsi pakan terendah terdapat pada T1 diikuti T2,T3 dan T0. Pada perlakuan T1 lebih efisien ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi sehingga menghasilkan konversi pakan yang rendah. Konversi pakan yang rendah pada T1 berkaitan dengan kandungan zat-zat Andrographolide yang fungsinya bekerja pada sel-sel tubuh yang menjadi bagian dari sistem imun. Zat Andrographolide juga dapat meningkatkan sistem kekebalan dengan menghasilkan sel-sel darah putih Ulangan PERPUSTAKAAN UMUKA


34 untuk menghancurkan bakteri dan benda asing lainya, serta mengaktifkan sistem limpa (Wibudi, 2006). Dalam penelitian ini pemberian ekstrak sambiloto 10 ml/liter air mampu mengefisiensi konversi pakan ayam broiler. MenurutAnonimus (2020)angkastandarkonversipakanpemeliharaanselama 32 hariadalah 1,56. SedangkanangkakonversipakanpadaT1adalah 1,52. Makaangkakonversipakan pada perlakuan T1 lebih rendah dari standar.Faktorutama yang mempengaruhikonversipakanadalahgenetik, kualitaspakan, jenispakan, penggunaanzataditif, kualitas air, penyakit, danmanajemenpemeliharaan (Adil et al, 2010). E. Feed Cost Per Gain Berdasarkanhasilpenelitian rata-rata feed cost per gain ayam broiler padakeempatperlakuandapatdilihatpadaTabel 10. Tabel 10. Rata – rata Feed Cost Per Gain Ayam Broiler (Rupiah/kg) Ulangan Perlakuan T0 T1 T2 T3 1 14.808,8 16.234,68 15.711,3 16.429,44 2 14.980 14.873,8 16.904,58 16.241,44 3 14.295,2 16.391,09 16.424,37 17.186,48 Rata – rata 14.723,20 15.833,19 16.346,75 16.619,12 PERPUSTAKAAN UMUKA


35 BerdasarkanTabel 10,biayapakanpadafeed cost per gainmasing- masingperlakuan T0 = PadaRp14.723,20 ; T1 = Rp15.833,19 ; T2 = 16.346,75; T3 = 16.619,12.PerhitunganFeed Cost Per Gaindapatdilihatpadalampiran 5. Feed Cost Per Gaindigunakanuntukmengetahuimacampakanperlakuan yang lebihekonomisdalammenghasilkandagingdandihitungberdasarkanhargapakan (per kg)(Handayana, 2004). Feed Cost Per Gain (FCG) dinilaibaikapabilaangka yang diperolehserendahmungkin, yangberartidarisegiekonomipenggunaanpakanlebihefisien. Hasil penelitianbiayapakan yang paling efisienadalah T0 (kontrol) yaituRp14.723,20,- lalu T1 (pemberianekstraksambiloto) = Rp15.833,19kemudianT2 (pemberianekstraksambilotodanpegagan) = Rp16.346,75dan yang paling tinggi T3 (pemberianekstrakpegagan) = Rp16.619,12. Hal iniberartibahwa T0 (kontrol) membutuhkanbiayapakansebesarRp14.723,20,- untukmenghasilkan 1 kilogram bobot badan. Feed Cost Per Gain (FCG) adalahbiaya yang dikeluarkan per kg bobotbadan per ekor yangdiperolehdarihasilperkaliankonversipakandenganhargapakan per kg (Mohebodiniet al, 2009). Biayapakan yang murahbelumtentumenghasilkan FCG yang rendah (Sagala, 2011). F. Income Over FeedCost PERPUSTAKAAN UMUKA


36 Income Over Feed Cost (IOFC) adalahselisihantarapendapatanterhadapbiayapakan. IOFC inimerupakanbirometeruntukmelihatseberapabiayapakan yang merupakanbiayaterbesardalamusahapeternakan. Income Over Feed Cost (IOFC) dipengaruhiolehbesarnyapendapatandan total biaya yang dikeluarkanselamapenelitian. Tabel 11menunjukkannilaidari IOFC. Tabel 11. Rata – rata Income Over Feed Cost (Rupiah/kg) Ulangan Perlakuan T0 T1 T2 T3 1 10.113,75 11.240,50 11.647,80 12.159,03 2 10.316,76 13.274,71 9.557,34 10.594,59 3 11.180,82 10.504,14 10.347,83 9.732,16 Rata - rata 10.537,11 11.673,12 10.517,66 10.828,59 BerdasarkanTabel 11. dapatdilihatperlakuan T1merupakanperlakuanterbaikterhadap Income Over Feed Cost (IOFC). Nilai IOFC dipengaruhiolehhargaekstrak, konsumsipakan, pertambahanbobotbadandanhargaayampadasaatpenelitian.Perhitungannilai IOFCdapatdilihatpadalampiran9. Perlakuan T1memiliki rata-rata Income Over Feed Cost (IOFC) yang tinggi, yaituRp.11.673,12artinyaperlakuan T1memilikiselisihpendapatanterhadapbiayapakansebesarRp.11.673,12.Selisih yang besardiantaraperlakuan yang lainyadipengaruhihargajualdikurangidengan total biaya.Dimana total biayadipengaruhiolehhargaekstrakdanbiayapakan. Konsumsipakan yang PERPUSTAKAAN UMUKA


Click to View FlipBook Version