standar tertentu sesuai dengan keperluan
pekerjaan dan jabatannya.
(5) Sistem promosi dan evaluasi terhadap prestasi
kerja pegawai, disiplin, pemindahan atau
pergantian jabatan serta pemberhentian.
(6) Sistem gaji berdasarkan standar tertentu yang
objektif sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan
dan dapat diubah jika diperlukan.
(7) Adanya program pendidikan dan latihan untuk
meningkatkan kemampuan kerja pegawai negeri.
(8) Hubungan dengan berbagai organisasi
kepegawaian dan serikat pekerja.
(9) Tata usaha kepegawaian, yaitu data kepegawaian
individual, absensi, cuti, kenaikan gaji, dan
lainnya.
Permasalahan penelitian terhadap ruang lingkup
kegiatan administrasi kepegawaian menyangkut: (a)
Kegiatan pengadaan dan seleksi tenaga kerja atau
pegawai; (b) Kegiatan penempatan dan penunjukan;
(c) Kegiatan pengembangan; dan (d) Kegiatan
pemberhentian.
Permasalahan penelitian mengenai fungsi atau
kegiatan administrasi kepegawaian negara meliputi:
(a) Pengembangan struktur organisasi untuk
melaksanakan berbagai program kepegawaian yang
jelas dan tegas; (b) Klasifikasi jabatan yang sistematis
48 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
dan perencanaan gaji yang adil dengan
mempertimbangkan saingan dari sektor swasta; (c)
Perekrutan tenaga kerja yang baik; (d) Seleksi
pegawai yang menjamin pengangkatan calon pegawai
yang cakap dan penempatannya dalam jabatan yang
sesuai; (e) Perencanaan pelatihan jabatan yang luas
dengan tujuan menambah keterampilan pegawai,
meningkatkan semangat kerja, dan mempersiapkan
kenaikan jabatan atau kenaikan pangkat; (f) Penilaian
kecakapan pegawai secara berkala dengan tujuan
meningkatkan hasil kerja dan memilih pegawai yang
cakap; (g) Perencanaan kenaikan jabatan berdasarkan
kompetensi dan prestasi pegawai; (h) Kegiatan untuk
memperbaiki hubungan antarmanusia; (i) Kegiatan
untuk memelihara dan mempertahankan semangat
kerja dan disiplin pegawai. (Anggara, S. 2015)
Hadirnya permasalahan penelitian menjadi penanda
pentingnya suatu penelitian dilakukan. Masalah
penelitian diartikan sebagai suatu persoalan atau
kesenjangan yang mengganjal hingga menuntun
peneliti untuk mencari solusi atau jawabannya.
Masalah pun diartikan sebagai suatu situasi atau
suatu fakta yang terjadi sudah menyimpang dari
batas toleransi atau kaidah yang semestinya. Lebih
mudah dipahami bahwa masalah adalah kesenjangan
(discrepancy) antara apa yang seharusnya atau
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 49
disebut juga harapan dengan apa yang ada dalam
kenyataan sekarang.
Kesenjangan yang terjadi itu dapat merujuk pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial
budaya, pendidikan, dan lainnya. Terdapat kondisi
problematik tertentu yang memungkinkan suatu
kesenjangan menjadi permasalahan penelitian, di
antaranya:
Situasi disebut kesenjangan karena adanya
perbedaan antara yang seharusnya (teori maupun
fakta empirik temuan penelitian terdahulu)
dengan kenyataan saat ini yang terjadi.
Dari kesenjangan tersebut memunculkan
pertanyaan berikutnya: mengapa terjadi
kesenjangan?
Setiap kesenjangan yang terjadi memungkinkan
untuk dijawab atau dicari solusinya, meskipun
lebih dari satu kemungkinan jawaban/ solusi.
Jika demikian, maka kesenjangan tersebut layak
diangkat menjadi permasalahan penelitian.
Dari mana permasalahan penelitian dapat digali,
diidentifikasi, dan dikembangkan? Permasalahan
penelitian diperoleh dari sumber berikut ini.
(1) Pengalaman Pribadi
50 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
Setiap orang dengan mudah dapat mengidentifikasi
secara unik masalah dari pengalaman pribadinya
tentang pengalaman keseharian, pengalaman
akademik di saat proses belajar, atau mengerjakan
tugas ataupun laporan, atau hal lsain yang sifatnya
pengalaman pribadi.
(2) Perluasan atau lanjutan Penelitian Terdahulu
Mengangkat masalah penelitian dengan melanjutkan
penelitian terdahulu, yang biasanya dicantumkan
pada bagian saran dan pengembangan penelitian
berikutnya pada penelitian tersebut.
(3) Referensi Kepustakaan Formal berupa Buku,
Jurnal, Laporan Penelitian
Sumber bahan masalah penelitian yang memberi
rekomendasi untuk melakukan penelitian dapat
diperoleh dengan cara membaca buku teks, jurnal
maupun laporan penelitian
(4) Forum Diskusi dan Pertemuan Ilmiah
Hasil diskusi dan pertemuan ilmiah dengan orang
yang lebih berpengalaman atau para pakar di
bidangnya dapat membuka wawasan dan pandangan
lain untuk memperoleh masalah yang direncanakan
sebagai bahan untuk menyusun laporan penelitian.
(5) Observasi atau Praktek Pengalaman Langsung
Hasil observasi dan pengalaman langsung merupakan
sumber bahan masalah yang potensial bagi
penelitian.
(6) Perubahan Paradigma suatu Subjek/Objek
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 51
Paradigma tentang pengelolaan sumber daya
manusia, pengelolaan aset, pengelolaan sistem yang
selalu berubah dan berkembang dari masa ke masa
dapat dijadikan sumber bahan masalah untuk
penelitian.
(7) Fenomena Perubahan Masyarakat
Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat
seperti lifestyle dapat mendorong peneliti untuk
menjadikannya sebagai sumber masalah yang dapat
diangkat dalam suatu penelitian.
(8) Deduksi suatu Teori
Pengembangan dan penerapan suatu teori menjadi
potensi masalah untuk proses deduktif teori tersebut
melalui penelitian yang akan dilakukan.
Permasalahan yang layak diangkat dalam penelitian
memiliki ciri-ciri berikut ini.
Masalah harus dapat dicari jawabannya dari
sumber yang jelas; tidak banyak menghabiskan
dana, tenaga, dan waktu untuk
menyelesaikannya.
Masalah harus jelas, yaitu semua orang
memberikan persepsi yang sama bahwa hal
tersebut disepakati sebagai masalah.
Masalah harus signifikan, maksudnya bahwa
jawaban yang diperoleh sebagai solusi atas
masalah tersebut dapat berkontribusi terhadap
52 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
pengembangan ilmu dan teori baru, perbaikan
metode, persoalan kehidupan manusia.
Masalah harus etis, yaitu tidak berkonfrontasi
dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai
keyakinan, dan agama.
Masalah lebih mudah dipahami dalam bentuk
kalimat tanya atau kalimat pernyataan yang
secara implisit mengandung pertanyaan; atau
menyatakan hubungan antara dua variabel atau
lebih fenomena yang terukur.
Masalah harus orisinal, yaitu tidak merupakan
pengulangan dan plagiasi atas penelitian lain atau
yang terdahulu dalam hal: masalah yang diteliti,
kerangka konsep, dan pendekatan
Bila permasalahan umum yang diperoleh sebagai
bentuk kesenjangan telah ditetapkan menjadi
masalah penelitian, maka penting untuk melakukan
identifikasi terhadap permasalahan dengan cara
eksplorasi terhadap akar-akar masalah. Akar masalah
yang dicari dapat menggunakan analisis akar masalah
sehingga diperoleh masalah sesungguhnya dilihat dari
aspek manusia (man), materi (material), metode
(methode/rule), lingkungan (environment), bahkan
dari sisi keuangan (money).
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 53
Identifikasi setiap akar masalah perlu memperhatikan
aspek kelayakan, kekhalayakan, prioritas/esensial,
dan kebermanfaatannya.
B. Merumuskan Masalah Penelitian
Rumusan masalah berbeda dengan identifikasi
masalah. Masalah yang sudah teridentifikasi
merupakan kesenjangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi, sementara rumusan masalah
merupakan suatu kalimat yang disusun berdasarkan
adanya masalah tersebut dan akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data dalam suatu
proses penelitian. Meski demikian, terdapat kaitan
erat antara identifikasi suatu masalah dengan
rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah
penelitian harus didasarkan pada masalah yang
teridentifikasi.
Perumusan masalah penelitian sangat penting dalam
mengawali suatu proses penelitian. Peneliti akan
mengalamai kesukaran untuk melakukan apa dalam
penelitiannya manakala ia tidak tahu secara pasti apa
masalah penelitiannya.
Perumusan masalah sangat penting dan berfungsi
dalam menetapkan:
54 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
Langkah awal (untuk mengembangkan kerangka
konsep; untuk konseptualisasi dan
operasionalisasi; untuk menentukan desain
Penelitian)
Memprediksi keberhasilan penelitian.
Memilih judul dan menuliskan tujuan penelitian.
Menilai orisinalitas studi sekaligus tingkat
plagiarisme penelitian.
Masalah yang dirumusukan hendaknya merupakan
masalah penelitian yang telah dipertimbangkan:
Apakah masalah yang dipilih it sudah atau akan
ada jawabannya?
Apakah telah diketahui relevansinya?
Apakah memiliki manfaat teoritis maupun
empiris?
Apakah memiliki aspek aktualitas?
Apakah memiliki jelajah pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan?
Bila pertimbangan di atas telah menjadi pemikiran
yang matang, maka rumusan masalah penelitian
dapat segera dibuat dan dikembangkan berdasarkan
tingkat eksplanasi (level of explanation) penelitian
yang akan dilakukan. Bentuk masalah dapat
dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif,
komparatif dan asosiatif.
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 55
Rumusan masalah yang jelas dan operasional menjadi
pangkal bagi peneliti sekaligus sebagai benang merah
proses mengembangkan kerangka teoritis dan
pemikiran dalam penyusunan tujuan, pengajuan
hipotesis, analisis data dan kesimpulan penelitian.
Perumusan masalah secara umum menjadi:
problema deskriptif, problema komparatif; dan
problema korelatif.
(1) Problema deskriptif: problema untuk mengetahui
status variabel dan mendeskripsikan fenomena
tersebut, sehingga lahirlah penelitian deskriptif
(termasuk survey), penelitian historis, dan
filosofis.
(2) Problema komparatif: problema untuk
membandingkan dua fenomena/variabel atau
lebih. Disini peneliti berusaha mencari
persamaan dan perbedaan fenomena,
selanjutnya mencari arti atau manfaat dari
persamaan dan perbedaan tersebut.
(3) Problema Asosiatif/korelatif: problema untuk
mencari hubungan antara dua fenomena atau
variabel. Problema korelasi ada dua macam, yaitu
korelasi sejajar, dan korelasi sebab akibat.
Ketiga jenis permasalahan ini biasanya dijadikan
dasar peneliti dalam merumuskan judul penelitian.
56 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
Rumusan masalah lebih mudah dipahami dalam
bentuk rumusan kalimat tanya atau kalimat
pernyataan mengenai hubungan/ perbedaan/
perbandingan antara dua variabel atau lebih yang
belum terjawab dengan teori atau penelitian yang
ada. Berdasarkan pengertian tersebut diketahui
bahwa rumusan permasalahan penelitian harus
berupa kalimat yang isinya “mempertanyakan
kesenjangan” yang ditemukan atau yang ingin diuji
peneliti, baik dalam kalimat tanya maupun dalam
kalimat pernyataan. Rumusan kalimat interogatif
bukan suatu keharusan. Dengan kalimat tanya akan
lebih mudah diperoleh sifat-sifat fokus dan spesifik
tentang inti masalah yang dipersoalkan, sebagai
karakteristik yang amat penting dan perlu diungkap
dalam perumusan masalah penelitian.
Setelah sejumlah cara telah dilakukan, tetapi peneliti
kerap mengalami kesukaran dalam merumuskan
masalah penelitian, bisa jadi hal ini dikarenakan:
Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau
tujuan penelitian yang jelas;
Peneliti memperoleh sejumlah data yang terbatas
bahwa hal itu adalah kesenjangan, sehingga hanya
mengandalkan pada yang tersedia; atau
Peneliti merumuskan masalah penelitiannya
terlalu umum (belum teridentifikasi), atau ambigu
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 57
sehingga menyulitkan interprestasi hasil dan
pembuatan kesimpulan penelitian.
Sebagian orang sering mengalami kesulitan dalam
merumuskan masalah yang sudah teridentifikasi
dalam suatu penelitian. Ketidakjelasan rumusan
masalah menjadi awal kesulitan memahami
penelitian. Apalagi bila masalah penelitian
dikacaukan dengan kekeliruan menuliskan rumusan
masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Makin bertambah bila harapan yang besar dari
peneliti agar laporan penelitiannya dapat dibaca dan
mendorong audiens agar tertarik mengambil manfaat
terhadap hasil penelitian yang dikemukakannya.
Karena itu perlu dilatih dan dicoba. Berikut ini contoh
praktis menulis rumusan masalah.
Misalkan, situasi problematik yang dihadapi ialah:
“Rendahnya aktivitas penelitian para dosen di bidang
ilmu Administrasi”.
Sejumlah langkah yang harus dilakukan: persiapan,
konfirmasi awal, konfirmasi akhir, dan formulasi
akhir.
Persiapan
58 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
Formulasikan situasi problematik yang dihadapi
(isunya adalah rendahnya aktivitas dosen dalam
melakukan penelitian bidang administrasi ).
Mengidentifikasi kesenjangan yang ada, misalnya:
dosen sudah memiliki pengetahuan metodologi
penelitian, bahkan seringkali mengajar mata kuliah
metode penelitian, tetapi kenyataannya aktivitas
penelitian yang mereka lakukan masih rendah.
Mempelajari kepustakaan dan sumber informasi
lain berkaitan dengan kenyataan problematik
tersebut. Jelaskan secara rinci dan luas situasi
kajiannya, sehingga semua hal yang
mempengaruhi rendahnya aktivitas penelitian para
dosen dapat diamati.
Pilihlah inti permasalahan apa yang paling utama
atau yang mempengaruhi sub masalah yang lain,
atau paling urgen, atau prioritas. Kemudian
pertajam dengan memformulasikan rumusan
permasalahan penelitian, Misalnya: “Apakah
rendahnya aktivitas penelitian para dosen bidang
ilmu administrasi disebabkan oleh pemahaman
dan penguasaan tentang ‘Metodologi Penelitian’
yang kurang memadai?”
Kalimat rumusan masalah tersebut dapat
dikembangkan sesuai dengan pemilihan metode
penelitian dan jenis data yang sesuai Misalnya,
Bab 4 – Permasalahan Penelitian 59
“Identifikasi terhadap penguasaan metode
penelitian dan aktivitas dosen dalam
melakukan penelitian bidang administrasi di
...” (untuk pendekatan penelitian dengan
metode deskriptif
“Hubungan antara penguasaan metode
penelitian dengan aktivitas dosen dalam
melakukan penelitian bidang administrasi”
(untuk pendekatan penelitian dengan metode
asosiatif/ korelasional)
“Pengaruh penguasaan metode penelitian
terhadap aktivitas dosen dalam melakukan
penelitian bidang administrasi”. (untuk
pendekatan penelitian dengan metode Kausal
komparatif kelompok kuasi eksperimen dan
kontrol)
60 Bab 4 – Permasalahan Penelitian
V. JUDUL PENELITIAN
A. Keterkaitan Judul Penelitian
Cara bekerja yang keliru ketika menulis laporan
penelitian (khususnya skripsi dan proposal)
memulainya dari menulis judul penelitian, baru diikuti
merumuskan masalah, dan selanjutnya. Hal ini
dianggap bahwa dari judul penelitianlah baru bisa
ditarik rumusan masalah. Cara ini hendaknya tidak
dilakukan lagi setelah menyimak tulisan ini.
Struktur bagian-bagian proposal dan tesis di
Indonesia pada umumnya sangat baku, berbeda
halnya bila studi di beberapa negara di luar negeri
(mis. di Australia). Hal ini penting diperhatikan
pedoman penulisan laporan penelitian, proposal,
skripsi, thesis, atau disertasi di setiap lembaga
pendidikan tinggi dimana penulisan itu dilakukan.
Secara struturalis lahirnya judul penelitian ditempuh
dengan urutan berpikir sebagai berikut. Bertolak dari
rumusan masalah, baru kemudian ditentukan judul
penelitiannya. Dimulai dari fakta/ fenomena, fakta
tersebut dianalisis/ diinterpretasi, selanjutnta
mengidentifikasi masalah-masalah yang telah
dianalisis, kemudian merumuskan masalahnya. Dari
Bab 5– Judul Penelitian 61
rumusan masalah inilah, selanjutnya ditentukan dan
lahir judul penelitiannya.
Dimulai dari fakta tersebut mengidentifikasi merumuskan ditentukan
fakta/ dianalisis/ masalah-masalah masalah dan lahir
fenomena diinterpretasi yang telah judul
dianalisis penelitian
Gambar 4. 1 Keterkaitan lahirnya judul penelitian
Masalah yang muncul dalam pikiran peneliti
berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a
perplexing situation) dapat dianggap sebagai titik
sentral dari keseluruhan penelitian. Setelah
merumuskan suatu masalah, sebelum ke judul
penelitian, peneliti dapat menetapkan hipotesis
penelitian.
Judul penelitian memberikan gambaran singkat
kepada pembaca tentang masalah yang diteliti.
Dalam rumusan masalah penelitian, dijabarkan
masalah yang ingin diteliti, termasuk segala rasional
dan alasan di balik pemilihan masalah tersebut.
Sementara di bagian hipotesis penelitian,
disampaikan suatu dugaan terkait masalah tersebut
dan kemungkinan solusinya. Salah satu contoh judul
laporan penelitian yang bisa dipelajari tentang
keterkaitan tiga komponen: rumusan masalah
penelitian, hipotesis penelitian, dan judul penelitian:
Peningkatkan Kemampuan Kasir Supermarket dalam
Pelayanan Pembayaran di Kassa melalui Supervisi
Digital
62 Bab 5 – Judul Penelitian
Dari contoh ini, si peneliti ingin menyampaikan
bahwa ia memilih masalah tertentu. Masalah
tersebut adalah kemampuan Kasir dalam pelayanan
pembayaran di kassa. Peneliti mungkin menganggap
kemampuan kasir selama ini masih rendah. Karena
alasan inilah ia melakukan penelitian. Dalam
rumusan masalah penelitian, ia menjabarkan lebih
lanjut tentang alasan dan rasional diangkatnya
masalah, seperti apa yang membuatnya berpikir
bahwa kemampuan kasir dalam pelayanan
pembayaran di kassa perlu ditingkatkan. Pada
hipotesis penelitian, diampaikan dugaan kenapa
masalah tersebut bisa terjadi dan kemungkinan solusi
yang bisa diberikan. Tentunya, hipotesis ini masih
harus diuji lagi menjadi sebuah kesimpulan
penelitian.
Dengan kata lain, judul penelitian tidak lahir berdiri
sendiri. Judul penelitian muncul karena “tokoh”
sentral yang disebut masalah penelitian. Setelah
mengenali masalah penelitian, merumuskan masalah
penelitian, sekaligus berpikir cara menyelesaikannya
yang dituangkan secara hipotetif, lahirlah judul
penelitian.
Bab 5– Judul Penelitian 63
B. Memilih dan Merumuskan Judul Penelitian
Pada saat membaca judul penelitian, seketika itu pula
pembaca me”reka-reka” interpretasi tentang
gambaran isi penelitian. Sebelum membaca utuh
laporan penelitian, hal termudah menelusuri
referensi penelitian yang diperlukan pembaca adalah
menelusuri judul penelitian. Sebab, judul memuat
atau menggambarkan isi penelitian. Karena itu, hal
penting memiliki pengetahuan dan keterampilan
memilih dan menentukan judul penelitian.
Hindari membuat judul yang tidak relevan dan tidak
menggambarkan penelitian karena pembaca akan
mengerti isi laporan penelitan dengan membaca
judulnya terlebih dahulu. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk memilih dan selanjutnya
menentukan judul penelitian.
Menyesuaikan dengan Topik Penelitan. Jika topik
penelitian yang akan dilakukan sudah dikantongi,
maka cara menyusun judul penelitian lebih mudah,
dibandingkan jika belum memiliki topik sama sekali.
Topik berbeda dengan judul. Topik merupakan pokok
permasalahan yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian atau objek pembahasan yang akan dibahas
dalam penelitian
64 Bab 5 – Judul Penelitian
Sebagian orang menyebut judul sebagai kepala
karangan yang lahir dari penetapan masalah yang
akan diangkat dalam penelitian. Terkadang judul
berubah dalam perjalanan penelitian mengikuti isi
atau topik yang dibahas pada penelitian tersebut.
Penetapan judul di awal biasanya bersifat sementara
dan pemantapannya berada di akhir penelitian. Judul
ini berupa kalimat pernyataan dan terdiri dari kata-
kata yang jelas, singkat, deskriptif, dan tidak
berlebihan.
Membaca Referensi dari Judul Penelitan Terdahulu.
Referensi menjadi sangat diperlukan manakala
kesulitan dan belum terbiasa karena pertama kali
membuat judul penelitian. Referensi tersebut
ditelusuri dengan membaca dan mencari judul dan
topik penelitian yang relevan dengan penelitian yang
hendak dilakukan.
Referensi tentang judul dan topik penelitian
terdahulu dapat ditemukan dengan memanfaatkan
web search engine yang ada di penyedia digital online
seperti google, Bing. Bing (Microsoft), DuckDuckGo,
Yahoo!, Baidu, Yandex, Ask.com., AOL, dan lain-lain.
Dapat langsung mengunjungi portal penyedia jurnal
gratis untuk menemukan berbagai macam judul
penelitian, misalnya google scholar, Directory of
Open Access Journals (DOAJ), ResearchGate,
ScienceDirect, Academia.edu, ProQuest, dan lain-lain.
Bab 5– Judul Penelitian 65
Dapat pula mengunjungi perpustakaan kampus
dengan melihat-lihat bentuk fisiknya
Temukan judul-judul penelitian yang relevan dengan
topik yang akan diangkat di penelitian. Jika sudah
mendapatkan judul yang sesuai, pastikan kembali
bahwa judul tersebut tidak sama persis dengan judul
orang lain. Hindari terjadi plagiasi sekecil apapun.
Menyusun Latar Belakang Masalah jika masih Sulit
menentukan Judul. Apabila masih belum
mendapatkan topik permasalahan, maka judul akan
sulit dirumuskan. Karena itu fokuslah pada topik
permasalahan terlebih dahulu untuk dituangkan
dalam latar belakang masalah.
Seandaianya masih tetap kesulitan menentukan topik
masalah, cobalah amati lingkungan sekitar (suasana
belajar, suasana bekerja, suasana beraktivitas).
Sebab, masalah sesungguhnya ditemukan tidak jauh
dari sekitar suasana tadi di mana peneliti beraktivitas.
Menentukan Sumber Data secara Tepat. Setiap
penelitian tentu memiliki sumber data sebagai acuan
untuk mendapatkan informasi yang akan dianalisis
demi kebutuhan penelitian. Sumber data bisa
berupa lokasi tempat (seperti kantor, situs sejarah,
pusat kegiatan masyarakat); bahan bacaan atau
media informasi (seperti buku, koran, majalah); atau
mungkin sekumpulan orang yang membentuk entitas
atau komunitas. Sumber data tersebut akan
memberi jalan hingga harus memilih dari sejumlah
66 Bab 5 – Judul Penelitian
judul yang dapat ditemukan, tinggal memilih satu
yang paling sesuai untuk judul penelitian.
Mengandalkan Sasaran yang Dituju sebagai Fokus
Masalah. Dengan bersandar pada sumber data dan
ditemukan masalah yang akan diselesaikan, maka
fokus pada sasaran masalah itulah yang biasanya
menjadi alasan sebuah judul bisa ditentukan.
Mengandalkan Isu, sumber data, dan dampak yang
mungkin timbul dari fokus masalah yang akan dikaji/
diselesaikan, maka dapat ditentukan sasaran yang
dituju. Sasaran inilah biasanya yang menginspirasi
sebuah judul dapat dirumuskan.
Mengembangkan Penelitian Terdahulu. Terkadang
sangat kesulitan mendapatkan ide lagi untuk
merumuskan judul, maka mengembangkan penelitian
yang telah ada dapat membantu menginspirasi
lahirnya judul penelitian. Hanya perlu melakukan
perubahan pada beberapa variabel atau lokus atau
tindakan penelitian. Sepanjang perubahan itu
memang dibuat dengan berbeda dari penelitian yang
sudah ada, maka dipastikan pengembangan
penelitian tersebut bukan sebuah plagiasi. Tentu
saja, jastifikasi pun diperlukan dari pembimbing
penelitian, agar meyakinkan bahwa hal tersebut
bukan plagiasi.
Merumuskan Judul Penelitian.
Bab 5– Judul Penelitian 67
Judul yang baik dapat mempertimbangkan hal-hal
berikut ini.
menggunakan bahasa yang menarik minat
pembaca untuk membaca secara mendalam dan
menindaklanjutinya, tetapi mengindahkan
kebakuan bahasa yang digunakan;
peneliti tidak mendapatkan kesulitan melakukan
penelitian dari judul yang diangkatnya;
ditulis singkat, menggunakan kalimat deklaratif
yang efektif, dan konsisten dengan fokus
permasalahan, dan menggambarkan keseluruhan
komponen penelitian seperti jenis dan sifat
penelitian, subjek penelitian, objek penelitian,
tempat penelitian, dan kapan penelitian tersebut
dilakukan.
Beberapa contoh (tidak harus baku seperti ini)
Isu untuk mengetahui status dan mendeskripsikan
fenomena. (Mis. “Studi tentang ...” )
Berkehendak mengetahui keadaan sesuatu
mengenai apa, bagaimana, berapa banyak,
seberapa jauh, dan lain-lain (Mis. “Penelitian
tentang pendapat ...” )
Isu untuk membandingkan dua fenomena atau
lebih (Mis. “Perbandingan antara ...” )
Isu untuk mendapatkan kesimpulan tentang
korelasi atau hubungan antar variabel (Mis.
“Hubungan antara ...” )
68 Bab 5 – Judul Penelitian
Isu untuk mengetahui pengaruh sesuatu terhadap
hal lain (Mis. “Pengaruh ... terhadap ...” )
Pada beberapa kondisi dan pedoman penulisan karya
tulis ilmiah berbentuk proposal, skripsi, thesis, atau
desertasi di lembaga pendidikan tinggi tertentu,
format seperti yang dikemukakan penulis tidak
dianjurkan. Sebab, hal tersebut bisa menimbulkan
kekakuan dan membatasi dalam mengeksplorasi
judul serta penelitian secara keseluruhan. Karena itu,
ada baiknya membaca beberapa literatur dari negara
lain terkait rumusan judul penelitian.
Bab 5– Judul Penelitian 69
VI. KERANGKA PEMIKIRAN DAN KAJIAN TEORI
A. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir dalam laporan penelitian atau karya
tulis ilmiah pada umumnya dibuat penulis untuk
memudahkan proses penelitian dan mendapatkan
hasil penelitian. Kerangka pikir merupakan dasar
pemikiran yang memuat perpaduan antara teori dan
fakta empiris, observasi, dan kajian kepustakaan,
yang dijadikan benang merah proses penelitian. Pada
kesempatan ini, ada baiknya disajikan beberapa buah
pikir para pakar penelitian tentang apa itu kerangka
berpikir penelitian.
Kerangka berpikir adalah model konseptual
yang dimanfaatkan sebagai teori yang ada
kaitannya dengan beberapa faktor yang
diidentifikasi sebagai masalah penting
(Sugiyono, 2003)
Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang
menjelaskan secara garis besar alur logika
berjalannya sebuah penelitian. Kerangka
pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian (research question), dan
merepresentasikan suatu himpunan dari
beberapa konsep serta hubungan diantara
70 Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori
konsep-konsep tersebut (Polancik, G dalam Neli
Aristin dan Dwi Maharani , 2017)
Karena kerangka pemikiran ada yang lebih
menafsirkannya sebagai alur logika sistematika proses
metodologi penelitian, maka bentuknya berupa dari
diagram alir yang saling terhubung mengaitkan
antarvariabel penelitian. Ketika disatukan, aliran
tersebut membentuk jalan cerita yang logis dan
mudah dipahami sebagai simplikasi penelitian yang
dilaksanakan. Diagram alir atau sering disebut juga
sebagai bagan merupakan paradigma atau model
penelitian.
Pada suatu paradigma penelitian terkandung
variabel-variabel yang dijelaskan secara khusus dan
relevan dengan permasalahan yang diteliti. Karena
itulah, kerangka pikir penelitian secara sederhana
merupakan alur jawaban terhadap masalah
penelitian.
Pada laporan penelitan (karya tulis ilmiah) berbentuk
tesis atau skripsi, kerangka pikir biasanya diletakan
setelah bab yang membahas tentang kajian teori dan
sebelum hipotesis (bila ada).
Sejumlah pakar penelitian mengemukakan cara atau
langkah-langkah membuat kerangka pemikiran.
Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori 71
(1) Mengidentifikasi dan Menetapkan Variabel
Penelitian. Peneliti perlu menetapkan terlebih
dahulu apa variabel-variabel yang ada dalam
penelitiannya. Bagi penulis penelitian pemula,
seringkali kesukaran menemukan variabel
penelitiannya. Cobalah lihat kembali judul penelitian
yang diketengahkan. Pada judul tersebut terdapat
variabel dalam bentuk atribut penelitian dan lokus
penelitian.
Variabel sendiri dimaknai sebagai proses kategorisasi
atribut-atribut penelitian secara logis, seperti:
perlakuan (treatment) penelitian, bentuk jenis dan
data (misalnya usia, ukuran, lama sesuatu, tempat,
dan lain-lain) dari objek penelitian. Menurut
macamnya, variabel dibedakan berdasarkan: sifatnya;
hubungannya antar variabel; atau tipe skala
pengukurannya.
Berdasarkan hubungan antarvariabel dikenal variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas adalah suatu
variabel yang apabila dalam suatu waktu berada
bersamaan dengan variabel lain, maka (diduga) akan
dapat berubah dalam keragamannya. Variabel bebas
ini bisa juga disebut dengan variabel pengaruh,
variabel perlakuan, variabel kuasa, treatment
variable, independent variable, dan biasa disingkat
72 Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori
dengan variabel X (mengacu pada sumbu X untuk
fungsi (x) pada koordinat kartesius dalam
matematika). Menurut Yusuf, A. Muri (2014)
variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi,
menjelaskan, menerangkan variabel yang lain.
Sementara itu, variabel bebas dimaknai sebagai
variabel yang berpengaruh atau yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada variabel lainnya. Suatu
perubahan yang terjadi pada suatu variabel terikat
dianggap terjadi karena adanya perubahan pada
variabel bebas ini.
Lain halnya dengan variabel bebas, variabel terikat
dimaknai sebagai variabel yang dipengaruhi,
dijelaskan, atau diterangkan oleh variabel oleh
variabel lain (yaitu varibel bebas). Perubahan pada
variabel terikat dianggap merupakan suatu akibat dari
adanya perubahan pada variabel bebas.
Berdasarkan sifatnya dikenal variabel dinamis dan
variabel statis. Adapula variabel berdasarkan urgensi
atau penting tidaknya sebuah instrumen dalam
pengumpulan data penelitian, ayitu variabel
konseptual dan variabel faktual. Berikutnya ada yang
disebut variabel berdasarkan tipe skala
pengukurannya, yaitu variabel nominal dan variabel
kontinum
Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori 73
(2) Mengetahui Hubungan Antarvariabel. Variabel
yang telah diidentifikasi tadi ditelisik lebih jauh lagi
tentang hubungan yang mungkin terjadi antarvariabel
tersebut. Berdasarkan hubungan antarvariabel
dikenal variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable). Hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat dalam
penelitian berupa hubungan asimetris, simetris, dan
timbal balik atau sebab-akibat (kausal atau resiprokal)
Hubungan asimetris antarvariabel penelitian adalah
hubungan antara satu variabel dengan beberapa
variabel bebas atau dengan variabel terikat. Terdapat
dua jenis hubungan asimetris, yaitu Hubungan
variabel asimetris bivariat dan hubungan variabel
asimetris mutlivariat.
Hubungan variabel asimetris bivariat adalah
hubungan antar variabel yang terjadi menyangkut
hanya dua variabel. Contohnya diperlihatkan pada
judul penelitian: “Hubungan antara Kecerdasan
Emosional dengan Prilaku Belajar Mahasiswa”.
Kecerdasan Emosional sebagai variabel bebas (X),
sedangkan Prilaku Belajar Mahasiswa sebagai
variabel terikat (Y).
74 Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori
X1
Y
Gambar 6.1 X2
Kerangka pikir hubungan antar variabel asimetris
bivariat (dua variabel bebas)
Hubungan variabel asimetris multivariat adalah
hubungan antar variabel yang terjadi menyangkut
tiga variabel atau lebih. Contohnya adalah
“Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Disiplin, dan
Motivasi Bekerja dengan Kinerja Pegawai”. Variabel
bebasnya adalah Tingkat Pendidikan (X1), Disiplin
(X2), dan motivasi bekerja (X3), sedangkan variabel
terikatnya adalah Kinerja Pegawai (Y).
X1
X2 Y
X3
Gambar 6.2 Kerangka pikir hubungan antar variabel asimetris
multivariat (tiga variabel bebas)
Hubungan variabel simetris bivariat berarti hubungan
antara dua variabel, tetapi variabel yang satu bukan
disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Dua variabel dalam hubungan simetris mempunyai
kecenderungan arah yang sama. Contohnya terdapat
Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori 75
penelitian dengan judul “pengaruh kualifikasi
akademik terhadap volume kerja dan durasi kerja”.
Hubungan simetris dari variabel yang ada pada
penelitian ini adalah pada volume kerja dan durasi
kerja. Keduanya saling berhubungan tetapi tidak
saling mempengaruhi.
Y1
X
Gambar 6.3 Y2
Kerangka pikir hubungan antar variabel simetris
bivariat
Hubungan timbal balik atau sebab-akibat (kausal)
berarti suatu variabel dapat menjadi penyebab
sekaligus akibat bagi variabel lainnya. Contohnya
variabel motivasi kerja dengan tingkat kepuasan kerja
pegawai. Kedua variabel tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain.
(3) Memperkuat Referensi. Kegiatan penelitian
memerlukan referensi yang cukup tentang teori dan
bukti dari hasil penelitian terdahulu yang relevan
guna menguatkan keyakinan tentang kebenaran
proses dan hasil penelitian yang ditempuh.
Referensi dapat diperoleh dari laporan penelitian
terdahulu yang relevan, jurnal, majalah ilmiah, hasil
76 Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori
wawancara dan jajak pendapat, atau dari web
searching site secara on line (google scholar, Doaj.org,
Researchgate.net, dan lain-lain). Proses
mengumpulkan dan mengidentifikasi literatur atau
referensi dapat dilakukan dengan membuat
kumpulan resumenya dengan cara ditulis atau secara
digital memanfaatkan aplikasi digital seperti
Mendeley Citation and Reference Manager.
(4) Memaparkan Argumen. Pendapat yang logis
didasarkan pada data dan fakta empiris hasil
penelusuran referensi menjadi pelengkap kerangka
pikir penelitian. Argumen tersebut dipaparkan
dengan cara mengaitkan informasi dari referensi
dengan variabel yang sudah ditentukan sebelumnya.
Langkah keempat ini sekaligus sebagai upaya peneliti
meyakinkan penerima manfaat dan pembaca laporan
hasil penelitiannya untuk memberi dukungan pada
penelitian yang telah/ akan dilakukannya.
(5) Menggambar Kerangka Pikir. Tahap akhir dalam
pembuatan kerangka pikir adalah menggambar
kerangka pikir itu sendiri. Sebagaimana dipaparkan
di awal bahwa sejumlah pendapat menyederhanakan
kerangka pikir penelitian lebih mudah dipahami
dalam bentuk bagan atau diagram. Bagan tersebut
merupakan gambaran hubungan logis semua variabel
Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori 77
yang ada pada penelitian disertai dengan argumen
kuat peneliti berdasarkan penelusuran referensi
tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang
relevan. Contoh Kerangka Pemikiran
Manajer Karyawan
Proses Produksi
Penerbitan Buku
Template Mesin/ Hardware Template
Lama Kreativitas Baru
Masalah
Menggunakan Menyediakan
Template Lama Mengatasi Masalah Template Baru
Gambar 6.4 Contoh Kerangka pikir Penelitian tentang Proses
Produksi Penerbitan Buku
B. Kajian Teori
Salah satu unsur yang penting dan harus ada di dalam
sebuah karya tulis ilmiah, baik berupa proposal,
skripsi, tesis, disertasi, jurnal, atau laporan penelitian
lainnya adalah kajian teori. Kajian teori suatu
penelitian atau biasa disebut landasan teori; atau
tinjauan pustaka; atau studi literatur merupakan
serangkaian konsep, definisi, atau perspektif lainnya
78 Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori
tentang satu hal yang mendasari dilaksanakannya
suatu penelitian.
Penulisan kajian teori hendaknya terstruktur rapih
dengan mengedepankan kebenaran suatu teori atau
argumen hasil berpikir atau hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan. Struktur
penulisan kajian teori terkadang berbeda
pedomannya yang dikeluarkan oleh lembaga
penyelenggara dimana suatu laporan penelitian atau
karya tulis ilmiah itu dibuat. Secara format
memungkinkan setiap perguruan tinggi atau lembaga
penelitian mengeluarkan pedoman yang berbeda
dalam struktur penulisan kajian teori. Akan tetapi,
hakikatnya bahwa kajian teori semestinya berisi
tentang adopsi satu atau lebih teori mendasar yang
relevan dengan penelitian.
Kajian teori mendefinisikan variabel yang
teridentifikasi dalam sebuah penelitian sekaligus
menjadi penjelasan formal secara teoritik tentang
variabel tersebut. Bila penjelasan formal secara
teoritik telah didapatkan peneliti, maka peneliti dapat
mengemukakan dugaan sementara atau hipotesis
seandainya penelitian itu memerlukan adanya
hipotesis. Jadi, logikanya hipotesis penelitian muncul
manakala sejumlah teori telah dikantongi peneliti.
Karena itu, pada penulisan proposal penelitian letak
Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori 79
hipotesis biasanya setelah kajian teori disampaikan
penulis.
Kajian teori perlu ditulis dengan baik dan benar sesuai
kaidah penulisan yang berlaku. Biasanya lembaga di
mana laporan penelitian itu dibuat telah
menyediakan pedoman penulisan terlebih dahulu
yang lengkap dengan kaidah tata tulis dan format
penulisan. Penulis laporan penelitian perlu
mempelajari terlebih dahulu pedoman tersebut
secara utuh dan mematuhinya agar sekecil mungkin
tidak disalahkan saat bimbingan penulisan. Berikut ini
cara yang umum dilakukan untuk menulis kajian teori
yang baik dan benar.
(1) Mengidentifikasi dan Menetapkan Variabel
Penelitian. Peneliti harus jeli mengidentifikasi
variabel penelitiannya. Variabel tersebut dapat
diketahui macamnya, baik menurut sifat;
hubungannya antarvariabel; maupun tipe skala
pengukurannya.
(2) Sumber Referensi. Buku, laporan penelitian,
jurnal, artikel ilmiah, publikasi ilmiah, glosarium, atau
ensiklopedia dapat dijadikan sumber referensi.
Sumeber referensi ini menjadi landasan bekerja
sekaligus sebagai pembanding terhadap penelitian
yang akan dilakukan.
80 Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori
Referensi yang relevanlah yang menjadi pilihan untuk
dijadikan referensi penelitian. Referensi yang relevan
akan membantu peneliti memuluskan penelitiannya
menjadi lebih kuat, dapat dipertanggungjawabkan,
dan menarik untuk dibaca khalayak.
(3) Membandingkan Variabel-Variabel. Bagian dari
kajian teori adalah membandingkan variabel-variabel
penelitian yang dilakukan. Kegiatan membandingkan
tersebut dalam bentuk: menentukan kedudukan
variabel-variabel yang dalam penelitian; menjelaskan
secara teori kedudukan variabel itu; sekaligus
memaparkan isi variabel tersebut berdasarkan
kronologi maupun dampak
(4) Menulis Kajian Teori Menggunakan Kaidah
Ilmiah. Penulisan tentang referensi dan rujukan teori
maupun hasil penelitian harus dilakukan dengan
menerapkan penulisan berdasarkan kaidah ilmiah
yang ada. Terdapat sejumlah aturan normatif
penulisan kajian teori menurut versi: APA (American
Psychological Association) Style; MLA (Modern
Language Association) Style; CHICAGO dan
TURABIAN Style; AMA (American Medical Association)
Styles; dan IEEE (Institute of Electrical and Electronics
Engineers) Citation Style. Beberapa gaya penulisan
sebagaimana dituliskan di atas perlu dipelajari
peneliti yang hendak menulis laporan hasil penelitian
Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori 81
maupun proposal penelitiannya. Hal-hal seperti
bagaimana menulis kalimat langsung atau kalimat
tidak langsung suatu cutatan atau pernyataan
seseorang; bagaimana mencantumkan citasi;
bagaimana menulis tahun dan halaman referensi
merupakan keterampilan menulis kajian teori yang
harus dimiliki penulis proposal/ laporan penelitian.
(5) Memaparkan selftheory. Hasil dari kajian teori
dan hasil penelitian menelurkan teori atau
kesimpulan teori yang mencirikan dasar penelitian
yang dilakukan. Dengan menggunakan bahasa
sendiri, selftheory dikemukakan untuk menguatkan
mengapa penelitian ini dilakukan. Menuangkan
tulisan dengan kalimat efektif sesuai kaidah penulisan
ilmiah dibutuhkan untuk menjelaskan pentingnya isu
penelitian ini diangkat dan diselesaikan sesuai
variabel penelitian yang telah dikupas pada bagian
sebelumnya dalam kajian teori ini.
82 Bab 6 – Kerangka Pemikiran dan Kajian Teori
84 Bab 7 – Hipotesis Penelitian
VII. HIPOTESIS
A. Kegunaan Hipotesis
Hypo artinya sebelum dan tesis artinya
pernyataan/pendapat. Secara bebas dimaknai
sebagai pernyataan yang belum diuji secara empirik.
Secara umum merupakan jawaban atau kesimpulan
sementara secara rasional (teoritik) terhadap
rumusan masalah penelitian yang kebenarannya
harus diuji melalui suatu analisis data yang diperoleh
secara empiris.
Hipotesis muncul setelah diperoleh rumusan masalah
dan tujuan penelitian ditetapkan serta dikuatkan oleh
kajian teori tentang variabel-variabel penelitian.
Jadi, hipotesis adalah dugaan atau jawaban
sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan-
pertanyaan penelitian. Disebut sebagai jawaban
sementara atas perumusan masalah yang
dikemukakan karena pernyataan hipotesis
merupakan jawaban yang didasarkan pada kajian
teori semata. Jawaban yang sesungguhnya baru
diperoleh setelah dilakukan proses penelitian.
Sebagai contoh, bila pada rumusan masalah
disebutkan bahwa variabel X mempengaruhi variabel
Y. Kemudian tujuan penelitian adalah ingin
Bab 7 – Hipotesis Penelitian 85
mengungkap atau mencari jawaban atas adanya
pengaruh variabel X terhadap Y. Selanjutnya secara
teori dikaji dan diperoleh beberapa hasil penelitian
sebelumnya yang relevan terhadap terjadinya
pengaruh Y yang disebabkan oleh X, sehingga teori
menguatkan langsung atau tidak langsung terdapat
pengaruh X terhadap Y. Dibuatlah pernyataan
hipotesis yang menyebutkan bahwa Variabel X
berpengaruh terhadap Variabel Y.
Hipotesis merupakan proposisi berbentuk pernyataan
yang harus diuji secara empiris. Sebab, pernyataan
proposisi bukan lagi berupa konsep, namun berupa
alih-alih variabel tentang konsep atau construct yang
menjelaskan atau memprediksi fenomena. Hasil
pengujian empiris terhadap proposisi merupakan
ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,
disangkal, atau diuji kebenarannya.
Hipotesis berfungsi untuk memberikan batasan serta
mempersempit ruang lingkup penelitian, agar lebih
fokus dan tidak melebar kemana-mana. Dengan
ruang lingkup penelitian yang sempit akan
mempermudah pengumpulan dan pengolahan data.
Data yang dikumpulkan terhindar dari data sampah
yang tidak perlu, dan fokus pada data yang relevan
dan benar-benar diperlukan saja.
86 Bab 7 – Hipotesis Penelitian
Dari hipotesis yang baik dapat diketahui macam,
jumlah, dan hubungan variabel penelitian. Dapat
diketahui pula mana variabel bebas dan terikatnya,
serta variabel tak bebas yang harus dikontrol.
Menurut Nasution, S. (2000), hipotesis berfungsi
untuk menguji kebenaran teori; memberikan gagasan
baru untuk mengembangkan suatu teori; dan
memperluas pengetahuan penelitian mengenai suatu
gejala yang sedang dipelajari.
B. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang baik setidaknya memiliki karakteristik
sebagai berikut.
• Rumusannya mudah dipahami serta memuat
paling tidak variabel-variabel permasalahan
penelitian. Apakah variabel-variabel itu
dihubungkan, diperbandingkan, ataukah diuji
keberpengaruhannya.
• Hendaknya memiliki nilai prediktif (mengandung
dugaan yang sesuai dengan kajian literatur).
• Bersifat konsisten (maksudnya, jika ada penelitian
sejenis sebelumnya, maka tidak bertentangan),
Bab 7 – Hipotesis Penelitian 87
• Harus dapat diuji (setidaknya menggunakan
statistik inferensial).
• Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel
mandiri, perbandingan keadaan variabel pada
berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada
umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan.
• Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga
tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
• Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan
metode-metode ilmiah.
• Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan
penelitian;
• Berupa pernyataan yang dirumuskan berdasarkan
teori-teori yang lebih kuat dengan maksud untuk
diuji secara empiris.
Dikenal beberapa hipotesis yang dibedakan menurut
suatu cara pembagian tertentu.
• Ditinjau dari lingkup pembagian besar kecilnya
variabel, terdapat hipotesis mayor dan hipotesis
deduktif.
• Berdasarkan bentuknya, dikenal hipotesis
deskriptif, hipotesis jika-maka, hipotesis
88 Bab 7 – Hipotesis Penelitian
komparatif, dan hipotesis asosiatif/hubungan.
Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah deskriptif; hipotesis
komparatif merupakan jawaban sementara
terhadap masalah komparatif; dan hipotesis
asosiatif adalah merupakan jawaban sementara
terhadap masalah asosiatif/hubungan
• Ada pula hipotesis yang dibedakan menurut
rumusannya dalam suatu penelitian, yaitu
hipotesis nol (hipotesis statistik) dan hipotesis
kerja (hipotesis penelitian/ hipotesis deklaratif/
hipotesis alternatif).
Jenis hipotesis menurut pembagian terakhir inilah
yang perlu mendapat perhatian lebih dari setiap
peneliti. Sebab, hipotesis kerja/ hipotesis penelitian
adalah rumusan hipotesis yang disusun peneliti dalam
penelitiannya, sedangkan hipotesis nol atau hipotesis
statistik adalah hipotesis bandingan dari hipotesis
kerja yang diuji peneliti dengan menggunakan
penghitungan statistik.
Perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan
hipotesis statistik. Hipotesis statistik itu ada, bila
penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian
tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis
statistik. Ingat bahwa hipotesis itu berupa jawaban
sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis
Bab 7 – Hipotesis Penelitian 89
yang akan diuji ini dinamakan hipotesis kerja. Sebagai
lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja
disusun berdasarkan atas teori yang dipandang
handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena
yang digunakan masih diragukan kehandalannya.
Selanjutnya, hipotesis nol dan hipotesis kerja di atas,
masing-masing terbagi menjadi hipotesis terarah
(directional) dan hipotesis tidak terarah (non
directional). Merumuskan hipotesis terarah dan
hipotesis tidak terarah dengan baik menjadi penting
bagi seseorang yang tengah menulis skripsi atau
penelitian ilmiah lainnya.
Gulo, W. (2002) berpendapat bahwa untuk menyusun
dan merumuskan hipotesis perlu diperhatikan:
Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat
itu bersifat positif dan tidak normatif. Istilah-istilah
seperti seharusnya atau sebaiknya tidak terdapat
dalam kalimat hipotesis; Variabel yang dinyatakan
dalam hipotesis adalah variabel yang operasional,
dalam arti dapat diamati dan diukur; dan Hipotesis
menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-
variabel.
Terdapat pendapat lain dalam hal merumuskan
hipotesis, yaitu yang dikemukakan Muchlisin, Riadi
(2016). Menurutnya hipotesis dapat dirumuskan
dengan dua cara, yaitu cara induktif dan cara
90 Bab 7 – Hipotesis Penelitian
deduktif. Berpikir deduktif disederhanakan sebagai
berpikir dari umum ke khusus. Hipotesis ditarik dari
sesuatu yang umum bersifat teori. Sedangkan teori
memuat proposisi-proposisi yang berupa postulat-
postulat. Dari proposisi dan postulat ini tersusun
hipotesis.
Bab 7 – Hipotesis Penelitian 91
92 Bab 8 – Pengumpulan Data
VIII. PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
Bagian penting lainnya dalam proses penelitian
adalah yang berkenaan dengan data penelitian.
Sebab, inti suatu penelitian adalah terkumpulnya
data atau informasi, kemudian data tersebut diolah
oleh atau dianalisis, dan akhirnya hasil analisis itu
diterjemahkan atau diinterpretasikan sebagai
kesimpulan penelitian.
A. Menentukan Prosedur Pengumpulan Data
Setelah informasi yang diperlukan ditetapkan,
langkah berikutnya adalah menentukan cara-cara
pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang
diperlukan, yakni instrumen pengumpul data dan
sumber datanya, yaitu dari mana informasi itu
diperoleh. Instrumen atau alat pengumpul data yang
dapat digunakan dalam penelitian deskriptif antara
lain adalah tes, wawancara, observasi, kuesioner,
sosiometri, dan sebagainya. Penggunaan jenis alat
tersebut sangat bergantung pada jenis data yang
akan dikumpulkan.
Dalam kesempatan ini, kegiatan pengumpulan data
dibagi menjadi: bagaimana cara mengumpulkan
data?; dan bagaimana instrumen penelitiannya?. Dua
Bab 8 – Pengumpulan Data 93
kegiatan pengumpulan data tersebut terbagi dalam
beberapa bentuk yang sesuai dengan jenis metode
dan tujuan penelitian.
B. Cara Mengumpulkan Data
Sensus atau Sampling atau Studi Kasus ?
Yang dimaksud cara mengumpulkan data penelitian
adalah proses diperolehnya data dari sumber data,
sedangkan sumber data adalah subjek dari penelitian
dimaksud. Paling tidak, terdapat tiga cara yang
ditempuh peneliti untuk mengumpulkan data dari
subjek penelitian, yaitu cara sampling, cara sensus,
dan studi kasus
Dalam sensus, pengumpulan data yang diperlukan
dilakukan terhadap seluruh populasi yang cirinya
hendak diketahui
Cara sampling paling sering digunakan dalam
penelitian. Dalam metode ini, pengumpulan data
dilakukan dari sebagian populasi yang dianggap
mewakili keseluruhan ciri populasi yang dikehendaki.
Dalam studi kasus, penelitian dilakukan terhadap satu
aspek tertentu yang telah ditentukan. Pengumpulan
datanya juga dilakukan terhadap sebagian populasi
94 Bab 8 – Pengumpulan Data
yang mewakili (yang hendak diteliti). Hasil penelitian
(kesimpulan) yang diperoleh dengan metode ini tidak
dapat digeneralisasikan, tetapi merupakan nilai
khusus (specific value ) darin penelitian itu sendiri.
Cara sensus adalah cara mengumpulkan data dari
populasi dengan mengambil seluruh anggota populasi
itu untuk diambil datanya. Pada Sensus, data di mana
seluruh elemen populasi diselidiki satu per satu. Jadi,
data yang diperoleh dapat menunjukkan ciri
keseluruhan populasi yang sebenarnya. Penggunaan
metode ini membutuhkan biaya tinggi, waktu dan
tenaga yang relatif banyak. Data yang diperoleh
sebagai hasil pengolahan sensus disebut data yang
sebenarnya (true value), atau sering disebut
parameter. Contohnya, hasil sensus penduduk
Indonesia tahun 1980 memberikan data sebenarnya
mengenai penduduk Indonesia yang meliputi
jumlahnya menurut umur, menurut jenis kelamin,
menurut lapangan kerja, menurut agama dan
pendidikan.
Cara sampling adalah cara mengumpulkan data dari
populasi dengan mengambil sebagian saja anggota
populasi, tetapi sebagian anggota yang dipilih itu
(harus) diasumsikan merepresentasikan populasinya.
Data yang diperoleh dari hasil sampling merupakan
data perkiraan (estimate value). Jadi jika dari 1000
Bab 8 – Pengumpulan Data 95
perusahaan hanya akan diselidiki 100 saja, maka
penyelidikannya merupakan suatu perkiraan.
Misalnya perkiraan jumlah karyawan, perkiraan
jumlah produksi, perkiraan jumlah modal, perkiraan
rata-rata gaji karyawan per bulan dan lain-lain. Data
yang diperoleh sebagai hasil pengolahan sampling
disebut statistik.
Dibandingkan dengan sensus, pengumpulan data
dengan cara sampling membutuhkan biaya yang jauh
lebih sedikit, memerlukan waktu yang lebih cepat,
tenaga yang tidak terlalu banyak, dan dapat
menghasilkan cakupan data yang lebih luas serta
terperinci. Cara ini lebih disukai dengan
pertimbangan biaya dan waktu serta penelitian yang
bersifat mendesak. Kedua cara mengumpulkan data
itu masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya sesuai dengan tujuan penelitian,
metode penelitian, kondisi populasi, dan keefektifan/
efisiensi kegiatan penelitian.
Cara sensus baik dilakukan bila sesuai dengan hal-hal
berikut.
Tingkat presisi karakteristik subjek penelitian sangat
diutamakan (seperti jumlah, jenis, waktu, dan
ukuran). Misalnya, pada kegiatan sensus penduduk,
sensus ekonomi, sensus pajak, dan lain-lain.
96 Bab 8 – Pengumpulan Data
Ukuran populasinya cukup kecil. Bila jumlah populasi
sedikit, sempit, sebentar, maka cara sensus tepat
diterapkan. Misalnya, pada penelitian kelas atau
penilaian diri bagi para pembuat kebijakan di
lingkungan kantor.
Pada dasarnya, penelitian dengan cara sensus lebih
baik daripada cara sampling. Sebab, cara sensus lebih
merepresentasikan populasinya. Meskipun demikian,
seperti dikemukakan di atas, pada hal-hal tertentu
cara sampling bisa lebih efektif dan efisien daripada
cara sensus.
Cara sampling cocok dilakukan bila sesuai dengan hal-
hal berikut.
(1) Kehomogenan populasi terlihat jelas
Bila populasi yang seluruhnya homogen, data cukup
diambil dan sebagian anggota populasinya saja.
Sebab, sebanyak apa pun jumlah sumber data yang
diambil, hasilnya sudah homogen dengan populasi.
Hal ini berarti sudah dapat mewakili populasi.
Contohnya, bila populasinya bubur kacang satu kuali
besar, maka untuk mencicipinya tidak perlu seluruh
bubur kacang satu kuali besar, cukuplah satu sendok
saja.
(2) Kondisi populasinya tidak mempunyai batas
Bab 8 – Pengumpulan Data 97
Bila jumlah dan waktu pertumbuhan populasi tidak
ada batas akhirnya, maka pengumpulan data dengan
cara sampling lebih baik daripada cara sensus. Sebab,
pengambilan dengan cara sensus mungkin tidak
pernah tuntas, mengingat subjeknya terus bertambah
dan terus berlangsung setiap waktu. Misalnya, bila
hendak meneliti kegiatan pergerakan awan cumulus
setiap hari, cukuplah beberapa hari saja yang diamati.
(3) Untuk menghemat waktu dan biaya
Penelitian yang mengharuskan cepat selesai dengan
biaya yang sedikit, sebaiknya ditempuh dengan cara
sampling. Misalnya, penelitian untuk menemukan
obat penangkal bagi penderita suatu penyakit
tidaklah harus seluruh penderita dikumpulkan.
(4) Beresiko merugikan subjek penelitian
Bila hendak menguji kualitas nyala korek api yang
dihasilkan pabrik korek api A, maka bukan berarti
seluruh korek api yang diproduksi pabrik A diambil
sampelnya untuk diuji.
Teknik sampling dikenal dua cara, yaitu cara random
(acak) dan bukan random. Teknik sampling non
random tidak memberikan peluang yang sama pada
setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi
anggota sampel. Teknik random cocok diterapkan
98 Bab 8 – Pengumpulan Data