The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Keteladanan Guru Dalam Novel "Laskar Pelangi" Karya Andrea Hirata

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Siti Aminah, 2023-07-01 02:10:06

Penelitian Pustaka

Keteladanan Guru Dalam Novel "Laskar Pelangi" Karya Andrea Hirata

46 Hafizh (Mendidik Bersama Rasulullah), Marno dan M. Idris (Strategi dan Metode Pengajaran), Nery Noer Aly dan Munzier (Watak Pendidikan Islam), M. Furqon Hidayatullah (Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas) dan Muhammad Nurdin (Kiat Menjadi Guru Profesional). Jenis data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang berkaitan dengan keteladanan guru dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah keteladanan guru. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah novel laskar pelangi karya Andrea Hirata. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelaahan kata-kata yang mengandung unsur keteladanan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan mengumpulkan data dari berbagai literatur yang relevan dengan pokok masalah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang berasal dari novel laskar pelangi karya Andrea Hirata. E. Teknik Analisis Data Untuk memanfaatkan dokumen yang padat isi, peneliti menggunakan teknik content analysis atau kajian isi. Menurut Weber yang dikutip oleh Lexy J. Moleong menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang


47 memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen. Sedangkan menurut Holsti dalam Guba dan Lincoln memberikan definisi kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis. 1 Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data berupa kalimat-kalimat yang mengandung keteladanan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Selanjutnya peneliti menganalisis data tersebut dengan cara mencatat kalimat – kalimat tersebut, kemudian data diiterpretasikan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui keteladanan guru yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 1 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), cet. 13, hlm. 165


48 BAB IV KETELADANAN GURU DALAM NOVEL LASKAR PELANGI A. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata Laskar Pelangi adalah novel pertama yang ditulis oleh Andrea Hirata. Novel ini termasuk novel panjang yang memiliki jumlah halaman 534 dan terdiri dari 34 bab, dimana diantara bab yang satu dengan lainnya saling keterkaitan. Adapun bab-bab novel Laskar Pelangi adalah sebagai berikut: 1. Sepuluh Murid Baru 2. Antediluvium 3. Inisiasi 4. Perempuan-Perempuan Perkasa 5. The Power of Babel 6. Gedong 7. Zoom Out 8. Center of Excellence 9. Penyakit Gila No. 5 10. Bodenga 11. Langit Ketujuh 12. Mahar 13. Jam Tangan Plastik Murahan 14. Laskar Pelangi dan Orang-Orang Sawang 15. Euforia Musim Hujan 16. Puisi Surga dan Kawanan Burung Pelintang Pulau 17. Ada Cinta di Toko Kelontong Bobrok Itu 18. Moran 19. Sebuah Kejahatan Terencana 20. Miang Sui 21. Rindu 22. Early Morning Blue 23. Billitonite 24. Tuk Bayan Tula 25. Rencana B 26. Be There or Be Damned! 27. Detik-detik Kebenaran 28. Societeit de Limpai 29. Pulau Lanun 30. Elvis Has Left the Building


49 31. Zaal Batu 32. Agnostik 33. Anakronisme 34. Gotik Novel Laskar Pelangi pertama kali diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka pada bulan September tahun 2005. Pada bulan Oktober 2007 novel ini telah mencapai cetakan yang kesepuluh dan ke-11. Kemudian pada bulan November 2007 Laskar Pelangi dicetak kembali hingga mencapai cetakan ke-14. Bulan berikutnya yaitu bulan Desember 2007 mencapai cetakan ke-15 dan pada bulan Januari 2008 novel perdana Andrea Hirata ini mencapai cetakan ke-16 dan ke-17. Sebelum Andrea Hirata menerbitkan novel Laskar Pelangi, sulit dibayangkan jika di Indonesia, jutaan orang akan membaca sebuah novel. Laskar Pelangi telah beredar jutaan copy dan seorang mahasiswa yang melakukan penelitian untuk sebuah tesis memperkirakan tidak kurang dari 12 juta copy novel itu telah beredar secara tidak resmi (pirated copies). Ketika novel tersebut diadaptasi menjadi film, jumlah audience juga memecahkan rekor sejarah film Indonesia dan telah mendapat sepuluh penghargaan.1 Laskar pelangi adalah novel pertama Tetralogi Laskar Pelangi yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Pada 23 Maret 2010 telah ditandatangani Publiser Agreement antara Penerbit Bentang Pustaka dengan Amer-Asia Books, Inc, Tucson, Arizona, USA. Peristiwa ini bukan hanya penting bagi Andrea Hirata, namun juga tonggak bagi perkembangan buku Indonesia. Karena barangkali ini untuk pertama kali penulis Indonesia direpresentasikan oleh agen buku komersial internasional sehingga karya Andrea Hirata dapat tersedia di 1 Andrea Hirata, Padang Bulan (Yogyakarta: Bentang, 2010) Cet.1, hlm V-VI.


50 Luar Indonesia dan berkompentisi dalam industri buku global. Agreement itu sekaligus menempatkan Andrea Hirata di dalam peta novelis dunia. Penerbit Yillin Press, China dan Penerbit Nha Nam Publishing and Communications, Vietnam akan mendistribusikan Laskar Pelangi dalam bahasa masing-masing, yang segera disusul kerja sama dengan Uni Agency, sebuah literary agent terkemuka di Jepang, dan Penerbit-penerbit di Amerika, Jerman, Prancis, Korea, serta beberapa Negara Asia dan Eropa lainnya. Novel The Rainbow Troops (edisi internasional Laskar Pelangi) sendiri mendapat sambutan hangat di berbagai festival di luar negeri (Fukuoka, Vacouver, Singapura, dan Wordstrorm-Australia). 2 B. Sinopsis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Kisah Laskar Pelangi berawal dari sepuluh anak Melayu miskin yang berharap cemas akan pendidikan. Sepuluh anak tersebut adalah Ikal, Lintang, Mahar, Trapani, Kucai, Borek, Harun, Syahdan, Sahara dan A Kiong. Mereka akan sekolah di SD Muhammadiyah Belitong dari kelas satu SD (Sekolah Dasar) sampai mereka lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama). Kesepuluh anak miskin ini sama-sama menyukai pelangi, sehingga dijuluki laskar pelangi oleh Bu Muslimah. Sedangkan guru yang selalu sabar untuk mengajar, membimbing, melatih, mendorong dan mengarahkan di sekolah Islam tertua di Belitong ini adalah bapak K.A. Harfan Efendy Noor dan Ibu N.A. Muslimah Hafsari. Masing-masing dari anggota Laskar Pelangi memiliki ciri khas. Ikal memiliki sifat yang polos, sering ragu, dan rajin belajar. Lintang memiliki sifat 2 Ibid., hlm. VI.


51 rendah hati, disiplin, selalu ingin tahu, tekun belajar dan memiliki kecerdasan luar biasa khususnya bidang MIPA. Mahar memiliki rupa yang tampan, jago seni dan penuh ide. Borek memiliki kelakuan dan prestasi yang sangat biasa dan tidak ada keistimewaan padanya. A Kiong adalah anak seorang Kong Hu Cu, sangat naïf, tak peduli pelajaran, namun baik hati, ramah dan penolong kecuali kepada Sahara. Sahara memiliki sifat penuh perhatian, keras kepala, tempramen, jujur dan skeptis. Harun memiliki sifat santun, pendiam, murah senyum dan mentalnya terbelakang. Syahdan adalah pekerja keras dan pembawaannya selalu ceria. Kucai kelihatan pintar tapi lemot, optimis, sok tahu, memiliki network yang luas dan pintar bermain kata. Dan yang terakhir adalah Trapani yang memiliki rupa seindah kota pantai di Sisilia. Pria ini selalu berpenampilan rapi, harum, pendiam dan sangat berbakti kepada orangtua khususnya ibunya. Sekolah Muhammadiyah yang akan menampung sepuluh siswa miskin ini dilukiskan memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Sekolah yang kekurangan guru ini, sebagian muridnya memakai sandal, tidak memiliki seragam, tidak memiliki kotak P3K, memiliki tiang bendera bambu kuning, memiliki sebuah papan tulis hijau, memiliki daun pintu yang tidak simetris sehingga tidak dapat dikunci, dan tidak memiliki pajangan kecuali sebuah poster Rhoma Irama yang dihujani duit. Selain itu keadaan sekolah Islam tertua di Belitong ini adalah atapnya yang bocor, berdinding papan, berlantai tanah dan kalau malam hari dipakai untuk menyimpan ternak. Keadaan serba kekurangan ini tidak menyurutkan semangat dua guru yang


52 tetap bertahan di sekolah tersebut yaitu bapak K.A. Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari. K.A Harfan Efendy Noor digambarkan memiliki kumis yang tebal, berjenggot, hemat kata, dan telah puluhan tahun mengabdi tanpa imbalan apapun hanya dengan motif syiar. K.A pada nama depan Pak Harfan berarti Ki Agus. Gelar K.A adalah garis laki-laki silsilah kerajaan Belitong. Sedangkan Bu Muslimah memiliki nama lengkap N.A Muslimah Hafsari binti K.A bdul Hamid hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri), mengajar semua mata pelajaran, menyusun sendiri silabus pelajaran budi pekerti, dan mendapat upah 15 kg beras setiap bulan. Untuk menafkahi diri dan adik-adiknya, Bu Mus menerima jahitan hingga larut malam. Ada beberapa alasan mengapa orangtua mendaftarkan anaknya ke SD Muhammadiyah Belitong. Pertama, karena SD Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apapun, para orangtua hanya menyumbang semampu mereka. Kedua, karena ada firasat bahwa anak-anak mereka mudah disesatkan oleh iblis sehingga harus mendapat pengajaran Islam yang tangguh sejak dini. Ketiga, karena memang anaknya tidak diterima di sekolah mana pun. Suatu pagi, diawal tahun ajaran baru di SD Muhammadiyah Belitong ada pemandangan yang lain dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya. Sekolah Islam miskin yang justru akan ditutup oleh Depdikbud Sumatra Selatan diawal penerimaan siswa baru, jika tidak dapat memenuhi target sepuluh murid. Namun situasi yang mencemaskan itu tidak terjadi karena telah diselamatkan oleh seorang pria jenaka berumur 15 tahun, memiliki keterbelakangan mental yang bernama


53 Harun. Padahal, Pak Harfan selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah telah menyiapkan pidato pembubaran sekolah. Setelah dinyatakan bahwa SD Muhammadiyah tidak jadi ditutup karena telah mendapat sepuluh murid, Bu Mus dengan ramah segera menghampiri orangtua murid barunya dan berdialog. Hal yang pertama Bu Mus lakukan terhadap sepuluh murid baru tersebut adalah mengabsen dan mengelompokkan tempat duduk berdasarkan kemiripan. Ikal duduk dengan Lintang karena samasama berambut ikal. Trapani dengan Mahar karena keduanya memiliki rupa yang tampan. Borek dan Kucai, duduk berdua bukan karena mirip tetapi sama-sama sulit diatur. Begitu pula dengan Sahara dan A Kiong yang selalu bermusuhan hingga bertahun-tahun. Pelajaran pertama disampaikan oleh Pak Harfan yang memiliki rupa yang buruk dan buruk pula apa yang disandangnya. Prolog penerimaan selamat datang terhadap sepuluh murid baru di sekolah yang sederhana ini disampaikan dengan penuh suka cita. Pak Harfan menyambut murid-murid barunya dengan menceritakan kisah nabi Nuh yang disampaikan dengan penuh penghayatan. Cerita selanjutnya adalah kisah Perang Badar yang disampaikan dengan semangat sehingga murid-muridnya dapat langsung merasakan kehebatan Perang Badar. Bapak yang jahitan kerah kemejanya telah lepas itu tampak amat bahagia menghadapi murid. Terkadang, demi muridnya mengerti apa yang disampaikan Bapak yang telah mengabdi puluhan tahun ini, menaikturunkan intonasi, menekan kedua ujung meja sambil mempertegas kata-kata tertentu, dan berlari-lari kecil mendekati murid dan menatapnya penuh arti dengan mata yang teduh. Kemudian


54 membisikkan ke telinga muridnya ayat-ayat suci dan menantang pengetahuan murid dengan pertanyaan-pertanyaan.. Pak Harfan memberikan pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, ketekunan dan keinginan kuat dalam menggapai cita-cita. Selain itu, bapak berjenggot ini menyakinkan muridnya bahwa hidup akan demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama dan memberikan sebuah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-kata yang mampu mengarahkan kehidupan muridnya hingga dewasa yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyakbanyaknya. Kemudian kelas diambil alih oleh Bu Muslimah. Sejak pembatalan pembubaran sekolah yang sebelumnya cemas, Bu Mus berubah ceria dan segera menyambut siswa baru dengan senyum dan semangat yang mengembara. Senyum dan semangatnya akan selalu dikenang oleh sepuluh siswa yang selama sembilan tahun bersamanya di sekolah Muhammadiyah yang hampir rubuh ini. Acara yang dipimpin oleh Bu Mus adalah perkenalan masing-masing dari sepuluh murid barunya. Bu Muslimah Hafsari adalah guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Selama enam tahun, Bu Mus mengajar sendiri semua mata pelajaran, mulai dari Menulis Indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik Olahraga. Bu Mus mengajarkan dasar-dasar moral dengan menuntun murinya membangun integritas diri dalam konteks Islam. Muridnya diajarkan untuk berprilaku baik


55 dengan kesadaran pribadi. Perintah Shalat dalam surah An-Nisa disampaikan oleh Bu Mus begitu berbeda, seolah-olah memiliki kekuatan, sakti, dan berdengungdengung sehingga muridnya merasa sangat menyesal ketika terlambat shalat. Bu Muslimah juga mengajarkan arti penting menjaga amanah dengan mengambil perkataan Khalifah Umar Bin Khattab: “Barangsiapa yang kami tunjuk sebagai amir dan kami tetapkan gajinya untuk itu, maka apa pun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan!” Kata-kata tersebut disampaikan dengan lantang, sehingga membuat muridnya terpesona sekaligus gemetar terutama Kucai. Bertahun-tahun Kucai menjabat ketua kelas dan dengan perkataan Bu Mus tersebut dia memberikan usul, sebaiknya di tunjuk ketua kelas yang baru. Kucai gamang, apakah dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinannya setelah mati nanti. Pemilihan ketua kelas pun dilakukan, namun nama Kucai masih dipercaya oleh teman-temannya sebagai ketua kelas. Kenyataan ini membuat kucai lemas tak berdaya. Melihat keadaan tersebut, Bu Mus segera menasehati Kucai dengan menyakinkan bahwa memegang amanah memang berat, tetapi banyak yang akan mendoakan seorang pemimpin. Pada suatu hari, murid-muridd mengeluh mengapa sekolah SD Muhammadiyah tidak seperti sekolah-sekolah lain, terutama atap bocor ketika hujan. Bu Muslimah tidak menanggapi hal itu, tapi mengeluarkan sebuah buku berbahasa belanda dan memperlihatkan sebuah gambar yang sempit, dikelilingi tembok tebal yang suram, tinggi, gelap, dan berjeruji. Ibu Mus menjelaskan gambar tersebut adalah sel Pak Soekarno ketika dipenjara. Di penjara yang sunyi


56 dan angker ini Pak Soekarno terus belajar sehingga menjadi salah satu orang cerdas yang dimiliki bangsa Indonesia. Dan sejak itu muridnya tak pernah lagi mengeluhkan kekurangan yang ada di SD Muhammadiyah. Bahkan mereka semakin semangat belajar walau apapun yang terjadi. Dari sinilah lahir anak-anak cerdas yang mampu membangkitkan SD Muhammadiyah yang terpuruk dan terpinggirkan. Siswa yang membanggakan itu adalah Lintang dan Mahar. Lintang adalah anak nelayan yang miskin, namun memiliki kecerdasan luar biasa dalam bidang akademik khususnya pelajaran MIPA. Kecerdasan Lintang membuat Bu Muslimah berdecak kagum, ketika temannya baru bisa mencongak, anak pesisir ini sudah pintar membagi angka desimal dan mampu menjelaskan hubungan keduanya dalam tabel logaritma. Bahkan ketika SMP, teman-temannya masih disibukkan dengan absis dan ordinat, Lintang telah mempelajari materi di tingkat SMA maupun Perguruan Tinggi. Keingintahuan Lintang tidak terbatas pada pelajaran MIPA saja melainkan Bahasa Inggris dan Agama. Namun, anak yang kedua orangtuanya tak dapat membaca ini mempunyai sifat rendah hati sehingga dapat membantu Bu Muslimah membimbing teman-temannya yang memiliki kesulitan belajar. Bu Mus tidak berhenti memuji kecerdasan yang di miliki anak pesisir yang harus menempuh jarak 80 km untuk mendapatkan pendidikan dan harus dihadang buaya sebesar pangkal pohon nipah itu. Kecerdasan yang dimiliki Lintang mampu mengharumkan SD Muhammadiyah dalam lomba kecerdasan. Selain membimbing teman-temannya dalam pelajaran, Lintang juga mengajarkan tentang keberanian bercita-cita dan berusaha merealisasikan cita-cita tersebut.


57 Begitu pula dengan Mahar yang memiliki bakat seni baik sebagai pelantun gurindam, sutradara teater, koreografer, penyanyi, pendongeng ulung maupun pemain sitar yang fenomenal. Koreografi massal suku Masai dari Afrika karyanya dalam karnaval 17 Agustus memberikan sebuah trofi perdana untuk SD Muhammadiyah. Hal ini merupakan suatu prestasi dalam sejarah SD Muhammadiyah Belitong karena mampu mengalahkan Marching Band Sekolah PN yang bertahun-tahun menjadi juara. Ketika menginjak usia remaja dan berada di tingkat menengah pertama (SMP), anggota laskar pelangi diajarkan bagaimana membuat telur asin, menyamai biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan, dan praktek memasak. Pelajaran tentang kedisiplinan tidak hanya sebatas teori, akan tetapi diterapkan secara langsung sehingga murid dapat menghargai arti disiplin. Demi menegakkan kedisiplinan, Bu Mus tidak memberikan nilai sempurna pada Mahar. Meskipun karya Mahar adalah karya terbaik. Hal tersebut dilakukan oleh Bu Mus karena pengumpulan tugas melanggar waktu yang telah ditentukan. Seiring waktu, ketekunan Mahar dalam seni berbelok ke jalan gelap dunia hitam yaitu perdukunan, ilmu gaib, klenik dan takhayul yang menyebabkan nilainilai ulangannya merosot, padahal sebentar lagi akan Ebtanas. Kesesatan Mahar dalam dunia gaib semakin berkembang setelah kedatangan siswa baru yang bagi anggota Laskar Pelangi tidaklah asing karena pernah ditemukan oleh Mahar ketika tersesat di Hutan. Siswa baru itu adalah Floriana atau biasa disapa Flo. Flo adalah siswa sekolah PN (Perusahaan Negara). Sekolah Flo adalah sekolah milik


58 PN yang memiliki berbagai fasilitas dan tempat bagi semua yang terbaik. Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu, TK, SD, dan SMP berada dalam kawasan Gedong dan hanya orang-orang tertentu yang berhak masuk dalam kawasan ini. Ayah Flo adalah orang melayu asli yang memiliki keahlian bidang teknik sehingga dia berhak tinggal di gedong kawasan PN. Flo memilih pindah ke SD Muhammadiyah yang miskin dan tak memiliki fasilitas apapun dibandingkan sekolah PN yang reputasinya tak dapat diragukan lagi karena ingin bersama Mahar. Mereka memiliki hobi yang sama yaitu dunia gaib, kemudian membentuk sebuah organisasi yang mengurusi hal-hal gaib. Nama organisasi mereka adalah Societeit de Limpai. Mahar dan Flo yakin bahwa kekuatan gaib dan supranatural mampu memperbaiki nilai-nilainya yang merosot. Dalam hal ini Ibu Muslimah sangat kecewa dengan yang dilakukan oleh Mahar. Berbagai nasihat tlah diberikan, namun Mahar tetap bersikukuh terhadap dunia gaib yang diyakininya dapat memberikan hikmah dalam hidupnya. Untuk memperbaiki nilai-nilainya, Mahar dan Flo berencana menghadap Tuk Bayan Tula, seorang yang dianggap supersakti yang berada di Pulau Lanun. Dengan perjuangan baik materi maupun fisik, Mahar beserta Societeit de Limpai menemui Tuk Bayan Tula agar dapat membantunya dalam perbaikan nilai. Mereka pun berhasil menemui Tuk Bayan Tula dan mendapatkan sebuah gulungan kertas. Namun diluar dugaan Mahar ternyata kertas tersebut bertuliskan: Inilah Pesan Tuk Bayan Tula untuk kalian berdua, kalau ingin lulus ujian: Buka Buku, Belajar!!. Dari kejadian inilah Mahar dan Flo sadar bahwa keberhasilan bukan khayalan, namun butuh perjuangan yang keras


59 yaitu belajar. Mereka meminta maaf kepada Bu Muslimah, kemudian membubarkan Societeit de Limpai. Akhirnya Mahar dan Flo lulus ujian dan tanpa disangka, keesokan harinya Flo datang ke sekolah dengan menggunakan jilbab. Keceriaan, tawa-canda, perang mulut, beradu argumen antara anggota Laskar Pelangi harus terhenti ketika seorang siswa yang mengobarkan semangat dalam menggapai cita-cita, yang mengajari tenses dengan cara yang mudah dipahami, membimbing dalam ilmu aljabar dan mampu membawa nama harum SD Muhammadiyah yaitu Lintang, selama empat hari tidak masuk sekolah tanpa kabar. Lintang dalam bahasa Jawa adalah Bintang. Sesuai dengan namanya, Lintang memberikan cahaya terang tidak hanya kepada SD Muhammadiyah tetapi juga kepada teman-temannya. Tanpa Lintang, kelas kehilangan aura, menjadi sepi dan gelap seperti pantai tanpa mercusuar . Semua teman-temannya rindu akan jawaban-jawaban hebat dan kecerdasan luar biasa yang dimilikinya. Bu Mus berusaha mencari kabar tentang Lintang dengan menitip pesan kepada orang yang mungkin melintasi kampung anak pesisir yang miskin itu. Setelah satu minggu Lintang tidak masuk sekolah, datang seorang pria kurus tak beralas kaki masuk ke kelas menyampaikan surat kepada Bu Mus. Surat ini berisi bahwa ayah Lintang meninggal. Hal inilah yang menyebabkan Lintang tidak masuk sekolah karena harus menggantikan posisi ayahnya untuk menafkahi ibu, banyak adik, kakek-nenek, dan paman-pamannya yang tak berdaya. Jumlah keluarga yang ditanggungnya adalah 14 orang dan ini artinya Lintang tidak


60 memiliki peluang untuk melanjutkan sekolah. Padahal hanya tinggal empat bulan pendidikan SMPnya akan selesai. Lintang datang ke sekolah untuk terakhir kalinya dan mengucapkan salam perpisahan kepada anggota laskar pelangi, Bu Mus, Pak Harfan, dan tentunya kepada pendidikan. Sore yang lengang, semua warga SD Muhammadiyah merasakan kesedihan yang mendalam ketika seorang yang selalu memberi motivasi dan inspirasi harus keluar dari lingkar pendidikan hanya karena berasal dari keluarga miskin dan harus menjadi tulang punggung keluarga. Dua belas tahun kemudian. Ikal telah merantau di Bogor dan menjadi tukang sortir surat. Rencana A yang ingin menjadi pemain bulu tangkis telah gagal, begitu pula dengan rencana B yang ingin menjadi penulis tentang dunia bulu tangkis. Namun kegagalan kedua rencananya, justru melahirkan rencana C yaitu ingin sekolah dan menemukan Edensor, desa khayalannya. Setiap waktu dia gunakan untuk belajar dan ini didukung oleh penyakitnya yaitu Insomnia (penyakit sulit tidur). Rencana C yang telah diusahakan akhirnya membuahkan hasil, Ikal mendapatkan beasiswa S2 di Perancis. Sedangkan A Kiong akhirnya masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat yang disaksikan oleh Pak Harfan dan Bu Mus. Kemudian Bu Mus menganugerahkan nama untuknya Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman. A Kiong mengumpulkan seribu keberanian untuk meminang gadis pujaannya yaitu Sahara. Mereka hidup bahagia, memiliki anak lima dan mendirikan toko Sinar Perkasa. Samson alias Borek menjadi kuli di toko Sahara dan A Kiong atau Muhammad Jundullah.


61 Albert Einsteinnya Indonesia, Lintang, kini harus bekerja rodi. Kecerdasan yang dimiliki Lintang tak di dukung oleh biaya sehingga tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Hal ini adalah alasan klasik bagi orang miskin dalam meraih pendidikan, namun kenyataan yang sering terjadi bahwa orang miskin yang memiliki kecerdasan tak mampu merealisasikan keinginannya karena tersandung oleh biaya. Sedangkan Flo yang dulu tidak mengakui kodratnya sebagai wanita, kini telah berjilbab. Dia kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Setelah lulus, ia menjadi guru TK di Tanjong Padang dan bercita-cita membangun gerakan wanita Muhammadiyah. Dia menikah dengan seorang petugas teller bank BRI dan dikaruniai empat anak laki-laki, dua kali kembar. Mahar yang memiliki kecerdasan luar biasa dalam seni, awalnya menganggur. Kemudian dia mulai menulis artikel-artikel kebudayaan melayu, mengajar dan mengorganisasikan berbagai kegiatan budaya. Dan untuk menambah penghasilannya, Mahar menjadi pelatih beruk memetik buah kelapa. Kehidupan Syahdan lebih menarik. Ketika kecil dia adalah orang yang tidak dipikirkan. Cita-citanya ingin menjadi aktor dan setamat SMA hijrah ke Jakarta untuk merealisasikan cita-citanya tersebut. Namun ia bosan menjadi pemain figuran dan tanpa disadari karena iseng-isengnya kursus komputer akhirnya Syahdan menemukan bakatnya yaitu menjadi Network Designer. Lain Syahdan, lain pula dengan Kucai yang sekarang memiliki nama lengkap Mukharram Kucai Khairani MBA telah menjadi seorang ketua salah satu


62 fraksi di DPRD Belitong. Kisah Trapani sangat mengharukan, dia memiliki ketergantungan pada ibunya yang disebut mother complex. Ketika bangun tidur, tidak melihat ibunya maka ia akan menjerit-jerit dan ibunya pun kini hampir terganggu jiwanya karena harus selalu berada didekat anaknya. Setelah mendapat perawatan yang intensif dan mengalami kemajuan, akhirnya Trapani diperbolehkan pulang. Dan yang terjadi pada Perusahaan Negara (PN) Timah adalah kelumpuhan total karena harga timah merosot tajam. Seluruh fasilitas ditutup dan puluhan ribu karyawan di PHK. Rumah Gedong, halaman yang luas dan sekolah-sekolah PN menjadi peninggalan sejarah. Sedangkan perguruan Muhammadiyah, pada tahun 1991 ditutup, kemudian mendirikan dua pesantren. Pak Harfan hingga kini tak berhenti mendengungkan syiar Islam dan Bu Muslimah mendapat kesempatan dari Depdikbud untuk mengikuti Kursus Pendidikan Guru (KPG), lalu diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). C. Keteladanan Guru Novel merupakan karangan panjang yang didalamnya dapat kita temukan pesan-pesan moral baik pesan keagamaan maupun pendidikan. Dengan membaca sebuah novel pembaca dapat mengambil pesan yang disampaikan pengarang sekaligus merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata, memberikan gambaran keteladanan guru yang akan diuraikan sebagai berikut:


63 1. Kasih Sayang Kasih sayang merupakan sifat fitrah yang setiap manusia pasti memilikinya. Rasa kasih sayang dapat ditunjukkan melalui lisan, tulisan maupun perilaku. Dalam dunia pendidikan, guru sebagai orang tua kedua diharapkan dapat memberikan kasih sayangnya kepada murid-muridnya dengan tulus, seperti yang digambarkan dalam penggalan novel berikut ini: Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit, mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara mengambil wudhu, melongok ke dalam sarung kami ketika kami di sunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal3 “Jika kami sakit, sakit apapun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar seperti kancing jas hujan, yang rasanya sangat pahit.4 Dari penggalan novel diatas, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan rasa kasih sayang dari seorang guru kepada muridnya. Disini digambarkan bahwa tugas seorang guru bukan hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan tetapi bagaimana guru dapat menjadi sahabat dan pelindung bagi murid-muridnya. Guru dapat terlibat secara penuh dalam semua aktivitas peserta didik selama mereka ada di sekolah. Dalam Undang-undang guru dan dosen Pasal 1 Bab 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 5 3 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2008). Cet. XVII, hlm. 32. 4 Ibid., hlm. 18. 5 Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokus Media, 2009), hlm. 2.


64 Getaran kasih sayang untuk membimbing, mengarahkan, mendorong, dan melindungi peserta didik seperti yang disebutkan dalam tugas utama guru diatas sangat penting dalam interaksi pendidikan, karena seorang anak akan merasakan sesuatu yang berbeda terhadap sentuhan ini. Perasaan tersebut secara psikologis akan mempengaruhi jiwa anak dalam menerima ilmu yang diberikan oleh seorang guru, sebagaimana ditunjukkan dalam penggalan novel dibawah ini: “Jika Ia mengucapkan sesuatu kami pun terpaku menyimaknya dan tak sabar menunggu untaian kata berikutnya”.6 “ Kami tak berkedip menatap sang juru kisah yang ulung ini. Pria ini buruk rupa dan buruk pula setiap apa yang disandangnya, tapi pemikirannya jenih dan katakanya bercahaya.”7 “Satu jam dengannya terasa hanya satu menit, kami mengikuti setiap inci langkahnya ketika meninggalkan kelas. Pandangan kami melekat tak lepas-lepas darinya karena kami telah jatuh cinta padanya. Beliau telah membuat kami menyayangi sekolah tua ini.”8 Guru yang digambarkan dalam penggalan novel diatas menunjukkan bahwa guru dapat demikian berarti bagi muridnya. Murid akan merasa kehilangan seorang guru ketika meninggalkan kelas, apalagi jika gurunya yang penuh kasih sayang tidak masuk mengajar. Kasih sayang merupakan suatu nikmat yang perlu di syukuri dan direalisasikan khususnya dalam dunia pendidikan. Sebagaimana firman Allah dalam surah Asy-Syura ayat 23: 6 Andrea Hirata, Laskar …, hlm 25. 7 Ibid., hlm. 25. 8 Ibid., hlm. 25.


65 Artinya: “Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hambahamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Dalam mewujudkan kasih sayang, Rasulullah juga memberikan gambaran dalam hadisnya yang berbunyi: “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam saling mencintai dan menyayangi bagaikan tubuh yang satu: apabila salah satu anggotanya merasakan sakit, maka semua anggota lainnya akan merasakan tidak dapat tidur dan demam. (HR. Muslim). Ayat maupun hadis diatas menegaskan sebagai seorang muslim diwajibkan untuk saling menyayangi karena setiap muslim adalah saudara. Sifat kasih sayang adalah implikasi dari iman seseorang. Seseorang dikatakan beriman jika dapat menyayangi orang lain seperti menyayangi dirinya sendiri. Hadis Rasulullah menyebutkan: “Seseorang kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari) Rasa kasih sayang dapat dilihat bagaimana seorang guru memperlakukan muridnya sebagai manusia. Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia. Perlakuan kasih sayang tersebut ditunjukkan dalam penggalan novel berikut: “…….Beliau berlari-lari kecil mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu yang paling berharga.


66 Lalu membisikkan sesuatu ditelinga kami, menyitir dengan lancer ayat-ayat suci, menantang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam berfikir seperti kekasih merindu, indah sekali.”9 Dalam cuplikan novel diatas, pengajarang juga ingin menyampaikan pesan bahwa seorang guru juga harus memiliki fisik dan mental yang kuat serta akhlak yang baik. Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Imam Musbikin, Untuk menjadi seorang pendidik yang baik ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang cerdas dan sempurna akalnya, juga yang baik akhlak dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam; dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya; dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan mengarahkan anak-anak muridnya.10 Kasih sayang adalah karunia dari Allah Swt yang senantiasa diberikan kepada setiap manusia yang harus diberikan kepada orang lain dan dipelihara dengan baik sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyaman bagi orang disekitarnya. Begitu halnya dengan guru, sebagai sosok yang diguguh dan ditiru diharapkan dapat memberikan kasih sayang yang tulus kepada setiap muridnya tanpa pilih kasih. Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya pada setiap pohon terdapat buah, dan buahnya hati adalah anak. Sesungguhnya Allah tidak akan mengasihi mereka yang tidak 9 Ibid., hlm. 24. 10 Imam Musbikin, Guru Yang Menakjubkan! (Jogjakagrta: BukuBiru, 2010), Cet. 1, hlm.26.


67 mengasihi anaknya, Dan demi nyawaku yang berada di tangan-Nya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang memiliki kasih sayang.” Kami bertanya, “Ya Rasulullah, kami seluruhnya saling mengasihi.” Rasulullah berkata, “Bersifat kasih sayang itu bukanlah mereka yang hanya mengasihi salah seorang dari sahabatnya saja, namun mereka yang juga mengasihi seluruh manusia.” 11 Hadis diatas mempertegas bahwa dalam memberikan kasih sayang tidak boleh pilih-pilih. Begitu pula dengan seorang guru, harus menyayangi semua muridnya tanpa pandang suku, agama, warna kulit maupun kelas sosial. Dengan keteladanan berupa pemberian kasih sayang yang tulus dalam dunia pendidikan, maka akan tercipta guru-guru paripurna yang kehadirannya sangat diharapkan tidak hanya bagi murid, melainkan masyarakat, bangsa, Negara maupun agama. 2. Ikhlas Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik semata-mata hanya karena Allah. Penggalan novel dibawah ini memberikan gambaran rasa ikhlas yang dimiliki oleh guru: “Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah nyaris tanpa imbalan apapun, demi motif syiar.” 12 “…….,namun beliau bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya, K.A Abdul Hamid, pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong untuk terus mengobarkan pendidikan Islam.” 13 11 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1998) Cet ke 3, hlm.56. 12 Andrea Hirata, Laskar …, hlm.21. 13 Ibid., hlm. 30.


68 Dari penggalan novel diatas, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru diharapkan memiliki rasa ikhlas. Ikhlas yang digambarkan adalah ikhlas dalam mengemban amanah sebagai seorang guru untuk menyampaikan ilmu, melestarikan islam, dan menanggung segala resiko yang akan menimpa. Semua perbuatan tersebut harus ditujukan untuk mengharap keridhoan Allah SWT, bukan untuk menaikkan pangkat, kedudukan maupun kebanggaan semata. Dalam berbuat dan beramal, seorang muslim diwajibkan bertujuan mencari keridhoan Allah Swt. Sebagaimana firman Allah surah Al-An-am ayat 162-163: Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Ayat diatas mengingatkan bahwa semua aktivitas baik yang ditujukan kepada Allah (mahdhah) maupun muamalah harus dilandasi hanya mengharapkan keridhaan Allah. Begitu halnya dengan seorang guru, aktivitasnya baik mengajar, mendidik, mengarahkan maupun memberikan teladan kepada murid-muridnya tanpa dilandasi keikhlasan karena Allah akan sia-sia. Sabda Nabi Muhammad Saw: “Allah tidak akan menerima amalan, melainkan yang ikhlas padanya dan yang dituntut dengannya keridhaan Allah “(HR. Ibnu Majah).


69 Dalam melaksanakan proses pengajaran, rasa ikhlas sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disebabkan karena mengajar sekaligus mendidik adalah tugas yang tidak mudah untuk dilakukan. Mengajar adalah mentrasfer ilmu yang dimiliki, sedangkan mendidik adalah melibatkan seluruh jiwa dan raga untuk murid, meskipun berbagai rintangan harus dihadapi. Guru yang ikhlas adalah guru yang kaya hati. Hati merupakan sesuatu yang paling penting dan mulia pada diri manusia. Sebagaimana hadis Nabi yang berbunyi: Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis diatas menegaskan bahwa peran hati yang tulus dan murni adalah hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan semua perbuatan merupakan aplikasi niat yang bersumber dari hati. Guru yang ikhlas akan tercermin dari ucapan maupun perbuatan yang dilakukannya. Sebagai implikasi dari guru yang ikhlas, dalam mengawali dan menyelenggarakan pendidikan adalah membuka hati muridmuridnya. Sebagaimana digambarkan dalam penggalan novel dibawah ini: Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh ke dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya. Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui katakatanya yang ringan, namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan.14 14 Ibid., hlm 24.


70 Penggalan novel diatas merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang bahwa keterbatasan di semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan baik sarana maupun prasarana dapat diatasi dengan jiwa yang tulus untuk membantu sesama. Keterbatasan bukan penghalang untuk mendidik putra dan putri bangsa yang akan mewarisi sebuah Negara. Bahkan, keterbatasan menjadikan seorang guru lebih kreatif dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Pengarang juga mengingatkan kepada pendidik bukan hanya sebagai pengajar (transfer knowledge), melainkan membangun karakter (building character) kepada murid-muridnya. Guru yang ikhlas senantiasa memberikan pengajaran yang terbaik bagi muridnya yang mengantarkan menjadi manusia dewasa. Berikut ini merupakan beberapa profil seorang guru yang dikemukakan oleh William Athur Ward, seorang Junalis yang dikutip oleh M. Furqon Hidayatullah: Guru yang biasa adalah berbicara Guru yang bagus adalah menerangkan Guru yang hebat adalah mendemontrasikan Guru yang agung adalah memberi inspirasi15 Profil guru diatas jika direlevansikan dengan penggalan novel, dapat diketahui bahwa profil guru dalam novel tersebut adalah guru yang agung. Guru yang tidak hanya piawai dalam berbicara, menerangkan, mendemontrasikan, tetapi juga dapat memberikan inspirasi. Inspirasi yang diberikan memberikan 15 Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009) Cet. Ke 1. hlm 155.


71 pengetahuan yang tak terhingga dan membangkitkan semangat seorang murid dalam menuntut ilmu. Sebagai landasan guru yang kaya hati adalah bahwa: Amanah sebagai salah satu hal yang jika dimiliki, pemiliknya sesungguhnya menjadi kaya, sekalipun banyak kemegahan dunia tidak dicapainya. (HR. Imam Ahmad dan Tabrani. Hadits lain menyatakan tentang hakikat kekayaan: Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta benda tetapi kekayaan sebenarnya adalah kekayaan jiwa. (HR. Abu Yu’la)16 Hadis diatas menerangkan bahwa guru yang ikhlas adalah guru yang mampu memegang amanah dengan dilandasi hati yang tulus mengharap ridha ilahi. Keteladan sifat ini akan memberikan pengaruh positif bagi seorang murid, yang pada akhirnya tujuan rabbani maupun tujuan intruksional dapat dicapai sekaligus. 3. Disiplin Dalam kehidupan di bumi ini, terdapat nilai-nilai atau norma-norma yang terhimpun menjadi sebuah aturan yang harus dipatuhi oleh manusia. Hal itu disebabkan suatu penyimpangan ataupun pelanggaran terhadap suatu aturan menimbulkan efek berupa kuburukan dan keresahan baik bagi diri pribadi maupun masyarakat. Dalam penggalan novel berikut ini digambarkan akibat pelanggaran yang dilakukan oleh manusia: 16 Ibid., hlm. 156.


72 “Mereka yang ingkar telah diingatkan bahwa air bah akan datang ….,” demikian ceritanya dengan wajah penuh penghayatan. “Namun kesombongan membutakan mata dan menulikan telinga mereka, hingga mereka musnah dilamun ombak….” “Pelajaran moral bagiku: jika tak rajin shalat maka pandai-pandailah berenang.17 Penggalan novel diatas merupakan sepenggal kisah masyarakat nabi Nuh yang tidak melaksanakan apa yang disampaikan oleh nabi Nuh berupa penyembahan kepada Allah Swt. Bahkan konsekuensi atas ketidakdisiplinan mereka terhadap perintah Allah adalah air bah yang menenggelamkan semua yang ada di bumi, kecuali orang-orang yang masih mematuhi perintah yang diselamatkan dengan perahu yang dibuat oleh nabi Nuh. Dari penggalan novel diatas, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa ketidakdisiplinan mengakibatkan hidup menjadi tidak seimbang. Pengabaian perintah Allah menjadikan manusia sengsara bahkan binasa. Allah Swt berfirman dalam surah Ar-Ra’du ayat 37 yang berbunyi: Artinya: Dan Demikianlah, kami Telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, Maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan penyimpangan. Penyimpangan yang dilakukan tidak hanya terhadap nilai maupun norma yang berlaku di masyarakat, tetapi juga kepada aturan yang diciptakan Allah. Seperti yang digambarkan dalam penggalan novel berikut: 17 Andrea Hirata, Laskar …, hlm. 22.


73 Kami bingung, lalu flo kembali memandang kami dan kami terkejut ketika dengan pasti ia menunjuk Trapani sambil bersabada: “Aku hanya ingin duduk dengan Mahar!”18 “Aku mencari hikmah dari dunia gelap Ibunda …” 19 “Mereka memang tergila-gila tapi kekasih hati mereka adalah dunia gelap, mistik dan klenik.”20 Oleh karena itu, Allah memberikan seperangkat aturan berupa nilai-nilai atau norma-norma yang tertuang dalam Al-qur’an sebagai pedoman hidup utama manusia. Keterikatan manusia untuk mematuhi segala aturan yang diberikan oleh Allah, merupakan salah satu aspek yang membedakannya dari makhluk lain di muka bumi ini. Dengan demikian, manusia dituntut untuk mematuhi segala aturan hidup secara disiplin sehingga layak menyandang predikat manusia yang paling mulia. Pengarang juga mengingatkan akan aturan seorang muslim yang harus dipatuhi dan dilaksanakan yaitu mendirikan shalat secara disiplin. Allah berfirman dalam surah Thaha ayat 14: Artinya: Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. 18 Ibid., hlm. 335. 19 Ibid., hlm. 351. 20 Ibid., hlm. 360.


74 Shalat wajib untuk dilakukan karena shalat merupakan pilar tegaknya agama Islam. Bila pilar tersebut runtuh, Islam pun akan runtuh. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Rasulullah Saw dalam sebuah hadis: Sesungguhnya pilar-pilar Islam akan runtuh satu persatu. Ketika pilar pertama runtuh maka manusia akan berpegang pada pilar berikutnya. Keruntuhan pilar Islam berawal dari diabaikannya hukum-hukum Islam, dan pilar terakhir yang akan runtuh adalah shalat.” (HR. Ibnu Hibban)21 Pentingnya shalat tercermin bagaimana Allah berkali-kali menyebutnya dalam Al-Qur’an untuk mendirikan shalat. Shalat merupakan amalan utama yang menghindarkan diri manusia dari perbuatan buruk. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 45: Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Abdullah bin Qurth, Rasulullah bersabda: “Amal yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Bila shalat seseorang baik, seluruh amalnya baik. Demikian sebaliknya, seseorang yang shalatnya buruk maka buruk pula seluruh amalnya. (HR. Thabrani). “ Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak, demikian Bu Mus selalu menasehati kami.22 21 Syaikh Jalal Muhammad Syafi’i. The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing, 2006) Cet. 2, hlm. 40. 22 Andrea Hirata, Laskar …, hlm. 31.


75 Dari penggalan novel diatas, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa shalat harus dikerjakan tepat waktu yang secara implisit mengandung makna kedisiplinan. Pengarang juga ingin menegaskan bahwa pengajaran disiplin harus diberikan secara kontinu (terus-menerus) sehingga seorang siswa akan mengingat apa yang disampaikan oleh guru. Kedisiplinan dalam shalat yang akan merefleksikan sikap disiplin terhadap pekerjaan maupun tugas yang lain. Dalam dunia pendidikan, pengajaran kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan. Melalui pendidikan disiplin, setiap anak dikenalkan tata tertib (termasuk perintah), memahami manfaat ataupun kegunaannya, melaksakannya tanpa paksaan, usaha melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya, diperbaiki jika dilanggar dan memberikan sanksi jika diperlukan. Penggalan novel berikut merupakan salah satu penegakkan sikap disiplin “ Kali ini Ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidiku sendiri, “kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja. “Bukan karena karyamu tidak bermutu, tapi dalam bekerja apapun kita harus memiliki sikap disiplin.” 23 Kemauan atau kesediaan untuk mematuhi sebuah aturan sebaiknya atas kesadaran pribadi, bukan paksaan. Akan tetapi terhadap anak didik yang belum memiliki kesadaran seperti yang ditunjukkan oleh penggalan novel diatas, diperlukan tindakan pemaksaan ataupun sanksi dari orang yang bertanggungjawab dalam mewujudkan sikap disiplin, meskipun anak didik tidak menyukainya. Allah memberi peringatan keras kepada orang-orang yang tidak patuh kepada aturan dalam firmannya surah At-Taubah ayat 74, sebagai berikut: 23 Ibid., hlm. 190.


76 Artinya: “Bila mereka tidak patuh, maka Allah akan menghukum mereka dengan hukuman yang amat pedih di dunia dan di akhirat.” Dalam hal ini, Rasulullah memberikan petunjuk di dalam sabdanya yang berbunyi: “Seorang muslim wajib mendengarkan dan mematuhi perintah, yang disukainya atau tidak disukainya, selama perintah itu tidak menyuruh mengerjakan maksiat (kejahatan). Tetapi apabila dia disuruh untuk mengerjakan kejahatan, tidak boleh di dengar dan tidak boleh dipatuhinya.” 24 Seorang guru yang menghendaki kesuksesan dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya, haruslah memiliki disiplin yang tinggi. Datang tepat waktu, mengajar dengan penuh tanggungjawab, menaati ketentuan yang berlaku di sekolah, mampu menjadi teladan dan bagi siswa-siswinya. Guru yang disiplin selalu melakukan persiapan sebelum proses pembelajaran, melakukan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang dibuat, dan juga melakukan upaya tindak lanjut. Seperti yang digambarkan dalam penggalan novel berikut ini: “Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran Budi Pekerti dan mengajarkan kepada kami sejak diri pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi, jauh sebelum orang-orang sekarang meributkan soal material versus pembangunan spiritual. Dasar-dasar moral tersebut menuntun kami membuat kontruksi imajiner nilai-nilai integritas 24 Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), hlm. 231.


77 pribadi dalam konteks Islam. Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berprilaku baik karena kesadaran pribadi.”25 Pengawasan terhadap kedisiplinan yang telah diajarkan oleh guru sangat penting, karena tanpa pengawasan murid akan cenderung meremehkan bahkan melupakan. Salah satu bentuk pengawasan terhadap kedisiplinan ditunjukkan dalam penggalan dialog novel berikut: “Apakah Ananda sudah memiliki rencana A dan rencana B?” “Ibunda, masa depan milik Tuhan ….”26 “Artinya Ananda tidak punya rencana yang positif, tak pernah lagi mau membaca buku dan mengerjakan PR karena menghabiskan waktu untuk kegiatan perdukunan yang membelakangi ayat-ayat Allah.” Nilai-nilai ulanganmu merosot tajam. Kita akan segera menghadapi ulangan caturwulan ke tiga, setelah itu caturwulan terakhir menghadapi Ebtanas. Nilaimu bahkan tak memenuhi syarat untuk melalui caturwulan ketiga ini. Jika nanti ujian antara-mu masih seperti ini, Ibunda tidak akan mengizinkanmu ikut kelas caturwulan terakhir. Itu artinya kamu tidak boleh ikut Ebtanas. 27 “Klenik, ilmu gaib, takhayul, paranormal, semuanya dengan pemberhalaan. Syirik adalah larangan tertinggi dalam Islam. Kemana semua kebajikan dari pelajaran aqidah setiap hari selasa? Kemana semua hikmah dari pengalaman jahiliyah masa lampau dalam pelajaran tarikh Islam? Kemana etika Kemuhammadiyahan? “Aku mencari hikmah dari dunia gelap Ibunda dan penasaran karena keingintahuan. Tuhan akan memberiku pendamping dengan cara yang misterius …”28 “Camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apa pun dari kemusyrikan, yang akan kau dapat dari praktik-praktik klenik itu adalah kesesatan yang semakin lama semakin dalam karena sifat syirik yang berlapis-lapis. Iblis mengipas-ngipasimu setiap kali kau kipasi bara api kemenyan itu.” 25 Andrea Hirata, Laskar …, hlm. 30. 26 Ibid., hlm. 349. 27 Ibid., hlm. 350 28 Ibid., hlm 351.


78 “Mahar mengerut. Ia tampak sangat bersalah telah membuat ibunda gurunya muntab.29 Dari penggalan novel diatas, pengarang menggambarkan bahwa dalam dunia pendidikan seorang murid dapat melakukan hal hal-hal yang demikian menyimpang. Perbuatan yang dilakukan tidak hanya menyimpang dari nilai-nilai yang dibuat oleh guru, tetapi juga dari nilai-nilai yang dibuat oleh Allah Swt sebagai pencipta manusia. Keteladanan guru dalam penegakan sikap disiplin sangat penting karena dapat mengantarkan siswa menjadi manusia yang sadar akan tanggungjawabnya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama. Dengan demikian diharapkan anak mampu ikut berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup bersama untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. 4. Sabar Sabar adalah teguh, hati, tabah, dan tidak mengeluh ketika tertimpa bencana, juga tahan derita terhadap sesuatu yang tidak disenangi dengan rela dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah Swt. 30 Sikap sabar dan tegar menghadapi rintangan apapun digambarkan dalam penggalan novel berikut ini: “Tekad itu memberinya kesulitan hidup yang tak terkira, karena kami kekurangan guru, lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan?” “Maka selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau sendiri yang mengajar semua mata pelajaran, mulai dari Menulis Indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau melanjutkan bekerja 29 Ibid., hlm. 352. 30 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Arruz Media, 2008) Cet. 1, hlm 84.


79 menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.” 31 “Beliau menghidupi keluarga dari sebidang kebun palawija di pekarangan rumahnya”. 32 Dari penggalan novel diatas, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa seorang guru harus memiliki sifat sabar dalam menghadapi kehidupan. Hal ini disebabkan, guru selain harus bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai pendidik, juga memiliki kehidupan pribadi yang menuntut perannya. Peran ganda tersebut menuntut seorang guru memiliki keteguhan hati untuk melaksanakan keduanya dengan seimbang. Dalam melaksanakan kesabaran mengandung usaha-usaha untuk menghidarkan segala rintangan dengan ikhtiar, doa dan tawakkal kepada Allah. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 153: Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Sifat sabar sangat penting untuk dimiliki seseorang, apalagi bagi seorang guru. Guru mempunyai tugas yang tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Mengajar adalah mentrasfer ilmu yang dimiliki, sedangkan mendidik adalah melibatkan seluruh jiwa dan raga untuk murid, meskipun berbagai rintangan harus 31 Andrea Hirata, Laskar …, hlm. 30. 32 Ibid., hlm. 21.


80 dihadapi. Pentinya sifat sabar digambarkan dalam Al-Qur’an surah An-Anfal ayat 65: Artinya: “Hai nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” Nabi Muhammad Saw. Bersabada: “Seseorang yang hidup di tengah masyarakat dan dengan sabar menanggung derita-derita yang menimpa dirinya adalah lebih baik daripada seseorang yang menjauhi masyarakat dan tak sanggup menanggung setiap derita yang menimpa dirinya.”33 Menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang tidak mudah, apalagi guru yang berada di desa terpencil dan termiskin. Seperti yang ditunjukkan dalam penggalan novel dibawah ini: “Tidak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah yang miskin di seantero negeri ini yang disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen ingin kawin, bisa rubuh berantakan.”34 “Jika dilihat dari jauh sekolah kami seolah akan tumpah karena tiang-tiang kayu yang tua sudah tak tegak menahan atap sirap yang berat. Maka sekolah kami amat 33 Ibid., hlm. 85. 34 Ibid., hlm . 17.


81 mirip dengan gudang kopra. Kontruksi bangunan yang menyalahi prinsip arsitektur ini menyebabkan tak ada daun pintu yang bisa dikunci karena sudah tak simetris dengan rangka kusennya.”35 “Maka pada intinya tak ada yang baru dalam pembicaraan tentang atapnya yang bocor, berdinding papan, berlantai tanah, atau kalau malam dipakai untuk menyimpan ternak, semua itu dialami oleh sekolah kami.” Dari penggalan novel diatas, pengarang ingin menunjukkan betapa pentingnya kesabaran oleh guru yang dihadapkan dalam situasi yang demikian. Semua fasilitas pendidikan yang tidak memadai, begitu pula dengan kesejahteraan guru yang tidak tercukupi. Akan tetapi, jika seorang guru memiliki jiwa sabar dalam mengemban tugas tidak akan muncul keluh kesah, apalagi sampai mogok mengajar. Sifat sabar yang dimiliki seorang guru akan terpancar dari sikapnya. Seperti yang ditunjukkan dalam penggalan novel dibawah ini: “Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid, tipikal “guru” sesungguhnya, seperti dalam lingua asalnya, India, yaitu orang yang tidak hanya mentransfer ilmu, tapi juga secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya.”36 Pengajaran sifat sabar juga sangat penting bagi seorang murid. Oleh karena itu, sifat sabar dalam menghadapi berbagai cobaan dan rintangan yang akan ataupun yang telah terjadi pada diri perlu diberikan sejak dini. Seperti yang tergambar dalam penggalan novel di bawah ini: “Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian melawan kesulitan apapun. Pak Harfan memberi kami pelajaran tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.”37 35 Ibid., hlm 19. 36 Ibid., hlm. 23. 37 Ibid., hlm 24.


82 “Pada kesempatan lain, karena masih kecil tentu saja, kami sering mengeluh mengapa sekolah kami tak seperti sekolah-sekolah lain. Terutama atap sekolah yang bocor dan sangat menyusahkan saat musim hujan. Beliau tak menanggapi keluhan itu tapi mengeluarkan sebuah buku berbahasa Belanda dan memperlihatkan sebuah gambar.” “Gambar itu adalah sebuah ruangan yang sempit, dikelilingi tembok tebal yang suram, tinggi, gelap, dan berjeruji. Kesan di dalamnya begitu pengap, angker, penuh kekerasan dan kesedihan.” “Inilah sel Pak Karno di sebuah penjara di Bandung, disini beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku. Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa ini.” Beliau tak melanjutkan ceritanya.38 Dari penggalan novel diatas, pengarang menjelaskan bahwa dalam memberikan pengajaran tentang kesabaran dapat dilakukan dengan berbagai metode, disesuaikan dengan kondisi yang mereka alami dan tentunya membutuhkan contoh yang nyata sehingga anak dengan mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru. Pengarang juga ingin menyampaikan pesan bahwa seorang guru dalam menjalankan tugas harus sabar ketika menemui siswa yang tidak mendengarkan kata-kata maupun nasehatnya, sebagaimana ditunjukkan dalam penggalan novel dibawah ini: “…Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu beliau sebenarnya ingin langsung melabrak Mahar. Air mukanya yang sabar menjadi merah. Beliau segera keluar ruangan menenangkan dirinya.”39 Penggalan novel diatas menunjukkan bahwa guru juga manusia yang memiliki rasa untuk marah. Namun, pengarang ingin menyampaikan bahwa guru sebagai teladan muridnya harus dapat berbuat yang lebih baik dalam hal menahan marahnya. 38 Ibid., hlm. 31. 39 Ibid., hlm. 352.


83 Diriwayatkan dari Abu Dzar ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian marah sambil berdiri, maka hendaklah dia duduk! Jika rasa marah menyingkir darinya, maka hal itu sudah cukup. Namun jjika masih belum hilang juga, hendaklah ia berbaring! (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud).40 . Sifat sabar akan melahirkan sifat ridha dan qana’ah. Kondisi serba kekurangan menjadi demikian indah jika dilandasi dengan kesabaran. Seperti yang digambarkan dalam penggalan novel berikut: “Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk membela sekolah yang hamper rubuh ini, apa pun yang terjadi.” “Aku merasa beruntung berada disini, ditengah orang-orang yang luar biasa ini. Ada keindahan di sekolah Islam melarat ini. Keindahan yang takkan ku tukar dengan seribu kemewahan sekolah lain”41 “Mulai saat itu kami tak pernah lagi memprotes keadaan sekolah kami. Pernah ketika hujan turun amat lebat, petir sambar menyambar. Trapani dan Mahar memakai terindak, topi kerucut dari daun lais khas tentara Vietkong, untuk melindungi jambul mereka. Kucai, Borek, dan Sahara memakai jas hujan kuning bergambar gerigi metal besar di punggungnya dengan tulisan “UPT Bel” (Unit Penambangan Timah Belitong), jas hujan jatah PN Timah milik bapaknya. Kami sisanya hampir basah kuyup. Tapi sehari pun kami tak pernah bolos, dan kami tak pernah mengeluh, tidak, sedikitpun kami tak pernah mengeluh.42 Dengan demikian, keteladanan guru berupa kesabaran, keteguhan, dan kesungguhan dalam mengemban amanah bangsa dan agama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus menanamkan akhlak yang luhur sangat penting diterapkan sehingga akan lahir generasi yang cerdas intelektual, akhlak yang unggul, dan kuat imannya. 40 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Tinjauan Hadits Nabi, (Jakarta Selatan: Mustaqiim, 2006) Cet. 2, hlm. 154. 41 Andrea Hirata, Laskar …, hlm 25 42 Andrea Hirata, Laskar …, hlm. 32.


84 D. Analisis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Laskar Pelangi adalah novel yang penuh makna sehingga dapat dikatakan universitas kata dan bahasa. Setiap kalimat dan paragrafnya dapat menjadi sebuah cerita baru. Novel ini merupakan salah satu karya fiksi yang mengandung unsur pendidikan. Pendidikan dalam novel laskar pelangi disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Semua peristiwa yang terjadi terlihat natural dan menunjukkan kondisi kenyataan yang ada. Gaya bahasa yang digunakan beragam dan berbau sains. Hal ini disebabkan karena latar belakang penulis yang sangat menyukai sains (fisika, kimia, dan biologi). Beberapa nilai pendidikan yang berkaitan dengan keteladanan guru yang terdapat dalam novel laskar pelangi adalah sebagai berikut: 1. Kasih Sayang Kasih sayang yang ditunjukkan dalam novel laskar pelangi adalah kasih sayang yang tulus dari seorang guru kepada murid. Kasih sayang yang diberikan merupakan sebuah kesadaran akan tugas yang diemban seorang guru yang bukan hanya pentransfer ilmu, melainkan dapat menjadi memberikan teladan, bimbingan, arahan, perlindungan, keamanan, dan kenyamanan serta dapat memberikan motivasi kepada murid-muridnya. 2. Ikhlas Sifat ikhlas yang digambarkan dalam novel perdana Andrea Hirata ini adalah suatu ketulusan yang murni atas dasar pengorbanan untuk kemaslahatan umat dan kelestarian pendidikan Islam. 3. Disiplin


85 Kedisiplinan yang tergambar dari novel laskar pelangi tidak hanya sebatas kepada peraturan muamalah khususnya dunia pendidikan, tetapi juga kepada peraturan yang telah dibuat oleh Allah Swt. 4. Sabar Keteguhan hati yang digambarkan dalam novel ini adalah bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan ketika kondisi serba kekurangan datang menghadang baik kekurangan sarana maupun prasarana. Keteladanan berupa kasih sayang, keikhlasan, kedisiplinan, dan kesabaran merupakan satu paket yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi. Sentuhan kasih sayang yang diberikan seorang guru harus dilandasi oleh rasa ikhlas semata-mata mengharapkan keridhaan Allah, karena jika tidak ikhlas akan menimbulkan motif lain yang menggeserkan niat dan pada akhirnya membuat segala yang diusahakan sia-sia. Pemberian kasih sayang dengan hati yang tulun harus dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga hidup menjadi seimbang, efektif, dan efisien. Untuk menjalankan ketiga keteladan tersebut adalah hal yang tidak mudah, oleh sebab itu diperlukan satu keteladanan yang sangat penting yaitu kesabaran. Kesabaran akan melahirkan sikap ridha, qana’ah, dan istiqomah dalam menjalankan apapun termasuk tugas sebagai pendidik anak bangsa.


86 BAB V PENUTUP A. Simpulan Novel laskar pelangi karya Andrea Hirata adalah novel pertama dari tetralogi Laskar pelangi, Sang pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Dalam novel ini diselipkan beberapa keteladanan guru, diantaranya: Kasih Sayang, kasih sayang merupakan karunia dari Allah kepada manusia yang harus direalisasikan terutama bagi seorang guru. Sentuhan kasih sayang membentuk atmosfer positif dalam benak murid sehingga dapat dengan mudah memahami pesan maupun ilmu yang disampaikan oleh guru. Ikhlas, rasa ikhlas dalam melakukan suatu perbuatan melahirkan sikap qana’ah, istiqomah, dan berupaya melakukan yang terbaik. Seorang guru yang ikhlas adalah berupaya memberikan yang terbaik, bukan menerima yang terbaik. Disiplin, sikap disiplin sangat penting untuk diterapkan karena kehidupan adalah umtuk mengikuti aturan yang ditentukan Allah sebagai pencipta bumi beserta isinya, maupun segala peraturan muamalah yang telah disepakati. Sabar, sabar akan melahirkan sikap yang teguh hati dalam menghadapi apapun, tidak putus asa menghadapi segala kekurangan. Sabar akan menuntun seseorang guru menghadapi kekurangan dengan hati yang tegar dan mampu mencari solusi dari kekurangan yang menimpanya.


87 B. Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi orangtua, maupun masyarakat pembaca karya fiksi khususnya novel, agar dapat memilih novel yang berkualitas bukan sekedar penghibur, namun dapat memberikan secercah kebaikan yang dapat ditemukan melalui pesan moral yang diselipkan pengarang dalam novel tersebut dan dapat menjadi cermin untuk menjadi yang lebih baik. 2. Bagi guru sebagai aktor utama dalam dunia pendidikan diharapkan dapat memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya. Guru merupakan alat peraga hidup yang langsung disaksikan oleh murid baik ucapan maupun perbuatan. Murid sebagai makhluk yang sugestif akan mengingat apa yang dilakukan guru dan cenderung untuk mengikutinya, karena guru adalah orang yang diguguh (dipercaya ucapannya) dan ditiru (diikuti perbuatannnya).


88 DAFTAR PUSTAKA Anggota IKAPI. 2009. Himpunan Peraturan Perundang-undangan: Undangundang Guru dan Dosen. Bandung: Fokus Media. Aly, Hery Noer dan Munzier S. 2000. Watak Pendidikan Islam. Jakarta Utara: Friska Agung Insani. Budiman, Nasir. 2001. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Mada Press Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta : Arruz Media. Daradjat, Zakiah. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melaui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Jakarta: PT Refika Aditama. Gendhotwukir, Potret Guru di Era Globalisasi, Batam Pos, Sabtu, 22 November 2008. Hakim, Muhammad Nur Abdul. 1988. Mendidik Bersama Rasulullah. Bandung: Al-Bayan. Hidayatullah, M. Fuqon. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Hirata, Andrea. 2010. Padang Bulan. Yogyakarta: Bentang, 2010. Hirata, Andrea. 2008. Laskar Pelangi. Bandung: PT Bentang Pustaka. Idris, M. dan Marno. 2009. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Arruz Media. Imam Musbikin, Imam. 2010. Guru Yang Menakjubkan!. Jogjakarta: BukuBiru Isjoni. 2007. Dilema Guru : Ketika Pengabdian Menuai Kritikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Kosasi, Raflis dan Soetjipto. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.


89 Nawawi, Hadari. 1991. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Najati, Muhammad Utsman. 2006. Psikologi Dalam Tinjauan Hadits Nabi. Jakarta Selatan : Mustaqiim. Nurdin, Muhammad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Arruz Media. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007. Lexy J.Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sitorus, R. dan Dahlia. Ttd/nd. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung: CV Yrama Widya, hlm. 188. Sholahuddin, Agus. 2010. Studi Tentang Proses Belajar Mengajar: Tinjauan Menurut Metode Pembelajaran Dalam Novel Laskar Pelangi, Skripsi Universitas Kutai Kartanegara. Tenggarong: FAI Unikarta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syah, Darwin dkk. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Gaung Persada Pers. Syafi’I, Syaikh Jalal Muhammad. 2006. The Power of Shalat. Bandung: MQ Publishing. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. .


Click to View FlipBook Version