Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 45
B. Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah
1. Pengertian Materi Pembelajaran
Secara bahasa ada banyak kata yang dipergunakan untuk menunjuk materi pelajaran,
yaitu materi pokok, materi ajar, materi pembelajaran, maddah, instrucsional material, bahan
pelajaran, isi pelajaran. Secara terminologis, muncul sejumlah pengertian. Materi
Pembelajaran adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai siswa baik berupa
pengetahuan, ketrampilan maupun sikap melalui kegiatan pembelajaran agar dapat menjadi
kompeten. (Nasar, 2006: 19) Materi pembelajaran juga berarti bahan ajar minimal yang harus
dipelajari siswa untuk menguasai Kompetensi Dasar (Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2006).
Jika dipergunakan kata bahan ajar, ia menunjuk kepada bahan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Bahan ajar tersusun atas topik dan
sub topik tertentu. Tiap topik atau sub topik mengandung ide pokok yang relevan dengan
tujuan yang telah ditetapkan.(Nana Syaodih, 2006) Materi dan pengembangannya harus
sesuai dengan rumusan tujuan, baik Kompetensi Dasar maupun Indikator yang telah
dirumuskan. Penyusunan materi dan unsur materi harus mempertimbangkan dua hal, yaitu
keluasan bahan dan kedalaman bahan.(Nana Sujana, 2003)
Sedang dalam perspektif kompetensi terdiri atas kognisi, afeksi dan psikomotor.
Langkah pengembangan materi ditujukan untuk menentukan keluasan dan kedalaman materi,
sehingga dapat dijadikan acuan bagi guru dalam merancang pembelajaran, memberi input
maupun dalam mengembangkan alat evaluasi. Materi yang tidak jelas batasannya akan
membuat guru kebingungan menentukan apa saja yang harus diberikan kepada siswa.
Akhirnya pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien karena materi yang diberikan terlalu
sedikit atau terlalu banyak, bahkan mungkin tidak esensial.(Nasar, 2006).
Secara kategoris, materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu fakta,
konsep, prinsip/dalil dan prosedur,(Permendikbud 22/2016). Fakta dapat berupa nama obyek,
tempat, nama orang, b, peristiwa sejarah, komponen suatu benda. Konsep dapat berupa
pengertian, definisi, hakikat, inti. Prinsip berupa dalil, rumus, paradigma. Prosedur dapat
berupa langkah kerja secara urut.(Nana Sudjana, 2003) materi pokok, memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi (Permendikbud 22 Th 2016). Dalam
perumusannya, materi yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan harus
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.(Permendikns 41 Th 2007)
Secara lebih luas, akan tampak dalam kategorisasi sebagai berikut. (M. Hanafi, 2009)
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
46 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
a. Fakta
Fakta sejarah adalah sesuatu unsur yang dijabarkan secara langsung atau tidak
langsung dari dokumen-dokumen sejarah dan dianggap kredibel setelah pengujian yang
seksama sesuai hukum-hukum metode sejarah. Louis Gottschalk 1986),
Fakta dapat berupa nama obyek, tempat, nama orang, lambang, peristiwa peristiwa,
kejadian, perubahan masa lampau. Oleh sebab itu, fakta dapat dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Fakta, menurut pandangan Contextual
Teaching & Learning, adalah hubungan antara dua obyek; fakta tidak pernah berdiri atau
berada dengan sendirinya, ia mempunyai hubungan dengan fakta atau konsep lain. Fakta-
fakta sejarah meliputi nama-nama orang, peristiwa, tempat atau benda-benda bersejarah
lainnya. Contoh dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa peristiwa
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, Hijrah Nabi Muhammad baik ke Habsyi sebanyak dua kali, Misi
ke Thaif, maupun Hijrah Nabi ke Madinah Al Munawwarah pada tahun 623 Masehi sebagai
momentum perubahan dan keberhasilan dakwah Nabi, kota Mekah, Madinah, perang Uhud,
dan sebagainya.
b. Konsep
Sejarah memang identik dengan kumpulan data dan fakta. Meski begitu, dalam mata
pelajaran sejarah materi pelajaran juga mengandung konsep. Konsep-konsep dimaksud harus
dikuasai oleh peserta didik karena menjadi indicator akan pemahaman peserta didik atas
materi pelajaran. Bahkan ia menduduki posisi penting untuk dapat menjelaskan unsure lain,
baik fakta, dalil maupun prosedur.
Konsep adalah segala sesuatu berupa pengertian-pengertian baru sebagai akibat dari
proses pemikiran. Konsep dapat bebrupa pengertian, definisi, hakikat, inti. Sebagai contoh,
jika fakta menunjukaan peristiwa hijrah, bagaimana prosesnya, siapa yang membantu Nabi
dan sebagainya, maka konsep hijrah berarti pengertian hijrah. Apa yang dimaksud hijrah baik
secara bahasa maupun istilah. Oleh sebab itu dapat dikatakan, hijrah adalah peristiwa
perpindahan Nabi dari Mekkah ke Madinah;
sahabat Nabi adalah teman Nabi, yaitu orang yang menyertai Nabi Muhammad dalam
suka dan duka yang ikut melakukan dakwah menyebarkan agama Islam, Anshar adalah
sahabat Nabi yang berasal dari Medinah yang memberikan pertolongan kepada Nabi saat
melakukan hijrah dari Mekkah; Khulafa’urrasyidin adalah para pemimpin umat Muslim setelah
Nabi Muhammad wafat yang mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan Nabi-Nya.
c. Prinsip
Komponen ini merupakan hal utama dari mata pelajaran yang berisi hal-hal utama,
pokok dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, te
ori serta hubungan antar-konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Dalam materi
Sejarah Kebudayaan Islam, terdapat banyak prinsip yang harus dikuasai oleh peserta didik.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 47
Contoh, hijrah adalah perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk pindah dari Mekkah ke
Medinah. Latar belakang turunnya perintah ini adalah gangguan, siksaan dan perlakuan buruk
kepada orang-orang Muslim di Mekkah; untuk melanjutkan dakwah penyebaran agama Islam,
Nabi diperintahkan pindah ke Medinah.
d. Prosedur
Bagian struktur ini berupa langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem atau peristiwa. Prosedur juga
menyangkut materi yang berisi urutan atau jenjang, yang satu dilakukan setelah yang lainnya.
Untuk kasus mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam, prosedur bisa berupa kronologi atau
rentetan satu peristiwa. Contoh, dakwah Nabi Muhammad ketika masih di Mekkah, pertama,
secara rahasia mengajarkan ayat-ayat al-Qur’an di rumah Arqam dan kedua, terang-terangan
dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an di tempat umum seperti seputar Ka’bah. Contoh
lain, langkah-langkah kebijakan Umar ketika menjadi khalifah.
e. Sikap atau Nilai
Ini merupakan struktur materi afektif yang berisi aspek sikap dan nilai, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dan
sebagainya. Materi ajar yang baik tidak hanya memuat aspek kognitf dan psikomotor saja,
sebagaimana tercermin dari empat struktur di atas, melainkan juga harus sarat dengan
muatan afektif. Apalagi untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, guru dituntut untuk
menampilkan struktur afektif dari materi ini yang berupa nilai dan sikap. Contoh, nilai-nilai
kejujuran, kerjasama dan saling membantu bisa ditunjukkan melalui peristiwa terusirnya
orang-orang Yahudi dari tanah Medinah. Mereka terusir bukan karena perbedaan agamanya
dengan orang-orang Muslim melainkan disebabkan oleh hilangnya nilai kerjasama, saling
membantu dan kejujuran di tengah-tengah masyarakat Medinah.
Dalam Kurikulum 2013 Materi Nilai / Sikap tidak dibelajarkan, tetapi dicapai.
(Permendikbud, 22 2016).
Langkah pengembangan materi ditujukan untuk menentukan keluasan dan kedalaman
materi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi guru dalam merancang pembelajaran, memberi
input kepada peserta didik mengenai pokok-pokok utama kelilmuan maupun mengembangkan
alat evaluasi. Materi yang tidak jelas batasannya akan membuat guru kebingungan
menentukan apa saja yang harus diberikan kepada peserta didik. Akhirnya pembelajaran,
menjadi tidak efektif karena materi yang diberikan terlalu sedikit atau terlalu banyak, bahkan
mungkin tidak esensial.
2. Konsep Pengembangan Materi Pembelajaran.
Satu ciri penting perubahan kurikulum 1994 ke Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
dan disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dan
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
48 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
kemudian berlanjut ke kurikulum 2013 adalah perubahan kompetensi. Asumsinya adalah
kurikulum 1994 yang berorientasi kepada materi memasung guru dan peserta didik untuk
berusaha menghabiskan materi pelajaran sebagaimana tertuang dalam buku-buku teks,
ketimbang meneguhkan pentingnya pemahaman siswa akan materi pelajaran tersebut.
Implikasinya adalah guru lebih banyak melakukan reception/exposition learning daripada
discovey learning. Dalam reception/exposition learning materi pelajaran sudah dalam bentuk
jadi dan siswa tidak perlu mengolah, cukup menguasai. Dalam praktiknya, guru hanya
mengandalkan buku teks yang sudah diterbitkan oleh lembaga-lembaga penerbitan yang
secara khusus menunjukkan tingkat satuan pendidikan dan kelas tertentu. Sehingga terjadilan
rote learning, yaitu siswa mampu menghafal materi pelajaran tetapi memahami maknanya.
Sementara discovery learning dimaksudkan sebagai proses pembelajaran dengan materi
pelajaran bukan dalam bentuk jadi, guru melakukan aktivitas menghimpun,
mengorganisasikan, menyimpulkan bahan dari berbagai sumber. Sumber tersebut dapat
berupa buku teks yang diterbitkan secara khusus untuk satuan pendidikan dan kelas tertentu.
Sehingga terjadilah meaningful learning, yaitu siswa bukan saja menghafal tetapi juga
memahaminya maknanya dengan baik.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2006)
Keinginan besar untuk merubah orientasi tersebut muncul dari hasil pemetaan
Balitbang Depdiknas Tahun 1999 tentang Kurikulum 1994. Hasil pemetaaan tersebut adalah
bahwa, pertama, hampir semua mata pelajaran berbasis materi, hanya bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris yang berbasis kemampuan. Kedua, kesinambungan materi pelajaran yang
diberikan kepada siswa tidak dapat dilihat secara jelas.(Heri sudrajat, 2004). Dari pemetaan
tersebut dapat diketemukan kelemahan pertama mata pelajaran SKI, yaitu SKI termasuk mata
pelajaran berbasis materi. Kondisi ini diperkuat secara eksplisit dengan melihat ruang lingkup
Kurikulum 1994 Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah yang berisi
cakupan materi dari dakwah Nabi di Makkah sampai perjuangan umat Islam meraih
kemerdekaan.(GBPP Kurikulum SKI 19940). Sementara kelemahan kedua dapat muncul
sebagai akibat banyaknya cakupan materi sehingga guru hanya bertumpu pada buku teks
yang secara khusus dipergunakan pada satuan pendidikan dan kelas tertentu. Oleh sebab itu
upaya pengembangan materi pelajaran menemukan jastifikasinya. Karena dengan cakupan
yang relatif sedikit, dan hanya dicantumkannya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
sehingga menuntut guru untuk menyusun Silabi dan RPP, maka kemampuan guru untuk
merumuskan indikator dan materi serta mengembangkannya dalam paparan-paparan yang
saintifik merupakan sebuah keniscayaan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan
kurikulum. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik agar
pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya,
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 49
materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, serta tercapainya
Indikator.
Materi pembelajaran harus dipilih dan dirancang seoptimal mungkin untuk membantu
peserta didik dalam mencapai standar-standar yang ditentukan. Hal-hal yang pertu
diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan
dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran.
Sebagai upaya mengembangkan materi yang hendak dipelajari bersama antara
pendidik dan peserta didik, berikut ditawarkan model pengembangan materi. Pengembangan
materi perlu dilakukan sampai rinci agar batasan keluasan dan kedalaman materi menjadi
jelas. Deskripsi materi yang rinci selanjutnya dituliskan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan proses dan isi pembelajaran yang operasional.
Semakin rinci deskripsi materi semakin mudah guru menjalankan proses pembelajaran,
karena memiliki rambu-rambu pembatas keluasan dan kedalaman isi pembelajaran. Secara
teoritik, KTSP merumuskannya dengan bahasa materi pelajaran harus sesuai dengan potensi
peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial dan spritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur
keilmuan, aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan
kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.( Dirjen Binbaga Islam,
2006.) Kronologis atau urutan waktu, kausal atau penyebab/pendahulu sesuatu, struktural,
logis dan psikologis: bagian kepada keseluruhan atau sebaliknya, kongkrit ke abstrak, spiral :
topik atau bahasan tertentu, syarat : shahih, kebermanfaatan, menarik minat, layak
dipelajari.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2006)
Ada beberapa prinsip yang harus pegang oleh guru yang melakukan pengembangan
materi pembelajaran. Prinsip-prinsip antara lain kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi)
dan kecukupan (adequacy).(M. Hanafi, 2009)
1. Relevansi
Adanya relevansi atau kesesuaian antara materi yang dikembangkan dengan Standar
Isi yang menyangkut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jika kemampuan yang
diharapkan dikuasai peserta didik berupa pengenalan fakta, maka materi pembelajaran yang
diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Apa
yang harus dikembangkan dari SK-SD ini adalah fakta-fakta sejarah dan konsepkonsep
terkait. Materi ini tidak sampai mencakup prinsip, prosedur dan nilai. Ketiga struktur materi
terakhir ini akan dikembangkan melalui SK-SD berikutnya.
2. Konsistensi
Prinsip ini berarti keajegan. Artinya, adanya keajegan antara bahan ajar dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
50 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
siswa ada empat macam, maka materi atau bahan ajar yang harus diajarkan juga harus
meliputi empat macam. Maka materi yang dikembangkan hanya menyangkut penjelasan yang
bisa berupa pemaparan atau deskripsi bentuk dan jenis adat-istiadat dan kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat Arab pra-Islam.
3. Kecukupan
Prinsip ini berarti kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu peserta didik menguasai Kompetensi Dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh
terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu
tercapainya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka
akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian
keseluruhan SK dan KD). Maka materi yang dikembangkan adalah perumusan atau
pengambilan pelajaran untuk aspek afektif dari fakta-fakta sejarah yang diberikan
sebelumnya,
Jika mengikuti Kurikulum 2006 (KTSP) ada sejumlah langkah awal yang harus
dilakukan guru dalam mengidentifikasi Materi Pembelajaran, yaitu:
1. Relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
2. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
3. Kebermanfaatan bagi peserta didik;
4. Struktur keilmuan;
5. Kedalaman dan keluasan materi;
6. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
7. Alokasi waktu.( Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006)
Akan tetapi langkah tersebut tidak seluruhnya bisa dipergunakan karena posisi
Standar yang berbeda. Pada Kurikulum 2006 Standar Kompetensi (SK) itu milik/ terhubung
dengan mata pelajaran. Akan tetapi pada Kurikulum 2013 Kompetensi Isi (KI) itu milik /
terhubung dengan kelas. Artinya Kompetensi Inti (KI) pada kelas tertentu berleku untuk salutuh
mata pelajaran pada kelas yang sama. Oleh sebab itu, dalam kurikulum 2013, langkah
pngembangan materi pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi hubungan antara KD dari KI 1,2,3 dan 4.
2. Melakukan Pemetaan berdasar hasil identifikasi Hubungan antar KD
3. Merumuskan Materi Pokok yang akn diajarkan berdasar Hasil Pemetaan dterutama
berkaitan dengan KD 3 (Pengetahuan) dan KD 4 (Ketrampilan)
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi berdasar Kompetensi Dasar KI 1,2,3, dan
4.
5. Merumuskan Materi Pembelajaran ( Cakupan/ Uraian Materi Pokok).
6. Merumuskan Nilai / Sikap yang akan dicapai berdasar KD 1 (Ketuhanan ) dan KD 2 (Sikap
Sosial) Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 51
siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang
tercapainya Kompetensi Dasar.
Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan materi atau bahan ajar Kurikulum 203
yang bisa ditempuh.
Pertama, Mengidentifikasi Hubungan antar Kompetensi Dasar
Pada Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar sebuah mata pelajaran terdiri atas 4 (empat)
kompetensi, Yaitu Kompetensi sikap Ketuhanan, Kompetensi Sikap sosial, KOmpetensi
Pengetahuan dan Kompetensi Ketrampilan. Sebagaimana terpapar pada pada Tabel I di atas.
Kedua, Melakukan Pemetaan berdasar hasil identifikasi Hubungan antar KD
Dari Tabel I tersebut yang berisi Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti !-4 yang
dirumuskan oleh Pegembang Kurikulum Kemeneg Pusat kemudian dilakukan identifikasi
hubungan antar Kompetensi Dasar dari KI yang berbeda. Hasil identifikasi hubungan antar
Kompetensi Dasar dari KI yang berbeda akan diketemukan Peta sebagai hasil Pemetaan yang
didalamnya sudah berisi KD Sikap, Pengetahuan dan Ketrampilan sebagaimana terlihat pada
Tebel berikut.
TABEL II PEMETAAN HUBUNGAN ANTAR KOMPETENDI DASAR
No. KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
INTI
1.1 Meyakini bahwa setiap muslim memiliki kewajiban berdakwah
1. 1,2,3,4 terhadap masyarakat
2.1 Memiliki semangat melakukan perubahan ke arah yang baik
2. 1,2,3,4 sebagai impelementasi dari hikmah memahami kondisi
masyarakat Mekah sebelum Islam.
3. 1,2,3,4 3.1 Memahami kondisi Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1 Menceritakan kondisi masyarakat Mekah sebelum Islam
1.2 Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim
2.2 Memiliki semangat berdakwah sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah Rasulullah saw. di Mekah.
3.2 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw.
periode Mekah
4.2 Menyajikan dalam peta konsep mengenai faktor-faktor
keberhasilan dakwah Rasulullah saw. periode Mekah
1.3 Menghayati nilai-nilai hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah
saw. dan para sahabat
2.3 Memiliki semangat hijrah ke arah yang lebih baik sebagai
implementasi dari hikmah memahami peristiwa hijrah
3.3 Menganalisis faktor-faktor penyebab hijrah Rasulullah saw.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
52 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
4. 1,2,3,4 4.3 Memetakan faktor-faktor penyebab hijrahnya Rasulullah saw.
5. 1,2,3,4
1.4 Menghayati nilai-nilai positif yang dimiliki oleh masyarakat
6. 1,2,3,4 Madinah
7. 1,2,3,4 2.4 Membiasakan hidup tolong menolong sebagai impelementasi
dari memahami kondisi masyarakat Madinah sebelum Islam
3.4 Memahami kondisi Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.4 Menceritakan kondisi masyarakat Madinah sebelum Islam
1.5 Menghayati nilai-nilai perjuangan dakwah Rasulullah saw.
pada periode Madinah
2.5 Membiasakan hidup rukun dan tolong menolong sebagai
implemantasi dari memahami hubungan kaum Anshar dan
Muhajirin di Madinah
3.5 Memahami subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw.
periode Madinah
4.5 Mempresentasikan hubungan antara kaum Anshor dan
Muhajirin
1.6 Menghayati sikap istiqamah perjuangan as-sabiqunal
awwalun dalam berdakwah bersama Rasulullah saw.
2.6 Meneladani sifat mulia dari para sahabat sahabat as-
sabiqunal awwalun
3.6 Memahami sifat/kepribadian dan peran para sahabat as-
sabiqunal awwalun
4.6 Menceritakan sikap-sikap utama dari assabiqunal awwalun
1.7 Menghayati nilai-nilai jihad yang lakukukan oleh Rasullah saw
dan para sahabat dalam Fathu Makkah
2.7.Memiliki sikap tangguh dan semangat menegakkan
kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman peristiwa
Fathu Makkah
3.7 Mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan Fathu Makkah
tahun 9 Hijriyah
4.7. Membuat peta konsep mengenai kunci keberhasilan Fathu
Makkah
Ketiga, Merumuskan Materi Pokok berdasar Hasil Pemetaan
Hasil Pemetaan sebagaimana pada Tabel II akan menjadi penghantar bagi guru untuk
merumuskan materi Pokok. Materi pokok adalah judul -judul mteri yang dapat diperoleh dari
Kompetensi Dasar Pengetahuan dan atau Ketrampilan. Penentuan materi pokok dari
Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Kompetensi Dasar Ketrampilan karena kedua
kompetensi itu adalah Kompetendsi yang diajarkan secara langsung (Direct Learning).
Sehingga dari kedua kompetensi itu dapat diperoleh materi Pokok.
Dengan membaca Kompetensi Dasar Pengethuan dan Kompetensi Dasar Ketrampilan
dari masing-masing Peta, akan diperoleh Materi Pokok sebagai berikut.
TABEL III MATERI POKOK
No. KD Materi Pokok
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
1. 1.1,2.1.3.1, 4.1 Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 53
2. 12, 2.2,3.2,4.2
3. 1.32.33.3.4.3 Kondisi Masyarakat Mekah sebelum Islam
4. 1.4 2.43.4.4.4 Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw. periode Mekah
5. 1.5253545 Faktor-faktor Penyebab Hijrah Rasulullah saw.
Kondisi Masyarakat Madinah sebelum Islam
6. 1.6263646 Subtansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw. 6.Periode
7. 17273747 Madinah
.1 Sifat/Kepribadian dan Peran para Sahabat as-sabiqunalawwalun
Faktor-faktor Keberhasilan Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah
Keempat, Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi berdasar Kompetensi Dasar
KI 1,2,3, dan 4.
Indikator Pencapai Kompetensi atau Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Indikator Pencapaian Kompetensi dirumuskan
berdasarkan Kompetensi Dasar. Hasil Perumusan Indikator pencapaian Kompetensi tampak
pada table berikut.
TABEL IV RUMUSAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
No. KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. 1.1 Meyakini bahwa setiap muslim 1.1.1. Meyakini bahwa setiap muslim memiliki
memiliki kewajiban berdakwah kewajiban berdakwah terhadap masyarakat
terhadap masyarakat 2.1.1. Memiliki semangat melakukan
2.1 Memiliki semangat melakukan perubahan ke arah yang baik sebagai
perubahan ke arah yang baik impelementasi dari hikmah memahami kondisi
sebagai impelementasi dari hikmah masyarakat Mekah sebelum Islam.
memahami kondisi masyarakat 3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama
Mekah sebelum Islam. Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1 Memahami kondisi Masyarakat 3.1.2. Menganalisis Kondisi Sosial
Mekah sebelum Islam Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1 Menceritakan kondisi 3.1.3. Menganalisis Kondisi Ekonomi
masyarakat Mekah sebelum Islam Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1.4. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Mekah sebelum Islam
1 Dalam Kurikulum 2013 sejumalh aturan tentang Standar Proses tidak ada yang menjelskan konsep
Indikator Pencapaian KOmpetensi, sehingga dipinjam dari Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses Kurikulum 2006.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
54 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
4.1.2. Menceritakan Kondisi Sosil
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.3. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.4. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Mekah sebelum Islam
2. 1.2 Meyakini bahwa berdakwah 1.2.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah
adalah kewajiban setiap muslim kewajiban setiap muslim
2.2 Memiliki semangat berdakwah 2.2.1. Memiliki semangat berdakwah sebagai
sebagai implementasi dari implementasi dari pemahaman strategi
pemahaman strategi dakwah dakwah Rasulullah saw. di Mekah.
Rasulullah saw. di Mekah. 3.2.1. Menganalsis substansi dakwah
3.2 Memahami substansi dan Rasulullah saw. periode Mekah
strategi dakwah Rasulullah saw. 3.2.2. Menganalisis strategi dakwah
periode Mekah Rasulullah saw. periode Mekah
4.2 Menyajikan dalam peta konsep 4.2.1. Membuat peta konsep mengenai faktor-
mengenai faktor-faktor keberhasilan faktor keberhasilan dakwah Rasulullah saw.
dakwah Rasulullah saw. periode periode Mekah
Mekah 4.2.1. Menyajikan peta konsep mengenai
faktor-faktor keberhasilan dakwah Rasulullah
saw. periode Mekah
3. 1.3 Menghayati nilai-nilai hijrah 1.3.1. Menghayati nilai-nilai hijrah yang
yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dilakukan oleh Rasulullah saw.
dan para sahabat 1.3.2. Menghayati nilai-nilai hijrah yang
2.3 Memiliki semangat hijrah ke dilakukan oleh para sahabat
arah yang lebih baik sebagai 2.3.1. Memiliki semangat hijrah ke arah yang
implementasi dari hikmah lebih baik sebagai implementasi dari hikmah
memahami peristiwa hijrah memahami peristiwa hijrah
3.3 Menganalisis faktor-faktor 3.3,1 Menganalisis faktor-faktor penyebab
penyebab hijrah Rasulullah saw. hijrah Rasulullah saw.
4.3 Memetakan faktor-faktor 3.3.2. Menganalisis Tujuan /tempat hijrah
penyebab hijrahnya Rasulullah saw. Rasulullah saw.
3.3.3. Menganalisis sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw.
3.3.4. Menganalisis Proses hijrah Rasulullah
saw.
4.3,1 Memetakan faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw.
4.3.2. Memetakan Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw.
4.3.3. Memetakan sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw.
4.3.4 Memetakan Proses hijrah Rasulullah
saw.
4. 1.4 Menghayati nilai-nilai positif 1.4.1. Menghayati nilai-nilai positif yang
yang dimiliki oleh masyarakat dimiliki oleh masyarakat Madinah
Madinah
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 55
2.4.1. Membiasakan hidup tolong menolong
2.4 Membiasakan hidup tolong sebagai impelementasi dari memahami
menolong sebagai impelementasi kondisi masyarakat Madinah sebelum Islam
dari memahami kondisi masyarakat 3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama
Madinah sebelum Islam Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.4 Memahami kondisi Masyarakat 3.1.2. Menganalisis Kondisi Sosial
Madinah sebelum Islam Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.4 Menceritakan kondisi 3.1.3. Menganalisis Kondisi Ekonomi
masyarakat Madinah sebelum Islam Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.1.4. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.2. Menceritakan Kondisi Sosil
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.3. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.4. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam
5. 1.5 Menghayati nilai-nilai 1.5.1. Menghayati nilai-nilai perjuangan
perjuangan dakwah Rasulullah saw. dakwah Rasulullah saw. pada periode
pada periode Madinah Madinah
2.5 Membiasakan hidup rukun dan 2.5.1 Membiasakan hidup rukun sebagai
tolong menolong sebagai implemantasi dari memahami hubungan kaum
implemantasi dari memahami Anshar dan Muhajirin di Madinah
hubungan kaum Anshar dan 2.5.2 Membiasakan tolong menolong sebagai
Muhajirin di Madinah implemantasi dari memahami hubungan kaum
3.5 Memahami subtansi dan strategi Anshar dan Muhajirin di Madinah
dakwah Rasulullah saw. periode 3.5.1 Menganalisis subtansi dakwah
Madinah Rasulullah saw. periode Madinah
4.5 Mempresentasikan hubungan 3.5.2 Menganalisi strategi dakwah Rasulullah
antara kaum Anshor dan Muhajirin saw. periode Madinah
4.5.1. Mempresentasikan Struktur kaum
Anshor di Madinah
4.5.2. Mempresentasikan kaum Muhajirin di
Madinah
4.5.3. Mempresentasikan hubungan antara
kaum Anshor dan Muhajirin
6. 1.6 Menghayati sikap istiqamah 1.6.1. Menghayati sikap istiqamah perjuangan
perjuangan as-sabiqunal awwalun as-sabiqunal awwalun dalam berdakwah
dalam berdakwah bersama bersama Rasulullah saw.
Rasulullah saw. 2.6.1. Meneladani sifat mulia dari para
2.6 Meneladani sifat mulia dari para sahabat sahabat as-sabiqunal awwalun
sahabat sahabat as-sabiqunal 3.6.1. Menganalisis para sahabat yang
awwalun termasuk as-sabiqunal awwalun
3.6.2. Menganalisis sifat/kepribadian para
sahabat as-sabiqunal awwalun
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
56 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
3.6 Memahami sifat/kepribadian 3.6.3. Menganalisis peran para sahabat as-
dan peran para sahabat as- sabiqunal awwalun
sabiqunal awwalun 4.6.1. Menceritakan sikap utama Abu Bakar
4.6 Menceritakan sikap-sikap utama sebagai assabiqunal awwalun
dari assabiqunal awwalun 4.6.1. Menceritakan sikap utama Abu Bakar
sebagai assabiqunal awwalun
4.6.2. Menceritakan sikap utama Khadijah
sebagai assabiqunal awwalun
4.6.3. Menceritakan sikap utama Ali bin aAbi
Thalib sebagai assabiqunal awwalun
4.6.4. Menceritakan sikap utama Zaid bin
Haritsaht sebagai assabiqunal awwalun.
4.6.5. Menceritakan sikap utama Bilal bin
Rabahsebagai assabiqunal awwalun.
4.6.6. Menceritakan sikap utama Ummu
Aiman sebagai assabiqunal awwalun.
7. 1.7 Menghayati nilai-nilai jihad yang 1.7.1. Menghayati nilai-nilai jihad yang
lakukukan oleh Rasullah saw dan lakukukan oleh Rasullah saw dan para
para sahabat dalam Fathu Makkah sahabat dalam Fathu Makkah
2.7.Memiliki sikap tangguh dan 2.7.1. Memiliki sikap tangguh sebagai
semangat menegakkan kebenaran implementasi dari pemahaman peristiwa
sebagai implementasi dari Fathu Makkah
pemahaman peristiwa Fathu 2.7.2. Memiliki sikap semangat menegakkan
Makkah kebenaran sebagai implementasi dari
3.7 Mengidentifikasi faktor-faktor pemahaman peristiwa Fathu Makkah
keberhasilan Fathu Makkah tahun 9 3.7.1. Mengidentifikasi Sahabat-sahbat yang
Hijriyah terlibat dalam Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah
4.7. Membuat peta konsep 3.7.1. Mengidentifikasi Proses Fathu Makkah
mengenai kunci keberhasilan Fathu tahun 9 Hijriyah
Makkah 3.7.3. Mengidentifikasi faktor-faktor
keberhasilan Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah
4.7. Membuat peta konsep mengenai kunci
keberhasilan Fathu Makkah
Kelima, Merumuskan Materi Pembelajaran (Cakupan/ Uraian Materi Pokok).
Setelah Indikator Pencapaian Kompetensi berhasil dirumuskan, maka rumusan
Indikator tersebut menjadi cikal bakal Rumusan Materi Pembelajaran atau Materi Ajar. Materi
pembelajaran merupakan cakupan atau uraian dari Materi Pokok. Secara Teknis Materi pokok
berada dalam Identitas mata pelajaran. Sedang Materi Pembelajaran merupakan komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Kompetensi Pengetahuan sering juga disebut Ranah Kognitif. Sedang Kompetensi
Ketrampilan disebut sebagai Ranah Psikomotor. Ranah kognitif, jika kompetensi yang
ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian. Materi
pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis kalau
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 57
dihubungkan dengan struktur materi ajar, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi
jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang,
peristiwa, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain sebagainya. Materi konsep
berupa pengertian, definisi, hakikat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat
adagium, paradigma. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu
secara urut, misalnya langkah-langkah membuat mind map atau time line. Sedang Ranah
psikomotor, jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak anggota badan seperti berdiri,
rukuk, sujud, duduk bersimpuh, cara melafalkan kata atau kalimat dan membawakan doa atau
qasidah.
Dengan demikian, maka secara Substansi materi Pokok diperoleh terutama dari
Kompetensi Dasar Pengetahuan dan terkadang dari Kompetensi Ketrampilan jika ada
rumusan yang berbeda dengan Kompetensi Pengetahauan. Sedang Materi Pembelajaran
atau Mataeri Ajar diturunkan dari Indikator pencapaian kompetensi.
Stuktur materi ajar yang tergolong ke dalam ranah ini adalah prinsip, sikap dan nilai.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa mengingat nama suatu
objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang
harus diajarkan adalah “fakta”.
Secara praksis, bisa dilakukan dengan mengajukan pertenyaan sebagai berikut.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa kemampuan
untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau
mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya
“ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menjelaskan atau
melakukan langkah-tangkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila “ya” maka
materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menentukan
hubungan antara beberapa konsep atau menerapkan hubungan antara berbagai macam
konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk
dalam kategori “prinsip”.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan
perbuatan secara fisik Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan
adalah aspek “motorik”. Motorik dapat dipilah menjadi 2 (dua), yaitu apa yang dapat ia buat
(produk) dan apa yang dapat ia kerjakan/tampilkan (performa).
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan
perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus
diajarkan adalah aspek “motorik”. Motorik dapat dipilah menjadi 2 (dua), yaitu apa yang dapat
ia buat (produk) dan apa yang dapat ia kerjakan/tampilkan (performa).
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
58 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Dan untuk mendapatkan rumusan Materi Pembelajaran tampak pada Tabel berikut.
TABEL V RUMUSAN MATERI PEMBELAJARAN
No. INDIKATOR PENCAPAIAN MATERI PEMBELAJARAN
KOMPETENSI
1. 1.1.1. Meyakini bahwa setiap muslim 1. Kondisi Agama Masyarakat Mekah
memiliki kewajiban berdakwah terhadap sebelum Islam
masyarakat 2. Kondisi Sosial Masyarakat Mekah
2.1.1. Memiliki semangat melakukan sebelum Islam
perubahan ke arah yang baik sebagai 3. Kondisi Ekonomi Masyarakat Mekah
impelementasi dari hikmah memahami sebelum Islam
kondisi masyarakat Mekah sebelum Islam. 4. Kondisi Politik Masyarakat Mekah
3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama sebelum Islam
Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1.2. Menganalisis Kondisi Sosial
Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1.3. Menganalisis Kondisi Ekonomi
Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1.4. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.2. Menceritakan Kondisi Sosil
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.3. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.4. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Mekah sebelum Islam
2. 1.2.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah 1. Substansi dakwah Rasulullah saw.
kewajiban setiap muslim periode Mekah
2.2.1. Memiliki semangat berdakwah 2. Strategi dakwah Rasulullah saw.
sebagai implementasi dari pemahaman periode Mekah
strategi dakwah Rasulullah saw. di Mekah. 3. Faktor-faktor keberhasilan dakwah
3.2.1. Menganalsis substansi dakwah Rasulullah saw. periode Mekah
Rasulullah saw. periode Mekah
3.2.2. Menganalisis strategi dakwah
Rasulullah saw. periode Mekah
4.2.1. Membuat peta konsep mengenai
faktor-faktor keberhasilan dakwah
Rasulullah saw. periode Mekah
4.2.1. Menyajikan peta konsep mengenai
faktor-faktor keberhasilan dakwah
Rasulullah saw. periode Mekah
3. 1.3.1. Menghayati nilai-nilai hijrah yang 1. Faktor-faktor penyebab hijrah
dilakukan oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw.
1.3.2. Menghayati nilai-nilai hijrah yang 2. Tujuan /tempat hijrah Rasulullah
dilakukan oleh para sahabat saw.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 59
2.3.1. Memiliki semangat hijrah ke arah 3.Sahabat yang hijrah Bersama
yang lebih baik sebagai implementasi dari Rasulullah saw.
hikmah memahami peristiwa hijrah 4. Proses hijrah Rasulullah saw.
3.3,1 Menganalisis faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw.
3.3.2. Menganalisis Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw.
3.3.3. Menganalisis sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw.
3.3.4. Menganalisis Proses hijrah
Rasulullah saw.
4.3,1 Memetakan faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw.
4.3.2. Memetakan Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw.
4.3.3. Memetakan sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw.
4.3.4 Memetakan Proses hijrah Rasulullah
saw.
4. 1.4.1. Menghayati nilai-nilai positif yang 1. Kondisi Agama Masyarakat
dimiliki oleh masyarakat Madinah Madinah sebelum Islam
2. Kondisi Sosial Masyarakat Madinah
2.4.1. Membiasakan hidup tolong sebelum Islam
menolong sebagai impelementasi dari 3. Kondisi Ekonomi Masyarakat
memahami kondisi masyarakat Madinah Madinah sebelum Islam
sebelum Islam 4. Kondisi Politik Masyarakat Madinah
3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama sebelum Islam
Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.1.2. Menganalisis Kondisi Sosial
Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.1.3. Menganalisis Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.1.4. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.2. Menceritakan Kondisi Sosil
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.3. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.4. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam
5. 1.5.1. Menghayati nilai-nilai perjuangan 1. Subtansi dakwah Rasulullah saw.
dakwah Rasulullah saw. pada periode periode Madinah
Madinah
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
60 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
2.5.1 Membiasakan hidup rukun sebagai 2.Strategi dakwah Rasulullah saw.
implemantasi dari memahami hubungan periode Madinah
kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah
2.5.2 Membiasakan tolong menolong 3. Struktur kaum Anshor di Madinah
sebagai implemantasi dari memahami 4. Struktur kaum Muhajirin di Madinah
hubungan kaum Anshar dan Muhajirin di 5. Hubungan antara kaum Anshor dan
Madinah
3.5.1 Menganalisis subtansi dakwah Muhajirin
Rasulullah saw. periode Madinah
3.5.2 Menganalisi strategi dakwah
Rasulullah saw. periode Madinah
4.5.1. Mempresentasikan Struktur kaum
Anshor di Madinah
4.5.2. Mempresentasikan kaum Muhajirin
di Madinah
4.5.3. Mempresentasikan hubungan
antara kaum Anshor dan Muhajirin
6. 1.6.1. Menghayati sikap istiqamah 1. Para sahabat yang termasuk as-
perjuangan as-sabiqunal awwalun dalam sabiqunal awwalun
berdakwah bersama Rasulullah saw. 2. Sifat/kepribadian para sahabat as-
2.6.1. Meneladani sifat mulia dari para sabiqunal awwalun
sahabat sahabat as-sabiqunal awwalun 3. Peran para sahabat as-sabiqunal
3.6.1. Menganalisis para sahabat yang awwalun
termasuk as-sabiqunal awwalun 4. Sikap utama Abu Bakar sebagai
3.6.2. Menganalisis sifat/kepribadian para assabiqunal awwalun
sahabat as-sabiqunal awwalun 5. Sikap utama Abu Bakar sebagai
3.6.3. Menganalisis peran para sahabat assabiqunal awwalun
as-sabiqunal awwalun 6.Sikap utama Khadijah sebagai
4.6.1. Menceritakan sikap utama Abu assabiqunal awwalun
Bakar sebagai assabiqunal awwalun 7. Sikap utama Ali bin aAbi Thalib
4.6.1. Menceritakan sikap utama Abu sebagai assabiqunal awwalun
Bakar sebagai assabiqunal awwalun 8.Sikap utama Zaid bin Haritsaht
4.6.2. Menceritakan sikap utama Khadijah sebagai assabiqunal awwalun.
sebagai assabiqunal awwalun 9.Sikap utama Bilal bin Rabahsebagai
4.6.3. Menceritakan sikap utama Ali bin assabiqunal awwalun.
aAbi Thalib sebagai assabiqunal awwalun 10. Sikap utama Ummu Aiman sebagai
4.6.4. Menceritakan sikap utama Zaid bin assabiqunal awwalun.
Haritsaht sebagai assabiqunal awwalun.
4.6.5. Menceritakan sikap utama Bilal bin
Rabahsebagai assabiqunal awwalun.
4.6.6. Menceritakan sikap utama Ummu
Aiman sebagai assabiqunal awwalun.
7. 1.7.1. Menghayati nilai-nilai jihad yang 1. Sahabat-sahbat yang terlibat dalam
lakukukan oleh Rasullah saw dan para Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah
sahabat dalam Fathu Makkah 2. Proses Fathu Makkah tahun 9
Hijriyah
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 61
2.7.1. Memiliki sikap tangguh sebagai 3. Ffaktor-faktor keberhasilan Fathu
kunci
implementasi dari pemahaman peristiwa Makkah tahun 9 Hijriyah
Fathu Makkah 4. Peta konsep mengenai
keberhasilan Fathu Makkah
2.7.2. Memiliki sikap semangat
menegakkan kebenaran sebagai
implementasi dari pemahaman peristiwa
Fathu Makkah
3.7.1. Mengidentifikasi Sahabat-sahbat
yang terlibat dalam Fathu Makkah tahun 9
Hijriyah
3.7.2. Mengidentifikasi Proses Fathu
Makkah tahun 9 Hijriyah
3.7.3. Mengidentifikasi faktor-faktor
keberhasilan Fathu Makkah tahun 9
Hijriyah
4.7.1. Membuat peta konsep mengenai
kunci keberhasilan Fathu Makkah
Keenam, Merumuskan Nilai / Sikap yang akan dicapai berdasar KD 1 (Ketuhanan) dan
KD 2 (Sikap Sosial)
Kompetensi Sikap / Nilai sering disebut sebagai Ranah afektif. Ranah afektif, jika
kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian dan internalisasi.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa memilih berbuat atau
tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika
jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek “sikap” atau
“nilai”
Langkah Penentuan atau perumusan Nilai atau sikap sebagai hasil dari proses
pembelajaran materi dari Kompetensi Dasar Pengetahun dan Kompetensi Dasar Ketrampilan
adalah dengan cara mengidentifikasi nailai pada Komepetensdi Dasar Sikap Ketuhanan dan
Sikap Sosial. Dari kedua siksp tersebut akan diperoleh Sikap yang akan muncul sebegei
nurturen effect dari Pembelajaran Langsung (direct Learning) Kompetensi Dasar Pengethuan
dan Ketrampilan. Karena Sikap Ketuhan dan Sosialitu diperoleh dan bukan diajarkan makai a
disebut sebagai Pembelajaran tidaK langsung (Indirect Learning). Dan hasil identifikasi dari
Kompetensi Sikap tersebut akan tampak sebagai berikut.
TABEL V RUMUSAN MATERI SIKAP/NILAI
No. INDIKATOR PENCAPAIAN MATERI SIKAP/NILAI
KOMPETENSI PEMBELAJARAN
1. 1.1.1. Meyakini bahwa setiap muslim
memiliki kewajiban berdakwah terhadap
masyarakat
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
62 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam 1. Nilai-nilai hijrah
2. Semangat Hijarh ke arah yang
2.1.1. Memiliki semangat melakukan
perubahan ke arah yang baik sebagai lebih baik.
impelementasi dari hikmah memahami
kondisi masyarakat Mekah sebelum Islam.
3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama
Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1.2. Menganalisis Kondisi Sosial
Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1.3. Menganalisis Kondisi Ekonomi
Masyarakat Mekah sebelum Islam
3.1.4. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.2. Menceritakan Kondisi Sosil
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.3. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Mekah sebelum Islam
4.1.4. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Mekah sebelum Islam
2. 1.2.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah
kewajiban setiap muslim
2.2.1. Memiliki semangat berdakwah
sebagai implementasi dari pemahaman
strategi dakwah Rasulullah saw. di Mekah.
3.2.1. Menganalsis substansi dakwah
Rasulullah saw. periode Mekah
3.2.2. Menganalisis strategi dakwah
Rasulullah saw. periode Mekah
4.2.1. Membuat peta konsep mengenai
faktor-faktor keberhasilan dakwah
Rasulullah saw. periode Mekah
4.2.1. Menyajikan peta konsep mengenai
faktor-faktor keberhasilan dakwah
Rasulullah saw. periode Mekah
3. 1.3.1. Menghayati nilai-nilai hijrah yang
dilakukan oleh Rasulullah saw.
1.3.2. Menghayati nilai-nilai hijrah yang
dilakukan oleh para sahabat
2.3.1. Memiliki semangat hijrah ke arah
yang lebih baik sebagai implementasi dari
hikmah memahami peristiwa hijrah
3.3,1 Menganalisis faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw.
3.3.2. Menganalisis Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 63
3.3.3. Menganalisis sahabat yang hijrah 1. Nilai-nilai Positif
Bersama Rasulullah saw. 2. Hidup Tolong menolong
3.3.4. Menganalisis Proses hijrah
Rasulullah saw.
4.3,1 Memetakan faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw.
4.3.2. Memetakan Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw.
4.3.3. Memetakan sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw.
4.3.4 Memetakan Proses hijrah Rasulullah
saw.
4. 1.4.1. Menghayati nilai-nilai positif yang
dimiliki oleh masyarakat Madinah
2.4.1. Membiasakan hidup tolong
menolong sebagai impelementasi dari
memahami kondisi masyarakat Madinah
sebelum Islam
3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama
Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.1.2. Menganalisis Kondisi Sosial
Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.1.3. Menganalisis Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum Islam
3.1.4. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.2. Menceritakan Kondisi Sosil
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.3. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.1.4. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam
1.5.1. Menghayati nilai-nilai perjuangan 1. Nilai-nilai Perjuangan
dakwah Rasulullah saw. pada periode 2. Hidup Rukun
Madinah 3. Tolong Menolong
2.5.1 Membiasakan hidup rukun sebagai
implemantasi dari memahami hubungan
kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah
2.5.2 Membiasakan tolong menolong
sebagai implemantasi dari memahami
hubungan kaum Anshar dan Muhajirin di
Madinah
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
64 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
3.5.1 Menganalisis subtansi dakwah
Rasulullah saw. periode Madinah
3.5.2 Menganalisi strategi dakwah
Rasulullah saw. periode Madinah
4.5.1. Mempresentasikan Struktur kaum
Anshor di Madinah
4.5.2. Mempresentasikan kaum Muhajirin
di Madinah
4.5.3. Mempresentasikan hubungan
antara kaum Anshor dan Muhajirin
6. 1.6.1. Menghayati sikap istiqamah 1. Sikap Istiqomah
perjuangan as-sabiqunal awwalun dalam 2. Meneladani Sikap Mulia
berdakwah bersama Rasulullah saw.
2.6.1. Meneladani sifat mulia dari para
sahabat sahabat as-sabiqunal awwalun
3.6.1. Menganalisis para sahabat yang
termasuk as-sabiqunal awwalun
3.6.2. Menganalisis sifat/kepribadian para
sahabat as-sabiqunal awwalun
3.6.3. Menganalisis peran para sahabat
as-sabiqunal awwalun
4.6.1. Menceritakan sikap utama Abu
Bakar sebagai assabiqunal awwalun
4.6.1. Menceritakan sikap utama Abu
Bakar sebagai assabiqunal awwalun
4.6.2. Menceritakan sikap utama Khadijah
sebagai assabiqunal awwalun
4.6.3. Menceritakan sikap utama Ali bin
aAbi Thalib sebagai assabiqunal awwalun
4.6.4. Menceritakan sikap utama Zaid bin
Haritsaht sebagai assabiqunal awwalun.
4.6.5. Menceritakan sikap utama Bilal bin
Rabahsebagai assabiqunal awwalun.
4.6.6. Menceritakan sikap utama Ummu
Aiman sebagai assabiqunal awwalun.
7. 1.7.1. Menghayati nilai-nilai jihad yang 1. Nilai Jihad.
lakukukan oleh Rasullah saw dan para 2. Sikap Tangguh
sahabat dalam Fathu Makkah Sikap Semangat menegakkan
2.7.1. Memiliki sikap tangguh sebagai kebenaran.
implementasi dari pemahaman peristiwa
Fathu Makkah
2.7.2. Memiliki sikap semangat
menegakkan kebenaran sebagai
implementasi dari pemahaman peristiwa
Fathu Makkah
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 65
3.7.1. Mengidentifikasi Sahabat-sahbat
yang terlibat dalam Fathu Makkah tahun 9
Hijriyah
3.7.2. Mengidentifikasi Proses Fathu
Makkah tahun 9 Hijriyah
3.7.3. Mengidentifikasi faktor-faktor
keberhasilan Fathu Makkah tahun 9
Hijriyah
4.7.1. Membuat peta konsep mengenai
kunci keberhasilan Fathu Makkah
Rangkuman
Meskipun memiliki pendekatan yang sama, yaitu pendekatan dekonsentrasi, kurikulum
1994 memiliki basis yang berbeda dengan kurikulum 2008 dan 2013. Kurikuklum 1994
berbasis materi, sedang kurikulum 2008 dan 2013 berbasis kompetensi. Perbedaan ini
berimplikasi terhadap banyak hal. Salah satunya adalah pengembangan materi
permbelajaran. Jika pada kurikulum 1994 materi sudah tersusun oleh tim pengembang, maka
kurikulum 2008 dan 2013 mengharuskan guru melakukan pengembangan materi sendiri
dengar mendasarkan kepada kompetensi yang sudah terumuskan oleh pengembang
kurikulum pusat. Keharusan ini, sering menjadi problem tersendiri bagi guru. Bagi yang memiliki
kesiapan atas perkembangan kurikulum kapanpun, akan menunjukkan ekspresi kewajaran. Tetapi
bagi yang tidak siap akan perkembangan yang terjadi kemudian memunculkan ekspresi yang bersifat
pejoratif yang mencerminkan sikap ketidaksetujuan bahkan penolakan.
Oleh sebab itu, diperlukan upaya lebih sistematis untuk mengeleminir tingkat gap antara
wilayah idealitas sebagaimana terpapar dalam standar kompetensi maupun kompetensi dasar dengan
wilayah realitas sebagaimana ditunjukkan oleh para praktisi pendidikan. Salah satu upaya itu adalah
model pengembangan materi pembalajaran sebagaimana diurai dalam tulisan ini.
Tugas
Lakukanlah Pengembangan Materi Pembelelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berdasarkan
Standar Isi Kurikulum 2013 secra lebih khusus pada KMA No. 165 Tahun 2014.
Tes Formatif
1. Deskripsikan Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada PMA No. 165
Tahun 2014.
2. Deskripsikan Pengembangan Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
66 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
TUGAS AKHIR
Dari keempat Kegiatan belajar dalam modul tugas akhir yang harus dilakukan adalah :
1. Bacalah dengan seksama PMA No. 165 Tahun 2014 dan ketemukan hal-hal berikut.
a. Posisi SKI dalam Struktur Kurikulum Madrasah 2013.
b. Berdasar Kompetensi Dasar dari KI 1,2,3, dan 4 Lakukan Pemetaan Sehingga
dapat diketemukan Materi Pembelajaran SKI sesuai jenjang Pendidikan
madrasah.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 67
TES SUMATIF
1. Deskripsikan Pengakuan Kemunculan Madrasah pada awal kemerdekaan.
2. Deskripsikan posisi mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikukulum
Kurikulum 1973-1976
3. Deskripsikan posisi mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikukulum
Kurikulum 1984
4. Deskripsikan posisi Mendeskripsikan mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dalam Kurikukulum Kurikulum 1994
5. Deskripsikan posisi mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikukulum
Kurikulum 2004
6. Deskripsikan posisi mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikukulum
Kurikulum 2006
7. Deskripsikan Unsur-unsur Kebudayaan Menurut E.B. Tailor
8. Bagimana cara Menemukenali Unsur Kebudayaan Dalam Buku Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah.
9. Lakukan analisis atas Kritik Terhadap Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
10. Deskripsikan Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikulum Madrasah
11. Temukenali Nilai-nilai dalam Pembelajaran Materi Sejarah Kebudayaan Islam
12. Deskripsikan Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada PMA No. 165
Tahun 2014.
13. Deskripsikan Pengembangan Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
68 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rachman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah Peraturan Perundangan, Jakarta:
Dharma Bhakti, 1982
Ahmad Manshur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia,
Bandung: Mizan, 1993
BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Tingkat Dasar dan
Menengah, 2006
Dirjen Binbaga Islam, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006; Standar Kompetensi
Madrasah Aliyah, 2006.
Dirjen Binbaga Islam, Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Madrasah Aliyah, 2004.
Dirjen Binbaga Islam, Keputusan Menteri Agama RI Nomor 32 Tahun 1993, Kurikulum
Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam; Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) Madrasah Aliyah Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, 1994/1995.
Ditjen Manajemen Dikdasmen Diknas, Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta, 2006.
Ditjen Manajemen Dikdasmen Diknas, Perangkat Pembelajaran KTSP SMA, Jakarta 2008
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Hari Suderadjat, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Pembaharuan Pendidikan
dalam Undang-undang Sisdiknas 2003, Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2004.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999
Koentowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1993
M. Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Dirjen Pendis Depag RI, 2009
Muhaimin dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
Sekolah dan Madrasah, Jakarta: Rajawali Pers, 2008
Murodi, Pendidikan Agama Islam Sejarah Kebudayaan Islam, Kurikulum 2008 Madrasah
Aliyah Kelas XII, Semarang: Karya Thoha Putra, 2009
N. Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, Untuk Kelas XII
Madrasah Aliyah, Solo: Tiga Serangkai, 2004
Nana Syaodih Sukdinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013.
Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan “Sisko” 2006, Jakarta:
Grasindo, 2006.
Permenag RI Nomer 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah l 69
Permendiknas Nomer 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Permendiknans Nomer 23 Tahun 2006 tentang SKL
Permendiknas Nomer 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Permendikbud Nomer 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Permendikbud Nomer 81 A Tahun 2013 tentang
Permendikbud Nomer 61 Tahun 2015
Permendikbud Nomer 103 Tahun 2014 Tentang Standar Proses
Permendikbud Nomer 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.
Peraturan Menteri Agama Nomer 165 Tahun 2014 tentang
Sumanto Al-Qurtubi, Arus Cina- Islam – Jawa; Bongkar Sejarah atas Peranan Tionghoa
dalam Penyebaran Agama islam di Nusantara Abad XV dan XVI, Yogyakarta : Inspeal
Ahimsakarya Press, 2003
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Prenada Media Group, 2008
Akram Dhiyauddin Umari, Masyarakat Madani; Tinjauan Historis Kehidupan Nabi Muhammad
di Madinah, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1999)
Anas Sudijono,”Strategi Penilaian Hasil Belajar Afektif pada Pembelajaran Pendidikan Islam”,
dalam Ahmad Baidowi, dkk, “Rekonstruksi Metodologi Ilmu-Ilmu Keislaman,
(Yogyakarta: Suka Press, 2003)
Dirjen PMPTK Kemendiknas, “Pengembangan Mata pelajaran dalam KTSP” ; Bahan Diklat
Calon Pengawas dan Kepala Sekolah, (Jakarta : 2008)
Dudung Abdurrahman, “Makna Sejarah dan Peradaban Islam”, dalam Siti Maryam, dkk.,
Sejarah Kebudayaan Islam; Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta : LESFI,
2002)
Effat al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam (Bandung: Pustaka, 2000)
Keputusan Dirjen Diktis No. 2676 /2013 tentang SKL dan SI PAI dan Bahasa Arab di Madrasah
Kurikulum 2013
Miftachul Ula, dkk., Buku Guru Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum
2013, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014).
Muhammad bin Ahmad al Hanafi, Badaiuzzuhur fi waqaiidduhur, edisi Indonesia Kisah Para
Rasul, penerjemah Muhfud Hidayat dan Ali Efendi, (Jakarta: Rihlah Press, 2003),
Muhammad Husain haikal, Hayatu Muhammad, (Jakarta: Lentera, 1980)
Munawwar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang,
1980)
Musthafa al-Bugha dan Muhyiddin Mitsu, Al Wafi, (Kairo: Dar Ibnu Katsir, 1993/1413)
Nana Saudih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006)
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
70 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992).
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah”
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Di
Madrasah.
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang “Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah Dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan
Menengah”
SK Menag. Nomor: 32 Tahun 1993 Tanggal 22-12-1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar
Berciri Khas Agama Islam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Mata Pelajaran: Sejarah Kebudayaan Islam.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran SKI Madarasah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2004
Zakiyah Darajat, dkk. Didaktik Metodik Pengajaran Agama, (Jakarta: Departemen Agama RI)
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
PENDALAMAN MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
MODUL 2
PENDEKATAN-PENDEKATAN KAJIAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
2018
ii l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Daftar Isi
PENDAHULUAN ................................................................................................................iv
Rasional dan Deskripsi Singkat ............................................................................................ iv
Relevansi ................................................................................................................................... iv
Petunjuk Belajar ....................................................................................................................... iv
KEGIATAN BELAJAR 1: MATA PELAJARAN SKI; SEBAGAI UNSUR PAI,
RUANG LINGKUP, DAN MANFAAT MEMPELAJARI SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM...................................................................................................................................1
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan................................................................................... 1
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................................ 1
Pokok-Pokok Materi.................................................................................................................. 1
Uraian Materi .............................................................................................................................. 1
Rangkuman ................................................................................................................................ 5
Tugas ........................................................................................................................................... 5
Tes Formatif ............................................................................................................................... 5
KEGIATAN BELAJAR 2: KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ..........................................................6
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan................................................................................... 6
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................................ 6
Pokok-Pokok Materi.................................................................................................................. 6
Uraian Materi .............................................................................................................................. 6
Rangkuman ................................................................................................................................ 9
Tugas ......................................................................................................................................... 10
Tes Formatif ............................................................................................................................. 10
KEGIATAN BELAJAR 3: PENGANTAR KE MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM ....................................................................................................11
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan................................................................................. 11
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan .......................................................................... 11
Pokok-Pokok Materi................................................................................................................ 11
Uraian Materi ............................................................................................................................ 11
Rangkuman .............................................................................................................................. 29
Tugas ......................................................................................................................................... 30
Tes Formatif ............................................................................................................................. 30
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l iii
KEGIATAN BELAJAR 4: PENDEKATAN-PENDEKATAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM ....................................................................................................31
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan................................................................................. 31
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan .......................................................................... 31
Pokok-Pokok Materi................................................................................................................ 31
Uraian Materi ............................................................................................................................ 31
Rangkuman .............................................................................................................................. 37
Tugas ......................................................................................................................................... 37
Tes Formatif ............................................................................................................................. 37
TUGAS AKHIR ..................................................................................................................38
TES SUMATIF ...................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................40
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
iv l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan diadakannya Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk guru-guru Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) adalah agar para guru SKI memiliki 4 kompetensi (profesional,
pedagogis, sosial, dan kepribadian) sehingga mereka mampu menjalankan tugas-tugas
pokoknya sebagai guru SKI secara profesional. Salah satu bentuk kompetensi profesional
yang harus dimiliki oleh seorang guru SKI adalah penguasaan terhadap materi pembelajaran
yang tercantum dalam Kompetensi SKI di madrasah sesuai dengan Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pen-
didikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Akan tetapi Penguasaan Materi harus disertai dengan
penguasaan atas Standar Isi dan Pengembangnya. Oleh sebab itu dalam Modul ini lebih
mengarah kepada Proses Pemahaman Dasar Pengembangan berdasar Standar pada PMA
165 Tahun 2014 dan pemahaman atas Pengantar Studi Sejarah. Sementara Pemahaman
Materi ada pada Modul 3-6.
Rasional dan Deskripsi Singkat
Modul ini terdiri atas 4 (empat) kegiatan belajar. 2 (Dua) yang pertama, yaitu Kegiatan Belajar
1 dan 2 berkaitan dengan Konsep Dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentang
SKI sebagai unsur PAI, Ruang Lingkup dan manfaat mempelajarinya. Sedang Kegiatan bela-
jar kedua masih terhubung dengan Kurikulum madrasah berdasar PMA 165 Tahun 2014 yaitu
berisi Kompetensi Inti (KI, Kompetensi dasar (KD) dan Tujuan mata pelajaran SKI.
Kegiatan belajar 3 (tiga) merupakan pengantar kearah pemahaman konsep Sejarah Ke-
budayaan Islam, mulai dari Pengertian sampai metodologi Penulisannya. Sedang kegiatan
belajar 4 (empat) berisi Pendekatan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dari 3 (tiga)
perspektif. .
Relevansi
Keeempat kegiatan belajar itu sangat relevan bagi pamahaman peserta program terhadap
materi Sejarah Kebudayaan Islam yang harus diabelajarkan secara metodologis.
Petunjuk Belajar
Dari 4 (empat) Kegiatan belajar itu memiliki penekanan yang berbeda tetapi saling
mengkait. Oleh sebab itu, cara mempelajarinya adalah bacalah konsep dasarnya,
kemudian dapat diterapkan dalam perencanaan dan pembelajaran Sejarah Ke-
budayaan Islam.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
KEGIATAN BELAJAR 1: MATA PELAJARAN SKI; SEBAGAI UNSUR
PAI, RUANG LINGKUP, DAN MANFAAT MEMPELAJARI SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mengalisis Posisi Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Unsur PAI, Ruang Lingkup,
dan manfaat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menganalisis SKI sebagai unsur PAI
2. Membandingkan Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan pada jenjang pendiidkan
berbeda.
3. Menganalisis manfaat memepelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Pokok-Pokok Materi
1. SKI sebagai unsur Pendidikan Agama Islam
2. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan pada jenjang pendiidkan berbeda.
3. Manfaat memepelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Uraian Materi
Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Unsur Pendidikan Agama Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam sebagai mata pelajaran di satuan Pendidikan, merupakan ba-
gian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam kurikulum Madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih, 4) Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI), dan 5) Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada
dasarnya saling terkait dan melengkapi.
1. Al-Qur’an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti keduanya merupakan
sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah,muamalah), sehingga kajiannya berada di se-
tiap unsur tersebut.
2. Akidah merupakan akar atau pokok agama. Syari’ah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak
bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari keimanan dan
keyakinan hidup. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia,
2 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah swt. dan hubungan manusia dengan
manusia lainnya. Hal itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam men-
jalankan sistem kehidupannya.
3. Fikih merupakan sistem atau seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah swt. (Hablum-Minallah), sesama manusia(Hablum-Minan-nas), dan dengan
makhluk lainnya (Hablum -Ma‘al-Ghairi).
4. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup
manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta
dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi
oleh akidah.
5. Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar untuk memahami ajaran Islam. Dengan Bahasa
Arab, ajaran Islam dapat dipahami secara benar dan mendalam dari sumber utamanya,
yaitu Al-Qur’an dan Hadis serta literatur-literatur pendukungnya yang berbahasa Arab sep-
erti Kitab Tafsir dan Syarah Hadis.
Selain saling terkait, masing masing mata pelajaran sebagai unsur Pendidikan Agama Is-
lam (PAI) dan Bahasa Arab di Madrasah memiliki karakteristik sendiri sendiri sebagai berikut:
1. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, me-
mahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya da-
lam kehidupan sehari-hari.
2. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam
sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan keya-
kinan/keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-Asma’ al-Husna.
Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri akhlak ter-
puji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela (mazmumah)
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam
serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah
(pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan
datang.
5. Bahasa Arab merupakan mata pelajaran bahasa yang diarahkan untuk mendorong,
membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap
positif terhasap Bahasa Arab, baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 3
kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemam-
puan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik
secara lisan maupun secara tertulis. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif ter-
hadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran
Isalam yaitu AlQur’an dan al-Hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan
dengan Islam bagi peserta didik. Untuk itu, Bahasa Arab di Madrasah dipersiapkan untuk
pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa
yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak (maharatu al- istima’), berbicara (maharatu
al-kalam), membaca (maharatu al-qira’ah), dan menulis (maharatu al-kitabah). (PMA
165/2014).
Dari keterkaitan dan karakteristik tersebut, maka secara spesifik Sejarah Kebudayaan Is-
lam (SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke
masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem
kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah. Sejarah Kebudayaan
Islam di MTs merupakan salah satu matapelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkem-
bangan,peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yangberprestasi dalam sejarah
Islam di masa lampau, mulai dariperkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muham-
madsaw dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah,Ayyubiyah sampai perkembangan
Islam di Indonesia. Secarasubstansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki-
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didikuntuk mengenal, memahami,
menghayati sejarah kebudayaanIslam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang
dapatdigunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,dan kepribadian peserta
didik.
Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam
Karakteristik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di madrasah yang merupaskan
catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa, maka im-
plikasinya adalah munculnya ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam yang berbeda antara
jenjang satu dengan lainnya. Antara MI, MTs dan MA. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
deskripsi berikut. (PMA 165/2014).
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madr asah Ibtidaiyah meliputi:
1. Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad
saw.
2. Dakwah Nabi Muhammad saw.. dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan keta-
bahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad Saw., hijrah Nabi Muhammad
saw. ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
4 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
3. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw.. ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad saw.,
peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah Saw.
4. Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin.
5. Sejarah perjuangan Walisongo.
Ruang lingkupSejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
1. Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Makkah.
2. Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Madinah.
3. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin.
4. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umaiyah.
5. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah.
6. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah.
7. Memahami perkembangan Islam di Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Aliyah meliputi:
1. Dakwah Nabi Muhammad saw. pada periode Makkah dan periode Madinah.
2. Kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat.
3. Perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan (pada tahun 650 M–1250 M).
4. Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M).e)
5. Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang).
6. Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.
Manfaat mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Manfaat pembelajaran sejarah dapat dipilah menjadi dua, intrinsik dan ekstrinsik. Secara
instrinsik sejarah memiliki 4 (empat) manfaat, yaitu sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara
mengetahui masa lampau, sejarah sebagai pernyataan sikap, dan sejarah sebagai profesi.
Sedang secara ekstrinsik, sejarah memiliki beberapa bermanfaat, yaitu sejarah sebagai latar
belakang, rujukan, bukti dan pendidikan. Manfaat sejarah dalam pendidikan dapat diketemu-
kan dalam pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keinda-
han, dan ilmu bantu.
Sebagai ilmu bantu sejarah dapat digunakan untuk menjelaskan studi-studi keislaman, se-
perti ilmu tafsir, ilmu hadits dan sebagainya. Sebagai contoh, dalam periwayatan hadits dike-
nal istilah asbabul wurud. Yaitu sebab-sebab munculnya sebuah hadits. Kemunculan sebuah
hadits dapat terjadi karena adanya pertanyaan sahabat sehingga memunculkan hadits
qauliyah, atau karena ada sahabat yang melihat nabi mengerjakan amaliyah tertentu sehingga
memunculkan hadits fi’liyyah, atau karena ada sahabat yang mempertanyakan suatu hukum
atas aktivitas yang dikerjakan, dan ketika Nabi mengiyakan maka muncullah hadits tikrariyyah.
(Nourouzzaman Shiddiqie, 1982)
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 5
Rangkuman
Tugas
Bukalah PMA 165 Tahun 2014, Bandingkan Posisi Sejarah Kebudayaan Islam dengan
mata pelajaran lain sebagai unsur PAI, kemudian diskusikan Bagaimana Posisi Strategis Se-
jarah Kebudayaan Islam terhadap mata pelajaran lainnya.
Tes Formatif
1. Lakukan analisis terhadap posisi SKI sebagai unsur PAI dalam Kurikulum madrasah
2013.
2. Bandingkan Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan pada jenjang pendiidkan berbeda.
3. Lakukan analisis terhadap manfaat memepelajari Sejarah Kebudayaan Islam
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
6 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
KEGIATAN BELAJAR 2: KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI
DASAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Mengevaluasi kompetensi inti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Mengevaluasi kompetensi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
3. Mengevaluasi tujuan pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Pokok-Pokok Materi
1. Kompetensi inti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Kompetensi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
3. Tujuan pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Uraian Materi
Kompetensi inti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Kompetensi Inti Kompetensi Inti (KI) kurikulum adalah pengikat berbagai kompetensi dasar
yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi sebagai inte-
grator horisontal antar mata pelajaran. Sejalan dengan filosofi progresivisme dalam pendidi-
kan, Kompetensi Inti ibaratanak tangga yang harus ditapaki peserta didik untuk sampai pada
kompetensi lulusan jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai pada jenjang Madrasah Aliyah. Kom-
petensi Inti (KI) meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan
dengan meningkatnya kelas. Melalui Kompetensi Inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi
dasar (KD) pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan Kompetensi Inti dalam buku ini
menggunakan notasi: 1) KI-1 untuk Kompetensi Inti sikap spiritual, 2) KI-2 untuk Kompetensi
Inti sikap sosial, 3) KI-3 untuk Kompetensi Inti pengetahuan (pemahaman konsep), 4) KI-4
untuk kompetensi inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu pada urutan yang disebutkan
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 7
bahwa kompetensi terdiri dari kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan untuk jenjang satuan pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Mad-
rasah Aliyah Kejuruan (MAK) dipergunakan untuk merumuskan Kompetensi Dasar (KD). Inti.
Oleh sebab itu, Kompetensi Inti Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kuriku-
lum 2013 adalah sama dengan Kompetensi Inti mata pelajaran lain dalam satu kelas. Kompe-
tensi inti kelas X Aliyah, misalnya. Adalah sama untuk semua mata pelajaran yang ada dalam
struktur kutikulum. Akan tetapi untuk kelas yang berbeda maka Kompetensi intinya berbeda
meskipun mata pelajarannya sama.
Konsep Kurikulum Inti muncul pada Kurikulum 2013. Oleh sebab itu harus dibandingkan
dengan Konsep Standar Kompetensi (SK) dalam Kurikulum 2006. Mari dibuka rumusan Kom-
petensi Inti dalam Kurikulum Madrasah pada KMA No. 165 Tahun 2014.
Kompetensi Dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Dalam Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar untuk setiap mata pelajaran adalah berbeda.
Dengan demikian Kompetensi dasar merupakan Kompetensi yang dimiliki oleh sebuah mata
pelajaran. Penyebutan Kompetensi Dasar sering dihubungkan dengan Standar Isi. Pern-
yataan ini menjadi benar, karena Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik yang harus dipenuhi atau
dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan jenis pendidikan tertentu dirumuskan
dalam Standar Isi untuk setiap mata pelajaran. Standar Isi disesuaikan dengan substansi
tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang
lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan
pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik,
kesesuaian, kecukupan, keluasan dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakter-
istik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut. Ketiga kompetensi terse-
but memiliki proses pemerolehan yang berbeda. Sikap dibentuk melalui aktivitasaktivitas:
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki
melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengeval-
uasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan
proses perolehannya mempengaruhi Standar Isi.
Dari paparan di atas dapat dipaqhami bahwa Kompetensi Dasar adalah kompetensi setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar
merupakan konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
8 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhati-kan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta
ciri dari suatu mata pelajaran, mengingat standar kompetensi lulusan harus dicapai pada akhir
jenjang. Sebagai usaha untuk memudahkan operasional perumusan kompetensi dasar, diper-
lukan tujuan antara yang menyatakan capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas pada
setiap jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA),
dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas dari
Kelas I sampai VI, Kelas VII sampai dengan IX, Kelas X sampai dengan Kelas XII disebut
dengan Kompetensi Inti.
KompetensiDasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. RumusanKompetensi Da-
sardikembangkan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi Dasar dibagi menjadi 4 kelompok sesuai
dengan pengelompokkan Kompetensi Inti sebagai berikut:
1. Kelompok 1. Kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalamrangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2. Kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
dan
3. Kelompok 3. Kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;
4. Kelompok 4. Kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Tujuan pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Setiap mata pelajaran memiliki tujuan masing masing yang membedakan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Oleh sebab itu, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam juga memiliki tujuan. Jika dirunut tujuan mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga
berbeda anatara jenjang satu dengan jenjang lainnya. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan
sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupa-
kan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Is-
lam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peri-
stiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 9
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengem-
bangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupa-
kan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Is-
lam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peri-
stiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengem-
bangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan normanorma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. Dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupa-
kan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan,
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Is-
lam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa peri-
stiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengem-
bangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.
Rangkuman
Pemahaman atas perbedaan konsep Kurikulum Madrasah 2006 sebagaimana terangkum
pada KMA No. 2 Tahun 2008 dengan Kurikulum Madrasah 2013 sebagaimana terangkum
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
10 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
dalam KMA No. 165 Tahun 2014 merupakan keniscayaan. Karena kedua kurikulum madrasah
tersebut memiliki sejumlah perbedaan.
Pertama, Konsep Kompetensi Inti harus dibedakan dengan Konsep Standar Kompetensi.
Karena Kompetensi Inti berlaku untuk semua mata pelajaran pada kelas yang sama. Sedang
Standar Kompetensi antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain berbeda.
Kedua, Posisi Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2006 berbeda pada Kompetensi Dasar
pada Kurikulum 20`13. Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2006 berdiri sendiri sehingga dalam
permusan perencanaan pembelajaran hanya diketemukan 1 (Satu) Kompetensi Dasar dalam
satu RPP. Sedang dalam Kurikulum 2013 antara Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti yang
berbeda akan terhubung dengan Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti yang lain. Sehingga
dalam Perencanaan pembelajaran diketemukan lebih dari satu Kompetendi Dasar.
Ketiga, Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dari satu jenjang satu dengan
yang lain memiliki perbedaan. Sehingga dari perbedaan itu akan diketemukan kesinambungan
dari satu jenjang ke jenjang berikutnya.
Tugas
Bukalah KMA No. 165 Tahun 2014 bacalah dari bagian Awal dan temukan perbedaan Konsep
dengan Kurikulum Madrasah 2006 sebagimana tercantum dalam KMA No. 2 Tahun 2008.
Tes Formatif
1. Lakukan analisis Perbedaan Kompetensi Inti pada jenjang yang berbeda.
2. Lakukan analisis Perbedaan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti yang berbeda (KI-
1, 2, 3 dan 4).
3. Lakukan analisis terhadap Perbedaan Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
pada jenjang yang berbeda (MI, MTs dan MA)
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 11
KEGIATAN BELAJAR 3: PENGANTAR KE MATERI
PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mendiskripsikan golah materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menganlisis Pengertian Sejarah
2. Membedakan Perspektif-perspektif sejarah.
3. Membedakan penggolongan sejarah berdasar objek kajiannya.
4. Membedakan penulisan sejarah menurut cara penyampaiannya.
5. Menganlsis metodologi penulisan sejarah Islam
Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian sejarah dalam arti luas dan sempit.
2. Perspektif-Perspektif tentang sejarah.
3. Objek sejarah.
4. Penulisan sejarah.
5. Metode penulisan sejarah Islam
Uraian Materi
Pengertian Sejarah
Ketika mendengar kata sejarah, apa yang ada dalam benak kita? Masa lalu? Manusia
purba? Benda-benda purbakala di museum? Buku harian? Prasasti? Memang segala sesuatu
mempunyai sejarah. Rumah yang kita tempati mempunyai sejarah. Kendaraan yang kita
gunakan mempunyai sejarah. Buku yang kita gunakan untuk belajar juga mempunyai sejarah.
Bahkan diri kita sendiri juga mempunyai sejarah. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.
Sejarah dalam arti luas dan sempit
Memang dalam arti luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Menurut pengertian
ini, studi tentang sejarah menyangkut alam atau sejarah bumi. Dalam arti sempit, sejarah
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
12 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
harus dibedakan dari setiap peristiwa alam yang dapat dijelaskan berdasarkan sebab-sebab
efisiennya dan dengan demikian hanya merupakan salah satu contoh dari suatu hukum. Da-
lam arti sempit ini, sejarah merupakan suatu peristiwa manusiawi yang mempunyai
akarnya dalam realisasi diri dengan kebebasan dan keputusan daya rohani.
Tentang makna sejarah sebagai cerita tentang masa lampau juga ada benarnya. Sebab,
sejarah biasanya didefinisikan sebagai suatu studi tentang masa lampau. Di sini, yang penting
bagi sejarawan adalah meyakinkan apa yang ditulisnya benar dan mereka tidak memberikan
opininya. Ada juga yang mengatakan bahwa sejarah merupakan studi tentang sebab dan aki-
bat. Bagi mereka, suatu peristiwa menjadi bermakna jika mereka mengetahui mengapa hal itu
terjadi. Kebanyakan orang berpikir bahwa kita akan mencari makna dalam sejarah. Jika tidak,
mempelajari sejarah berarti hanya mengingat fakta dan data.
Sejarah menurut asal-asul katanya
Mari kita bahas pengertian sejarah menurut arti asal-usul katanya. Kata sejarah berasal
dari bahasa Arab, yaitu syajaratun. Kata syajaratun mengandung arti pohon. Makna kata
pohon dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu. Apa-
bila kita melihat gambaran silsilah raja-raja atau dinasti, gambaran itu akan terlihat seperti
pohon yang terbalik. Cerita tentang silsilah raja-raja dan dinasti ini merupakan elemen yang
utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Seiring dengan perkembangan jaman dan cerita
yang disajikan sebagai sejarah bukan hanya kisah kehidupan istana saja tetapi juga kisah di
luar istana, tetapi sitilah yang digunakan tetap sejarah.
Dalam khasanah bahasa Indonesia, sejarah paling tidak mengandung tiga pengertian.
Pertama, sejarah adalah silsilah atau asal-usul. Kedua, sejarah adalah kejadian atau peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Ketiga, sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan
cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Sementara itu, menurut Kamus Indonesia-Inggris, kata "sejarah" diterjemahkan sebagai
history. Kata history mengandung beberapa arti. Pertama, history merupakan kumpulan peri-
stiwa masa lalu. Kedua, history merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berturut-turut dari
masa lalu sampai masa sekarang dan bahkan sampai masa depan. Ketiga, history merupakan
suatu catatan atau deskripsi naratif dari peristiwa-peristiwa masa lalu. Keempat, history meru-
pakan disiplin ilmu yang mencatat dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang
mencakup manusia. Kelima, history merupakan semua yang diingat tentang masa lalu dalam
bentuk tulisan.
Dalam bahasa Yunani historis berasal dari kata historia yang berarti informasi atau pen-
carian. Perkataan historia menunjukkan bahwa pengkajian sejarah bergantung sepenuhnya
kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi. Aristoteles
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 13
menggunakan kata historia untuk menjelaskan suatu penelaahan sistematis mengenai
seperangkat gejala alam baik itu menyangkut susunan kronologis maupun tidak.
Dalam perkembangan berikutnya makna istilah ini mengalami penyempitan. Istilah ini di-
peruntukkan untuk menyebutkan penelaahan mengenai gejala-gejala (terutama hal-ikhwal
manusia) dalam urutan kronologis. Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah bergantung
sepenuhnya kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi.
Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli
1) Ibn Khaldun dalam karyanya al-Muqaddimah yang menjadi pengantar dari Kitab al-'Ibar
wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar memberikan definisi sejarah dari dua sisi. Menurutnya,
pada sisi eksternalnya, sejarah tidak lebih dari penginformasian mengenai peperangan,
negara-negara dan masyarakat pada masa silam. Tetapi pada sisi internalnya (batin) se-
jarah merupakan observasi, analisis, dan kajian secara cermat terhadap prinsip-prinsip
semesta dan sebab-sebab yang mendasarinya. Sejarah adalah pengetahuan tentang
proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam. Seiring
dengan itu, dia menegaskan bahwa seorang sejarawan yang baik niscaya memerlukan
berbagai sumber data, aneka disiplin pengetahuan, perspektif yang baik, dan konsistensi
yang akan menghantarkannya kepada kebenaran dan meminimalkan kekeliruan, sebab
kutipan berbagai informasi sejarah yang tidak disertai dengan pemahaman yang utuh ter-
hadap prinsip-prinsip adat-istiadat, politik, bentuk-bentuk peradaban dan kondisi-kondisi
dalam kehidupan masyarakat, tidak akan terjamin bebas dari kekeliruan, penipuan, atau
penyimpangan dari kebenaran. Dengan pengertian ini, sejarah mampu mengantarkan kita
pada kearifan dalam menyelesaikan persoalan.
2) Menurut Collingwood, seorang sejarawan berpikir bahwa sejarah merupakan ilmu atau
suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menaruh perhatian terhadap tindakan
manusia pada masa lalu yang diperoleh melalui interpretasi bukti-bukti sejarah dan demi
self-knowledge manusia. Dengan pengertian ini, manusia berkepentingan melihat masa
lalunya sendiri dengan kaca mata sekarang. Mengapa ini ilakukan? Sebab, ada persoalan
yang dapat dijawab melalui peristiwa masa lalu.
3) Dalam pandangan Kuntowijoyo, sejarah berarti sebuah rekonstruksi masa lalu. Menurut-
nya, sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis dan unik. Sejarah itu diak-
ronis karena sejarah memanjang dalam waktu. Sejarah akan melihat segala sesuatu ber-
dasarkan rentang waktu. Ibarat meneliti sebuah pohon, sejarah tertarik membicarakan asal
bibit, kapan pohon tumbuh, kapan pohon bercabang dan beranting, dan kapan pohon ber-
buah. Sejarah bersifat ideografis, karena sejarah bersifat menggambarkan, memaparkan
dan menceritakan sesuatu. Berbeda dengan ilmu sosial yang lain, sejarah berusaha me-
lukiskan sesuatu sedetail mungkin. Sejarah bersifat unik karena sejarah melakukan
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
14 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada sesuatu, di situ
dan waktu itu. Hal ini terlihat dalam topik-topik sejarah yang bersifat tunggal dan sekali
terjadi. Misalnya, Revolusi Perancis, Revolusi Indonesia, Perjuangan Sisingamangaradja.
Selain itu, sejarah juga bersifat empiris. Artinya, sejarah bersandar pada pengalaman
manusia yang sungguh-sungguh. Tanpa pengalaman empiris, sejarawan tidak bisa ber-
bicara.
4) Edward Hallett Carr mengatakan bahwa sejarah adalah sebuah proses interaksi secara
terus-menerus antara sejarawan dengan fakta-faktanya. Interaksi ini merupakan wujud se-
buah dialog tanpa akhir antara masa sekarang ketika sejarawan hidup dengan masa lalu,
yaitu fakta itu sendiri. Berdasarkan pengertian ini, kita dapat mengambil pengertian bahwa
yang memaknai masa lalu (fakta-fakta) adalah sejarawan. Ini berarti bahwa hasil pemak-
naan masa lalu tersebut sangat dipengaruhi oleh kecenderungan sang sejarawan. Sebab,
sangat mungkin terjadi beragam hasil rekonstruksi masa lalu disebabkan oleh perbedaan
kecenderungan para sejarawan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang
keilmuan yang dimiliki, pengalaman yang dilalui, dan fakta-fakta yang dimiliki. Tidak
mengherankan jika, peristiwa Serangan Fajar atau yang lebih dikenal dengan Peristiwa
Janur Kuning di Yogyakarta terdapat dua versi, yaitu versi penguasa Orde Baru di mana
Suharto sebagai aktornya, dan versi pasca Orde Baru yang menempatkan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX sebagai tokoh utamanya.
Sejarah dalam berbegai perspektif
Ternyata, sejarah bisa dilihat dari berbagai perspektif, yakni sejarah sebagai suatu
peristiwa, kisah, ilmu dan seni.
a. Sejarah sebagai peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa melihat sejarah sebagaimana terjadinya (histoirerealite). Pe-
ristiwa yang dimaksudkan di sini bukanlah semua peristiwa, namun peristiwa yang berhub-
ungan dengan manusia. Di sini ada unsur perbuatan yang disengaja. Dalam hal ini, dimensi
waktu dari sejarah perlu diperhatikan. Tidak semua peristiwa di hari yang lalu dapat dianggap
sebagai sejarah. Sebab, suatu peristiwa baru dapat dianggap sebagai sejarah kalau peristiwa
itu bisa dikaitkan dengan peristiwa yang lain sebagai bagian dari proses atau dinamika dalam
suatu konteks historis. Di sini ada hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, munculnya pem-
berontakan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro karena muncul kesadaran kebangsaan
untuk melawan kaum penjajah.
Hubungan sebab akibat itu merupakan suatu dinamika menuju perubahan sebagai suatu
hakekat sejarah. Kesinambungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang dalam
hubungan sebab akibat terdapat dalam konteks waktu. Selain dalam batasan waktu dan
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 15
pelaku, tempat pun menjadi batasan sejarah. Contohnya, perkelahian di gedung DPR/MPR
Senayan tentu mempunyai nilai penting dibandingkan dengan perkelahian di tempat umum.
Sejarah sebagai peristiwa pada bersifat objektif. Hal ini terletak pada fakta yang berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi. Dalam kehidupan manusia, peristiwa se-
jarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik dan penting. Peristiwa sejarah merupakan
peristiwa yang abadi karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepan-
jang masa. Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang unik karena peristiwa itu hanya terjadi
satu kali dan tidak pernah terulang kembali secara persis. Peristiwa sejarah merupakan pe-
ristiwa yang penting karena peristiwa itu mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang
banyak.
b. Sejarah sebagai kisah
Menurut Huizinga, seorang sejarawan asal Belanda, sejarah itu adalah 'kisah sesuatu
yang telah berlaku'. Sejarah sebagaimana dikisahkan (histoire-recite) mencoba menangkap
dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya (histoirerealite). Sejarah sebagai kisah meru-
pakan narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap keja-
dian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau.
Ada kemungkinan persepktif sejarah sebagai kisah ini bersifat subjektif. Subjektivitas ter-
letak pada bagaimana sejarah tersebut dituturkan atau diceritakan seseorang. Si penutur se-
jarah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kepentingan dan nilai yang diperjuangkannya,
kelompok sosial di mana dia berada, perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya dan ke-
mampuan bahasa yang dimilikinya.
Kita dapat melihat faktor kepentingan ini dari cara seseorang menuturkan kisah se-
jarahnya. Misalnya, dalam penulisan biografi, seorang tokoh secara pribadi ingin menunjukkan
bahwa pribadinya memiliki peran penting dalam suatu peristiwa sejarah. Nilai-nilai yang diper-
juangkan terlihat dalam corak tulisan sejarah yang disampaikan oleh seorang penutur. Misal-
nya, seorang yang berhaluan nasionalis akan cenderung menulis sejarah tentang nasional-
isme. Begitu juga dengan seseorang yang berhaluan agamis atau sosialis, yang akan cender-
ung pula untuk menulis sejarah berdasarkan nilai yang ia yakini.
Selain faktor tersebut, faktor kelompok sosial di mana penutur sejarah ada juga
mempengaruhi cara penulisan sejarah. Misalnya, seorang sejarawan akan menulis sejarah
dengan menggunakan kaidah akademik ilmu sejarah, sedangkan seorang wartawan akan
menulis sejarah dengan bahasa wartawan. Pengetahuan dan latar belakang keilmuan penutur
sejarah juga mempengaruhi kisah sejarah yang disampaikannya. Pengaruh ini dapat dilihat
dari kelengkapan kisah yang disampaikan, dikisahkan. Misalnya, kisah tentang sejarah Indo-
nesia pada abad ke-20 pasti akan lebih lengkap dipaparkan oleh seorang sejarawan daripada
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
16 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
seorang fisikawan. Oleh seorang yang mempunyai latar belakang keilmuan ekonomi, kisah
tersebut cenderung akan ditafsirkan dengan menggunakan perspektif ekonomi.
Pengaruh kemampuan bahasa seorang penutur sejarah sebagai kisah terlihat dari hasil
rekonstruksi penutur kisah sejarah. Hal ini akan sangat bergantung pada kemampuan bahasa
si penutur kisah sejarah. Jika kita mengaitkan penulisan sejarah ini dengan pandangan Kun-
towijoyo di atas, maka faktor sejarawan akan sangat mempengaruhi rekonstruksi terhadap
fakta-fakta yang dimiliki.
c. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu positif bermula dari anjuran Leopold von Ranke kepada para seja-
rawan untuk menulis apa yang sesungguhnya terjadi. Leopold von Ranke dikenal sebagai
bapak historiografi modern. Dengan menulis apa yang sesungguhnya terjadi, sejarah akan
menjadi objektif. Dengan melihat manusia tertentu, serta terlibat dalam kejadian tertentu, se-
jarah berbeda dengan filsafat yang abstrak dan spekulatif dalam arti hanya melihat manusia
dalam gambaran angan-angan saja.
Objektivitas sejarah membedakannya dengan sastra. Para sastrawan sangat subjektif.
Kebenaran secara mutlak ada di bawah kekuasaannya. Kebebasan pengarang membuat ia
berhak membangun sendiri dunianya. Karya sastra tidak dituntut untuk memberikan informasi
selengkap-lengkapnya. Berbeda dengan sejarah, ia harus berusaha memberikan informasi
selengkap-lengkapnya, setuntas-tuntasnya dan sejelas-jelasnya.
Sejarah dapat dilihat sebagai ilmu dengan karakteristik tertentu. Sejarah termasuk ilmu
manusia yang dalam perjalanan waktu dipecah menjadi ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan.
Sebagai salah satu ilmu manusia, sejarah berbeda dengan ilmu alam dalam hal tertentu. Di
satu sisi, ilmu-ilmu alam bertujuan untuk menemukan hukum-hukum umum dan bersifat nom-
othetis, sedangkan sejarah berusaha menulis hal-hal yang khas atau bersifat ideografis.
Selain itu, berbeda dengan ilmu alam di mana hukum-hukum berlaku secara tetap tanpa me-
mandang orang, tempat, waktu dan suasana.
Sejarah termasuk ilmu empiris, sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia.
Pengalaman itu direkam dalam berbagai dokumen. Dokumen-dokumen itu diteliti oleh sejara-
wan untuk menemukan fakta sejarah. Karena sejarah berbicara tentang manusia, biasanya
sejarah dimasukkan dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi sejarah berbeda dengan an-
tropologi atau sosiologi.
Sejarah membicarakan manusia dari segi waktu. Dalam waktu, ada empat hal yang perlu
diperhatikan, yakni perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan. Artinya
sejarah melihat perkembangan masyarakat dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Misalnya,
sejarah perkembangan demokrasi di Amerika yang dimulai di kota-kota kecil di New England
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 17
pada awal abad ke-17. Sejarah juga melihat kesinambungan yang terjadi dalam suatu
masyarakat. Misalnya, kolonialisme merupakan kelanjutan dari patriotisme.
Hal ini terlihat antara lain dari sikap Belanda meniru raja-raja pribumi dalam menarik upeti.
Sejarah juga melihat pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Misalnya, pada
zaman kolonial, kaum pemodal besar menyengsarakan penduduk dan menimbulkan protes
sosial. Sekarang mereka muncul lagi dan protes sosial terjadi di mana-mana sebagai reaksi
atas kehadiran mereka. Sejarah juga melihat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat
yang biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar. Misalnya, gerakan nasionalisme di Indo-
nesia sering dianggap sebagai kepanjangan Gerakan Romatik di Eropa, Gerakan Pan Islam-
isme di Timur Tengah, Gerakan Turki Muda yang berhasil menjatuhkan kekuasaan monarki,
dan kemenangan Sun Yat Sen.
Dalam meneliti objeknya, sejarah berpegang pada teorinya sendiri. Teori-teori sejarah
ditemukan dalam setiap tradisi sejarah. Di Amerika yang berorientasi pragmatis tidak diajarkan
teori sejarah yang bersifat falsafi. Di negeri Belanda, yang mempunyai tradisi kontinental yang
lebih kontemplatif, diajarkan teori sejarah yang bersifat falsafi. Teori sejarah diajarkan sesuai
dengan keperluan peradaban masing-masing tradisi. Selain mempunyai teori, sejarah juga
mempunyai generalisasi. Seperti ilmu lain, sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan
umum. Seringkali generalisasi sejarah merupakan koreksi atas kesimpulan-kesimpulan ilmu
lain. Misalnya, revolusi Indonesia bukan pekerjaan kaum ekstrimis, seperti propaganda Bel-
anda tetapi revolusi pemuda. Untuk itu, sejarah juga mempunyai metode sendiri. Berbeda
dengan hukum ilmu-ilmu sosial yang terlalu bersifat mekanis, metode sejarah bersifat terbuka
dan hanya tunduk pada fakta.
Walaupun sejarah merupakan ilmu yang terbuka dan menggunakan bahasa sehari-hari
dengan nalar umum sebagaimana digunakan oleh ibu-ibu yang emasak di dapur, sejarah juga
sebagaimana ilmu-ilmu lain membutuhkan riset, penulisan yang baik, penalaran yang teratur
dan sistematika yang runtut, serta konsep yang jelas.
d. Sejarah sebagai seni
Akhirnya, sejarah juga dapat dilihat sebagai seni. Hal ini disebabkan karena sebagaimana
seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, emosi dan gaya bahasa. Kebutuhan sejarawan akan
intuisi terlihat ketika ia melakukan penelitian. Kerap sekali dalam memutuskan apa yang harus
dilakukan, sejarawan menggunakan intuisinya. Untuk mendapatkan intuisi, sejarawan harus
bekerja keras dengan data yang ada. Di sini bedanya pengarang dengan sejarawan.
Pengarang akan berjalan sambil mengkhayal. Sementara itu, sejarawan harus tetap ingat
akan data-datanya.
Dalam melakukan pekerjaannya, sejarawan harus dapat membayangkan apa yang
sebenarnya sedang terjadi dan apa yang terjadi sesudahnya. Misalnya, seorang sejarawan
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
18 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
akan menulis tentang perlawanan Arek-arek Surabaya. Ia dituntut untuk dapat memba-
yangkan keadaan kota Surabaya saat itu.
Penulisan sejarah juga memerlukan emosi. Penulisan sejarah dengan emosi sangat pent-
ing bagi pewarisan nilai asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta. Penulisan sejarah dengan
melibatkan emosi sudah terjadi pada zaman Romantik di mana sejarah dianggap sebagai
cabang sastra. Dalam penulisan sejarah dengan melibatkan emosi, mengajak pembaca sea-
kan-akan hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu. Penulisan sejarah juga membutuhkan
gaya bahasa yang baik yang dapat menggambarkan detail-detail sejarah secara lugas dan
tidak berbelit-belit.
Sejarah sebagai seni mempunyai beberapa kekurangan. Pertama, sejarah sebagai seni
akan kehilangan ketepatan dan objektivitasnya karena seni merupakan hasil imajinasi.
Ketepatan dan objektivitas sangat perlu dalam penulisan sejarah. Ketepatan berarti kes-
esuaian antara fakta dan tulisan sejarah. Objektivitas berarti tidak ada pandangan yang indi-
vidual. Kedua, sejarah akan terbatas. Hanya sejarah yang dapat dideskripsikan sebagai karya
seni yang diakui. Sementara itu, tema-tema sejarah yang penting lainnya, seperti sejarah
ekonomi dan sejarah kuantitatif yang menyuguhkan angka-angka dan analisis tidak akan di-
tulis.
Walaupun demikian, seni juga memberikan sumbangan terhadap penulisan sejarah. Seni
memberikan karakterisasi yang dapat menggambarkan watak orang dalam biografi kolektif.
Misalnya, dalam penulisan sejarah tentang Perang Diponegoro, seorang sejarawan akan
terdorong untuk mengungkapkan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan perang Dipone-
goro tersebut. Pengungkapan berbagai peristiwa ini akan semakin lengkap jika ada pelukisan
watak orang-orang yang terlibat di dalamnya. Di sinilah seni memainkan perannya. Selain itu,
seni juga memberikan struktur atau plot atau alur tulisan sejarah yang kerap kali dilupakan
oleh sejarawan.
Penggolongan Sejarah
Dilihat dari objek kajiannya, sejarah bisa digolongkan antara lain ke dalam sejarah politik,
sosial, sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan, dan biografi.
a. Sejarah Politik
Pada mulanya politik adalah tulang punggung sejarah. Banyak buku teks sejarah berisi
tentang rentetan peristiwa politik, seperti masa pemerintahan seorang raja, kejatuhan seorang
raja dari tampuk kekuasaannya dan pemberontakan yang terjadi pada masa seorang raja me-
merintah. Namun menjelang Perang Dunia Kedua, sekelompok sejarawan Perancis mera-
gukan keterkaitan antara sejarah dan politik. Mereka memperluas ruang lingkup sejarah ke
dimensi kehidupan manusia yang lain, seperti sejarah sosial.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 19
Mulanya sejarah politik merupakan sejarah kegiatan yang berhubungan dengan masalah
pemerintahan dan kenegaraan. Tetapi kemudian sejarah politik didefinisikan sebagai sejarah
kekuasaan. Redefinisi ini memperluas ruang lingkup sejarah politik karena kekuasaan pasti
ada di mana-mana. Di setiap institusi pasti ada sistem kekuasaan.
Sejarah politik dapat menggunakan berbagai pendekatan. Di antaranya adalah sejarah
intelektual yang kemudian berkembang menjadi sejarah mentalitas, sejarah konstitusional, se-
jarah institusional dan sejarah behavioral. Sejarah intelektual mencoba melihat bahwa pikiran-
pikiran mempengaruhi perilaku. Contohnya Pemikiran Politik Indonesia karangan Herbert
Feith dan Lance Castle. Sejarah konstitusional mencoba melihat bahwa dalam setiap konsti-
tusi dapat diketahui filsafat hidup, dasar pemikiran sewaktu membangun bangsa, dan struktur
pemerintahan yang dibangun. Contohnya dapat kita lihat di dalam karya Adnan Buyung Na-
sution yang berjudul Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia: Studi Sosio-Legal
atas Konstituante, 1956-1959. Sejarah institusional mencoba melihat perangkat yang ada da-
lam suatu sistem politik, seperti birikrasi, parlemen, militer, dan partai.
Pendekatan sejarah institusional ini antara lain dapat dilihat dalam tulisan Deliar Noer
yang berjudul Partai Islam di Pentas Nasional (1945-1965), dan tulisan Harold Crouch yang
berjudul Militer dan Politik. Sejarah behavioral mencoba untuk melihat perilaku negara dan
partai politik dalam sosialisasi gagasan, rekrutmen pimpinan dan anggota dan pelaksanaan
tindakan politis. Contohnya dapat kita lihat dalam buku karangan Donald K. Emerson yang
berjudul Indonesia's Elite: Political Culture and Culture Politics, atau buku Modern Indonesia:
Tradition and Transformation karangan Sartono Kartodirdjo.
b. Sejarah Sosial
Aliran penulisan sejarah Annales di Perancis yang dipelopori oleh Lucien Febvre dan
March Bloch mengawali generasi baru penulis sejarah sosial. Sejarah sosial mempunyai ru-
ang lingkup yang luas dan beraneka ragam. Selain meneliti masyarakat secara total dan
global, tema-tema seperti sejarah pada sebuah kelas sosial sepanjang tetap merupakan se-
jarah pada sebuah unit masyarakat dengan ruang lingkup dan waktu tertentu, akan menjadi
fokus dari sejarah sosial. Selain itu, institusi sosial dan fakta sosial juga menjadi bahan kajian
dari sejarah sosial.
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk penulisan sejarah sosial. Di antaranya
yakni model evolusi dan model interval yang telah dibicarakan dalam bab pertama. Model
yang lainnya adalah model tingkat perkembangan masyarakat yang diangkat dari sosiologi.
Model yang banyak dipakai untuk menerangkan perkembangan sejarah adalah model dari
Marx atau Rostow. Model tingkat perkembangan sejarah dapat juga dilihat dalam tulisan Neil
J. Smelser tentang Revolusi Industri. Smelser menggunakan model tujuh tingkat untuk men-
erangkan tingkatan-tingkatan perkembangan.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
20 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Tingkat pertama ditunjukkan dengan adanya ketidakpuasan dengan peranan yang sudah
dilembagakan. Misalnya, ketidakmampuan sistem pasar memberikan kemakmuran. Tingkat
kedua diperlihatkan dengan gejala yang diakibatkan oleh ketidakpuasana itu, seperti kek-
hawatiran, permusuhan dan fantasi tentang keruntuhan. Tingkat ketiga diperlihatkan dengan
penanganan dan penyaluran gejala kerusuhan sosial, di mana agen kontrol sosial, seperti
polisi, wartawan, dan pimpinan sosial mulai aktif menahan gejala yang mengancam kestabilan
sosial tersebut. Tingkat keempat diperlihatkan dengan munculnya gagasan baru untuk men-
cari jalan keluar. Tingkat kelima ditunjukkan dengan usaha institusional untuk meredakan
ketidakpuasan itu. Tingkat keenam digambarkan dengan adanya bentuk kelembagaan baru
baru secara bersama dengan berbagai macam inovasi di dalamnya. Tingkat ketujuh adalah
pengkondisian lembaga baru sebagai ciri permanen struktur sosial. Selain model tingkat
perkembangan, ada juga model dalam arti perubahan sosial. Model ini diambil dari tulisan
Thomas C. Cohran tentang perubahan sosial di Amerika.
c. Sejarah Ekonomi
Sejarah ekonomi merupakan studi sejarah tentang usaha-usaha manusia untuk menyedi-
akan barang dan jasa bagi dirinya, institusi-institusi dan hubungan antar manusia yang di-
akibatkan oleh usaha tersebut, teknik-teknik dan cara pandang yang berubah karena perkem-
bangan ekonomi serta keberhasilan dan kegagalan mereka.
Sebagaimana dalam sejarah pada umumnya, satuan waktu memegang peranan penting,
dalam sejarah ekonomi, terutama yang memperhatikansoal pertumbuhan ekonomi, masalah
tahap perkembangan selalu menjadi perhatian utama. Ada berbagai kriteria untuk tahap
perkembangan ini. Salah satu krietria adalah ukuran produktivitas sebagaimana dikemukakan
oleh Rostow dalam The Stages of Economic Growth. Berbeda dengan jenis sejarah yang lain,
sejarah ekonomi lebih banyak memerlukan penggunaan teori, model dan konsep-konsep ilmu
sosial, termasuk ilmu ekonomi sendiri.
d. Sejarah Kebudayaan
Burckhardt dan Huizinga adalah penulis klasik sejarah kebudyaan. Burckhardt memperli-
hatkan bahwa sejarah kebudayaan mendahului bermacam jenis penulisan sejarah
sesudahnya. Menurutnya, pendekatan sejarah kebudayaan bersifat sinkronis, sistematis, dan
tanpa kesalahan kronologis. Sejarah kebudayaan bagi Huizinga adalah studi tentang struktur
yang dapat melihat gejala-gejala yang mempunyai makna jelas dalam dirinya. Setiap detail
kebudayaan mempunyai maknanya sendiri dan bukan semata-mata sebagai ilustrasi dari kon-
sep umum. Tugas sejarah kebudayaan adalah mencari pola kehidupan, kesenian dan cara
berpikir bersama-sama dalam suatu zaman. Secara bersama-sama artinya tidak terpisah satu
sama lain. Oleh karena itu perlu ada konsep sentral untuk merangkai ketiganya.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN