The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by bundanabila2002, 2022-05-26 00:19:36

E-Book Tafsir Tematik

Pengertian Tafsir Tematik

Keywords: E-Book Nurul A'la

TAFSIR SURAH ALI IMRAN AYAT 122
SURAH AL-ANKABUT AYAT 45

A. LATAR BELAKANG
Para mufassir tentang ayat yang berkaitan dengan Ibadah Menbentuk

Akhlak Mulia. Disini akan diuraikan tentang ibadah yang bagaimana yang akan
mampu membentuk akhlak mulia pada seseorang. Seperti halnya tentang ayat yang
menyebutkan “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang
mungkar”. Membahas tentang Surah Ali Imran ayat 122 dan Surah Al-Ankabut
ayat 45
B. PEMBAHASAN
1. Surah Ali Imran Ayat 112
Artinya: Mereka ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan melanggar peraturan”.

Tafsir Ayat “mereka itu ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada”
sesungguhnya mereka selalu diikuti kehinaan sehingga tidak bias melepaskan diri
darinya. “kecuali (jika mereka berpegang) kepada tali Allah dan tali manusia”.
Dengan demikian jalan untuk memperbaiki masih tetap terbuka untuk mereka.
Pegang tali kepada Tuhan, ke langit dengan iman yang teguh, tali kepada manusia,
ke bumi, dengan menghapuskan perasaan bahwa saya tinggi sebenang dari orang
lain, bahwa orang lain hina semua . Memasuki pergaulan mukmin dan menjadi
muslim sejati. Kalau kedua tali ini tidak dipegang teguh, tentu mereka akan
bertambah tenggelam dalam kufur. “sepantasnya mereka kena murka Allah dan
ditimpa kehinaan (kemiskinan).” Dan mereka telah menjadi orang-orang yang
berhak menerima kemurkaan Allah, dan harus menerimanya. Sehingga mereka
diliputi kesengsaraan dan merasa kecil hati (rendah diri). “Yang demikian itu ialah
karena sesungguhnya mereka telah kufur kepada ayat-ayat Allah dan mereka bunuh
Nabi-nabi dengan tiada kebenaran.” Kehinaan dan kesengsaraan yang menimpa
mereka, di samping mereka mendapat kemurkaan Allah adalah lantaran kekufuran

mereka kekufuran mereka kepada ayat-ayat Allah, dan mereka membunuh para
Nabi yang memberikan syari’at tanpa hak. Dalam nash disebutkan bahwa
pembunuhan itu tanpa hak, dan kenyataannya memang demikian. Maka, hal ini
dimaksudkan sebagai kecaman atas tindakan mereka, karena hal itu dilakukan
dengan sengaja, bukan karena kesalahan . “Demikianlah, karena mereka telah
durhaka dan melanggar peraturan.” Sesungguhnya, mereka tidak sekali-kali berani
melakukan hal itu melainkan karena kebiasaan dalam melakukan maksiat dan
pelanggaran atas batasan-batasan Alla. Disamping terus menerus melakukan dosa
kecil, yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam dosa yang besar. Maka,
barang siapa terus menerus melakukan hal itu secara kebiasaan, maka hal itu akan
membawanya kepada kekufuran, sampai berani membunuh para Nabi yang
memberikan petunjuk kepada mereka. Membunuh para Nabi itu, sekalipun tidak
dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang hidup pada masa di turunkan Nya Al-
qur’an, bahkan yang melakukannya para pendahulu mereka, tetapi mereka
menyetujui perbuatan para pendahulu yang mereka akui sebagai nenek moyang,
yang ada kaitan nasab dengan mereka. Sehingga, hal ini merupakan behavior
(tingkah laku) yang mereka warisi turun temurun.

2. Surah Al-Ankabut Ayat 45
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu daripada al-Kitab dan
dirikanlah shalat; sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang
munkar. Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih besar. Dan Allah
Mengetahui apa pun yang kamu perbuat.” (QS. Al-Ankabut : 45)

Tafsir Ayat “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, daripada al-Kitab dan
dirikanlah shalat.” Pada pangkal ayat ini, Rasulullah diberi tuntunan oleh Tuhan
bagaimana caranya memperteguh jiwa menghadapi tugas yang berat (melakukan
dakwah kepada manusia).
Yaitu :

1) Hendaklah dia selalu membaca, merenungkan, dan memahami isi dari
wahyu-wahyu yang diturunkan Tuhan kepadanya.

2) Hendaklah mendirikan shalat.
Pada kalimat selanjutnya dari ayat ini adalah “… Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari yang keji dan yang mungkar…” yang telah disebutkan secara jelas

bahwa shalat yang kita kerjakan lima waktu itu (subuh, zuhur, ashar, magrib, dan
isya) dapat membentengi kita dari perbuatan yang keji, seperti berzina, merampok,
merugikan orang lain, berdusta, menipu dan segala perbuatan mungkar yang dapat
celaan dari masyarakat karena shalat mengandung berbagai macam ibadat, seperti
takbir, tasbih, berdiri di hadapan Allah, ruku’ dan sujud dengan kerendahan hati,
seraya pengagungan, lantaran di dalam ucapan dan perbuatan shalat terdapat isyarat
untuk meninggalkan kekejian dan kemungkaran . Rasulullah pernah ditanya tentang
tafsir ayat “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar.”
Dan jawaban Rasulullah adalah “Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat
mencegahnya daripada yang keji dan mungkar, maka tidaklah ada shalat baginya.”
Sambungan ayat ini adalah “… Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih
besar…” Maksudnya adalah shalat merupakan gabungan dari amalan kita yang
zahir, yang di dalam ilmu fiqh disebut rukun fi’li yang artinya bagian yang kita
perbuat dalam mendirikan shalat. Sejak berdiri tegak menghadap kiblat, memasang
niat, melafalkan takbir, membaca segala yang patut dibaca, ruku’, sujud, i’tidal,
duduk antara dua sujud, sampai tahiyyat terakhir dan sampai salam. Tetapi semua
itu menjadi kecil dan tidak berarti jika dalam mengerjakan shalat tersebut, kita tidak
mengingat Allah. Maka ingat kepada Allah itulah yang terpenting atau paling besar
dalam sembahyang. Abul ‘Aliyah mengatakan bahwa pada shalat itu hendaklah
dilatih mendirikan tiga keistimewaan, yaitu:

1) Ikhlas, artinya semata-mata satu saja tujuan, yaitu karena Allah.
2) Khasyyah, artinya takut amalan itu tidak akan diterima Allah.
3) Dzikrullah, artinya ingat kepada Allah dalam hati disertai dengan sebutan

mulut.
Ia mengatakan bahwa ikhlas mendorong kita berbuat yang ma’ruf. Khasyyah
mencegah kita berbuat yang mungkar. Dzikrullah dalam shalat adalah seluruh ayat-
ayat al-Qur’an dan bacaan anjuran Nabi yang dibaca. Zikir akan menyuruh yang
baik dan melarang yang mungkar. Kalimat selanjutnya yang terakhir adalah “…
Dan Allah Mengetahui apapun yang kamu perbuat.” Maksud dari penggalan
terakhir arti dari ayat ini adalah bahwa kita tidak lepas dari penglihatan Allah. Allah
mengetahui kebaikan dan keburukan yang kita perbuat, maka Ia akan membalasnya

sesuai dengan amal yang telah kita perbuat. Jika baik maka, baik balasannya dan

jika buruk, maka buruk pula balasannya .

C. PENUTUP

Dari penjabaran dalam pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya

ibadah seseorang akan dapat membentuk akhlaknya. Bila seseorang tersebut

melakukan ibadah yang benar dan sesuai dengan syari’at agama, maka akan

terbentuklah akhlak mulia pada dirinya. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang

meninggalkan ibadah yang diperintahkan agama, atau bahkan melaksanakan yang

dilarangnya, maka akan terbebtuklah ahklak yang tercela pada dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1986. Terjemah Tafsir Maraghi Juz

IV. Semarang : CV. Toha Putra. _________________________.
1986.
2. Terjemah Tafsir Maraghi Juz XXI. Semarang: CV. Toha Putra.
Amrullah, Abdulmalik Abdulkarim. 1988.
3. Tafsir Al-Azhar Juz IV. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas
____________________________. 1988.
4. Tafsir Al-Azhar Juz XXI. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas


Click to View FlipBook Version