The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Keteladanan Guru Dalam Novel "Laskar Pelangi" Karya Andrea Hirata

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Siti Aminah, 2023-07-01 02:10:06

Penelitian Pustaka

Keteladanan Guru Dalam Novel "Laskar Pelangi" Karya Andrea Hirata

PENELITIAN PUSTAKA (LIBRARY RESEARCH) KETELADANAN GURU DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA OLEH : SITI AMINAH, Pd SD MUHAMMADIYAH 1 TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2022


ii ABSTRAK Aminah, Siti. 2022. Keteladanan Guru Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan terhadap novel laskar pelangi karya Andrea Hirata bertujuan untuk mengetahui keteladanan guru apa sajakah yang terkandung didalamnya. Keteladanan guru merupakan salah satu aspek pentiing dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan. Guru sebagai sosok yang diguguh (dipercaya ucapannya) dan ditiru (diteladani perbuatannya) diharapkan dapat memberikan keteladanan yang baik bagi muridnya. Keteladanan yang baik memberikan pengaruh positif kepada jiwa dan pikiran peserta didik. Dalam penelitian ini, jenis yang digunakan adalah studi kepustakaan (Library Research) yang bersifat deskriptif kualitatif dengan obyek penelitian keteladanan guru yang terkandung dalam novel laskar pelangi. Tenik pengumpulan data yang digunakan adalah dokementasi dengan penelaahan katakata yang mengandung unsur keteladanan guru dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata. Kemudian dianalis dengan teknik content analysis atau kajian isi. Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang keteladanan guru yang terdapat dalam novel laskar pelangi, dapat disimpulkan sebagai berikut: Kasih sayang, kasih sayang yang diberikan oleh Pak Harfan dan Bu Muslimah adalah kasih sayang yang tulus sebagai pendidik yang memiliki tugas tidak hanya sebagai pentransfer ilmu, tetapi juga pelindung bagi anak didiknya. Ikhlas, Keikhlasan yang digambarkan dalam laskar pelangi adalah jiwa rela membimbing dan mendorong siswanya dalam rangka mencapai keridhaan Allah Swt. Disiplin, sikap disiplin yang dicontohkan bukan sekedar intruksi, melainkan aplikasi sekaligus pengawasan secara kontinu. Sabar, sikap keteguhan hati yang dicontohkan adalah kekurangan bukan menjadi penghalang, akan tetapi menjadi sebuah motivasi untuk menjadi yang terbaik.


iii KATA PENGANTAR Segala puji adalah milik Allah Subhanahuwata’ala. Dia-lah dzat yang telah memberikan kita segala nikmat karunia yang tak terhingga. Ucapan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Sang Penggenggam jagat raya yang telah memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada idola utama umat Islam yaitu Nabi Muhammad Saw beserta keluarga. Penelitian yang berjudul “Keteladanan Guru Dalam Novel Laskar Pelangi” ini disusun untuk menambah koleksi Perpustakaan Ar-Rasyiid SD Muhammadiyah 1 Tenggarong. Jazakumullahu khairu jaza. Semoga segala kebaikan dan keberkahan mengiringi setiap niat, langkah, dan perjuangan yang telah diberikan, serta mendapatkan balasan terbaik dari-Nya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, dapat dijadikan referensi ilmiah, dan menambah khazanah pengetahuan tentang dunia pendidikan. Tenggarong, Juli 2022 Penulis


i DAFTAR ISI DAFTAR ISI …………………………………………………………... i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................. 1 B. Fokus Masalah .................................................................. 7 C. Definisi Operasional .......................................................... 7 D. Tujuan Penelitian ............................................................... 8 E. Manfaat Penelitian ............................................................. 8 F. Telaah Pustaka ................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan ........................................................ 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Biografi Andrea Hirata ...................................................... 11 B. Karya-karya Andrea Hirata ................................................ 12 C. Corak Pemikiran Andrea Hirata ........................................ 13 D. Keteladanan ....................................................................... 15 E. Guru ................................................................................... 17 F. Keteladanan Guru Pendidikan Islam .................................. 29 G. Novel ................................................................................. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................. 45 B. Sumber dan Jenis Data 45 C. Subjek dan Objek Penelitian 46 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 46 E. Teknik Analisis Data ......................................................... 46 BAB IV KETELADANAN GURU DALAM NOVEL LASKAR PELANGI A. Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ....................... 48 B. Sinopsis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ........ 50 C. Keteladanan Guru .............................................................. 62 D. Analisis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata …… 83 BAB V PENUTUP A. A. Simpulan ………………………………………………… 86 B. Saran ……………………………………………………. 87 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………… 88


1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan di negeri ini selalu menyisakan berbagai ironi. Hal itu terjadi karena selama ini dunia pendidikan selalu dipandang sebelah mata dan tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Bahkan, yang paling ironis adalah adanya kenyataan menyakitkan bahwa dunia pendidikan sudah menjadi budaya permainan politik. Berbagai intervensi dan hegemoni politik dunia pendidikan selama ini terus berlangsung, dan bahkan dunia pendidikan menjadi komoditas politik yang keuntungannya tidak kembali kepada dunia pendidikan namun ke kantong kepentingan para elite politik. Padahal, kita semua tahu bahwa semua pranata, semua komponen, semua struktur, semua pribadi itu lahir dari dunia pendidikan. Pendidikan dalam arti luas yang telah menjadi prasyarat mutlak tereksistensinya sendi-sendi kehidupan. Kita semua seakan-akan munafik terhadap apa yang kita raih sekarang ini, terhadap penghidupan yang telah menghidupkan kita, dan terhadap segala hal yang telah mendidik kita menjadi orang yang hidup dan terdidik, yang semua itu lahir dari pendidikan orangtua, sekolah, dan lingkungan dimana kita berdiri tegak sekarang ini. 1 Berbagai fenomena tersebut seolah menjadi cermin bagaimana akutnya penyakit budaya kehidupan kita terhadap dunia pendidikan. Dunia pendidikan 1 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Jogjakarta: Arruz Media, 2008) Cet. 1, hlm. 8.


2 dianggap sebagai dunia stagnan yang hanya mengurusi jenjang-jenjang dan kuantitas-kuantitas yang pada akhirnya bisa menjadi modal untuk mencari kehidupan dengan didasari pola pikir yang materialistis dan mekanis. Betapa ironisnya, pendidikan hanya berfungsi sebagai mesin yang bergerak mekanis. Akibatnya, dunia pendidikan sekarang ini menjadi dunia yang kaku dan hanya melahirkan robot-robot mekanis yang tidak berbudaya, bermoral dan hanya mementingkan nilai-nilai kuantitas belaka tanpa memperhatikan kualitas yang seharusnya paling dipentingkan untuk membentuk manusia yang cerdas lahir dan batin sehingga bisa membentuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang maju dan berperadaban. Nah, dari paradigma terhadap pendidikan seperti itulah yang akan melahirkan berbagai ironisasi di atas. Berbagai hal di atas juga diperparah lagi dengan budaya yang beredar di masyarakat kita bahwa profesi guru adalah profesi yang tidak menjanjikan dan bahkan berposisi sebagai profesi yang nomor sekian di bawah profesi-profesi lain. Bahkan hal itu sudah menjadi konvensi yang mengakar dalam pola pikir masyarakat kita. Akibatnya, banyak orang yang menjadikan profesi guru sebagai profesi loncatan atau sebagai terminal akhir setelah mencapai kegagalan dalam mencari profesi lain.2 Sedangkan kita telah ketahui bersama bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yang produktif dan keberhasilan dari proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah guru. Sebab, guru adalah figur manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Guru 2 Ibid., hlm. 9.


3 merupakan orang yang bertanggungjawab dalam mencetak generasi muda, khususnya murid dan siswa yang profesional. 3 Menurut beberapa pakar bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan nasional bila dibandingkan dengan Negara-Negara tetangga, sebenarnya masalah utama dalam problematika pendidikan Indonesia terletak pada ketidaktersediaan tenaga pendidik yang profesional. Tentu kita tidak dapat membantah bahwa sarana pendidikan seperti gedung, alat-alat praktikum, buku, sistem informasi, dan sarana penunjang lainnya juga merupakan penentu bagi keberhasilan dan kemajuan pendidikan, namun sebenarnya dalam batasan sederhana bisa disiasati jika negara ini memiliki guruguru professional. Untuk menjadi guru yang professional, seorang guru harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan tertentu. Disamping juga harus menampakkan sikap yang baik dan menjadi teladan yang baik bagi siswa. Menurut Soejipto dan Raflis Kosasi menyatakan bahwa: Guru sebagai pendidik yang professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat mewujudkan pada masyarakat bahwa ia layak sebagai teladan bagi masyarakat di sekelilingnya serta bagaimana guru meningkatkan pelayanan, memberi arahan pada siswa, bagaimana guru berpakaian, bergaul, serta terbiasa dengan masyarakat di sekelilingnya. 4 Sejak dulu, guru menjadi panutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh 3 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Jogjakarta : Arruz Media, 2009), hlm. 197. 4 Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) hlm. 42-43.


4 masyarakat di lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat memberikan kedudukan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri tauladan, di tengah-tengah membangun, dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi (ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani). Kedudukan guru yang demikian itu senantiasa relevan dengan zaman dan sampai kapan pun diperlukan. Kedududukan seperti itu merupakan penghargaan masyarakat yang tidak kecil artinya bagi para guru, sekaligus merupakan tantangan yang menuntut prestise dan prestasi yang senantiasa terpuji dan teruji dari setiap guru, tidak hanya di depan kelas tetapi juga di tengah-tengah masyarakat.5 Dalam Islam, guru mempunyai kedudukan yang sangat mulia. Bahkan guru merupakan pengganti Rasulullah untuk membimbing dan menasehati umat. Guru dalam pandangan Islam mengemban misi melahirkan generasi yang dapat menjadi khalifah di bumi dengan memanfaatkan seluruh potensi alam dan mensyukuri segala potensi bumi serta memperlakukan potensi alam sebagai komponen integral dari sistem kehidupan. Berkaitan tentang sosok seorang guru, kehadiran novel “Laskar Pelangi” mengagetkan dunia pendidikan dan teristimewa dalam koridor tulisan dunia keguruan. Dunia keguruan dibuat terperangah dengan tokoh guru dalam novel tersebut. Di tengah euforia novel bertema chilklit, teenlit dan metropop, kehadiran 5 Isjoni, Dilema Guru : Ketika Pengabdian Menuai Kritikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), cet. 1, hlm. 8.


5 Andrea Hirata dan Laskar Pelanginya seperti oase di tanah kering. Ironi dan likuliku hidup kedua guru dan sepuluh murid yang dijuluki ibu gurunya sebagai Laskar Pelangi, sungguh menggetarkan. Kesulitan hidup yang mereka alami dalam memperoleh pendidikan serta bagaimana akhirnya mereka dapat keluar dari kesulitan tersebut memberi benang merah pada novel ini sebagai sebuah bacaan yang sangat inspiratif dan mampu memberi kekuatan.6 Hal yang menarik dalam novel Laskar Pelangi adalah sosok guru yang diperankan oleh Bapak K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor dan Ibu Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid. Kesabaran, kesederhanaan, dan kegigihan yang dimiliki oleh dua guru tersebut dalam mengemban tugas pengajaran ditengah kondisi yang serba kekurangan memberikan inspirasi dan motivasi yang menarik untuk diketahui dan patut diteladani. Karya Andrea Hirata ini mengurai kisah tentang dua orang guru yang memiliki dedikasi tinggi tentang dunia pendidikan. Kak Seto mengatakan: Novel ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekedar intruksi atau komando, dan bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang pada masa depan, apabila diberi kesempatan dan keteladanan oleh orang-orang yang mengerti akan makna pendidikan yang sesungguhnya.7 Karakter pendidik yang digambarkan oleh dua guru dalam novel ini menunjukkan bahwa keteladanan sangat berperan terhadap keberhasilan 6 http://article-page.blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html. Pukul 20.23 Wita 7 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2008), cet. XVII


6 pendidikan dalam arti luas. Keberhasilan yang di ukur tidak hanya dari sisi material tetapi juga dari sisi spiritual. Satu kalimat yang sebenarnya menjadi kalimat kunci bagi penulis untuk mengelaborasi potret guru dalam novel tersebut dalam alur komparatif yaitu bahwa murid mengingat yang dilakukan gurunya, bukan yang diajarkannya. Kata kunci yang tepat untuk mengekpresikan potret guru yang selayaknya hadir di era globalisasi yaitu kata keteladanan. Keteladanan yang tidak usang oleh zaman. Guru tidak boleh terperangkap dalam sikap budaya yang tradisionil, yang mempertahankan atau menghidupkan sesuatu dari tradisi hanya karena itu adalah tradisi atau sebaliknya terombang-ambing oleh kemajuan zaman tanpa identitas kepribadian yang jelas.8 Dengan demikian, guru sebagai sosok yang dapat diguguh (dipercaya ucapannya) dan ditiru (diteladani perbuatannya) diharapkan mampu memberikan sikap positif yang layak diteladani oleh siswa-siswanya. Sikap positif Teladan yang ditampilkan oleh seorang guru merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya yaitu melahirkan generasi yang cerdas intelektual, emosional dan spiritual. Hal ini disebabkan secara psikologis, murid memiliki jiwa yang sugestibel (dorongan meniru orang lain). Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul “Keteladanan Guru Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. 8 http:// Gendhotwukir, Potret Guru di Era Globalisasi, Batam Pos, Sabtu 22 November 2008. Pukul 08


7 B. Fokus Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah pokok yang akan dibahas adalah: “Bagaimanakah keteladanan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? C. Definisi Operasional Untuk mempermudah bagi para pembaca serta menghindari adanya salah penafsiran dari judul diatas, maka dalam hal ini penulis akan menjelaskan beberapa istilah kata yang terdapat dalam judul yakni: 1. Keteladanan Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang memiliki arti sesuatu yang patut ditiru baik untuk dicontoh tentang perbuatan, kelakuan, sifat dan lain sebagainya. 9 Keteladanan yang dimaksud dalam judul ini adalah keteladanan personal yang dimiliki oleh tokoh guru dalam novel Laskar Pelangi dalam mengemban tugas mengajar sekaligus mendidik. 2. Guru Guru yang dimaksud judul ini adalah dua tokoh guru dalam novel Laskar Pelangi yaitu Bapak K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor dan Ibu Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid. 3. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata Novel dalam skripsi ini adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelingnya dengan 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. 4, hlm. 1160.


8 menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku, yang diselipkan di dalam ceritanya keteladanan guru. Novel Laskar Pelangi merupakan novel pertama yang ditulis oleh Andrea Hirata. Laskar Pelangi adalah julukan yang berikan kepada sepuluh murid yang berharap cemas untuk menikmati pendidikan. Sepuluh anak pinggiran yang miskin, sekolah yang hampir ambruk dan dua guru yang sabar dalam membimbing, melatih, dan mendorong siswa-siswanya untuk belajar demi menggapai cita-cita. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keteladanan guru yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. E. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan informasi tentang keteladanan guru dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. 2. Dapat menjadi referensi ilmiah bagi mahasiswa, orangtua, dan tenaga Pendidikan. 3. Dapat menjadi teladan bagi guru-guru dalam melaksanakan tugas belajar mengajar di lembaga pendidikan.


9 F. Telaah Pustaka Pokok masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah tentang keteladanan guru yang hanya terfokus pada satu buku yang berjudul “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Sedangkan pembahasan terhadap novel Laskar Pelangi telah dilakukan oleh Agus Sholahuddin dengan pokok permasalahan yang berbeda yaitu “Studi Tentang Proses Belajar Mengajar (Tinjauan Menurut Metode Pembelajaran Dalam Novel Laskar Pelangi)” . Hasil pembahasan Studi Tentang Proses Belajar Mengajar (Tinjauan Menurut Metode Pembelajaran Dalam Novel Laskar Pelangi)” oleh Agus Sholahuddin adalah sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar dalam novel Laskar Pelangi meliputi: Mendengarkan, Memandang, Menulis atau Mencatat, Membaca, Menyusun atau Kertas Kerja, Mengingat, Berpikir, dan Latihan atau Praktek. 2. Proses belajar mengajar dilandasi dengan kewajiban yang dikaitkan dengan niat karena Allah SWT. 3. Proses belajar mengajar harus dilandasi niat ibadah. 4. Dalam proses belajar mengajar harus saling memahami posisi guru sebagai guru dan murid sebagai murid. 5. Dalam Proses belajar mengajar harus dapat menciptakan komunikasi yang seimbang, jernih, dan transparan. 6. Proses belajar mengajar memerlukan kreativitas baik metodologi, diktatik, dan desain pembelajaran sehingga tidak terpaku pada satu teori.


10 7. Proses belajar mengajar yang diawali dan diakhiri dengan doa. 8. Penggunaan metode pembelajaran dalam novel Laskar Pelangi terdiri dari metode ceramah, metode cerita, metode Tanya jawab, metode peringatan dan pemberian motivasi, metode penugasan, metode diskusi, metode pemecahan masalah, dan metode eksperimen. G. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan penelitian ini penulis membagi dalam bagian atau bab, dimana antara bab yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I, merupakan Bab Pendahuluan yang memuat, Latar Belakang, Fokus Masalah, Definisi Operasional, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka dan sistematika penulisan. BAB II, adalah Landasan Teori yang berisi Biografi Andrea Hirata, Karya-karya Andrea Hirata, Keteladanan, Guru, Keteladanan Guru dan Novel. BAB III, adalah Metode Penelitian yang berisi Jenis Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. BAB IV, Pembahasan yang berisi tentang Novel Laskar Pelangi, Sinopsis Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Keteladanan Guru dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. BAB V adalah Penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran.


11 BAB II LANDASAN TEORI A. Biografi Andrea Hirata Nama Lengkap Andrea Hirata adalah Andrea Hirata Seman Said Harun, namun sering dipanggil Ikal. Andrea Hirata lahir di Belitong pada tanggal 24 Oktober. Meskipun studi mayornya ekonomi, Ikal amat menggemari sains, fisika, kimia, biologi, astronomi, dan tentu saja sastra. Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan Seman Said Harun dan N.A Masturah, Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong. Belitong adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari dua ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. Setamat SMA, Andrea merantau ke Jawa melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.1 Setelah meraih gelar sarjana, Ikal mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama 1 http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/profil-andrea-hirata/. Pukul 20.30 Wita.


12 yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku ini telah beredar sebagai referensi ilmiah. 2 Nama Andrea Hirata melejit seiring kesuksesan novel pertamanya Laskar Pelangi dan ketika novel yang menjadi best seller diangkat ke layar lebar oleh dua sineas Riri Riza dan Mira Lesmana. Selain Laskar Pelangi, Pria yang berulang tahun setiap tanggal 24 oktober ini juga menulis Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Keempat novel tersebut tergabung dalam tetralogi. Setelah sukses film Laskar Pelangi, menjelang akhir tahun 2009, Andrea bersama miles Films dan Mizan Production, kembali merilis sekuelnya, Sang Pemimpi yang diadaptasi dari novel keduanya dengan judul yang sama.3 Andrea Hirata lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Saat ini Andrea Hirata tinggal di Bandung. Hobinya naik komidi putar. B. Karya – karya Andrea Hirata Andrea Hirata disebut sebagai out of the blue, tidak dikenal sebelumnya, tidak pernah menulis sebuah cerpen, tiba-tiba muncul, langsung menulis tetralogi, sesuatu yang juga cukup ajaib bagi penulis pemula dengan gaya realis yang bertabur metafora. Karya-karya Andrea Hirata sebagai berikut: 1. Buku Teori Ekonomi Telekomunikasi 2. Novel Laskar Pelangi 2 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Bandung: PT Bentang Pustaka, 2008), cet. XVII, hlm. 521. 3 http://penerbitanbuku, ….


13 3. Novel Sang Pemimpi 4. Novel Edensor 5. Novel Maryamah Karpov 6. Padang Bulan 7. Cinta di Dalam Gelas C. Corak Pemikiran Andrea Hirata Di negeri ini, tidak mudah menulis novel-novel yang kesemuanya best seller, apalagi merupakan karya-karya pertama, ditulis seseorang yang tak berasal dari lingkungan sastra, dan novel-novel tersebut sama sekali tak sejalan dengan trend pasar. Tapi hal itu dapat dilakukan Andrea Hirata. Melalui Laskar Pelangi, Andrea langsung menempatkan dirinya sebagai salah satu penulis muda Indonesia yang amat menjanjikan. Laskar Pelangi telah beredar di luar negeri, bahkan mampu mencapai best seller di Malaysia. 4 Bagaimana karya-karya Andrea dapat menjadi best seller tanpa harus mengorbankan mutu? Tentu tak lepas dari muatan intelektualitas dan spiritualitas buku-buku tersebut. Sastrawan Ahmad Tohari mengatakan, ‘Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian yang cerdas dan menyentuh.’ Prof. Dr. Syafii Maarif, mantan ketua umum Muhammadiyah berkomentar, ‘Andrea lansung membidik pusat kesadaran.’ Harian Kompas menuliskan: meski masih terlalu hipotetik, karya Andrea diterima secara luas mungkin juga karena pembaca kita jenuh akan sajian metropop bertema urban super-ringan, 4 Andrea Hirata, Laskar Pelangi …, hlm. 531


14 pornografi, hedonistik, dan mulai menginginkan tulisan yang lebih berkapasitas. ‘Andrea mongobati kehausan para pencinta buku akan buku-buku Indonesia yang bermutu. Daya tarik yang menonjol dari karya-karya Andrea juga terletak pada kemungkinan yang amat luas dari eksplorasinya terhadap karakter dan peristiwa, sehingga paragrafnya selalu mengandung kekayaan. Setiap paragrap seakan dapat berkembang menjadi sebuah cerpen, dan setiap bab mengandung letupan intelenjensia, kisah, dan romantika untuk dapat tumbuh menjadi buku tersendiri. Andrea tak pernah kekeringan ide dan tak pernah kehilangan tempat untuk melihat suatu fenomena dari satu sudut yang tak pernah dilihat orang lain.5 Sarjana lulusan S1 Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University, Inggris ini mengaku sudah lama ingin menulis Laskar Pelangi. Namun tidak pernah terwujud hingga suatu saat kejadian Tsunami di Aceh membawanya menjadi relawan dan hatinya tersentuh melihat banyak sekolah yang hancur. Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaiman ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang tua di kampungnya yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung, sehingga tak heran jika dalam novelnya penuh dengan imajinasi. Gambaran hidup masa kecil Andrea Hirata dapat diketahui dengan membaca novel Laskar Pelangi melalui tokoh Ikal. Andrea Hirata mengatakan ‘Novel ini merupakan memoar masa kecil saya, yang membentuk saya hingga 5 Ibid., hlm. 532.


15 menjadi seperti sekarang.’6 Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada kehidupan Andrea mulai kecil hingga dewasa dapat kita saksikan dalam novel Laskar Pelangi. Berbagai liku kehidupannya disajikan dengan penuh imajinatif dan inspirasi. Ikal begitu sapaannya, memberi makna hidupnya dari sudut pandang yang sederhana namun menyentuh sehingga karya perdananya ini dapat diterima oleh semua kalangan. D. Keteladanan Keteladanan berasal dari kata ‘teladan’ yang memiliki arti sesuatu yang patut ditiru baik untuk dicontoh tentang perbuatan, kelakuan, sifat dan lain sebagainya.7 Sedangkan keteladanan merupakan perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya atau melihatnya. Dalam bahasa Arab, teladan adalah Uswatun Hasanah. Mahmud Yunus Mendefinisikan ‘Uswatun’ sama dengan ‘qudwah’ yang berarti ‘ikutan’ dan ‘Hasanah’ diartikan perbuatan yang baik. Jadi Uswatun Hasanah adalah suatu perbuatan baik seseorang yang patut ditiru atau diikuti oleh orang lain. Memberi contoh dan panutan yang baik adalah salah satu metode pendidikan terpenting. Karena adanya keinginan kuat yang bersifat fitrah pada diri 6 http://article-page.blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html. Pukul 20.23 Wita 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. 4, hlm. 1160.


16 manusia yang mengantarkannya untuk mengikuti dan meniru orang lain, terlebih pada diri anak-anak.8 Pada umumnya, anak-anak akan lebih banyak terpengaruh melalui proses mencontoh dan meniru. Sebab, di awal usia perkembangannya mereka yakin benar bahwa semua yang dilakukan orang yang lebih tua dan dewasa bagi mereka adalah benar. Mereka juga memandang orang tua sebagai sosok manusia yang paling sempurna dan terbaik. Akhirnya mereka mengikuti tingkah laku orang tua maupun orang dewasa lainnya. Keteladanan yang baik memiliki pengaruh yang cukup besar pada diri seorang anak. Anak akan selalu meniru tabiat orang tuanya hingga orang tualah yang pertama kali mencetak anak menjadi apa saja yang diajarkan orang tuanya melalui perilaku diri mereka sendiri. Pengaruh ini akan sangat kuat berkesan dalam diri anak, “Maka orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai orang Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” Rasulullah Saw. Menganjurkan agar orangtua hendaklah menjadi suri tauladan dalam berakhlak yang benar di tengah pergaulan mereka dengan anak-anak. Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah r.a dari Rasulullah Saw. Bahwa beliau besabda: “Barang siapa memanggil seorang anak untuk mendekat dengan mengatakan akan memberi sesuatu, namun ia tidak memberinya apa-apa, maka panggilan tersebut merupakan dusta”9 8 Izzat Khalifah, Kiat Mudah Mendidik Anak, (Jakarta: Pustaka Qolami, 2004), hlm. 101 9 Muhammad Nur Abdul Hakim, Mendidik Bersama Rasulullah, ( Bandung: Al-Bayan, 1988), cet. 2, hlm. 290-291


17 Beranjak dari sini, sangat baik apabila kita membiasakan anak-anak untuk melakukan berbagai perbuatan terpuji dan baik dengan memberikan kepada mereka teladan dan panutan yang baik. Sebagai orang tua di sekolah, guru diharapkan dapat memberikan keteladanan yang baik. E. Guru 1. Pengertian Guru Menurut Zakiyah Darajat, guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Para orang tua tatkala menyerahkan pendidikan anaknya ke sekolah , berarti telah menyerahkan anaknya kepada guru. Sedangkan Poerwadarminta mengatakan, guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dilihat dari pengertian di atas, mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya. Sehubungan dengan hal itu, Muhibi Syah mengemukakan bahwa guru dalam bahasa arab disebut mu’alim dan dalam bahasa inggris disebut teacher, yakni seorang yang pekerjaannya mengajar.10 Dalam khazanah pemikiran Islam, istilah guru memiliki beberapa istilah, seperti “ustad”, “muallim”, “muaddib”, “murabbi”. Istilah muallim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan (knowlwdge) dan ilmu (science); istilah muaddib lebih menekankan guru sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladan; sedangkan istilah murabbi lebih 10 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Jogjakarta: Arruz Media, 2008) Cet. 1, hlm. 15.


18 menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmaniah maupun ruhaniah. 11 Dalam bahasa Indonesia, terdapat istilah guru, disamping istilah pengajar dan pendidik. Dua istilah terakhir merupakan tugas terpenting dari dari guru, yaitu mengajar dan sekaligus mendidik siswanya. Walaupun antara guru dan ustadz pengertiannya sama, namun dalam praktik, khususnya di lingkungan sekolahsekolah Islam, istilah guru dipakai secara umum, sedangkan istilah ustadz dipakai untuk sebutan khusus, yaitu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman agama yang “mendalam”. Guru dalam Islam adalah orang yang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Di samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.12 Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 164: 11 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Arruz Media, 2009), hlm. 15 . 12 Ibid., hlm. 16.


19 Artinya: “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran:164) Dari ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa tugas Rasulullah selain Nabi, juga sebagai pendidik (guru) yaitu membimbing umat.. Oleh karena itu, tugas utama guru menurut ayat tersebut adalah: 1. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada penciptan-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah. 2. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum muslim agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku kehidupan. 13 Jadi, jelas bahwa tugas guru tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagi norm drager (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat. Sebagai penyampai norma guru diharapkan mampu menjalankan norma yang diajarkan dengan baik sehingga perkataan dan perbuatannya dapat dipercaya dan diteladani oleh masyarakat. 2. Kedudukan Guru Hampir semua bangsa yang beradab, guru diakui sebagai suatu profesi khusus. Dikatakan demikian, karena profesi keguruan bukan saja memerlukan keahlian tertentu sebagaimana profesi lain, tetapi juga mengemban misi yang paling berharga, yaitu pendidikan dan peradaban. Atas dasar itu, dalam kebudayaan bangsa yang beradab, guru senantiasa diagungkan, disanjung, 13 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi…,hlm.16.


20 dikagumi, dan dihormati, karena perannya yang penting bagi eksistensi bangsa di masa depan. Telah banyak peneliti dan penulis buku tentang pendidikan Islam yang mengkaji tentang kedudukan guru dalam pendidikan Islam. Para penulis itu antara lain adalah Al-Ghazali, M. Athiyah, Al-Abrasi, Asama Hasan Fahmi, dan M. Zafar Iqbal yang telah mengemukakan kedudukan guru yang sangat mulia dalam pandangan Islam. Pada umumnya, mereka megemukakan kemuliaan guru secara normatif berdasarkan pandangan Al-Qur’an, Sunnah, dan pandangan para ulama, serta hanya sedikit yang mengkaji dari perspektif kedudukan guru secara sosiologis yang meliputi status sosial dan perannya di masyarakat dan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah terhadap guru. Secara normatif, kedudukan guru dalam Islam sangat mulia. Tidak sedikit penulis yang menyimpulkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Sabda Rasulullah: “Tinta ulama lebih baik dari darahnya para syuhada”(HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Penyair Syauki, sebagaimana dikutip AlAbrasyi, berkata: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul”. 14 Sabda Rasul dan syair diatas menggambarkan betapa tingginya kedudukan seorang guru. Hal ini disebabkan karena dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk berpikir dan menganalisa kejadian alam sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan kemampuan yang ada 14 Marno dan M. Idris, Strategi…, hlm.17.


21 pada manusia maka diharapkan dapat terlahir teori-teori yang menyokong kemaslahatan umat manusia.15 Al-Ghazali menukil beberapa hadis Nabi tentang keutamaan seorang guru. Ia berkesimpulan bahwa guru disebut sebagai orang yang besar aktivitasnya dan lebih baik dari ibadah setahun. Selanjutnya, Al-Ghazali menukil perkataan ulama yang menyatakan bahwa guru merupakan pelita segala zaman. Orang yang hidup bersamanya akan memperoleh pancaran nur keilmiahan. Andaikata dunia tidak ada guru, niscaya manusia seperti binatang, sebab guru selalu berupaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyah. 16 3. Tugas Guru Daoed Joesoep, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1978-1983, mengemukakan tiga misi atau fungsi guru: fungi professional, fungsi kemanusiaan dan fungsi civic mission. Fungsi profesional berarti guru meneruskan ilmu/keterampilan/pengalaman yang dimiliki atau dipelajarinya kepada anak didiknya. Fungsi kemanusiaan berarti berusaha mengembangkan atau membina segala potensi bakat atau pembawaan yang ada pada diri anak serta membentuk wajah ilahi dalam dirinya. Fungsi civic mission berarti guru wajib menjadikan anak didiknya menjadi warga Negara yang baik, yaitu berjiwa patriotik, mempunyai semngat kebangsaan nasional, dan disiplin, atau taat terhadap semua peraturan perundang-undangan yang berlaku atas dasar Pancasila dan UUD 1945. 15 Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007) Cet. 2, hlm. 122. 16 Imam Musbikin, Guru Yang Menakjubkan!, (Jogjakarta: BukuBiru, 2010) Cet. 1, hlm. 36.


22 Sedangkan tugas guru sebagai penjabaran dari misi dan fungsi yang diembannya, menurut Darji Darmodiharjo, minimal ada tiga: mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas mendidik lebih menekankan pada pembentukan jiwa, karakter, dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai. Tugas mengajar lebih menekankan pada pengembangan kemampuan penalaran dan tugas melatih menekankan pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi dengan cara melatih berbagai keterampilan. Dalam perspektif Islam, mengemban amanat sebagai guru bukan terbatas pada pekerjaan atau jabatan seseorang, melainkan memiliki dimensi nilai yang lebih luas dan agung yaitu tugas ketuhanan, kerasulan, dan kemanusiaan. Dikatakan sebagai tugas ketuhanan, karena mendidik merupakan sifat ”fungsional” Allah (sifat rububiyah) sebagai “rabb”, yaitu sebagai “guru” bagi semua makhluk. Allah mengajar semua makhluknya lewat tanda-tanda alam (sign), dengan menurunkan wahyu, mengutus rasul-Nya, dan lewat hambahamba-Nya. 17 Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw: Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan 17 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode, …hlm. 19.


23 perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat manusia. Secara lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan pendidikan, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2: Artinya : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Ayat di atas menggambarkan bahwa tugas rasul adalah melakukan pencerahan, pemberdayaan, transformasi, dan mobilisasi potensi umat menuju kepada cahaya (nur) setelah sekian lama terbelenggu dalam kegelapan. Rasulullah sendiri dalam hadisnya yang popular: “Aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”, dan dalam hadisnya yang lain, beliau bersabda: “Aku diutus sebagai pendidik” dan Tuhanku mendidikku dan karenanya menjadikan pendidikan yang terbaik”.18 Tugas kerasulan tidak berhenti dengan wafatnya Muhammad Saw., melainkan diteruskan oleh seluruh umatnya yang beriman dengan cara meneruskan risalahnya kepada seluruh umat manusia. Dalam kehidupan keluarga, orangtua adalah guru bagi anaknya. Dan dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja, lembaga persekolahan adalah salah satu upaya yang 18 Ibid., hlm. 19.


24 paling efektif dalam melanjutkan risalah Muhammad kepada generasi muda dimana guru merupakan aktor utamanya. Sebagai tugas kemanusiaan, seorang guru harus terpanggil untuk membimbing, melayani, mengarahkan, menolong, memotivasi, dan memberdayakan sesama, khususnya anak didiknya, sebagai sebuah keterpanggilan kemanusiaan dan bukan semata-mata terkait tugas formal atau pekerjaannya sebagai guru. Dengan demikian guru benar-benar mampu, ikhlas (sepenuh hati) dalam mengemban tugasnya. Sifat ikhlas dalam mengemban amanah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 alenia keempat akan memberikan pengaruh positif baik ucapan maupun tingkah laku seorang guru. 4. Hak dan Kewajiban Guru Undang-undang Guru No. 14 Tahun 2005 menyebutkan tentang hak dan kewajiban guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Hak dan kewajiban seorang guru dalam tugas keprofesionalan adalah: a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. b. Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atau kekayaan intelektual. d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan. f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan. g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas. h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dan organisasi profesi. i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan


25 pendidikan. j. Memiliki kesempatan untuk berperan mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, dan atau k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan seni; c. Bertindak objektif dan tidak diskriminasi atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.19 Selain itu, hak dan kewajiban guru dituangkan dalam Undang-undang Sisdiknas (UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab XI pasal 40) tentang tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, diantaranya: a. Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: 1) Penghasilan dan jaminan kessejahteraan social yang pantas dan memadai; 2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; 3) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan dan perkembangan kualitas; 4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan 5) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksaan tugas. b. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: 1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; 2) Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu 19 http://re-searchengines.com/0306hidayat.html. Pukul 21.45 Wita


26 pendidikan; 3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.20 5. Kompetensi Guru Asian Institide for Teacher Educator dalam Mohamad Ali, mengemukakan tentang kompetensi yang harus dimiliki oeh seseorang yang menduduki jabatan guru. Ada tiga macam kompetensi guru, yaitu: a. Kompetensi Pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai: 1) Pengetahuan tentang adap istiadat (baik sosial maupun agama); 2) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi; 3) Pengetahuan tentang inti demokrasi; 4) Pengetahuan tentang estetika; 5) Apresiasi dan kesadaran sosial; 6) Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan; 7) Setia kepada harkat dan martabat manusia. b. Kompetensi Mata Pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang dipegangnya. c. Kompetensi Profesional, mencakup kemampuan dalam hal: 1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya. 2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan perilaku anak. 3) Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya. 4) Mengerti dan dapat menggunakan metode mengajar yang sesuai; 5) Dapat menggunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lain; 6) Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran. 7) Dapat mengevaluasi; dan 8) Dapat menumbuhkan kepribadian anak. 20 Isjoni, Dilema Guru: Ketika Pengabdian Menuai Kritikan ( Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), hlm.141-142.


27 Di samping itu, sebagaimana yang dikutip dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar karya Nana Sudjana, Glasser menyebutkan ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni: 1) Menguasai bahan pengajaran 2) Kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa 3) Kemampuan melaksanakan proses pengajaran 4) Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.21 Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu meliputi kompetensi pribadi, kompetensi professional, dan kompetensi sosial kemasyarakatan. 1) Kompetensi Pribadi (Personal) Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Sebagai seorang model seorang guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian. Di antaranya: a) Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya. b) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai umat-umat beragama. c) Kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. d) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru. e) Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaharuan dan kritik. 22 2) Kompetensi Profesional 21 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melaui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2007), hlm. 46. 22 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 18.


28 Kompetensi Profesional adalah kompetensi atau kemapuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini di antaranya: a) Kemampuan untuk menguasai landasan pendidikan. b) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan. c) Kemampuan dalam penguasaan materi sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkannya. d) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metedologi dan strategi pembelajaran. e) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. f) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. 3). Kompetensi Sosial Kemasyarakatan Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional. b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan. c) Kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara kelompok.23 Menurut Zakiyah Daradjat, setiap guru memiliki kepribadiannya sendirisendiri yang unik. Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi keguruan. Jadi pribadi keguruan itu pun “ unik” pula dan perlu dikembangkan secara terus-menerus agar guru itu terampil dalam: 1) Membina dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau murid yang diajarkannya. 2) Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah) terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru. 23 Ibid., hlm. 18-19.


29 3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggungjawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.24 Dengan memperhatikan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang memiliki kedudukan mulia baik dalam pandangan umum maupun Islam dengan misi mencerdaskan intelektual dan memperbaiki akhlak diharapkan dapat menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya dan memperoleh hak sesuai dengan pengabdiannya. E. Keteladanan Guru Pendidikan Islam 1. Keteladanan Guru a. Pengertian Keteladanan Guru Secara psikologi, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang sangat sugestibel. Sugestibel artinya mudah mendapat pengaruh dari rangsangan yang datang kepadanya.25 Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu berinteraksi dengan orang lain sehingga ada hubungan saling mempengaruhi dalam sikap, tingkah laku, paradigma berpikir dan lain sebagainya. Di dalam lingkungan keluarga, anak adalah anggota keluarga yang sangat sugestibel. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya sangat mempengaruhi apa yang akan dilakukan oleh anak. Apabila kedua orangtuanya memiliki sikap disiplin maka anak akan terbiasa hidup disiplin, begitu pula sebaliknya. Apabila dirumah orangtuanya tidak disiplin, maka prilaku orangtuanya akan berimbas kepada anaknya. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw yang berbunyi: 24 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 263 25 M. Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Mada Press, 2001) Cet. 1, hlm. 58.


30 “Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari) Hadis diatas menunjukkan bahwa orangtua bertanggungjawab dalam pendidikan anaknya. Kebaikan yang dilakukan oleh anak adalah hasil bagaimana orangtua dapat memberikan pendidikan yang terbaik kepada anaknya baik melalui perkataan maupun perbuatan. Sedangkan keburukan yang dilakukan oleh anak juga merupakan hasil pendidikan orangtua kepada anaknya yang tercermin dari perkataan maupun perbuatan. Anak akan melakukan perintah yang diberikan oleh orangtuanya, manakala orangtuanya juga melakukannya. Allah memberi peringatan bahwa jika menyuruh kebaikan, seharusnya sebagai penyeru telah melakukan kebaikan tersebut terlebih dahulu (memberi teladan). Firman Allah surah Ash-Shaff ayat 2-3: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. Dilingkungan sekolah, guru adalah orangtua kedua bagi murid-muridnya. Hal ini disebabkan selama di sekolah murid berada dalam pengawasan guru. Sebagai orangtua kedua guru akan menjadi sosok yang sangat mempengaruhi jiwa murid. Guru sebagai seorang yang diguguh (dipercaya segala ucapannya) dan ditiru (diteladani segala perbuatannya) diharapkan mampu memberikan jiwa positif kepada murid.


31 Keteladanan (paternalistik) yang dilakukan oleh guru dalam dunia pendidikan merupakan salah satu media pendidikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku peserta didik. Contoh perkataan dan tingkah laku yang dilakukan guru sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik. Tauladan yang diberikan seorang guru merupakan alat peraga hidup bagi peserta didik. Dengan jiwanya yang sugestibel, murid akan menyerap contoh perilaku yang ditunjukkan oleh gurunya. Sama halnya dengan orangtua, guru juga diperingatkan oleh Allah untuk melakukan terlebih dahulu kebaikan yang diperintahkan kepada muridnya. Firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 44: Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” Sedangkan Rasulullah bersabda dalam hadisnya: “Segala ilmu adalah celaka bagi yang memilikinya, kecuali yang mengamalkannya”. Sementara itu, Prof.Asy-Syaibany mengatakan: Jangan engkau melarang suatu perbuatan Sedang engkau sendiri melakukannya Celaan besar bagimu Jika engkau berbuat demikian” 26 26 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru, …, hlm. 169.


32 Dari ayat, hadis dan perkataan ulama diatas menunjukkan bahwa guru berperan penting mewujudkan kebaikan di dalam masyarakat, bangsa, dan Negara khususnya dalam dunia pendidikan yang melandasi semua sendi kehidupan. Karena itu, Bila gurunya baik, sudah pasti anak didik pun menjadi baik. Namun, jika gurunya berbuat buruk, maka anak didik dapat berbuat yang lebih buruk dari yang telah dilakukan oleh gurunya. Seperti ungkapan yang sering terdengar bahwa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Menurut Edi Suardi yang dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya Pendidikan Agama Islam, bahwa keteladanan guru ada dua macam yaitu: a. Sengaja berbuat secara sadar untuk ditiru oleh anak didik. b. Berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan kita tanamkan pada terdidik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik.27 Penjelasan tentang keteladanan diatas menunjukkan bahwa guru dapat secara sadar memberikan contoh (tauladan) yang baik kepada muridnya. Selain itu, sebagai manusia biasa, guru yang memiliki pekerti yang baik tanpa disadarinya juga dapat memberikan tauladan kepada murid melalui akhlaknya. Guru adalah pendidik anak bangsa. Ilmu yang dicurahkan menjadi azimat bagi kemajuan dan kegemilangan Negara pada masa depan. Selain sebagai penyampai ilmu ataupun informasi kepada anak didiknya, guru juga adalah model keteladanan kepada siswa. Oleh karena itu, tingkah laku, sikap dan pribadi guru tidak boleh dianggap remeh. Guru senantiasa menjadi perhatian para siswa dan masyarakat di sekelilingnya. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan diri 27 http:/pitrimawati.wordpress.com.19 Juni 2010. Pukul 21.29 wita


33 dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pekerti yang unggul bagi menjadikan diri mereka sebagai guru yang berwibawa. Dengan demikian, keteladanan yang baik sangat diperlukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya yang tidak hanya mengajar (transfer knowledge), tetapi juga membangun jiwa-jiwa positif (building character) sehingga tujuan pendidikan membentuk insan kamil (manusia paripurna) dapat terwujud. b. Kriteria Keteladanan Guru Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin dkk. Bahwa kriteriakriteria keteladanan guru antara lain: a. Sabar. b. Bersifat kasih dan tidak pilih kasih. c. Sikap dan pembicaraannya tidak main-main. d. Mengetahui serta tidak membentah orang kurang pandai. e. Membimbing dan mendidik murid-murid yang kurang pandai dengan sebaik-baiknya. f. Bersikap tawadhu’ dan tidak takabbur. g. Menampilkan hujjah yang benar. Sedangkan menurut Zakiah Darajat kriteria-kriteria keteladanan guru adalah sebagai berikut: ‘Suka bekerja sama dengan demokratis, penyayang, menghargai kepribadian anak didik, sabar, memiliki pngetahuan dan keterampilan, adil, sabar, ada perhatian terhadap persoalan anak didik, lincah, mampu memuji perbuatan baik serta mampu memimpin secara baik.’28 28 Ibid. http://pitrimawati …,


34 Keteladanan dalam pendidikan merupakan pendekatan atau metode yang sangat berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan mengembangkan potensi peserta didik. Ada tiga unsur agar seseorang dapat diteladani atau menjadi teladan, yaitu: a. Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi Kesiapan untuk dinilai berarti adanya kesiapan menjadi cermin bagi dirinya maupun orang lain. Kondisi ini akan berdampak pada kehidupan social di masyarakat, karena ucapan, sikap, dan perilakunya menjadi sorotan dan teladan. b. Memiliki kompetensi minimal Seseorang akan dapat menjadi teladan jika memiliki ucapan, sikap, dan perilaku yang layak untuk diteladani. c. Memiliki Integritas Integritas adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan atau satunya kata dan perbuatan.29 Inti dari integritas adalah kualitas keistiqomahannya berupa komitmen dan konsistensinya terhadap profesi yang diembannya. Seseorang adalah cermin bagi orang lain, begitu pula dengan guru. Guru adalah cermin bagi muridnya. Sebagaimana hadis berikut: Orang mukmin adalah cermin bagi orang mukmin yang lain. Jika ia melihat cela padanya maka diperbaikinya (HR. Bukhari). Cermin secara filosofi memiliki makna sebagai berikut: 1. Tempat yang tepat untuk intropeksi 29 M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009), hlm. 106.


35 Jika kita bercermin, maka kita akan melihat potret diri kita sesuai dengan keadaan yang ada. Sebagai pendidik, kita harus siap menjadi tempat mawas diri, koreksi diri, atau intropeksi. Untuk itu, kita harus siap menjadi curahan. 2. Menerima dan menampakkan apa adanya Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima dan memperlihatkan apa adanya. Untuk itu, hal ini dapat dimaknai sebagai pribadi yang memiliki sifatsifat, seperti sederhana, jujur, objektif, jernih, dan lain-lain. 3. Menerima kapanpun dan dalam keadaan apa pun Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Artinya, sebagai pendidik harus memiliki sifat-sifat, seperti pengabdian, setia, sabar, dan lain-lain. 4. Tidak pilih kasih/tidak diskriminatif Cermin memiliki sifat tidak pernah pilih-pilih, siapa saja yang mau bercermin pasti diterima. Artinya seorang guru sebagai pendidik harus memiliki jiwa pendidik kepada siapa saja tanpa melihat status social murid, apapun kondisinya. 5. Pandai menyimpan rahasia Cermin tidak pernah perbah memperlihatkan siapa yang telah bercermin kepadanya, baik yang bercermin kondisinya baik maupun buruk. Sebagai pendidik dapat menyimpan rahasia dan memiliki sifat ing ngarsa sung tulada (di depan memberikan teladan), ing madya mangun karsa (di tengah memberikan


36 arahan), dan tut muri handayani (dibelakang memberikan dorongan dan motivasi).30 Guru dalam Islam sangat mulia kedudukannya, bahkan seorang pendidik lebih tinggi derajatnya dari seorang seorang suhada. Hadis Nabi Muhammad Saw:“ Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para syuhada” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Seiring dengan kemuliaan kedududukannya, seorang pendidik juga memiliki syarat yang telah ditentukan. Menurut Sulani sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Nurdin, guru harus memiliki syarat-syarat pokok. Syarat-syarat pokok tersebut antara lain: 1. Sifat Syakhsiyah (memiliki kepribadian yang dapat diandalkan) 2. Sifat Ilmiah (memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni) 3. Sifat Idhafiyah ( mengetahui, menghayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman. 30 Ibid., hlm. 107-108.


37 Untuk mewujudkan misi ini, menurut Ghofir yang dikutip oleh Agus Maimun, guru harus memiliki seperangkat kemampuan, sikap dan keterampilan berikut: a. Landasan moral yang kukuh untuk melakukan “jihad” dan mengemban amanah. b.Kemampuan mengembangkan jaringan-jaringan kerja sama atau silaturahmi. c. Membentuk team work yang kompak d. Mencintai kualitas yang tinggi. Dari serangkaian tentang keteladanan guru di atas, hal yang terpenting adalah memberikan atau mengarahkan kebaikan kepada murid hendaklah seorang guru terlebih dahulu mengerjakan kebaikan tersebut. Karena seorang murid mengingat apa yang guru lakukan bukan yang diajarkannya. Guru tidak boleh terperangkap dalam paradigma bahwa menjadi seorang guru hanya mentransfer ilmu. Akan tetapi, guru diharapkan mampu membangun karakter yang dapat dilakukan dengan memberikan keteladanan baik dalam sikap maupun ucapan. 2. Pendidikan Islam a. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yang berarti pendidikan dan kata “pedagogia” yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani31 . Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu “Paedos” dan “Agoge” yang berarti “saya membimbing, memimpin anak. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan adalah kegiatan seseorang untuk membimbing dan memimpin anak 31 Darwin Syah dkk. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam.(Jakarta: PT Gaung Persada Pers, 2007) Cet. 2, hlm. 2.


38 sehingga dia dapat menjadi seorang yang dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab dalam kehidupannya. Kata pendidikan, dalam bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba, sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arab adalah tarbiyatul Islamiyah. Kata kerja rabba sudah digunakan pada zaman Rasulullah Saw. Dalam Al-Qur’an, kata ini sudah termaktub dalam QS. Al-Isra ayat 24: Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan.32 b. Tujuan Pendidikan Islam Pendidikan Islam berhubungan erat dengan agama Islam itu sendiri, lengkap dengan akidah, sayariat, dan sistem kehidupannya. Keduanya ibarat dua kendaraan yang berjalan di atas dua jalur seimbang, baik dari segi tujuan maupun rambu-rambunya yang disyariatkan bagi hamba Allah yang membekali diri dengan takwa, ilmu, hidayah, serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup. 32 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta:Arruz Media, 2009) Cet. 1, hlm. 195-196.


39 Tujuan pendidikan Islam adalah memberi kebahagiaan kepada individu di dunia dan akhirat dengan memerintahkan manusia untuk tunduk, bertakwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah. Tujuan ini terlihat dalam firman Allah surah Al-Dzariyat ayat 56 : Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Tujuan Pendidikan Islam terdiri dari dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan pendidikan Islam tersebut antara lain: 1) Tujuan umum Tujuan umum pendidikan Islam sinkron dengan tujuan agama Islam, yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, Allah mengutus para rasul untuk menjadi guru dan pendidik serta menurunkan kitab-kitab samawi. 2) Tujuan Khusus Dari tinjauan umum pendidikan Islam yang berpusat pada ketakwaan dan kebahagiaan tersebut dapat digali tujuan-tujuan khusus sebagai berikut: a) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap dimensi perkembangannya: rohaniah, emosional, sosial, intelektual, dan fisik. b) Mendidik anggota kelompok social yang saleh, baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim.


40 c) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang besar.33 Pendidikan Islam mendidik individu agar berjiwa suci dan bersih. Dengan jiwa yang demikian, individu akan hidup dalam ketenangan bersama Allah, teman, keluarga, masyarakat, dan umat manusia di seluruh dunia. c. Syarat Guru menurut Syari’at Islam Al-Kanani, sebagaimana yang dikutip dalam Ramayulis, mengemukakan bahwa persyaratan seorang guru (pendidik) ada tiga macam yaitu: (1) yang berkenaan dengan dirinya sendiri, (2) yang berkenaan dengan pelajaran, dan (3) yang berkenaan dengan muridnya.34 Berikut penjelasannya: 1), Syarat-syarat pendidik yang berkenaan dengan dirinya a) Hendaknya guru senantiasa insyaf akan pengawasan Allah terhadap segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah kepadanya. b) Hendaknya guru memlihara kemuliaan ilmu. c) Hendaknya guru bersifat zuhud. d) Hendaknya guru tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kedudukan, harta, prestise, atau kebanggaan atas orang lain. e) Hendaknya guru menghindari mata pencaharian yang hina menurut syara’ f) Hendaknya guru memelihara syiar-syiar Islam g) Hendaknya guru melakukan hal-hal yang disunatkan oleh agama. h) Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia i) Guru hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat. j) Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang yang lebih rendah darinya, baik secara kedudukan maupun usianya. k) Guru hendaknya rajin meneliti, menyusun, dan mengarang dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu. 35 33 Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta Utara: Friska Agung Insani, 2000), hlm142-143. 34 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi …, hlm. 123. 35 Ibid., hlm 124.


41 2) Syarat-syarat pendidik yang berkenaan dengan pelajaran a) Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar hendaknya bersuci dan memakai pakaian yang baik dengan mengagungkan ilmu dan syaria’t. b) Ketika keluar rumag, hendaknya berdoa agar tidak sesat dan menyesatkan dalammenyampaikan ilmu. c) Hendaknya guru mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua murid. d) Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya sebagian ayat Al-Qur’an dan membaca basmalah. e) Guru hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hiraki nilai kemualiaan dan kepentingannya. f) Hendaknya guru selalu mengatur volume suara agar tidak teralu tinggi atau terlalu rendah. g) Hendaknya guru menjaga ketertiban majlis dengan mengarahkan pembahasan tertentu. h) Guru hendaknya menegur murid-murudnya yang tidak menjaga sopan santun dalam kelas. i) Guru hendaknya bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran dan menjawab pertanyaan. j) Terhadap murid baru, guru hendaknya bersikapwajar dan menciptakan suasana yang membuatnya merasa telah menjadi bagian dari kesatuan teman- temannya. k) Guru hendaknya menutup setiap akhir kegiatan belajar mengajar dengan kata-kata wallahua’alam (Allah Yang Maha Tahu). l) Guru hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak di kuasainya.36 3) Syarat –syarat pendidik yang berkenaan dengan muridnya a) Guru hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah. b) Guru hendaknya tidak menolak untuk mengajar murid yang tidak niat tulus belajar. c) Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri. d) Guru hendaknya memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin. e) Gurun hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti. f) Guru hendaklah melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. g) Guru hendaklah bersikap adil terhadap semua muridnya. h) Guru hendaklah berusaha memebuhi kemaslahatan murid, baik dengan 36 Ibid., hlm. 124-125.


42 kedudukannya ataupun hartanya. j) Guru hendaknya terus memantau perkembangan murid, baik intelektual maupun akhlaknya.37 F. Novel 1. Pengertian Novel Sebutan novel berasal dari bahasa Itali yaitu novella dan dalam bahasa Jerman adalah novelle. Secara Harfiah novella berarti sebuah karangan baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Sedangkan prosa memiliki pengertian yang lebih luas. Prosa berasal dari bahasa Inggris yaitu Prose, dalam kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse) dalam pendekatan struktural dan semiotik. 38 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. 39 Novel juga dapat diartikan sebagai karangan imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan manusia atau beberapa orang tokoh. 2. Ciri-ciri dan Unsur Novel a. Ciri-ciri Novel Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Alur ceritanya lebih rumit dan lebih panjang 37 Ibid., hlm. 126. 38 Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007) Cet.6, hlm. 9. 39 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar…, hlm. 788.


43 2) Ditandai oleh perubahan nasib pada diri sang tokoh 3) Tokohnya lebih banyak dalam berbagai karakter 4) Latar meliputi wilayah geografis yang luas dan dalam waktu yang lama 5) Tema lebih kompleks, ditandai oleh adanya tema-tema bawahan 6) Sumbernya berasal dari realitas dan menggunakan psikologi yang mendalam. b. Unsur-unsur Novel Karya sastra, termasuk novel memiliki dua unsure yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar karya sastra yang turut mempengaruhi terbentuknya karya sastra.40 Unsur intrinsik adalah sebagai berikut: 1) Tema Tema merupakan gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan dalam karya sastra. Tema menjadi dasar penyusunan suatu karya sastra. Dalam tema tercakup persoalan tujuan pengarang kepada pembaca atau penikmat sastra. 2) Penokohan dan Perwatakan Penokohan merupakan proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Penampilan tokoh, sekaligus diikuti dengan perwatakannya. Penokohan dapat dilakukan melalui 40 Dahlia dan R. Sitorus, Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia, (Bandung: CV Yrama Widya), hlm. 188.


44 teknik kisahan dan teknik ragaan. Watak dan sifat tokoh terlihat dalam lakuan fisik (tindakan dan ajaran) dan lakuan rohani (renungan atau pikiran). 3) Alur / Plot Alur merupakan unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra. Jalinan peristiwa ini bergerak maju, mundur, susul-menyusul, sorot balik, menanjak, atau hanya datar. Alur memperlihatkan kepaduan (koherensi) tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab-akibat, tokoh, tema, atau ketiganya. 4) Sudut Pandang Sudut pandang pengarang merupakan cara pandang pengarang atau posisi pengarang dalam cerita. 5) Amanat Amanat merupakan pesan pengarang kepada pembaca melalui karya satranya. Amanat dapat terungkap secara tersurat maupun tersirat. Amanat dapat berupa ajaran moral. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi: 1) Biografi pengarang 2) Ideologi yang dianut pengarang 3) Agama yang dianut pengarang 4) Kedudukan pengarang dalam masyarakat


45 5) Waktu yang meliputi karya itu diciptakan41 41 Ibid., hlm. 189.


45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini hanya meneliti Keteladanan Guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata tanpa melihat generalisasi ke objek yang lain. Jenis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan (Library Research) yang bersifat deskriptif kualitatif. B. Sumber dan Jenis Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah sumber data utama yang dijadikan bahan untuk melakukan penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data pendukung yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai informasi guna melengkapi data primer. Adapun sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian keteladanan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian antara lain: Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno (Strategi Belajar Mengajar Melaui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami), Hadari Nawawi (Pendidikan Dalam Islam), Muhammad Nur Abdul


Click to View FlipBook Version