Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 21
Dalam buku The Waning of The Middle Ages: A Story of the Form s of Life, Thought, and
Art in France and the Netherlands in the Dawn of Renaissance, Huizinga memperlihatkan
contoh penulisan tentang sejarah kebudayaan. Dalam buku tersebut ditemukan pemaparan
tentang kehidupan emosional, sensitivitas keagamaan, simbolisme dan kesenian. Usaha ke
arah sejarah kebudayaan di Indonesia antara lain terlihat dalam tulisan Darsiti Suratman, yakni
Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939. dalam tulisan ini, tekanan utamanya terletak
pada kehidupan, kostum dan upacara-upacara kraton.
e. Biografi
Selain jenis-jenis sejarah ini, biografi juga termasuk sejarah. Biografi sebagai catatan
tentang kehidupan seseorang merupakan mozaik sejarah yang lebih luas. Dengan biografi,
lingkungan sosial politiknya dapat dipahami. Contoh biografi ini dikisahkan riwayat hidup R.M.
Tirto Adhi Soerjo dengan penuh catatan pertanggungjawaban sumber dan lampiran karya-
karya fiksinya.selain biografi ada juga otobiografi atau riwayat hidup yang ditulis sendiri. Dari
suatu otobiografi, dapat diketahui pemahaman penulis atas dirinya, lingkungan sosial-budaya
dan zamannya. Contoh otobiografi adalah buku autobiografi Pramoedya Ananta Toer, yakni
Nyanyian Sunyi Seorang Bisu. Dalam bukunya, ia menggambarkan dirinya sebagai pejuang
demokrasi yang ditindas oleh suatu kejahatan politik.
Penulisan Sejarah (Historiografi)
Menurut cara penyampaiannya, penulisan sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu penuli-
san sejarah naratif dan penulisan sejarah strukturalis. Penulisan sejarah naratif merupakan
penulisan sejarah dengan pendekatan sejarah sebagai rekaman peristiwa dan tindakan aktor
sejarah secara individual yang berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Sejarah naratif ditan-
dai dengan penggambaran pergumulan hidup manusia yang berhadapan dengan perjalanan
nasibnya. Penulisan sejarah strukturalis sering juga disebut sebagai sejarah sosial. Penulisan
sejarah dengan pendekatan ini memahami sejarah sebagai rekaman peristiwa struktural yang
berupa proses dan corak perubahan masyarakat, bangsa, dan dunia. Sejarah sosial memberi
perhatian kepada masalah bagaimana masyarakat mempertahankan dirinya dan mengatur
hubungan antar sesamanya, serta bagaimana masyarakat memecahkan masalah yang dihad-
apinya.
Dalam penulisan sejarah, fakta-fakta sejarah antara lain harus diseleksi dan disusun
dengan baik. Dalam menyeleksi fakta sejarah, masalah relevansi harus mendapat perhatian.
Artinya, dalam penyelesaian, fakta-fakta sejarah yang akan digunakan adalah fakta-fakta se-
jarah yang berkaitan dengan topik penelitian. Ada empat aspek yang menjadi ukuran bagi
relevansi. Keempat aspek itu adalah aspek biografis, aspek geografis, aspek kronologis dan
aspek fungsional. Misalnya, untuk topik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, aspek
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
22 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
biografisnya menyangkut nama tokoh-tokoh atau kelompok orang, seperti Soekarno, Moham-
mad Hatta BPUPKI, dan PPKI. Aspek geografis antara lain menyangkut nama pulau dan kota
di mana peristiwa itu terjadi, yakni Pulau Jawa serta Jakarta dan Rengasdengklok. Aspek kro-
nologisnya menyangkut periode-periode waktu pada proklamasi. Aspek fungsional antara lain
menyangkut jabatan-jabatan orang-orang yang terlibat dalam peristiwa itu.
Setelah fakta-fakta sejarah diseleksi, fakta-fakta tersebut disusun. Penyusunan fakta se-
jarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis dalam periode-periode
waktu. Selain itu, penyusunan fakta sejarah dapat dilakukan berdasarkan sudut pandang geo-
grafis di mana sejarah sedang terjadi, dan berdasarkan tokoh pelaku, baik orang maupun
kelompok orang. Untuk menghindari pengulangan kisah peristiwa-peristiwa yang sama, cara
penyusunan yang terakhir tetap harus diikuti dengan penyusunan kronologis.
Hasil penelitian sejarah dapat ditulis dalam suatu bentuk tulisan yang terdiri dari tiga
bagian besar. Pertama, pengantar. Dalam pengantar antara lain dikemukakan permasalahan,
latar belakang, historiografi dan pendapat penulis tentang tulisan orang lain, pertanyaan-per-
tanyaan yang akan dijawab melalui penelitian, teori dan konsep yang digunakan, dan sumber-
sumber sejarah. Kedua, hasil penelitian. Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian penulisan.
Pertanggungjawaban penulis diperlihatkan dengan menampilkan catatan dan lampiran karena
setiap data yang ditulis harus disertai dengan data yang mendukung. Ketiga, kesimpulan.
Dalam kesimpulan dikemukakan generalisasi dari uraian yang disajikan pada bagian sebe-
lumnya. Selain itu, disajikan juga social significance. Dalam generalisasi ini akan tampak apa-
kah penulis melanjutkan, menerima, memberi catatan atau menolak generalisasi yang sudah
ada
Bagaimana Sejarah Islam ditulis? Kajian metodologis.
Islam sangat menghargai sejarah, bahkan ayat-ayat al-Quran yang merupakan kitab suci
dan komponen introduksi fundamental bagi doktrin agama, mayoritas berisi kisah-kisah masa
lalu, baik tentang para nabi, umat-umat beriman, kaum yang ingkar, bahkan penentang agama
macam Fir’aun, Hamman dan Jaluth. Wacana keilmuan sejarah ini kemudian berkembang
pesat pasca kenabian dan menyebarnya Islam ke negeri ‘Ajam (non-Arab). Ditambah lagi
ketika Islam bersentuhan dengan budaya intelektual dari warisan Yunani, Byzantium dan Per-
sia.
Saat Islam lahir dan bangkit, terdapat empat peradaban yang eksis saat itu, yaitu Byzan-
tium di Eropa Timur dengan agama Cristio-Hellenistic, Persia di lembah Mesopotamia yang
menganut Zoroaster (Majusi), India di Asia Tengah dengan Hiduisme-nya dan negeri Tiongkok
di Asia Timur dengan filsafat Confusius. Gesekan-gesekan intelektual ini merupakan salah
satu pemantik berkembangnya peradaban Islam di kemudian hari.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 23
Dalam arasy historiografi, Islam mendapatkan kontribusi berarti dari warisan kuno budaya
Arab berupa al-Anshab dan al-Ayyam. Dua bentuk pokok ini merupakan instrumen pewarisan
turun-temurun cerita tentang kepahlawanan seseorang, kemenangan di medan perang serta
tuturan dan sedikit catatan tentangsilsilah keluarga. Secara umum, terdapat masalah yang
dihadapi oleh historiografi masa awal Islam dan hingga kini belum tuntas. Antara legenda-
legenda dan tradisi-tradisi populer Arab masa pra-Islam dengan sejarah yang relatif ilmiah dan
eksak yang muncul pada abad kedua hijriyah, masih terbentang satu jurang yang belum dapat
dijelaskan.
Kemungkinan sebab terjadinya hal ini, ada dua pendapat. Pertama, para penulis pada
masa itu mengikuti pola penulisan Buku Raja-raja (Khuday-Nama), yang ditulis oleh orang
Persia. Kedua, kemungkinan hal ini muncul dari gabungan beberapa arus komposisi sejarah
dan quasi sejarah. Karena itu, perlu dikaji lebih lanjut tentang bentuk dasar historiografi Islam
untuk dapat memahami konsepsi keilmuan sejarah dalam khasanah intelektual Islam. Seka-
ligus untuk menjembatani jurang catatan sejarah yang selama ini terbentang lebar.
Tulisan ini akan memberikan penjelasan lebih rinci tentang: (1) bentuk-bentuk dasar histo-
riografi Islam: khabar, annalistik, catatan dinasti, thabaqat dan nasab. (2) karakteristik, tokoh
penulis dan manuskrip yang ditulis pada masa itu. (3) pengaruh historiografi Yunani, Persia
dan Byzantium terhadap historiografi Islam.
Bentuk-bentuk Dasar
Bentuk dasar berposisi sebagai karakter awal penulisan sejarah dalam tradisi Islam. Ben-
tuk-bentuk ini merupakan kerangka penulisan sejarah yang berisi kisah-kisah, syair-syair dan
bait puisi. Pendapat umum para peneliti historiografi tentang beberapa genre awal penulisan
sejarah di kalangan Islam dan Arab, adalah meliputi khabar, annalistik (kronologis), catatan
dinasti, thabaqat dan nasab.
a. Khabar
Khabar biasa diartikan sebagai ‘laporan’, ‘kejadian’ atau ‘cerita’. Biasanya lebih banyak
berisi tentang cerita-cerita peperangan dan kepahlawanan. Karakteristikkhabar ditekankan
dengan garis sanad yang mendahului tiap-tiap khabar, dan hal itu akan dihilangkan bila
menginginkan keringkasan khabar itu atau sekedar menyingkirkan munculnya kecermatan
pengetahuan.
Dalam khazanah historiografi, dapat disimpulkan tiga ciri khabar. Pertama, dalam kha-
bar tidak terdapat hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa. Tiap-tiap khabar su-
dah melengkapi dirinya sendiri dan tidak membutuhkan referensi pendukung.
Kedua, sesuai dengan ciri khasnya yang berakar jauh sebelum Islam, cerita-cerita perang
dalam bentuk khabar tetap mempergunakan cerita pendek, memilih situasi dan peristiwa yang
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
24 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
disenangi dan kadang menyalahi kejadian yang sebenarnya. Peristiwa selalu disajikan dalam
bentuk dialog antar pelaku sehingga memudahkan ahli sejarah dalam melakukan pembacaan
dan analisa.
Ketiga, bentuk khabar cukup bervariasi, sebagai cerita pertempuran yang terus-menerus
dan sebagai suatu ekspresi yang artistik, khabar juga disajikan dalam bentuk puisi serta syair-
syair. Banyak sedikitnya syair tergantung kemauan dan ekspresi psikologis penulis.
Terdapat pertanyaan yang agak mengganjal tentang kapan karya pertama berbentuk kha-
bar ada dalam penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang Islam. Literatur Islam permulaan
tidak menyediakan jawaban, sementara sumber-sumber bibliografi dan kutipan penulis kon-
temporer juga tidak membantu. Dengan demikian terjadi jurang pemisah antara literatur Arab
yang asli dengan organisasi penerbit buku-buku Islam.
Bentuk khabar di dalam berbagai ragamnya terdapat pula dalam sejarah Muslim, walau-
pun mereka membatasi kepada catatan peristiwa-peristiwa saja atau menulis nama-nama
tanpa ada penjelasan lanjut. Sebagaimana bentuk-bentuk dasar lainnya, jarang sekali muncul
apa yang disebut bentuk murni. Biasanya selalu dikombinasikan dengan unsur-unsur lain da-
lam penulisan sejarah. Sehingga, sebagai misal, dalam menyajikan biografi Nabi Muhammad
sudah dilengkapi dengan nasab (silsilah) dan informasi lain seperti daftar nama sahabat yang
berjasa dan dikenang dalam perjuangannya.
Ilmuwan sejarah yang menulis dalam bentuk khabar ini diantaranya adalah: Abu Mihnaf
Luth Ibn Yahya (w. 774 M) dan al-Haitsam Ibn ‘Adi (w. 821 M) yang karyanya berupa kumpulan
monograf dalam bentuk khabar dan nasab. Juga terdapat nama ‘Ali Ibn Muhammad al-Ma-
daini (w. 831 M) yang salah satu karyanya berjudul Al-Murdifat min Quraisy (Wanita Quraisy
yang Poliandri).
Selanjutnya, pada tahun-tahun kehidupan penulis itu pula historiografi dalam bentuk kha-
bar sebagai bentuk yang berdiri sendiri dalam sejarah mulai berakhir, bentuk selanjutnya
mengarah pada kronologi.
b. Analitik
Analitik berasal dari kata dasar anno (tahun). Historiografi dalam bentuk analitik meru-
pakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan menggunakan kronologis, yaitu pencantuman
kejadian tiap tahun. Biasanya dimulai dengan kalimat “dalam tahun pertama” atau “ketika ma-
suk tahun kesembilan”. Penyajian dalam bentuk ini sepenuhnya berkembang pada masa al-
Thabari (wafat 310 H). Karya sejarah permulaan terbit pada dasawarsa pertama abad ke-10
M dan diteruskan sampai tahun 915 M.
Al-Thabari bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid al-Thabari al-
‘Amuli, adalah seorang penulis sejarah yang terkemuka. Namun pada masanya beliau lebih
dikenal sebagai ahli fiqih, bahkan Ibn Nadhim menyejajarkannya dengan imam Malik dan
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 25
Syafi’i. Dalam perjalanan hidupnya, banyak kitab yang telah dikarang, seperti Tarikh al-Umam
wa al-Muluk, Adab al-Manasik, Adab al-Nufus dan Tahdzib Atsar. Yang masih diperdebatkan
adalah tentang afiliasi politik al-Thabari terhadap Syi’ah Rafidhah.
Namun, sebelum al-Thabari juga telah berkembang penulisan dalam bentuk analitik,
misalnya: (1) Sejarah Khalifah Ibn Hayyat yang ditulis sampai tahun 847 M sebagai bentuk
analitik yang memulai uraiannya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sirah nab-
awiyah, (2) Kitab sejarah dari Ya’qub ibn Sufyan (wafat 891 M) yang ditulis berdasar urutan
tahun dengan beberapa kutipan. (3) Sejarah dari Ibn Abi Haitsamah (wafat 893 M).
Mu’in Umar menjelaskan, secara teori penulis-penulis muslim lebih dahulu berkenalan
dengan penggunaan data sejarah dan sejak diperkenalkan tahun Hijriyah, mereka sampai
pada kesimpulan bahwa bentuk analitik merupakan cara yang sangat menyenangkan dalam
penyajian sejarah. Karena kepraktisan dan muatan isi penulisan yang lebih padat. Mungkin itu
yang dijadikan alasan.
Contoh bentuk analitik ini, di antaranya ditunjukkan oleh Ibn Hajar yang berjudulal-
Durar al-Kaminah fi A’yan al-Miati al-Saminah yang menyajikan biografi tokoh-tokoh
terkemuka, termasuk guru-gurunya yang disusun menurut hijaiyah yang terdiri dari dua ba-
gian, pertama disajikan menurut riwayah dan kedua dengan cara dirayah, sesuai tahun
mereka meninggal.
Penulisan bentuk analitik, awalnya menggunakan klasifikasi tahun, sementara penyeb-
utan bulan sangat sedikit. Terjadi pengecilan scope lintasan waktu, pada abad 14 dan 15
pasca Kristus, pengecilan itu mencapai hitungan bulan dan hari. Sedangkan kristalisasi histo-
riografi seratustahunan (seabad) berlaku sampai akhir abad ke-13 masehi. Untuk pertama kali,
perkataan “qarn” (abad) muncul dalam judul yang berhubungan dengan abad itu, misalnya
karya Ibn al-Fuwaithi dan Lisanuddin ibn al-Khatib.
c. Catatan Dinasti
Tidak ada penulisan sejarah di masa lalu yang dapat lepas dari intervensi penguasa.
Hampir seluruh catatan sejarah adalah cerita tentang kekuasaan, kemenangan perang dan
kepahlawanan sang pendiri dinasti serta anak cucunya. Bahkan banyak terdapat biografi-bio-
grafi khusus yang menulis tentang raja-raja itu. Misalnya karya al-Qudla’i yang berjudul ‘Uyun
al-Ma’arif. Maka tidak heran jika muncul adagium bahwa sesungguhnya sejarah adalah milik
penguasa. Rakyat kecil maupun bawahan hanya menjadi footnote (catatan kaki) yang kadang
malah tidak tertulis sama sekali. Namun, bagaimanapun, biografi dinasti dan penguasanya
merupakan sebuah bentuk dasar historiografi Islam.
Perkataan “daulah” yang berarti peredaran dan pergiliran sebetulnya menjadi dasar
kultural linguistik bagi penulisan model historiografi dinasti ini. Teori penggantian penguasa
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
26 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
seperti pada masa al-Kindi, mengisyaratkan hal itu. Selain juga terdapat pengaruh yang besar
dari budaya intelektual Persia dan Syiah.
Model penulisannya adalah menurut pergantian kekuasaan khalifah secara berurutan.
Misalnya seperti Sinan ibn Tsabit yang terlebih dahulu menguraikan khalifah al-Mu’tadlid yang
semasa dengannya baru kemudian menguraikan khalifah sebelumnya. Contoh biografi raja
yang komprehensif adalah karya al-Haitsan ibn ‘Adi dan al-Madaini yang berjudul Biografi
Mu’awiyah dan Bani Umayyah pada pertengahan abad kedua hijriyah (lk. 767 M).
Susunan dunasti dalam sejarah Islam sama halnya dengan penyajian sejarah pra Is-
lam yang ditulis oleh penulis-penulis muslim dalam bentuk bangsa-bangsa dan dinasti-dinasti.
Uraian mengenai sejarah pra Islam pada umumnya mendapat kesulitan, karena orang Islam
tidak pernah menemukan sistem penentuan waktu untuk periode pra Islam, seperti waktu
Sebelum Masehi (SM) yang biasa dipergunakan oleh penulis-penulis Barat.
Untuk penulisan sejarah dinasti pra Islam, penulis Arab mendapat kontribusi berarti
dari khazanah Yunani, Byzantium dan Persia. Terdapat juga sedikit tambahan dari India dan
Cina, namun penerjemahan itu kurang begitu lancar sebab jiwa nasionalisme yang kuat dari
sejarawan kala itu macam al-Dinawari dan Miskawayh.
d. Thabaqat
Thabaqat berarti lapisan. Transisi masyarakat dari satu lapisan atau kelas dalam peng-
gantian kronologis generasi mudah dilakukan. Sebagaimana qarn yang mendahului arti tha-
baqat, yang dalam penggunaannya berarti generasi. Ahli-ahli leksikografi mencoba menetap-
kan ukuran panjang yang pasti dari thabaqat. Sebagian mereka menentukan suatu lapisan
generasi itu 20 tahun sedang lainnya 40 tahun. Ada juga yang berpendapat thabaqat itu 10
tahun.
Menurut penulis, thabaqat lebih mirip klasifikasi penulisan sejarah berdasarkan pada
“batasan waktu” hidupnya. Dalam sepuluh tahun pertama, misalnya, terdapat tokoh-tokoh
dengan kesamaan orientasi dan budaya intelektual. Maka jadilah klasifikasi sedemikian rupa
yang selanjutnya ini menjadi metode tersendiri.
Dalam tradisi Islam sendiri, thabaqat merupakan sesuatu yang amat lazim. Terutama
jika merujuk pada sejarah Muhammad; dalam lingkaran dan lintasan waktu perkembangan
agama Islam, terdapat lapisan shahabat, tab’in, tabi’ al-tabi’in dan seterusnya. Hal ini berhub-
ungan dengan kritik isnad dalam ‘ulum al-hadits.
Pada mulanya, sebagai contoh dalam karya ibn Sa’ad, penyusunan thabaqat di-
pergunakan sebagai biografi para penguasa yang penting dalam pemindahan hadits. Dalam
sejarah lokal, semacam karya Washal Sejarah Wasith di dalamnya hanya dibatasi para perawi
hadits. Kemudian dapat dipergunakan untuk kelas-kelas kelompok pribadi terutama yang ter-
golong ulama. Selanjutnya juga digunakan untuk klasifikasi kejadian-kejadian sebagaimana
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 27
yang terdapat dalam kitab al-Dzahabi yang berjudul Tarikh al-Islam wa Thabaqati Masyahir al-
‘Alam.
Yang penting dalam karya thabaqat ini ialah untuk memperoleh suatu gambaran yang
nyata tentang apa yang sebenarnya harus dicari dan diteliti. Dalam karya Abu Ishaq yang
berjudul Thabaqat al-Fuqaha’ seseorang menginginkan sebanyak mungkin informasi, se-
hingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan biografi tokoh dalam suatu wilayah dan
lokasi.
Cara alfabetis penyusunan biografi ini banyak memberikan kemudahan bagi generasi
selanjutnya. Dalam kitab al-Dibaj yang disusun oleh Ibn Farhun (abad 14 M), ulama-ulama
Malikiyah diuraikan sesuai nama mereka, dan ini dibagi lagi ke dalam thabaqat kemudian tha-
baqat disusun menurut geografis.
e. Nasab
Nasab adalah catatan silsilah keluarga. Bagi orang Arab, menjaga jalur keturunan,
terutama bagi yang mempunyai nenek moyang tokoh terhormat menyebabkan mereka harus
menuliskannya. Keuntungan posisi dan status sosial ekonomi kadang membuat orang menya-
lahgunakan nasab ini. Nasab, kemudian menjadi bentuk dasar bagi historiografi Islam.
Selama abad kedelapan dan sembilan masehi, para ahli filsafat sejarah kuno, pada
saat yang bersamaan juga merupakan ahli dalam bidang garis keturunan. Karya-karya mereka
merupakan bentuk khabar yang berisi kumpulan berbagai kelompok kabilah (suku). Salah
satu monograf yang berkenaan dengan garis keturunan yang mula-mula sekali adalah Kitab
Hadzfu min Nasab Quraisymengenai keluarga kecil suku Quraisy tanpa nabi Muhammad yang
disusun oleh Mu’arrij ibn ‘Amr al-Sadusi. Selain itu terdapat nama al-Zubair ibn Abu Bakkar
(w. 870 M) yang menulis kitab berjudul Nasab Quraisy, walaupun kitab ini lebih banyak mem-
bahas budi pekerti orang Quraisy daripada pohon keluarganya. Sebuah kitab dari al-Baladzuri
berupa biografi tokoh berjudul Kitab al-Ansab didominasi biografi khalifah. Bentuknya ada-
lah khabar dan historiografi dinasti.
Bentuk penulisan nasab ini ada dua. Penulis bermadzhab Syi’ah, Tajuddin ibn Muham-
mad dalam pengantarnya untuk kitab Ghayat al-Ikhtishar fi Akhbari al-Buyutati al-‘Alawiyah,
memasukkan dua macam penyajian untuk informasi garis keturunan, yaitu bentuk pohon dan
bentuk datar/lajur (mabsuth).
Sebenarnya, orang-orang Arab sejak masa lalu telah terbiasa membuat jalur keturun-
annya sendiri, dan ini merupakan cabang ilmu pengetahuan yang khusus dan seringkali di-
hubungkan dengan syair. Kebanggaan keluarga, sangat tergantung pada apa yang telah dil-
akukan nenek moyangnya dalam peristiwaayyam al-A’rab (perang antara kabilah Arab) mau-
pun peristiwa lain dan itu disusun dalam bentuk syair.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
28 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Seorang sejarawan muslim India, Nizar Ahmed Faruqi dalam disertasinya ber-
judul Early Muslim Historiography (1979) menyatakan bahwa nasabmerupakan satu-satunya
sumber bagi penyusunan historiografi Islam, dengan mengambil dasar dari al-Quran surat al-
Hujurât [49] ayat 13.
Pengaruh dari Luar Arab
Gesekan budaya antara Islam yang baru lahir dan berkembang dengan bangsaouki-
mene (berperadaban) yang lain menyebabkan historiografi Islam sedikit banyak mengambil
corak dari filsafat dan budaya intelektual yang diterjemahkan maupun dikutip oleh penulis-
penulis sejarah muslim. Pada masa kekhalifahan al-Makmun, ketika penerjemahan naskah
Yunani dengan materi filsafat dan sejarah digalakkan melalui institusi Dar al-Hikmah itu,
perkembangan penulisan sejarah juga makin marak.
a. Pengaruh Yunani
Dalam bentuk analitik, historiografi Yunani memberikan pengaruh besar. Kronik Yunani
pada periode itu ketika Islam datang menyajikan bentuk historiografi analitik secara jelas me-
lalui penulis muslim kontemporer. Ketika itu Ioannes Malalas, menggunakan struktur analitik
sehubungan kekuasaan kaisar-kaisar. Terdapat juga data-data tentang sarjana-sarjana, filosof
dan pemimpin gereja walaupun pada saat yang sama mereka juga politikus.
Yang menarik justru pernyataan Muin Umar, bahwa tidak pernah ada naskah klasik
historiografi Yunani yang pernah sampai ke dunia Arab. Alasan yang dikemukakan adalah
kecurigaan dari para ulama terhadap literatur sejarah lebih dari literatur pengetahuan lainnya.
Selain juga kurikulum Yunani-Persia sangat jarang dimasukkan dalam pendidikan tinggi Islam.
Model Yunani ini, masuk dalam lingkar intelektual Islam melalui Syiria, dimana mayori-
tas beragama Kristen yang sering melakukan kontak dengan masyarakat luar seperti Yunani
dan Byzantium. Dari segi jumlah, kurang tepat bila disebutkan bahwa historiografi analitik Is-
lam pada mulanya berasal dari model Syiria dan Yunani. Hal ini lebih karena masuknya orang-
orang Kristen ke dalam Islam.
Terdapat sebuah naskah sejarah Yunani, Akhbar al-Yunaniyiin, yang bentuk, isi dan
penulisannya tidak begitu jelas. Menurut riwayat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh
Habib ibn Bahrez dari Mosul Irak, yang hidup di masa al-Makmun dan penerjemahannya dil-
akukan oleh Hamzah al-Isfahani dan Qadli Waqi’ (wafat 918 M).
b. Pengaruh Byzantium
Dalam konteks persentuhan dengan Byzantium, lebih banyak berasal dari penganut
agama Kristen yang berbangsa Arab sehingga interaksi dengan kaum muslimin cukup sering
dan terjadi transfer pengetahuan terhadap mereka. Peradaban Byzantium yang Kristen itu
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 29
cukup memperhatikan penulisan sejarah, dan mereka cukup respek jika literatur historiografi
menempati posisi yang besar dalam literatur Byzantium. Perlu disebutkan bahwa Bibliotheca
of Photius abad sepuluh masehi, sebagian besar mencurahkan uraiannya mengenai sejarah
dari segala sisi.
Persentuhan dengan Byzantium melalui Syiria ini mencatatkan Kronik Edessapada
abad keenam masehi yang merupakan karya analitik. Juga oleh Jacob van Edessa pada abd
ke-7 M yang mahir menuliskan tentang peristiwa alam, bencana, gempa, kekeringan, hama
dan sebagainya. Walaupun dia mengalami kesulitan kronologis karena adanya perbedaan al-
manak dalam naskah klasik terakhir.
Informasi bagi orang Islam sekitar orang Romawi dan raja-raja Kristen kembali kepada
sumber-sumber Yunani Kristen atau Syiria, demikian pula mengenai Perjanjian Lama dan
Baru, juga berita tentang raja-raja Babylonia dan Asyiria juga kembali pada sumber-sumber
Kristen.
c. Pengaruh Persia.
Sebenarnya, bukti yang tersedia tentang bentuk historiografi Persia abad tujuh masehi
sangat kurang. Ketiadaan ini menyebabkan kesulitan penentuan penggunaan bentuk analitik
dalam historiografinya. Banyak yang menganggap, pendapat yang menekankan pengaruh
Persia pada keaslian histoiografi analitik Islam telah gugur. Namun kita masih dapat melacak
adanya pengaruh yang tidak kecil dalam konsepsional penulisan sejarah Islam.
Dalam contoh ini adalah penulisan sejarah Raja-raja. Shiddiqie memberikan argumen-
tasi dengan data masuknya tradisi intelektual Persia dalam khazanah Islam. Bahkan buku
Persia berjudul Khuday-nama—yang merupakan kisah raja-raja, dan dianggap menjadi buku
patokan penulisan biografi Arab—telah masuk dalam historiografi Arab satu abad sebelum Ibn
Mukhaffa (w. 139 H). Pengaruh Persia ini cukup negatif. Banyak kisah dalam Khuday-nama
yang memuat mitos pribadi dan spekulasi pendeta, juga legenda-legenda Avestik dan roman
Iskandar bahkan cerita-cerita tradisi asli Sasanian sering disepuh dengan epik dan retorika.
Rangkuman
Sejarah penulisan sejarah Islam ternyata telah melalui proses yang sedemikian pan-
jang dalam lintasan sejarah manusia. Dengan pedoman pada kitab suci al-Quran dan al-Had-
its. Hadits sendiri memiliki disiplin keilmuan yang hampir sama dengan disiplin historiografi.
Karena dalam al-Hadits, musti ada check and re-check bagi setiap statemen, bahkan terdapat
penilaian bagi individu narator dan transmiter materi (perawi) yang disebut dengan al-jarh wa
al-ta’dil.
Bersamaan dengan pengembangan keilmuan internal, hitoriografi Islam terus berkem-
bang melalui interaksinya dengan peradaban sekitar yang telah memiliki sejarah intelektual
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
30 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
dan catatan historiografi cukup panjang. Di sinilah, sejarawan muslim menimba ilmu dan
mengembangkan bentuk penulisan yang khas Islam; dengan spirit Islam dan materi-materi
sekitar kaum muslimin.
Warisan intelektual itu, hingga saat ini masih bisa dinikmati pada peminat sejarah. San-
gat membantu bagi ilmuwan yang akan meperdalam historiografi Islam dengan berbagai ben-
tuknya.
Tugas
Lakukan Diskusi dengan mengambil tema tentang penulisan Sejarah Kebudayaan
Islam.Secara lebih spesifik tentang Penulisan Buku Teks Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam pada Kurikulum 2013 dengan mempergunakan alat analisis dari Kegiatan Belajar 3
(Tiga) ini.
Tes Formatif
1. Lakukan analisis terhadap pengertian sejarah dalam arti luas dan sempit.
2. Sejarah bisa dilihat dari berbagai perspektif. Bedakan perspektif-perspektif tersebut..
3. Bedakan penggolongan sejarah dari objek kajiannya !.
4. Menurut cara penyampaiannya, penulisan sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu penuli-
san sejarah naratif dan penulisan sejarah strukturalis. Deskripsikan perbedaannya.
5. Lakukan analisis terhadap metodologi penulisan sejarah Islam !
.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 31
KEGIATAN BELAJAR 4: PENDEKATAN-PENDEKATAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah Kebudayaan Islam
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Mendiskripsikan Urgensi Pendekatan dalam Pembelajaran
2. Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah Kebudayaan Islam sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri.
3. Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah Kebudayaan Islam sebagai kajian
sejarah.
4. Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah Kebudayaan Islam sebagai unsur
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pokok-Pokok Materi
1. Urgensi Pendekatan dalam Pembelajaran
2. SKI sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri
3. SKI sebagai kajian sejarah
4. SKI sebagai unsur mata pelajaran PAI
Uraian Materi
Urgensi Pendekatan dalam Pembelajaran
Peraturan Menteri Agama Nomer 165Tahun 2014.menegaskan bahwa Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Madrasah yang terdiri atas empat mata pelajaran yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah,
Akhlak dan Sejarah Kebudayaan Islam memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur'an-hadis
menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara
tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keya-
kinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna.
Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan men-
jauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fikih menekankan pada kemampuan
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
32 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek sejarah kebudayaan
Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Is-
lam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, bu-
daya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam. (PMA 165 Tahun 2014).
Meskipun memiliki karakterisitik yang berbeda, kenyataannya, dalam kurikulum Pendidi-
kan Agama Islam di madrasah, pendekatan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum
adalah sama untuk seluruh unsur Pendidikan Agama Islam. Artinya pendekatan yang di-
pergunakan pada seluruh mata pelajaran agama di madrasah mempergunakan pendekatan
yang sama tanpa membedakan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Kondisi ini dapat
dilihat . Penamaan Pendidikan Agama islam merujuk kelima aspek itu. Meski di madrasah
mempergunakan nama secara khusus, tetapi di sekolah unsiuur PAI juga sama dengan
penamaan di madrasah. Lihat Rambu-rambu yang didalamnya termuat pendekatan dalam
kurikulum PAI tahun 1994, 2004 dan 2006.
Dalam aplikasinya, sejak diberlakukannya Kurikulum 2013 muncul sejumlah terma da-
lam standar Proses seperti Pendekatan, model dan metode Pembelajaran Ini sebagai jawa-
ban atas argument bahwa latar belakang bagi dilakukannya perubahan kurikulum sejarah
Kebudayaan Islam -- sekedar contoh -- tahun 1994 ke 2004 salah satunya adalah lemahnya
sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif. Pern-
yataan ini dapat diperhatikan dalam Rasional mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Ku-
rikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004 sebagai jawab atas problem Kurikulum 1994.
Secara lengkap alasan tersebut adalah “Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI
menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi
begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga ter-
bentuk watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran
lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif)
dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi
pencapaian kemampuan kognitif; kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain
adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya
sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, min-
imnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua
peserta didik.
Berangkat dari paparan di atas, maka manjadi penting untuk membahas Pendekatan
Pembelajaran karena SKI memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan mata
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 33
pelajaran lain. Apalagi Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 an-
tara Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah memiliki keterdeka-
tan.(PMA 165, 2014)
Lebih dari itu, dalam teori pembelajaran sering diketemukan beberapa iatilah-istilah yang
memiliki keterdekatan makna atau merupakan sebuah alur. Istilah-istilah tersebut adalah pen-
dekatan, model, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Dalam beberapa referensi,
sering diketemukan pemaknaan yang berbeda antara terma satu dengan yang lain. Sebagai
contoh, jika pendekatan dimaknakan memiliki cakupan lebih luas dari pada metode, strategi,
model dan sebagainya, maka pendekatan akan menjadi titk tolak bagi kemunculan istilah
lain.”. Terkadang Strategi dianggap memiliki cakupan lebih luas. Akan tetapi jika ditelisik dari
judul bukunya Melvin L. Silberman yang berjudul Active Learning, maka akan diketemukan
pemaknaan strategi menjadi lebih sempit daripada pendekatan. Karena ia lebih merupakan
sebuah langkah-langkah teknis yang dalam batas tertentu lebih menyerupai teknik. Bahkan
dalam satu paparan Kokom Komalasari (2010 : 54-57) memposisikan Model sebagi rangkain
dari pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik. Sementara Kurikulum 2013 meletakkan model
pembelajaran dibawah pendekatan. Sehingga muncullah pendekatan Saintifik. Dari pendeka-
tan saintifik muncul model pembelajarannya seperti Discovery Learning, Problem Based
Learning, Project based Learning.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap proses pembelajaran yang merujuk kepada pandangan tentang ter-
jadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis ter-
tentu. (Kokom Komariah, 2010)
Secara kategoris, ada dua model pendekatan, yaitu pendekatan yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach), dan pendekatan pembelajaran yang berori-
entasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) (Zakiyah Daradjat, 1985). Se-
mentara Komalasari (2010 : 34). mengelompokkan pendekatan pembelajaran ke dalam dua
varian, yaitu pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional. Pendekatan kontektual
menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal
siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan
individual siswa dan peran guru.(Komalasari, 2010)
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
34 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Pendekatan-pendekatan dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Sebagai mata mata pelajaran yang memiliki karakterisitik berbeda dengan aspek lain
dalam satu atap Pedidikan Agama Islam, merupakan keniscayaa jika ia memiliki pendekatan
pembelajaranb yang berbeda. Merski dalam batas tertentu, ia juga memiliki pendekatan yang
sama jika disebut sebagai unsur Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu, Setidaknya ada 3
(tiga) model pendekatan berbeda. Pertama, Sejarah Kebudayaan Islam diposisikan sebagai
bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka ia memiliki pendekatan yang sama
dengan mata pelajaran Fiqh, Alqur’an Hadits, dan Aqidah Akhlaq.(Dirjen Binbaga,
2004,2006,2008) Kedua, Sejarah Kebudayaan Islam diposisikan sebagai kajian Sejarah
pada jenjang pendidikan berbeda(Koentowijoyo, 1993). Ketiga, Sejarah Kebudayaan Islam
diposisikan sebagai mata pelajaran mandiri yang memiliki tingkatan sama dengan mata pela-
jaran lain baik dalam Pendidikan Agama Islam maupun mata pelajaran “umum” lainnya
(Permendikbud, 2013).
Secara lebih rinci ketiga pendekatan tersebut terpapar sebagai berikut.
1. SKI sebagai unsur dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada model pertama, Pertama, Sejarah kebudayaan islam diposisikan sebagai bagian dari
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka ia memiliki pendekatan yang sama dengan
mata pelajaran Fiqh, Alqur’an Hadits, dan Aqidah Akhlaq. Di semua kurikulum mata pelajaran
agama yang dikembangkan oleh Kementrian agama akan muncul sejumlah pendekatan untuk
semua mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Sejarah Kebudayaan Islam ada di
dalamnya.
Pada kurikulum 1994, dikenal empat pendekatan, yaitu emosional, asas manfaat, ra-
sional, dan keteladanan. (Dirjen Binbaga, 1994)
a. Pendekatan emosional, yaitu usaha menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam
menghayati, menghargai, mengagumi serta meneladani nilai-nilai dari semangat ajaran
Islam.
b. Pendekatan asas manfaat, yaitu usaha dan dorongan agar peserta didik mampu memetik
manfaat dari pembelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam dalam menentukan pilihan
pengembangan kepeloporan, kepahlawanan, keilmuan dan kreativitas.-
c. Pendekatan rasional, yaitu usaha pembelajaran dengan mengedepankan aspek rasio
dalam memahami peristiwa sejarah dan peradaban Islam.
d. Pendekatan keteladanan, yaitu usaha menanamkan nilai-nilai melalui teladan, contoh
perilaku positif dari para guru.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 35
Pada kurikulum-kurikulum berikutnya, 4 (empat) macam pendekatan tersebut dikem-
bangkan menjadi 10 (sepuluh) pendekatan dengan klausul bahwa, “cakupan materi pada se-
tiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi (Dirjen Bin-
baga Islam, 2004, 2006, 2008) 1
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan
keyakinan tentang adanya Allah Swt. Sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-
hasil pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dilakukan
Sahabat, khalifah dan para ulama.
c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang
baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Sahabat, khalifah dan para
ulama.
d. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran SKI dengan
pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang
ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati berbagai
peristiwa dalam sejarah Islam sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
f. Fungsional, menyajikan materi SKI yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang guru serta komponen madrasah lainnya sebagai
teladan; sebagai cerminan dari individu yang meneladani sahabat, khalifah dan para
ulama'
2. SKI sebagai kajian Sejarah.
Sejarah Kebudayaan Islam diposisikan sebagai kajian Sejarah pada jenjang pendidikan
berbeda muncul 4 (empat) pendekatan, yaitu Estetis, Etis, Kritis dan Pengembangan Masyara-
kat. (Kuntowijoyo, 1993).
a. Estetis
Estetika adalah dunia nilai yang berusaha mencari prinsip-prinsip yang memandu kreasi
dan apresiasi terhadap keindahan dan seni. Estetika berkaitan dengan aspek-aspek teoritis
seni dalam maknanya yang paling luas dan jangan dikacaukan dengan karya–karya seni atau
kritisisme teknis semata (George Knight, 2007). Dalam pendekatan ini, sejarah diajarkan se-
mata-mata untuk menanamkan rasa cinta pada pahlawan tanah air dan sebagainya. Pen-
dekatan ini lebih cocok untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
1 Lihat kurikulum 2004, 2006 dan 2008. Lihat Dirjen Binbaga Islam, Kurikulum Berbasis Kompetensi
2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006; Standar Kompetensi Madrasah 2008.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
36 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
b. Etika
Etika adalah kajian tentang nilai-nilai dan perilaku. Ia berusaha menjawab pertanyaan sep-
erti “apa yang harus kulakukan?’, apa itu kehidupan yang baik bagi semua orang?’, apa per-
ilaku yang baik itu?. Teori etika berorientasi pada pengajuan nilai-nilai yang benar sebagai
fondasi bagi tindakan-tindakan yang benar. George Knight, 2007). Dalam pendekatan ini se-
jarah diajarkan sebagai upaya menanamkan pengertian bahwa mereka hidup bersama orang,
masyarakat dan kebudayaan lain, baik yang dulu maupun sekarang. Pendekatan ini lebih
tepat dipergunakan pada Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah.
c. Kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi, ber-
pikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat
pribadi dan pendapat oranbg lain. Elaine B. Johnson, 2011) sejarah diajarkan untuk mengasah
daya kritis dengan cara mempertanyakan mengapa peristiwa itu terjadi, apa sebenarnya yang
terjadi, kemana arah kejadian tersebut. Pendekatan ini lebih cocok dipergunakan pada jenjang
Pendidikan Menengah, yaitu Sekolah Menengah Atas / Kejuruan dan Madrasah Aliyah.
d. Perubahan masyarakat
Dalam pendekatan Perubahan masyarakat, sejarah diajarkan secara akademis, sehingga
peserta punya gambaran tentang masyarakat yang dibicarakan, arah kesinambungan dan pe-
rubahan, dapat mengantisipasi perubahan. Pendekatan ini lebih cocok untuk jenjang
Perguruan Tinggi.(Koentowijoyo, 1993)
Dari pendekatan ini, maka untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah
Aliyah dipergunakanlah pendekatan kritis, sehingga siswa mengasah daya kritis dengan cara
mempertanyakan mengapa peristiwa itu terjadi, apa sebenarnya yang terjadi, kemana arah
kejadian tersebut. Sehingga materi yang dikembangkan tidak sekedar mengagumi
kepahlawan seorang sahabat misalnya, tidak sekedar mendefinisikan hijrah misalnya, tetapi
sampai kepada pertanyaan mengapa nabi harus hijrah ke Madinah. Atas permintaan Nabi
ataukah karena perintah Allah, misalnya.
Sedang pada jenjang perguruan Tinggi sejarah diajaarken dengan pedekatan pengem-
bangan masyarakat. Pendekatan ini memiliki keterdekatan dengan sejumlah pendekatan
pembelajaran yang banyak diformulasikan oleh para ahli semacamFilsafat sejarahnya Nuruz-
zaman Shiddiqie (1982),
3. SKI sebagai mata pelajaran mandiri.
Pada model ketiga, yaitu Sejarah kebudayaan Islam diposisikan sebagai mata pelajaran
mandiri yang memiliki tingkatan sama dengan mata pelajaran lain baik dalam Pendidikan
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 37
Agama Islam maupun mata pelajaran lainnya. Oleh sebab itu, dalam perspektif Kurikulum
2013, pendekatan yang bisa dipakai adalah pendekatan Saintifik.
Rangkuman
Sebagai mata mata pelajaran yang memiliki karakterisitik berbeda dengan aspek lain
dalam satu atap Pedidikan Agama Islam, merupakan keniscayaa jika ia memiliki pendekatan
pembelajaranb yang berbeda. Merski dalam batas tertentu, ia juga memiliki pednekatan yang
sama jika disebut sebagai unsur Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu, Setidaknya ada 3
(tiga) model pendekatan berbeda. Pertama, Sejarah Kebudayaan Islam diposisikan sebagai
bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka ia memiliki pendekatan yang sama
dengan mata pelajaran Fiqh, Alqur’an Hadits, dan Aqidah Akhlaq. Kedua, Sejarah
Kebudayaan Islam diposisikan sebagai kajian Sejarah pada jenjang pendidikan berbeda.
Ketiga, Sejarah Kebudayaan Islam diposisikan sebagai mata pelajaran mandiri yang memiliki
tingkatan sama dengan mata pelajaran lain baik dalam Pendidikan Agama Islam maupun mata
pelajaran “umum” lainnya.
Tugas
Bukalah RPP SKI, implementasikan pendekatan pembelajaran dalam RPP yang saudara
susun.
Tes Formatif
1. Deskripsikan urgensi pendekatan dalam pembelajaran
2. Deskripsikan pendekatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri.
3. Bedakan Pendekatan-pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai kajian
sejarah pada jenjang yang berbeda.
4. Bedakan pendekatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai unsur mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
38 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
TUGAS AKHIR
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 1 Pendekatan-Pendekatan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam l 39
TES SUMATIF
1. Lakukan analisis terhadap posisi SKI sebagai unsur PAI dalam Kurikulum madrasah
2013.
2. Bandingkan Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan pada jenjang pendiidkan berbeda.
3. Lakukan analisis terhadap manfaat memepelajari Sejarah Kebudayaan Islam
4. Lakukan analisis Perbedaan Kompetensi Inti pada jenjang yang berbeda.
5. Lakukan analisis Perbedaan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti yang berbeda
(KI-1, 2, 3 dan 4).
6. Lakukan analisis terhadap Perbedaan Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam pada jenjang yang berbeda (MI, MTs dan MA)
7. Deskripsikan urgensi pendekatan dalam pembelajaran
8. Lakukan analisis terhadap pengertian sejarah dalam arti luas dan sempit.
9. Sejarah bisa dilihat dari berbagai perspektif. Bedakan perspektif-perspektif tersebut..
10. Bedakan penggolongan sejarah dari objek kajiannya !.
11. Menurut cara penyampaiannya, penulisan sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu
penulisan sejarah naratif dan penulisan sejarah strukturalis. Deskripsikan perbedaan-
nya.
12. Lakukan analisis terhadap metodologi penulisan sejarah Islam !
13. Deskripsikan pendekatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri.
14. Bedakan Pendekatan-pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai kajian
sejarah pada jenjang yang berbeda.
15. Bedakan pendekatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai unsur mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
KEMENTERIAN AGAMA RI ã 2018
40 l Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
DAFTAR PUSTAKA
‘Abdul Mun’im Majid, Tarikh al-Hadharah al-Islamiyah; fi al-‘Ushur al-Wustha, (Kairo : Makta-
bah al-Anglu al-Miashriyyah, 1978)
A. Muin Umar, Historiografi Islam (Jakarta : Rajawali, 1988)
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning; Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna, penerjemah : Ibnu Setiawan, (Bandung : Kaifa, 2011)
Franz Rosenthal, a History of Muslim Historiography, (Leiden: E.J.Brill, 1952)
George Knight, Filsafat Pendidikan, penerjemah : Mahmud Arif (Yogyakarta : Gama Media
dan CDIE, 2007).
Koentowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta : Bentang Budaya, 1993)
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika
Aditama, 2010)
L Dirjen Binbaga Islam, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006; Standar Kompetensi Madrasah 2008.
Nourouzzaman Shiddiqie, Pengantar Sejarah Muslim, (Yogyakarta : Nur Cahaya, 1982)
Nourouzzaman Shiddiqie, Menguak Sejarah Muslim: Sebuah Kritik Metodologis, (Jakarta:
PLP2M, 1984)
Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, Penerjemah : Mestika Zed dan Zulfami, (Jakarta : Obor,
2001)
PMA Nomer 165 Tahun 2014
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Depag, 1985).
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
PENDALAMAN MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
MODUL 3
PERKEMBANGAN ISLAM
MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Penulis:
Drs. Rofik, M.Ag.
Dr. Sigit Purnama, M.Pd.
Nurhadi, MA
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
2018
2 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
DAFTAR ISI
Table of Contents
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
Rasional dan Deskripsi Singkat.......................................................................................... 4
Relevansi ............................................................................................................................... 4
Petunjuk Belajar ................................................................................................................... 5
KEGIATAN BELAJAR 1: Merefleksi Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq ..... 6
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................................... 6
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan......................................................................... 6
Pokok-Pokok Materi ............................................................................................................. 6
Uraian Materi ......................................................................................................................... 6
Rangkuman ......................................................................................................................... 20
Tugas ................................................................................................................................... 21
Tes Formatif ........................................................................................................................ 21
KEGIATAN BELAJAR 2: Merefleksi Kepemimpinan Umar bin Khattab .............. 24
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................................. 24
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan....................................................................... 24
Pokok-Pokok Materi ........................................................................................................... 24
Uraian Materi ....................................................................................................................... 24
Rangkuman ......................................................................................................................... 38
Tugas ................................................................................................................................... 39
Tes Formatif ........................................................................................................................ 39
KEGIATAN BELAJAR 3: Merefleksi Kepemimpinan Utsman bin Affan .............. 42
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................................. 42
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan....................................................................... 42
Pokok-Pokok Materi ........................................................................................................... 42
Uraian Materi ....................................................................................................................... 42
Rangkuman ......................................................................................................................... 52
Tugas ................................................................................................................................... 53
Tes Formatif ........................................................................................................................ 53
KEGIATAN BELAJAR 4: Merefleksi Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib .............. 56
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 3
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................................. 56
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan....................................................................... 56
Pokok-Pokok Materi ........................................................................................................... 56
Uraian Materi ....................................................................................................................... 56
Rangkuman ......................................................................................................................... 69
Tugas ................................................................................................................................... 70
Tes Formatif ........................................................................................................................ 71
TUGAS AKHIR ............................................................................................................. 73
TES SUMATIF .............................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 74
GLOSARIUM .............................................................................................................. 745
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
4 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Pasca kematian Rasulullah SAW. Islam terus berkembang di semenanjung Arabia dan
sekitarnya. Adalah Khulafaur Rasidin bersama para sahabat yang melanjutkan perjuangan
Rasulullah SAW dalam menegakkan dan menyebarkan agama Islam. Perkembangan Islam
pada masa Khulafaur Rasyidin berjalan dengan cepat baik dalam hal jumlah umat Islam
maupun luas wilayah kekuasaan Islam. Umat Islam pada masa Khulafaur Rasyidin dipimpin
oleh empat orang Khalifah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
dan Ali bin Abi Thalib.
Modul ini dirancang untuk peserta Pelatihan Pendidikan Profesi Guru (PPG) agar mereka
terampil dalam membaca dan menganalisis peristiwa sejarah Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin.
Modul ini dikemas dalam empat kegiatan belajar yang tersusun dengan urutan sebagai
berikut:
1. Kegiatan Belajar 1: Merefleksi Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Kegiatan Belajar 2: Merefleksi Kepemimpinan Umar bin Khattab
3. Kegiatan Belajar 3: Merefleksi Kepemimpinan Utsman bin Affan
4. Kegiatan Belajar 4: Merefleksi Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Setelah mempelajari modul ini peserta PPG diharapkan mampu mengambil hikmah dari
refleksi kepemimpinan keempat khalifah tersebut dalam kehidupan sehari-hari didasarkan
pada pemikiran logis-historis, kritis, dan reflektif.
Relevansi
Materi Perkembangan Islam masa Khulafaur Rasyidin merupakan materi workshop yang
dirancang untuk membekali peserta PPG dengan materi tentang kepemimpinan empat
khalifah masa Khulafaur Rasyidin. Materi ini harus dipahami dan dikuasi guru agama Islam
atau guru Tarikh Islam secara mendalam agar mereka mampu menyampaikannya kepada
para siswanya dengan baik. Pemahaman terhadap peristiwa sejarah pada masa lalu itu
penting karena peristiwa yang terjadi pada masa kini tidak dapat dipisahkan keterkaitannya
dengan peristiwa masa lalu. Bung Karno mengingatkan: “Jangan sekali-kali melupakan
sejarah” atau disingkat “Jas Merah”. Oleh karena itu guru agama Islam atau guru Tarikh Islam
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 5
harus benar-benar memahami dan mampu menganalisis peristiwa sejarah masa lalu dan
mengkaitkannya dengan peristiwa masa kini.
Keberhasilan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat terwujud apabila kegiatan
belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan bermakna bagi peserta pelatihan. Faktor
pembangkit motivasi belajar sejarah yang efektif adalah keingintahuan dan keyakinan akan
kebenaran cerita sejarah yang sedang dipelajarinya. Untuk menampung hal ini, modul ini
dilengkapi dengan sumber belajar yang dapat dijadikan acuan belajar. Sumber belajar dapat
diambil dari situs online dan diberikan petunjuk dimana materi dapat diunduh atau dilihat.
Petunjuk Belajar
Untuk membantu pemahaman modul Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin anda
sebaiknya:
1. Mempelajari materi secara utuh (jangan beralih ke kegiatan belajar lain) jika yang anda
baca belum selesai.
2. Menggunakan kemampuan analisis dalam membaca dan kerjakan soal latihan yang
disediakan.
3. Apabila menemukan kesulitan, carilah kawan yang lebih memahami untuk melakukan
diskusi tentang materi sulit tersebut.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam modul ini sangat tergantung kepada
kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri
atau berkelompok dengan teman sejawat.
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
6 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
KEGIATAN BELAJAR 1:
MEREFLEKSI KEPEMIMPINAN ABU BAKAR
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Merefleksi kepemimpinan Abu Bakar.
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menemukenali profil Abu Bakar
2. Menganalisis sistem pemerintahan masa kepemimpinan Abu Bakar
3. Merefleksi strategi dakwah Abu Bakar
4. Menemukenali perkembangan ilmu pengetahuan masa kepemimpinan Abu Bakar
Pokok-Pokok Materi
1. Profil Abu Bakar
2. Sistem pemerintahan masa kepemimpinan Abu Bakar
3. Strategi dakwah Abu Bakar
4. Perkembangan ilmu pengetahuan masa kepemimpinan Abu Bakar
Uraian Materi
A. Profil Abu Bakar
Abu Bakar Ash-Shiddiq (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H)
termasuk di antara orang-orang yang paling awal memeluk agama Islam atau yang
dikenal dengan sebutan as-sabiqun al-awwalun. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu
Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 Masehi.
Dia adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur
Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk. Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun,
2 bulan, dan 14 hari sebelum meninggal terkena penyakit.
Genealogi
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 7
Nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin
Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan
nabi pada kakeknya bernama Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay dan ibu dari Abu Bakar adalah
Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti
ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya
adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Nabi
menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Nabi memberinya gelar yaitu Ash-
Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra
Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan
nama "Abu Bakar ash-Shiddiq"
1. Kehidupan awal Abu Bakar
Abu Bakar lahir di kota Mekah sekitar tahun 572, dari keluarga kaya dalam Bani
Taim. Ayah Abu Bakar bernama Uthman Abu Quhafa (panggilan Abu Quhafa) dan ibunya
bernama Salma binti Sakhar (panggilan Umm-ul-Khair). Abu Bakar menghabiskan masa
kecilnya seperti anak Arab pada zaman itu di antara suku Badui yang menyebut diri
mereka dengan nama Ahl-i-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar
sering sekali bermain dengan dengan unta dan kambing, dan kecintaannya terhadap unta
inilah yang memberinya nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.
Ketika umurnya berusia 10 tahun, Abu Bakar pergi ke Suriah bersama ayahnya dengan
kafilah dagang. Nabi Muhammad yang pada saat itu berusia 12 tahun juga bersama
kafilah tersebut. Pada tahun 591, Abu Bakar yang pada saat itu berusia 18 tahun pergi
untuk berdagang, berprofesi sebagai pedagang kain yang memang sudah menjadi bisnis
keluarga. Dalam tahun-tahun mendatang Abu Bakar sering sekali bepergian dengan
kafilahnya. Perjalanan bisnis membawanya ke Yaman, Suriah dan beberapa tempat
lainnya. Perjalanan bisnis inilah yang membuatnya semakin kaya dan semakin
berpengalaman dalam berdagang.
Bisnisnya semakin berkembang, mempengaruhi status sosial Abu Bakar. Meskipun
ayahnya Uthman Abu Quhafa masih hidup, Abu Bakar diakui sebagai kepala sukunya.
Seperti anak-anak lain dari keluarga pedagang Mekah yang kaya, Abu Bakar adalah
orang terpelajar (bisa menulis dan membaca) dan dia menyukai puisi. Abu Bakar biasanya
menghadiri pameran tahunan di Ukaz dan ikut berpatisipasi dalam simposium puitis. Ia
memiliki ingatan yang bagus dan pemahaman yang baik mengenai silsilah atau asal usul
suku-suku Arab, sejarah dan juga politik mereka.
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
8 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Sebuah cerita ketika Abu Bakar masih kecil, ayahnya membawanya ke Ka'bah, dan
meminta Abu Bakar berdoa kepada berhala. Setelah itu ayahnya pergi untuk mengurus
urusan bisnis lainnya, meninggalkan Abu Bakar sendirian dengan berhala-berhala
tersebut. Abu Bakar lalu berdoa kepada berhala, "Ya Tuhanku, aku sedang membutuhkan
pakaian, berikanlah kepadaku pakaian". Berhala tersebut tetap acuh tak acuh tidak
menanggapi permintaan Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya
dan mengatakan "Ya Tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat
lapar". Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apapun dan acuh tak acuh. Melihat
permintaannya tidak dikabulkan, kesabaran Abu Bakar habis lalu mengangkat sebuah
batu dan berkata kepada berhala tersebut. "Di sini saya sedang mengangkat batu dan
akan mengarahkannya kepadamu, kalau kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu
sendiri". Abu Bakar lalu melemparkan batu tersebut ke arah berhala dan meninggalkan
Ka'bah. Setelah itu, Abu Bakar tidak pernah lagi datang ke Ka'bah untuk menyembah
berhala-berhala di Ka'bah.
2. Memeluk Islam
Setelah kembali dari perjalanan bisnis dari Yaman, Abu Bakar diberi tahu oleh teman-
temannya bahwa ketika beliau tidak berada di Mekah, Muhammad menyatakan dirinya
bahwa beliau adalah seorang utusan Allah.
Dalam bukunya Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir berpendapat bahwa wanita yang
pertama kali masuk Islam adalah Khadijah. Zaid bin Haritsah adalah budak pertama yang
masuk Islam. Ali bin Abi Thalib adalah anak kecil pertama yang masuk Islam karena pada
waktu ia masuk Islam, Ali belum dewasa pada waktu itu. Adapun laki-laki dewasa yang
bukan budak yang pertama kali masuk Islam yaitu Abu Bakar.
Dalam kitab Hayatussahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam setelah diajak
oleh Muhammad. Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi dari Aisyah, ia berkata:
Sejak zaman jahiliyah, Abu Bakar adalah kawan Rasulullah. Pada suatu hari, dia hendak
menemui Rasulullah, ketika bertemu dengan Rasulullah, dia berkata, "Wahai Abul
Qosim (panggilan nabi), ada apa denganmu sehingga engkau tidak terlihat di majelis
kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek
moyangmu dan lain lain lagi?" Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan
Allah dan aku mengajak kamu kepada Allah." Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu
Bakar langsung masuk Islam. Melihat keislamannya itu, dia gembira sekali, tidak ada
seorang pun yang ada di antara kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi
kegembiraan dia. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin Affan, Thalhah bin
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 9
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk
Islam. Lalu, mereka pun masuk Islam.
Abu Bakar lalu mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam
Islam lainnya.
3. Kehidupan setelah masuk Islam
Istri pertama Abu Bakar yang bernama Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima agama
Islam lalu Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain yang bernama Ummi Ruman
menjadi mualaf. Semua anak Abu Bakar menerima agama Islam kecuali Abdurrahman
bin Abi Bakar sehingga membuat mereka berpisah, walaupun pada akhirnya
Abdurrahman kelak menjadi seorang Muslim setelah Perjanjian Hudaibiyyah.
Masuk Islamnya Abu Bakar membuat banyak orang masuk Islam. Beliau membujuk
teman dekatnya untuk masuk Islam sehingga banyak temannya menerima ajakan
tersebut.
4. Masa bersama Nabi
Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup
bersama Abu Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sejak saat itu
mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama dan hanya berselisih
2 tahun 1 bulan lebih muda daripada muhammad, pedagang dan ahli berdagang.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga
mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih
memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh
mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya
masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak
tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan
membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Salah seorang budak
yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan adalah Bilal bin Rabah.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar
adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi
Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi
Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk
untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai
indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan 'pun setelah Nabi SAW
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
10 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang
paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW ini. Segera setelah kematiannya,
dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Tsaqifah
bani Saidah yang terletak di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu
Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M.
5. Perang Riddah
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan
stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal
dari daerah Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada.
Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam
secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni
penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen
dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan
nama perang Riddah. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu
Habi al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazzab (Musailamah si
pendusta), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhamad.
Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin
Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan
budak yang dibebaskan oleh Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan karena telah berhasil
membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan
memeluk agama Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap
Hamzah paman nabi Muhammad. Al Wahsyi pernah berkata, "Dahulu aku membunuh
seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh orang
yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab)."
6. Pengumpulan Tulisan Qur'an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa
setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzdzab dalam
perang Riddah atau juga dikenal dengan perang yamamah, banyak para penghafal Al
Qur'an yang terbunuh dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid
bin Tsabit, dikumpulkan lembaran al-Qur'an dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-
tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah
lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. Setelah Abu Bakar
meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah,
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 11
anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa
pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang
dikenal saat ini.
7. Kematian Abu Bakar
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di kota Madinah karena sakit yang
dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di
dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.
B. Sistem pemerintahan masa kepemimpinan Abu Bakar
1. Dinamika bidang Agama.
Ada beberapa gejala yang sungguh umum yang terjadi tidak lama setelah kematian
Muhammad saw. Beberapa dari kalangan yang bukan Arab Quroisy kemudian
menyatakan kemerdekaan mereka karena menganggap bahwa ketundukan itu hanyalah
berlaku kepada Muhammad saw, sang rasul. Pembangkangan-pembakangan yang
terjadi pada masa Abu Bakar r.a ini juga dibarengi dengan munculnya beberapa orang
yang mengaku sebagai nabi baru dan mendakwakan agama ke kaumnya. Selain itu juga
muncul juga gerakan untuk mogok bayar zakat, dengan anggapan bahwa zakat itu hanya
wajib apabila Muhammad ada.
Masalah kematian Rasulullah saw, memang telah membawa dampak yang sungguh
besar dalam ke-imanan seseorang kala itu. Krisis ini tidak hanya menerpa mereka yang
memang jauh dari Madinah, atau jauh dari Rasulullah, akan tetapi juga dialami beberapa
sahabat.
Masyarakat muslim kala itu memang tidaklah se-heterogen bila dibandingkan pada masa
selanjutnya, akan tetapi beberapa elemen penyusun dasar masyarakat sudah mulai
bervariasi. Otomatis tingkat kepatuhan, keyakinan, minat terhadap Islam, motivasi untuk
memeluk agama Islam pada masa Rasulullah pasti berbeda-beda. Bisa jadi ada yang
motivasinya hanyalah penyelamatan diri dari serangan-serangan Arab, atau juga bisa jadi
hanya menghindari beban upeti kepada mereka.
Kemudian dengan meninggalnya nabi Muhammad saw, anggapan bahwa zakat tidak
perlu lagi dibayar serta mertapun muncul. Meskipun beberapa kejadian ini mempunyai
indikasi lain yang tidak kalah pentingnya, yakni hanya sebuah usaha agar tidak membayar
pajak, akan tetapi kedoknya adalah benar-benar agama, hingga mereka yang
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
12 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
melancarkan gerakan nabi palsu, mogok zakat dan lain sebagainya disebut sebagai
murtad.
Ada beberapa kelompok yang melakoni gerakan riddah ini, mereka adalah:
Bani Amir dan Hawazan dan Sulaim.
Musailamah yang mengaku sebagai nabi baru.
Penduduk Bahrain.
Penduduk Oman dan Mahrah.
Penduduk Yaman dalam dua kali gelombang.
Penduduk Hadramaut dan Kinda
Abu Bakar sibuk untuk mengurusi masalah-masalah yang seperti ini yang semuanya
berlangsung pada tahun awal pemerintahannya yakni tahun 11 H, hingga beliau tidak
sempat memikirkan ekspansi ke luar kecuali hanya sedikit, selain memang masa
kepemimpinan beliau memang yang paling singkat dibanding para penerusnya. Tapi
akhirnya Abu Bakar berhasil meredam seluruh gerakan ini dengan mengirimkan
pasukannya. Karena memang riddah dalam keyakinan ummat Islam adalah harus
dibunuh hingga mati atau kembali ke dalam Islam maka begitu juga dengan perintah Abu
Bakar r.a kepada para pemimpin pasukan.
2. Dinamika Sosial.
Sebenarnya masyarakat Muslim, yang terdiri dari banyak element dan suku terancam
hancur persatuannya pada peristiwa Saqifah. Sejumlah kalangan pengungsi dari Mekkah
dan beberapa klan lemah di Madinah juga beberapa orang yang melepaskan diri dari
klannya bersatu untuk memikirkan suksesi Abu Bakar r.a dan menghalangi kalan Khazraj
untuk memilih pemimpin sendiri karena hal ini akan sangat rentan dengan munculnya
permusuhan di kalangan elit politik dan masyarakat.
Selain itu dalam beberapa kisah, yang coba diabaikan beberapa kalangan, disebutkan
bahwa terjadi ketegangan antara bani Hasyim dengan Abu Bakar dan suksesornya Umar
bin Khattab. Dalam beberapa riwayat seperti yang dituturkan oleh Muhammad Haikal
disebutkan bahwa Abu Bakar dan Umar bin Khattab mendatangi Ali bin Abi Thalib dengan
membawa sekelompok pasukan untuk meminta baiat Ali bin Abi Thalib. Aka tetapi Ali bin
Abi Thalib dan beberapa anggotanya menghadap mereka dengan pedang di tangannya,
hingga terjadi adu fisik antara Ali bin Abi Thalib r.a dan Umar bin Khattab r.a.
Abu Bakar r.a adalah salah satu figur yang dihormati oleh masyarakat, selain karena
beliau termasuk sahabat paling dekat dengan nabi, ia juga termasuk salah satu orang
yang paling pertama memeluk Islam dan mertua Rasulullah saw, akan tetapi Ali bin Abi
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 13
Thalib r.a sedikitpun tidak kalah wibawanya dibandingkan Abu Bakar r.a, beliau adalah
sepupu nabi, bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah
orang yang paling pertama kali masuk Islam, beliau juga adalah menantu Rasulullah saw.
Dua figur yang sangat dihormati di Madinah ini dan mempunyai banyak pendukung tentu
saja melahirkan paling sedikit dua blok masyarakat, yang mendukung Abu Bakar r.a dan
yang mendukung Ali bin Abi Thalib r.a. Tentu saja ini melahirkan suatu dilema tersendiri
bagi masyarakat.
3. Dinamika Politik.
Kestabilan politik yang telah dirintis oleh Rasulullah saw, berangsur-angsur memburuk
setelah kematian beliau. Ini terbukti dengan terjadinya beberapa pemberontakan di luar
Madinah, baik itu pemberontakan yang dimotivasi oleh keinginan melepaskan diri dari
kekuasaan Islam ataupun pemberontakan-pemberontakan yang dilancarkan oleh kaum-
kaum murtad.
Selain itu di Madinah, seperti yang kita sebutkan diatas, muncul dua blok kekuasaan
politik, satu pihak adalah Abu Bakar r.a yang telah diangkat menjadi khalifah, di pihak lain
adalah Ali bin Abi Thalib r.a-yang dalam pandangan beberapa sarjanawan disebutkan
bahwa beliau berpendapat dan disetujui oleh pengikutnya sebagai orang yang lebih
berhak untuk menduduki posisi kepemimpinan.
Anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a adalah orang yang lebih berhak untuk
mendapatkan tampuk kepemimpinan diawali dengan mengedepankan hadist Ghadir
Khum yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a adalah pewaris nabi Muhammad
saw. Peristiwa Saqifah yang tidak dihadiri oleh Ali bin Abi Thalib r.a yang kala itu sibuk
dengan mengurusi jenazah Rasulullah saw, dimata beberapa kalangan merupakan awal
perampasan kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib r.a. Kesekongkolan antara Umar bin
Khattab r.a, Abu Bakar r.a dan Abu Ubaid bin Jarrah dianggap sebagai salah satu usaha
untuk tidak menggabungkan kepemimpinan politik dan agama pada Bani Hasyim.
Ada banyak versi yang menceritakan pertikaian politik antara dua blok politik terbesar di
Madinah. Akan tetapi ada juga riwayat yang menafikan pertikaian politik tersebut, seperti
riwayat shahih yang diceritakan oleh at-Thabari. Selain itu Haikal juga menuturkan bahwa
riwayat-riwayat yang menyebutkan terjadinya pertikaian politik baru muncul jauh sesudah
berakhirnya ke-khalifahan Abu Bakar r.a yakni pada masa Abbasyiah.
4. Stabilitas Negara.
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
14 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, tercatat beberapa pemberontakan yang
membahayakan bagi kesatuan negara Islam. Beberapa diantaranya adalah gerakan-
gerakan riddah yang muncul tidak lama setelah kematian Rasulullah saw.
Pemberontakan-pemberontakan itu bisa dilatari beberapa alasan baik alasan politik,
ekonomi ataupun agama. Beberapa pemberontakan dan gerakan yang mengancam
stabilitas negara itu dapat kita sebutkan sebagai berikut:
1. Pemberontakan Thulaihah yang mengklaim dirinya sebagai nabi sebelum wafatnya
Rasulullah saw.
2. Pemberontakan Sajjah dan Malik bin Nuwairoh di dari Yamamah.
3. Perang Yamamah, dan Musailamah yang menyebut dirinya sebagai nabi.
4. Gerakan riddah di Baharain.
5. Gerakan riddah di Omman dan Muhrah.
6. Gerakan riddah di Hadramaut dan Kindah.
Semua gerakan riddah dan pemberotakan ini berhasil diredamkan baik dengan
peperangan ataupun tidak.
5. Kebijakan Politik Abu Bakar
Dalam perjalanan Abu Bakar r.a, beliau telah menetapkan beberapa kebijakan dalam
politik, beberapa kebijakan penting beliau selain menumpas pemberontakan dan
melakukan ekspansi adalah:
1. Menjadikan Hirroh sebagai pusat militer untuk penyerangan selanjutnya ke Syam.
2. Menaklukkan daerah-daerah yang berpeluang untuk membantu melawan Kaisar.
3. Menempatkan Khalid bin Sa’id bin Ash dan pasukannya sebagai pasukan cadangan di
Taima, yakni perbatasan wilayah kekuasaan negara Islam dengan Syam. Tekanan-
tekanan yang diberikan oleh Khalid bin Sa’id telah memberikan Kontribusi besar dalam
penaklukkan Syam, meskipun akhirnya mereka kalah.
4. Pemindahan baitul mal dari Sunuh ke Madinah.
5. Mengurusi janda-janda perang di Madinah.
6. Pengangkatan al-Mutsanna bin Haritsah menggantikan Khalid bin Walid di Iraq.
7. Penunjukan Umar bin Khattab r.a sebagai penggantinya sebagai Khalifah. Beberapa
pendapat mengatakan bahwa beliau menghawatirkan keadaan akan menjadi kritis lagi
bila seorang pemimpin tidak menunjuk orang yang akan menggantikannya.
8. Mengampuni beberapa kepala pemberontak.
Selain itu beliau juga mengangkat beberapa orang sebagai pemerintah di kota-kota
tertentu. Abu Bakar r.a mengangkat Umar bin Khattab r.a menjadi hakim di Madinah, Abu
Ubaidah menjadi pengurus baitul mal, Ali bin Abi Thalib r.a, Utsman bin Affan dan Zaid
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 15
bin Tsabit sebagai sekretaris, Uttab bin Usaid sebagai amir kota Mekkah, Utsman bin Abi
al-Ash sebagai amir di Thaif, al-Muhajir bin Abi Umayyah di Shun’a, Ziyad bin Lubaid di
Hadramaut, Abu Musa di Zubaid dan Rima’, Muadz bin Jabal di Jund, al-Ala’ bin al-
Hadramiy di Bahrain, Jarir bin Abdullah di Najran, Abdullah bin Tsaur di Jurasy, Iyadh bin
Ghanm di Daumatuljandal, Khalid bin Walid sebagai jendral besar pemimpin pasukan
penakluk Syam.
6. Kontribusi Pemerintahan Abu Bakar.
Sebenarnya, salah satu keberhasilan Rasulullah saw. dalam kepemimpinannya adalah
mengganti sistem politik bangsa Arab yang dahulunya terpecah belah di bawah naungan
klan. Seseorang tidak bisa mengklaim bahwa dirinya adalah seorang yang merdeka bila
ia tidak bernaung dibawah sebuah klan. Kemudian Rasulullah saw. menggantikan sistem
ini dengan kesatuan politik yang bernama Ummah, yakni kesatuan seluruh ummat Islam.
Sedangkan pada masa Abu Bakar r.a, kesatuan politik bangsa-bangsa Arab yang
terpecah belah dibawah beberapa kekuasan politik telah dirancang untuk disatukan
dibawah kekuasaan negara Islam. Kesatuan ini menjadi sistem pemerintahan negara
yang oleh bangsa Arab sebelumnya tidak diperhatikan. Selain itu, Abu Bakar r.a juga telah
merintis sistem pengambilan keputusan dengan keputusan syura. Lain halnya dengan
Rasulullah saw. yang keputusannya adalah mutlak karena memang beliau menjadi wadah
penerima wahyu. Pada pengambilan keputusan-keputusan genting, Abu Bakar sering
memanggil orang-orang yang menurutnya berkompeten untuk didengar pendapatnya,
yakni pada saat itu adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw. Dengan begitu beliau telah
mulai merintis pembangunan dasar-dasar pemerintahan Islam seperti syura.
C. Strategi/Metode Dakwah Abu Bakar
1. Metode Dakwah Bil-Lisan (Pidato Abu Bakar ash-Shiddiq dalam Menggunakan
Metode Dakwah)
Abu Bakar ash-Shiddiq yang begitu taat, pecinta yang begitu mengasih, menginginkan
kehidupan yang baik untuk siapa pun. Hatinya cerdas yang berisi keinginan meluap untuk
memberikan kebaikan kepada umat manusia, kebaikan yang mereka perlukan, bukan
kekayaan yang ia miliki. Ketika memiliki harta dan wibawa, keduanya ia infakkfan tanpa
perhitungan. Meskipun manusia tidak hanya memerlukan harta saja, juga tidak
memerlukan wibawa semata. Sebelum semua itu, mereka lebih memerlukan pentunjuk
cahaya (Muhammad Khalid, 2013:36).
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
16 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Kemudian ketika Abu Bakar dibai’at di Saqifah, keesokan harinya beliau duduk di mimbar
sedang Umar berdiri di sampingnya memulai pembicaraan Abu Bakar berbicara.Umar
mulai mengucapkan pujian terhadap Allah sebagai pemilik segala pujian dan senjung.
Kemudian Umar berkata, “Wahai saudara-saudara sekalian, aku telah katakan kepada
kalian kemarin perkataan yang tidak ku dapati dalam kitabullah, dan tidak pula pernah
diberikan Rasulullah padaku. Aku berpikiran bahwa pastilah Rasulullah aku hidup dan
terus mengatur urusan kita maksudnya bahwa Rasulullah akan wafat belakangan setelah
para sahabat wafat dan sesungguhnya Allah telah meninggalkan untuk kita kitabnya yang
membimbing Rasulullah SAW, maka jika kalian berpegang teguh dengannya, Allah pasti
akan membimbing kalian sebagaimana Allah telah membimbing Nabinya. Dan
sesungguhnya Allah telah mengumpulkan seluruh urusan kita di bawah pimpinan orang
yang terbaik dari kalian. Ia adalah sahabat Rasulullah SAW dan yang orang yang kedua
ketika ia dan Rasulullah bersembunyi di dalam gua. Maka berdirilah kalian dan berikanlah
bai’at kalian kepadanya. Maka orang-orang segera membai’at Abu Bakar secara umum
setelah sebelumnya dibai’at di Saqifah.
Selepas dibai’at, Abu Bakar mulai berpidato dan setelah memuji Allah Pemilik segala
pujian, beliau berkata: “Amma ba’du, hai sekalian manusia sesungguhnya aku telah dipilih
sebagai pimpinan atas kalian dan aku bukanlah yang terbaik, maka jika aku berbuat
kebaikan, bantulah aku, dan jika aku bertindak keliru, maka luruskanlah aku. Kejujuran
adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di
antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya
kepadanya insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian, maka dialah yang
lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya.
Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali aku timpakan kepada
mereka kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian tersebar di tengah suatu kaum kecuali azab
Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku
mematuhi Allah dan Rasul-Nya.Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya, maka tiada
kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian melaksanakan shalat,
semoga Allah merahmati kalian.’’(Al-Hafizh ibnu katsir, 2002: 58).
2. Metode Dakwah Bit-Tadwin (Pengumpulan al-Quran)
Pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an pada masa pemerintahan Abu Bakar merupakan
strategi dakwah. Dalam perang Yamamah dalam misi menumpas nabi palsu Musailamah
Al-Kadzdzab, banyak sahabat penghafal Al-Quran yang gugur dalam peperangan
tersebut. Keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam akan
habisnya para penghafal Al-Quran karena gugur di medan peperangan. Oleh karena itu
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 17
Umar bin Khathab mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-
ayat al-Quran yang tertulis di berbagai media seperti pelepah kurma, tulang onta, dan lain-
lain yang disimpan oleh para sahabat. Pada awalnya Abu Bakar agak berat melaksanakan
tugas tersebut, karena belum pernah dilakasanakan pada masa Nabi Muhammad SAW.
Namun, karena alasan Umar bin Khabtab yang rasional, yaitu banyaknya sahabat
penghafal al-Qur’an yang gugur di medan pertempuran dan dikhawatir akan habis
seluruhnya, akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Abu Bakar menugaskan kepada Zaid bin
Sabit, penulis wahyu pada masa Nabi Muhammad SAW, untuk mengerjakan tugas
pengumpulan itu. (Rizem Aizid , 200-201).
Dari sekian prestasi yang terukir pada masa kekhalifahan Abu Bakar, maka jasa terbesar
Abu Bakar yang dapat dinikmati oleh peradaban manusia sekarang adalah usaha
pengumpulan al-Qur’an. Upaya pengumpulan al-Qur’an ini kelak melahirkan mushaf
Usmani dan selanjutnya menjadi acuan dasar dalam penyalinan ayat-ayat suci al-Qur’an
hingga menjadi kitab al-Qur’an yang menjadi pedoman utama kehidupan umat Islam
bahkan bagi seluruh umat yang ada di permukaan bumi ini. Oleh karena itu,
strategi/metode dakwah melalui pengumpulan al-Quran yang dilakukan oleh khalifah Abu
Bakar melahirkan strategi dakwah baru yaitu dakwah melalui tulisan seperti menerbitkan
kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet, dan tulisan-tulisan lain yang mengandung
pesan dakwah. Pesan dakwah yang tersimpan dalam bentuk tulisan memiliki rentang
waktu yang relative panjang karena tak lekang oleh zaman dan dapat dinikmati oleh
generasi-generasi berikutnya.
3. Metode Dakwah Bil-Yad (dengan Tangan)
Tangan secara tekstual diartikan sebagai tangan yang digunakan dalam menggunakan
situasi kemungkaran. Kata tangan dapat diartikan sebagai kekuatan kekuasaan. Metode
ini efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. Khalifah Abu Bakar
mengunakan kekuatan kekuasaan sebagai strategi dakwah kepada orang-orang yang
membangkang.
Dakwah Memerangi Orang Ingkar Membayar Zakat. Abu Bakar ash-Shiddiq mengadakan
rapat dengan para sahabat besar itu guna meminta saran dalam memerangi mereka yang
tak mau menunaikan zakat. Umar bin Khattab dan beberapa orang sahabat berpendapat
untuk tidak memerangi umat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan lebih baik
meminta bantuan mereka dalam menghadapi musuh bersama. Barangkali sebagian
besar yang hadir berpendapat demikian, sedang yang menghendaki jalan kekerasan
hanya sebagian kecil. Tampaknya perdebatan mereka dalam hal yang cukup sengit ini
saling berlawanan dan berkepanjangan. Abu Bakar ash-Shiddiq terpaksa melibatkan diri
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
18 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
mendukung golongan minoritas itu. Betapa kerasnya ia membela pendiriannya itu,
tampak dari kata-katanya ini: “Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat
kepadaku, padahal dulu mereka lakukan kepada Rasulullah SAW, akan ku perangi”. Abu
Bakar juga mengaskan tekadnya untuk memerangi orang yang enggan membayar zakat
seraya berkata: “Demi Allah aku akan memerangi siapa pun yang memisahkan sholat
dengan zakat. Zakat adalah harta dikatakan kecuali dengan alasan” (Haekal, 2015:89).
Abu Bakar juga menggunakan kekuatan kekuasaan untuk menumpas nabi palsu, kaum
murtad dari agama Islam, dan dakwah ke wilayah Iraw dan Syria.
4. Metode Dakwah Bil-Hal (Kelembagaan)
Abu Bakar ash-Shiddiq ingin merealisasikan politik dan kebijakan negara yang telah di
gariskan dan menunjuk sejumlah sahabat sebagai para pembantu dalam melaksanakan
hal tersebut. Abu Bakar menunjuk Abu Ubaidah al-Jarah sebagai bendara umat ini
(menteri keuangan) yang diserahkan mandate untuk mengelola urusan-urusan Baitul Mal.
Sementara Umar bin al-Khatab memegang jabatan peradilan (Kementerian atau
Departeman Kehakiman) yang juga dijalankan langsung oleh Abu Bakar sendiri.
Sedangkan Zaid bin Tsabit menjadi sebagai sekretaris terkadang tugas ini juga dilakukan
oleh sahabat yang ada seperti Ali bin Abi Thalib atau Utsman bin Affan. Kaum muslimin
memberikan julukan khalifah Rasulullah kepada Abu Bakar sebagai pengganti resminya.
Para sahabat melihat perlunya membuat agar bagaimana Abu Bakar ash-Shiddiq bisa
sepenuhnya fokus menjalankan kekhalifahan tanpa dibebani urusan kebutuhan hidup
(Ash Shallabi, 2013: 263).
Disamping Baitul Mal dan lembaga peradilan, khalifah Abu Bakar juga membentuk
lembaga Pertahanan dan Keamanan yang bertugas mengorganisasikan pasukan-
pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan.
Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di
antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash, dan
Zaid bin Sufyan.
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan di bidang eksekutif Abu Bakar
mendelegasikan tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun di daerah kepada
sahabat lain. Misalnya, untuk pemerintahan pusat ia menujuk Ali bin Abi Thalib, Utsman
bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai
bendaharawan. Untuk daerah-daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi dan
untuk setiap provinsi ditujuk seorang amir (Dedi, 2008:70).
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 19
5. Metode Usawatun-Hasanah (Keteladanan)
Dalam Bahasa Arab “keteladaan” diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah.
“Keteladanan” adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Memberi teladan yang baik
kepada umat Islam merupakan metode dakwah yang efektif. Abu Bakar menerapkan
metode ini dalam dakwah islamnya baik sebelum menjadi khalifah maupun setelah
menjabat sebagai khalifah.
Selain sopan dan santun, Abu Bakar ash-Shiddiq juga terkenal tawadhu dan rendah hati.
Ia seorang pekerja keras sejak dahulu. Sebagai pengusaha sukses sejak sebelum Islam
datang. Hingga akhirnya, ia hijrah bersama Nabi Muhammad SAW. dan meninggalkan
usahanya demi perjuangan. Sepeninggal Nabi Muhammad SAW. dan Abu Bakar ash-
Shiddiq diangkat menjadi khalifah, tidak tampak sedikit pun bekas-bekas orang kaya pada
dirinya. Tidak dijumpa pada diri Abu Bakar rasa gengsi, ingin dihormati sebagai pemimpin,
serta rasa ingin didengar dan dipuji. Selama berada di Madinah bersama Nabi
Muhammad SAW. Abu Bakar menerima jasa sebagai pemerah susu atau pemasak
gandum bagi orang-orang miskin dan janda yang tidak mampu.
Inilah bentuk ketawadhu’an Abu Bakar ash- Shiddiq. Ia tawadu’ bukan hanya dalam
kondisi miskin dan lemah, tetapi juga dalam keadaan berkedudukan tinggi. Abu Bakar
pada mulanya adalah orang kaya. Ia menafkahkan semua hartanya untuk perjuangan
Nabi Muhammad SAW. dan Islam. Abu Bakar merasa bahagia menafkahkan hartanya itu
sehingga lupa bahwa ia sudah miskin. Ia juga masih melakukan pekerjaan-pekerjan orang
kecil seperti memerah susu, meskipun ia adalah pemimpin umat Islam. Abu Bakar yang
rendah hati bukan karena ia tidak punya apa-apa, tetapi justru ia memiliki segalanya
(Hidayatullah, 2014:122).
D. Perkembangan ilmu pengetahuan masa kepemimpinan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar As-Shidiq, ilmu pengetahuan Islam tidak berkembang maju, karena
disibukkan dengan masalah-masalah seperti menumpas Nabi palsu, gerakan kaum
murtad, gerakan kaum munafiq, dan memerangi yang enggan berzakat. Sekalipun
demikian, banyak pula kemajuan yang dicapai pada masa ini yaitu; memperbaiki sosial
ekonomi, pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dan memperluas wilayah Islam sampai ke
Irak, persia dan Syiria.
Pada masa Abu Bakar lembaga pendidikan kuttab mencapai tingkat kemajuan yang
berarti. Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi ketika masyarakat Muslim telah menaklukan
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
20 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Ketika
peserta didik selesai mengikuti pendidikan dikuttab mereka melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi yakni di masjid. Di masjid ini ada dua tingkat, yakni tingkat
menengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan diantara pendidikan itu adalah kualitas
gurunya. Pada tingkat menegah gurunya belum mencapai status Ulama Besar,
sedangkan pada tingkat tinggi para pengajarnya adalah ulama yang memiliki
pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui
masyarakat.
Materi-Materi Pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
- Al-Qur’an dan tafsirnya
- Hadist dan mengumpulkannya
- Fiqih
Adapun materi pendidikan yang diajarkan pada masa Khalifah Abu bakar untuk lembaga
pendidikan kuttab adalah:
- Belajar membaca dan menulis
- Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
- Belajar pokok-pokok agama seperti, seperti cara wudlu, sholat, puasa dan sebagainya
Rangkuman
Selamat, Anda telah berhasil menyelesaikan modul tentang Merefleksi Kepemimpinan Abu
Bakar. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul ini adalah sebagai berikut.
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal
dari keluarga kaya dan terpandang. Namun demikian ia bukanlah orang yang sombong
karena kekayaanya, melainkan tampil sebagai orang yang tawadhu’, rendah hati, lembut,
dan sederhana. Abu Bakar adalah sahabat Nabi Muhammad sejak remaja dan menjadi
sahabat paling dekat dengannya hingga tua.
2. Ketika menjabat sebagai khalifah pertama masa Khulafaur Rasyidin menggantikan
Rasulullah sebagai pemimpin umat Islam, Abu Bakar dihadapkan pada berbagai persoalan
agama seperti pembangkangan kaum riddah, pemberontakan nabi palsu, dan maraknya
kaum murtad. Untuk mengatasi masalah ini Abu Bakar bertindak tegas dengan memerangi
dan menumpas kelompok riddah dan makar tersebut. Dalam mengambil kebijakan terkait
urusan umat, Abu Bakar menerapkan sistem syura (musyawarah) dengan melibatkan
sahabat lainya dalam pengambilan keputusan.
3. Dalam berdakwah menegakkan dan menyebarkan ajaran agama Islam Abu Bakar
menempuh berbagai metode/strategi diantaranya adalah: Metode Bil-Lisan, Metode Bit-
Tadwin, Metode Bil-Yad, Metode Bil-Hal, dan Metode Bi Uswatin Hasanah.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 21
4. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq perkembangan ilmu pengetahuan belum
pesat karena masa tersebut masih focus pada penumpasan nabi palsu, kaum riddah, kaum
murtad, dan perluasan wilayah ke Iraq dan Syam/Syiria. Pembelajaran agama Islam
diselenggarakan di kuttab dan di masjid dengan materi pembelajaran seperti membaca dan
menghafal al-Quran, tata cara beribadah (fiqh), al-Quran dan tafsirnya, serta hadist Nabi.
Tugas
Menurut apa yang telah Anda pelajari dari materi di atas:
apa sajakah prestasi Abu bakar sebagai khalifah pertama dalam Khulafaur Rasyidin?
menurut Anda, apakah kisah kepemimpinan Abu Bakar tersebut menarik untuk Anda
teladani?
tuliskan rencana Anda tentang apa saja yang akan Anda lakukan untuk meneladani
kepemimpinan Abu Bakar!
Tuliskan penjelasan Anda tidak lebih dari dua halaman.
Tes Formatif
1. Dalam sejarah Islam, generasi sahabat yang terdekat yang memimpin pemerintahan
Islam dikenal dengan sebutan……………
a . Khulafaur Rasyidin
b. Abu Quhafah
c. Pemuda Kafir Quraisy
d. Perjanjian Madinah
2 Berikut ini adalah khalifah pertama dari sahabat Nabi yang memerintah masa Khulafaur
Rasyidin ………………..
a. Ali bin Abi Thalib
b. Umar bin Khattab
c. Abu Bakar
d. Utsman bin Affan
3. Nama aslinya Abu Bakar adalah……………
a. Ayyub al-Ansyari
b. Abdullah bin Abi Quhafa
c. Usman Abu Quhafa
d. Abdul Malik
4. Diantara nama nabi palsu yang muncul pada masa Khalifah Abu Bakar adalah sebagai
berikut KECUALI……
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
22 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
a. Musailamah
b. Thulaihah
c. Sajjah Tamimiyah
d. Abu Ubadah
5. Perang untuk menumpas nabi palsu yang melibatkan banyak sahabat penghafal al-
Quran dan sebagian dari mereka gugur dalam peperangan adalah perang…….
a. Yarmuk
b. Yamamah
c. Yaman
d. Riddah
6. Setelah Rasulullah SAW. meninggal dunia, ada kelompok orang Islam yang menolak
membayar zakat kepada Khalifah Abu Bakar dengan alasan …………
a. mereka tidak memiliki harta
b. mereka bukan orang Islam
c. mereka bukan penduduk Madinah
d. mereka hanya terikat kontrak dengan Rasulullah
7. Salah satu strategi dakwah Abu Bakar dalam menegakkan dan menyebarkan agama
Islam adalah Dakwah bil-Hal, yaitu dengan cara berikut ini KECUALI……….
a. mendirikan baitul mal
b. mendirikan lembaga peradilan
c. mendirikan pasar tradisional
d. melakukan pendelegasian tugas
8. Sesaat sebelum Abu Bakar meninggal dunia, beliau menunjuk Umar bin Khattab sebagai
penggantinya menjadi Khalifah. Penunjukan ini berdasarkan atas……..
a. permintaan Umar bin Khattab
b. hasil musyawarah dengan sahabat lainnya
c. kekhawatiran beliau akan keadaan kritis dan kacau bila tidak menunjuk penggantinya
d. wasiat Rasulullan SAW.
9. Prestasi yang dicapai oleh Abu Bakar Shiddiq diantaranya adalah sebagai berikut
KECUALI……………
a. Memerangi orang yang murtad
b. Menumpas nabi palsu
c. Manaklukkan Mesir
d. Mengumpulkan ayat-ayat al-Quran
10. Ilmu pengetahuan belum berkembang pesat pada masa Khalifah Abu Bakar karena
pemerintahan Abu Bakar masih focus pada…………
a. Memperluas daerah dan menumpas pemberontak
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 23
c. Membangun kekuatan dibidang politik
b. Memunculkan Nabi palsu
d. Mengumpulkan zakat
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
24 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
KEGIATAN BELAJAR 2:
MEREFLEKSI KEPEMIMPINAN UMAR BIN KHATAB
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Merefleksi kepemimpinan Umar bin Khatab.
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menemukenali profil Umar bin Khatab
2. Menganalisis sistem pemerintahan masa kepemimpinan Umar bin Khatab
3. Merefleksi strategi dakwah Umar bin Khatab
4. Menemukenali perkembangan ilmu pengetahuan masa kepemimpinan Umar bin
Khatab
Pokok-Pokok Materi
1. Profil Umar bin Khatab
2. Sistem pemerintahan masa kepemimpinan Umar bin Khatab
3. Strategi dakwah Umar bin Khatab
4. Perkembangan ilmu pengetahuan masa kepemimpinan
Umar bin Khatab
Uraian Materi
A. Profil Umar bin Khatab
Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari
suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin Abdul Uzza. Keluarga
Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang
pada masa itu merupakan sesuatu yang sangat jarang terjadi.Umar bin Khattab
dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar
tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Beliau memiliki
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 25
watak yang keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Beliau termasuk
pemuda yang amat keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu
masih menyembah berhala serta menjaga adat istiadat mereka.
Sebelum memeluk Islam beliau dikenal sebagai peminum berat, namun setelah
menjadi Muslim Beliau tidak lagi menyentuh alkohol (khamr) sama sekali,
meskipun saat itu belum diturunkan larangan meminum khomr secara tegas.
1. Memeluk Islam
Pada masa itu, ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di
Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadap Nabi. Umar juga termasuk orang
yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa
pengikut Nabi Muhammad SAW.
Pada puncak kebenciannya terhadap Nabi Muhammad SAW, Umar memutuskan
untuk mencoba membunuh Nabi. Namun dalam perjalanannya, Umar bertemu
dengan salah seorang pengikut Nabi yang bernama Nu’aim bin Abdullah dan
memberikan kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam.
Karena kabar tersebut, Umar menjadi terkejut dan kembali ke rumahnya dengan
maksud untuk menghukum adiknya. Dalam riwayatnya, Umar menjumpai
saudarinya yang kebetulan sedang membaca Alquran surat Thoha ayat 1-8, Umar
semakin marah dan memukul saudarinya.
Namun, Umar merasa iba ketika melihat saudarinya berdarah akibat pukulannya,
beliau kemudian meminta agar ia melihat bacaan tersebut. Beliau menjadi sangat
terguncang oleh isi Alquran, dan beberapa waktu setelah kejadian itu Umar
menyatakan memeluk agama Islam. Keputusan tersebut membuat hampir seisi
Mekkah terkejut karena seorang yang terkenal memiliki watang yang keras dan
paling banyak menyiksa pengikut Nabi Muhammad SAW kemudian memeluk
ajaran yang sangat di bencinya. Akibatnya, Umar dikucilkan dari pergaulan
Mekkah dan ia tidak lagi dihormati oleh para petinggi Quraisy.
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
26 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
2. Hijrah ke Madinah
Pada tahun 622, Umar ikut bersama Nabi Muhammad SAW serta para pegikutnya
berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Umar juga terlibat dalam perang Badar, perang Uhud,
perang Khaybar serta penyerangan ke Syria. Umar bin Khattab dianggap sebagai orang
yang disegani oleh kaum muslimin pada masa itu selain karena reputasinya pada masa
lalu yang memang terkenal sudah terkenal sejak masa memeluk Islam. Umar juga dikenal
sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam
pada kesempatan yang ada. Bahkan beliau tanpa ragu menentang kawan-kawan
lamanya yang dulu bersama sama ikut menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW.
3. Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Suasana sedih dan haru menyelimuti Kota Madinah, pada saat kabar wafatnya Nabi
Muhammad SAW pada 8 juni 632 M (12 Rabiul Awal 10 Hijriah). Umar merupakan salah
seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, beliau menghambat siapapun yang
akan memandikan dan menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Umar syok, beliau
lantas berkata: “Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Nabi
Muhammad SAW telah wafat. Sesungguhnya Beliau tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan
Tuhannya, seperti yang dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah
Beliau benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa beliau wafat,
kaki dan tangannya akan kupotong,”.Umar melakukan hal tersebut karena kecintaanya
Nabi. Namun di waktu bersamaam Abu Bakar datang menasihati Umar dengan
menyampaikan pesan Alquran. Inilah ayat yang menyadarkan Umar. “Amma Ba’du,
barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya
Muhammad telah wafat. Dan barang siapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah hidup dan takkan pernah mati." Allah berfirman, "Muhammad itu tidak
lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang? Barangsiapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS.
Ali Imran 144)
4. Menjadi Khalifah Kedua
Pada masa Abu Bakar menjadi seorang khalifah, Umar bin Khattab menjadi salah satu
penasehat kepalanya. Setelah Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar bin Khattab
ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 27
Selama di bawah pemerintahan Umar bin Khatab, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran
Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi, namun
keduanya telah di taklukkan oleh ke Khalifahan Islam dibawah pimpinan Umar bin Khatab.
Umar bin Khattab melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari
dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang
baru ditaklukkan. Umar memerintahkan agar diselenggarakan sensus di seluruh wilayah
kekuasaan Islam. Pada tahun 638, Umar memerintahkan untuk memperluas dan
merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Umar bin Khattab dikenal memiliki kehidupan sederhana. Beliau tidak mengadopsi gaya
hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana.
Sekitar tahun ke-17 Hijriah yang merupakan tahun ke-4 ke khalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa Hijriah.
5. Wafatnya Umar bin Khattab
Umar bin Khatab wafat karena dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz) yang merupakan seorang
budak yang fanatik pada saat Umar akan memimpin salat subuh. Diketahui Fairuz adalah
orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan oleh Umar. Pembunuhan ini
konon dilatarbelakangi dendam Fairuz terhadap Umar bin Khatab, Fairuz merasa sakit
hati atas kekalahan Persia yang pada masa itu merupakan negara Adidaya. Umar bin
Khatab wafat pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 Hijriyah/644 M. Setelah wafat, jabatan
Khalifah dipegang oleh Ustman bin Affan.
B. Sistem pemerintahan masa kepemimpinan Umar bin Khatab
1. Agama.
Penaklukan-penaklukan yang terjadi pada masa Umar menyebabkan orang ramai-ramai
memeluk agama Islam namun meskipun demikian tentu tidak ada paksaan terhadap
mereka yang tidak mau memeluknya. Maka masyarakat saat itu adalah masyarakat
majemuk yang terdiri dari berbagai agama, dan hal ini tentu saja berpengaruh tehadap
masyarakat Islam, mereka mengenal ajaran-ajaran selain Islam seperti Nasrani, Yahudi,
Majusi Shabiah dan lainnya. Masyarakat Muslim otomatis akan belajar toleransi terhadap
pemeluk agama lainnya, dan kemajemukan beragama seperti ini akan kondusif untuk
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
28 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
melahirkan faham-faham baru dalam agama yang positif maupun negatif meskipun pada
masa Umar bin Khattab r.a belum ada cerita tentang munculnya faham seperti ini.
Selanjutnya kehomogenan rakyat negara juga tentu saja akan menuntut suatu prinsip-
prinsip agama yang fleksibel, yang mudah difahami, karena rakyat tidak hanya terbentuk
dari orang-orang Arab, akan tetapi juga beberapa bangsa lainnya seperti Persia yang
telah dahulu mengenal agama selain Islam, juga bangsa Afrika yang sebelumnya tidak
mengenal Islam. Maka sesuatu yang esensial dari agama Islampun otomatis harus
ditemukan agar bisa diaplikasikan pada kehidupan orang-orang selain bangsa selain
Arab.
Meskipun begitu aktivitas ini tidak terlalu menonjol, karena memang mayoritas masa
pemerintahan Umar bin Khattab r.a dihabiskan untuk melakukan ekspansi-ekspansi.
Kebanyakan praktek-praktek agama yang dibawa oleh mayoritas pasukan Islam yang
berbangsa Arab adalah paduan antara praktek-praktek dan prinsip Islam dengan praktek
dan hukum adat orang-orang pada umumnya.
2. Dinamika Sosial.
Keadaan sosial juga mulai berubah, perubahan-perubahan ini sangat terlihat pada
masyarakat yang hidup diwilayah taklukan-taklukan Islam, mereka mengenal adanya
kelas sosial meskipun Islam tidak membenarkan hal itu. Tetapi kebijakan-kebijakan
tentang pajak, hak dan kekayaan yang terlalu jauh berbeda telah menciptakan jurang
sosial, ditambah lagi bahwa memang sebelum datangnya Islam mereka telah mengenal
kelas sosial ini. Seperti kebijakan pajak yang berlaku pada masa Umar bin Khattab telah
membagi masyarakat kepada dua kelas, yaitu:
a. Kelas wajib pajak: buruh, petani dan pedagang.
b. Kelas pemungut pajak: pegawai pemerintah, tentara dan elit masyarakat.
Hal ini akan menjadikan rakyat cenderung untuk menjadi tentara sebagai profesi.
Meskipun pajak itu memang digunakan untuk kepentingan sosial seperti pembangunan
sarana-sarana sosial tapi pajak itu tetap lebih banyak dirasakan oleh elit masyarakat dan
penakluk. Pada masa Umar hak atas properti rampasan perang, posisi-posisi istimewa
diberikan kepada pembesar-pembesar penakluk. Meskipun Umar adalah orang yang
sangat sederhana, lain dengan sahabat-sahabatnya yang mempunyai kekayaan, seperti:
a. Zubair yang mempunyai kekayaan sampai 50.000.000. dirham.
b. Abdur Rahman bin Auf mewariskan 80.000-100.000 dirham.
c. Sa’ad Ibn Waqqash yang punya villa di dekat Madinah.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 29
d. Thalhah yang mempunyai 2.200.000 dirham dan 200.000 dinar juga lahan safiyah
seharga 30.000.000. dirham.
Terlepas apakah itu harta yang hak atau tidak, tentu akan membuat iri masyarakat
terutama mantan-mantan aristokrat Mekkah yang kebanyakan adalah Bani Umayyah.
Pemerintahan pusat mengirimkan gubernur, hakim dan lain-lain ke wilayah taklukan,
dengan begitu daerah-daerah yang tadinya hanya merupakan pedesaan berubah menjadi
kota yang padat penduduknya dan memiliki mobilitas sosial dan ekonomi yang tinggi.
Pembangunan-pembangunan infrastruktur berkisar pada jalan raya, irigasi dan
bendungan, masjid dan benteng.
3. Dinamika Ekonomi.
a. Perdagangan, Industri dan Pertanian.
Meluasnya daerah-daerah taklukan Islam yang disertai meluasnya pengaruh Arab sangat
berpengaruh pada bidang ekonomi masyarakat saat itu. Banyak daerah-daerah taklukan
menjadi tujuan para pedagang Arab maupun non Arab, muslim maupun non muslim,
dengan begitu daerah yang tadinya tidak begitu menggeliat mulai memperlihatkan
aktifitas-aktifitas ekonomi, selain menjadi tujuan para pedagang juga menjadi sumber
barang dagang. Maka peta perdagangan saat itupun tentu berubah seperti Isfahan, Ray,
Kabul, Balkh dan lain-lain.
Sumber pendapatan rakyatpun beragam mulai dari perdagangan, pertanian, pengerajin,
industri maupun pegawai pemerintah. Industri saat itu ada yang dimiliki oleh perorangan
ataupun negara atau daerah untuk kepentingan negara, industri-industri ini adalah seperti
industri rumah tangga yang mengolah logam, industri pertanian, pertambangan dan
pekerjaan-pekerjaan umum pemerintah seperti pembangunan jalan, irigasi, pegwai
pemerintah dan lain-lain.
Pembangunan irigasi juga sangat berpengaruh dalam pertanian, perkebunan-perkebunan
yang luas yang dimiliki oleh perorangan maupun negara atau daerah banyak
menghasilkan, lahan-lahan seperti ini adalah hasil rampasan perang yang sebagian
menjadi milik perorangan.
b. Pajak.
Seluruh hal-hal diatas tentu saja akan berpengaruh terhadap pajak. Pajak saat itu
ditetapkan berdasarkan profesi, penghasilan dan lain-lain. Sistem pajak yang
diberlakukan di suatu daerah pada dasarnya adalah sistem yang dipakai di daerah itu
sebelum ditaklukkan. Seperti di Iraq yang diberlakukan sistem pajak Sasania. Tapi kalau
daerah itu belum mempunyai satu sistem pajak yang baku, maka sistem pajak yang
KEMENTERIAN AGAMA RI 2018
30 Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam
diberlakukan adalah hasil kompromi elit masyarakat dan penakluk. Yang bertugas
mengumpulkan pajak tersebut adalah elit masyarakat yang selanjutnya diserahkan
kepada pemerintah daerah untuk diserahkan ke pemerintah pusat. Pajak yang ditanggung
oleh masyarakat adalah :
1) Pajak jiwa, pajak ini berdasar jumlah masyarakat dan dipikul bersama. Yang bertugas
melakukan penghitungan adalah tokoh masyarakat juga.
2) Pajak bumi dan bangunan, tanah wajib pajak adalah seluas 2400 m2 jumlahnya
tergantung pada kualitas tanah, sumber air, jenis pertanian, hasil pertanian dan jarak ke
pasar.
4. Dinamika Politik dan Adminstrasi.
Serangkaian penaklukan bangsa Arab dipahami secara populer dimotivasi oleh hasrat
akan terhadap harta rampasan perang, dan termotivasi oleh agama yang tidak menganut
keyakinan tentang bangsa yang terpilih, layaknya Yahudi. Salah satu prinsip agama Islam
adalah menyebarkan ajarannya kepada orang lain, lain halnya dengan Yahudi yang
menganggap bangsanyasendirilah yang terpilih dan menganggap bangsa lain adalah
domba-domba yang sesat. Keyakinan inipun otomatis juga berpengaruh kepada
lancarnya beberapa ekspansi pada masa Umar bin Khattab r.a.
Motivasi apapun yang terlibat di dalam beberapa penaklukan tersebut, semuanya
merupakan perluasan yang telah terencana dengan baik oleh pemerintahan Umar bin
Khattab r.a, meskipun sebagian kecilnya berlangsung secara kebetulan.
Beberapa wilayah yang akan ditaklukkan dilihat dari kesuburan tanahnya,
kestrategisannya dalam dunia perdagangan dan kestrategisannya untuk menjadi basis-
basis penaklukan berikutnya. Seperti kota Mesir yang ditaklukkan, kota ini merupakan
lumbung besar bagi Kostantinopel, selain itu kota ini juga dengan Hijaz, pelabuhan yang
sangat penting dan agar bisa menjadi basis penaklukan selanjutnya ke Afrika.
Kostantinopel mulai mengalami kekalahan dalam peperangannya dengan pasukan-
pasukan muslim setelah Mesir jatuh ketangan negara Islam. Sedangkan untuk
menaklukkan Sasania, pasukan muslim tidaklah mengalami kesulitan, karena selain dari
sisi kekuatan politis imperium ini yang telah melemah dan hancurnya adiministrasi, juga
hubungan baik antara negara-negara kecil yang sebelumnya merupakan wilayah
kekuasaan mereka, juga karena Iraq telah jatuh ke tangan pasukan muslim, pada masa
sebelumnya.
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN