201 seseorang kepada kinerja yang lebih tinggi dan efektif juga suatu usaha mempengaruhi diri sendiri untuk dapat mengerahkan diri agar dapat bekerja dengan lebih baik. -Menurut Putra dan Desak (2018), self leadership adalah pemahaman dalam mempengaruhi diri yang cenderung mengarahkan seseorang terhadap tindakan dalam melakukan pekerjaan yang memotivasi secara alami. -Menurut Widyani, dkk (2017), self leadership adalah pemahaman dalam mempengaruhi diri yang cenderung mengarahkan seseorang terhadap kemampuan berinovasi dalam menyelesaikan pekerjaan. -Menurut Neck dan Houghton (2006), self leadership adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk mempengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi dirinya (pola pikir dan perilakunya) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi dan Manfaat Self Leadership Menurut Mulyono (2019), self leadership memiliki beberapa fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi sebuah organisasi, yaitu sebagai berikut: Kemampuan self leadership yang dikembangkan dalam organisasi akan berguna bagi penyebaran shared leadership dalam organisasi yang dapat mengarah kepada pengurangan beban kerja pemimpin formal yang memungkinkan peningkatan kontrol yang lebih efektif. Artinya dengan berkembangnya kemampuan self leadership, maka rentang kendali (span of control) seorang pemimpin akan semakin berkurang dan pengontrolannya tidak perlu seketat mengawasi bawahan yang tidak mandiri. Kemampuan self leadership dapat menurunkan derajat ketergantungan kepada otoritas pemimpin tradisional berkat adanya pemberdayaan bawahan akan tanggung jawab yang diperlukannya dalam menjalankan tugasnya. Self leadership dapat dianggap sebagai pengganti kepemimpinan yang merupakan alternatif bagi pendekatan top-down leadership dengan otoritas hirarkis formalnya, karena dengan adanya self leadership, maka pendekatan bottom-up menjadi semakin menyebar yang pada akhirnya akan memungkinkan kinerja organisasi menjadi lebih baik.
202 Self leadership dianggap merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja organisasi. Hal ini dimungkinkan berkat adanya melalui pola pikir dan tindakan individu-individu dalam organisasi yang kemudian dapat dijadikan alat untuk menganalisis kinerja organisasi tersebut, baik secara parsial maupun keseluruhan. Kemampuan self leadership akan memampukan karyawan menanggulangi berbagai tantangan yang dikarenakan oleh sistem organisasi saat ini yang lebih kompleks dan dinamis dikarenakan kemampuannya mengambil keputusan dengan lebih cepat berkat adanya pendelegasian wewenang yang lebih jelas. Aspek-aspek Self Leadership Menurut Musaheri (2013), self leadership terdiri dari beberapa aspek, antara lain yaitu sebagai berikut: a. Self-awarness (kesadaran diri) Self-awarness adalah upaya pengenalan diri sendiri terutama potensi, talenta dan karakter, serta kelebihan dan kelemahan dirinya sebagai individu, seorang yang mengenal dirinya dengan baik akan mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan hal tersebut dalam mewujudkan kinerja yang luar biasa. Seseorang yang dipekerjakan pada bidang yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya tentu akan sulit mencintai pekerjaanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pengamatan terhadap reaksi orang-orang di sekitarnya yaitu dari sikap, ucapan, serta tindakan dalam berinteraksi dengan orang lain. b. Self-managing (mengelola diri sendiri) Self-managing adalah mengelola diri sendiri dengan baik mempermudah dalam untuk mencapai tujuan. Bentuk pengelolaan diri adalah berupa menyusun tindakan-tindakan yang aka dilakukan dalam skala prioritas beserta jangka waktu penyelesaiannya. c. Self-directing (mengarahkan diri)
203 Self-directing adalah mengarahkan diri ditujukan dengan jelas sebagai tujuan individu sehingga bisa memimpin dirinya sendiri mencapai tujuan yang diinginkan. Semakin jelas tujuan yang diraih akan menjadi mudah untuk memimpin dirinya khusus untuk mengarahkan dirinya sendiri kearah tujuan yang ingin dicapai. d. Self-accomplishment (penyelesaian diri sendiri) Self-accomplishment adalah menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas, syarat dan ketentuan untuk menuntaskan pekerjaan dimana seseorang harus mencintai pekerjaannya, dan punya rasa memiliki yang kuat dimana ketika seorang bekerja dalam menyelesaikan tugas nya harus dengan gigih dan tekun. Strategi Self Leadership Menurut Neck dan Houghton (2006), terdapat tiga strategi yang dapat dijalankan untuk meningkatkan kemampuan self leadership pada individu, yaitu sebagai berikut: a.Behavior Focused Strategies Behavior focused strategies atau strategi terfokus pada perilaku adalah tindakan yang dilakukan yang berdampak positif dan akan mengarah pada keberhasilan, serta menekan perilaku negatif yang dapat mengarah pada kegagalan. Strategi ini untuk meninggikan kesadaran diri untuk memfasilitasi manajemen perilaku terutama manajemen perilaku yang terkait dengan tugas-tugas yang dibutuhkan tapi tidak menyenangkan. Adapun beberapa bentuk perilaku dalam strategi ini adalah: -Self-goal setting. Upaya individu untuk menetapkan sebuah batasan waktu bagi dirinya pribadi, dalam upaya mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan organisasi. Penetapan tenggat waktu yang lebih cepat ini dapat menjadi pendorong individu terhadap beberapa tujuan atau sasaran lainnya, apakah yang terkait dengan pekerjaan atau bukan.
204 -Self-reward. Upaya individu mempengaruhi dirinya sendiri dengan menggunakan reward, baik pada tingkat fisik maupun mental ketika ia dapat mencapai tujuan yang ditetapkannya, misalnya dengan memberikan hadiah bagi dirinya sendiri. -Self-punishment. Upaya individu dalam memperbaiki perilakunya yang tidak diharapkan rekan kerjanya atau pimpinannya melalui rasa bersalah ketika ia gagal mengerjakan tugasnya atau kritik terhadap diri. -Self-observation. Mengobservasi diri sendiri meliputi meningkatkan kesadaran diri dan mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu. Kesadaran diri akan mengarah kepada pengidentifikasian perilaku mana yang positif atau negatif, diperlukan atau tidak bagi dirinya atau pihak lainnya yang akhirnya dapat mengarahkan individu untuk menentukan perilaku mana yang harus diubah, ditingkatkan atau dibuang. -Self-cueing strategy. Upaya memanipulasi lingkungan eksternal guna mendukung perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, seperti dengan mengubah tatanan ruangan atau membuat catatan untuk mengingatkan adanya sebuah tujuan yang harus dicapai. b. Natural Reward Strategies Strategi ini menekankan pada aspek menyenangkan dari tugas atau kegiatan yang diberikan. Strategi ini dapat meningkatkan kinerja karena berfokus pada pekerjaan atau tugas yang menyenangkan. Strategi ini akan membantu individu untuk menciptakan perasaan berkompeten dan self determination (percaya bahwa dirinya bisa menentukan nasibnya sendiri), sehingga dapat memberikan energi pada perilakunya yang lebih lanjut akan meningkatkan kinerja. Misalnya untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan, seseorang akan memainkan musik yang lembut, memajang sebuah gambar, atau menambahkan barang-barang pribadi di meja kerja, hingga mengalihkan diri ke pekerjaan yang disukai seperti bekerja di luar ruangan atau bertemu dengan pelanggan. Terdapat dua strategi utama pada natural reward strategies, yakni melibatkan atau membangun fitur menarik yang lebih menyenangkan ke dalam aktivitas tertentu, dan yang kedua membentuk persepsi dan menjauhkan fokus perhatian dari aspekaspek yang tidak menyenangkan dari tugas dan kembali fokus pada tugastugas.
205 c. Constructive Thought Strategies Strategi ini fokus pada upaya untuk membangun dan mengubah pola pikir menggunakan cara yang diinginkan. Hal-hal yang dapat dilakukan pada strategi ini seperti menganalisis diri dan meningkatkan sistem kepercayaan yakni dengan mengevaluasi dan mengganti kepercayaan dan asumsi yang tidak rasional; membangun citra mental yang positif terhadap kinerja; melakukan self-talk yang positif untuk memfasilitasi kinerja, serta menggunakan skrip (rekanan individual untuk aturan, kebijakan, atau prosedur organisasi) sebagai pengganti skrip yang tidak efektif. Terdapat beberapa perilaku yang dapat dilakukan dalam membangun strategi ini, yaitu sebagai berikut: -Visualizing successful performance. Merupakan bentuk mental imagery dimana individu menciptakan kognitif simbolis dan terselubung yang memungkinkan individu secara simbolis mengalami hasil dari perilaku sebelum melakukannya secara nyata, atau dengan kata lain membayangkan telah melakukan suatu perilaku dengan sukses meskipun belum melakukannya. -Self-talk. Self-talk (berbicara dengan diri sendiri), merupakan suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan. Mengintrospeksi diri pada berbagai kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk kemudian memperbaiki menjadi lebih baik. -Evaluating beliefs and assumptions. Merupakan upaya evaluasi terhadap seberapa tepat keyakinan dan anggapan-anggapan yang diyakini benar-benar terjadi dalam kenyataannya. Kondisi ini dibentuk oleh individu dalam menilai dan mengevaluasi kepercayaan dan asumsi yang irrasional yang difungsional dengan pemikiran yang lebih konstraktif. Faktor yang Mempengaruhi Self Leadership Menurut Mulyono (2019), terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi self leadership, antara lain yaitu sebagai berikut: a. Urgency
206 Situasi yang sangat urgent kurang mendukung pengembangan kemampuan self leadership, karena dalam situasi seperti ini bentuk kepemimpinan yang tradisional akan lebih efektif untuk memecahkan masalah yang ada. Selain itu dalam situasi di mana amat diperlukan pemecahan masalah dalam kemendesakan yang tinggi, pengembangan kemampuan self leadership tidak akan memadai dilakukan dikarenakan pengembangan kemampuan self leadership memerlukan waktu yang tidak sebentar. b. Employee Commitment Ketika komitmen karyawan tidak dituntut tinggi, maka pengembangan kemampuan self leardership kurang diperlukan. Tetapi ketika organisasi berada dalam situasi yang memerlukan komitmen karyawan yang tinggi, maka pengembangan kemampuan self leadership akan tepat bagi organisasi untuk tetap eksis dalam situasi yang demikian. c. Creativity Bagi organisasi yang memerlukan derajat inovasi yang tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya atau melayani publik dengan cepat dan efektif, pengembangan kemampuan self leadership diperlukan. Adanya pemberian kebebasan dan kondisi dalam organisasi yang mendorong terciptanya pengembangan self leadership yang tinggi dan juga situasi organisasi yang kondusif untuk saling berbagi pengaruh dengan rekan kerja dalam pembuatan keputusan, pemecahan masalah dan pengidentifikasian peluang di masa mendatang akan menyebabkan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi kreativitas yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat inovatif organisasi. d. Interdependence Jumlah saling ketergantungan dalam sistem kerja sebuah organisasi akan mempengaruhi berapa besar porsi self leadership yang diperlukan. Self leadership diperlukan ketika ketergantungan dalam melakukan tugas yang ada dalam organisasi tidak begitu tinggi. Dengan demikian pengembangan self leadership kurang memadai dilakukan dalam cakupan proses produksi tertentu di bidang manufaktur dimana derajat saling ketergantungannya tinggi. e. Compelxity
207 Semakin kompleks pekerjaan yang harus dilakukan, maka pengembangan kemampuan self leadership akan kurang efektif, karena dalam situasi seperti ini adalah mustahil satu orang mampu menguasai berbagai bidang sekaligus. Kalaupun terpaksa dilakukan, maka pengembangan self leadership sebaiknya dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan periodisasi pekerjaan yang kompleks itu, tentu saja tetap disesuaikan dengan kemampuan individuindividu terkait dan hal ini memerlukan waktu yang tidak sebentar. Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan dan sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Seiring dengan ling- kungan persaingan yang semakin kompetitif sebagai akibat dari perubahan selera pelanggan, teknologi, dan perubahan landscape maka setiap organisasi membutuhkan pemimpin dan dukungan sumber daya manusia yang memi- liki kompetensi superior. Dengan kata lain, organisasi tidak hanya harus mampu memberikan pelayanan yang memuaskan (customer satisfaction), tetapi juga berorientasi pada penciptaan nilai bagi pelanggannya (customer value). Dengan demikian, organisasi tidak hanya berfokus pada kinerja dan produktivitas kerja yang tinggi, tetapi juga pada proses penciptaan kinerja dan produktivitas kerja yang handal melalui pengembangan pimpinan dan pegawai yang berbasis kompetensi. Kompetensi kepemimpinan adalah salah satu kunci pencapaian kinerja organisasi yangoptimal. Organisasi membutuhkan pemimpin dan pegawai yang kompeten dan profesional dalam mencapai visi serta mampu melaksanakan misi organisasi sebagaimana mestinya. Kompetensi menyangkut kewenangan setiap pemimpin untuk melaksanakan tugas atau mengambil keputusan sesuai dengan peran dan tugasnya di dalam organisasi. Kompetensi pimpinan harus mampu
208 mendukung akselerasi pelaksanaan strategi organisasi agar tercapai dengan optimal. KOMPETENSI PEMIMPIN Para ahli umumnya memberikan pandangan yang bervariasi tentang kompetensi. Kompetensi adalah kapasitas yang dimiliki oleh individu yang mengarah pada perilaku yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan ketetapan organisasi yang pada gilirannya akan membawa hasil seperti yang diinginkan24. Istilah kompetensi telah digunakan untuk menggambarkan atribut yang diperlukan dalam menghasilkan kinerja yang efektif. Kompetensi berkaitan dengan peran yang diemban atau campuran dari atribut pribadi dan pekerjaan. Kompetensi dapat bersifat spesifik atau generik, yaitu jenis pekerjaan tertentu. Misalnya, manajerial yang bekerja pada level yang berbeda bagi suatu organisasi. Banyak organisasi menggunakan kompetensi sebagai dasar dalam sistem sumber daya manusia secara keseluruhan sehingga perekrutan, penilaian, pengembangan, dan pelatihan didasarkan pada standar kinerja yang efektif. Kompetensi biasanya mengacu kepada fungsi atau kegiatan yang dila- kukan oleh manajer seperti pengembangan pegawai. Kompetensi ialah kualitas individu yang dibawa pegawai ke dalam pekerjaan seperti kreativitas dan keterampilan yang menghasilkan jaringan. Kompetensi didasarkan pada apa yang dilakukan dan perilaku mereka yang dapat diamati. Jika salah satu pegawai kompeten maka kinerjanya efektif, bahkan mungkin luar biasa. TINGKATAN MANAJEMEN DAN KOMPETENSI Kompetensi yang dibutuhkan oleh setiap level jabatan dalam organisasi tentu berbeda. Berikut ini diuraikan kompetensi yang dibutuhkan di setiap level jabatan pekerjaan yang diemban dalam sebuah organisasi. 1. Tingkat Eksekutif Pada tingkatan eksekutif diperlukan kompetensi yang berkaitan dengan strategic thinking dan change leadership management. Masing-masing diuraikan sebagai berikut. a.Pemikiran Strategis (Strategic Thinking) Kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang begitu cepat serta melihat peluang pasar, ancaman, kekuatan, dan kelemahan organisasi agar mampu menyusun formula strategic response secara lebih optimal bagi organisasi. b.Kepemimpinan Perubahan (Change Leadership) Kompetensi untuk
209 mengomunikasikan visi dan strategi organisasi dan dapat mentransformasikannya kepada pegawai. Dengan demikian, profesional menunjuk pada beberapa hal berikut: a.Pertama, orang yang menyandang suatu profesi. Misalnya, saya seorang profesional. b.Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional dikontradiksikan dengan nonprofesional. 1.Profesionalisasi Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya adalah serangkaian proses pengembangan profesional (professional development), baik dilakukan melalui pendidikan atau latihan prajabatan maupun dalam jabatan. Oleh karena itu, profesionalisasi adalah proses life long and never ending, secepat seseorang telah menyatakan dirinya sebagai warga dalam suatu profesi 2.Profesionalisme Profesionalisme merujuk pada komitmen anggota-anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Profesionalisme merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas suatu keahlian, dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Profesionalisme adalah istilah yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Organisasi membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional dalam mencapai visi serta mampu melaksanakan misi organisasi. Kompetensi menyangkut kewenangan setiap pegawai. Kesmpulan Laju perkembangan zaman saat ini telah memengaruhi segala aspek, tidak terkecuali aspek kepemimpinan. Pada era generasi milenial saat ini pergolakan dan tantangan untuk memiliki pemimpin yang sesuai dengan era saat ini sangatlah besar. Setelah kita mengetahui gaya kepemimpinan ketujuh presiden Indonesia, peneliti tahu bahwa kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Dimana untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
210 memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Di era pemerintahan daerah yang implementasinya telah lebih dari satu dasawarsa ini ternyata pelayanan public dimata masyarakat masih menjadi ukuran utama untuk melihat keberhasilan seorang pemimpin dalam memipin organisasi public. Itu semua karena pelayanan publik yang seharusnya wajib diberikan kepada warga masyarakat dengan biaya terjangkau, mudah dan tidak berbelit-belit serta transparan dan akuntabel belumlah dinikmati secara maksimal oleh masyarakat. B.Saran Sebuah kepemimpinan harus dapat menyesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Terlebih lagi Perlu adanya rancangan untuk penguatan sistem manajemen seluruh program/ kebijakan yang selama ini telah berhasil diciptakan dan diterapkan oleh para kepala daerah sebagai pemimpin di daerahnya, yang membawa dampak positif bagi daerahnya. Hal ini dimaksudkan agar daerah tidak terlalu mempunyai ketergantungan kepada kepala daerahnya untuk menjadi daerah yang berhasil, sehingga siapapun nantinya yang duduk sebagai kepala daerah, sistem yang ada akan tetap berjalan dan daerah tersebut tetap menjadi daerah yang terus mengalami peningkatan/kemaju n dari waktu ke waktu. untuk hal yang lebih baik lagi dan saling tolong baik bagi penulis dan pembaca
211 DAFTAR PUSTAKA Onur Oktaysoy, Ethem Topcuoglu2*,Erdogan Kaygin3. (2022) studi tentang skala kepemimpinan Digital Adaptasi. Jurnal kepemimpinan Organisasi 11(2022) 407- 425. Muddassar Sarfraz1, Larisa Ivascu2. Manajemen berkelanjutan dan Praktik Kepemimpinan untuk Peningkatan Performa bisnis. Jurnal internasional Kepemimpinan Organisasi 12 ( Edisi Khusu Pertama-2023 ) 1-3. Amira Elasra. Apakah Proses Organisasi Sekolah Penting Untuk Hasil Pendidikan di Inggris.Jurnal Internasional Kepemimpinan Organisasi 9(2020) 243-255. Badu, Syamsu Q & Novianty Djafri 2017 Kepemimpinan dan Organisari Gorontalo Idea Publishing Perilaku Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta. Hoerr, Thomas R. (2005). The Art of School Leadership. Alexandria: ASCD Johari H Jaja, H.A.Rusdiana.2020.kepemimpinan islam. Bandung yayasan Darul Hikam. Joharis Lubis, Indra Jaya 2019 Komitmen Membangun Pendidikan Sampali Medan,CV Widya Puspita Danim, Sudarman, Dr. Prof. Motivasi kepemimpinan & efektivitas kelompok, Bengkulu, Penerbit Rineka Cipta, 2004. Gd.Syafarudin Prawiranegara ll, 2021, kementerian keuangan republik indonesia
212 Aditya Yuda Pratama, B. a. (2016, April 19). Manajemen Kantor peranan kantor dimasa sekarang dan masa yang akan datang, Peranan Kantor, 10. Aitsl. (2015). Australian Professional Standard for Principals and the Leadership Profiles. Australian Goverment. Ambarwati, Amiroh. Dkk. 2018. Prinsip Kepemimpinan Character of a Leader pada Era Generasi Millenial. Philanthropy Journal of Psychology. Vol.2 No.2 Taruna sena, M. (2009) sejarah SMA IMA untulle kelas XI Jakarta pusat perbulanan, Departemen pendidikan Nasional. Hapsari, R. Adil, M (2016) Rejarah Untub (MA IMA KIS XI. Jarta: Erlangga