The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Wawan Setiawan, 2021-11-15 01:26:38

Modul 1 Ekonomi PPG 2021

Modul PPG 2021

b. Pasar Duopoli
Pasar duopoli adalah yang memiliki karakteristik yang sama dengan

oligopoli, namun pada Pasar duopoli pasar dimana suatu barang dikuasai oleh
hanya ada dua perusahaan. Contoh : Minyak pelumas dikuasai oleh Pertamina dan
Kaltex.
1. Ciri-ciri pasar duopoli

a. terdapat beberapa perusahaan di dalam pasar
b. terkadang perusahaan yang ada di pasar hanya dua
c. adanya unsur kolusi
d. kepemimpinan harga
2. Kelebihan pasar duopoli
a. efisiensi, bila sedikit perusahaan bisa lebih efisiensi
b. persaingan antar perusahaan di sisi harga bisa menguntungkan konsumen
c. mengurangi persaingan yang tidak bermanfaat
3. Kelemahan pasar duopoli
a. investasi sangat besar untuk memasuki pasar karena adanya suatu skala

ekonomi
b. adanya hak paten
c. sulit berkompetisi
d. adanya kolusi

c. Pasar Persaingan Monopolistik
Pasar persaingan monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana

terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki
perbedaan dalam beberapa aspek. Jumlah penjual pada pasar monopolistik tidak
terbatas, namun setiap produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan pasti
memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan produk perusahaan
lainnya. Contohnya adalah : pasar shampoo, pasta gigi, pasar sabun mandi.
Meskipun fungsi semua shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut, tetapi
setiap produk yang dihasilkan perusahaan tertentu berbeda ciri dengan produk
lainnya, misalnya perbedaan aroma, perbedaan warna, dan kemasan. Pada pasar
persaingan monopolistik, penjual memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

91

harga walaupun pengaruhnya terbatas tidak seperti monopolist. Kemampuan ini
berasal dari sifat barang yang dihasilkan.

Karena perbedaan dan ciri khas dari suatu barang, konsumen tidak akan
mudah berpindah ke merek lain, dan tetap memilih merek tersebut walau
produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar shampo di Indonesia. Konsumen
shampo merek X tidaak akan mudah berpindah ke shaampo merek lain meskipun
harga shampo merek X sedikit naik.

Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa
mendongkrak penjualan. Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra
yang baik di dalam benak masyarakat, sehingga membuat mereka mau membeli
produk tersebut meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh terhadap
penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar
monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citranya
perusahaannya.

Pasar persaingan monopolistik adalah struktu pasar yang sangat mirip
dengan persaingan sempurna tetapi yang membedakan dengan pasar persaingan
sempurna ialah bahwa pada pasar ini produsen mampu membuat perbedaan-
perbedaaan pada produknya (differensiasi produk) dibandingkan produsen lain.
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual
banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk
tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh
produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan
sebagainya.
1. Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik :

a. Terdapat banyak penjual dan pembeli
b. Barangnya sejenis tetapi tidak homogen (berbeda karakteristik)
c. Perusahaan mempunyai kekuasaan mempengaruhi harga meskipun

terbatas
d. Perusahaan relatif mudah keluar masuk pasar
e. Persaingan promosi penjualan sangat aktif.

92

2. Pasar Persaingan Monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut.
a. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen
untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
b. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu
melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.
c. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam
menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen
loyal terhadap produk yang dipilihnya.
d. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen.

3. Pasar Persaingan Monopolistik juga memiliki kelemahan sebagai berikut.
a. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi
harga, kualitas maupun pelayanan, sehingga produsen yang tidak memiliki
modal dan pengalaman yang cukup akan tersingkir dari pasar.
b. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk pasar monopolistik,
karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup
tinggi.
c. Muncul biaya tinggi untuk menghadapi persaingan.

d. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai

oleh beberapa perusahaan. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan mempunyai
kekuatan mempengaruhi pasar, memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat
dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dipengaruhi oleh
pesaingnya. Semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, dan perubahan
harga, dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing
mereka. Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
menghalangi perusahaan-perusahaan potensial masuk pasar, pelaku oligopoli
umumnya memperoleh laba normal di bawah tingkat laba maksimum dengan
menetapkan harga jual terbatas.

Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang
memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan
industri kertas. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di
Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat.

93

Ciri-ciri pasar oligopoli :
a. Barangnya bisa homogen, bisa berbeda karakter bagi setiap perusahaan .
b. Penjual mempunyai kekuatan mempengaruhi harga meskipun terbatas.
c. Pada umumnya setiap perusahaan cenderung melakukaan promosi.
d. Hambatan masuk cukup kuat, karena paten dan modal yang diperlukan
sangat besar.
e. Kurva Permintaan Terpatah
Kurva permintaan yang dihadapi setiap perusahaan oligopoli, yang
berbentuk bengkok. Keadaan yang bengkok tersebut bermula dari tingkat
harga yang berlaku. Keadaan permintaan seperti itu disebabkan karena apabila
suatu perusahaan menurunkan harga, perusahaan lain akan mengikutinya.
Sebagai akibatnya permintaan tidak mengalami peningkatan yang besar.

e. Pasar Monopsoni
Pasar monopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai oleh satu

orang/badan/lembaga sebagai pembeli dengan penawaran dari sejumlah
penjual/produsen sehingga pihak pembeli memiliki kemampuan untuk
menetapkan harga. Contoh, Pasar tebu sebagai bahan baku gula di Jawa tengah
pembelinya hanya pabrik gula “X” sementara penjualnya banyak petani tebu.
1. Ciri-ciri Pasar Monopsoni :

a. Hanya ada satu pembeli
b. Pembeli bukan konsumen tapi pedagang/produsen
c. Barang yang dijual biasanya bahan mentah.
d. Harga lebih ditentukan oleh pembeli.

f. Pasar Oligopsoni
Pasar oligopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai oleh beberapa

orang perusahaan sebagai pembeli degan penawaran dari sejumlah penjual.
Misalnya, Pasar tembakau di Jawa Timur. Pembelinya beberapa perusahaan rokok
(gudang garam, samporna, bentol dan jarum) sementara penjualnya banyak petani
tembakau.
1. Ciri-ciri Pasar Oligopsoni

a. Terdapat beberapa pembeli.

94

b. Pembeli bukan konsumen tapi pedagang/produsen.
c. Barang yang dijual biasanya merupakan bahan mentah.
d. Masing-masing pembeli mempunyai kekuatan mempengaruhi harga

meskipun terbatas.

C. Pasar Input
Kegiatan produksi akan dapat berjalan dengan baik apabila faktor produksi

yang dibutuhkan tersedia. Faktor produksi dapat diperoleh di pasar input. Pasar
input adalah terjadinya interaksi antara permintaan dan penawaran faktor
produksi. Faktor produksi ini meliputi sumber alam (tanah), tenaga kerja, dan
modal (uang). Penawaran input berasal dari pemilik ketiga faktor produksis
tersebut, sedangkan permintaan faktor input berasal dari pengusha (pemilik
entrepreunership). Oleh karena itu ada tiga macam pasar input yaitu pasar tanah
(sumber daya alam),pasar tenaga kerja, dan pasar modal.
a. Pasar tanah (sumber alam).

Pasar tanah merupakana pasar yang mempertemukan pembeli dan penjual
tanah. Jumlah penawarannya cenderung tetap, sementara jumlah permintaan
tanah terus meningkat. Oleh karena itu harga tanah dari waktu kewaktu
cenderung naik.

Penawaran tanah yang cenderung tetap menyebabkan sifat penawaran
tanah cenderung inelastis sempurna. Oleh karena itu kurva penawaran tanah
cenderung bersifat inelastis sempurna (berbentuk garis lurus vertikal), artinya
berapapun harga tanah penawarannya tidak akan berubah.
Selanjutnya hubungan angtara permintaan dan penawaran yang membentuk
harga pasar tanah dapat digambarkan dalam model kurva seperti pada gambar
3.10 berikut.

95

Harga S

P3
P2

P1 D3

D2
D1

0Q Jumlah Tanah

Gambar 3.10. Kurva Terbentuknya Harga Pasar Tanah

b. Pasar input Tenaga Kerja.
Dalama setiap proses produksi, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang
tidak bisa ditinggalkan. Tanpa tenaga kerja, proses produksi tidak akan dapat
berjalan. Oleh karena itu, pengusaha sebagai pengelola perusahaan selalu
menggunakan tenaga kerja dalam proses produksi yang dilaksanakannya.
Untuk mendapatkan tenaga kerja, perusahaaan harus slalu berhubungan
dengan para pemilik tenaga kerja (pekerja).
Jika pasar tenaga kerja diartikan sebagai pertemuan antara penjual dan
pembeli tenaga kerja, maka harga tenaga kerja (upah) akan ditentukan oleh
penjual dan pembeli tenaga kerja tersebut. Harga tenaga kerja akan terbentuk
setelah ada kesepakatan harga antara mereka (antara sipekerja dengan
pengusaha).

UPAH s

U2
U1

0 Q1 Tenaga kerja
Q2

Gambar 3.11. Kurva Terbentuknya Harga Pasar Tanah

96

Perlu juga diketahui, bahwa penawaran tenaga kerja mempunyai sifat
yang khusus. Jika harga tenaga kerja meningkat cukup tinggi, maka
penawaran tenaga kerja justru akan semakin berkurang. Hal ini disebabkan,
dengan adanya harga tenaga kerja (upah) yang tinggi yang diterima oleh
pekerja, maka pekerja justru mengurangi jam kerjanya dalam proses produksi.
Pada saat ini pekerja menggunakan sebagian waktu kerja dan tenaganya
untuk menikmati upah yang diterimanya. Akibatnya kurva penawaran tenaga
kerjanya bergerak dari kiri bawah ke kanan atas, setelah sampai titik tertentu
akan bergerak membelok ke kiri atas (back ward bending curve), seperti yang
terlihat pada gambar 3.11

Pada mulanya (sebelum upah mencapai OU1 dan jumlah penawaran
tenaga kerja OQ1), jika upah semakin tinggi, jumlah penawaran tega kerjapun
semakin banyak. Namun setelah upah mencapai OU1, kurva penawaran
tenaga kerja berbelok kekiri atas. Ini berarti, dengan meningkatnya upah
jumlah penawaran tenaga kerja justru berkurang. Misalnya upah naik menjadi
OU2, jumlah penawaran tenaga kerja berkurang menjadi OQ2.
c. Pasar input Modal.

Pasar input modal adalah tempat ditawarkannya barang-barang modal
untuk kepentingan proses produksi. Pengertian barang modal tidak hanya
berupa mesin-mesin ataupun peralatan saja, tetapi juga modal uang (yang
merupakan dana untuk membeli barang-barang modal). Modal yang berupa
uang diperoleh dari tabungan dan pinjaman, yang nantinya akan digunakan
untuk investasi. Diharapkan dengan investasi tersebut, permintaan dan
penawaran akan barang modal mengalami penigkatan.
Pasar input miodal merupakan suatu pasar yang mempertemukan penjual dan
pembeli barang-barang modal untuk kepentingan proses produksi. Jika
digunakaan istilah penawaran dan permintaan, pasar input modal dapat
diartikan sebagai suatu pasar yang menghubungkan penawaran dan
permintaan barang-barang modal. Penawaran barang-barang modal di pasar
ini dapat berasal dari masyarakat RTK maupun RTP. Semetara itu,
permintaan barang modal pada umumnya datang dari RTP saja.

97

Forum Diskusi
Dari sekian banyak jenis pasar berdasarkan strukturnya, menurut pendapat
saudara jenis pasar mana yang paling ideal dalam arti pasar yang paling cocok
baik bagi konsumen maupun produsen, coba saudara diskusikan jawaban saudara.

98

RANGKUMAN
1. Pasar secara umum diartikan sebagai tempat penjual menawarkan barang
atau jasa sesuai taksiran harga penjual serta pembeli mendapatkan barang
atau jasa sesuai dengan taksiran harga pembeli.
2. Pasar persaingan sempurna dapat didefenisikan sebagai struktur pasar atau
industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual
atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan dipasar.Fungsi
permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah
barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Pasar persaingan tidak sempurna adalah pasar yang tidak terorganisasi
secara sempurna, atau bentuk-bentuk dari pasar di mana salah satu ciri dari
pasar persaingan sempurna tidak terpenuhi.
4. Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu
penjual yang menguasai pasar.
5. Pasar duopoli adalah yang memiliki karakteristik yang sama dengan
oligopoli, namun pada Pasar duopoli pasar dimana suatu barang dikuasai
oleh hanya ada dua perusahaan.
6. Pasar persaingan monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana
terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi
memiliki perbedaan dalam beberapa aspek.
7. Pasar Oligopoli adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai
oleh beberapa perusahaan.
8. Pasar monopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai oleh satu
orang/badan/lembaga sebagai pembeli dengan penawaran dari sejumlah
penjual/produsen sehingga pihak pembeli memiliki kemampuan untuk
menetapkan harga.
9. Pasar oligopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai oleh beberapa
orang perusahaan sebagai pembeli degan penawaran dari sejumlah penjual.
10. pasar input adalah tempat bertemunya permintaan dan penawaran faktor-
faktor produksi yang berupa alam (tanah), tenaga kerja, dan modal (uang).

99

TES PORMATIF
1. Sifat barang yang diperjualbelikan pada pasar monopoli …. sedangkan di
pasar persaingan monopolistis ....
A. bisa homogen bisa juga berbeda; unik
B. berstandar internasional; berstandar nasional
C. tidak memiliki barang pengganti; homogen terdiferensiasi
D. berasal dari beberapa pemasok; berasal dari satu pemasok
E. memiliki barang pengganti; tidak memiliki barang pengganti
2. Dibawah ini merupakan ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna kecuali :
A. Komoditas yang diperjual belikan adalah homogen (serupa).
B. Jumlah penjual atau pembeli yang sangat banyak.
C. Penjual dan pembeli berkedudukan sebagai penerima harga (price
taker).
D. Hambatan masuk cukup kuat, karena paten dan modal yang
diperlukan sangat besar.
E. Tidak adanya penetapan–penetapan dari luar yang bersifat memaksa
baik terhadap permintaan, penawaran ataupun terhadap harga dari
komoditas yang diperjualbelikan.
3. Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dalam jangka pendek akan
tetap berproduksi walaupun menderita rugi, karena ....
A. tambahan penerimaan lebih besar dari tambahan biayanya
B. tambahan penerimaan lebih besar dari tambahan biaya dari
bertambahnya produksi sebanyak satu unit
C. biaya rata-ratanya (biaya per unitnya) minimum
D. harganya masih di atas biaya marginal
E. harga jual masih di atas biaya variabel rata-rata
4. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut:
1. Di daerah X dimana seluruh penduduknya sebagai petani jeruk, tetapi di
daerah tersebut hanya ada dua orang sebagai pembeli jeruk-jeruk petani,
sehingga permainan harga jeruk dari kedua pembeli tersebut sering
merugikan petani jeruk.

100

2. Di suatu pasar jumlah pembeli dan penjualnya sama-sama banyak dan

yang diperdagangkan barangnya bersifat homogen. Dalam pasar

tersebut pembeli dan penjual sama-sama tidak mampu mempengaruhi

harga barang.

3. Pasar sepeda motor di Indonesia hanya dikuasai oleh beberapa

perusahaan motor saja sehingga perusahaan motor yang baru sulit untuk

menembus pasar motor di Indonesia.

4. Dalam suatu pasar harga barang telah terbentuk oleh makanisme pasar,

sehingga produsen tidak mampu lagi menentukan harga barang

produksinya.

5. Produksi BBM di Indonesia dikuasai dan dikelola oleh BUMN yaitu PT

Pertamina (persero), dengan demikian seluruh perusahaan pengeboran

minyak hanya sebagai kontraktor PT Pertamina (persero)

Dari pernyataan di atas yang merupakan bentuk pasar persaingan tidak

sempurna adalah....

A. 1, 2 dan 4

B. 1, 3 dan 5

C. 2, 3 dan 4

D. 2, 4 dan 5

E. 3, 4 dan 5

5. Tabel ciri- ciri pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak

sempurna

No A B C
1 Jumlah penjual dan Beberapa penjual Satu orang penjual
/produsen yang yang menguasai
pembeli banyak menguasai pasar pasar
Barang yang diperjual Masing-masing
2 Terdapat cukup belikan homogen penjual dapat
banyak penjual mempenaruhi
pasar
3 Terdapat beberapa Barang yang Ada mobilisasi
Sumber produksi
pembeli diperjualbelikan

terdiferensiasi

101

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna ditunjukkan oleh nomor...
A. A1, B1, dan C1
B. A2, B3, dan C3
C. A2, B2, dan C2
D. A1, B2, dan C3
E. A1, B3, dan C3
6. Dalam suatu pasar terdapat banyak penjual, tetapi barang–barang yang di
perdagangkan terdiferensiasi di antara produk–produk yang di hasilkan.
Selain itu, masing – masing produsen mampu mempengaruhi harga pasar
dengan ciri–ciri tersebut di sebut pasar
A. Monopoli
B. Persaingan monopolistic
C. Persaingan sempurna
D. Oligopoly
E. Monopsony
7. Pasar voucher pulsa ”Rembulan” berstruktur persaingan sempurna. Harga
nomor perdananya Rp50.000,00. Minggu yang lalu seorang pedagang
berhasil menjual 40 unit nomor perdana ”Rembulan”, sedangkan dalam
minggu ini ia berhasil menjual sebanyak 54 unit. Penerimaan marjinal
(marginal revenue) dari minggu yang lalu ke minggu ini adalah....
A. Rp2.700.000,00
B. Rp2.000.000,00
C. Rp700.000,00
D. Rp50.000,00
E. Rp 2.500.000,00
8. Seorang tengkulak di sebuah desa menaikkan harga beras sewaktu-waktu,
karena dia adalah satu-satunya penampung beras hasil penan para petani di
desa tersebut. Berdasarkan siatuasi tersebut kegiatan tengkulak tersebut
tergolong kedalam jenis pasar ...
A. Monopoli
B. Persaingan sempurna
C. Monopsoni

102

D. Monopolistik
E. Oligopoli
9. Di bawah ini ciri-ciri pasar input:
(1) Permintaan datangnya dari rumah tangga produsen
(2) Imbalannya berupa upah atau gaji
(3) Imbalannya berupa sewa atau rent
(4) Penawaran datangnya dari rumah tangga konsumsi
(5) Permintaan datangnya dari rumah tangga konsumsi

Yang merupakan ciri pasar faktor produksi alam adalah .
A. (1), (2), dan (3)
B. (1), (3), dan (4)
C. (2), (3), dan (4)
D. (2), (3), dan (5)
E. (3), (4), dan (5)
10. Dalam suatu pasar bersaing sempurna, diketahui kurva permintaan
industrinya adalah: P = 8 - 0,5Q dan kurva marginal cost industri MC =
1,7 + 0,2Q.
Q = Jumlah komoditas yang dijual dan P = Harga jual.
Berdasarkan data tersebut maka jumlah quantitas yang dijual
A. 25
B. 31
C. 21
D. 18
E. 22

103

DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu

Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta,
Kencana.
Joesron Tati Suharatati, 2003 Teori Ekonomi Mikro, Dilengkapi Beberapa Bentuk
Fungsi Produksi, Salemba Empat, Jakarta. Mankiw. 2014.
........... Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat Putong. 2005.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi
Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Putong, 2005 Teori Ekonomi Mikro. Jakarta :MiTRa Wacana Media
.......... 2008. Pengantar Mikro dan Makro Edisi Kedua. Jakarta: MiTRa Wacana
Media
..........2013. Pengantar Mikro dan Makro Edisi 5. Jakarta: MiTRa Wacana Media
Sukardi. 2009.
Sadono.2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sugiharsono, Wahyuni. 2018 Dasar-dasar Ekonomi YogyakartaPR Rajagrafindo
Persada
Thamrin, Nugrahadi, 2019. PengantarEkonnomi Mikro, Medan, Madenatera.

104

KEGIATAN BELAJAR

4

PRILAKU KONSUMEN, TEORI PRODUKSI
DAN BIAYA

Capaian Pembelajara Mata Kegiatan (CPMK)

Peserta Kompeten dalam Menguasai konsep dasar ekonomi termasuk
ekonomi syariah, permintaan dan penawaran, teori harga, teori pasar, teori
konsumsi, dan teori produksi serta hasil penelitian terkait

Pokok Materi

1. Prilaku konsumen
2. Teori produksi.
3. Teori biaya

PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar 4 ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan 1)

Prilaku Konsumen, yang meliputi; Cara mengukur manfaat (utility) melalui
pendekatan kardinal dan ordinal, kendala konsumen, keseimbangan konsumen, 2)
Teori Produksi yang meliputi: fungsi produksi, produksi dengan satu faktor
variabel, produksi dengan dua variabel dimensi jangka pendek dan jangka
panjang, serta isoquant dan isocost, 3) Teori Biaya yang meliputi: biaya total,
biaya rata-rata, biaya marginal, teori biaya jangka pendek dan jangka panjang.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta memperoleh pemahaman
tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan teori konsumsi (perilaku
konsumen), teori produksi, dan teori biaya tersebut.

Materi dalam kegiatan belajar 2 ini disajikan secara sistimatis, yang
menggambarkan bagaimana prilaku konsumen atau rumah tangga dalam
memaksimumkan kepuasannya (utility) yang relatif tidak terbatas, dihadapkan
pada alat pemuas kebutuhan yang relatif terbatas tersebut, sehingga konsumen
harus bijak dalam memilih berdasarkan skala prioritas. Sementara itu dipihak

105

produsen, bagaimana mereka melakukan kegiatan produksi yang dapat
memaksimalkan keuntungan dengan kendala keterbatasan modal, bagaimana
mereka mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi agar outout yang
dihasilkannya maksimal, serta bagaimana mereka bisa menekan biaya produksi
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang agar dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

Agar para peserta dapat memahami materi ini secara tuntas, maka para
peserta diharapkan mengikuti petunjuk/instruksi langkah-langkah pembelajaran
berikut.
1. Bacalah setiap uraian dengan cermat, teliti, dan tertib sampai anda memahami

pesan, ide, dan makna yang disampaikan!,
2. Kerjakan apa yang diminta dan diinstruksikan dalam materi ini, termasuk tugas,

latihan dan tes formatif!,
3. Lakukan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam mengatasi bagian yang

belum anda pahami!,
4. Tanamkan pada diri anda bahwa anda akan berhasil dan buktikanlah bahwa

anda memang berhasil!, dan
5. Tanamkan bahwa orang sukses selalu mencari jalan dan orang gagal selalu

mencari alasan. Anda adalah orang sukses yang selalu dapat mencari jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapi.

106

URAIAN MATERI

A. Prilaku Konsumen
Konsumen dalam melaksanakan kegiatan konsumsinya selalu ingin

mendapatkan manfaat (utility) yang optimal atas barang yang dikonsumsinya agar
mendapatkan kepuasan yang optimal pula. Analisis terhadap kepuasan konsumen
ini dibahas dalam teori perilaku konsumen. Teori perilaku konsumen
menerangkan: (1) Alasan konsumen membeli lebih banyak barang pada harga
yang lebih rendah, dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi, serta
(2) bagimanakah seseorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari
komoditas (barang) yang akan dibeli dengan pendapatan yang diperolehnya.

1. Cara Mengukur Manfaat
Jika konsumen membeli barang tentu ia berharap memperoleh manfaat

(utility), yang optimal. Secara rasional, utility akan meningkat jika jumlah
komoditas yang dikonsumsi meningkat. Menurut Samuelson dan Nordhaus
(2001), bahwa tinggi-rendahnya manfaat/utilitas suatu barang akan menentukan
tinggi-rendahnya kepuasan konsumen. Tentang nilai guna/manfaat/utilitas ini
akan dibahas dalam teori nilai guna. Yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana mengukur nilai manfaatatau kepuasan tersebut? Dalam hal ini ada dua
pendekatan pengukuran nilai manfaat dari suatu komoditas yakni: pendekatan
kardinal (dengan menggunakan pendekatan nilai absolut) dan pendekatan ordinal
(dengan menggunakan pendekatan nilai relatif, order atau rangking).

a. Pendekatan Kardinal
Dalam pendekatan kardinal, ada anggapan bahwa manfaat (utilitas) yang

diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dan dapat diukur
secara pasti. Untuk setiap unit barang yang dikonsumsi akan dapat dihitung nilai
gunanya. Berdasarkan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan
kepuasan yang akan dicapainya, akan diketahui bagaimana seorang konsumen
akan memaksimumkan kepuasannya dengan memilih komoditas yang tersedia di
pasar.

107

Tabel 4.1. Total Utility dan Marginal Utility

Jumlah Jeruk yang Total Utility Marginal Utility

dikonsumsi (Q) (TU) (MU)

0 --

1 20 20

2 35 15

3 45 10

4 50 5

5 53 3

6 55 2

7 55 0

Dalam teori nilai guna dikenal nilai guna total (total utility = TU) dan nilai
guna marginal (marginal utility = MU). Nilai guna total berkenaan dengan jumlah
seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah komoditas
(barang) tertentu. Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan
kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit
komoditas (barang) yang dikonsumsi. Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori
nilai guna dikenal hukum diminishing marginal utility; yaitu pertambahan utilitas
yang menurun karena pertambahan satu unit komoditas yang dikonsumsi. Sebagai
ilustrasi perhatikanlah tabel 4.1. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa nilai TU terus
bertambah hingga jeruk ke 6, sedangkan MU bertambah dengan pola menurun
(pertambahannya semakin menurun), hingga unit jeruk ke 7 nilai MU mencapai 0
yang berarti TU telah maksimal. Posisi ini dikenal sebagai titik jenuh (saturation
point).

Pertanyaan yang penting adalah dapatkah kita mengukur secara pasti nilai
guna dari suatau komoditas? Jawabnya adalah tidak! Oleh karena itu pendekatan
kardinal tidak umum dipakai dalam kehidupan ekonomi yang modern, tetapi
prinsip marginal utility yang menurun tetap berlaku hingga kini.

108

TU MU
Jeruk Jeruk

55 20
TU

20 MU

Q Q
1 2 3 4 56 7 8 17

Gambar 4.1. Kurva Total Utility dan Marginal Utility

b. Pendekatan Ordinal
Pendekatan kedua untuk mengukur kepuasan atau utilitas suatu komoditas

menggunakan pendekatan ordinal. Tingkat utilitas diukur melalui order atau
rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti. Dalam pengukuran
ini ada anggapan bahwa mengkonsumsi lebih rari satu jenis komoditas pada
umumnya lebih memuaskan dari pada mengkonsumsi satu jenis komoditas. Akan
tetapi berapa nilai kepuasannya tidak dapat diketahui secara pasti.

Sesuai dengan Hukum Gossen II, pada umumnya masyarakat tidak hanya
mengkonsumsi satu jenis komoditas, tetapi kombinasi lebih dari satu jenis
komoditas. Misalkan saja seorang konsumen ingin mengkonsumsi 2 jenis
komoditas, yaitu buah jeruk dan buah apel. Konsumen secara rasional ingin
membeli sebanyak-banyaknya buah jeruk dan buah apel, tetapi mereka
dihadapkan pada kendala keterbatasan dana. Oleh karena itu konsumen dapat
mengubah-ubah jumlah kombinasi jeruk dan apel yang dibelinya sedemikian rupa,
sehingga jika salah satu diperbanyak jumlahnya maka yang lain mesti dikurangi
agar nilai utilitas atau kepuasan yang diperoleh konsumen tetap sama. Fenomena
ini digambarkan dalam kurva kepuasan sama atau indifference curve (IC), yaitu
kurva yang menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbagai kombinasi

109

jenis komoditas. Secara teoritis suatu Indifference curve menuntut anggapan
berikut.
1) Konsisten (prinsip transitivity); Jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari

B dan B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan
dalil ini maka kurva indifferen tidak ada yang berpotongan. Perhatikan Gambar
4.2.b titik E seolah-olah merupakan titik potong antara IC1 dan IC2. Sebenarnya
titik E semestinya diartikan ada pada salah satu kurva indiferen.
2) Kombinasi banyak jenis komoditas lebih disukai dari pada kombinasi sedikit
jenis komoditas (more is better). Hal ini merupakan alasan rasional sehingga
kurva indiferen yang berada pada sisi kanan lebih disukai, karena memberikan
nilai utilitas atau kepuasan yang semakin tinggi. Perhatikan Gambar 4.2.c. Titik
2 lebih disukai dari titik 1, sedangkan titik 3 sebaliknya. Titik 4 dan titik 5
bersifat indiferen terhadap titik1.
3) Tidak harus paralel (Gambar 4.2.d); karena perubahan utilitas tidak harus
proporsional, tetapi anggapan (2) harus tetap dipakai.

Jika konsumen dapat menukar kombinasi komoditas X dan Y untuk satu
utilitas yang sama; maka dalam hal ini sebenarnya konsumen menukar nilai
manfaat dari barang X dan Y. Menambah atau mengurangi komoditas X berarti
menambah atau mengurangi total utilitas dari barang X; yang berdampak pada
adanya perubahan marginal utility (MU). Jadi perubahan jumlah X dan Y sama
dengan perubahan marginal utility . Jika diperhatikan pada Gambar 4.2.a maka
perubahan kombinasi dari A ke C menunjukkan kemiringan (slope) kurvanya.

Y Y
A A

C E
IC IC2
IC1
0 X
(A) Y 0 (B) X

110

YY

4

2

1 IC3

3 5 IC2 IC2
3
IC1 IC1

0 X 0 X
(C) Y (D) Y

Gambar 4.2. Kurva Indifferen (Indifference Curve = IC)

∂TU

sehingga : ∂y  ∂X  MU X
∂x ∂TU MU Y

∂Y

Persamaan di atas dikenal sebagai Marginal Rate of Substitution (MRS),

yang sebenarnya menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. MRS selalu

negatif dan mengukur pertukaran (trade-off) dua komoditas pada kondisi utilitas

konsumen yang tidak berubah. Karena prinsip inilah maka suatu kurva indiferen

mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin).

2. Kendala Konsumen
Secara rasional konsumen cenderung mengkonsumsi komoditas sebanyak

mungkin, tetapi mereka dibatasi oleh pendapatannya. Dengan suatu tingkat
pendapatan tertentu konsumen harus mengatur komposisi/kombinasi jenis
komoditas yang dikonsumsinya, sehingga nilai utiltasnya/manfaatnya optimal.
Kendala pendapatan ini dikenal sebagai garis anggaran atau budget line (BL).

Garis anggaran dapat juga dikatakan sebagai garis anggaran pengeluaran,
Menurut Sukirno (2001) bahwa garis anggaran pengeluaran menunjukkan
berbagai gabungan barang–barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan
tertentu. Jika barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget
line dapat ditulis pada gambar kurva 4.3 sebagai berikut :

111

Y

BL

0 (a) X
Y

Gambar 4.3. Kurva Garis Anggaran (Budget Line)

BL = PX.(X) + PY .Y

Dimana :

BL : Garis Anggaran

PX : Tingkat Harga barang X
PY : Tingkat Harga barang Y
Jika diasumsikan tingkat harga barang X dan Y tetap maka akan didapatkan BL

berupa garis lurus dan dengan slope (kemiringan garis) sebesar rasio tingkat

harga; sehingga ;

∂Y = PX
∂X PY

Jika terjadi kenaikan atau penurunan pendapatan, maka BL akan bergeser
ke kanan atau ke kiri secara paralel dengan slope tetap, tetapi jika tejadi

perubahan tingkat harga maka slope BL akan berubah.

Contoh :

Persamaan garis anggaran adalah P1X1 + P2X2 = Y. Jika P1 naik 2 kali lipat,
P2 naik 8 kali lipat dan pendapatan naik 4 kali lipat, bagaimana persamaan garis
anggaran yang baru dalam hubungannya dengan harga dan pendapatan yang
lama?. Gambarkan kurvanya !

Penyelesaian :

P1X1 + P2X2 = Y
2P1X1 + 8P2X2 = 4Y
Misal : Y = 100 tentu Y* = 400

112

P1 = 10 tentu P1* = 20
P2 = 5 tentu P2*= 40

Y Y Y
BL Y1 Y1
Y2
Y2
Y3

0 X0 X1 X2 X3 0 (c) X
(a) Y Y (b) Y 3Y Y

Gambar 4.4. Kurva Garis Anggaran (Budget Line)

3. Keseimbangan konsumen

Jika dari (A) diketahui konsumen ingin mengoptimalkan utilitinya,

sedangkan dari (B) diketahui adanya keterbatasan dana; dari kasus tesebut

menurut Salvatore (2006) tujuan seorang konsumen yang rasional adalah

memaksimumkan utilitas atau kepuasan total yang diperoleh dari penggunaan

pendapataanya. Pertanyaannya adalah: dengan dana terbatas berapakah utilitas

maksimalnya; atau dengan utilitas tertentu berapakah dana minimal yang

diperlukan. Untuk itu dapat diperhatikan Gambar 4.5, IC tertinggi adalah IC2, dan
IC terendah adalah IC0. Komsumen ingin menikmati titik D pada IC2 tetapi dana
yang tersedia tidak mencukupi. Konsumen dapat menikmati titik C pada IC0 tetapi
konsumen juga dapat menikmati titik E pada IC1, dimana IC1>IC0. Karena itu titik
E adalah titik optimal yang dapat dinikmati konsumen. Jika diperhatikan pada titik

E maka diketahui kedua kurva yakni IC dan BL bersinggungan, dengan kata lain

dikatakan slopenya sama, sehingga :

MRS = ∂Y
∂X

MU X = PX
MU Y PY

MU X = MU Y
PX PY

Persamaan di atas menunjukkan tempat keseimbangan konsumen; yakni

jika rasio marginal utility terhadap harga dari suatu barang telah sama. Jika rasio

tersebut tidak sama; katakan misalnya MU X > MU Y maka keseimbangan belum
PX PY

113

tercapai. Pada kondisi tersebut tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang

yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas X lebih besar dari tambahan

manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi

komoditas Y sehingga kepuasan konsumen dapat ditingkatkan jika konsumsi

terhadap komoditas X dinaikkan dan konsumsi komoditas Y diturunkan.

Pemindahan konsumsi dari komoditas Y ke komoditas X tersebut tidak perlu lagi

dilakukan bila keseimbangan telah tercapai, yaitu saat MU X = MU Y karena pada
PX PY

saat itu tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk

mengkonsumsi komoditas X maupun Y sama saja.

Y

D IC 2
C
E IC 1

0 IC 0 X
Y

Gambar 4.5. Kurva Keseimbangan Konsumen

Pertanyaan untuk diskusi : Bagaimana jika terjadi kenaikan tingkat
pendapatan, apakah titik E tetap merupakan keseimbangan?. (anda dapat
menemukan jawabnya, dengan menggeser kurva BL ke kanan).

4. Derivasi Pembentukan Kurva Permintaan
Sesuai dengan hukum pasarmaka perubahan harga akan mengubah jumlah

yang diminta. Jika dimisalkan harga komoditas X mengalami penurunan
sedangkan harga komoditas Y tetap, maka BL akan berubah dari BL1 ke BL2 ke
BL3 (perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.6), sekarang keseimbangan
berubah dari titik A ke titik B ke titik C. Atas dasar perubahan yang terjadi dapat
ditarik kesimpulan hubungan antar jumlah komoditas X yang diminta (diturunkan
dari titk A,B dan C) karena perubahan harga.

114

Hubungan itu tiada lain adalah kurva permintaan. Jadi kurva permintaan
adalah keseimbangan konsumen (keinginan optimal konsumen untuk membeli
suatu komoditas pada satu kendala tertentu). Bila titik-titik keseimbangan A,B,C
pada kurva BL dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal dengan
Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan keseimbangan
konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi tingkat pendapatan
tetap.

Y

PCC

C IC 3
B
A

IC 2
IC 1

BL 1 BL 2 BL 3 X
Y
0 X1 X2 X3

P1 A

P2 B X
P3 C Y

0 X1 X2 X3

Gambar 4.6. Price Consumption Curve (PCC)

Bagaimana jika yang berubah sekarang bukan tingkat harga, melainkan
tingkat pendapatan? Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (shift the
demand curve) tergantung apakah tingkat pendapatan naik atau turun. Fenomena
ini dapat diterangkan sebagai berikut: Naiknya tingkat pendapatan akan
menggeser BL secara paralel dari BL4 ke BL5 ke BL6 (perubahan tersebut

115

ditampilkan pada Gambar 4.7). selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dari
titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D,E,F dapat dihubungkan menjadi 1
garis, hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC)
yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat
pendapatan selama tingkat harga tetap. Pada gambar 4.7 bagian bawah
ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada 1 tingkat harga komoditas X,
sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan (shift) kurva permintaannya.

Y

ICC

C IC 6
B
A

IC 5
IC 4

BL 4 BL 5 BL 6 X
Y
0 X1 X2 X3

D1 D2 D3 X
0 X1 X2 X3 Y

Gambar 4.7. Pergeseran Kurva Permintaan

B. Teori Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan mengkombinasi berbagai input atau

masukan untuk menghasilkan output (produk). Hubungan antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi

116

(Salvatore, 1994 : 147), Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang
menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input
tertentu (Ferguson dan Gould, 1975 : 140 ).

Kegiatan produksi mempunyai kerterkaitan dengan barang yang akan
diproduksi dan bagaimana cara memproduksinya, sehingga yang awalnya
merupakan bahan mentah (input) setelah diolah berubah menjadi barang jadi
(output) dan dapat dijual kepada konsumen, Menurut Sugiharso (2008) bahwa
produksi dapat didefenisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian,
kegiataan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk
menghasilkan output.

Dimensi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Dalam aktivitas produksi, produsen mengubah berbagai faktor produksi

menjadi barang dan jasa. Faktor produksi dibedakan menjadi dua, yaitu: Faktor
produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Jumlah
penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin
besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan.
Keputusan yang diambil oleh suatu perusahaan tentang berapa banyak yang akan
diproduksi, bagaimana memproduksi, dan input apa yang digunakan semuanya
mempertimbangkan waktu.

Dalam jangka panjang, tidak ada faktor produksi yang tetap dalam arti
semua faktor produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau
mengurangi kapasitas produksi sesuai dengan output yang diinginkan. Tenggang
waktu setiap perusahaan berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Perusahaan
yang bergerak dalam memproduksi barang-barang modal, jangka waktunya lebih
dari satu tahun, sedangkan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan,
periode jangka waktunya kurang dari satu tahun, seperti perusahaan yang
mengolah makanan.

117

1. Fungsi Produksi
Menurut Sukirno (2001) bahwa kaitan antara faktor-faktor produksi dan

tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan dengan fungsi produksi. Dari
pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil dari produksi yaitu berupa output
dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator input penting yaitu (a) tenaga kerja
yang dipakai, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) tingkat teknologi.
Menurut Sugiarso (2008) bahwa bentuk umum dari fungsi produksi adalah
sebagai berikut :
TP  f (L, C, R, T)

Dimana :
TP : Jumlah produksi
L : Tenaga kerja
C : Modal
R : Keahlian keusahawanan
T : Pemakaian teknologi

Pada umumnya setiap pemakaian input (a,b,c,d) untuk menghasilkan
output memiliki hubungan positif, sehingga model persamaan dari pengaruh (a)
tenaga kerja, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) Teknologi, adalah
sebagai berikut :

TP  0  1L  2C  3R  4T

L TP
Tenaga Kerja Total Produksi

C
Modal

R
Keahlian Keusahawanan

T
Teknologi

Gambar 4.8. Faktor-fakktor Yang Mempengaruhi Produksi

118

Agar memudahkan dalam menganalisis persamaan linier berganda di atas
maka dapat dijelaskan dalam bentuk gambar kerangka konspetual pada Gambar
4.8. Gambar 4.8 di atas menjelaskan kerangka konspetual suatu hubungan antara
jumlah produk yang dipengaruhi beberapa faktor yaitu tenaga kerja, modal,
keahlian keuasahawanan, dan teknologi.

2. Teori Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Teori produksi yang sederhana mengambarkan perkaitan antara tingkat

produksi sesuatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan barang tersebut. Dalam model produk satu faktor produksi variabel,
barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan
berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja. Pada umumnya teori produksi
membahas tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Sukirno (2001)
menjelaskan tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang, bahwa apabila
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus
ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total produk akan semakin
banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu titik tertentu, tambahan
jumlah produk akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai nagatif. Hal
ini menyebabkan pertambahan total produk semakin lambat, dan akhirnya ia
mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.

Dengan demikian pada hakekatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang
menyatakan bahwa perkaitan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
i. Tahap pertama : total produk mengalami pertambahan yang semakin cepat.
ii. Tahap kedua : total produk pertambahannya semakin lama semakin kecil
iii. Tahap ketiga : total produk semakin lama semakin berkurang

Untuk lebih memahami bagaimana konsep dari hukum hasil lebih yang
semakin berkurang diterapkan dalam kegiatan produksi, maka dapat dilihat pada
tabel 4.2.

Tabel 4.2 menjelaskan pertambahan pemakaian tenaga kerja atas
pemakaian tanah yang tetap konstan. Setiap pemakaian tenaga kerja menghasilkan
total produksi, produksi rata-rata, produksi marginal pada tahap produksi yang
berbeda.

119

a. Produksi Total (Total Product)

Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi

nilainya sama dengan nol. Turunan pertama adalah MP, maka TP

maksimum pada saat MP sama dengan nol.

Tabel 4.2. Tenaga Kerja pada Tingkat Produksi Total Barang Pertanian

anah Kuantitas Produk Produk Produk Tahap
Tenaga Total Rata-rata Marginal Produksi
Kerja (TP) (6)
(3) (AP) (MP) Tahap
(1) (2) (4) (5) Pertama
11 50 50 -
12 100 50 50 Tahap
13 300 100 200 Kedua
14 600 150 300
15 750 150 150 Tahap
16 917 152.83 167 Ketiga
17 917 131 0
18 900 112.50 -17
19 830 92.22 - 70
1 10 600 60 - 230

b. Produksi Marginal Marginal Product)

Kolom (5) menunjukkan nilai dari produk marjinal adalah tambahan produk

yang dihasilkan karena penambahan penggunan satu unit faktor produksi.

Sehingga produk marginal diformulasikan sebagai berikut:

MP = ΔT P
ΔL

Nilai dari marginal produk (MP) diperoleh dari perhitungan formulasi di atas,

misalnya saja nilai MP pada tenaga kerja kedua yaitu tahap pertama diperoleh
dari [(100 – 50) / (2 – 1) = 50]. Nilai tertinggi marginal produksi jika kita

lihat dari tabel tersebut yaitu 300 dan nilai terendah yaitu - 230 Jika MP

sudah < 0, penambahan tenaga kerja akan mengurangi produk total maka

akan berlakulah hukum Penambahan hasil yang menurun (The Law of

Diminishing Return).

120

c. Produk Rata-Rata (Average Product = AP)
Pada kolom (4) ditunjukkan bahwa nilai produk rata-rata adalah jumlah AP
diformulasikan sebagai berikut.
AP  TP
L
Misalnya saja dari pemakaian tenaga kerja tiga pada tahap pertama, maka
AP =[(300/3) = 100].

Total Produksi Produksi Total
1.000

900
800
700
600
500
400
300
200
100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Tenaga
MP dan AP Kerja

300
250
200
150
100
50

AP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

Tenaga

MP Kerja

Gambar 4.9. Hubungan Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata,
Produksi Marginal

121

Di atas telah dijelaskan tentang ”hukum hasil lebih yang semakin
berkurang”. Hukum tersebut berlaku ketika perusahaan menghasilkan produk
tanpa menganalisis pemakaian tingkat tenaga kerja dapat mengoptimalkan
keuntungan perusahaan melalui pemakaian tenaga kerja. Pada kondisi ini
perusahaan melakukan pemborosan pemakaian tenaga kerja. Walau pun total
produk (TP) mencapai titik puncak. Apabila ditambah satu tenaga kerja lagi maka
total produk perusahaan akan mengalami penurunan dan marginal produk akan
mengalami nilai negatif.

Pada kondisi mana yang lebih baik ? kondisi yang lebih baik yaitu pada
pemakaian tenaga kerja yang ke empat, sebab pada pemakaian tenaga kerja
tersebut perusahaan dapat mengoptimalkan keuntungan dari pertambahan
pemakaian tenaga kerja yang dimilikinya.

3. Teori Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel
Pada uraian berikut akan dibahas produksi dengan dua faktor produksi

variabel, misalnya tenaga kerja dan modal.
a. Produksi yang sama (isoquant)

Apabila perusahaan hanya menggunakan dua faktor produksi tenaga kerja
dan modal yang keduanya bersifat variabel, maka analisis kita berhubungan
dengan analisis jangka panjang. Kurva yang tepat untuk menganalisis penggunaan
dua faktor produksi variabel yaitu kurva isokuan. Menurut Sukirno (2001)
Isokuan (isoquant) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi
penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat
teknologi tertentu menghasilkan produk yang sama. Sama halnya dengan
pandangan Salvatore (2006) bahwa isokuan (isoquant) adalah kurva yang
menunjukkan kombinasi yang berbeda dari pemakaian tenaga kerja dan barang
modal, yang memungkin perusahaan menghasilkan jumlah output tertentu.
Isokuan yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan
isokuan yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil.

Agar lebih memahami tentang kurva isokuan, berikut pemisalan tentang
kurva isokuan. Misalanya seorang pengusaha ingin memproduksi sesuatu barang
sebanyak 1.000 unit, dan untuk memproduksi barang tersebut pengusaha itu diberi

122

alternatif beberapa gabungan pemakaian tenaga kerja dan jumlah modal yang

tersedia. Gabungan tenaga kerja dan modal dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Alternatif Gabungan Pemakaian Tenaga Kerja dan Modal
Untuk Menghasilkan Produksi 1.000 Unit

Gabungan Alternatif Tenaga Kerja Modal

A 16

B 23

C 32

D 61

Tabel 4.3 menjelaskan tentang alternatif gabungan yang akan dipilih oleh

pengusaha tersebut dalam memproduksi 1.000 unit barang. Pada gabungan A

terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 1 dan modal yang disediakan

sebanyak 6, pada gabungan B bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 2 dan

modal sebanyak 3. pada gabungan C terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja

sebanyak 3 dan modal yang disediakan sebanyak 2 dan yang terakhir pada

gabungan D terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 6 dan modal yang

disediakan sebanyak 1. Angka-angka tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

kurva. Gambar 4.10 menjelaskan gabungan tenaga kerja dan modal yang

menghasilkan unit tertentu. Kurva A dibuat berdasarkan angka-angka dalam tabel

4.3 dan dibuat pada tingkat produk 1.000 unit. Di samping itu didapati kurva B, C,

dan D yang terletak di atas kurva A.

Modal

8
7

6

5
4

D = 4.000 unit
3 C = 3.000 unit
2 B = 2.000 unit
1 A = 1.000 unit

1 2 3 4 56 7 8 Jumlah
Tenaga Kerja

Gambar 4.10. Kurva Isokuan (Isoquant) Kurva Produksi Sama
123

Ketiga kurva tersebut menggambarkan tingkat produksi yang berbeda-
beda, yaitu jauh dari titik 0 letaknya kurva, keadaan ini dimaksudkan adalah
isokuan yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan
isokuan yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil.

b. Garis ongkos sama (Isocost)
Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan keuntungan,

perusahaan harus mampu meminimumkan ongkos (biaya) dari produksi. Untuk
membuat analisis mengenai minimasi ongkos produksi perlu dibuat garis ongkos
sama (isocost). Salvatore (2006) menjelaskan bahwa isocost menunjukkan semua
kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan modal yang dapat dibeli oleh
perusahaan, dengan pengeluaran total dan harga-harga faktor produksi yang
tertentu. Untuk dapat membuat garis isocost maka data yang diperlukan adalah (1)
harga faktor produksi yang digunakan dan (2) jumlah uang yang tersedia untuk
membeli faktor produksi yang dibutuhkan.

Misalkan upah tenaga kerja per orang adalah sebesar Rp. 2.000 dan untuk
memperoleh barang modal diperlukan ongkos sebesar Rp 4.000 per unit. Dengan
uang yang tersedia misalnya sebanyak Rp 16.000,-, maka kurva garis ongkos
sama (isocost) dapat digambarkan pada gambar 4.11 sebagai berikut.

Modal

8 TK
7

6

5 TC 4
4 TC 3
3 TC 2
2 TC 1
1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Gambar 4.11. Garis Ongkos Sama (Isocost)

124

Gambar 4.11 menjelaskan bahwa garis ongkos sama (isocost) adalah garis
yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh
dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu.
a. Keadaan TC 1 dengan uang yang tersedia Rp. 16.000, maka alternatif yang

tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 4 unit modal (4 x Rp. 4.000 = Rp
16.000) atau 8 TK (8 x Rp 2.000 = Rp 16.000).
b. Keadaan TC 2 dengan uang yang tersedia Rp. 20.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 5 unit modal (5 x Rp. 4.000 = Rp
20.000) atau 10 TK (10 x Rp 2.000 = Rp 20.000)
c. Keadaan TC 3 dengan uang yang tersedia Rp. 24.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 6 unit modal (6 x Rp. 4.000 = Rp
24.000) atau 12 TK (12 x Rp 2.000 = Rp 24.000)
d. Keadaan TC 4 dengan uang yang tersedia Rp. 28.000,maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 7 unit modal (7 x Rp. 4.000 = Rp
28.000) atau 14 TK (14 x Rp 2.000 = Rp 28.000).

4. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan Produsen terjadi ketika kurva isocost bersinggungan dengan

kurva isoquant. Di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor
produksi akan memberikan hasil output yang maksimum. Keseimbangan dapat
berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi.
Analisis perubahan keseimbangan produsen analogis dengan analisis perilaku
konsumen. Salvator (2006) menyatakan bahwa ekuilibrium produsen ketika
produsen dapat memaksimumkan produksinya dengan pengeluaran biaya yang
dimilikinya (pengeluaran total). Dengan kata lain, produsen mengalami
ekuilibrium ketika mencapai isoquant yang tertinggi dan ini terjadi apabila
isoquant bersinggungan dengan isocost.

Perubahan jumlah faktor produksi yang digunakan merupakan interaksi
kekuatan efek substitusi dan efek skala produksi. Karena itu produsen juga
mengenal faktor produksi inferior, yaitu faktor produksi yang meningkat
(kemampuan memproduksi meningkat). Misalnya, tenaga kerja adalah faktor

125

produksi inferior, jika tingkat produksi ditingkatkan, jumlah tenaga kerja semakin
dikurangi, perusahaan akan menambah barang modal (mesin).

C. Teori Biaya
Konsep biaya dalam analisis ekonomi berdasar pada prinsip biaya

alternatif (the alternative cost principle). Dalam keadaan full employment jika
seluruh telah dialokasikan secara efisien dalam proses produksi, kenaikan jumlah
output harus diikuti oleh penurunan output alternatif yang lain dalam proses
produksi. Dengan kata lain, kenaikan output tertentu harus mengorbankan output
yang lainnya. Misalnya penggunaan tenaga kerja yang sudah full capacity dalam
produk mesin cuci dan lemari es, kenaikan produk lemari es akan menyebabkan
penurunan produk mesin cuci, karena tenaga kerja yang digunakan di produk
mesin cuci harus dipindahkan ke produk lemari es. Jadi dalam keadaan full
employment atau full capacity, untuk memproduksi sesuatu output tertentu harus
mengorbankan beberapa alternatif produk yang lainnya.

Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus
ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi
merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan
suatu produk. Analisis biaya dibedakan antara analisis biaya jangka pendek dan
teori biaya jangka.

1. Jenis-jenis Biaya
Berdasarkan metode pembebanan biayanya, diklasifikasikan menjadi biaya

langsung dan biaya tidak langsung, yaitu:
a. Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung dibebankan pada

produk, misalnya bahan baku langsung, bahan pembantu, dan upah tenaga
kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.
b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak langsung
melekat pada produk yang dihasilkan. Misalnya gaji pimpinan, gaji mandor,
biaya administrasi, dan biaya iklan Berdasarkan hubungannya dengan volume
kegiatan, biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.

126

c. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya jumlahnya cenderung tetap tidak
tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: penyusutan gedung,
mesin, dan peralatan produksi yang lain, upah tenaga kerja tetap
(harian/bulanan), serta biaya iklan.

d. Biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah seuai
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: biaya bahan baku, bahan
pembantu, bahan bakar, dan upah tenaga kerja yang dibayar per satuan
produk.

2. Analisis Biaya Jangka Pendek
Jangka pendek mengandung arti suatu periode dimana perusahan tidak

dapat mengubah (menambah) faktor produksi tetap, dan hanya bisa mengubah
faktor produksi variabel. Berdasarkan penghitungannya, biaya dikelompokkan
menjadi:

a. Biaya Total (TC)
Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.Biaya total dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Biaya Total(Total Cost) = TC = f(Q)
TC = TFC + TVC

b. Biaya Tetap Total (TFC)
Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat
produksi. Sebagai contoh adalah biaya peneliharaan pabrik dan asuransi,
biaya telepon bulanan.
Biaya Tetap Total(Total Fixed Cost) = TFC

127

Sumber : Google search

Gambar 4.12. Kurva Analisis Biaya Total Produksi Jangka Pendek

c. Biaya Variabel Total (TVC)
Biaya variabel total TVC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah-
ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Semakin banyak
produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan. Sebagai contoh : Biaya bahan baku, upah tenaga kerja, bahan
bakar, dan lainnya
Biaya Variabel Total(Total Variable Cost) = TVC = f(Q)

d. Biaya Tetap Rata-rata (AFC)
Biaya tetap rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut. Biaya tetap rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)AFC = TFC/Q

128

e. Biaya Variabel Rata-rata (AVC)
Biaya variabel rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya variabel (VC)
untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tertentu. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut, yaitu:
Biaya Variabel Rata-Rata (Average VariableCost) AVC = TVC/Q

Sumber : Google search

Gambar 4.13. Kurva Analisis Biaya Produksi Marginal Jangka Pendek
f. Biaya Total Rata-rata (AC)

Biaya total rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya total (TC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
oleh perusahaan. Biaya total rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut, yaitu:
Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)ATC = TC/Q = AFC +AVC
g. Biaya Marjinal (MC)
Biaya marginal dapat juga dikatakan sebagai biaya pertambahan
(incremental cost). Biaya marginal merupakan kenaikan biaya produksi

129

yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit keluaran

tambahan. Biaya marginal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Biaya Marjinal (Marginal Cost)TC/Q = TVC/Q

Bagaimana kaitan antara jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, jumlah

biaya, baik variabel maupun tetap, biaya variabel per unit baik variabelaupun tetap

dan biaya marginal akan ditampilkan dalam tabel 4.4

Tabel 4.4. Biaya Total dan Biaya Rata serta Biaya Marginal (Ribuan Rupiah)

Jumlah Jumlah TFC TVC TC AFC AVC ATC MC
pekerja produksi
50 - ---
(Q) 100 25 25 50 25
150 12.5 16.7 25 12.5
0 0 50 0 200 8.3 12.5 16.7 8.3
250 6.25 10 12.5 6.25
1 2 50 50 300 7.1 9.3 11.1 7.1
350 8.3 9.1 10.6 8.3
2 6 50 100 400 10.0 9.2 10.5 10.0
450 12.5 9.5 10.7 12.5
3 12 50 150 500 16.7 10 11.1 16.7
550 25 10.6 11.7 25
4 20 50 200

5 27 50 250

6 33 50 300

7 38 50 350

8 42 50 400

9 45 50 450

10 47 50 500

Biaya total produksi atau lebih di kenal total cost (TC) merupakan
keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen yang berkaitan dengan
proses produksi, sebagai aktivitas utama untuk menghasilkan suatu produk.
Dalam jangka pendek, total cost sangat di tentukan oleh input-input produksi baik
secara kuantitas maupun kualitas. Dimana input-input produksi tersebut dapat
memberikan konsekuensi pembiayaaan bersifat tetap dan bersifat variabel.

Pembiayaan bersifat tetap di sebut biaya tetap atau total fixed cost (TFC)
Biaya tetap total (total fixsed cost/TFC) dapat di katakan biaya yang sifatnya
wajib di keluarkan oleh produsen dimana ada atau tidak ada aktivitas produksi.
Jika biaya tetap tersebut tidak di keluarkan, maka konsekuensinya dapat
menghambat jalannya proses produksi yang lainnya. Membeli mesin, mendirikan

130

bangunan pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak
mengalami perubahan dalam jangka pendek.

Sedangkan biaya variabel (variable cost) merupakan keseluruhan biaya
yang harus dikeluarkan ketika ada aktivitas proses produksi. Oleh sebab itu biaya
berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang
digunakan. Jadi besar kecilnya biaya veriabel yang dikeluarka produsen sesuai
dan tergantung pada skala proses produksi yang di lakukan. Dengan kata lain
semakin besar skala proses produksi, biaya variabel semakin besar. Tetapi jika
skala proses produksi relatif kecil maka biaya varibel yang di keluarkan menjadi
relatif kecil juga.
D. Forum diskusi
Sebagai seorang konsumen, harus rasional dalam memilih serta mengambil
keputusan mengenai kriteria apa saja yang digunakan konsumen untuk
memutuskan produk apa yang akan mereka beli dan bagaimanakah proses
pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen tersebut. ?

131

Rangkuman

1. Perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan yang berkaitan erat dengan proses
pembelian suatu barang atau jasa.

2. Pendekatan kardinal merupakan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur.

3. Pendekatan ordinal merupakan manfaat atau kenikmatan diukur melalui order
atau rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti.

4. Utilitas adalah Utilitas adalah tingkat kepuasan yang diperoleh seorang
individu dari mengkonsumsi suatu barang atau melakukan suatu aktivitas.

5. Marginal Utilitas tambahan kepuasan yang diterima konsumen pada setiap
tambahan konsumsi barang/jasa

6. Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi
tingkat pendapatan tetap.

7. Produksi adalah suatu proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi atau
menambah nilai suatu produk (barang dan jasa) agar dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.

8. Fungsi Produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan
ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam
proses produksi dengan tingkat output yang dihasilkan.

9. Isoquant adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi penggunaan
dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi
tertentu menghasilkan produk yang sama.

10. Isocost menunjukkan semua kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan
modal yang dapat dibeli oleh perusahaan, dengan pengeluaran total dan
harga-harga faktor produksi yang tertentu.

11. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung
oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk.

132

TES FORMATIF
1. Kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor produksi yang satu demi

menambah penggunaan faktor produksi yang lain dalam rangka menjaga
tingkat produksi pada isoquant yang sama disebut...

A. Marginal Propencity to Save (MPS)
B. Marginal Propencity to Consume (MPC)
C. Marginal Efficiency of Capital (MEC)
D. Marginal Rate of Substitution (MRS)
E. Marginal Rate of Technical Substition (MRTS)
2. Sebuah perusahaan menggunakan input capital dan tenaga kerja. Jika
penggunaan input capital dan tenaga kerja masing-masing bertambah 5% dan
output meningkat 4%, maka fenomena ini dinamakan...
A. Constant return to scale
B. Decreasing return to scale.
C. Increasing return to scale.
D. Economies of scale.
E. Diseconomies of scale
3. Tingkat kepuasan seseorang dalam mengonsumsi barang atau jasa tidak dapat
dihitung dengan angka atau satuan lainnya, tetapi dapat dikatakan lebih tinggi
atau lebih rendah. Pernyataan ini merupakan pendapat dari penganut
pendekatan...
A. Kardinal.
B. Ordinal.
C. Nilai guna batas.
D. Marginal utility.
E. Isoquant
4. Semakin banyak suatu input digunakan dalam proses produksi, maka
marginal product dari input tersebut semakin turun. Prinsip ini disebut dengan
law of....
A. Return to scale.
B. Diminishing total product.

133

C. Diminishing average product.
D. Diminihing return.
E. Downward demand
5. Bila TPP (Total Physical Product), dengan input variabelnya adalah Tenaga
Kerja/labor dalam keadaan maksimum, maka:
A. APPL sama dengan nol
B. MPPL negatif
C. MPPL sama dengan nol
D. APPL menurun
E. APPL menaik
6. Yang manakah dari pernyataan berikut adalah yang paling tepat?
A. Kurva biaya marjinal memotong AC pada nilai AC yang paling

maksimum
B. Kurva biaya marjinal memotong AC dan AVC pada titik- titiknya yang

paling minimum
C. Kurva biaya marjinal naik dari kiri bawah ke kanan atas
D. Kurva biaya marjinal selalu memotong AC dan AVC di sebelah kiri AC

dan AVC
E. Kurva biaya marjinal memotong AC dan AVC di sebelah kanan AC

dan AVC
7. Garis anggaran (budget line) akan berotasi kedalam (mendekati titik asal)

apabila....
A. Pendapatan konsumen meningkat.
B. Pendapatan konsumen menurun.
C. Harga salah satu macam barang turun.
D. Harga salah satu macam barang naik.
E. Harga kedua macam barang naik.

8. Konsep biaya marginal (marginal cost) menjelaskan tentang.....
A. Besarnya biaya total yang dikeluarkan sebagai akibat membengkaknya
biaya variabel.
B. Besarnya tambahan biaya sebagai akibat peningkatan satu unit output
yang diproduksi.

134

C. Rata-rata kenaikan biaya produksi sebagai akibat menambah satu unit

output yang diproduksi.

D. Besarnya tambahan output yang diproduksi sebagai akibat menambah

satuan biaya.

E. Besarnya tambahan biaya sebagai akibat peningkatan harga faktor

produksi.

9. Berikut ini hal-hal yang dianggap benar berkaitan dengan biaya produksi,
kecuali …

A. Kurva average fixed cost (AFC) berbentuk horizontal

B.Kurva marginal cost (MC) memotong kurva average cost (AC) di titik

minimum.

C.Kurva variable cost (VC) naik dari kiri bawah ke kanan atas dimulai dari

titik origin.

D. Kurva avarage cost (AC) berada di atas kurva average variabel cost

(AVC)

E.AC = AFC + AVC

10. Perhatikan tabel berikut:

QP TR AR MR

2 Rp 400 Rp 800 Rp 400 ...........

4 Rp 400 Rp 1.600 Rp 400 Rp 400

6 Rp 500 Rp 3.000 Rp 500 ...........

Berdasarkan tabel di atas, besarnya Marginal Revenue (MR) pada jumlah
produksi sebanyak 6 unit ….

A. Rp1.400,00
B. Rp500,00
C. Rp700,00
D. Rp800,00
E. Rp900,00

135

DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu

Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta,
Kencana.
Joesron Tati Suharatati, 2003 Teori Ekonomi Mikro, Dilengkapi Beberapa Bentuk
Fungsi Produksi, Salemba Empat, Jakarta. Mankiw. 2014.
........... Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat Putong. 2005.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi
Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Putong, 2005 Teori Ekonomi Mikro. Jakarta :Mitra Wacana Media
.......... 2008. Pengantar Mikro dan Makro Edisi Kedua. Jakarta: Mitra Wacana
Media
..........2013. Pengantar Mikro dan Makro Edisi 5. Jakarta: Mitra Wacana Media
Sukardi. 2009.
Sadono.2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sugiharsono, Wahyuni. 2018 Dasar-dasar Ekonomi Yogyakarta PR Rajagrafindo
Persada.

136

TUGAS AKHIR
Pemerintah membuat kebijakan yangkurang populer yaitu menaikkan harga bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi dari harga semula Rp 7.000,- menjadi Rp 8.000,-
per liternya. Akibat kenaikkan tersebut membawa dampak kepada berkurangnya
permintaan BBM secara nasional sebesar 5%, dan diikuti oleh kenaikan harga
barang-barang konsumsi di pasaran, sehinnga terjadi inflasi secara nasional.
Berdasarkan data tersebut, saudara diminta :

1. Menganalisis dampak kenaikan BBM tersebut melalui sebuah grafik
2. Menganalisis kenaikan harga sebuah komidi, misalkan komoditi “X” akibat

kenaikan harga BBM tersebut melalui grafik.
3. Menghitunglah nilai elastisitas dari BBM tersebut
4. Berdasarkan hasil elastisitas yang anda temukan, coba saudara jelaskan

BBM tersebut tergolong kepada barang kebutuhan apa ?
5. Kalau kita lihat dari sisi produsen minyak dalam hal ini pertamina, maka

tentukanlah pertamina tergolong kedalam jenis pasar yang bagaimana
jelaskan?

137

TES SUMATIF

1. Pembangunan rumah susun sewa (rusunawa) bagi masyarakat berpenghasilan
rendah bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan lahan
untuk perumahan yang semakin menyempit dan mahalnya harga perumahan.
Kegiatan tersebut menunjukkan adanya upaya pemecahan permasalahan
pokok ekonomi modern, yaitu ....
A. Untuk siapa barang diproduksi
B. Berapa banyak jumlah yang diproduksi
C. Dimana barang akan diproduksi
D. Barang apa yang harus diproduksi
E. Bagaimana cara memproduksi

2. Di antara pernyataan berikut yang menggambarkan inti masalah ekonomi
adalah ….
A. angka buta huruf yang tinggi mencerminkan rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat
B. produktivitas tenaga kerja yang rendah menyebabkan biaya produksi
rata-rata menjadi mahal
C. terjadinya kegagalan panen padi menyebabkan penawaran beras turun
drastis sementara permintaannya stabil
D. harga bahan makanan dengan dengan kualitas yang baik hanya dapat
dibayar oleh masyarakat menengah ke atas
E. banyaknya penyelundupan bawang putih dari luar negeri menyebabkan
produsen bawang putih rugi karena harga bawang putih di dalam negeri
turun

3. Di Indonesia banyak alat transportasi yang menggunakan premium, maka
pemerintah menghimbau kepada masyarakat pengguna premium untuk
beralih ke pertamax agar dapat mengurangi subsidi BBM yang dikeluarkan
pemetintah. Usaha yang harus dilakukan produsen alat transportasi agar dapat
bersaing dengan produsen lainnya adalah ....
A. menurunkan harga jual produksi
B. mengurangi produksi alat transportasi
C. mengalihkan usaha ke bidang usaha lainnya

138

D. memproduksi alat transportasi yang hemat energy
E. memperbanyak tenaga manusia dalam memproduksi alat transportasi
4. Peristiwa yang tepat untuk menggambarkan tindakan ekonomi yang
didasarkan pada prinsip ekonomi “dengan hasil tertentu diupayakan
pengurbanan yang sekecil-kecilnya” Kecuali….
A. seorang pegawai yang memiliki penghasilan tetap mendahulukan

membeli barang dan jasa yang penting untuk memenuhi kebutuhannya
B. sebuah perusahaan multinasional memberikan beasiswa kepada

pelajar yang tidak mampu sebagai wujud program corporate social
responbility (CSR)
C. seorang pelajar memutuskan pergi ke sekolah naik sepeda daripada
angkutan umum agar uang sakunya bisa digunakan untuk membeli
lebih banyak barang kebutuhan sekolah
D. seorang pelajar memilih membawa bekal dari rumah agar tidak perlu
jajan di kantin sekolah sehingga uang sakunya bisa ditabung untuk
persiapan biaya pendidikan di perguruan tinggi
E. sebuah perusahaan konveksi yang menerima pesanan 100 stel pakaian
seragam senilai Rp25.000.000,00 menggunakan kain produksi lokal
yang harganya murah namun berkualitas sehingga biaya produksinya
rendah
5. Arum mendapat tawaran bekerja dari 2 perusahaan yang masing-masing
memberi gaji sebesar Rp6.000.000,00 dan Rp7.500.000,00 per bulan. Di
mana pun ia bekerja Arum perlu membayar premi asuransi kesehatan sebesar
Rp250.000,00 per bulan serta mengeluarkan ongkos transport Rp300.000,00
per bulan. Pada akhirnya Arum memutuskan merintis bisnis catering yang
saat ini baru memberikan keuntungan Rp5.000.000,00 per bulan. Biaya
peluang karena Arum memilih membuka bisnis sendiri adalah ….
A. Rp13.500.000,00
B. Rp7.500.000,00
C. Rp6.950.000,00
D. Rp5.450.000,00
E. Rp5.000.000,00

139

6. Satrio seorang karyawan perusahaan swasta. Setiap hari ia melintas di jalan

bebas hambatan dengan mobilnya yang bagus untuk pergi ke kantornya.

Karena tekanan pekerjaan dan mobilitasnya yang tinggi Satrio memproteksi

dirinya dengan asuransi kesehatan dari perusahaan asuransi ternama.

Berdasarkan informasi di atas, dapat dikatakan Satrio mampu memenuhi
kebutuhan ….

A. tersier, rohani, dan kolektif

B. sekunder, jasmani, dan rohani

C. sekunder, rohani, dan masa datang

D. sekunder, kolektif, dan masa dating

E. primer, jasmani, dan masa datang

7. Diketahui kurva permintaan dan penawaran terhadap suatu barang X nampak

dalam gambar di bawah ini.

P S
1000

P

D

0Q 2000 Q

Berdasarkan kurve di atas, jika persamaan penawaran Qs = -100 + 0,8 P, maka

kesimbangan pasar akan dicapai pada harga (P) dan kuantitas (Q), sebagai

berikut:

A. P = 600 dan Q = 700

B.P = 700 dan Q = 600

C.P = 750 dan Q = 500

D. P = 750 dan Q = 400

E.P = 500 dan Q = 750

8. Pada saat harga kedelai Rp 6000.000,00 per ton jumlah permintaan kedelai

untuk produksi tahu dan tempe sebanyak 1.500 ton per minggu. Setelah harga

kedelai naik menjadi Rp 8.000.000,00 per ton, jumlah permintaan kedelai

140


Click to View FlipBook Version