Metode Penelitian
dalam
Kancah Ilmu Administrasi
oleh
Dr. MISWAN, M.Pd
Hak Cipta © dilindungi undang-undang pada pengarang
Hak penerbitan pada Penerbit …
Cetakan Pertama Juni 2022
ISBN: …
Editor:
Lay out cover : …
Diterbitkan oleh
Penerbit ....
Jalan ...
Telepon : …. Faksimil :
Email :
Website : ….
PENGANTAR PENULIS
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillahirabbil alamiin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, Robb sekalian alam yang telah memberikan kekuatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan buku yang berjudul “Metode Penelitian
dalam Kancah Ilmu Administrasi”.
Buku ini menyajikan pengetahuan praktis bagi siapa saja yang sedang
bekerja dengan penelitian. Dimulai dari konsep berpikir hingga diakhiri
dengan penjelasan umum tentang analisis data. Buku ini dibuat berseri
yang akan dilanjutkan dengan seri contoh praktis melaksanakan penelitian
pada edisi berikutnya.
Dalam penulisan buku ini, penulis berusaha melakukan hal yang terbaik,
namun demikian, penulis menyadari akan kekurangan kemampuan dan
pengalaman. Banyak pihak yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun atas buku ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih,
mudah-mudahan segala kebaikannya mendapat balasan pahala dari Alloh
SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan pemikiran yang berarti bagi semua yang sedang
memerlukan referensi tentang penulisan laporan penelitian
Alhamdulillahirabbil alamiin.
Wassalamu’alaikium Warahmatullahi wabarakatuh.
Bandung, Juni 2022
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. BAB I Penelitian Lingkup Ilmu Administrasi.............................
A. Metode Penelitian Lingkup Ilmu Adminitrasi ............
B. Menulis Latar Belakang Masalah ...............................
2. BAB II Pelaksanaan Penelitian ...............................................
A. Tahapan Perencanaan ................................................
B. Proses Pelaksanaan Penelitian ...................................
C. Laporan penelitian ......................................................
3. BAB III Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian ...
A. Cara Berpikir Ilmiah .....................................................
B. Konsep Pengetahuan, Metode, dan Metodologi ......
C. Metodologi Penelitian ................................................
4. BAB IV Permasalahan Penelitian ............................................
A. Objek Penelitian dan Permasalahan Administrasi .....
B. Merumuskan Masalah Penelitian ...............................
5. BAB V Judul Penelitian ...........................................................
A. Keterkaitan Judul Penelitian .......................................
B. Memilih dan Merumuskan Judul Penelitian ...............
6. BAB VI Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori .........................
A. Kerangka Pemikiran ....................................................
B. Kajian Teori .................................................................
7. BAB VII Hipotesis Penelitian ...................................................
A. Kegunaan Hipotesis Penelitian ...................................
B. Merumuskan Hipotesis................................................
8. BAB VIII Pengumpulan Data Penelitian .................................
A. Menentukan Prosedur Pengumpulan Data ................
B. Cara Mengumpulkan Data ..........................................
C. Instrumentasi Penelitian .............................................
9. BAB IX Analisis Data ................................................................
A. Data dan Variabel Penelitian ......................................
B. Analisis Data ................................................................
C. Analisis Statistik Deskriptif dan Inferensial ................
DAfTAR PUSTAKA ..........................................................................
I. Penelitian Lingkup Ilmu Administrasi
A. Metode Penelitian Lingkup Ilmu Adminitrasi
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang diwujudkan dalam upaya taat
kaidah untuk menguji atau menemukan kebenaran sekaligus
menyelesaikan masalah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
Taat kaidah dalam penelitian dikemas dalam suatu metode penelitian,
yaitu cara atau teknik ilmiah yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan
seperti rasional, sistematis, dan empiris untuk memperoleh jawaban atas
pengujian kebenaran dan penyelesaian masalah. cara ilmiah tersebut
mengandalkan kekuatan rasional yang berarti terjangkau oleh nalar dan
daya pikir peneliti dan penerima manfaat penelitian. Sistematis berati
menggunakan kaidah berpikir ilmiah yang dimulai dari mendapatkan
masalah, merumuskan dugaan sementara, hingga menguji kebenaran
atas dugaan sementara tersebut. Empiris berarti proses dan hasil
penelitian terjangkau oleh pengamatan indera manusia.
Secara umum, tujuan penelitian memiliki sifat, yaitu: (1) penemuan
(discovery atau reinvention), (2) pengujian sebagai pembuktian, dan (3)
pengembangan. Penemuan berarti hasil penelitian mampu menemukan
sesuatu yang relatif baru atau menemukan ulang suatu pengetahuan
tertentu. Pengujian sebagai pembuktian berarti hasil penelitian mampu
membuktikan hasil pengujian terhadap dugaan dan hipotesis tentang
informasi atau pengetahuan tertentu. Penelitian bersifat pengembangan
berarti hasil penelitian mampu berekplorasi dalam bentuk pendalaman
atau perluasan pengetahuan yang telah ada.
Penelitian administrasi merupakan pengerucutan kegiatan penelitian
dalam ruang lingkup administrasi, yaitu mengendalikan, merakit, dan
memanfaatkan unsur-unsur administrasi dengan efektif dan efisien.
Pelaksanaan administrasi itu sendiri harus ditopang oleh organisasi,
sistem informasi, dan sistem manajemen. Dalam pendekatan sistem,
kegiatan administrasi merupakan salah satu komponen instrumental
proses penyelenggaraan administrasi. Landasan kegiatan administrasi
tersebut berpedoman pada empat prinsip, yaitu prinsip fleksibilitas,
Bab 1 – Penelitian Lingkup Administrasi 1
efektif dan efektivitas, berorientasi pada tujuan, dan kontinuitas. Adapun
objek penelitian administrasi berkaitan dengan penelitian kepemimpinan
dalam administrasi; penelitian dalam organisasi dan pengorganisasian;
penelitian dalam konteks manajemen kepegawaian, publik, bisnis,
negara, serta hubungan antar manusia.
Proses penelitian dalam lingkup administrasi akan melaksanakan tiga
fungsi utama dalam hierarki formal. Pada level atas, melakukan
penelitian terhadap fungsi pengarahan organisasi terkait proses
perencanaan jangka panjang dari suatu tujuan. Pada level menengah,
melakukan penelitian terhadap fungsi manajemen organisasi terkait
dengan upaya mempertahankan organisasi sebagai suatu pekerjaan yang
berlangsung lama, seperti memberikan bahan; sarana; instruksi; dan
penciptaan iklim yang diperlukan oleh staf teknis atau profesional yang
terlibat dalam proses produksi. Pada level bawah, melakukan penelitian
terhadap fungsi pengawas yang mengarahkan penggunaan multi sumber
serta menjalin agar kegiatan profesional dan teknis dilaksanakan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Metode penelitian dalam lingkup ilmu administrasi merupakan cara/
kaidah ilmiah dalam melakukan penelitian dengan tujuan dan kegunaan
tertentu untuk mendapatkan data dalam rangkaian keseluruhan proses
penelitian tentang usaha (penyelenggaraan) administrasi yang berkaitan
dengan penelitian kepemimpinan dalam administrasi; penelitian dalam
organisasi dan pengorganisasian; penelitian dalam konteks manajemen
kepegawaian, publik, bisnis, negara, serta hubungan antar manusia
dengan mendayagunakan semua sumber (personel ataupun materiel)
secara efektif, efisien, dan rasional.
B. Menulis Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah senantiasa hadir dalam setiap tulisan berbentuk
karya tulis ilmiah, mulai dari skripsi, tesis, disertasi, bahkan dalam
makalah sekalipun. Latar belakang masalah merupakan dasar berpikir
sekaligus alasan mengapa suatu penelitian dilakukan. Yang perlu menjadi
2 Bab 1 – Penelitian Lingkup Administrasi
perhatian dalam latar belakang masalah adalah komponen, isi, dan
bagaimana mengungkapkannya dalam suatu tulisan formal.
Latar belakang masalah merupakan bagian yang menjelaskan topik
penelitian yang ingin dibahas dan mengapa topik tersebut dipilih. Di
dalam latar belakang masalah terdapat informasi yang tersampaikan
secara tertulis rapih dan tersusun sistematis terkait dengan gejala atau
problematik yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah penelitian
atau menjadi bahan kajian yang dituangkan secara tertulis (Puspitasari, R.
2016). Latar belakang masalah menjelaskan mengapa karya tulis ilmiah
itu ditulis; menyampaikan apa yang belum dikaji/ diteliti pada penelitian
dan kajian sebelumnya; apa pula perbedaanya yang kentara jika tulisan
dan penelitian serupa pernah dilakukan; sekaligus menjadi topik
penelitian dalam tulisan tersebut. Dengan begitu, tulisan ilmiah tersebut
diawali dari penyampaian alasan yang menarik minat untuk dibaca.
Tidak ada ketentuan pasti seberapa panjang latar belakang masalah suatu
penelitian. Hal ini tergantung pada seberapa dalam dan luas suatu
masalah yang akan dikaji dan diteliti. Secara garis besar, isi latar belakang
masalah dalam karya tulis ilmiah memuat tentang isu (benar-benar ada
masalah atau penyimpangan yang tidak sesuai dengan standar keilmuan,
norma, atau peraturan yang ada); data atau fakta; need to analysis
(perlunya masalah ini diteliti, dikaji, dianalisis, atau diselesaikan). Isu
atau masalah yang sedang aktual dan benar benar-benar merupakan
penyimpangan dari standar keilmuan atau tidak sesuai dengan norma,
atau peraturan yang ada merupakan isi dari latar belakang masalah
merupakan isi dari latar belakang masalah dapat dikemukakan penulis
pada latar belakang masalah. Data atau fakta dari isu yang diangkat
menjadi penguat bagi penulis untuk meyakinkan pembaca bahwa isu
yang diangkat tersebut benar-benar objektif dan bukan kabar burung
(gosip). Data atau fakta yang disajikan bisa kuantitatif atau kualitatif
yang berasal dari sumber data atau fakta yang dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik atau ilmiah. Need to anallysis
merupakan isi suatu latar belakang masalah yang secara khusus
diungkapkan penulisnya untuk meyakinkan pembaca bahwa isu yang
diangkat tersebut perlu dikaji atau dianalisis guna diselesiakan atau
Bab 1 – Penelitian Lingkup Administrasi 3
didapatkan jalan keluarnya melalui penelitian. (Aqib, Zainal, 2006;
Puspitasari, R. 2016; Sugiyono, 1999; Umar, Huesin, 2001).
Kehadiran analisis dalam latar belakang masalah memungkinkan sebuah
masalah menjadi lebih jelas dan dapat diterima baik oleh pembaca. Dari
analisis tersebut seharusnya bisa menghasilkan sebuah kesimpulan awal
mengapa proyek tersebut penting untuk dikaji/ diteliti. Melalui analisis
ini pun, penulis/peneliti harus mampu menjelaskan tentang
penyimpangan atau ketidaksesuaian atau kesenjangan yang terjadi dan
mengapa harus diteliti.
Hal diluar tata tulis yang harus disiapkan penulis laporan penelitian saat
menuangkan ide tulisan dalam latar belakang masalah adalah melengkapi
diri dengan banyak membaca referensi agar topik atau masalah yang
disampaikan tidak hanya terpaku pada satu sudut pandang saja. Hal ini
penting untuk menjaga kualitas analisis pentingnya suatu masalah
tersebut diangkat menjadi sebuah kajian penelitian (need to analysis).
Latar belakang masalah yang menarik menjadi tantangan penulis
penelitian agar laporan penelitiannya diminati untuk dibaca. Karena itu,
untuk menulis latar belakang masalah yang efektif hendaknya dihindari
beberapa kesalahan umum yang mengakibatkan kesan pertama tidak
meyakinkan pembaca. Berikut ini sejumlah kesalahan umum yang penulis
temukan di beberapa latar belakang masalah suatu laporan penelitian.
Menuangkan tema atau masalah tidak kronologis alias acak.
Penyampaian yang acak dan tidak sistematis seringkali
membingungkan pembaca tentang apa yang akan diangkat dalam
laporan penelitian tersebut. Sebagaimana pendapat Oktavia, N.
(2015) tentang pentingnya sistematika dalam menulis latar
belakang masalah. Bila ingin menggunakan logika deduktif, maka
sistematika penyampaiannya mulai dari hal-hal yang bersifat
umum dilanjutkan ke hal yang sifatnya khusus. Lakukan ini pada
penelitian berjenis kuantitatif. Sebaliknya, bila ingin
menyampaikan berlogika induktif, maka lakukan ini pada
penelitian berjenis kualitatif.
Menulis latar belakang masalah secara ambigu. Seringkali penulis
temukan pada latar belakang masalah yang ditulisnya secara
4 Bab 1 – Penelitian Lingkup Administrasi
setengah-setengah. Maksudnya, tema/ topik/ isu tidak jelas dan
tidak diyakini bahwa itu merupakan topik penelitian. Hal ini dapat
dihindari bila penulis latar belakang masalah memposisikan
dirinya seolah-olah sebagai pembaca yang belum memahami
sama sekali tentang topik tersebut.
Membahas dan melengkapi penjelasan tentang topik/ isu yang
tidak relevan dengan fokus sentral penelitian yang diangkat.
Terlalu banyak diksi yang tidak relevan dengan isu/ topik
penelitian
Menulis latar belakang masalah terlalu panjang atau terlalu
pendek dibandingkan bab lain dalam laporan penelitian.
Terdapat komponen yang harus ada dalam latar belakang masalah.
Kehadiran komponen ini diharapkan dapat meningkatkan minat
membaca laporan penelitian ini. Selain itu, komponen ini akan menjadi
pembeda suatu tulisan penelitan yang satu dengan yang lainnya dalam
hal : apakah logika penyampaian suatu isu hingga analisis data benar-
benar merupakan penuangan pikiran si peneliti saat melakukan proses
rangkaian penelitian?
Berikut adalah beberapa komponen dari latar belakang yaitu:
Menuliskan isu atau permasalahan yang dikaji dengan jelas
Menetapkan konteks dengan membubuhkan tulisan singkat dari
sejumlah literatur yang dipilih si penulis penelitian. Pilihlah
literatur yang benar-benar relevan dengan kajian penelitian.
Menulis dugaan sementara dan hipotesis dari masalah yang
dibahas. Hipotesis yang dirumuskan harus dikonstruksi
menggunakan argumentasi yang kuat serta dituangkan dalam dua
konstruksi yang jelas antara hipotesis penelitian (H1) dengan
hipotesis statistik (Ho) (Santoso, Paulus Insap, 2018)
Menyampaikan alasan dalam memilih permasalahan atau topik
penelitian.
Bab 1 – Penelitian Lingkup Administrasi 5
Pengungkapan pernyataan dalam lata belakang masalah pada umumnya
dalam bentuk sebagai berikut:
masalah penelitian muncul karena ditampilkan data/ fakta dasar
sebagai acuan informasi;
Pernyataan dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang saling
berhubungan
Pada pernyataan yang saling berhubungan tersebut, terkandung
makna kontradiksi atau kesenjangan yang menuntut penjelasan
dan konfirmasi atau kajian
Pernyataan dalam bentuk deduktif, yaitu diawali dari hal-hal yang
bersifat umum dan diakhiri pada hal yang bersifat khusus. Dari
pernyataan yang umum hingga yang khusus memungkinkan
lahirnya masalah, sedangkan pada pernyataan khusus itu
memunculkan masalah-masalah khusus (spesifik) atau akar
masalah (root) penyebab terjadinya masalah.
6 Bab 1 – Penelitian Lingkup Administrasi
II. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian merupakan suatu proses memperoleh atau
mendapatkan suatu pengetahuan baru (discovery) atau penemuan ulang
pengetahuan (re-invention) atau memecahkan permasalahan yang
dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis. Penelitian
dalam kancah apapun memiliki kesamaan tahapan. Sekalipun perbedaan
terjadi, lebih kepada penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi peneliti
tanpa mengabaikan kaidah umum proses penelitian. Secara umum,
tahapan penelitian ditempuh melalui tahapan: perencanaan,
pelaksanaan penelitian, dan tahap laporan penelitian.
A. Tahapan Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan di antaranya ialah:
Mengidentifikasi masalah/Mencari permasalahan. Tahap ini, peneliti
dituntut jeli melihat dan mencari apa masalah yang hendak diteliti.
Beberapa pertimbangan pemilihan masalah di antaranya: (1)
permasalahan yang akan diteliti sesuai dengan bidang ilmu yang sedang
digelutinya agar pemahaman terhadap masalah lebih tepat dan akurat;
(2) permasalahan yang diteliti merupakan masalah aktual, kecuali
persoalan yang menyangkut sejarah; dan (3) permasalahan yang diteliti
mempunyai manfaat yang luas.
Merumuskan masalah. Setelah peneliti menemukan dan menetapkan
masalah yang akan diselesaikan, berikutnya membuat rumusan masalah
berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti. Peneliti pun perlu secara
operasional membuat batasan-batasan masalahnya berdasarkan
keterbatasan peneliti, terutama dalam menentukan ruang lingkup
masalah yang diteliti.
Melakukan penjajagan (studi) pendahuluan. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengumpulkan informasi-informasi berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Tujuannya agar diketahui keadaan atau
Bab 2– Pelaksanaan Penelitian 7
kedudukan masalah tersebut, baik secara teoritis maupun empiris.
Pengetahuan yang diperoleh dari penjajagan pendahuluan sangat
berguna untuk mengumpulkan referensi yang relevan, menyusun
kerangka teoritis, atau membuat rancangan awal bentuk hipotesis yang
akan diuji kebenarannya melalui pelaksanaan penelitian empiris.
Penjajagan (studi) pendahuluan dapat dilakukan melalui eksplorasi
kepustakaan atau jajak pendapat dan wawancara singkat.
Merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan (kesimpulan)
sementara yang akan diuji kebenarannya melalui kegiatan proses empiris
penelitian. Kehadiran hipotesis tidak selalu ada dalam setiap laporan
penelitian, terkecuali pada penelitian kuantitatif.
Menentukan sampel penelitian: Pada tahap ini, ditentukan obyek yang
akan diteliti. Keseluruhan obyek yang akan diteliti disebut populasi
penelitian. Bila dalam penelitian hanya menggunakan sebagian saja dari
populasi, maka dalam hal ini cukup menggunakan sampel.
Menyusun rencana penelitian. Tahap perencanaan merupakan panduan
(Term of Reference) untuk melaksanakan penelitian. Perencanaan
penelitian sebagai pola atau simplikasi pelaksanaan penelitian, sehingga
pada perencanaan harus dapat menjawab hal-hal sebagai berikut.
Masalah yang diteliti dan alasan dilakukannya penelitian;
Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan;
Tujuan dilakukannya penelitian;
Manfaat atau kegunaan penelitian;
Dimana dilakukannya penelitian;
Jangka waktu pelaksanaan penelitian;
Organisasi kegiatan dan pembiayaan;
Hipotesis yang diajukan; (untuk penelitian Kuantitatif)
Teknik pengumpulan data dan pengolahan data;
Sistematik laopran yang direncanakan;
Menentukan dan merumuskan alat penelitian atau teknik
pengumpulan data.
Pada penelitian yang dilaksanakan sebagai pemenuhan selesai tidaknya
suatu pendidikan formal seperti S1, S2, dan S3, perencanaan penelitian
dikemas dalam kegiatan Usulan Penelitian (UP) yang dituangkan dalam
tulisan yang disebut Proposal Penelitian.
8 Bab 2– Pelaksanaan Penelitian
B. Proses Pelaksanaan Penelitian
Selama proses pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan sejumlah
kegiatan yang berupa: pengumpulan data dan analisis data.
Pengumpulan Data. Kegiatan ini harus didasarkan pada pedoman yang
sudah dipersiapkan dalam rancangan penelitian (ususlan penelitian atau
proposal penelitian). Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis sebagai
dasar dalam menguji hipotesis yang diajukan atau menjawab pertanyaan
penelitian.
Analisis Data. Setelah semua data terkumpul, pengolahan data atau
penganalisisan dilakukan baik secara analisis kualitatif maupun analisis
kuantitatif. Sebelumnya, data sampah yang tidak relevan dibuang
sehingga data yang benar-benar merepresntasikan instrumen pengumpul
data saja yang diolah dan dianalisis. Bila data yang terkumpul itu berjenis
kuantitatif yang berbentuk bilangan dan angka, maka analisisnya
menggunakan analisis data kuantitatif. Begitu pun, bila datanya
berbentuk data kualitatif, maka analisis datanya berupa analisis kualitatif.
Akhir dari analisis ini adalah penarikan kesimpulan sebagai bentuk
pengujian kebenaran hipotesis.
C. Laporan Penelitian.
Sebagai karya tulis ilmiah yang akan dibaca khalayak dan bernilai
publikasi ilmiah, maka hasil penelitian harus dilaporkan kepada pihak
yang berkepentingan bahkan kepada khalayak (publik). Bentuk dan
sistematika laporan penelitian dapat berupa artikel ilmiah, laporan,
skripsi, thesis, disertasi, atau jenis lain yang dipandang sebagai laporan
publikasi ilmiah. Konsekuensi dari dibacanya laporan penelitian ini, maka
penulisan laporan penelitian haruslah mengikuti kaidah dan aturan
penulisan karya tulis ilmiah, baik kaidah umum maupun kaidah khusus
dimana laporan penelitian ini diterbitkan.
Bab 2– Pelaksanaan Penelitian 9
10 Bab 2– Pelaksanaan Penelitian
III. Pengetahuan, Metode, dan Metodologi
Penelitian
A. Cara Berpikir Ilmiah
Berpikir adalah suatu aktivitas yang banyak seluk-
beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur
dan langkah-langkah (Poespoprodjo, 1999). Lebih
lengkap lagi, berpikir melibatkan penggunaan
lambang, visual atau gratis. Berpikir dilakukan untuk
memahami realitas dalam rangka mengambil
keputusan (decision making), memecahkan persoalan
(problem solving), dan menghasilkan yang baru
(creativity). Memahami realitas berarti menarik
kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan
penjelasan dari realitas eksternal dan internal.
Sehingga dengan singkat, Anita Taylor dan kawan-
kawan mendefinisikan berpikir sebagai proses
penarikan kesimpulan (thinking is a inferring process)
(Taylor, et al. dalam Pratiwi, Dwi (2007)
Jadi, berpikir merupakan sebuah proses tertentu yang
dilakukan akal budi dalam memahami,
mempertimbangkan, menganalisis, meneliti,
mengkaji, dan menerangkan sesuatu dengan jalan
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 11
tertentu atau langkah-langkah tertentu sehingga
sampai pada sebuah kesimpulan yang benar.
Ilmiah memiliki makna “bersifat ilmu”, memenuhi
syarat dan kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah
adalah berpikir rasional dan berpikir empiris. Bersifat
ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara
objektif, karena didukung oleh informasi yang telah
teruji kebenarannya dan disajikan secara mendalam,
berkat penalaran dan analisa yang tajam. Berpikir
rasional adalah berpikir menggunakan dan
mengandalkan otak atau rasio atau akal budi
manusia, sedangkan berpikir empiris berpikir dengan
melihat realitas empiris, bukti nyata, atau fakta nyata
yang terjadi di lingkungan yang ada melalui indera
manusia.
Karena itu, tidak semua berpikir akan menghasilkan
pengetahuan dan ilmu. Begitu pula, tidak semua
berpikir disebut berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah
memiliki aturan dan kaidah tersendiri yang harus
diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan sehingga
proses berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk
ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi khalayak atau
manusia pada umumnya.
Menurut Salam, B. (1997), pengertian berpikir ilmiah
Proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/
mendapatkan ilmu.
12 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
Proses berpikir untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Sarana berpikir ilmiah.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh.
Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak
akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah
yang baik.
Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya dengan baik.
Mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan
pengetahuannya karena fungsi sarana berpikir
ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk
menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui
sebelumnya. Proses berpikir secara ilmiah
merupakan cara-cara berpikir ilmiah menurut suatu
alur kerangka berpikir tertentu, yang bercirikan logis
dan analitis. Sementara itu, cara berfikir ilmiah
adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan
secara induktif, deduktif, analogi, atau komparasi.
1. Berpikir Deduktif
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 13
Cara deduksi adalah cara berfikir atau melakukan
penalaran yang berlawanan dengan cara induksi,
yaitu penalaran yang diawali dari hal yang bersifat
umum kemudian diuraikan menjadi hal-hal yang
bersifat khusus. Jikka induksi bergerak dari hal-hal
yang bersifat khusus ke umum, maka deduksi
sebaliknya, yaitu bergerak dari hal-hal yang bersifat
umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan
hal-hal yang bersifat khusus. Cara deduksi ini banyak
dipakai dalam logika klasik Aristoteles, yaitu dalam
membentuk silogisme yang menarik kesimpulan
berdasarkan atas dua premis mayor dan minor
sebelumnya. Contohnya yang paling klasik :
Semua manusia bisa mati
Socrates adalah manusia
Jadi, Socrates bisa mati
2. Berpikir Induktif
Cara induksi adalah cara berfikir atau melakukan
penalaran untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum (universal) dari kasus-kasus yang bersifat
individual. Penalaran ini diawali dari kenyataan-
kenyataan yang sifatnya khusus dan terbatas
kemudian diakhiri oleh pernyataan yang bersifat
umum. Jadi, cara induksi dimulai dari penelitian
tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian
diadakan generalisasi dan abstraksi lalu diakhiri
14 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
dengan kesimpulan umum. Metode induksi ini
memang paling banyak digunakan oleh ilmu
pengetahuan, utamanya ilmu pengetahuan alam,
yang dijalankan dengan cara observasi dan
eksperimentasi. Metode ini didasarkan kepada fakta-
fakta yang dapat diuji kebenarannya.
Jadi, cara induktif adalah
menarik kesimpulan umum berdasarkan
pengamatan, data, fakta yang spesifik/khusus
dengan tujuan untuk generalisasi.
Penalaran secara induktif juga kita lakukan ketika
kita membuat prediksi tentang apa yang akan
terjadi di masa depan berdasarkan hasil
pengamatan kita di masa lalu.
Contohnya
Pengamatan : Di Puncak hawanya dingin, di
daerah Batu hawanya dingin, di
kawasan Lembang, hawanya juga
dingin.
Kesimpulan: Daerah yang letaknya tinggi
(dataran tinggi), hawanya akan
dingin.
(http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSG209 -Slide-10)
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 15
Kesimpulan atau disebut juga argumen induktif tidak
selalu atau pasti benar. Akan tetapi, ada probabilitas
(kemungkinan) akan benar.
Contohnya
Pengamatan: Di mana pun ketika kucing
menyeberang jalan dan ada
kendaraan lewat, kucing terus maju
atau berhenti.
Kesimpulan : Kucing tidak bisa berjalan mundur
(http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSG209 -Slide-10)
Menyimak kesimpulan seperti di atas, maka untuk
menentukan kebenaran dari argumen induktif, harus
ada pengujian.
Gambar 3.1 menentukan kebenaran dari argumen induktif
16 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
3. Berpikir Analogi
Cara analogi merupakan bentuk penalaran cara
berpikir induktif. Cara analaogi adalah cara berfikir
menarik kesimpulan secara tidak langsung.
Maksudnya, kesimpulan menggunakan media atau
penghubung yang diambil dengan cara
membandingkan hal yang memiliki kesamaan dan
keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.
Kita dapat menarik kesimpulan jika terdapat
persamaan dalam berbagai bidang. Dengan kata lain,
penalaran analogi dapat diartikan sebagai proses
penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan atau
proses membandingkan dari dua peristiwa (hal) yang
berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian
ditariklah kesimpulan dari persamaannya tersebut.
Contohnya
Manusia tidak suka diganggu dan diancam
keselamatannya. Mengingat binatang juga
mempunyai sifat yang secara relatif sama dengan
manusia, setelah kita bandingkan, kita dapat
menyimpulkan bahwa binatang juga tidak mau
diganggu, apalagi diancam keselamatannya.
Bedanya, binatang menggunakan naluri untuk
mengetahui dan menghadapi bahaya yang
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 17
mengancamnya, sedangkan manusia
berpikirnya.
menggunakan kemampuan
(https://brainly.co.id/tugas)
Klub Persija Jakarta mampu masuk babak final
karena berlatih setiap hari.
Maka klub Persib Bandung akan masuk babak final
jika berlatih setiap hari.
(http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSG209-Slide-10)
4. Berpikir Hubungan Kausal
Cara hubungan kausal merupakan bentuk penalaran
cara berpikir induktif. Cara hubungan Kausal
merupakan proses penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan prinsip berpikir sebab-
akibat.
Contohnya
• Penebangan liar di hutan mengakibatkan tanah
longsor.
• Jika dipanaskan, tembaga memuai, Jika dipanaskan
emas memuai
(http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSG209-Slide-10)
5. Berpikir Generalisasi
Cara generalisasi merupakan bentuk penalaran cara
berpikir induktif. Cara generalisasi merupakan proses
18 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
penalaran yang bertolak dari fenomena khusus
menuju kesimpulan umum. Generalisasi merupakan
pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau
sebagian besar gejala yang diamati. Dari sejumlah
fakta atau gejala khusus yang diamati kemudian
ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau
seluruh gejala yang diamati itu, itulah generalisasi.
Gambar 3.2 cara berpikir generalisasi
Contoh:
Buah mangga berwarna hijau dan rasanya manis.
Buah Jambu biji berwarna hijau dan rasanya
manis.
Generalisasi: Semua buah berwarna hijau rasanya
manis.
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 19
Pernyataan “Semua buah berwarna hijau rasanya
manis” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahan generalisasi (sehingga probabilitas
yang muncul perlu diselidiki kebenarannya):
Buah kedondong juga berwarna hijau, namun
rasanya asam
(http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSG209-Slide-10)
6. Berpikir Komparatif
Cara komparasi adalah cara berfikir yang mirip
dengan analaogi, yaitu dengan cara membandingkan
sesuatu yang mempunyai kesamaan apa yang
dipikirkan. Akan tetapi penekanan pemikirannya
ditujukan pada kesepadanan bukan pada
perbedaannya.
Contoh proses berpikir secara komparatif atau
perbandingan (https://brainly.co.id/tugas), yaitu:
Membandingkan populasi penduduk di daerah
kota dan di daerah pedesaan.
Membandingkan sumber daya alam yang dapat
masih ada dan sudah hilang di suatu daerah.
Membandingkan kebudayaan asing yang masuk
dengan peningkatan budaya lokal.
20 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
Dalam kerangka berpikir ilmiah terdapat langkah yang
sistematik, empiris, dan terkontrol sebagai ciri dari
proses berpikir yang mengedepankan pemecahan
masalah. Kerangka berpkir ini lebih sering disebut
metode ilmiah (scientific method). Langkah tersebut
meliputi:
(1) Merumuskan masalah.
(2) Merumuskan hipotesis.
(3) Mengumpulkan data.
(4) Menguji hipotesis.
(5) Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan Masalah. Berpikir ilmiah melalui
metode ilmiah diawali dengan kesadaran akan
adanya masalah. Permasalahan lebih mudah
dipahami bila dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan
akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah seperti mengumpulkan data yang dibutuhkan;
menganalisis data tersebut; kemudian
menyimpulkannya. Merumuskan masalah (bahkan
bila diperlukan diidentifikasi satu per satu)
merupakan bagian yang penting dalam metode
ilmiah. Sebab, berangkat dari rumusan masalah inilah
masalah yang dihadapi tersebut dapat dicari solusinya
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 21
Merumuskan Hipotesis. Hipotesis adalah jawaban
sementara dari rumusan masalah yang masih
memerlukan pembuktian (perlu diuji kebenarannya)
berdasarkan data yang telah dianalisis. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat membantu proses
pengujian dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat
melakukan penelitian, peneliti merasa semua data
sangat penting. Karena itu, melalui rumusan
hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah
dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Untuk keperluan pengujian tersebut
dikenal hipotesis penelitian (atau disebut juga
hipotesis kerja biasa diberi simbol H1) dan hipotesis
statistik (atau disebut juga hipotesis nol, diberi simbol
Ho)
Mengumpulkan Data. Pengumpulan data merupakan
tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan
sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data
dilakukan di lapangan. Peneliti yang sedang
menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan
data berdasarkan hipotesis yang telah
dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran
penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan
dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
22 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang
dikumpulkan.
Menguji Hipotesis. Sudah disebutkan sebelumnya
bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir
ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah
menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau
menyalahkan hipotesis, namun menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Karena itu, istilah yang
tepat untuk ini bukan membuktikan hipotesis, tetapi
menguji hipotesis. Sebelum pengujian hipotesis,
peneliti harus menetapkan taraf signifikansinya (biasa
diberi simbol α). Taraf signifikansi yang ditetapkan,
menentukan derajat kepercayaan terhadap hasil
suatu penelitian. Hal ini dimaklumi karena taraf
signifikansi berhubungan dengan ambang batas
kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Sebagai contoh, pada hipotesis bidang kesehatan/
kedokteran, α yang diterapkan biasanya sangat kecil,
misalnya 0,001 (dibaca 1/1000), jarang yang
menerapkan 0,1 (dibaca 1/10). Artinya, tingkat
kesalahan (fatalitas hasil sebuah penelitian
kedokteran harus kecil karena menyangkut nyawa
dan kesehatan makhluk hidup), 1 dari 1000 lebih
dipilih daripada 1 dari 10.
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 23
Merumuskan Kesimpulan. Langkah paling akhir
dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah
adalah menyusun kesimpulan. Rumusan simpulan
harus sejalan dengan masalah yang diajukan (sering
disebut benang merah penelitian). Kesimpulan atau
simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif
secara singkat tetapi jelas. Hindari menulis data-data
yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting. Sebab, banyak
peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya
penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan
atau tidak sejalan dengan rumusan masalah yang
diajukannya.
Meski metode ilmiah menjadi kerangka masif berpikir
yang sukar terbantahkan dalam sistematika berpikir
penarikan kesimpulan, tetapi tetap saja memiliki
kelemahan. Didapati penulis dari berbagai sumber
dan pengalaman penulis, kelemahan tersebut di
antaranya:
Pertama, metode ilmiah tidak dapat digunakan
kecuali pada kajian objek-objek material yang dapat
diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental yang secara empiris dapat diamati
inderawi. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan
(treatment) materi (objek) dalam kondisi dari faktor-
faktor baru, bukan kondisi dari faktor yang asli.
24 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
Melakukan pengamatan terhadap materi tersebut
serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik
yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan
atau rekayasa.
Kedua, metode ilmiah melakukan pengamatan dan
percobaan. Selanjutnya, melakukan komparasi
dengan cara pemeriksaan yang teliti, diakhiri
merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah
premis ilmiah. Kesimpulan yang didapat ini bersifat
spekulatif atau tidak pasti (dugaan), terkecuali yang
bersifat eksperimental murni ilmu kimiawi atau
biologi.
Ketiga, Secara etnologi, ilmu membatasi dirinya pada
pengkajian yang berada pada ruang lingkup
pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan
antara ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup
permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan
perbedaan metode dalam memecahkan masalah
tersebut. Ilmu menyadari bahwa masalah yang
dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit
yang terdapat dalam dunia fisik (dapat diamati)
semata. Berbeda dengan pengujian kebenaran agama
harus dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita
seperti penalaran, perasaan, intuisi, imajinasi
disamping pengalaman. Demikian juga halnya dengan
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 25
bidang-bidang sastra yang termasuk dalam
humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode
ilmiah dalam penyusunan anatomi pengetahuannya.
B. Konsep Pengetahuan, Metode, dan Metodologi
Memaknai pengertian, asal usul, dan tingkatan
pengetahuan penulis awali dahulu dari paparan
singkat epistemologi. Epistemologi ini berisi tentang
asal-mula ilmu pengetahuan, purpose of knowledge
(tujuan pengetahuan), serta menyangkut tentang
cara-cara yang dipakai oleh sebuah ilmu pengetahuan
dalam mencari sebuah kebenaran. Arti penting dari
epistemologi adalah usaha nalar untuk memastikan
maupun mempertimbangkan kebenaran ilmu
pengetahuan melalui kemampuan berpikir (kognitif)
manusia. Karena itu, epistemologi berkenaan tentang
bagaimana memperoleh sebuah pengetahuan
dengan mudah; dan
bagaimana mengetahui secara runtut proses
penyusunan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan adalah hasil dari ranah tahu dan ini
terjadi karena setelah seseorag melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
penginderaan terjadi melalui panca indera manusia
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman,
26 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
perabaan dan rasa. Sebagian besar pengetahuan
manusia melalui mata dan telinga (Bestable, dalam
Riadi, Muchlisin. (2013).
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul
ketika seseorang menggunkan indera atau akal
budinya utuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya
(Meliono dalam Riadi, Muchlisin (2013)
Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu
hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang
pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
sengaja dan terjadi setelah orang melakukan kontak
atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Mubarak dalam Riadi, Muchlisin. (2013).
Setelah mengetahui apa itu pengetahuan, selanjutnya
konsep pengetahuan dalam konteks epistemologi
adalah mengenal tingkatan pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo dalam Riadi, Muchlisin.
(2013), pengetahuan mempunyai enam tingkatan dari
yang sederhana sampai yang kompleks.
Tahu (Know). Tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 27
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain: menyebutkan, menyatakan (Notoatmodjo,
dalam Riadi, Muchlisin. (2013).
Memahami (Understanding). Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan
menjelaskan secara benar arti suatu bahan pelajaran
atau tentang obyek yang diketahui dan dapat
diinterpretasikan materi tersebut secara benar,
seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas tentang
sesuatu. Kemampuan semacam ini lebih tinggi
daripada tahu (Notoatmodjo dalam Riadi, Muchlisin.
(2013).
Penerapan (Application). Penerapan adalah
kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu
bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru
atau konkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode,
konsep, prinsip, dan teori. Kemampuan ini lebih tinggi
nilainya daripada pemahaman (Notoatmodjo dalam
Riadi, Muchlisin (2013).
Analisis (Analysis). Analisis adalah kemampuan untuk
menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam
komponen atau bagian–bagian sehingga susunannya
dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal
masalah-masalah, hubungan antar bagian, serta
prinsip yang digunakan dalam organisasi materi
pelajaran (Bestable dalam Riadi, Muchlisin (2013).
28 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
Sintetis (Synthetic). Kemampuan sintetis merupakan
kemampuan untuk menghimpun bagian ke dalam
suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema,
rencana, atau melihat hubungan/abstrak dari
berbagai informasi atau fakta. Jadi kemampuan
merumuskan suatu pola atau struktur baru
berdasarkan informasi dan fakta (Bestable dalam
Riadi, Muchlisin (2013)
Evaluasi (Evaluation). Evaluasi berkaitan dengan
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk
membuat suatu penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Kriteria
yang digunakan dapat bersifat internal dan dapat
bersifat relevan dengan maksud tertentu (Bestable
dalam Riadi, Muchlisin (2013).
Berikutnya adalah bagaimana cara Memperoleh
Pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua
bagian yaitu cara tradisional dan cara modern
(Notoatmodjo dalam Riadi, Muchlisin (2013).
Cara Tradisional. Cara coba–coba (Trial and error).
Cara coba coba ini dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecakan masalah, apabila
kemungkinan itu tidak berhasil dicoba kemungkinan
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 29
yang lain (Notoatmodjo dalam Riadi, Muchlisin
(2013).
Cara kekuasaan atau otoritas. Prinsip ini adalah orang
lain menerima pendapat yang disampaikan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau
membuktikan kebenarannya terlebih dahulu baik
secara empiris ataupun berdasarkan penalaran
sendiri (Notoatmodjo dalam Riadi, Muchlisin (2013).
Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi pada
masa–masa yang lalu (Notoatmodjo dalam Riadi,
Muchlisin (2013).
Melalui Jalan Pikiran. Seiring dengan perkembangan
kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun
ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan, baik melalui cara berpikir deduksi
ataupun induksi (Notoatmodjo dalam Riadi,
Muchlisin (2013).
Cara Modern. Cara baru atau modern dalam
memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
30 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
penelitian. Melalui metode ini selanjutnya
menggabungkan cara berpikir deduktif, induktif, dan
verifikatif yang selanjutnya dikenal dengan metode
penelitian ilmiah (Notoatmodjo dalam Riadi,
Muchlisin (2013).
Metode ataukah metodologi? Padahal keduanya
memiliki makna yang berbeda.
Metode (method), makna harfiahnya adalah cara.
Menurut bahasa yunani, metha artinya melalui atau
melewati, dan hodos artinya jalan atau cara. Metode
mengandung arti suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-
langkah sistematis (Usman, Husaini dan Setyadi, P.A.
1996). Jadi, metode adalah cara atau prosedur yang
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Ada pula
yang mengistilahkannya sebagai Teknik, yaitu cara
yang spesifik dalam pemecahan masalah tertentu
yang ditemukan dalam pelaksanaan prosedur. Dalam
konteks belajar dan pembelajaran, metode atau
metodik artinya adalah ilmu mengenai jalan yang
harus dilalui untuk mengajar peserta didik agar bisa
mencapai tujuan belajar mengajar (Surakhmad, W.
1994).
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos
dan logos. Metodos terdiri dari dua suku kata yaitu
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 31
metha yang artinya melalui atau melewati dan hodos
yang berarti jalan atau cara, sedangkan logos artinya
ilmu. Metodologi berarti pengkajian peraturan-
peraturan dan kaidah suatu metode menggunakan
penelusuran dengan tata cara tertentu untuk
menemukan kebenaran. Metodologi juga merupakan
suatu analisis teoritis tentang sebuah metode atau
cara. Terdiri atas analisis teoritis dari anatomi
metode dan prinsip-prinsip yang terkait dengan
cabang pengetahuan. Biasanya, ini mencakup konsep
seperti paradigma, model teoritis, fase, dan teknik
kuantitatif atau kualitatif. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia pengertian metodologi yaitu “Cara yang
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuatu dengan yang
dikehendaki, atau cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
Dari penjelasan di atas, terdapat perbedaan metode
dan metodologi. Secara ringkas sebagai berikut.
Dari sudut pandang etimologi, metode (method)
berarti metode atau cara; sedangkan metodologi
terdiri dari dua suku kata yaitu method dan logos
yang artinya adalah ilmu tentang metode.
Dari sudut pandang pengertian, metode adalah
“prosedur, teknik, atau langkah untuk melakukan
32 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
sesuatu, terutama untuk mencapai tujuan
tertentu”; sedangkan metodologi adalah
“prosedur ilmiah yang didalamnya termasuk
pembentukan konsep, preposisi, model,
hipotesis, dan teori, termasuk metode itu
sendiri”.
Dari sudut pandang sifat ruang lingkupnya,
metode bersifat khusus, lebih berkaitan dengan
teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam
metodologi; sedangkan metodologi bersifat
umum, merupakan sistem panduan untuk
memecahkan persoalan yang komponen
spesifiknya adalah bentuk, tugas, metode, teknik
dan alat.
Metodologi lebih bersifat general. Metodologi
adalah sistem panduan untuk memecahkan
persoalan, dengan komponen spesifiknya adalah
bentuk, tugas, metode, teknik dan alat;
sedangkan metode berada di dalam metodologi.
Dalam konteks penelitian, yang termasuk metode
adalah teknik penggalian data, teknik pengolahan
data, penentuan populasi serta sampel dan lain
sebagainya.
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 33
C. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian (research methods)
merupakan kajian, cara, atau teknik yang disusun
teratur yang menerapkan kaidah dan aturan dalam
penelitian yang digunakan untuk menerangkan
bagaimana sebaiknya dan seharusnya penelitian itu
dilaksanakan oleh seorang peneliti dalam
mengumpulkan data/informasi saat melakukan
penelitian yang disesuaikan dengan subjek/objek
yang diteliti.
Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian
merupakan epistimologi penelitian, yaitu hal yang
menyangkut bagaimana sebuah penelitian harus
dilakukan agar memenuhi kaidah-kaidah keilmiahan
(scientifical reasoning).
Metodologi penelitian akan lebih baik jika disesuaikan
dengan subjek atau objek penelitian. Metodologi
yang tidak tepat dalam melakukan penelitian akan
menimbulkan kerancuan yang pada akhirnya
menyebabkan hasil penelitian tidak valid dan tidak
bisa dipertanggungjawabkan.
Menurut metodenya penelitian dibedakan seperti
pada gambar berikut ini.
34 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
Metode Survey
Penelitian Ex Post Facto
Eksperimen
Naturalistik
Policy Research
Penelitian
Tindakan
Evaluasi
Sejarah
R&D
Gambar 3.3 jenis metode penelitian
Jenis-jenis metode penelitian juga dapat
diklasifikasikan dasarkan, tujuan, dan tingkat
kealamiahan natural setting. Berdasarkan tujuan,
klasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic
research); penelitian terapan (applied research), dan
penelitian pengembangan (research In thivelopment).
Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan,
metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi
metode penelitian ekskperimen, survey, dan
naturalistik.
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 35
Gay (1977) menyatakan bahwa sebenarnya sulit
untuk membedakan antara penelitian murni (dasar)
dan terapan secara terpisah, karena keduanya
terletak pada satu garis kontinum. Penelitian dasar
bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak
memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat
praktis. Penelitian murni pada umumnya dilakukan
pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan
ketat. Lain lagi dengan penelitian terapan yang
dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan
mengevaluasi kemampuan suatu teori yang
diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah
praktis. Jadi, penelitian murni/dasar berkenaan
dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah
ilmu tersebut digunakan untuk memecahkan
masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi
penelitian terapan.
Suriasumantri, Jujun S. (2010) menyatakan bahwa
penelitian dasar atau mumi adalah penelitian yang
bertujuan menemukan penetahuan baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Redangkan
penelitian terapan adalah bertujuan untuk
memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Borg W.R., Gall. M. (1988). menyatakan bahwa,
penelitian dan pengembangan (research and
36 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
developmen/R&D), merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk mengembangkan atau
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran.
Gambar 3.4 jenis metode penelitianberdasarkan tujuan dan
tingkat kealamiahan temapat penelitian
Penelitian dan pengembangan merupakan
“jembatan" antara penelitian dasar (basic research)
dengan penelitian terapan (applied research), di
mana penelitian dasar bertujuan untuk "to discover
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 37
new knowledge about fundamental phenomena" dan
applied research bertujuan untuk menemukan
pengetahun yang secara praktis dapat diaplikasikan.
Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk
mengembangkan produk. Penelitian dan
pengembangan bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan, dan memvalidasi suatu produk.
Basic Research R&D Applied
Research
Pnemuan ilmu Penemuan, Penerapan ilmu/
baru Pengembangan Produk
dan Pengujian
Produk
Gambar 3.5 Basic research, R & D, dan Applied Research
Gambar 3.4 di atas merupakan pernyataan Borg W.R.,
Gall. M. (1988): One way to bridge the gap between
research and practice in edication is to Research &
Development. Pada umumnya penelitian R & D
bersifat Iongitudinal (beberapa tahap).
Untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu
dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering
digunakan metode penelitian dasar (basic research).
Selanjutnya untuk menguji produk yang masih
bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen,
atau action research. Setelah produk teruji, maka
dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan
38 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
eksperimen tersebut, dinamakan penelitian terapan
(applied research)
Metode penelitian eksperimen, survey, dan
naturalistik/kualitatif juga dapat ditempatkan dalam
satu garis kontinum, seperti ditunjukkan pada gambar
3.6 berikut ini.
eksperimen survey naturalistik
Tempat di Lab Tempat Tempat
Ada perlakuan alamiah alamiah
(tidak di Lab)
Tidak ada
Ada perlakuan
perlakuan
Gambar 3.6 penelitian eksperimen, survey, dan naturalistik/
kualitatif
Dari gambar 3.6 tersebut terlihat bahwa metode
penelitian eksperimen sangat tidak alamiah natural
karena tempat penelitian di laboratorium dalam
kondisi yang terkontrol sehingga tidak terdapat
pengaruh dari luar. Metode penelitian eksperimen
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.
Misalnya pengaruh ruang kelas ber AC terhadap
efektivitas pembelajaran Metode survey digunakan
untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 39
perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya
dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara
terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti
dalam ekperimen). Metode penelitian
naturalistik/kualitatif, digunakan untuk meneliti pada
tempat yang alamiah, dan penelitian tidak membuat
perlakuan, karena peneliti dalam mengumpulkan
data bersifat empiris, yaitu berdasarkan pandangan
dari sumber data, bukan pandangan peneliti.
Berdasarkan jenis-jenis penelitian seperti tersebut di
atas, maka dapat dikemukakan di sini bahwa, yang
termasuk dalam metode kuantitatif adalah metode
penelitian eksperimen dan survey, sedangkan yang
termasuk dalam metode kualitatif yaitu metode
naturalistik. Penelitian untuk basic research pada
umumnya menggunakan metode eksperimen dan
kualitatif, applied research menggunakan eksperimen
dan survey, dan R & D dapat menggunakan survey,
kualitatif dan eksperimen.
40 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
1. URAIAN PENGETAHUAN KHUSUS PENGETAHUAN UMUM ILMU TEKNOLOGI
2. Bentuk (PARTICULAR) (GENERAL) (THEORITICAL) (PRACTICAL)
Eksplanasi (prediksi), Eksplanasi (prediksi),
Pengetahuan Deskripsi khusus (particular), Deskripsi umum (general), abstrak, general, konkrit, tidak universal.
3. Obyek konkrit, tidak universal abstrak, universal. universal.
(lotus). Sejumlah unit fenomena Satu unit fenomena
Penelitian Sejumlah unit fenomena pada sebab-akibat pada dengan sejumlah
Satu fenomena (unit) pada sejumlah variasi situasi kondisi. sejumlah variasi “sikon”. perlakuan pada satu
4. Tipe Masalah satu situasi kondisi tertentu. “sikon”.
Penelitian Belum dapat menjelaskan Belum mengetahui metode
Belum mengetahui “semua” Belum mengetahui beberapa kejadian suatu fenomena dan teknik untuk mencapai
5. Maksud unsur, ciri dan sifat unsur, ciri dan sifat fenomena secara general dan suatu tujuan secara
Penelitian fenomena secara pertikular secara general dan universal. universal. praktis.
pada satu sikon tertentu. Mengeksplanasi Mencari metode dan
6. Tujuan Mendeskripsi (melukiskan) Mendeskripsi (melukiskan) (menjelaskan) kejadian teknik untuk mencapai
Penelitian satu fenomena khusus sejumlah fenomena secara suatu fenomena secara suatu tujuan secara
melalui semua unsur, ciri genaral melalui golongan- general dan universal. praktis, efektif dan efisien.
7. Kegunaan dan sifatnya pada satu golongan, kategori-kategori dan
penelitian “sikon” tertentu. klasifikasi-klasifikasi pada Memperoleh ekplanasi Memperoleh metode dan
sejumlah variasi situasi kondisi. (penjelasan) teoritis, teknik untuk mencapai
Memperoleh diskripsi Memperoleh deskripsi (lukisan) general, abstrak dan suatu tujuan secara
(lukisan) khusus (partikular) umum (general) dari sejumlah universal. praktis, efektif dan efisien.
dari fenomena, konkrit dan fenomena, abstrak, dan Menambah fakta Menambah fakta aplikatif
tidak universal (locus) universal. kausalitas hakiki dan bagi pengembangan lebih
Menambah pengetahuan Menambah pengetahuan umum
khusus (particular) pada (general) pada disiplin ilmu
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 41
1. URAIAN PENGETAHUAN KHUSUS PENGETAHUAN UMUM ILMU TEKNOLOGI
(PARTICULAR) (GENERAL) (THEORITICAL) (PRACTICAL)
8. Jenis universal, untuk lanjut. Bagi gunalaksana
Penelitian disiplin ilmu tertentu bagi tertentu bagi pengembangannya membangun teori-teori berguna untuk
pengembangannya pada pada eksplanasi dan teknologi. sebagai teknologi. Bagi memecahkan masalah-
9. Landasan geralisasi dan abstraksi Bagi gunalaksana sebagai gunalaksana sebagai masalah praktis dalam
Berpikir unversal. Bagi gunalaksana, model/ilustrasi, atau diagnosis dasar untuk pemecahan mencapai tujuan
sebagai model/ilustrasi, dan terapi general. masalah yang dihadapi kehidupan sehari-hari
10. Metode diagnosis dan terapi. (untuk rekayasa dan efektif dan efisien.
Penelitian Kuantitatif general; meluas rancangbangun ilmu).
Kualitatif partikulir; (expanded); cross-sectional dan Kuantitatif eksplanasi; Kualitatif aplikatif;
11. Teknik mendalam (grounded); longitudinal. meluas (expanded); cross- mendalam pada aspek-
Penelitian longitudinal: retrospek sectional dan causality. aspek praktis; cross-
ataupun prospek. Aposteriori Inductive thingking sectional eksperimental.
a. Menetapkan Aposteriori Identified thinking Inducto. Apriori deducto- Apriori deducto-
Data/ hukum identifikasi hypothetico empirico- hypothetico empirico
Informasi Descriptive Survey verification verification
1. Case Study Explanatorry Survey Experiment
2. Historical Study Melalui penelahaan definisi- Experiment
3. Action Research definisi dari golongan-golongan, Melalui penalaah definisi-
Melalui penelaahan definisi- kategori-kategori dan klasifikasi- Melalui penelahaan definisi konsep-
definisi dari unsur-unsur, ciri- klasifikasi fenomena abstrak (dari definisi-definisi konsep- konsep/variabel-variabel
ciri dan sifat-sifat fenomena konsep-konsep/variabel- konsep / variabel-variabel dari teoriteori sebab-
particular dari teori-teori sebab- akibat.
akibat.
42 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
1. URAIAN PENGETAHUAN KHUSUS PENGETAHUAN UMUM ILMU TEKNOLOGI
(PARTICULAR) (GENERAL) (THEORITICAL) (PRACTICAL)
b. Menentukan
sumber Responden dan informan variabel). Responden dan informan Obyek-obyek penelitian
data/informasi ditentukan secara purposif; Responden dan informan ditentukan secara ditentukan tanpa atau
kadang-kadang dengan ditentukan secara sampling; sampling; kadang-kadang dengan sampling.
c. Pengumpulan sampling kadang-kadang informan secara informan ditentukan
data : purposif. secara purposif. Obserpasi lengkap atau
Partisipasi dalam obyek Obserpasi tidak obserpasi eksperimental
1) Observasi yang mengalami kejadian. Pertisipasi dalam obyek yang berpartisipasi dalam obyek
2) Interview mengalami kejadian, tidak yang mengalami kejadian. -
Mendalam pada semua sepenuhnya. Tidak mendalam, hanya
3) Kuesioner unsur, ciri dan sifat-sifat dari Tidak mendalam, hanya pada pada beberapa unsur, ciri -
d. Teknik kejadian. beberapa unsur, ciri dan sifat dan sifat fenomena. Cross sectional menurut
fenomena. Kuesioner ragam perlakunnya
pengolahan/ - Kuesioner Cross sectional menurut (treatmennya).
analisis data. Longitudinal: retrospek dan Cross sectional menurut unit-unit unit-unit analisisnya; atau Kuantitatif dengan skala
1) Pengukuran prospek; atau cross analisisnya; atau longitudinal. longitudinal. interval dan ratio
sectional. Kualitatif dikuantifikasikan
2) tabulasi Jarang dilakukan; jika Kualitatif dikuantifikasikan (nominal, ordinal, interval, Matriks kausalitas menurut
dilakukan dengan ordinal (nominal, ordinal, interval, ratio) ratio) rancangan percobaan.
(skala kualitatif) Matriks kausalitas antara
Tabel profit dengan Matriks deskriptif antara data, data, sumber data dan
data/informasi kualitatif. sumber data dan situasi-kondisi. situasi-kondisi
Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian 43
1. URAIAN PENGETAHUAN KHUSUS PENGETAHUAN UMUM ILMU TEKNOLOGI
3) Statistik (PARTICULAR) (GENERAL) (THEORITICAL) (PRACTICAL)
Statistik ferensial atau uji Statistik inferensial;
e. penetapan Tidak/jarang menggunakan Statistik deskriptif hipotesis: (uji hipotesis):
lokasi analisis statistik, jika - parametrik - parametrik
penelitian menggunakan, dipakai Sejumlah lokasi representatif - non-parametrik - experimental design
statistik deskriptif sederhana. yang mewakili universalitas. Sejumlah lokasi Suatu lokasi dengan
f. Teknik representatif yang alasan tertentu.
penulisan Satu lokasi dengan alasan mewakili universalitas.
tertentu Argumentasi, deskripsi
JALUR Argumentasi, deskripsi dan eskaposisi.
Deskripsi dan eksposisi; Deskripsi, eksposisi dan dan eksposisi.
kadang-kadang dengan argumentasi IV
argumentasi; narasi. III
I II
44 Bab 3 – Pengetahuan, Metode, dan Metodologi Penelitian
IV. PERMASALAHAN PENELITIAN
A. Objek Penelitian dan Permasalahan Administrasi
Sebelum menguraikan masalah penelitian
administrasi, perlu dijelaskan bahwa objek yang
diteliti merupakan objek ilmiah. Administrasi
merupakan ilmu yang dapat diteliti secara ilmiah.
Sebagai suatu disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu
administrasi memiliki beragam kajian yang dapat
dijadikan objek penelitian, di antaranya:
Penelitian yang Berkaitan dengan Kepemimpinan
dalam Administrasi
Objek Penelitian dalam Organisasi dan
Pengorganisasian
Penelitian dalam Bidang Administrasi Kepegawaian
Negara
Penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan
dalam administrasi ini dapat ditujukan pada filosofi
kepemimpinan yang konsepsional, atau terkait sosok
pemimpinnya, misalnya manajer, atasan, pejabat,
direktur, maupun jenis pimpinan lain. Dalam sosok
kepemimpinan dapat dieksplorasi dan diteliti terkait
ciri fungsional yang melekat pada seorang pemimpin.
Ciri Fungsional tersebut seperti:
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 45
watak dan kewibawaan seorang pemimpin;
kekuasaan dalam pekerjaan yang dilaksanakan oleh
bawahannya; hierarki kekuasaan struktural; sikap
ketegasan pengambilan keputusan; kecerdasan
menganalisis persoalan yang menyangkut
kepentingan umum; masa-masa keberakhiran
struktur kepemimpinan.
Permasalahan dalam penelitian administrasi yang
berkaitan dengan kepemimpinan dalam administrasi,
antara lain:
kesukaran yang sedang dihadap dan yang akan
terjadi;
terdapat situasi kompleks yang membutuhkan
suatu tindakan untuk menyelesaikan;
terjadinya sesuatu yang menyimpang dari yang
seharusnya atau yang diharapkan;
dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit.
Hal-hal yang dapat diteliti berkaitan dengan objek
penelitian dalam organisasi dan pengorganisasian, di
antaranya:
Prosedur dan langkah pengorganisasian, misalnya
pembentukan struktur organisasi untuk mencapai
kesuksesan strategi. Struktur organisasi
mengidentifikasikan tanggung jawab untuk setiap
posisi. Secara terperinci, struktur organisasi
46 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
menggambarkan: (1) aktivitas kerja setiap unit
dalam organisasi; (2) hubungan setiap unit yang
beraktivitas; (3) Jenis pekerjaan yang akan
dilakukan oleh setiap kelompok yang beraktivitas;
(4) menentukan wewenang dan tanggung jawab
setiap unit yang beraktivitas; dan (5) memperjelas
koordinasi antara setuap unit yang beraktivitas
Menetapkan wewenang, tanggung jawab,
akuntabilitas, dan pendelegasian.
Berkaitan dengan perihal bidang administrasi
kepegawaian negara, dapat diteliti pokok-pokok yang
dilakukan dalam administrasi kepegawaian, yaitu :
(1) Dasar hukum kepegawaian negara dan
administrasi kepegawaian.
(2) Adanya satu badan yang menyelenggarakan
administrasi kepegawaian yang langsung
bertanggung jawab kepada pimpinan pemerintah
serta mempunyai hubungan dengan kementerian
danunit pengurusan kepegawaiannya.
(3) Perumusan yang jelas terhadap klasifikasi serta
jabatan kepegawaian. Perlu dikembangkan
klasifikasi jabatan dan analisis pekerjaan.
(4) Pengadaan (recruitment) dan penempatan atau
penunjukan (placement and appointment)
berdasarkan sistem yang tidak memihak dan
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 47