The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-Ensiklopedia ini berisi hasil penelitian keanekaragaman capung di kawasan Air Terjun Krecekan Denu Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Indonesia.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tria0287, 2021-07-25 19:55:13

E-Ensiklopedia Capung (Odonata) di Kawasan Air Terjun Krecekan Denu Kabupaten Madiun

E-Ensiklopedia ini berisi hasil penelitian keanekaragaman capung di kawasan Air Terjun Krecekan Denu Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Indonesia.

Keywords: E-Ensiklopedia Capung,Capung (Odonata),Air Terjun Krecekan Denu

Triana
Nurul Kusuma Dewi, S.Si.,M.Sc.
Drs. R. Bekti Kiswardianta, M.Pd.

E-Ensiklopedia Capung (Odonata)
di Kawasan Air Terjun Krecekan Denu Kabupaten Madiun

Penerbit
UNIPMA PRESS

2021

ii

Tim Penyusun

E-Ensiklopedia Capung (Odonata)
di Kawasan Air Terjun Krecekan Denu Kabupaten Madiun

Penulis : Triana

Nurul Kusuma Dewi, S.Si.,M.Sc.

Drs. R. Bekti Kiswardianta, M.Pd.

Editor : Triana

Penata Letak : Triana

Cetakan Pertama 10 Juli 2021

Diterbitkan oleh:

UNIPMA PRESS

Universitas PGRI Madiun

Jl. Setiabudi No. 85 Madiun, Jawa Timur 63118

Email: [email protected]

Website: www.kwu.unipma.ac.id

ISBN:-

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindah sebagian atau
seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penulis.

iii

Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan semesta
alam, yang senantiasa memberikan segala nikmat dan pertolongannya untuk kita semua.
Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah kelak. Beliau adalah utusan Allah yang
yang membimbing kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang penuh dengan cahaya
kebaikan seperti sekarang ini.
Penulis ucapkan syukur yang tiada terhingga atas terselesaikannya E-ensiklopedia yang
berjudul “E-Ensiklopedia Capung (Odonata) di Kawasan Air Terjun Krecekan Denu
Kabupaten Madiun” ini. Tujuan dari dituliskannya E-Ensiklopedia ini yaitu sebagai sumber
pengetahuan dan pemahaman baru terkait keanekaragaman jenis capung di kawasan Air
Terjun Krecekan Denu. Semoga dengan adanya sumber pengetahuan baru ini dapat
menambah wawasan bagi para pembaca sekalian serta memberikan manfaat untuk kita
semua. Penulis juga menyadari dalam penyusunan E-Ensiklopedia ini masih banyak
kekurangan, oleh karenanya penulis berharap nantinya karya ini dapat lebih disempurnakan.
Terselesaikannya E-Ensiklopedia ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh
rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan E-Ensiklopedia ini. Semoga segala kebaikan saudara-saudara
mendapatkan balasan kebaikan pula dari Allah SWT.
Wassalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Madiun, 10 Juli 2021

Penulis

iv

Daftar Isi

Halaman Judul ..........................................................................................................Error! Bookmark not defined.
Tim Penyusun ........................................................................................................................................................ iii
Kata Pengantar....................................................................................................................................................... iv
Daftar Isi................................................................................................................................................................. v
Pendahuluan ........................................................................................................................................................... 1
Profil Lokasi ........................................................................................................................................................... 3
Deskripsi Lokasi ..................................................................................................................................................... 4
MENGENAL CAPUNG (ODONATA) ................................................................................................................. 7
Sub Ordo Anisoptera ............................................................................................................................................ 10

1. Neurothemis terminata (Ris, 1911) / Capung Jala Lurus ........................................................................ 11
2. Orthetrum chrysis (Burmeister, 1839) / Capung Sambar Perut Kait ....................................................... 13
3. Orthetrum pruinosum (Rambur, 1842) / Capung Sambar Merah ............................................................ 15
4. Orthetrum sabina ( Drury, 1770) / Capung Sambar Hijau ...................................................................... 17
5. Potamarcha congener (Rambur, 1842) / Capung Sambar Perut Pipih .................................................... 19
6. Trithemis festiva (Rambur, 1842) / Capung Sambar Tarum.................................................................... 21
7. Crocothemis servillia (Drury, 1770) / Capung Sambar Garis ................................................................. 23
8. Diplacodes trivialis (Rambur, 1842) / Capung Tengger Biru ................................................................. 25
9. Paragomphus reinwardtii (Selys, 1854) / Capung Pancing Jawa ........................................................... 27
Sub Ordo Zygoptera ............................................................................................................................................. 29
1. Euphaea variegata (Rambur, 1842) / Capung Beludru Sunda ................................................................ 30
2. Euphaea lara (Kruger, 1898) / Capung Jarum Coklat............................................................................. 32
3. Libellago lineata (Burmeister, 1839) / Capung Batu Kuning.................................................................. 34
4. Rhinocypha fenestrata (Burmeister, 1839) / Capung Batu Merah Jambu ............................................... 36
5. Prodasineura autumnalis (Fraser, 1922) / Capung Jarum Gelap ............................................................ 38
6. Nososticta insignis (Selys, 1886) / Capung Jarum Sunda........................................................................ 40
7. Vestalis luctuosa (Burmeister, 1839) / Capung Kilap Biru ..................................................................... 42
8. Coeliccia membranipes (Lieftinck) ........................................................................................................ 44
Penutup ................................................................................................................................................................. 46
Tentang Penulis .................................................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................... 49

v

Pendahuluan
Indonesia mendapat predikat sebagai salah satu negara dengan megabiodiversitas
yang tinggi. Hal ini dikarenakan tingkat biodiversitas dari sumber hayatinya yang sangat
melimpah. Kemelimpahan sumber hayati Indonesia berada di urutan ketiga di dunia, yaitu
setelah Brazil dan Columbia (Amelia & Rahmaida, 2017). Negara Indonesia adalah negara
tropis yang memiliki wilayah kepulauan yang sangat luas. Hal ini memungkinkan berbagai
spesies fauna hidup di dalamnya.
Berbagai spesies fauna yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar kita salah satu
contohnya yaitu insecta. Dalam filum Athropoda, kelas yang memiliki keragaman paling
besar yaitu pada capung yang tergolong dalam ordo Odonata (Elang et al., 2016). Capung
memliki persebaran yang melimpah di alam dan hidup di berbagai macam habitat (Hanum &
Salmah, 2013). Capung umumnya hidup di habitat pada kawasan perairan tawar seperti pada
rawa, sungai, sekitar air terjun, sawah, danau, dan kolam (Sugiarto, 2019).
Wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai macam habitat perairan ini membuka
peluang untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang keanekaragaman fauna di
dalamnya. Contohnya saja jenis capung yang dapat ditemukan di Indonesia hingga sekarang
belum diketahui jumlahnya dengan pasti. Selain itu buku-buku atau sumber informasi cetak
ataupun elektronik yang terkait dengan keanekaragamn capung di Indonesia masih belum
banyak.
Capung dapat dijadikan sebagai indikator yang berguna dalam upaya pengelolaan
lingkungan dan konservasi serta dapat digunakan untuk kajian lebih lanjut tentang ekologi
(Hana & Stanislav, 2018). Peran yang dimiliki oleh capung diantaranya adalah sebagai
bioindikator terhadap kualitas perairan, tempat-tempat atau habitat yang tanahnya
mengandung banyak air, dan kesehatan suatu perairan. Kondisi ekosistem dan lingkungan
yang baik salah satunya dapat dilihat dari keberadaan capung (Odonata) di dalam suatu
kawasan.
Di wilayah Kabupaten Madiun terdapat beberapa air terjun atau sumber air. Salah
satunya yaitu air terjun krecekan denu. Air terjun ini walaupun sudah dibuka untuk lokasi
wisata tetapi kealamian tempatnya masih terjaga dengan baik. Hal ini dilihat dari berbagai
macam tanaman tingkat tinggi hingga tingkat rendah yang tumbuh dengan baik serta masih
banyak ditemukan spesies capung. Spesies capung yang paling banyak ditemukan yaitu dari
famili Libellulidae.

1

Keragaman capung di sekitar kawasan Air Terjun Krecekan Denu memberikan
peluang penelitian yang dapat memberikan kontribusi penting dalam memberikan informasi
baru tentang keragaman hayati di kawasan tersebut. Informasi ini dapat berguna dalam upaya
pengelolaan keanekaragaman fauna, serta dapat menjadi fasilitator dalam pengenalan lokasi
wisata. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan penyusunan E-ensiklopedia berbasis
kearifan lokal dalam menunjang literatur mengenai keanekaragaman jenis capung dan
ekologinya.

2

3

Deskripsi Lokasi
Air Terjun Krecekan Denu adalah salah satu air terjun yang terletak di Dusun
Giringan, Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Air Terjun Krecekan Denu
merupakan wisata alam yang ditemukan oleh warga sekitar Desa Kepel. Lokasi air terjun ini
tersembunyi diantara jurang-jurang dan hutan lindung yang berada di lereng gunung wilis.
Wilayah ini berada dalam perlindungan Perum Perhutani KPH Madiun. Air terjun Krecekan
Denu tepatnya berada di petak 20b RPH Kresek BKPH Brumbun KPH Madiun dan secara
geografis terletak pada 7°42’52″S 111°39’43″E. Dalam pembagian hutan pangkuan termasuk
wengkon LMDH (MPSDH) Wono Lestari Desa Bolo Kecamatan Kare Kabupaten Madiun
(Nugroho & Setyowati, 2017).
Air terjun krecekan denu memiliki waktu tempuh sekitar 30 menit jika diakses dari
kota Madiun dengan kecepatan berkendara rata-rata 40 km/jam. Air terjun ini berlokasi tidak
jauh dari gerbang masuk desa Kepel. Akses masuk ke lokasi ini harus menuruni jalan setapak
sejauh ± 1 km. Di sepanjang jalan setapak dikelilingi oleh berbagai tanaman semak dan
tanaman tingkat tinggi. Vegetasi di Air Terjun Krecekan Denu masih bisa dibilang beragam
karena banyak ditemui berbagai jenis tanaman, mulai dari yang tingkat rendah hingga tingkat
tinggi.

Gambar lokasi jalan setapak Air Terjun Krecekan Denu

4

Di lokasi ini terdapat sungai yang mengalirkan air dari Air Terjun Krecekan Denu.
Sungai tersebut memiliki ukuran cukup lebar dengan arus yang cukup deras saat musim
hujan, sedangkan pada musim kemarau arusnya cukup kecil. Hal tersebut sesuai dengan
terjunan air di air terjun krecekan denu yang mengalirkan air deras di musim hujan dan
aliran air yang kecil di musim kemarau. Di sepanjang pinggir sungai terdapat tanaman-
tanaman perdu. Biasanya ditemui beberapa jenis capung di sekitar aliran sungai.

Gambar sekitar aliran sungai

Gambar Vestalis luctuosa
(salah satu spesies yang sering ditemukan hinggap pada tanaman perdu)

5

Dahulu, air terjun krecekan denu belum dijadikan sebagai lokasi wisata, saat ini air
terjun ini telah dibuka sebagai wisata alam. Perbedaan di lokasi setelah dibuka sebagai lokasi
wisata yaitu dibangunnya jalan setapak sebagai akses untuk bisa sampai di lokasi air terjun.
Di kanan dan kiri jalan setapak tanaman-tanaman masih dibiarkan menjalar secara liar. Oleh
karenanya, lokasi ini masih tergolong asri dan alami. Tanaman-tanaman ini biasanya banyak
dijadikan tempat hinggap capung. Di lokasi air terjun krecekan denu spesies capung yang
cukup banyak ditemui yaitu: Euphaea variegata, Euphaea lara, Rhinocypha fenestrata,
Vestalis luctuosa yang semuanya tergolong dalam Sub Ordo Zygoptera. Sedangkan dari Sub
Ordo Anisoptera yang paling banyak ditemui yaitu Orthetrum sabina.

Gambar Euphaea lara yang masih muda
(salah satu spesies yang di temukan di lokasi air terjun krecekan denu)
Air terjun krecekan denu memiliki terjunan air yang tidak terlalu tinggi, kendati
demikian air yang mengalir cukup deras di musim hujan, agak kecil di musim kemarau,
namun airnya tidak pernah kering. Airnya yang masih alami dan kondisi alamnya yang masih
terjaga menjadikan tempat ini sangat berpotensi untuk dihuni oleh aneka satwa. Letaknya
yang jauh dari pusat kota dan minim polusi sebaiknya tetap dijaga dan dikelola dengan baik,
agar nantinya keberlangsungan hidup hewan-hewan dan kondisi lingkungannya tetap
seimbang.

6

MENGENAL CAPUNG (ODONATA)

Capung merupakan serangga yang masuk ke dalam ordo (bangsa) Odonata. Dalam

tingkatan takson, di bawah ordo Odonata masih ada sub ordo lagi yaitu Anisoptera dan

Zygoptera. Anisoptera secara umum dikenal sebagai capung atau dragonfly, sementara

Zygoptera disebut capung jarum atau damselfly. Cara yang mudah untuk membedakan

capung dengan serangga lainnya adalah melihat bagian mata dan perut. Mata capung sangat

besar dibandingkan dengan kepalanya. Dan perutnya kecil dan panjang (Andi Irawan, 2018).

Berikut ini tabel perbedaan Anisoptera dan Zygoptera menurut (Rahadi,W.S et. al.

2013):

Anisoptera Zygoptera

Bentuk mata Kedua matanya menyatu Kedua matanya terpisah

Bentuk tubuh Lebih besar dari capung Cederung lebih ramping dan

jarum lebih kecil dari capung biasa

Bentuk dan posisi sayap Sayap depan lebih besar Kedua sayap sama besar,

daripada sayap belakang, hinggap dengan sayap dilipat

terentang saat hinggap di atas tubuhnya

Perilaku terbang Cepat dan wilayah Cenderung lemah dan

persebaran yang sangat luas wilayah jelajah tidak terlalu

(Elang et al., 2016) luas

7

Anisoptera dibagi menjadi tiga famili berdasarkan klasifikasi ilmiah. Tiga famili
tersebut yaitu:

1. Famili Gomphidae
Ciri khas pada famili Gomphidae yaitu memiliki sepasang mata majemuk yang
memiliki struktur terpisah satu sama lain. Memiliki struktur atau bentuk pada ujung
abdomen yang berbeda-beda pada setiap spesiesnya. Ciri lainnya yaitu, memiliki
corak atau perpaduan warna loreng hitam atau coklat dengan kuning atau hijau pada
tubuhnya (Rahadi,W.S et. al. 2013).

2. Famili Aeshnidae
Ciri khas pada famili Aeshnidae yaitu capung yang memiliki ukuran paling besar jika
dibandingkan dengan famili lainnya. Memiliki corak atau perpaduan warna hitam,
biru, hijau, dan coklat. Selain itu bisa juga memiliki corak berwarna merah atau ungu.
Tempat yang paling disukai oleh famili Aeshnidae yaitu pada daun atau ranting yang
tinggi (Rahadi,W.S et. al. 2013).

3. Famili Libellulidae
Ciri khas pada famili Libellulidae yaitu memiliki warna yang lebih beragam jika
dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini dapat dilihat dari warna sayapnya yang
mencolok. Memiliki bentuk abdomen yang melebar dan ramping (Rahadi,W.S et. al.
2013).

8

Zygoptera dibagi menjadi empat famili berdasarkan klasifikasi ilmiah. Empat famili
tersebut yaitu:

1. Famili Chlorocyphidae
Ciri khas pada famili Chlorocyphidae yaitu memiliki ukuran abdomen yang lebih
pendek daripada ukuran sayapnya. Ciri khas lainnya yaitu terletak pada kepalanya,
morfologi kepalanya lebih menonjol dan berukuran cukup besar atau terlihat
menyerupai moncong (Rahadi,W.S et. al. 2013).

2. Famili Coenagrionidae
Ciri khas pada famili Coenagrionidae yaitu ukuran tubuhnya paling kecil jika
dibandingkan dengan famili lainnya. Memiliki sepasang sayap dengan ukuran yang
kecil dan tidak berwarna. Tubuhnya mayoritas memiliki warna-warna yang cerah.
Pada tungkainya memiliki seta (rambut-rambut halus) yang berukuran kecil, pendek,
dan agak tebal (Rahadi,W.S et. al. 2013).

3. Famili Platycnemididae
Ciri khas pada famili Platycnemididae yaitu tubuhnya memiliki warna-warna yang
cerah. Pada tungkainya memiliki seta (rambut-rambut halus) yang berukuran cukup
panjang. Beberapa spesies dari Platycnemididae memiliki tibia (betis) yang berukuran
kecil dan melebar, serta memiliki warna-warna yang cerah (Rahadi,W.S et. al. 2013).

4. Famili Protoneuridae
Ciri khas pada famili Protoneuridae yaitu memiliki ukuran tubuh yang lebih ramping
jika dibandingkan dengan famili lainnya. Capung dari famili Protoneuridae memiliki
kecenderungan terbang mengapung di udara (Rahadi,W.S et. al. 2013).
Sedangkan pada capung Anisoptera memiliki ciri khas pada morfologinya,
yaitu dilihat dari ukuran tubuh lebih besar atau gemuk dan diketahui memiliki
kemampuan terbang yang cukup cepat (Diagal Wisnu Pamungkas, 2015). Anisoptera
memiliki sepasang mata dengan strukturnya menyatu satu sama lain (Rahadi,W.S et.
al. 2013). Saat dalam keadaan diam atau hinggap, anisoptera memposisikan kedua
sayapnya membentang di kanan dan kiri tubuhnya. Anisoptera biasa ditemui di sekitar
perairan tawar dan wilayah yang tidak jauh dari dari lokasi tersebut.

9

10

Data Capung yang Diperoleh di Lokasi Air Terjun Krecekan Denu
1. Neurothemis terminata (Ris, 1911) / Capung Jala Lurus

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Neurothemis
Genus : Neurothemis terminata
Spesies

11

Ciri morfologi:
Neurothemis terminata memiliki ciri pada toraksnya yaitu berwarna merah gelap.
Mata pada capung jenis ini juga berwarna merah gelap, begitupun juga pada
abdomennya juga berwarna merah gelap. Pada setiap ruas abdomennya terdapat garis-
garis berwarna hitam. Pada kedua sayapnya, warna merah hampir memenuhi
keseluruhan sayap, sampai melebihi pada pterostigma. Di ujung sayapnya tidak
berwarna atau transparan (Andi Irawan, 2018).

Habitat:
Neurothemis terminata banyak ditemukan hidup di tempat-tempat yang dekat dengan
perairan. Tempat-tempat tersebut, seperti; danau, kolam, perairan tenang, rawa-rawa
dan juga dapat dijumpai di area persawahan (Rahadi,W.S et. al. 2013). Saat
ditemukan di lokasi Air Terjun Krecekan Denu Neurothemis terminata suka hinggap
di dahan pohon sekitar jalan setapak bagian bawah dekat dengan sungai.

Kebiasaan:
Kebiasaan aktif capung ini yaitu di pagi hari sampai sore hari, dan terbang rendah di
sekitar tanaman air (Wijayanto Alfin Galih, Nur Apriatun Nafisah, Zainul Laily,
2016). Saat ditemukan di Air Terjun Krecekan Denu capung ini dalam keadaan soliter
dan cukup sensitif terhadap pergerakan manusia.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Stable

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

12

2. Orthetrum chrysis (Burmeister, 1839) / Capung Sambar Perut Kait

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Orthetrum
Genus : Orthetrum chrysis
Spesies

13

Ciri morfologi:
Orthetrum chrysis jantan memiliki dominasi warna merah. Mata berwarna biru abu-
abu dan frons merah. Toraks berwarna orange merah kecoklatan. Abdomen berwarna
merah dengan ukuran panjang 30 mm. Ruas 1 dan 2 abdomen lebih sempit daripada
ruas 3-8, sisi bawah ruas 2 terdapat bentukan seperti kait kecil diantara bulu-bulu
halus, sisi atas ruas 3-9 bergaris hitam tipis. Kedua pasang sayap transparan dengan
venasi warna hitam. Panjang sayap belakang 36-38 mm, di pangkal sayap belakang
terdapat bercak kuning dan pterostigma berwarna hitam. Tungkainya berwarna hitam.
Orthetrum chrysis betina berwarna kuning kecoklatan pada toraknya, berwarna
orange kemerahan pada abdomen hingga embelannya. Memiliki panjang tubuh rata-
rata 25-30 mm. Kedua pasang sayapnya transparan, dengan panjang sayap bagian
belakang yaitu 35 mm disertai bercak kuning di panggal sayap, dan memiliki
pterostigma berwarna hitam (Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Orthetrum chrysis dapat dijumpai di tempat-tempat terbuka, tepian sungai, area
persawahan, padang rumput, lapangan, dan semak-semak. Capung ini dapat dijumpai
di sepanjang tahun (Rahadi,W.S et. al. 2013).. Saat ditemukan di Air Terjun Krecekan
Denu capung ini biasanya hinggap di atas bebatuan atau vegetasi di pinggir sungai.

Kebiasaan:
Saat ditemukan di Air Terjun Krecekan Denu pergerakan capung ini juga lumayan

cepat dan juga agak sensitif terhadap pergerakan objek, hal ini diketahui saat

mendokumentasikan dari jarak yang lumayan dekat. Biasanya capung ini ditemukan

pada pagi hari menjelang siang saat intensitas cahaya matahari sedang cerah.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

14

3. Orthetrum pruinosum (Rambur, 1842) / Capung Sambar Merah

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Orthetrum
Genus : Orthetrum pruinosum
Spesies

15

Ciri morfologi:
Orthetrum pruinosum jantan memiliki mata majemuk berwarna hijau kecoklatan
gelap yang cenderung hitam. Toraks berwarna merah tua dan tertutup serbuk biru
gelap. Abdomen dan embelan berwarna merah, dengan sisi atas pada ruas satu
sampai tiga tertutup serbuk warna putih. Memiliki panjang abdomen 28-31 mm.
Memiliki sayap transparan dengan venasi berwarna hitam dengan sedikit serbuk
putih, pterostigma berwarna hitam, panjang sayap belakang 32-36 mm, dan pada
pangkal sayap bagian belakang terdapat bercak kecil berwarna coklat. Memiliki
tungkai warna hitam. Orthetrum pruinosum betina hampir seluruh tubuhnya berwarna
kuning kecoklatan. Sisi tengah di atas toraks terdapat garis berwarna coklat terang.
Panjang abdomen 30 mm, di antara masing-masing ruas terdapat garis hitam, dan
pada ruas 8-10 warnanya lebih gelap. Panjang sayap belakang 37 mm. Tungkainya
nampak berwarna hitam di sisi luar dan pada sisi dalam berwarna hijau kekuningan
(Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Banyak ditemukan di sekitar perairan, sungai di tepi hutan atau perkebunan dengan
intensitas cahaya matahari yang tinggi (Rahadi,W.S et. al. 2013). Saat ditemukan di
Air Terjun Krecekan Denu capung ini biasanya hinggap di batuan atau ranting pohon
yang rendah di pinggir sungai

Kebiasaan:
Saat dijumpai di Air Terjun Krecekan Denu pergerakan capung ini juga lumayan
cepat dan juga sedikit sensitif terhadap pergerakan objek. Capung ini sering
ditemukan pada pagi hari menjelang siang saat intensitas cahaya matahari sedang
cerah, namun terkadang juga dapat ditemui saat sore hari.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

16

4. Orthetrum sabina ( Drury, 1770) / Capung Sambar Hijau

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Orthetrum
Genus : Orthetrum sabina
Spesies

Ciri morfologi:
Orthetrum sabina memiliki mata majemuk berwarna biru kehijauan, sintoraks
berwarna hijau kekuningan, dengan 6 garis hitam di setiap sisi samping. Abdomen
memiliki panjang rata-rata 30-35 mm, ruas 1-3 berukuran gemuk, ruas 4 berukuran
ramping, dan ruas 7-10 berbentuk melebar. Ruas 1-3 abdomen berwarna hijau
kekuningan dengan garis hitam, ruas 4-10 berwarna hitam dengan bercak putih di sisi

17

atas dan samping ruas 4-6. Embelan pada capung jantan berwarna putih. Memiliki dua
pasang sayap yang transparan dengan venasi hitam dan di bagian pangkal sayap
belakang terdapat pola kuning kecoklatan. Panjang sayap belakang 30-35 mm dan
pterostigma berwarna coklat. Tungkainya bewarna hitam kecoklatan. Orthetrum
sabina betina memiliki ciri tubuh mirip dengan yang jantan. Memiliki mata majemuk
berwarna hijau. Toraks dan abdomen dominan berwarna hijau tetapi berselang-seling
dengan garis berwarna hitam. Panjang abdomen betina 32-35 mm, sedangkan
sayapnya lebih lebar daripada yang jantan dengan ukuran 33-36 mm (Rahadi,W.S et.
al. 2013).

Habitat:
Orthetrum sabina tergolong capung yang dapat dengan mudah hidup dibanyak habitat
yang berbeda (Zaman et al., 2017). Capung ini tergolong adapatif, ia dapat hidup di
lingkungan air yang kurang bagus dan hidup secara soliter. Capung ini banyak
ditemui di sekitar tanaman air, rumput-rumputan, dan area persawahan. Capung ini
memliki persebaran yang luas dan dapat dijumpai sepanjang tahun. Saat ditemukan di
Air Terjun Krecekan Denu capung ini ditemukan terbang ke satu tempat ke tempat
lain ataupun dalam keadaan hinggap di vegetasi tanah ataupun semak-semak.

Kebiasaan:
Saat ditemukan capung ini memiliki pergerakan yang sangat aktif dan kemampuan
terbangnya sangat cepat. Capung sambar hijau ini merupakan predator yang cukup
ganas tehadap sesamanya karena terkadang dapat dijumpai memangsa capung jarum
atau bahkan memangsa jenisnya sendiri (Nafisah N.A., Nugraha Faizal S.,
Rakhmawati N.I, 2019).

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Stable

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

18

5. Potamarcha congener (Rambur, 1842) / Capung Sambar Perut Pipih

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Potamarcha
Genus : Potamarcha congener
Spesies

Ciri morfologi:
Potamarcha congener memiliki warna tubuh domianan abu-abu. Bagian ataas mata
majemuk capung jantan berwarna merah kecoklatan dan bagian bawahnya berwarna
biru dengan bintik-bintik hitam. Toraks dan abdomen ruas 1-4 berwarna biru abu-abu
dengan ditutupi dengan ditutupi serbuk putih. Ruas 5-8 abdomen berwarna kuning
dengan garis hitam tebal di sisi atasnya., sedangkan pada ruas 9-10 berwarna hitam,

19

dan memiliki panjang abdomen 29-32 mm. Memiliki dua pasang sayap transparan
dengan venasi berwarna hitam. Sayap bagian belakang memiliki panjang sekitar 33-
35 mm, dan pterostigma berwarna coklat tua. Tungkainya berwarna kemerahan.
Potamarcha congener betina memiliki corak tubuh berwarna kuning keeamasan.
Toraks berwarna coklat kekuningan cenderung cerah di bagian atas, di sisi samping
sintoraks berwarna kuning dengan coklat kehitaman. Abdomen berwarna kuning
dengan panjang 29-31mm, ruas 1-8 terdapat garis hitam di sisi atas, di setiap sisi ruas
8 terdapat tonjolan melebar seperti sayap. Tonjolan berfungsi untuk menahan telur
saat dalam posisi meletakkan telur. Panjang sayap belakangnya 33-37 mm
(Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Potamarcha congener biasanya dapat ditemukan ladang, vegetasi bambu atau di
sekitar dahan pohon di wilayah dekat perairan (Rahadi,W.S et. al. 2013). Setiap kali
dijumpai di Air Terjun Krecekan Denu capung ini dalam keadaan hinggap di ranting
pohon yang berada di atas sungai. Posisi ranting pohon yang dihinggapi ini berada di
sisi ujung dan bagian atasnya tertutup oleh kanopi pohon.

Kebiasaan:
Saat di jumpai di Air Terjun Krecekan Denu capung ini dalam keadaan soliter.

Capung ini pernah dijumpai dalam keadaan diam di tempat yang sama dalam kurun

waktu yang cukup lama pada pagi hari dan akan lebih aktif saat siang hari (Rahadi

W.S. et al,2013)

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

20

6. Trithemis festiva (Rambur, 1842) / Capung Sambar Tarum

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Trithemis
Genus : Trithemis festiva
Spesies

Ciri morfologi:
Trithemis festiva jantan mayoritas memiliki warna tubuh biru tua ke abu-abuan.
Memiliki mata majemuk berwarna coklat kehitaman di bagian atasnya, di bagian
bawah berwarna biru, dan biru keunguan yang berdampingan dengan frons. Toraks
berwarna biru yang cenderung gelap dengan sedikit serbuk putih dan tidak terdapat
pola garis-garis hitam di sintoraks. Abdomennya memiliki panjang sekiarr 25 mm,

21

pada ruas 1-3 berwarna biru tua keabu-abuan, ruas 4-7 berwarna hitam dengan 2
bintik orange di sisi tengah atas, dan ruas 8-10 serta embelan berwarna hitam.
Trithemis festiva memiliki dua pasang sayap transparan dengan venasi berwarna
hitam dan pterostigma berwarna hitam, di pangkal sayap bagian belakang terdapat
bercak berwarna cokelat kemerahan, dan panjang sayap belakang 26-30 mm.
Tungkainya berwarna hitam. Trithemis festiva betina memiliki warna keseluruhan
kuning kecoklatan. Memiliki mata majemuk berwarna cokelat pucat pada bagian atas
dan berwarna abu-abu pada bagian bawah. Sintoraks berwarna kuning pucat dengan
memiliki 3 garis hitam di bagian tengah dan di sisi atasnya. Abdomen berwarna
kuning kecoklatan dengan 2 garis hitam pada setiap ruas bagian samping, tetapi ruas
8-10 dan embelannya berwarna hitam. Abdomen memiliki panjang rata-rata 21-24
mm dan panjang sayap belakangnya kira-kira 24-29 mm (Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Trithemis festiva memiliki wilayah persebaran yang cukup luas, mulai dari dataran
rendah hingga dataraan tinggi. Capung ini banyak dijumpai di wilayah perairan atau
sekitar sungai, tepi hutan, perkebunan, dan di wilayah perumahan. dijumpai di sungai
yang berbatu mengalir deras atau selokan berbatu dengan ragam vegetasi di
sekitarnya (Andi Irawan, 2018). Capung ini di Air Terjun Krecekan Denu biasanya
dijumpai di bebatuan di pinggir sungai.

Kebiasaan:
Capung ini di Air Terjun Krecekan Denu dijumpai pergerakannya lumayan cepat dan
terkadang suka terbang dan kemudian hinggap di lokasi semula saat hinggap. Spesies
ini tidak terlalu sensitif dengan pergerakan manusia, karena saat didekati ia tidak
terlalu terganggu.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

22

7. Crocothemis servillia (Drury, 1770) / Capung Sambar Garis

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Crocothemis
Genus : Crocothemis servillia
Spesies

Ciri morfologi:
Crocothemis servillia memiliki warna dominan merah jingga di seluruh bagian
tubuhnya kecuali pada sayapnya. Memiliki abdomen dengan garis-garis berwarna
hitam dan memiliki panjang kira-kira 25 mm. Memiliki dua pasang sayap transparan
dengan panjang sekitar 31-33 mm, di bagian pangkal sayap belakang berwarna
kuning, pterostigma di kedua sayapnya berwarna kuning kecoklatan. Crocothemis
servillia betina memiliki ciri khas pada tubuhnya, yaitu memiliki toraks, abdomen,

23

dan tungkai berwarna coklat kekuningan. Memiliki mata majemuk berwarna coklat
keunguan di bagan atas, mata di bagian bawah berwarna kuning pucat, dan pada mata
bagian dalam terdapat bintik warna hitam. Abdomen di bagian atas memiliki warna
lebih terang dengan terdapat garis warna hitam. Abdomen memiliki panjang sekitar
25-30 mm. Memiliki dua pasang sayap transparan dengan terdapat venasi warna
kuning, pterostigma berwarna kuning kecoklatan, dan panjang sayap bagian belakang
35 mm (Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Crocothemis servillia dapat ditemukan di berbagai tempat, seperti di sungai, kolam,
danau, selokan, persawahan dari dataran rendah sampai di perairan gunung (Andi
Irawan, 2018). Persebaran dari spesies ini cukup luas, mulai dari dataran rendah
hingga dataran tinggi dan dapat ditemui sepanjang tahun (Rahadi,W.S et. al. 2013).
Saat di Air Terjun Krecekan Denu. Crocothemis servillia penyuka air yang mengalir
dan juga air yang dalam keadaan tenang untuk memberikannya tempat berkembang
biak (Nafisah N.A., Nugraha Faizal S., 2019)

Kebiasaan:
Saat di Air Terjun Krecekan Denu pergerakan dari capung ini sangat aktif dengan

kecepatan terbang yang sangat cepat. Capung ini dapat dijumpai pada pagi maupun

sore hari.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Increasing

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

24

8. Diplacodes trivialis (Rambur, 1842) / Capung Tengger Biru

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Libellulidae
Famili : Diplacodes
Genus : Diplacodes trivialis
Spesies

Ciri morfologi:
Diplacodes trivialis memiliki warna biru keabu-abuan di seluruh tubuhnya. Pada
spesies jantan memiliki warna biru gelap di bagian atasnya dan mata bagian bawah
berwarna biru terang. Memiliki sintoraks berwarna biru keabu-abbuan, terdapat
sedikit serbuk putih, dan tidak terdapat garis-garis hitam. Protoraks berwarna
berwarna hitam dan di sisi tengahnya berwarna biru keabu-abuan. Memiliki abdomen

25

berwarna biru keabu-abuan pada ruas 1-7, bagian abdomen di ruas 4-6 berbentuk
ramping, pada ruas 7-9 sedikit membesar, dan pada ruas 8-10 berwarna hitam.
Panjang keseluruhan abdomennya yaitu 25 mm. Kedua pasang sayap transparan
dengan venasi warna hitam, panjang sayap belakang 25-29 mm, dan pterostima
berwarna hitam. Tungkainya juga berwarna hitam. Diplacodes trivialis betina
memiliki mata majemuk atas berwarna coklat kehijauan dan bagian bawah berwarna
biru kehijauan. Sintoraks memiliki warna pucat kekuningan agak keabu-abuan dengan
garis hitam kecoklatan di sisi atas dan samping. Memiliki admomen berwarna biru
pucat kekuningan dengan garis hitam di sisi atas dan samping pada setiap ruas, pada
ruas 7-10 berwarna hitam, dan panjang keseluruhan abdomen yaitu 25 mm. Embelan
memiliki warna putih. Kedua pasang sayap transparan dengan pterostigma hitam agak
kecoklatan, dan panjang sayap belakang kira-kira 22-24 mm (Rahadi,W.S et. al.
2013).

Habitat:
Diplacodes trivialis memiliki persebaran yang cukup luas, yaitu pada dataran rendah
hingga dataran tinggi (Rahadi,W.S et. al. 2013). Capung ini akan lebih mudah
dijumpai di area terbuka yang kondisinya banyak terdapat rerumputan atau tanaman
yang tumbuh (Andi Irawan, 2018).

Kebiasaan:
Kebiasaan dari capung ini saat ditemukan di Air Terjun Krecekan Denu yaitu dalam

keadaan hinggap di vegetasi tanah pada jalan setapak ataupun bebatuan sungai.

Capung ini memiliki pergerakan yang sangat aktif pada pagi menjelang siang hari saat

cahaya matahari dalam keadaan cerah.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Stable

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

26

9. Paragomphus reinwardtii (Selys, 1854) / Capung Pancing Jawa

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Anisoptera
Sub Ordo : Gomphidae
Famili : Paragomphus
Genus : Paragomphus reinwardtii
Spesies

27

Ciri morfologi:
Paragomphus reinwardtii memiliki abdomen ramping berwarna hitam dengan bercak
kuning lebar di ruas 1-2, bercak-bercak tipis berbentuk seperti cincin di sisi atas ruas
3-7, tetapi di ruas 3 bercak kuning tersebut berbentuk seperti cincin patah. Pada ruas
8-10 terdapat garis kuning melebar di sisi samping dan ruas 8-9 ada bentukan seperti
sayap di bagian bawah. Embelan atas panjang, melengkung ke bawah berbentuk
seperti kait, dan berwarna hitam. Embelan bawah pendek dan sedikit melengkung ke
atas. Memiliki dua pasang sayap transparan dengan venasi hitam, pterostigma hitam,
ujung sayap belakang sedikit melengkung ke bawah. Tungkainya berwarna hitam.
Paragomphus reinwardtii betina memiliki abdomen lebih gemuk daripada yang
jantan dengan bercak-bercak kuning yang lebih besar daripada yang jantan. Memiliki
embelan berukuran kecil (Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Habitat Paragomphus reinwardtii yaitu di lokasi air yang mengalir. Capung ini akan
hinggap pada dahan-dahan pohon, ranting, atau batu di sekitar wilayah perairan
tersebut (Rahadi,W.S et. al. 2013). Capung ini saat ditemukan di Air Terjun Krecekan
Denu ditemukan suka hinggap di atas bebatuan sungai.

Kebiasaan:
Capung ini saat ditemukan di Air Terjun Krecekan Denu memiliki pergerakan yang

sangat cepat, hal ini diketahui saat hendak mendokumentasikannya.

Status Konservasi:

IUCN 2021 :-

Population trend :-

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

28

29

1. Euphaea variegata (Rambur, 1842) / Capung Beludru Sunda

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Euphaeidae
Famili : Euphaea
Genus : Euphaea variegata
Spesies

30

Ciri morfologi:
Euphaea variegata memiliki ciri khas pada tubuh dan sayapnya. Memiliki warna
domianan hitam pada abdomennya. Capung jantan memiliki toraks berwarna hitam
kehijauan dengan pola bercak kuning batas segmen. Memiliki panjang total 44 mm,
panjang abdomen 36 mm, panjang sayap 29 mm. Memiliki warna mata bagian atas
cokelat gelap dan mata bagian bawah berwarna abu‐abu. Memiliki dua pasang sayap
hitam dengan pangkal transparan, terdapat pola oval mengkilat di bagian tengah
sayapnya. Tungaki berwarna hitam. Euphaea variegata betina memiliki toraks warna
coklat muda berseling hitam. Sayap berwarna cokelat transparan. Memiliki abdomen
berwarna hitam (Andi Irawan, 2018)

Habitat:
Euphaea variegata banyak ditemukan di sekitar aliran air, dekat sunagi dan di area
hutan. Namun capung ini paling banyak dijumpai di sekitar aliran sungai dengan
keadaan hinggap di bebatuan ataupun di vegetasi pinggir sungai hal ini dikarenakan
capung ini akan banyak ditemukan di sungai yang kondisinya masih bagus dan
berbatu (Nafisah N.A., Nugraha Faizal S., 2019).

Kebiasaan:
Capung yang tergolong dalam famili Euphaeidae ini banyak ditemukan di Air Terjun

Krecekan Denu dalam keadaan berpasangan dan terbang hilir mudik dengan keadaan

berpasangan pula. Saat dijumpai capung jenis ini memiliki pergerakan yang cukup

aktif, namun sedikit sensitif terhadap keberadaan objek di dekatnya.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Decreasing

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

31

2. Euphaea lara (Kruger, 1898) / Capung Jarum Coklat

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Euphaeidae
Famili : Euphaea
Genus : Euphaea lara
Spesies

32

Ciri morfologi:
Euphaea lara jantan warna tubuhnya didominsi dengan warna oranye. Sayapnya
keseluruhan berwarna oranye kecoklatan dan toraks berwarna oranye dengan
dilengkapi variasi garis hitam. Capung ini memiliki mata berwarna kehitaman, mulut
putih kebiruan dalam berjalannya hingga dewasa. Memiiki abdomen yang pada ruas
ketiga hingga ruas terakhir berwarna kehitaman. Sedangkan pada Euphaea lara
betina tubuhnya didominasi warna cokelat kekuningan muda dan cenderung pucat.
Abdomen pada capung betina berwarna hitam dan toraks berwarna coklat kekuningan
agak pucat dengan variasi garis hitam. Memiliki mata berwarna hitam dan mulut
berwarna putih. Kedua pasang sayap betina transparan coklat atau cenderung tidak
berwarna (Andi Irawan, 2018).

Habitat:
Euphaea lara adalah jenis capung yang menyukai habitat di sekitar perairan. Capung
jenis ini antara lain dapat ditemui di: sungai, selokan, kolam, telaga, yang pada
umunya bervegetasi (Andi Irawan, 2018). Capung ini di Air Terjun Krecekan Denu
dijumpai di sekitar aliran sungai dengan keadaan hinggap di bebatuan ataupun di
vegetasi pinggir sungai.

Kebiasaan:
Biasanya capung ini di Air Terjun Krecekan Denu banyak ditemukan pada pagi hari

dalam keadaan soliter dengan pergerakan yang tidak terlalu aktif.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

33

3. Libellago lineata (Burmeister, 1839) / Capung Batu Kuning

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Chlorocyphydae
Famili : Libellago
Genus : Libellago lineata
Spesies

Ciri morfologi:
Libellago lineata jantan tubuhnya didominasi oleh warna kuning telur dan hitam.
Mata majemuknya berwarna coklat kehitaman. Memiliki toraks berwarna kuning
cerah dengan terdapat garis-garis berwarna hitam di bagian sintoraks. Abdomen
bagian atas berwarna hitam dan bagian bawah pada ruas 1-5 berwarna hitam, pada
ruas 5 terdapat garis hitam di bagian tengah, ruas 6-10 dan embelan didominasi warna
hitam. Capung ini memiliki ciri khas yaitu sayapnya lebih panjang daripada abdomen,

34

dengan panjang sayap belakang 17 mm. Kedua sayapnya transparan dengan
dilengkapi venasi warna hitam. Pangkal sayap terdapat bercak kuning, di ujung
sayapnya terdapat bercak hitam, dan pterostigma pada sayap belakang berwarna
hitam. Tungkainya berwarna hitam abu-abu. Libellago lineata betina lebih didominasi
oleh warna coklat muda. Mata majemuk berwarna coklat muda. Toraks berwarna
coklat muda dengan pola garis-garis hitam di bagian sintoraks. Abdomen berwarna
coklat muda dengan terdapat garis-garis berwarna hitam pada sisi atas dan samping
ruas-ruas. Ruas 8-10 terdapat cuping yang melebar di kedua sisi samping. Kedua
sayap transparan dengan memiliki venasi berwarna coklat pucat, pterostigmaberwarna
coklat kehitaman. Panjang sayap belakang yaitu 19 mm. Tungkainya berwarna coklat
(Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Libellago lineata banyak ditemukan di area yang memiliki intensitas cahaya matahari
rendah, seperti di bawah naungan pepohonan atau batuan di pinggir perairan atau
sungai (Rahadi,W.S et. al. 2013). Di Air Terjun Krecekan Denu sering dijumpai
hinggap di atas bebatuan sungai atau vegetasi dekat air.

Kebiasaan:
Biasanya capung ini banyak dijumpai di Air Terjun Krecekan Denu saat pagi dan
siang hari dengan pergerakan yang tidak terlalu aktif. Famili dari Chlorocyphidae ini
lebih banyak ditemukan dalam keadaan soliter di dekat air terjun. Kebiasaan
Libellago lineata aktif terbang yaitu pada waktu pagi dan siang hari (Nafisah N.A.,
Nugraha Faizal S., 2019)

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

35

4. Rhinocypha fenestrata (Burmeister, 1839) / Capung Batu Merah Jambu

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Chlorocyphydae
Famili : Rhinocypha
Genus : Rhinocypha fenestrata
Spesies

36

Ciri morfologi:
Rhinocypha fenestrata jantan keseluruhan tubuhnya berwarna hitam. Mata
majemuknya berwarna hitam. Sintoraks berwarna hitam dengan pola garis-garis biru
di sisi samping dan merah muda di sisi atasnya. Abdomen berwarna hitam, pada ruas
1-5 terdapat bercak berwarna biru pada bagian samping. Embelan berwarna hitam,
superior embelan lebih panjang daripada yang inferior. Sayap berwarna hitam dengan
refleksi warna merah jambu jika terkena sinar matahari. Pangkal sayap hingga bagian
tengah berwarna coklat transparan. Tungkainya berwarna hitam abu-abu. Rhinocypha
fenestrata betina tubuhnya memiliki warna lebih pucat daripada yang jantan. Mata
majemuk bagian atas berwarna coklat gelap dan bagian bawah berwarna coklat pucat.
Sintoraks dan protoraks berwarna coklat gelap dengan terdapat garis-garis berwarna
coklat muda dan hijau muda yang agak pucat. Abdomen berwarna coklat, ruas 1-5
terdapat bercak berwarna hijau pucat di sisi sampingnya, ruas 8-10 terdapat cuping
melebar di sisi samping. Sayap berwarna coklat transparan dan pterostigma berwarna
coklat kehitaman. Tungkainya berwarna coklat kehitaman (Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Rhinocypha fenestrata banyak ditemukan di sekitar perairan sungai yang bersih dan
mengalir dengan intensitas cahaya matahari sedang. Biasanya capung ini akan banyak
menghuni di bawah pepohonan. Capung ini akan banyak dijumpai saat musim
kemarau (Rahadi,W.S et. al. 2013). Di Air Terjun Krecekan Denu sering dijumpai
hinggap di atas bebatuan sungai.

Kebiasaan:
Terkadang capung ini dapat dijumpai dalam keadaan soliter maupun dalam keadaan
berpasangan. Keberadaannya sensitif dengan pergerakan manusia.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

37

5. Prodasineura autumnalis (Fraser, 1922) / Capung Jarum Gelap

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Protoneuridae
Famili : Prodasineura
Genus : Prodasineura autumnalis
Spesies

38

Ciri morfologi:
Prodasineura autumnalis memiliki tubuh berwarna hitam atau gelap. Mata majemuk
berwarna merah kecoklatan. Toraks berwarna hitam dengan terdapat refleksi warna
coklat dan abu-abu di sisi samping sintoraks. Memiliki abdomen berukuran panjang
dan berbentuk ramping berwarna hitam. Sayapnya transparan dengan venasi kedua
sayap dan pterostigmanya berwarna hitam. Tungkainya berwarna coklat kekuningan.
Prodasineura autumnalis betina memiliki sintoraks berwarna hitam dengan garis-
garis putih pucat. Mata majemuk coklat kehitaman pada bagian atas dan coklat pucat
di bagian bawah. Abdomen berwarna hitam, berbentuk ramping tetapi pada ujungnya
agak gemuk. Tungkainya berwarna coklat pucat dan terdapat sedikit warna putih.
Tubuh betina saat fase teneral akan berwarna coklat lebih pucat daripada setelah fase
teneral (Rahadi,W.S et. al. 2013).

Habitat:
Prodasineura autumnalis akan banyak ditemukan di sekitar perairan yang mengalir
dengan intensitas cahaya rendah dan di sekitarnya terdapat tanaman yang rimbun.
Capung ini biasanya dapat dijumpai di sekitar aliran sungai yang tenang (Rahadi,W.S
et. al. 2013). Biasanya capung ini di Air Terjun Krecekan Denu hinggap diantara
bebatuan sungai ataupun di ranting-ranting yang rendah pada pinggiran sungai.

Kebiasaan:
Prodasineura autumnalis biasanya ditemukan di kawasan Air Terjun Krecekan Denu
dalam keadaan soliter. Capung yang tergolong dalam famili Protoneuridae ini
memiliki kemampuan terbang yang tidak terlalu cepat.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Stable

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

39

6. Nososticta insignis (Selys, 1886) / Capung Jarum Sunda

Klasifikasi: : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Protoneuridae
Famili : Nososticta
Genus : Nososticta insignis
Spesies

40

Ciri morfologi:
Nososticta insignis memiliki mata majemuk berwarna hitam di bagian atas dan kuning
di bagian bawah. Sintoraks berwarna hitam dengan terdapat pola garis-garis kuning
yang lebih terang. Abdomen beruukuran panjang dan berbentuk ramping, pada ruas 1-
7 berwarna hitam, ruas 1-2 terdapat bercak-bercak kuning, dan ruas 8-10 berwarna
biru terang di sisi atasnya. Kedua sayapnya berwarna hitam transparan dengan
pterostigma berwarna hitam. Tungkainya juga berwarna hitam (Rahadi,W.S et. al.
2013).

Habitat:
Nososticta insignis hidup di wilayah perairan yang bersih dekat dengan sumber air
dan terdapat tanaman yang rimbun di sekitarnya, serta memiliki intensitas cahaya
matahari sedang (Rahadi,W.S et. al. 2013). Di Air Terjun Krecekan Denu capung ini
dijumpai di sekitar bebatuan sungai atau tanaman di pinggir sungai.

Kebiasaan:
Saat ditemukan di kawasan Air Terjun Krecekan Denu pada pagi menjelang siang hari

capung ini tidak terlalu aktif pergerakannya namun ia sensitif terhadap pergerakan

manusia.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Unknown

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

41

7. Vestalis luctuosa (Burmeister, 1839) / Capung Kilap Biru

Klasifikasi : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Calopterygidae
Famili : Vestalis
Genus : Vestalis luctuosa
Spesies

42

Ciri morfologi:
Vestalis luctuosa keseluruhan tubuhnya berwarna biru metalik. Memiliki panjang
tubuh total 54 mm, panjang abdomen 47 mm, panjang sayap 36 mm. Kedua sayapnya
berwarna biru metalik gelap. Mata majemuk berwarna hitam,tungkainya berwarna
hitam. Vestalis luctuosa betina memiliki mata atas berwarna hitam, mata bagian
bawah berwarna hijau pucat. Thoraks berwarna hijau metalik. Kedua sayap berwarna
cokelat transparan, kaki berwarna coklat. Abdomen berwarna hijau metalik agak
kecokelatan (Baskoro et al., 2018).

Habitat:
Vestalis luctuosa banyak ditemukan hidup di tepi aliran air, wilayah tepi hutan primer
dan sekunder (Baskoro et al., 2018).

Kebiasaan:
Vestalis luctuosa tidak terlalu aktif terbang atau bergerak, hidupnya mayoritas
dihabiskan untuk hinggap (Rohim Amila Nur, Budhi Utami, 2018). Saat ditemukan di
Air Terjun Krecekan Denu capung ini selalu dalam keadaan soliter.

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Decreasing

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

43

8. Coeliccia membranipes (Lieftinck)

Klasifikasi : Animalia
Kingdom : Arthropoda
Filum : Insecta
Kelas : Odonata
Ordo : Zygoptera
Sub Ordo : Platycnemididae
Famili : Coeliccia
Genus : Coeliccia membranipes
Spesies

44

Ciri morfologi:
Coeliccia membranipes jantan memiliki toraks berwarna biru, ruas ujung abomen
juga berwarna biru. Bagian abdomen berwarna hitam dan terdiri dari sembilan
segmen, sedangkan pada capung betina memiliki toraks dan ujung abdomen berwarna
lebih pucat daripada jantan, dengan warnanya biru kehijauan. Bagian toraks pada
capung ini memiliki garis hitam yang tersusun sejajar mengelilingi toraks sehingga
akan tampak warna seperti berselang seling. Bagian sayap capung ini tidak berwarna
atau transparan dengan pterostigma berwarna hitam (Sulistiyowati, n.d.).

Habitat:
Coeliccia membranipes banyak dijumpai hinggap tanaman yang menutupi wilayah
perairan dan hinggap pada tanaman sekitar pinggir sungai yang berarus tenang.
Aktifitas terbangnya cenderung rendah dan jangkauan terbangnya tidak terlalu jauh
(Sulistiyowati, n.d.).

Kebiasaan:
Coeliccia membranipes adalah capung yang tidak terlalu aktif dalam terbang,
biasanya ia hanya terbang dalam jarak dekat dan tenang saat sudah hinggap. Hal ini
membuatnya lebih mudah untuk ditangkap (Rohim Amila Nur, Budhi Utami, 2018).

Status Konservasi:

IUCN 2021 : Least Concern (LC)

Population trend : Decreasing

Permen LHK No. P.106 2018 : Tidak dilindungi

45


Click to View FlipBook Version