The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul Water Rescue 2021 (Full)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rizkigrand1981, 2021-09-02 04:23:52

PENYELAMATAN DIAIR

Modul Water Rescue 2021 (Full)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………..
BAB II TUJUAN PEMBELAJARAN………………………………….
BAB III
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM………………
BAB IV B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS……………
BAB V
TINDAKAN-TINDAKAN PREVENTIV BAGI SEORANG RESCUER…

A. PERHITUNGAN / PERTIMBANGAN……………………
B. PENGETAHUAN……………………………………………….
C. KEAHLIAN…………………………………………………..
D. KESIAPAN FISIK……………………………………………
E. BAHAYA-BAHAYA DI AIR…………………………………

METODE PERTOLONGAN DI AIR………………………..

A. METODE PERTOLONGAN
B. PERSONAL FLOATING DEVICE……………………………
C. SELF RESCUE………………………………………………….
D. AKSES KE KORBAN……………………………………………
E. DEFEND DAN RELEASE……………………………………..
F. PENYELAMATAN DAN PERTOLONGAN……………………
G. PENYELAMATAN KORBAN DI SUNGAI……………………

PERAHU KARET…………………………………………………..

A. Jenis-jenis Perahu Karet ..............................................
B. BAGIAN-BAGIAN PERAHU KARET…………………..
C. PERAWATAN DAN PENYIMPANAN………………….
D. MOTOR TEMPEL( Out Boat Motor )…………………
E. DAYUNG………………………………………………………….

PENGENALAN ALAT SELAM……………………………………………

A. PERALATAN DASAR( SKIN DIVING )………………………
B. PERALATAN SCUBA DIVING………………………………..
C. PERALATAN TAMBAHAN……………………………………….

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 0
Water Rescue

BAB I
PERTOLONGAN DIAIR

A. PENDAHULUAN

Suatu saat anda sedang berjalan dan melihat seseorang akan tenggelam,
apa yang akan anda lakukan …???

Sebenarnya kita dapat berbuat banyak untuk mengatasi hal ini.Namun
demikian perlu diketahui bahwa melakukan penyelamatan di air sangatlah
membahayakan jiwa penolong.Artinya penolong bisa saja jadi korban kalau si
penolong tersebut tanpa dibekali pengetahuan serta ketrampilan yang cukup.Oleh
karena itu sangatlah diperlukan mengenai pengetahuan dari semua ketentuan yang
ada tentang dasar-dasar penyelamatan di air, baik itu tentang keahlian atau
keterampilan untuk melakukan pertolongan maupun kesiapan fisik yang prima untuk
menjalankan semua tindakan pertolongan, serta dengan perthitungan yang tepat.

Langkah ini pada dasarnya adalah merupakan tindakan preventive bagi
seorang rescuer sebelum melakukan pertolongan, dimana seorang rescuer harus
selalu berfikir masalah keselamatan.

TUJUAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mempelajari materi ini peserta diklat di harapkan mengetahui dan
memahami tentang dasar – dasar penyelamatan di air.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari materi ini peserta diklat di harapkan mampu :

1. Menjelaskan pengertian tentang penyelamatan di air
2. Melakukan tindakan prefentif penyelamatan di air
3. Melakukan tindakan penyelamatan di air dengan menggunakan metode yang

benar

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 1
Water Rescue

4. Mengoperasikan perahu karet baik secara manual (dayung) maupun
menggunakan OBM (outboat motor) / mopel

5. Menjelaskan peralatan-peralatan selam.

B. TINDAKAN-TINDAKAN PREVENTIVE BAGI SEORANG RESCUER

a. PERHITUNGAN ATAU PERTIMBANGAN
Kemampuan penolong untuk memilih dan menentukan kemampuan serta
ketrampilan yang dimiliki , serta metode yang di lakukan. Penolong akan mudah
memilih prosedur pertolongan yang paling tepat dengan resiko yang sangat kecil.

b. PENGETAHUAN
Banyak bahaya – bahaya di air, pengetahuan ini sangat perlu karena dapat di
terapkan setiap langkah usaha pertolongan.

c. KEAHLIAN
Seorang petugas pertolongan di air harus mempunyai keahlian di semua aspek
pertolongan

d. KESIAPAN FISIK
Sebagai seorang penyelamat kejadian di air, semua pengetahuan, ketrampilan,
dan kemampuan lain di punyai tinggal pertanyaan mampukah melakukan dengan
seorang berhadapan dengan keadan sesungguhnya dimana jiwa seseorang
dalam bahaya. Seorang petugas penyelamat di air harus selalu menjaga
kondisinya dalam keadaan fit jika berkeinginan pertolongannya berhasil.

Keempat komponen di atas harus dimiliki oleh seorang rescuer yang
selalu siap dalam memberikan pertolongan guna menyelamatkan jiwa.

Salah satu yang di tuntut dari diri seorang petugas penyelamat adalah
selalu menjaga serta mengembangkan kemampuan dan ketrampilan diri. Hal ini
sangat dimengerti karena setiap kejadian satu sama lain kondisinya tidak akan
sama. Dengan adanya tetap berlatih maka petugas penyelamat akan jadi
cekatan sehingga operasi bisa di lakukan dengan efektif dan efisien.

Dalam kegiatan pertolongan di air terdapat dua resiko bahaya yang selalu
mengancam yaitu bahaya terhadap penolong sendiri (kondisi / terkaman
korban ) dan orang lain / korban.

“ Siapkan dan jaga fisik anda karena anda bertanggung jawab dua nyawa
sekaligus yaitu diri anda dan korban “.

Persyaratan :
Petugas penyelamat harus menyadari bahaya – bahaya terhadap dirinya

saat memberikan pertolongan dan antisipasinya melalui pendidikan dan latihan
yang standar yang sesuai dengan standar minimal yang di tentukan oleh
institussi yang berwenang dimana persyaratan standar minimalnya adalah :

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 2
Water Rescue

• Kemampuan fisik :
- Lari 200 m, berenang 200m, lari 200 m( 8 menit )
- Renang kolam 800 m ( 16 menit )
- Lari 1600 m ( 8 menit )

• Keahlian :
- Medical First Responder / pertolongan pertama.
- Menguasai metode dan tehnik pertolongan.

• Fit :
- Fisik selalu dalam kondisi yang fit

e. BAHAYA-BAHAYA DI AIR

Kita harus menyadari bahwa air bukan tempat manusia dan jika manusia
akan bermain di air harus menyadari akan adanya ancaman yang datangnya
tidak terduga. Kondisi yang membahayakan ini dapat berasal dari diri orang itu
sendiri (panik, kram, kelelahan) dan datang dari makhluk hidup lain seperti ular
maupun sengatan binatang, serta kondisi lingkungan misalnya duri, paku,
tonggak dan lain lain.

Beberapa contoh yang sering mengancam keselamatan jiwa orang yang
beraktivitas di air adalah :

1. Panik :

Adalah penyebab terbesar kecelakaan di air. Kondisi ini adalah suatu
keadaan ketakutan dan kebingungan yang amat sangat sehingga
menghancurkan kemampuan seseorang untuk menolong dirinya sendiri.
Sebagai pemicu kepanikan ini biasanya lelah, kram, arus atau sengatan
binatang.

“ Belum tentu seseorang yang mempunyai kemampuan hebat dapat
mengatasi kepanikan jika tidak selalu berlatih dan selalu dalam kondisi fit.

2. Letih :

Adalah hilangnya tenaga untuk bergerak dan mengapung di air, ini terjadi
sebagai akibat aktifitas yang di lakukan sebelum berenang ( kurang tidur ) ,
reaksi terhadap air dingin, memaksakan / tidak mempertimbangkan
kemampuan diri.

3. Kram :

Kram atau kejang otot pemicunya adalah pemaksaan kerja otot sehingga otot
menjadi kaku, kram tidak bermasalah jika tidak membuat kepanikan. Lakukan
istirahat sebentar otot akan kembali pulih. Antisipasinya adalah lakukan
pemanasan yang benar sebelum melakukan kegiatan di air.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 3
Water Rescue

4. Arus :

Adalah aliran air dengan jumlah besar menuju kesuatu tempat untuk mencari
persamaan permukaan. Karena jumlahnya besar sifatnya adalah menarik
orang / benda yang ada dalam arus tersebut. Kondisi inipun dapat
membahayakan seseorang jika mencoba untuk memaksakan untuk melawan.

5. Benda dinamis
Contohnya seperti pohon tumbang, hal ini akan mengakibatkan derasnya arus
sehingga korban/rescuer dapat terjebak.

6. Benda statis
Contohnya seperti Karang/batu besar, hal ini akan mengakibatkan benturan
terhadap perahu, rescuer, korban dan peralatan lainnya,

Ketika menanggapi kecelakaan di air anda diminta untuk bertindak
profesional, artinya mengerti kemungkinan apa yang akan terjadi. Mengapa ?

➢ Sesuatu yang tepat, mencoba pertolongan harus berdasarkan pemahaman
yang tepat terhadap situasi yang mengancam (termasuk permasalahan pada
penolong)

➢ Petugas medis, harus memberikan informasi yang tepat di dua tempat
( lingkungan kejadian dan klinik ) untuk perawatan lebih lanjut.

➢ Laporan harus persis, ini kemungkinan membutuhkan bantuan yang spesifik
sesuai dengan kejadian yang sedang berlangsung.

➢ Memahami kerja nyata di air terhadap kecelakaan , kesalahan bertindak akan
mendapatkan kritikan pedas dari masyarakat bahkan tuntutan.

➢ Jangan sembarang mengeluarkan pernyataan, karena semua informasi yang
keluar berkaitan dengan kegiatan operasi,disampaikanoleh pimpinan operasi.

C. METODE PERTOLONGAN DI AIR

Keberhasilan pertolongan di air adalah kemampuan penolong dalam
melakukan pilihan yang tepat , ketika menentukan metode penyelamatan sesuai
dengan resiko yang paling sedikit. Tersedianya standar peralatan sangat
membantu kecepatan dalam melakukan pertolongan. Namun jika tidak ada
penolong harus menyadari bahwa semua benda yang terapung dapat di jadikan
alat bantu.

Pada dasarnya langkah ini adalah metode untuk memudahkan para penolong
mengingat apa dan bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air. Metode ini
hingga kini telah terbukti dan merupakan cara penyelamatan yang paling efektif
dalam memberikan pertolongan kepada korban yang terancam dari bahaya

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 4
Water Rescue

tenggelam. Metode tersebut adalah “ Reach, Throw, Row, Go, Tow/Carry
“ ( RTRGT ).

Pedoman ini berupa urutan langkah dalam prosedur penyelamatan dari yang
paling sederhana dan aman bagi para penolong, sampai dengan cara yang
paling beresiko bagi penolong.

1. Reach

Pertolongan ini di lakukan dari darat / pinggir kolam. Bantuan pertolongan
dengan cara menjangkau atau meraih, yang harus dilakukan adalah :

a. Perpanjang jangkauan anda dengan mempergunakan benda ringan yang
ada di sekitar anda (misalnya galah )

b. Bicara pada korban untuk menuntun dan menenangkannya.
c. Amankan diri anda dengan menjaga jarak, amankan diri anda dengan

memegang benda-benda yang tidak labil.
d. Tarik perlahan korban ke tempat aman. Gunakan tarikan teratur, hindari

sentakan yang dapat menyebabkan pegangan terlepas.
e. Amankan korban, pastikan korban sudah berpegangan pada dermaga,

pinggiran kolam atau tepian air.

Alat yang digunakan :

➢ Benda apung : dayung, galah, bambu.
➢ Benda non apung : handuk, pakaian atau juluran tangan.

Pertolongan di tempat yang dangkal :

➢ Jangkauan dari air dangkal.
➢ Rantai manusia

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 5
Water Rescue

2. Throw
Langkah ini adalah metode pertolongan dengan cara melempar alat apung,
posisi penolong berada di daerah aman.
➢ Dengan menggunakan tali yang terikat pada alat yang akan di lempar.
➢ Tanpa menggunakan tali.
Alat yang digunakan adalah ring buoy atau benda apung lainnya.

3. Row
Langkah ini dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat dilakukan
lagi.Maka petugas penolong harus mendekat kearah korban. Bisa
menggunakan kapal kecil ( perahu, kano, papan selancar, perahu karet ).
Setelah dekat dengan korban kembali lakukan reach atau throw ( raih atau
lempar ). Yakinkan perahu yang digunakan sudah seimbang atau stabil, baru
korban bisa dinaikkan keatas perahu.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 6
Water Rescue

4. Go

Langkah ini adalah pilihan terakhir yang harus di lakukan karena tidak
tersedianya peralatan yang di pergunakan untuk mendekat dan posisi korban
jauh atau berada di tempat yang tidak memungkinkan menggunakan perahu.
Go ini maksudnya untuk seorang penolong yang harus berenang menuju
korban dengan membawa alat apung untuk memberikan pertolongan. Setelah
berhasil memberikan alat apung ke korban, penolong dapat kembali ke posisi
aman atau menuju posisi aman bersama sama dengan korban.

Tujuan dari penyelamatan dengan metode GO ini adalah memberikan alat
apung ke korban agar tetap dapat mengambang sambil menunggu bantuan.
Menunggu bantuan ini mempunyai dua kelemahan yaitu :

a. Keberhasilannya tergantung tingkat kesadaran korban, tidak demikian
untuk yang tidak sadar.

b. Alat apung baru hanya sebagai pertolongan awal, korban masih dalam
kondisi belum aman.

5. Tow/ Carry

Metode ini adalah metode pertolongan yang paling beresiko tinggi. Usaha
penyelamatan ini adalah seorang penolong menarik korban ke darat, pinggir
kolam, pinggir danau atau dermaga.

Sistem ini penolong dan korban tidak kontak langsung, sedangkan CARRY
adalah tehnik membawa korban dengan kontak langsung sehingga
menambah resiko.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 7
Water Rescue

Pertolongan dengan metode towing di lakukan jika :

a. Jaraknya jauh sehingga metode reach dan throw tidak efektif.
b. Tidak tersedia kapal kecil atau perahu
c. Tidak dapat mengemudikan kapal kecil
d. Korban letih, cidera, tidak sadar

D. PERSONAL FLOTING DEVICE (pelampung)

Personal Floating Device( PFD ) ini merupakan antisipasi terhadap
kemungkinan bahaya tenggelam,yaitumenggunakan peralatan apung. Dan
sebagai petugas rescue yang berkecimpung di air, Personal
FloatingDevice(PFD ) sudah menjadi standar wajib. Karena ukuran
profesionalisme itu bukan di ukur dari bagaimana heroiknya seseorang
menghadapi bahaya tetapi bagaimana antisipasi terhadap kemungkinan bahaya
yang akan timbul.

Seorang petugas penyelamat di air harus dapat menentukan PFD
( Personal Floating Device ) yang tepat dan layak untuk digunakan dalam usaha
pertolongan. Pelampung umumnya dibuat sesuai dengan peruntukannya
sehingga bentuknya akan selalu berbeda-beda. Dalam menentukan PFD yang
pertama kali diperhatikan adalah kemampuan dari pelampung tersebut sesuai
dengan hasil uji kelayakan yang dilakukan oleh pabrikan dan mendapat
pengesahan dari badan standarisasi mutu dan ada sign device berupa peluit atau
pijar.

Jenis-jenis pelampung

1. Pelampung personal
➢ Pelampung untuk survival biasa,
Pelampung yang di buat dengan menggunakan stereo foam sebagai
bahan apungnya. Terlihat besar ( umumnya ada di kapal-kapal )
➢ Pelampung kerja,
Menggunakan alat apung dacron yang anti air. Bentuknya agak pipih
dapat digunakan untuk berenang karenapenampangnya kecil.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 8
Water Rescue

➢ Pelampung survival,
Menggunakan alat apung udara. Alat ini biasanya terdapat botol udara
yang dilengkapi panel sebagai tiupan manual atau kondisi emergensi
dan jika panelnya ditarik udara yang ada dalam botol akan memenuhi
kantong pelampung.

2. Pelampung pertolongan
• Ring buoy

• Cushion

• Papan

• Rescue tube

E. SELF RESCUE

Kemungkinan seorang penolong dengan terpaksa harus bertahan hidup /
menyelamatkan dirinya sendiri akibat faktor-faktor yang timbul dilapangan. Jika
ini terjadi maka seorang penolong harus dapat berupaya tetap bertahan dan
bahkan dapat bergerak ke daerah aman. Dan kunci keberhasilannya adalah
ketenangan dalam menghadapi situasi ini.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 9
Water Rescue

Untuk melakukan self rescue harus mempelajari / menilai :

1. Berapa jauh jarak aman yang akan dituju
2. Berapa besar pertolongan akan datang
3. Perhatikan arus
4. Apakah ada benda apung terdekat
5. Tentukan pakaian perlu dilepas atau tidak
6. Apakah mampu berenang menuju daerah aman

Metode Self Rescue :

1. Benda apung

Gunakan benda-benda terapung seperti jerigen, stereofoam, kayu, ban dalam
dan pakaian kering yang di bungkus dengan plastik serta celana atau jaket yang
kita gunakan. Semua alat bantu ini hanya untuk membantu mengapungkan diri
bukan untuk dinaiki.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 10
Water Rescue

2. Gunakan tehnik berenang survival

Langkah menghadapi keadaan darurat :

1. Kenali ( recognition )
Dalam keadaan darurat waktu sangat berharga, semakin dini mengenali
tanda orang akan tenggelam, maka semakin besar kemungkinan untuk
menyelamatkannya.

2. Penilaian ( assessment )
Menentukan langkah yang di butuhkan dalam usaha menolong korban
dengan memperhatikan kondisi lingkungan.

3. Tindakan :
a. Bicaralah pada korban agar korban merasa tenang.
b. Lakukan reach dan throw kemudian row.
c. Pertolongan kontak langsung dengan korban adalah pilihan terakhir.

4. Tindak lanjut
Setelah korban di bawa ke tempat aman lakukan perawatan sesuai dengan
cedera yang di alaminya.

5. Evaluasi
Lakukan evaluasi terhadap tindakan yang anda lakukan dan analisa apakah
tindakan yang telah anda lakukan adalah solusi yang paling tepat.
Ambil langkah – langkah yang perlu di lakukan agar tidak terjadi keadaan
darurat yang sama.

Hal – hal yang perlu dilakukan seorang penolong

Memeriksa hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan dalam penyelamatan dan
di tuangkan dalam bentuk list atau format yang berisi diantaranya :

a. Alat bantu, periksalah semua alat bantu pertolongan dan letakkan pada
tempatnya agar memudahkan untuk di gunakan pada saat terjadi musibah.

b. Cara masuk, tentukan tempat yang paling efisien saat akan melakukan
pertolongan

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 11
Water Rescue

c. Mendekati korban, jika korban sudah berada dalam jarak dengar bicaralah untuk
menenangkannya. Jika mendekati dengan berenang gunakan gaya dada atau
gaya bebas agar dapat terus melihat korban.

d. Mundur dan siap, jarak aman adalah 2 meter dari korban kemudian sodorkan alat
apung.

e. Tarik / Tow, gunakan metode yang sesuai dengan kondisi korban.
f. Tindak lanjut, amankan korban dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.

Mengenali pola kelakuan calon korban :

• Banyak orang yang bergerombol
• Orang lanjut usia dan anak kecil perlu pengawasan yang ekstra
• Orang terlalu gemuk
• Orang teler, mabuk atau pengaruh narkotika
• Orang yang baru bisa menggunakan alat-alat di air

Tanda orang yang akan tenggelam :

• Tangan menggapai gapai
• Kayuhan tangan hampir tidak terlihat
• Gaya tangan dan kaki seperti orang menaiki tangga, posisi kepala tengadah
• Kepala timbul tenggelam.

F. AKSES KE KORBAN

Operasi pertolongan / penyelamatan selalu berpedoman pada filosofi
SAR yaitu L.A.S.T. ( Locate, Acces, Stabilize, Transportation ). Pada kejadian
bencana seperti banjir umumnya lokasi para korban sudah dapat diketahui
dimana keberadaannya, sehingga dalam situasi banjir jarang sekali dilakukan
pencarian kecuali bagi korban yang hanyut terbawa arus. Dengan lokasi yang
sudah jelas petugas penyelamat tinggal membuat perencaan bagaimana
membuat access untuk menuju ke lokasi bahaya dan kembali ke lokasi aman.

Akses menuju korban ada dua pilihan :

1. Berenang.
2. Dengan menggunakan perahu karet, kano, papan selancar dll.

Dalam modul ini yangakan dibahas tuntas adalah tentang perahu karet dan
nanti akan di bahas dalam bab tersendiri.

Berenang.
Berenang adalah motto ke empat dari langkah pertolongan di air. Berenang

menuju korban atau GO merupakan langkah pertolongan yang resikonya cukup

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 12
Water Rescue

tinggi. Kemampuan dan kesiapan fisik sangat dibutuhkan untuk dapat melakukan
hal ini.

1. Tehnik berenang :
• Gaya kayuhan
Seorang penolong yang akan melakukan pertolongan terhadap korban
harus tetap melihat kearah korban atau tempat terakhir korban terlihat dan
harus cepat mencapainya. Yang umum digunakan berenang untuk
mencapai korban adalah gaya bebas, gaya dada dan gaya samping.
• Cara masuk / entry.
➢ Free jump dari dermaga atau tempat yang tinggi.
➢ Abandonship dari kapal yang dacknya tinggi.
➢ Masuk dari tempat yang dangkal.
• Cara bernafas saat berenang.
Berenang adalah koordinasi gerakan yang sinkron antara gerak seluruh
anggota badan dengan pernafasan. Cobalah bernafas pada saat anda
membutuhkan, ambilah udara untuk bernafas di permukaan dan buanglah
udara pada saat kepala berada di dalam air.
• Kayuhlah dengan posisi jari tangan rapat dan menariknya ke belakang
guna membuat daya dorong ke depan.
• Kaki berfungsi sebagai pengapung dan pendorong pergerakan.

2. Saat mendekati korban

Sebelum memutuskan tindakan apa yang perlu diambil, berhentilah berenang
sampai jarak aman dengan water trapen ( mengapung ) sambil mengevaluasi
keadaan korban.

Berhenti berenang dengan mengambil posisi sekitar 2 meter untuk
memperkirakan bagaimana kondisi korban.

• Katakan kalau korban akan ditolong.
• Berilah alat bantu apung.
• Hindari kontak langsung dengan korban.

G. DEFENDS DAN RELEASE

Umumnya orang yang akan tenggelam atau pada saat penolong akan
membuat kontak langsung dengan korban, korban akan berusaha memegang
anggota badan penyelamat. Ini dapat terjadi ketika korban panik akhirnya
membuat penolong kelelahan dan jiwanya terancam. Dan sifat orang yang akan

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 13
Water Rescue

tenggelam adalah selalu berupaya mencari pijakan apapun yang dijumpainya
dan akan berusaha mencari permukaan. Kondisi seperti ini korban meronta-ronta
berusaha memegang kepala, bahu, dan leher penyelamat. Rontaan untuk
berusaha dapat bernafas tanpa di sadari dapat menenggelamkan orang bahkan
penolong. Guna mengatasi hal ini maka petugas penyelamat di air harus
mempunyai kemampuan yang handal dengan menggunakan tehnik bertahan dan
tehnik melepaskan diri dari cengkeraman korban.Faktor yang perlu di ketahui :

• Seorang korban yang akan tenggelam sudah mencapai taraf panik yang
hebat.

• Anggota tubuh penolong yang akan di pegang adalah bahu, kepala, dan leher.
• Korban yang merasa akan tenggelam tidak akan mau memasukkan mukanya

kedalam air.
• Melepaskan diri bukan berarti mengangkat korban keatas tetapi mendorong

diri kita kebawah.

1. Tehnik Defends( bertahan )

a. Duck away ( mendorong korban dengan dua tangan )
- Penolong menghadap penuh kekorban.
- Kedua tangan penolong mendorong bahu korban untuk menghindari
pelukan korban.

b. Leg block ( menghalangi dengan kaki )
- Penolong menghadap penuh kekorban.
- Salah satu kaki penolong diarahkan ke depan untuk menghalangi dan
mendorong korban .
- Tetap jaga jarak dengan korban sambil tetap amati korban.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 14
Water Rescue

c. Arm block ( menghalangi dengan tangan )
- Penolong menghadap penuh ke korban.
- Salah satu tangan penolong diarahkan kedepan untuk mendorong
korban.
- Tetap jaga jarak aman sambil tetap mengamati keadaan korban.

d. Elbow lift ( mengangkat siku )
- Korban datangnya dari belakang penolong.
- Ketika penolong dipeluk korban, penolong merendah / menyelam
sambil kedua tangan penolong mendorong bahu korban kearah depan.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 15
Water Rescue

2. Tehnik release( melepaskan )

a. Double grasp on one arm 1
- Apabila korban memegang tangan penolong, lakukan gerakan
membanting atau memutar tangan kearah dalam.
- Bersamaan dengan itu penolong mendorong korban dengan kaki.

b. Double grasp on arm 2
- Apabila korban memegang salah satu tangan penolong,
- Tangan penolong yang dipegang mengepal, dan dibantu oleh tangan
yang lain untuk memutar kearah dalam.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 16
Water Rescue

c. Front head hold 1
- Korban memeluk penolong dari depan
- Tangan kiri penolong memegang siku kanan korban dan dorong keatas.
- Tangan kanan penolong menarik kebawah lengan kiri korban.

d. Front head hold 2
- Korban memeluk penolong dari depan.
- Kedua tangan penolong memeluk pinggang korban dan mendorong /
lempar korban keatas.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 17
Water Rescue

e. Front head hold 3
- Korban memeluk penolong dari depan.
- Tangan kiri penolong memegang kaki kanan korban dan angkat sambil
dilempar.
- Tangan kanan penolong memegang lengan kiri korban dan menarik
lengan korban tersebut kebawah.

f. Rear head hold 1
- Korban memeluk penolong dari depan.
- Tangan kiri penolong memegang ketiak korban kemudian didorong.
- Tangan kanan penolong memegang siku kiri korban sambil didorong
keatas.

g. Rear head hold 2
- Korban memeluk penolong dari belakang.
- Kedua tangan penolong memegang tengkuk korban.
- Lempar korban kearah depan melalui atas kepala sambil merendah
atau menyelam.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 18
Water Rescue

A. PENYELAMATAN DAN PERTOLONGAN

Faktor penting dalam pertolongan adalah upaya penyelamatan jiwa
korban. Dalam melakukan penyelamatan korban ini dapat dibedakan menjadi
dua. Yang pertama menyelamatkan dalam arti memindahkan korban dari
tempat bahaya ke daerah yang aman. Yang kedua adalah menyelamatkan
korban dari derita dan cedera yang dialaminya. Kedua faktor tersebut saling
beriringan dan tidak dapat dipisahkan.

Dalam bab ini akan dibahas penyelamatan dalam arti memindahkan korban
dari daerah bahaya ke daerah yang aman.

Sebagai penyelamat dalam melakukan pertolongan selalu dianjurkan
menggunakan alat bantu. Namun demikian seorang petugas penyelamat
harus siap untuk melakukan pertolongan dengan alat maupun tanpa alat. Jika
terpaksanya harus menolong tanpa menggunakan alat bantu petugas
penyelamat segera membawa korban ke tempat aman untuk melakukan
treatmen . Namun jika menggunakan perahu karet, penolong dapat segera
memberikan teratmen di atas perahu karet hingga sampai mendapat
perawatan lebih lanjut.

Penyelamatan tanpa menggunakan alat

a. Jika jaraknya jauh gunakan fins agar cepat mencapai korban.
b. Begitu melihat seseorang membutuhkan bantuan, segera lakukan

pertolongan dan mendekati korban dengan tenang, ciptakan komunikasi
dengan korban untuk menenangkan, tumbuhkan rasa percaya dirinya dan
bantu untuk menuju daratan

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 19
Water Rescue

c. Untuk membawa korban sadar atau tidak sadar ke daratan gunakan tehnik
carry.

Penyelamatan dengan menggunakan alat

Alat-alat yang digunakan adalah :

• Pelampung
• Papan spinal
• Rescue tube
• Ring buoy

a. Menggunakan pelampung :

Jika anda merespon kecelakaan di air dan korbannya telungkup,
kesimpulan awal harus mencurigai kalau korbannya cedera pada tulang
belakang, terlebih lagi apabila anda sangat minim informasi.

1. Bawa pelampung
2. Dekati korban dan salah satu tangan masukkan ke pelampung dan

posisikan pelampung di punggung korban.
3. Pegang dagu dan bagian belakang cervical / lehernya.
4. Balikkan korban dengan anda berada di bawah korban
5. Buka jalan nafas dan pertahankan.

Untuk pertolongan terhadap orang yang masih kooperatif, lakukan moto
pertolongan kedua / throw( melempar alat apung ) kearah korban :

1. Waktu melempar usahakan ring buoy diikat di dermaga atau di kaki
anda.

2. Penempatan lemparan usahakan dekat dengan korban dan arusnya
menuju korban.

3. Ajak komunikasi dan suruh korban dapat memegang ringbuoy dan
tarik dengan perlahan.

b. Menggunakan ring buoy :

Pada korban yang tidak kooperatif karena kemungkinan korban sudah
tidak sadar, pertolongannya bisa dilakukan menggunakan ring buoy.

1. Renang menuju korban denganmembawa ring buoy
2. Pegang tangan korban dibagian sisi ring buoy
3. Lawan bagian yang dipegang dorong kebawah dan bagian yang

dipegang korban di tarik ke sisi anda.
4. Korban akan berada di atas ring buoy

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 20
Water Rescue

c. Menggunakan spinalboard :

1. Dekati korban dengan satu atau dua orang penolong jika korban
tengkurap dan balikkan sesuai prosedur diatas, kemudian fiksasi

2. Dekatkan spinal board dengan dua orang penolong, kemudian
masukkan spinal board kebawah spinal korban.

3. Tarik korban ke darat, selama ditarik ke darat kepala korban tetap di
fiksasi.

Menaikkan korban ke atas perahu karet dengan spinal board

1. Ambil posisi dari bagian depan perahu agar posisi korban dapat
langsung dibaringkan ke perahu karet.

2. Julurkan bagian kepala agar diterima petugas yang ada di perahu
karet.

3. Geser secara perlahan untuk mengurangi pergerakan tubuh korban.

a. PENYELAMATAN KORBAN DI SUNGAI

Setiap daerah perkotaan umumnya dilalui oleh sungai baik kecil maupun besar.
Dan sungai-sungai inilah salah satu potensi banjir, terlebih lagi dengan tidak
adanya aturan yang keras untuk menjaga area sekitar sungai sehjngga
menimbulkan dangkal dan penyempitan yang pada akhirnya akan menimbulkan
banjir saat musim hujan dan bahkan dapat menimbulkan korban jiwa.

1. Arus

Yang perlu diperhatikan saat memberikan pertolongan di sungai adalah
adanya arus. Arus ini mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah
juga membawa berbagai material.Kondisi ini yang perlu di perhatikan oleh
petugas penyelamat saat memberikan bantuan pertolongan.

Bandang adalah arus sungai yang berkecepatan tinggi, dengan jumlah air
yang banyak sebagai kepalanya meluncur bergulung gulung bagaikan anak
panah dan akan membersihkan apa saja yang dilaluinya. Hal ini terjadi akibat
hujan deras yang terjadi di hulu dan sangat membahayakan setiap orang
yang melakukan kegiatan yang beraktifitas di sungai. Peringatan bagi semua
orang yang melakukan kegiatan di sungai harus memperhatikan apakah di
hulu hujan deras. Kadangkala di muara terang benderang tapi ternyata di hulu
hujan deras sehingga menghanyutkan sehingga menghanyutkan orang yang
sedang melakukan aktifitas.

Contohnya 12 orang yang tersapu bandang di aliran kali Ciliwung pada tahun
1989.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 21
Water Rescue

Bagaimana saat anda tercebur di air dan terbawa arus. Kalau anda pernah
mengalami, jangan mengulangi. Posisi ketika anda terbawa arus usahakan
mengapung dengan bagian belakang tubuh anda, kaki ke atas rata air agar
bila terjadi tabrakan kaki dapat dijadikan sebagai penghalang bukan kepala
atau leher.

Yang perlu anda perhatikan jangan sampai melawan arus, menyeberang
sambil mengikuti arus adalah pilihan yang terbaik, anda dapat mengatasi
masalah sampai anda dapat merapat hingga pinggiran sungai.Yang
perludiingat adalah bahwa air itu berlapis-lapis dan bagian bawah itu akan
lebih dingin dan yang paling atas adalah bagian yang paling hangat. Kondisi
ini akan dapat dengan cepat membuat hypothermia.

2. Pola arus

Ada dua konsep dasar yaitu laminar dan helical.

Laminar flow terjadi akibat adanya lapisan-lapisan air dimana masing-masing
lapisan mempunyai kekuatan yang berbeda. Kekuatan arus ini biasanya
terjadi dibagian bawah air. Hal ini perlu diperhatikan walaupun bagian atas
tampak tenang belum tentu bagian bawah kondisinya sama.

Helical flow adalah kondisi dasar sungai yang menyebabkan adanya arus
yang berputar. Ada dua pertimbangan penting yang harus diperhatikan yaitu
pertama semakin kebawah air semakin dingin dan yang kedua seseorang
yang jatuh di air akan terputar tertarik ke tengah arus.

Upwelling adalah pengaruh kondisi dasar sungai yang tidak beraturan dan
dengan adanya arus kuat yang membentur menyebabkan terjadinya pusaran
yang memancar ke atas seperti sumber air terlihat seperti kumpulan bunga.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 22
Water Rescue

3. Menghitung kecepatan arus

Perhitungan yang tepat adalah menggunakan alat ukur, namun kadangkala
hal ini tidak dijumpai saat di lapangan. Dalam operasi pencarian,
pengetahuan kecepatan arus sangat dibutuhkan agar dapat memperkirakan
posisi korban. Untuk mengetahui kecepatan arus yang bisa dilakukan adalah
arus permukaan dan langkah sederhana yang dapat dilakukan adalah :

a. Cari benda apung
b. Lempar benda apung
c. Ikuti benda tersebut ukur berapa jauhnya dan berapa waktu yang didapat

4. Tehnik pencarian di sungai

Ada beberapa tehnik untuk melakukan pencarian korban di sungai, hal yang
perlu diperhatikan adalah kondisi arus sungai itu sendiri. Untuk melakukan
pencarian korban di sungai dapat dilakukan dengan :

a. Melakukan penyusuran sungai sambil memperhatikan dan mengamati
seluruh bagian permukaan sungai. Kemungkinan ada blossom ( up well ),
disini punbisa anda curigai kemungkinan korban yang anda cari ada disini
karena tersangkut kayu atau tonggak yang ada didalamnya.

b. Dengan menggunakan jaring. Langkah ini adalah blocking arus yaitu
memasang jaring di muara sungai / bagian bawah lokasi kejadian agar
korban dapat tersangkut dijaring.

c. Pengecekan di lokasi jatuhnya atau tenggelamnya korban yang di cari.
Galah dapat digunakan untuk melakukan pengecekan degan mencoba
menancap nancapkan ke sekitar jatuhnya korban yang di cari mungkin
korbannya masih ada di dalam karena terjebak di batuan atau tonggak.

d. Menggunakan garukan. Membuat garukan dari besi atau alat yang
berbentuk seperti ganco kemudian tarik seperti menyapu lantai, ini
dilakukan di tempat yang di perkirakan tidak banyak ranting yang akan
menghalangi ketika di tarik.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 23
Water Rescue

5. Tehnik pertolongan di sungai
Tehnik pertolongan di sungai ini dilakukan pada orang yang masih
memberikan respon. Kondisi inilah yang sangat dibutuhkan karena anda
masih melihat orang yang masih hidup namun jiwanya terancam dan anda
harus mempertahankannya.
Peralatan yang digunakanadalah :
a. Rescue throwing line
b. Ring buoy
c. Perahu karet

Situasi survivor
• Hanyut
• Tersangkut
• Berpegangan benda stattis ( batang kayu, batuan )

Cara mengangkat korban :

1. One man drag
• Masukkan ketiak penolong ke ketiak korban dari belakang korban.
• Tarik korban ke belakang, penolong berjalan mundur.
• Posisi tangan penolong menengadahkan kepala korban sambil membuka

jalan nafas korban.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 24
Water Rescue

2. Saddelback carry
• Posisi korban terlentang.
• Penolong berada disisi korban dekat pinggang.
• Pegang pinggang korban
• Saat akan keluar dari air tarik satu tangan korban letakkan di pundak
penolong sambil memegang kepala korban agar tidak masuk di air.
Saat keluar dari air angkat korban di belakang dengan posisi melintang
dan kepala agak kebawah.

3. Fireman lift
• Jika air sudah kira- kira setinggi pinggang berdirilah disamping korban.
Pegang pergelangan tangan korban dengan menggunakan tangan
anda yang terdekat dengan korban.
• Tekuk lutut dan putar tubuh menuju korban , masukkan tangan melalui
celah paha korban. Tundukkan kepala dan letakkan korban di bahu
anda.
• Berdirilah dengan berat badan korban terbagi di bahu anda.
• Untuk menurunkan korban berlututlah, turunkan tubuhn korban dan
sandarkan korban pada lutut yang lain, turunkan dan terlentangkan.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 25
Water Rescue

BAB II

PERAHU KARET

Perahu karet ( LCR / Landing Craft Rubber ) merupakan sarana angkutan air yang
berfungsi untuk searh and rescue maupun pemindahan manusia atau material
secara terbatas dalam jarak maupun kapasitas tertentu serta medan tertentu juga.
Perahu karet dapat digerakkan dengan cara mekanis ( Out Boat Motor ) maupun
manual ( dayung ).

Menurut jenisnya perahu karet bisa dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Perahu karet untuk pendaratan dan pertolongan ( LCR )
Perahu karet jenis LCR merupakan perahu karet yang banyak

digunakan. Biasanya perahu karet jenis ini digunakan untuk evakuasi, patroli
dan bencana alam, seperti banjir. Perahu karet ini juga memiliki beragam
ukuran yang dapat disesuaikan dengan kapasitas penumpang. Perahu karet
jenis ini dilengkapi dengan transom untuk dudukan OBM (Outboard Motor /
Mesin tempel) dan juga floor atau lantai yang kuat, biasanya lantainya terbuat
dari bahan alumunium atau plywood. Keunggulan perahu karet jenis LCR ini
adalah lebih kuat, tangguh, bisa menggunakan mesin maupun dayung, dan
dapat digunakan untuk keperluan sipil maupun militer.
Dari sisi bahan, jenis perahu karet LCR ini biasanya menggunakan bahan
PVC untuk kebutuhan penggunaan ringan sampai menengah dan bahan
Hypalon untuk kebutuhan pemakaian menengah sampai berat. Perahu karet
berbahan Hypalon sangat cocok digunakan untuk kebutuhan militer dan atau
pemakaian yang membutuhkan ketahanan lebih kuat di medan-medan yang
ekstrim. PusatPerahuKaret.com menyediakan berbagi tipe dan ukuran perahu
karet LCR berbahan PVC maupun Hypalon.

2. Perahu karet Jenis Inflatable Raft (rafting )
Perahu Karet jenis ini banyak digunakan untuk keperluan olah raga

dan rekreasi seperti arung jeram (rafting) dan atau penggunaan ringan
lainnya. Di saat diperlukan, perahu karet jenis ini dapat juga digunakan untuk
bencana banjir atau evakuasi. Namun, yang membedakannya dengan perahu
karet jenis LCR adalah perahu karet jenis ini harus menggunakan dayung
karena tidak tersedia transom untuk OBM (Outboard Motor / mesin tempel).
Selain itu, floor atau lantainya juga tidak sekokoh dan sekuat perahu karet
jenis LCR karena tidak menggunakan lantai baik plywood ataupun
alumunium.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 26
Water Rescue

Dari sisi bahan, biasanya perahu karet jenis ini menggunakan bahan PVC.
Dan dari sisi penggunaan, umumnya digunakan untuk kebutuhan
penggunaan ringan sampai menengah.

3. Perahu Karet Jenis Inflatable Kayak
Perahu Karet Jenis Kayak Inflatable juga terbuat dari bahan PVC dan

Hypalon. Dan sekarang sudah dikembangkan juga dari material Nitrylon (hasil
laminasi dari nitrile synthetic rubber dan natural rubber) yang lebih ramah
lingkungan. Inflatable kayak memiliki bentuk dan fungsi yang sama
seperti rigid kayak pada umumnya. Namun Inflatable Kayak memiliki
beberapa keunggulan lainnya seperti, ringan, ringkas, mudah dibawa, mudah
disimpan (tidak membutuhkan tempat besar), mudah diperbaiki (dibandingkan
Kayak konvensional), dan lain sebagainya.

4. Rigid Inflatable Boat

Rigid Inflatable Boat (RIB) merupakan pengembangan evolusi perahu
karet yang berkinerja tinggi, berkapasitas tinggi dan dibangun dengan dasar
lambung yang stabil dan kokoh. Biasanya terbuat dari bahan fiberglass maupun
alumunium yang digabungkan dengan tabung inflatable dengan bahan PVC
maupun Hypalon yang diisi dengan udara. Bagian tube-nya berfungsi sebagai
pelampung (buoyancy) untuk memastikan RIB tetap mempertahankan daya
apungnya.

Lambung kapal yang kokoh memastikan fungsi operasional penggunaan RIB
yang kuat, stabil, dan dapat digunakan dalam kecepatan tinggi. Untuk bagian
tabung karet inflatable berfungsi untuk mempertahankan buoyancy (daya apung)
serta stabilitas yang lebih baik.

RIB biasanya digunakan untuk patroli, SAR (Search And Rescue), Pemadam
Kebakaran, Operasi Khusus, transportasi, dan lain sebagainya untuk membantu
institusi seperti Badan Keamanan Laut, Angkatan Laut (Militer), Perusahaan
Minyak & Gas, Pemadam Kebakaran (Damkar), dan juga untuk kegiatan rekreasi
atau hobi. Biasanya RIB menggunakan satu atau lebih OBM (Outboard Motor)
atau inboard motor (mesin dalam) dengan sistem propulsi waterjet atau stern

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 27
Water Rescue

drive dengan rentang mesin tenaga penggerak antara 5PK s/d 350PK per unit
mesin yang digunakan.

A. BAGIAN-BAGIAN PERAHU KARET

1. Lambung

Merupakan bagian perahu yang terletak disamping kanan maupun
kiri.Lambung ini terbuat dari bahan karet yang dalam pengoperasiannya akan
dipompakan udara kedalamnya.

2. Haluan

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 28
Water Rescue

Perahu karet mempunyai dua sisi haluan yaitu haluan kanan dan haluan
kiri.Sama seperti bagian lambung, bagian haluan juga di pompakan udara
pada saat pengoperasian.

3. Dack

Biasanya terbuat dari papan dan alumunium yang jumlahnya sesuai dengan
besar kecilnya alat, umumnya 2 atau 3 bagian. Dack perahu karet ini di
lengkapi frame di bagian kiri bdan kanan yang berfungsi sebagai penguat
agar tetap fiks dan kuat.

4. Buritan

Adalah merupakan bagian belakang daripada perahu karet.Jadi antara haluan,
lambung dan buritan merupakan satu kesatuan yang mana didalamnya
diberikan sekat udara dengan tujuan apabila ada bagian yang bocor maka
perahu karet tersebut masih bisa mengapung karena bagian yang lainnya
tetap berisi udara.

5. Transom

Perahu karet dilengkapi lunas yang ditempatkan dibagian belakang ini
dimaksudkan sebagai tempat kedudukan mesin tempel dan agar mudah
mengendalikan atau olah gerak dalam rangka memberikan bantuan
pertolongan terhadap korban di air. Lunas dengan ketebalan 3 cm yang
digunakan untuk tempat mesin dihubungkan dengan perekat ke karet
pengapung sehingga dalam pengoperasiannya tidak boleh digunakan untuk
menarik beban karena akan lepas.

6. Lunas

Lunas merupakan bagian perahu yang adanya di bawah dack.Desain perahu
karet berbeda-beda sehingga ada juga perahu karet yang lunasnya bisa di
pompakan udara.

B. PERAWATAN DAN PENYIMPANAN

1. Cucilah perahu karet yang habis digunakan dengan air bersih.
2. Tempatkan perahu karet pada tempat yang tidak terlalu panas atau terlalu

dingin.
3. Keringkan sebelum disimpan.
4. Seteleh digunakan usahakan perahu tidak disimpan dengan keadaan terlipat

karena dapat merusak karet dan perekatnya.
5. Jauhkan dari binatang pengerat.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 29
Water Rescue

C. MOTOR TEMPEL ( OBM / OutBoat Motor )

Motor tempel adalah mesin pendorong boat portable yang dirancang sedemikian
rupa sehingga mudah dibuka maupun memasangnya. Motor tempel untuk
perahu karet umumnya handle kemudi ditempatkan bersama dengan motornya
agar pengemudi mudah mengatur transmisi guna pengaturan kecepatan. Motor
tempel ada bermacam-macam merk namun demikian pada dasarnya mempunyai
sistim kerja yang sama.

1. Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan untuk pemicu penggeraknya juga bermacam-
macamsesuai dengan design awal diantaranya menggunakan bensin murni
atau campur. Jika menggunakan bensin campur umumnya perbandingan
rasionya adalah 25 liter bensin : 1 liter oli campur. Namun demikian
perhatikan dulu panduan manualnya terlebih dahulu karena tiap-tiap merk
peralatan bisa saja berbeda.

2. Pin propeler

Propeler yang berfungsi sebagai penggerak perahu menggunakan pin
sebagai penahan putaran sehingga perahu dapat bergerak kedepan atau
kebelakang. Pin pada propeler ini mudah patah dan dimaksudkan agar pada
saat propeler membentur benda keras lain langsung patah dan tidak merusak
bagian dari sistem lain. Karena alat yang mudah patah maka pin propeler
ditempatkan ditempat yang mudah untuk membuka atau memasang. Dalam
kegiatan latihan menggunakan motor tempel wajib menyiapkan 3 atau 4 buah
pin sebagai cadangan dalam setiap eventnya.

3. Menyalakan mesin
a. Periksa bensinnya.
b. Periksa oli propeler.
c. Tekan pompa bensin pada selang bensin dan tarik chokenya.
d. Tarik tali stater.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 30
Water Rescue

4. Perawatan dan penyimpanan

a. Bersihkan setiap selesai digunakan.
b. Periksalah oli pelumas propeler setiap akan digunakan dan setiap habis

digunakan.
c. Buatkan dudukan mesin seperti lunas pada perahu karet.
d. Simpanlah pada posisi tergantung pada dudukannya.
e. Lakukan pemanasan setidaknya satu bulan sekali.

D. Dayung

Kelengkapan lain dalam mengoperasikan perahu karet adalah dayung.
Dayung digunakan ketika perahu karet di air yang dangkal, atau saat mesin
mengalami kerusakan/Tidak ada atau di daerah pemukiman banjir yang
lintasannya sempit. Dayung harus terbuat dari bahan kayu atau aluminium yang
kuat, keras dan tidak mudah patah.

Dayung sendiri di bedakan berdasarkan bentuk, bahan, dan kegunaannya,
dayung memiliki tiga bagian pokok, meliputi :
1. Pegangan
2. Batang/gagang
3. Bilah (blade)

Dayung berdasarkan bahan :
1. Dayung kayu
2. Dayung fiberglass
3. Dayung plastik dan almunium

Dayung berdasarkan bentuk :
Perbedaan bentuk dayung berdasrkan bentuk pegangan, batang, dan bilah. Ada
dayung yang pegangannya berbentuk T, lurus, dan oval. Panjang batang dayung
juga bermacam-macam menyesuaikan dengan postur tubuh, kekuatan pengguna
seta ukuran perahu. Pada bagian bilah (blade) ada dayung yang memiliki 1 bialh
dan 2 bilah. Bilah pada dayung yang memiliki 2 buah bilah dapat membentuk
sudut yang sama 45° dan 90°

Dayung berdasarkan kegunaannya :
a. Dayung Paddle (panjang150-170 cm)

1. Dayung Paddle satu buah, biasa di gunakan pada perahu oval dan canoe
2. Dayung Paddle dua buah, biasa di gunakan pada perhu kayak

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 31
Water Rescue

b. Dayung Oars
Biasanya di gunakan perahu catar, memiliki batang yang lebih panjang, dayung
oars juga membutuhkan kerangka sebagai pegangan batang dayung yang di
pasang melintang pada tabung perahu. Sepasang dayung oars di gerakkan oleh
satu orang.

Cara pegang dayung
Ukur sekitar satu jengkal dari sirip dayung keatas, tempatkan pegangan

tangan bagian bawah pada posisi tersebut. Kemudian pegang bagian atas pada
ujung dari batang dayungnya.

Komando pergerakan : 32

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta
Water Rescue

• “ Dayung “ seluruh anggota tim mendayung.
• “ Imbang kanan / dayung kiri “ bagian kanan diam dan bagian kiri

mendayung.

• “ Imbang kiri / dayung kanan “ bagian kiri diam dan bagian kanan
mendayung.

• “Imbang perahu “ seluruh anggota tim berhenti mendayung.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 33
Water Rescue

Skeeper
Adalah orang yang berperan sebagai pengemudi, Posisinya dibelakang
bertugas mengatur olah gerak.

Olah gerak perahu karet

1. Dengan motor tempel :
Olah gerak perahu karet dengan mesin tempel membutuhkan latihan dan
pengalaman di segala lingkungan perairan, sikap tenang terlebihlagi di
lingkungan pemukiman.
Transmisi motor tempel hanya satu maju dan satu mundur, kecepatan laju
diatur dengan besar kecilnya gas.
Membelokkan perahu karet bermesin berlawanan dengan arah gerak kemudi.
Jika akan berbelok kekanan handle kemudi ditarik ke kiri, begitu juga
sebaliknya.
Ketika perahu berkecepatan tinggi maka perahu karet akan mengambang
diatas air, hal ini akan mengurangi hambatan yang mungkin timbul.

2. Dengan dayung.:
Olah gerak perahu karet menggunakan dayung membutuhkan kerja sama tim
yang padu, dan persamaan gerak dalam tim tersebut dapat diperoleh jika
dilakukan dengan latihan-latihan. Latihan untuk olah gerak dayung ini bisa di
lakukan di air atau bisa juga di lakukan di darat dalam bentuk olah raga
perahu karet.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 34
Water Rescue

BAB III

SELF CONTAINED UNDER WATER BREATHING APPARATUS
( SCUBA )

PENDAHULUAN

SCUBA merupakan sebuah singkatan dari Self-Contained Underwater
Breathing Apparatus yang berarti perangkat pernapasan bawah air yang berdiri
sendiri. Sedangkan scuba diving adalah aktivitas menyelam yang dibantu oleh
serangkaian alat bernapas.
Scuba divers atau penyelam biasanya bisa mencapai kedalaman 40 meter saat
melakukan scuba diving. Dengan kedalaman tersebut, tentunya pemula harus
berlatih dan mengetahui teknik-teknik menyelam terlebih dahulu.
Langkah pertama yang dapat kamu lakukan jika ingin mencoba scuba diving adalah
memeriksakan kesehatanmu. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena
beberapa kondisi kesehatan dapat membuat kamu tidak nyaman atau bahkan
kesulitan saat melakukan scuba diving.

Adapun kondisi-kondisi yang tidak disarankan untuk melakukan scuba
diving adalah kelainan pada rongga telinga bagian tengah, darah tinggi, asma, dan
penyakit jantung koroner.
Jika kamu tidak memiliki kondisi-kondisi tersebut, kamu dapat mulai mempersiapkan
data tentang kesehatan tubuhmu mulai dari riwayat kesehatan, rontgen dada,
elektrokardiogram (EKG), fungsi paru-paru, audiogram, visus mata, tes darah
lengkap, hingga tes urine.

Jika seluk beluk tentang peralatan scuba diving telah kamu pelajari, kini
saatnya kamu menjalani pelatihan scuba diving. Pelatihan ini harus dilakukan untuk
mengantongi sertifikat sebagai tanda bahwa kamu siap dan mampu untuk
melakukan scuba diving.
Pelatihan scuba diving terdiri dari banyak aktivitas. Aktivitas tersebut dimulai dari
menyiapkan dan memakai peralatan scuba diving, cara masuk ke air dan keluar dari
air, latihan bernapas melalui pipa, hingga mengeluarkan air dari masker.
Namun, jika nantinya kamu sudah mengantongi sertifikat scuba diving dari badan
pelatihan, kamu harus tetap melakukan aktivitas scuba diving bersama dengan
orang lain untuk menghindari hal-hal yang tidak terduga

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 35
Water Rescue

TUJUAN PEMBELAJARAN

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari materi ini peserta diklat diharapkan memahami tentang
pengetahuan dasar menyelam

D. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini peserta diklat di harapkan mampu :
a. Menjelaskan Pengertian Scuba Diver
b. Menjelaskan Peralatan dan kelengkapan Scuba
c. Menjelaskan Pengetahuan dasar selam

Pengertian Skin Diving/Snorkeling :

Adalah suatu kegiatan menyelam yang dilakukan di atas permukaan air yang
bertujuan untuk menikmati pemandangan bawah air dan penyelaman olahraga.
Peralatan yang digunakan merupakan peralatan selam dasar yang tersiri dari mask,
snorkel, dan fins.

Untuk mengadaptasikan keadaan tubuh kita pada suatu lingkungan air maka
dibutuhkan beberapa jenis peralatan,.yang mana telah kita sadari bahwa pengaruh
air akan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :

• Sebuah rongga udara di depan kedua mata kita.
• Suatu bentuk isolasi (pelindung) untuk tubuh.
• Suatu pertolongan untuk mengatur keterapungan.
• Sebuah peralatan yang memungkinkan manusia untuk dapat bertahan lama

di dalam air.

Oleh karena itu manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk dapat
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan air tersebut.

Peralatan Dasar ( Skin Diving ) :

1. Masker
2. Snorkel
3. Fin dan Boots
4. Rompi apung / Pelampung

Peralatan SCUBA diving :

1. Buoyancy Control Device (BCD)
2. Tank (Tabung Selam)
3. Regulator lengkap dengan :

a. Pengukur kedalaman (Depth Gauge)
b. Pengukur tekanan tabung (Preasure Gauge)

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 36
Water Rescue

c. Octopus (Regulator cadangan)
4. Pemberat dan Sabuk pemberat (Weight belt)

Peralatan Tambahan :

1. Tabel penyelaman.
2. Surface Marker Buoy’s (SMB) dan Finger Real Spool
3. Computer Dive
4. Pisau selam
5. Senter selam
6. Kamera bawah air
7. Dive Flag
8. Papan tulis bawah air
9. Kompresor
10. Bouy Personal
11. Sarung tangan.
12. Bootis
13. Kompas bawah air

Itu adalah antara lain peralatan-peralatan yang dibuat oleh manusia agar dapat
menyesuaikan tubuhnya dengan lingkungan air, yang mana akan berkembang terus
sesuai perkembangan zaman.

A. PERALATAN DASAR ( SKIN DIVING )

1. Masker

Masker memberikan suatu rongga udara antara mata dengan air. Dengan
masker kita juga dapat melihat lebih jelas serta melindungi terhadap iritasi
pada mata. Masker ini akan mendapat suatu tekanan hidrostatis pada waktu
menyelam.

Maka untuk menjaga tekanan keadaan ini harus di Equalisasikan, yaitu
dengan cara menghembuskan udara ke dalam masker melalui hidung. Oleh
karena itu maka hidung harus diikutsertakan kedalam masker.

Akan tetapi masker menimbulkan kerugian akibat kombinasi sudut bias dan
index bias antara air, kaca dan udara yang menyebabkan benda-benda
kelihatan lebih besar dan lebih dekat.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 37
Water Rescue

a. Syarat-syarat masker yang baik ;

1. Safety glass
Kacanya harus terbuat dari suatu kaca TEMPERED bukan dari plastik
yang mudah tergores. Kaca ini harus terpasang kokoh pada tempatnya.

2. Volume kecil
Dengan volume yang sekecil mungkin akan memudahkan pada saat
equalisasi ataupun mask clearing.

3. Medan penglihatan luas
Hal ini bisadidapat dengan dua cara yaitu dengan kaca yang luas atau
dengan kaca yang tak terlalu luas akan tetapi letaknya sedekat
mungkin dengan mata.

6. Nose Pocket / kantung hidung
Merupakan bagian penting dari masker karena diperlukan pada saat
equalisasi tekanan yang terjadi pada masker pada saat menyelam.

7. Edge Seal
Double seal akan lebih baik daripada single seal

8. Lensa koreksi
Sekarang sudah banyak dijual dipasaran masker yang lensanya dapat
diganti dengan lensa koreksi yang sangat membantu bagi penyelam
yang berkacamata.

b. Memilih masker

Pada prinsipnya pilihlah masker yang baik dan nyaman di pakai.Pilihlah
masker yang anda sukai, kemudian tanpa mempergunakan strapnya
pasanglah masker tersebut pada muka anda.Hisaplah udara di dalamnya
dengan hidung sedikit mungkin. Kemudian tahanlah nafas anda , jika
masker tersebut dapat bertahan pada muka anda mungkin itulah masker
yang cocok untuk muka anda.

c. Jenis-jenis masker

1. Ditinjau dari bahan :
• Neoprene
• Silikone

2. Ditinjau dari kaca :
• Single
• Double
• Triple

3. Adamasker yang mempunyai katup buang dan tanpa katup buang.

Sebaiknya hindarilah model masker yang mempunyai katup buang, sebab
pada saat menyelam jika katupnya tidak berfungsi dengan baik maka air

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 38
Water Rescue

akan masuk kedalam masker melalui katup tersebut dan ini sangatlah
tidak menyenangkan untuk melakukan sebuah penyelaman.

d. Perawatan.

Setelah melakukan penyelaman maka masker harus dibilas dengan air
bersih kemudian dikeringkan dan diberi talk, lalu simpanlah masker
ditempat yang sejuk. Terlebih lagi untuk masker yang berbahan neoprene
kalau tidak dirawat dengan baik maka lama kelamaan bahan neoprenenya
akan meleleh sehingga masker tidak dapat dipakai lagi.

2. Snorkel

Adalah sebuah pipa untuk bernafas yang sederhana, dimana akan sangat
berguna untuk Skin Diving sewaktu beristirahat di permukaan air.

Dengan bantuan snorkel seorang penyelam dapat bernafas dengan mudah
tanpa harus menegakkan kepalanya keluar dari air pada saat berada di
permukaan air.Dengan demikian penyelam bebas mengamati keadaan
bawah air secara terus menerus.

Jika ada air yang masuk kedalam snorkel melalui ujung atas yang terbuka
maka si penyelam dengan mudah dapat meniup air tersebut keluar dari
snorkel sebelum mengambil nafas berikutnya.

a. Jenis-jenis snorkel
1. Ditinjau dari bahan :
a. Neoprene
b. Silikone
2. Ditinjau dari bentuk :
a. J Shaped. Type ini cukup efisien serta udara lancer mengalir
melaluinya tanpa hambatan.
b. L shaped. Type ini hamper sama dengan J shaped hanya bagian
bawahnya saja yang tidak melengkung sehingga udara yang
keluar akan mendapat sedikit hambatan.
c. Type Countur, Type ini lebih efisien lagi daripada type J shaped
sebab bagian ujungnya yang melengkung akan memudahkan
pergerakan.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 39
Water Rescue

d. Flexible hose, Pipa bagian yang melengkung terbuat dari bahan
yang flexible dimanabagian di dalamnya ada yang bergelombang
dan ada juga yang rata.

Terdapat juga snorkel yang mempunyai katup buang di bawahnya serta
terdapat juga bagian mouthpiece yang khusus ( moldable ) yaitu
mouthpiece yang dapat dibentuk sesuai dengan bentuk mulut sipemakai.

b. Memilih sebuah snorkel

Pada dasarnya pilihlah snorkel yang mempunyai pipa sependek mungkin,
serta diameter pipa yang besar dimana ini akan mempermudah
sipemakai untuk bernafas serta pilihlah snorkel yang bagian dalamnya
licin atau rata sehingga tak ada sisa air sewaktu mengeluarkan air dari
pipa dan pilihlah snorkel yang model dan mouthpiecenya sesuai dengan
anda. Hindarilah bentuk snorkel yang fleksibel.

c. Perawatan.

Sehabis melakukan penyelaman snorkel harus dibilas dengan air bersih
lalu dikeringkan dan diberi talk kemudian simpanlah ditempat yang sejuk.

d. Snorkel clearing

Snorkle clearing adalah cara untuk menguras snorkel yang terisi air
dengan menghembuskan udara kedalam snorkel melalui tekanan yang
kuat

Ada dua cara melakukan snorkel clearing :
1. Popping

Cara ini merupakan cara yang umum dan yang paling mudah
dilakukan untuk menghilangkan air dalam snorkel . Caranya yaitu dengan
menghembuskan udara kedalam snorkel sekuat kuanya sehingga air yang
beada didalam snorkel akan keluar melalui valve
2. Water displacing methode

Cara ini tidak perlu meniup udara secara kuat,hanya dengan
tengadahkan kepala sehingga ujung snorkel mengarah kebawah dan
hembuskan udara secara perlahan.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 40
Water Rescue

3. Fins dan boots
Fins menambah efisiensi serta mobilita kita di dalam air serta menambah laju
pergerakan dengan usaha seminimal mungkin. Hal ini akan membuat tangan
kita bebas melakukan aktivitas lainnya daripada dipergunakan untuk
berenang. Tujuan utama memakai fins adalah bergerak dengan mudah dan
konstan, jadi bukanlah kecepatan. Hal ini dilakukan dengan ayunan kaki
perlahan namun kuat serta santai. Tentu saja kecepatan bias ditambah akan
tetapi hal ini skunder didalam diving.
a. Tipe-tipe fins and boots.
1. Full foot style
Jenis ini mempunyai ukuran yang serupa dengan sepatu. Umumnya
mempunyai ukuran yang lebih kecil dan lebih fleksibel dibandingkan
dengan open hill style. Fins ini relative lebih enak jika hanya berkaki
telanjang, namun bagian tumitnya akan lebih cepat rusak karena
hanya terbuat dari bahan yang tipis.

2. Open hill style
• Fixed hill
• Adjustable hill

Umumnya fins open hill mempunyai bidang yang lebih luas dan lebih
kokoh. Fins jenis ini dipakai dengan boots.

3. Rocket / jet fins. 41

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta
Water Rescue

Fins jenis ini mempunyai lubang dibagian datarnya sehingga
mengakibatkan adanya perbedaan tenaga maupun daya laju pada
ayunan kaki kemuka dan kebelakang, umumnya berbeda sekitar 25%
tergantung daripada desainnya.

4. Open tournament fins.

Fins jenis ini didesain untuk perlombaan fins swimming, mudah
dikenali dari bentuknya yang sangat panjang.

b. Jenis :

Ditinjau dari bahannya ada dua yaitu neoprene dan silicon.

c. Memilih fins

Umumnya SCUBA atau skin diver yang aktif membutuhkan fins yang
lebar dan kokoh untuk mendapatkan gerak laju yang maksimum dari
suatu ayunan kaki yang perlahan. Pilih juga fins yang cocok serta tidak
menjepit kaki anda.

d. Perawatan

Seperti masker dan snorkel maka setelah menyelam fins dicuci dengan
air bersih, lalu di keringkan dan diberi talk, simpan ditempat yang sejuk.

4. Rompi apung

Adalah suatu alat yang biasanya dipergunakan pada keadaan darurat.
Namun demikian rompi apung pada diving dipergunakan untuk :

• Netralisasi keterapungan pada setiap kedalaman
• Terapung dipermukaan air sambil berenang
• Beristirahat dipermukaan air dengan cara mengembangkannya secara

maksimal
• Menyelamatkan diri sendiri ataupun menyelamatkan orang lain.

Rompi apung dibedakan menjadi dua yaitu live vest yang merupakan
kelengkapan skin diving, dan buoyancy compensator yang merupakan
kelengkapan scuba diving.

a. Pelampung

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 42
Water Rescue

Merupakan rompi apung untuk perlengkapan skin diving.Bentuk ini
mempunyai volume yang kecil dan yang di dilengkapi dengan pipa peniup
udara yang kecil dan sebuah tali pengikat tunggal.Disini terdapat dua jenis
yaitu yang langsung digantungkan di leher tetapi tidak mempunyai
resleting ditengahnya dan yang digantung di leher tetapi mempunyai
resleting di tengahnya.

b. Perawatan

Setelah menyelam mungkin rompi apung akan kemasukan air, hal ini bisa
saja terjadi. Air ini tidak merusak rompi apung namun air ini harus
dikeluarkan bila rompi apung selesai dipakai.Tiupkan udara kedalamnya
melalui pipa peniup kemudian balikkanlah kebawah untuk mengeluarkan
air melalui pipa peniup. Sebaiknya rompi apung ini bagian dalam maupun
luarnya dibilas dengan air bersih kemudiandikeringkan dengan cara di
angin-anginkan. Sebaiknya juga rompi apung disimpan dalam keadaan
berisi udara.

B. PERALATAN SCUBA DIVING

Sejarah Scuba.

Sejak permulaan tahun 1800, diving dengan udara dari permukaan, sedangkan
SCUBA Diving yang kita kenal dimulai pada pertengahan abad XX.

Tahun 1943, seorang Perwira Angkatan Laut Perancis dengan seorang insinyur
mencoba suatu sistem regulator pada silinder yang berisi udara yang
dikompresikan. Unit ini dapat digantungkan dipunggung dan dibawa masuk ke
dalam air.

Orang Perancis tersebut adalah Jacques Ccounsteau dan Emile Gagnan dan
sistemnya dikenal dengan nama AQUA LUNG.

Perkembangan-perkembangan AQUA LUNG sedemikian pesatnya hingga yang
kita kenal sampai saat ini.

1. SCUBA tank ( tabung selam )

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 43
Water Rescue

Untuk menetralisir akibat-akibat tekanan air pada tubuh, kita butuh udara
untuk mengequalisasikan tekanan dalam tubuh kita. Kita lakukan hal ini
dengan menghisap udara yang bertekanan sama dengan tekanan air
disekeliling kita. Dengan cara ini bukan saja mengatasi problem tekanan air
tadi tetapi juga kita dapat tetap didalam air untuk waktu yang lebih lama.

Ada dua cara untuk memberikan udara yang bertekanan tinggi kepada
penyelam :

a. Dengan memompakan udara kedalam air dari sebuah kompresor udara
diatas permukaan air. Dengan sistim ini tentu saja penyelam mempunyai
ruang gerak yang terbatas karena adanya pipa udara.

b. Dengan suatu tabung udara yang dapat dibawa kemana saja. Ini dikenal
dengan nama SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus).
SCUBA menghasilkan mobilitas yang tinggi namun mempunyai
keterbatasan waktu tergantung pada jumlah udara yang dapat
dikompresikan kedalam tabung logam kecil tersebut. Disini kita hanya
membahas pada sistim yang mempergunakan SCUBA.

Tabung selam yang dipergunakan untuk sport diving terbuat dari :
• Steel (baja)
• Alumunium alloys

Tabung ini dirancang secara khusus dan dites untuk menampung udara
bertekanan tinggi.Udara yang diisi pada tabung tersebut adalah uadara biasa,
bukan oksigen murni. Banyak orang beranggapan bahwa sport diver
memakai oksigen murni, namun hal ini tidaklah benar. Jadi tabung selam diisi
dengan udara yang sama dengan udara yang kita hisap sehari-hari, hanya
disaring untuk membebaskan dari kotoran dan debu. Pada salah satu ujung
yang lain dipasangkan sebuah katup yang dapat dibuka dan ditutup yang kita
sebut tank valve. Pada tank valve ini dipasangkan regulator. Tabung ini
dipasang pada punggung dengan back pack atau harness.

2. Tanda-tanda tabung.
Tabung selam terdapat berbagai macam ukuran :
1. Steel (baja)38, 50, 71.2 cuft

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 44
Water Rescue

2. Alumunium38, 50, 71.2, 80 dan 100 cuft
dan sering dua tabung dipasang menjadi satu (tandem).

3. Tanda-tanda tabung baja

DOT= Departement of Transportation yaitu badan yang ber-wenang di AS
mengawasi peredaran tabung gas bertekanan.

3AA= Menunjukkan jenis logam yang dipakai, 3AA adalah logam baja.

2250= Tekanan udara yang dapat diisikan pada tabung dalam psi. 123453
adalah nomor serial tabung.

PST= Pabrik yang mengeluarkan tabung tersebut (mengeluarkan tidak berarti
memproduksi sendiri tabung tsb).

6 88= Waktu test hidrostatis.

+= Khusus untuk tangki baja berarti bisa diisi 10% lebih dari yang diijinkan.

Tidak semua tabung / tangki bertanda DOT.Tangki yang lama bertanda ICC
( Interstate Commerce Commision ) yaitu badan yang mengawasi tangki yang
bertekanan sebelum digantikan oleh DOT. Sedangkan pada tangki yang baru
kadang-kadang bertanda CTC / DOT dimana CTC adalah Canadian
Transportation Commision yaitu badan yang serupa DOT tetapi ada di negara
Kanada. Pada tangki alumunium tidak dikenal adanya tanda + seperti pada
tangki baja.

Selain tanda-tanda grafis tadi ada lagi sebuah tanda yang dipasangkan pada
tabung seperti sebuah stiker kedap air dengan tulisan Equipment Safety
Program lengkap dengan tanggalnya yang berarti tabung selam tersebut telah
diperiksa bagian luar dan dalamnya dan dinyatakan bebas terhadap korosi /
karat yang berlaku selama satu tahun.

Tabung alumunium lebih tahan karat didalam air asin dibandingkan dengan
tabung baja. Jika tabung baja beroksidasi atau berkarat maka akan terbentuk
suatu lapisan yang mudah terlepas yang memungkinkan karatan berlangsung
terus, dan menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada sebuah tabung
baja hanya dalam waktu singkat. Sedangkan pada tabung alumunium
oksidasi / karat akan menyebabkan suatu lapisan sangat tipis yang tak mudah
terlepas dan sangat ketat sehingga lapisan ini sesungguhnya akan
membatasi atau menjaga kerusakan lebih lanjut pada dinding logam.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 45
Water Rescue

Internal coating :
Sebelum adanya tabung alumunium problem dari berkaratnya bagian dalam
dari tabung baja menyebabkan beberapa pabrik bereksperimen membuat
agar bagian dalam tidak berkarat. Bagian dalam yang diberi lapisan plastic
rupanya tak seberapa sukses.Cara yang terbaik adalah tabung baja yang
belum diberi lapisan apa-apa pada bagian dalamnya dijaga benar-benar
terhadap kelembaban.

External Coating :
Cara terbaik menahan karat pada bagian luar dari suatu tabung baja adalah
dengan galvanisasi.Biarpun cuma sedikit setiap tabung baja harus
digalvanisasi, barulah diberi lapisan vynil atau tabung untuk warna-warna
yang dicat pada tabung untuk dekoratif.
Tabung alumunium tidak memerlukan galvanisasi sebagai proteksi karena
adanya oksida alumunium itu sendiri.

Akhir-akhir ini untuk sport diver tabung baja sudah jarang dipakai selain cukup
berat perawatannya juga cukup rumit.

3. Memilih Tabung

Umumnya diver-diver memilih tabung standar tunggal dengan kapasitas 80
cuft. Berat tabung merupakan suatu pertimbangan pula, yang mana tabung
gganda tentu akan dua kali lebih berat daripada tabung tunggal. Yang paling
aman adalah membeli tabung alumunium yang baru sebab tabung bekas
tentunya harus menjalani hidrostatis disamping stiker ESP.

4. Perawatan.
a. Jangan mengisi tangki melebihi tekanan yang diijinkan.
b. Isilah tangki dengan udara yang bersih.
c. Setelah melakukan penyelaman maka tangki harus dibilas / dicuci
dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa air laut. Sekali-sekali
tank boot dilepas untuk memeriksa korosi yang terjadi di dasar tabung.
d. Pemeriksaan secara visual pada bagian dalam tabung dilakukan setiap
tahun atau lebih sering, tergantung udara lembab yang mungkin masuk
kedalamnya.
e. Test hidrostatis harus dilakukan setiap lima tahun sekali.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 46
Water Rescue

f. Lindungilah tabung terhadap benturan baik pada saat transportasi maupun
saat penyimpanan.

g. Pakai boots yang berlubang bagian bawahnya untuk melindungi tabung.
h. Jangan sekali sekali memakai tabung sampai isinya habis sama sekali,

apalagi didalam air / uap air dapat masuk kedalamnya.
i. UntukPenyimpanan jangka panjang letakkanlah tabung secara tegak dan

berisi kira-kira 500 psi. Sebab jika tabung dalam keadaan kosong maka
uap air akan dapat masuk kedalamnya.
j. Usahakan agar tabung dirisi udara segar lagi sehabis disimpan lama.
k. Janganlah membawa menyimpan tabung dalam keadaan panas yang
berlebihan sebab udara yang berada dalam tabung akan mengembang
dan melebihi tekanan yang diijinkan, dan ini sangat membahayakan.
l. Jangan mencat ulang kembali tabung dengan cara membakar cat yang
lama, sebab ini akan mengubah struktur logam pada tabung sehingga
tabung tidak bisa dipakai lagi
m. Lindungilah bagian luar tabung dengan memakai tank protector.

5. Tank Valve
Adalah salah satu bagian dari tabung. Valve ini biasa dipasangkan

pada leher tabung SCUBA dan bekerja seperti kran air yaitu membuka dan
menutup serta juga sebagai tempat memasang regulator ( first stage )

a. Bentuk-bentuk tank valve.

K Valve ; Merupakan type katup yang paling sederhana, mempunyai
sebuah lubang untuk udara keluar dan masuk dengan sebuah tombol
untuk membuka dan menutup yang terletak disisinya.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 47
Water Rescue

J Valve; Katup type J ini hamper sama dengan type K. tetapi
mempunyai sebuah klep cadangan ( reverse ). Reverse mekanis ini
bekerja menghentikan aliran udara jika tekanan tabung turun sampai
dibawah batas yang ditentukan, biasanya 300 psi. Diver dapat membuka
katup cadangan ini dan mulai naik ke permukaan.

b. Bagian-bagian dari valve
• Safety plug

Adalah sumbat pengaman yang kecil bentuknya yang dipasang pada
valve dan akan pecah jika tekanan tabung melebihi tekanan kritikal
tertentu. Jelas alat ini melindungi tabung terhadap kemungkinan
meledak.

• O Ring

Adalah sebuah alat penahan kebocoran antara sambungan regulator
dengan valve, berbentuk huruf O dan terbuat dari karet atau silicon.

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 48
Water Rescue

c. Perawatan

Karena katub-katup ini umumnya terbuat dari suatu logam campuran
yang mudah rusak, maka selama transportasi letakkanlah pada tempat
yang tidak mudah terguling atau terbentur. Untuk menghindari kotoran
masuk kedalam valve maka sebelum dan sesudah pemakaian sebaiknya
lubang tempat udara keluar ditutup baik itu dengan isolasi maupun
penutup lainnya.

d. Tank Boots

Tank boot dipasang pada bagian bawah dari tabung, dipergunakan untuk
melindungi bagian bawah tabung terhadap benturan maupun gesekan
baik itu selama dipakai di kolam renang maupun di laut.Sebaiknya tank
boot ini sekali sekali dibuka untuk melihat kondisi logam yang ada
disekitar tank boot.Sebaiknya pilihlah tank boot yang bagian bawahnya
berlubang agar air dapat keluar dari bagian bawah tabung yang tertutup
oleh tank boot tersebut.

2. Regulator

Regulator SCUBA merupakan alat yang sederhana.Regulator ini merubah
udara bertekanan tinggi dari tabung SCUBA menjadi suatu udara bertekanan
sesuai dengan kebutuhan nafas kita, dan hanya memberikan udara yang
diperlukan dan sesuai dengan tekanan disekelilingnya.

Type Regulator

a. Single Hose.

Umumnya semua sport diver mempergunakan single hose yang terdiri
dari dua tingkat yaitu tingkat pertama ( first stage ) yang dipasangkan
pada tabung SCUBA dan tingkat kedua ( scond stage ) yang
dipasangkan pada mulut ( mouthpiece ).

Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta 49
Water Rescue


Click to View FlipBook Version