budaya, geografis, maupun tahapan perkembangan peserta
didik.
c) Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau
memecahkan masalah atau kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian pengembangan bahan ajar di sekolah perlu
memperhatikan karakteristik peserta didik dan kebutuhan peserta didik sesuai
kurikulum yaitu menurut adanya partisipasi dan aktivitas peserta didik lebih banyak
dalam pembelajaran. pengembangan lembar kegiatan peserta didik menjadi salah
satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi peserta didik menguasai
kompetensi tertentu karena lembar kegiatan peserta didik dapat membantu peserta
didik menambah informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar
secara sistematis.
51
Sub-Materi 2
Analisis Bahan Ajar
Pembahasan
Analisis Merupakan kata yang sering terdengar pada suatu evaluasi
kegiatan. Analisis sering dilakukan untuk memperoleh kesimpulan mengenai
pelaksanaan kegiatan tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, yang
dimaksud dengan analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu
masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenarbenarnya dan proses pemecahan
masalah yang dimulai dengan dugaan dan kebenarannya (Sulchan Yasyin, 1997:
34).
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru atau instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan
ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi
dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai
semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat,
dan teks yang diperlukan guru atau instructor untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya
proses belajar mengajar. Melalui bahan ajar ini siswa diantarkan kepada tujuan
pengajaran. Dengan perkataan lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan
dibentuk oleh bahan ajar. Bahan ajar pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran
atau bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang
digunakannya.
Hal pertama dalam mengembangkan bahan ajar adalah analisis terlebih
dahulu yang perlu dianalisis yaitu karakteristik dan kebutuhan peserta didik
merupakan hal utama yang perlu mendapatkan perhatian. Karakteristik dan
kebutuhan peserta didik perlu diindetifikasi utuk menentukan jenis subtansi bahan
52
ajar yang dikembangkan. Bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang sesuai
karakterisitk peserta didik dan kebutuhan mereka terhadap bahan ajar itu.
Pada tahap analisis ini mencoba untuk mengenali siapa peserta didik dengan
perilaku awal dan karakteristik yang dimilikinya, perilaku awal berkenaan dengan
kemampuan bidang ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta didik.
Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri peserta
didik. Jika informasi tentang peserta didik sudah diketahui maka implikasi terhadap
rancangan bahan ajar dapat ditentukan dan bahan ajar dapat segera dikembangkan.
Tahap analisis merupakan tahap dimana kita menganalisis kebutuhan awal dalam
pembuatan bahan ajar ini. Tahapan ini terdiri dari tiga kegiatan analisis, sebagai
berikut:
1. Analisis Kebutuhan
2. Analisis Kurikulum
3. Pemilihan Jenis Bahan Ajar
Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta
didik sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta didik dan kemudian
untuk merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta didik. Dalam
menganalisis bahan ajar hal yang paling utama ialah menganalisis kebutuhan bahan
ajar. Berikut ini adalah analisis yang harus dilakukan dalam menganalisis bahan
ajar:
1. Analisis SK-KD.
Analisis SK-KD dilakukan untuk menemukan kompetensi-
kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis
ini akan dapat diketahui Berapa banyak bahan ajar yang hendak
disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana
yang dipilih. Materi disampaikan dengan ceramah, diskusi, simulasi
penyusunan bahan ajar yang disusun mengacu pada SK-KD5 .
2. Analisis sumber belajar.
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan ajar harus
dilakukan analisis terlebih dahulu analisis ini dilakukan terhadap
ketersediaan kesesuaian dan kemudahan dalam penggunaannya
53
3. Pemilihan dan penentuan bahan ajar.
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dapat membantu
siswa untuk mencapai kompetensi sehingga bahan ajar yang dibuat
sesuai kebutuhan.
54
Sub-Materi 3
Perancangan Bahan Ajar PAI
Pembahasan
Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan yaitu
perumusan tujuan pembelajaran pemilihan topik mata pelajaran pemilihan media
dan sumber serta pemilihan strategi pembelajaran dengan ini diharapkan
pendidikan dapat menjadikan individu-individu yang mandiri sebagai pelajar yang
mandiri dengan memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku yaitu Audience, Behavior,
Condition, dan Degree.
1. Pemilihan Topik Mata Tataran
Jika tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dan analisis sudah
dilakukan maka peserta didik sudah mempunyai gambaran tentang
kompetensi yang harus dicapai melalui proses belajar. Dengan
demikian, petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran
dan isinya mengenai apa saja topik, tema isu yang tepat untuk
disajikan dalam bahan ajar Sehingga peserta didik dapat belajar dan
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Acuan utama pemilihan topik mata kanan adalah Silabus dan
analisis instruksional yang telah penataan miliki. Selanjutnya
penatar juga dapat menggunakan berbagai buku dan sumber belajar
serta melakukan penelusuran pustaka yaitu mengkaji buku-buku
tentang Mataram termasuk ensiklopedia, majalah, dan buku yang
ada di perpustakaan.
2. Membuat Peta Konsep
Peta konsep bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang
akan kita siapkan dalam semester tertentu. Dengan adanya peta
konsep akan memudahkan untuk menentukan materi, menentukan
jumlah bahan ajar yang harus dibuat.
55
3. Pemilihan Media dan Sumber
Memilih media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik tataran,
yang memudahkan peserta belajar, serta yang menarik dan disukai
peserta. Kata kuncinya adalah media yang dapat mendorong peserta
belajar. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih.
4. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika
merancang aktivitas belajar. Dalam merancang aktivitas belajar,
urutan penyajia harus berhubungan dengan ketentuan
tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan
dalam topik mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah
memiliki peta konsep dari apa yang ingin diajarkan. Jika sudah
mengetahuinya, maka menentukan bagaiman materi itu disajikan,
atau secara umum dapat dikatakan bagaiman struktur bahan ajarnya.
Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian
untuk kronologis, berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat, dan
lain sebagiannya.
56
Sub-Materi 4
Pengembangan Lanjut Bahan Ajar PAI
Pembahasan
Langkah guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran
PAI selanjutnya adalah dengan cara memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi artinya materi
pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar
kompetensi, prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, prinsip kecukupan artinya hendaknya
materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang dijarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan
juga tidak boleh terlalu banyak. Jika sedikit maka akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi jika terlalu banyak maka akan membuang waktu dan tenaga
yang tidak perlu dipelajari.
Jadi guru berupaya untuk mengembangkan referensi atau rujukan dari buku
ataupun kitab lain yang mendukung proses pembelajaran. Bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori, tetapi yang digunakan dalam
pembelajaran PAI adalah:
1. Bahan ajar cetak antara lain, buku paket, modul, lembar kerja siswa,
globe, peta, dan kitab Sirah Nabawi.
2. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video atau film,
orang atau narasumber.
Setelah rencana pelaksanaan pembelajaran tersusun hal penting lainnya
ialah adanya interaksi antara guru dan siswa secara efektif dan optimal. Hal ini akan
menumbuhkan pengalaman belajar yang baik dalam diri siswa. Agar guru bisa
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran guru harus bisa memberikan evaluasi
yang terstruktur dan diprogram secara baik.
57
Setelah tahap perancangan tahap paling penting adalah melakukan
pengembangan lanjut bahan ajar itu sendiri. Tahap pengembangan ini merupakan
inti (core) dari tahap-tahap lainnya. Tahap sebelumnya merupakan prasyarat,
sementara tahap berikutnya adalah tahap finalisasi. Jadi semua tahap itu memiliki
signifikansi dan urgensinya masing-masing. Karena merupakan kegiatan inti, pada
tahap pengembangan diperlukan kerja keras dan perhatian lebih. Kerja keras dan
perhatian lebih itu diharapkan dapat menghasilkan produk pengembangan yang
optimal, menarik, efisien dan efektif. Dalam melakukan langkah pengembangan
bahan ajar, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai antara lain adalah :
1. Mempro-duksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2. Memilih bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mendekatan
pembelajaran.
Pada tahap pengembangan ini diperlukan kerja keras dan perhatian lebih.
Kerja keras dan perhatian lebih itu diharapkan dapat menghasilkan produk
pengembangan bahan ajar yang optimal, menarik, efisien dan efektif.
58
Sub-Materi 5
Evaluasi Bahan Ajar PAI
Pembahasan
Secara etimologi “evaluasi” berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation dari
akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa arab disebuut al-
qiamah atau al-taqdir yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan kata evaluasi
secara harfiah, yaitu al-taqdir atau al-tarbiah yang sering disebut sebagai evaluasi
pendidikan diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan instansi pendidikan maupun kegiatan yang
ada di dalamnya. Pakar ahli memberikan pendapat tentang pengertian evaluasi
diantaranya; Edwin dalam Ramayulis berkata bahwa evaluasi mengandung
pengertian suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu (Ramayulis,
2002) M. Chabib Thoha, megartikan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
dan sistematis untuk mengetahui keadaan objek dengan meggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan (Thoha, 1990).
Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yamg sistematis
untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja,
proses, orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui
penilaian Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan
kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat
pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian
membandingkan dengan kriteria tertentu. Di dalam pengertian yang lain yaitu
antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian ialah kegiatan yang bersifat hirarki.
Sehingga dapat diartikan berkaitan dengan proses pembelajaran maka tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanannya harus dilakukan secara
berurutan atau sistematik. Dalam hal ini ada kaitan yang hampir sama namun
berbeda, yaitu penilaian dan pengukuran. Pengertian pengukuran terarah kepada
suatu tindakan dalam menentukan kuantitas sesuatu, oleh karena itu biasanya sangat
59
diperlukan alat bantu. Sedangkan penilaian atau evaluasi memiliki arti dalam
menentukan suatu kualitas atau nilai akan sesuatu.
Evaluasi belajar dan pembelajaran ialah sebuah proses untuk menentukan
nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan penilaian atau
pengukuran pembelajaran. Penilaian belajar ialah hasil akhir dari nilai keberhasillan
belajar dan pembelajaran yang dilakukan secara kualitatif.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa evaluasi
pendidikan memiliki beberapa unsur :
1. Evaluasi pendidikan menggali informasi seputar keterwujudan
tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan, tujuan tersebut berupa
perubahan sikap, kemampuan dan keilmuan peserta didik.
2. Evaluasi pendidikan merupakan proses yang terstruktur bukan acak,
evalusai pendidikan didasarkan atas standar yang telah ditentukan.
3. Evaluasi pendidikan mencakup semua aspek pendidikan.
4. Evalusai pendidikan bersifat terus menerus.
Maka dapat disimpulkan evaluasi bahan ajar khusus dalam pembelajaran
PAI adalah untuk menentukan sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam
mengikuti pembelajaran pai. Pada kondisi dimana para siswa dapat memahami dan
mendapatkan nilai yang sangat memuaskan, maka tentu saja akan memberikan
dampak stimulus dalam proses pembelajaran. Sehingga evaluasi dalam pendidikan
islam adalah melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan
nilai-nilai islam sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Evaluasi dalam
pendidikan islam telah menjadi sebuah tolak ukur yang selaras dengan tujuan
pendidikannya. Baik itu tujuan jangka pendek, yaitu membimbing manusia agar
hidup selamat dunia, maupu tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan hidup di
akhirat nanti (Jalaludin 1994).
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai
pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Pada tahap ini, penilaian terhadap
bahan ajar oleh ahli dan penilaian dari sudut pandang siswa didapatkan hasil berupa
tingkat kelayakan bahan ajar. Komentar dan saran dari ahli pun dijadikan sebagai
bahan memperbaiki bahan ajar.
60
Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk memperbaiki
bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektivitas
bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang
dapat diemngeti, dibaca dengan baik, dan dapat mendorong peserta untuk belajar.
Disamping itu, evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar sehingga
menjadi bahan ajar yang baik. Secara umum, terdapat 4 cara untuk mengevaluasi
bahan ajar yaitu :
1. Telaah oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan
serta ketepatan cakupan)
2. Uji coba satu-satu (salah seorang peserta mengkaji bahan ajar,
kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan tingkat kesukaran)
3. Uji coba kelompok kecil (satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar,
kemudian diminta until memberikan komentar yentang keterbacaan,
bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan tingkat kesukaran)
4. Uji coba lapangan (untuk memproleh informasi apakah bahan ajar
dapat mencapai tujian, apakah bahan ajar dianggap memadai dan
seterusnya).
61
Sub-Materi 6
Revisi dalam Bahan Ajar PAI
Pembahasan
Menurut Arsanti yang di kutip oleh Nasaruddin, revisi bahan ajar diperlukan
dalam penyempurnaan bahan ajar agar lebih menarik dan efektif pada saat
digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga memudahkan dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan revisi bahan ajar dilakukan
sesuai dengan berdasarkan data yang diperolah dari evaluasi formatif. Revisi bahan
ajar dilakukan berdasarkan penilaian perseorangan, penilaian kelompok kecil, dan
hasil uji coba di lapangan melalui kegiatan revisi dengan pertimbangan:
1. Revisi terhadap isi atau substansi bahan ajar agar lebih akurat
sebagai bahan alat belajar.
2. Revisi terkait dengan prosedur yang digunakan dalam penggunaan
bahan ajar.
Guswari, Tanjung dan Panjaitan (2021) menyatakan bahwa tujuan dari
revisi bahan ajar adalah untuk mendapatkan efektifitas media dan sumber
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, dengan melakukan
revisi bahan ajar, dapat diketahui kekurangan dan kelebihan bahan ajar yang akan
digunakan dalam sebuah proses pembelajaran. Tahapan revisi bahan ajar dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut:
1. Proses revisi yaitu dimulai dengan meringkas data yang telah
ditemukan.
2. Revisi pembelajaran dilakukan dengan berdasarkan semua
informasi yang telah didapatkan dari evaluasi kelompok kecil atau
dari uji lapangan.
3. Peerbandingan dari berbagai pendekatan juga diikutsertakan dalam
evaluasi formatif
62
4. Selain beerdasarkan hasi evaluasi, revisi bahan ajar juga dilakukan
sesuai dengan strategi pembelajaran.
Revisi terhapdap materi pembelajaran dilaksanakan agar diperoleh
pemahaman menyeluruh dan informasi seberapa jauh perbaikan yang perlu
dilakukan, melalui langkah-langkah:
1. Memeriksa data mengenai tingkah laku serta memasukan peserta
didik berdasarkan dengan penilaian formatif.
2. Meninjau kembali data pretest dan posttest agar dapat membantu
pendidik untuk mengenali secara tepat masalah dan memutuskan
perubahan apa yang harus dilakukan dalam sebuah proses
pembelajaran untuk masing-masing materi tertentu.
3. Mempelajari skor dari pretest untuk menentukan pemahaman dari
peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok terhadap
materi yang telah di ajarkan.
63
KELOMPOK 5
URGENSI PENGEMBANGAN MATERI PAI
Cindy Az-Zahra Putri
Nur Rahmah
Sekar Pandan Arum
Said Zulfikar
Pendahuluan
Pengembangan PAI dalam rangka pencapaian Indonesia menjadi negara
maju merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam sistem pendidikan nasional.
Pada hakekatnya pengembangan PAI diperlukan bagi umat Islam dan bangsa
Indonesia untuk menghasilkan generasi yang unggul. Yakni, berprestasi sesuai
dengan bidang kecerdasannya masing-masing, misalnya dalam bidang sosial atau
alam. Melalui perkembangan ini, PAI dapat mengangkat kejayaan (kemajuan)
pendidikan Islam. Tentunya semangat keilmuan, intelektualitas meningkat, dan
hasilnya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Dari sini, PAI akan terus
menghasilkan ilmuwan yang mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi
berbasis Islam. dengan perkembangan, pendidik, peserta didik, serta semua orang
yang peduli dengan pendidikan Islam dan berpartisipasi dalam pelaksanaan tujuan
PAI akan dapat memfasilitasi. Oleh karena itu, pengembangan PAI dimaksudkan
tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencegah potensi
masalah. Mencapai tujuan mendidik iman dan taqwa berarti melahirkan manusia
yang kreatif, berilmu, percaya diri, sehat dan mandiri.
Selain itu, melalui pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan tanggung jawab
terhadap lingkungan sosial dan alam, tercipta siswa yang berorientasi pada aplikasi.
Begitu pula dengan pengembangan pendidikan agama Islam, yang bertujuan untuk
64
mengembangkan kemampuan memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-
nilai agama pada peserta didik serta menyelaraskan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Mendorong kesiapan dan percepatan peserta didik untuk
mengintegrasikan nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Dengan menguasai materi kelompok 5 ini anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan maksud urgnesi pengembangan PAI.
2. Menjelaskan model pengembangan PAI.
3. Menjelaskan tujuan pengembangan PAI.
4. Menjelaskan Peran penting pengembangan PAI.
Untuk mencapai kompetensi tersebut di atas, dalam materi kelompok ini di sajikan
sub-materi tentang:
1. Pengertian pengembangan Pendidikan Agama Islam.
2. Model Pengembangan PAI.
3. Tujuan Pengembangan PAI.
4. Peran penting pengembangan PAI.
Supaya Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari materi kelompok 5 ini,
ikutilah petunjuk belajar dibawah ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan materi ini sampai anda benar-
benar paham tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari materi ini.
2. Tangkaplah pengertian demi pengertian dalam materi ini melalui
pemahaman sendiri dan dengan tukar pikiran sesame teman.
3. Kerjakan Latihan-latihan soal yang berkaitan dengan materi ini untuk
menguatkan pemahaman anda.
Selamat Belajar!
65
Sub-Materi 1
Pengertian Pengembangan Pendidikan Agama Islam
Pembahasan
Pengertian pengembangan Pendidikan Agama islam sebagai Budaya
Sekolah pada dasarnya adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan,
Sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap yang sejalan dengan
Ajaran-ajaran yang terdapat dalam Islam. Sejalan dengan ini, Zakiyah Daradjat
Mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan Dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya Dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya Sebagai
way of lif.
Pendidikan agama memiliki peran dalam melakukan transformasi
Religuitas pada siswa. Tujuan pendidikan agama sejatinya bukanlah sekedar
Mentransfer pengetahuan dan keterampilan, melainkan lebih merupakan Sebuah
ikhtiar menumbuhkembangkan fitrah insani. Berfikir mengenai Pengembangan
mengajak seseorang untuk berfikir kreatif dan inovatif Dalam melakukan
perubahan sebagai akibat dari keprihatian terhadap suatu Kondisi. Pengembangan
pendidikan Agama Islam sebagai budaya sekolah Berarti bagaimana
mengembangkan PAI di sekolah, baik secara kuantitatif Maupun kualitatif
diposisikan sebagai pijkan nilai,semangat, sikap dan Perilaku bagi para actor
sekolah seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, Tenaga kependidikan dan
seluruh warga sekolah.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 1
Dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan Suasana belajar dan proses pempelajaran agar peserta didik secara
aktif Mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
66
Selanjutnya pada pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidikan nasional
Adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar RI
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
Dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman
Pendidikan Agama Islam baik pada jenjang pendidikan dasar maupun
Menengah antara lain bertujuan mewujudkan manusia Indonesia yang taat
Beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
Beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin bertoleransi, menjaga
Keharmonisan secara personal dan social serta mengembangkan budaya Agama
dalam komunitas sekolah (Permen Diknas, Nomor 22 tahun 2006 Tanggal 23 Mei
2006 tentang Standar Isi terutama pada lampiran Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar mata pelajaran PAI. Dengan demikian, Upaya pengembangan
Pendidikan Agama Islam sebagai budaya sekolah telah Memperoleh legalitas yang
kuat.
Pengembangan Pendidikan Agama Islam sebagai budaya sekolah
Merupakan sebuah alternatif untuk mengimplementasikan eksistensi dari Nilai-
nilai ajaran Islam yang secara konseptual tertuang dalam mata pelajaran PAI di
sekolah dasar dan menengah. Karena menurut Nurkhalis Majid Bahwa kegagalan
Pendidikan Agama Islam disebabakan pembelajaran PAI Lebih menitikberatkan
pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan Pada pemaknaannya. Proses
belajar mengajar diakui selama ini masih mengejar target pencapaian kurikulum
yang telah ditentukan, padahal yang Diperlukan lebih pada suasana keagamaan.
Pendidikan Islam saat ini, dihadapkan pada berbagai Perkembangan yang
meniscayakan untuk melakukan perubahan Dan perbaikan sehingga mampu
melakukan penyesuaian Terhadap perubahan tersebut. Perkembangan ilmu
pengetahuan Dan teknologi (iptek) menjadi tantangan bagi pendidikan Islam,
Terutama dalam menghadapi era globalisasi yang telah mampu
Mengsistematisasikan jarak dan waktu antar berbagai negara Dalam pertukaran
informasi dan pengetahuan, khususnya dalam Bidang pendidikan Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, telah Melahirkan aneka media
yang dapat difungsikan untuk Mengembangkan pendidikan Islam dimaksud. Jika
67
pada era Klasik, pendidikan Islam hanya dapat menjangkau sasaran Masyarakat
lokal dengan kualitas yang relatif rendah, dengan Adanya multi media, terutama
internet, maka pendidikan Islam Bisa berlangsung dengan jangkauan tanpa batas,
waktu yang Sangat singkat, dan kualitas yang lebih tinggi. Para pakar Pendidikan
Islam dituntut untuk menggunakan dan Mengembangkan media pendidikan
terupdate sehingga Pendidikan Islam dapat bersanding dengan pendidikan umum
Yang akhir- akhir ini mengalami lompatan signifikan yang sangat
Menggembirakan. Hal ini akan terjadi, jika para pimpinan dan Pendidik di berbagai
lembaga pendidikan Islam memulai untuk Meningkatkan kualitas pendidikan dan
kinerjanya. Jika tidak, Maka cita-cita mening-katkan kualitas pendidikan Islam
Hanyalah sebuah impian belaka.
Era revolusi industry 4.0 (selanjutnya era 4.0) membawa dampak yang tidak
sederhana. Ia berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk dalam
hal ini Adalah pendidikan. Era ini ditandai dengan semakin sentralnya Peran
teknologi cyber dalam kehidupan manusia. Maka tak Heran jika dalam dunia
pendidikan muncul istilah “Pendidikan 4.0”. Pendidikan 4.0 (Education 4.0) adalah
istilah umum Digunakan oleh para ahli pendidikan untuk menggambarkan berbagai
cara untuk mngintegrasikan teknologi cyber baik Secara fisik maupun tidak ke
dalam pembelajaran.
Ini adalah lompatan dari pendidikan 3.0 yang menurut Jeff Borden
mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi kognitif, dan Teknologi pendidikan.
Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang Merespons kebutuhan munculnya revolusi
industri keempat Dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan
Solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan Kemungkinan inovas
baru. Praktek pembelajaran Pendidikan agama Islam Khususnya mulai bergeser
pada tatanan model pembelajaran Yang lebih berpusat pada peserta didik (student
centered) Sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi peserta Didik.
Dalam pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, Guru secara sadar
menempatkan perhatian yang lebih banyak Pada keterlibatan, inisiatif, dan
interaksi sosial peserta didik.
68
Sub-Materi 2
Model-Model Pengembangan PAI
Pembahasan
Model pengembangan Pendidikan Agama Islam yang ada di berbagai
sekolah umum dan perguruan tinggi di Indonesia, dapat kita lihat dari model-model
di bawah ini.
1. Model Dikotomis
Pada model dikotomis implikasinya terhadap pengembangan
pendidikan agama islam yang lebih berorientasi pada keakhiratan,
sedangkan untuk masalah dunia diangggap tidaklah penting, lalu
model ini menekankan pada pendalaman al-‘ulum al-diniyah (ilmu-
ilmu keagamaan) yang menjadi jalan pintas untuk menuju
kebahagiaan akhirat, dan untuk sains (ilmu pengetahuan) dianggap
terpisah dari agama. Pendekatan yang diterapkan melalui model ini
yaitu lebih bersifat keagamaan yang normative, doktriner, dan
absolutis. Diharapkan peserta didik mengarahkan dirinya untuk
menjadi pelaku (actor) yang loyal (setia), serta memiliki
commitment (keberpihakan), dan dedikasi (pengabdian) yang sangat
tinggi kepada agama yang dipelajari. Sedangkan adanya kajian-
kajian ilmu yang bersifat empiris, rasional, dan analitis-kritis
dianggap menggoyahkan iman.
2. Model Mekanisme
Pada model mekanisme ini lebih memandang ke berbagai aspek-
aspek, dan pendidikan dipandang sebagai pengembangan
seperangkat nilai kehidupan yang masing-masing bergerak dan
berjalan menurut fungsinya. Aspek-aspek ataupun nilai-nilai
kehidupan tersebut terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai
social, nilai politik, nilai ekonomi, nilai rasional, nilai estetik, nilai
69
biofisik, dan lain-lainnya. Model mekanisme PAI ini lebih
menekankan keluwesan antara nilai umum dan nilai agama, maka
model ini boleh berbaur menjadi satu namun juga bisa juga tidak
sama sekali.
3. Model Organism/Sistemik
Pada model ini, dalam konteks pendidikan islam sebenarnya
bertolak dari pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan
suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang hidup bersama
dan bekerja sama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu
dengan terwujudnya hidup yang reiligius dan dijiwai oleh ajaran-
ajaran serta nilai-nilai agama. Melalui model ini diharapksn sistem
pendidikan agama islam dapat mengintegrasikan nilai-nilai ilmu
pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik, serta mampu melahirkan
manusia-manusia yang menguasai dan menerapkan ilmu-ilmu
pengetahuan, teknolog, dan seni, serta memiliki kematangan
professional dan sekaligus hidup di dalam nilai-nilai agama.
Adapun model pembelajaran PAI berbasis multikultular yaitu lebih
kepada mengharuskan proses pembelajarannya berlangsung secara
efektif melalui pengajaran efektif (effective teaching) dan belajar
aktif (active learning) dengan memperhatikan keragaman agama
para peserta didik. Mengajarkan tentang agama melibatkan
pendekatan kesejarahan dan perbandingan, sedangkan mengajarkan
agama pendekatannya indoktrinasi dogmatik. Dengan adanya model
ini diharapkan peserta didik menjadi aktif mencari, menemukan, dan
mengevaluasi pandangan keagamaan nya sendiri dengan
membandingkannya dengan pandangan keagamaan peserta didik
lainnya. Diharapkan juga melalui model ini, peserta didik menjadi
tumbuh sikap toleransinya, tidak menghakimi, dan melepaskan diri
dari sikap fanatik berlebihan.
70
Sub-Materi 3
Tujuan Pengembangan PAI
Pembahasan
Tujuan dari perencanaan pembelajaran yakni sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan praktek mengajar. Dengan demikian apa yang dilakukan guru
pada waktu mengajar bersumber kepada perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat sebelumnya. Rencana pembelajaran harus memperhatikan minat dan
perhatian peserta didik terhadap materi standar yang dijadikan bahan kajian.
Dalam hal ini, harus diperhatikan agar guru jangan hanya berperan sebagai
transformator, tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan
gairah belajar, serta mendorong peserta didik untuk belajar, dengan menggunakan
berbagai variasi media, dan sumber belajar yangsesuai, serta menunjang
pembentukan kompetensi dasar.
Dalam konteks pembelajaran PAI, perencanaan sistem pembelajaran PAI
adalah suatu pemikiran persiapan untuk melaksanakan tujuan pengajaran melalui
langkah-langkah dalam pembelajaran yang menjadi suatu kesatuan yang terdiri atas
komponen atau elemen yang saling berinteraksi, saling terkait, atau saling
bergantung membentuk keseluruhan yang kompleks menjadi kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsurmanusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaru hiuntuk mencapai tujuan pembelajaran PAI.
Tujuan dan merumuskan serta mengaturpendayagunaan sumber-sumber daya:
informasi, finansial, metode dan waktu yangdiikuti dengan pengambilan
kepustusan serta penjelasannya tentang pencapaian tujuan,penentuan kebijakan,
penentuan program, penentuan metode- metode dan prosedurtertentu dan
penentuan jadwal pelaksanaan program. Pembelajaran PAI bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman, keimanan, penghayatan, dan pengamalan peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ālā, serta berakhlak mulia dalam
71
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Meskipun tujuan pembelajaran PAI
belum terlaksana dengan ideal, namun setidaknya upaya ke arah sana sudah
dilakukan. Oleh karena itu, mesti ada upaya alternatif yang dilakukan guru PAI
dalam mewujudkan pembelajaran PAI yang orientasinya bukan hanya di kelas.
72
Sub-Materi 4
Peran Penting pengembangan PAI
Pembahasan
Pengembangan PAI dalam rangka pencapaian Indonesia menjadi negara
maju merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam sistem pendidikan nasional.
Dengan penduduk mayoritas Muslim, Indonesia tidak dapat dipisahkan dari budaya
Muslim, khususnya dalam hal pendidikan Islam. Diasumsikan bahwa pendidikan,
termasuk pendidikan Islam, berperan besar dalam terwujudnya peradaban bangsa
yang setinggi-tingginya. Ditinjau dari tinjauan sejarah, ternyata dinamika
pendidikan Islam bekerja dengan luar biasa. Sejak lahir hingga dewasa, terdapat
masa-masa kemajuan dalam pendidikan Islam. Dimana, pada masa kejayaan
pendidikan Islam, lahirlah ilmuwan-ilmuwan besar yang berpengaruh di negeri ini.
Bahkan, ia juga memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan Barat modern. meskipun, Setelah itu, karena
lemahnya daya intelektual dan gagasan “pembangunan”, pendidikan Islam
memasuki masa kemunduran. Baru pada awal abad ke-20 tanda-tanda semangat
renaisans dalam pendidikan Islam akhirnya muncul, berkat beberapa perkembangan
yang terjadi selama ini.
Pada hakekatnya pengembangan PAI diperlukan bagi umat Islam dan
bangsa Indonesia untuk menghasilkan generasi yang unggul. Yakni, berprestasi
sesuai dengan bidang kecerdasannya masing-masing, misalnya dalam bidang sosial
atau alam. Melalui perkembangan ini, PAI dapat mengangkat kejayaan (kemajuan)
pendidikan Islam. Tentu saja, semangat ilmiah dan intelektualitas meningkat, dan
hasilnya bisa menjadi pelajaran. Satu untuk komunitas lain. Berdasarkan hal
tersebut, PAI akan terus menghasilkan ilmuwan yang mampu menciptakan ilmu
pengetahuan dan teknologi berbasis Islam. Salah satu fungsinya adalah untuk
menyeimbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sekuler yang pergerakannya
semakin liar. Dalam arti, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekuler
telah meningkatkan potensi dehumanisasi. Selain itu, PAI ke depan dapat
73
menciptakan situasi sosial politik khususnya di Indonesia yang lebih kondusif bagi
keamanan, perdamaian, keadilan, pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan.
pengembangan PAI merupakan salah satu bentuk nyata dukungan terhadap
perkembangan budaya di masyarakat. Artinya, sudah berkali-kali ditekankan
bahwa PAI harus berkontribusi pada penciptaan budaya yang lebih tinggi. Yakni,
salah satunya adalah budaya yang bercirikan ilmu yang aktif berkembang,
mencintai dunia, bekerja dan mengabdi kepada masyarakat, inspiratif. Anggapan
perkembangan budaya (dalam bidang apapun) tidak akan lepas dari perkembangan
budaya dalam bentuk atau wilayah lain dalam masyarakat. Kedua budaya tersebut
berupa “gagasan atau gagasan” seperti penggunaan bahasa dalam komunikasi, dan
juga berupa “benda” seperti teknologi berupa telepon genggam. Dengan kata lain,
perkembangan PAI terjadi karena dipengaruhi oleh peristiwa budaya lain, begitu
pula sebaliknya. Sebagai contoh, menyebarkan budaya “literasi” teknologi
informasi memungkinkan generasi muda memperoleh informasi dengan cepat dan
mudah. Untuk itu diperlukan pengembangan PAI berbasis teknologi informasi. Di
sisi lain, dengan berkembangnya PAI berbasis teknologi informasi, dapat
menginspirasi para pakar teknologi informasi dan ilmuwan terkait dengan semangat
untuk menciptakan perangkat dan sumber belajar PAI yang canggih.
74
KELOMPOK 6
PENYUSUNAN BAHAN AJAR
Desfyansyah
Muhammad Fadhillah Rahman
Nur Aulia Fitri
Nurhisyam Arraniri
Pendahuluan
Menurut Majid yang di kutip dari Hernawan bahan ajar merupakan segala
bentuk bahan yang digukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan
ajar di dalamnya dapat berupa materi tentang pengetahuan, dan sikap yang harus di
capai perserta didik terkait kompetensi dasar tertentu. Bahan ajar terdapat berbagai
macam hal yang dipandang dapat untuk meningkatkan pengetahuan atau
pengalaman peserta didik.
Bahan ajar merupakan hal utama yang harus di persiapkan dalam
keberlangsungan pembelajaran. Bahan ajar sebagai bahan utama dalam
pembelajaran perlu penyusunan dengan benar agar tujuan pembelajaran dapat di
capai dengan mudah. Tak hanya bahan ajar penyusunan bahan ajar juga penting di
keberlangsungan pembelajaran. Dengan baiknya penyusunan bahan ajar
pembelajaran dapat mudah di laksanakan di pembelajaran.
Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting.
Peran tersebut menurut Tian Belawati yang di kutip dari widodo meliputi peran
bagi guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok. Agar
diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing peran
sebagai berikut.
75
Dalam proses penyusunan bahan ajar dalam menetukan bahan ajar, harus di
susun secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat menabah pengetahuan
dan kopetensi peserta didik sesusai dengan tujuan pembelajaran. Banyak hal yang
mesti di perhatikan dalam penyusunan bahan ajar dengan penyusunan bahan ajar
yang tepat dapat memudahkan penyampaian dalam keberlangsungan pembelajaran.
Komponen guru selama ini di anggap sangat mampu mempengaruhi proses
pendidikan. Hal itu memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang
berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.
Bagaimanapun bagusnya dan idealnya kurikulum pendidikan, tanpa di imbangi
dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan
kurang bermakna. Oleh karena itu, Guru sebagai penentu kualitas pendidikan,
kompetensimnya perlu senantiasa ditingkatkan.
Dengan menguasai materi kelompok 6 ini anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan maksud dari penyusunan bahan ajar PAI.
2. Menjelaskan syarat penyusunan bahan ajar.
3. Menjelaskan tujuan dan manfaat dalam penyusunan bahan ajar.
4. Menjelaskan Langkah-langkah dalam penyusunan bahan ajar.
5. Menjelaskan evaluasi dalam penyusunan bahan ajar.
Untuk mencapai kompetensi tersebut di atas, dalam materi kelompok ini di sajikan
sub-materi tentang:
1. Pengertian penyusunan bahan ajar.
2. Syarat penyusunan bahan ajar.
3. Tujuan dan manfaat dalam penyusunan bahan ajar.
4. Langkah-langkah dalam penyusunan bahan ajar.
5. Evaluasi dalam penyusunan bahan ajar.
Supaya Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari materi kelompok 6 ini,
ikutilah petunjuk belajar dibawah ini :
76
4. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan materi ini sampai anda benar-
benar paham tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari materi ini.
5. Tangkaplah pengertian demi pengertian dalam materi ini melalui
pemahaman sendiri dan dengan tukar pikiran sesame teman.
6. Kerjakan Latihan-latihan soal yang berkaitan dengan materi ini untuk
menguatkan pemahaman anda.
Selamat Belajar!
77
Sub-Materi 1
Pengertian Penyusunan Bahan Ajar PAI
Pembahasan
Penyusunan merupakan suatu proses, cara, perbuatan dan juga menyusun.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Misnardi menjelaskan
pengertian penyusunan, yaitu “Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun yang
artinya kelompok atau satu kumpulan yang tidak terlalu banyak, sedangkan
pengertian dari penyusunan adalah suatu kegiatan memproses suatu data atau
kumpulan data yang dilakukan oleh suatu individu, organisasi atau lembaga secara
baik, tersusun dan teratur.”
Pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai
bahan yang harus dipelajari oleh peserta didik sebagai sarana untuk melakukan
kegiatan belajar. Di dalam bahan ajar terdapat segala sesuatu yang berupa materi
tentang pengetahuan, keterampilan dan juga sikap yang harus dicapai oleh para
peserta didik terkait suatu kompetensi dasar tertentu. Bahan ajar adalah segala
sesuatu yang digunakan oleh guru dan juga para peserta didik untuk memudahkan
kegiatan belajar dan mengajar. Bentuknya bisa berupa buku bacaan, buku LKS,
modul, ada juga yang berupa buku online atau bahan ajar digital, tayangan edukasi,
pembicaraan secara langsung antara guru kepada para peserta didik, perintah-
perintah yang diberikan oleh guru, tugas tertulis dan juga bahan diskusi antar murid
yang dilakukan secara berkelompok. Dengan demikian, bahan ajar dapat berupa
banyak hal yang dipandang dapat untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman para peserta didik.
Dari pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa penyusunan bahan ajar
adalah suatu kegiatan dalam memproses segala sesuatu yang digunakan oleh guru
dan juga para peserta didik untuk memudahkan kegiatan belajar dan mengajar.
Bahan ajar disusun harus sesuai dengan tujuan atau sasaran pembelajaran yang
hendak dicapai. Penyusunan bahan ajar secara umum dapat dilakukan melalui tiga
78
cara, yaitu menulisnya sendiri, mengemas kembali atau mendaur ulang bahan ajar
yang sudah ada ataupun informasi dan teks baik secara langsung maupun digital,
serta penataan informasi dengan baik dan teratur.
Bahan ajar harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan bahan
ajar yang terstruktur. Beberapa konsep penyusunan bahan ajar, yaitu sebagai
berikut:
1. Bahan ajar harus disesuaikan dengan para peserta didik yang sedah
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Bahan ajar diharapkan bisa mengubah tingkah laku serta akhlak para
peserta didik menjadi lebih baik lagi.
3. Bahan ajar yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik diri setiap para peserta didik.
4. Program kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan.
5. Di dalam bahan ajar harus ada tujuan dari kegiatan pembelajaran
secara spesifik yang harus dicapai.
6. Untuk mendukung tercapainya tujuan, di dalam bahan ajar harus
terdapat materi pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan
maupun latihan pembelajaran.
7. Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur
tingkat keberhasilan para peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
79
Sub-Materi 2
Syarat Penyusunan Bahan Ajar
Pembahasan
Bahan ajar yang baik harus dapat memenuhi tuntutan kurikulum yang berisi
kompetensi-kompetensi yang ditentukan. Mbulu & Suhartono, yang dikutip dari
Saputra menyebutkan syarat-syarat penyusunan bahan ajar, yaitu:
1. Memberikan orientasi terhadap teori, penalaran teori, dan cara-cara
penerapan teori dalam praktik
2. Memberikan latihan terhadap pemakaian teori dan aplikasinya.
3. Memberikan umpan balik kebenaran latihan itu.
4. Menyesuaikan informasi dan tugas sesuai tingkat awal masing-
masing peserta didik.
5. Membangkitkan minat peserta didik.
6. Menjelaskan sasaran belajar kepada peserta didik.
7. Meningkatkan motivasi peserta didik.
8. Menunjukan sumber informasi yang lain.
80
Sub-Materi 3
Tujuan dan Manfaat dalam Penyusunan Bahan Ajar
Pembahasan
A. Tujuan penyusunan bahan ajar
Dalam penyusunan bahan ajar memiliki tujuan antara lain:
1. Dengan adanya penyusunan bahan ajar keberlangsungan dalam
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih mudah di
pahami oleh para peserta didik dengan berbagai macam sumber
refernsi.
2. Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil
pembelajaran.
3. Memudahkan dalam mempelajari setiap kemapuan yang harus bisa
di kuasai untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar.
4. Para peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
Adapun tujuan Penyusunan Bahan Ajar menurut Prastowo (2015: 26-27)
menyebutkan empat hal pokok tujuan pembuatan bahan ajar, yaitu:
1. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu.
2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah
timbulnya rasa bosan pada peserta didik.
3. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
4. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
B. Manfaat penyusunan bahan ajar
Penyusunan bahan juga tentu memiliki manfaat tersendiri antara lain:
1. Membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
2. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru
81
3. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
yang harus dikuasainya.
4. Memberi tambahan pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya
penyusunan bahan ajar pengayaan agar meningkatkan kualitas
pembelajaran.
5. Membantu para guru dalam menyusun bahan ajar pengayaan dengan
baik.
6. Meningkatkan kualitas pedagogik atau pengajaran guru-guru sesuai
dengan kemampuannya khususnya kompetensi dalam menyusun
bahan ajar yang tepat, sesuai kriteria atau standar.
82
Sub-Materi 4
Langkah-Langkah dalam Penyusunan Bahan Ajar
Pembahasan
Membuat bahan ajar adalah kesulitan tersendiri bagi banyak pendidik dan
guru, dimana hal ini disebabkan karena dua hal, pertama para pendidik belum
mempunyai pengalaman menyusun bahan ajar atau pengalaman mengikuti
pelatihan pembuatan bahan ajar, dan yang kedua terbatasnya sumber atau referensi
tentang bagaimana membuat atau menyusun bahan ajar.
Ketika membuat atau menyusun bahan ajar, ada beberapa langkah yang
perlu diperhatikan oleh pendidik (pengembang), yaitu:
1. Menganalisis Kurikulum
Analisis ini diartikan untuk mengidentifikasi kompetensi yang
dijelaskan pada kurikulum dalam hubungannya dengan kebutuhan
bahan/materi ajar. Pada Kurikulum 2006 (KTSP), telah dijelaskan
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD); sedangkan
pada Kurikulum 2013, telah dijelaskan kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD). Pendidik selanjutnya perlu menguraikan
setiap KD menjadi indikator pencapaian kompetensi (IPK),
melengkapi materi pembelajaran dan materi pokok, serta memilih
pengalaman belajar yang relevan. Berdasarkan komponenkomponen
tersebut, selanjutnya ditetapkan bahan ajar yang relevan untuk
dikembangkan.
2. Menganalisis sumber belajar
Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sumber belajar dapat berupa lingkungan yang relevan dengan materi
83
pembelajaran, bahan ajar, benda atau orang yang menguasai atau
memiliki informasi yang dapat mendukung pembelajaran.
Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang
berupa data, metode, media, orang, tempat berlangsungnya
pembelajaran, yang digunakan oleh peserta didik demi memudahkan
dalam belajar. Sumber belajar juga dapat diartikan sebagai segala
tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung
informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku.
Pada tahap kedua ini diidentifikasi ketersediaan sumber belajar yang
tersedia dan yang dapat mendukung pembelajaran untuk materi
pembelajaran yang telah dirumuskan. Dari hasil identifikasi
terhadap sumber belajar yang tersedia tersebut dianalisis aspek
relevansi, yakni berkaitan dengan kesesuaian sumber belajar dengan
materi pembelajaran, dan aspek praktikabilitas, yang berkaitan
dengan apakah sumber belajar tersebut dapat atau mudah digunakan
dalam pembelajaran. Dalam kaitan dengan penyusunan bahan ajar,
dilakukan analisis mengenai:
a) Ketersediaan bahan ajar;
b) Kesesuaian bahan ajar yang tersedia dengan kurikulum;
c) Kesesuaian bahan ajar dengan lingkungan di sekitar peserta
didik (aspek kontekstual);
d) Kecukupan, berkaitan dengan cakupan dan kedalaman sajian
pada bahan ajar yang ada;
e) Kemungkinan penggunaan bahan ajar yang tersedia tersebut.
f) Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik.
3. Menetapkan jenis bahan ajar
Pada tahap kedua akan diperoleh hasil-analisis mengenai aspek
ketersediaan, relevansi,idan praktikabilitas dari sumber belajar,
terutama bahan ajar. Apabila bahan ajar yang tersediaimemenuhi
aspek relevansi dan praktikabilitas, maka bahanajar tersebut dapat
84
digunakan dalam proses belajar mengajar/pembelajaran. Adapun
sebaliknya, jika bahan ajar yang tersediaitidak memenuhi aspek
tersebut, maka pendidik perlu mengembangkan-bahan ajar. Dari
analisis kurikulum pada tahap pertama, diperoleh beberapa bahan-
ajar yang perlu dikembangkan; pada tahap ketiga ini, ditetapkan
jenis bahaniajar yang akan dikembangkan oleh pendidik.
4. Pengorganisasiaan materi pembelajaran
Tahap ini merupakan tahapimenjabarkan dan menetapkan materi
pembelajaran yang akan dibahas didalam proses pembelajaran atau
belajar mengajar. Materi pembelajaran dijabarkan dariikompetensi
dasar pada KI 3 dan KI 4. Selanjutnya dari indikator yang diturunkan
mengacu-pada-kompetensi dasar, dirumuskan materiipembelajaran-
yang selanjutnya disusun secara terstruktur dengan tetap
memerhatikan keterkaitan antar materi pembelajaran.
5. Menetapkan struktur bahan ajar
Dalam penyusunan bahan ajaricetak perlu diperhatikan struktur,
karena masing-masing bahan ajar cetak mempunyai struktur yang
berbeda. Struktur bahan ajar adalah salah satu ciri atau karakteristik
yang membedakan antara satu jenis bahan ajar dengan jenisiyang
lain. Sebagai contoh, pada modul harus terdapat petunjukibelajar,
informasi pendukung, dan tugas; sedangkan pada buku yang ketiga
komponen tersebut tidak perlu ada.
6. Mengumpulkan dan mempelajari referensi
Referensi merupakan bagian-penting dalam penulisan bahan ajar,
juga dalam melaksanakan pembelajaran. Ketersediaan referensi
yang lengkap-dan komprehensif akan memberikankontribusi yang
lebih besar pada kelengkapan penyajianibahan ajar. Pada langkah
atau tahap ini, penyusun atau penulis bahan ajar mengumpulkan
berbagai referensi yang diperlukan sebagai bahan acuan didalam
penulisan atau penyusunan bahan ajar. Referensi yang dikumpulkan
tersebut dapat berupa buku teks, jurnal ilmiah, buku referensi,
85
laporan hasil penelitian, buletin, majalah, dan sebagainya. Adapun
beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pemilihan
referensi, antara lain:
a. Relevan dengan materiipembelajaran yang telah
diidentifikasi pada tahapikeempat.
b. Terkini, yakni referensiiyang menyajikan informasi
terbaru.
7. Mulailah Manusia
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuaiidengan kebutuhan
dan guru juga dapat berkolaborasiisecara kelompok dengan guru
lain untuk menulis bahan ajar. Pada langkah ini,ikita mulai
melengkapi atau mengisi struktur-bahan ajar dengan deskripsi yang
relevan.19 Penguraian materi pelajaran harus mengacu pada hasil
pengorganisasian materi pembelajaran. Hal ini penting untuk
menjamin uraian materi sistematis dan terstruktur.
86
Sub-Materi 5
Evaluasi dalam Penyusunan Bahan Ajar
Pembahasan
Untuk mengevaluasi penyusunan bahan ajar cetak, pastinya harus diawali
dengan penyusunan bahan ajar cetak seperti modul, buku, diktat maupun bahan
baku ajar cetak lainnya.
Salah satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan
aktifitas pembelajaran PAI adalah melakukan evaluasi terhadap penyusunan bahan
ajarnya. Bahan ajar PAI, sebagaimana bahan ajar mata pelajaran yang lain, ada yang
berbentuk cetak dan ada pula yang berbentuk non cetak. Bahan ajar PAI yang
berbentuk cetak antara lain, yaitu buku PAI, modul, handout dan lain-lain.
Sedangkan bahan ajar PAI yang berbentuk non cetak antara lain radio yang
berhubungan dengan PAI, kaset rekaman, video dan lain-lain.
Kemampuan menyusun bahan ajar cetak tidak muncul dengan begitu saja
pada saat anda mempelajari modul tentang penyusunan bahan ajar cetak. Yang
pertama harus dipahami dalam penyusunan bahan ajar adalah faktor dan prosedur
penyusunan bahan ajar dan setelah itu dapat dikembangkan dari evaluasi
penyusunan bahan ajar. Bahan ajar yang disusun secara efektif dan informatif tetap
diperlukan adanya evaluasi penyusunan bahan ajar agar bisa menjadi bahan ajar
yang sempurna dan dapat dipahami dengan mudah oleh para peserta didik.
Sugiarni dalam bukunya menyebutkan bahwa ada dua jenis kegiatan belajar.
Pada kegiatan belajar pertama dijelaskan mengenai variabel yang harus
diperhatikan pada saat melakukan evaluasi penyusunan bahan ajar, khususnya
bahan ajar cetak. Pembahasan variabel-variabel ini untuk memudahkan kaitan
antara variabel-variabel tersebut dalam evaluasi penyusunan bahan ajar. Pada
kegiatan belajar kedua harus dilakukan simulasi evaluasi terhadap penyusunan
bahan ajar. Untuk keperluan ini, maka diperlukan format-format tertentu yang harus
87
digunakan, langkah-langkah dalam proses evaluasi dan latihan melakukan evaluasi
penyusunan bahan ajar.
Setelah disusun dan dievaluasi, para guru diharapkan mampu menilai bahan
ajar yang efektif dan informatif. Kompetensi yang harus diperhatikan sebelum
melakukan evaluasi penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut:
1. Mampu menjelaskan variabel yang perlu diperhatikan pada saat
melakukan evaluasi penyusunan bahan ajar.
2. Mampu menentukan penggunaan format evaluasi penyusunan bahan
ajar berdasarkan jenis bahan ajar yang telah dibuat.
3. Mampu melakukan evaluasi terhadap penyusunan bahan ajar
dengan baik dan terstruktur.
4. Mampu menindak lanjuti hasil evaluasi terhadap penyusunan bahan
ajar.
88
KELOMPOK 7
KARAKTERISTIK BAHAN AJAR PAI
Farida Aulia Ramadhan
Reni Rahmawati
Reza Rahman
Pendahuluan
Pendidikan merupakan elemen penting dalam mewujudkan generasi yang
cerdas, kreatif, dan memiliki keahlian serta berakhlak mulia. Pendidikan juga
dijadikan tolak ukur setiap orang pada strata sosial, dimana yang berpendidikan
akan selalu di pandang lebih baik. Pada era yang sudah serba maju dan juga
persaingan kompetensi yang sangat ketat, menjadikan pendidikan itu sangat penting
di masyarakat.
Dalam mewujudkan pendidikan yang dimaksud, maka para pendidik atau
calon pendidik dituntut untuk bisa lebih memahami akan seluk beluk pendidikan.
Mulai dari metode, kemudian pengimplementasiannya ke dalam pembelajaran, dan
juga memilih bahan ajar yang sesuai dengan materi dan metode yang digunakan.
Pada mata kuliah lain, sudah sering dibahas mengenai metode dan juga
komponen pendidikan lainnya. Pada makalah ini kita akan fokus membahas
mengenai bahan ajar. Karena, sebelum memilih bahan ajar, tentunya seorang guru
harus memahami karakteristik dari masing-masing bahan ajar yang akan
digunakan.
Dengan menguasai materi kelompok 7 ini anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian dari bahan ajar PAI.
2. Menjelaskan pengertian dari PAI.
89
3. Menjelaskan karakteristik bahan ajar PAI.
Untuk mencapai kompetensi tersebut di atas, dalam materi kelompok ini di sajikan
sub-materi tentang:
1. Pengertian dari bahan ajar PAI.
2. Pengertian PAI.
3. Karakteristik bahan ajar PAI.
Supaya Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari materi kelompok 7 ini,
ikutilah petunjuk belajar dibawah ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan materi ini sampai anda benar-
benar paham tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari materi ini.
2. Tangkaplah pengertian demi pengertian dalam materi ini melalui
pemahaman sendiri dan dengan tukar pikiran sesame teman.
3. Kerjakan Latihan-latihan soal yang berkaitan dengan materi ini untuk
menguatkan pemahaman anda.
Selamat Belajar!
90
Sub-Materi 1
Pengertian dari Bahan Ajar PAI
Pembahasan
Bahan ajar diartikan sebagai bahan-bahan atau materi pembelajaran yang
disusun secara sistematis berdasarkan kaidah pembelajaran yang digunakan guru
untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang di maksud
di sini bukan hanya buku,modul tapi juga dalam bentuk lain.Sebagaimana kita
ketahui bahwa bahan ajar merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Menurut Widodo dan Jasmadi dalam buku (Lestari,2013) menyatakan
bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode-metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya.
Bahan ajar PAI adalah segala bentuk bahan yang di gunakan untuk
membantu memudahkan guru atau pengajar PAI dalam melaksanakan
pembelajaran. Atau dalam kata lain, dapat kita simpulkan bahwa bahan ajar PAI
adalah seperangkat sarana atau alat dalam pembelajaran yang berisikan materi-
materi pembelajaran PAI, beserta dengan metode yang disusun secara sistematis
dan menarik.
Bahan ajar PAI juga merupakan sebuah sarana atau alat yang berisikan
informasi, teks mengenai seputar materi PAI yang diperlukan guru PAI untuk
dijadikan bahan perencanaan dan penela’ahan serta implementasi pembelajaran.
Adapun jenis-jenis bahan ajar PAI adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar cetak (visual), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan
dalam kertas yang berfungsi memberikan informasi untuk keperluan
dalam pembelajaran. Contohnya seperti modul, buku, brosur, dan
lembar kerja siswa.
91
2. Bahan ajar dengar (audio), yaitu semua sistem yang menggunakan
sinyal radio secara langsung yang dapat dimainkan atau didengar.
Contohnya seperti radio, kaset, piringan hitam, dan CD audio.
3. Bahan ajar dengar-pandang (audio visual), yaitu kombinasi antara
gambar dan suara. Contohnya seperti video atau film.
4. Bahan ajar Interaktif (interactive teaching materian), yaitu
kombinasi antara dua media atau lebih () yang dimanipulasi oleh
penggunanya atau diberi perlakuan dalam mengendalikan suatu
perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya seperti
CD, Computer Based, dan Internet.
92
Sub-Materi 2
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pembahasan
Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencara dalam
menyiapkan peserta didiknya dalam mengenal, memahami, menghayati, juga
mengimani, ajaran agama Islam dengan dibarengi adanya tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama, sehingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat berpendapat pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Jadi, dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa Pendidikan Agama
Islam (PAI) adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didiknya untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran Islam dengan cara kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
93
Sub-Materi 3
Karakteristik Bahan Ajar PAI
Pembahasan
Dalam pengembangan bahan ajar di sekolah guru perlu memperhatikan juga
dari segi karakteristik dan kebutuhan siswanya kemudian di buat sesuai dengan
tuntutan kurikulum, dimana proses pengembangan bahan ajar ini menuntut
pertisipasi dan aktivasi siswa lebih dominan dalam pembelajaran.
Selain itu, dalam pengembangan bahan ajar guru juga di tuntut untuk paham
mengenai bahan ajar. Bahan ajar sendiri memiliki lima karakteristik yang menjadi
ciri khas dari suatu bahan ajar, adapun penjabaran dari kelima krakteristik tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik bahan ajar Self Intructional, yaitu bahan ajar dapat
membuat siswa mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan
ajar yang dikembangkan. Oleh karena itu,didalam bahan ajar harus
memiliki tujuan yang dirumuskan dengan jelas dan memberikan
materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan
yang lebih spesifik.
2. Karakteristik bahan ajar Self Contained, yaitu seluruh materi
pelajaran dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.
3. Karakteristik bahan ajar Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu bahan
ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada bahanajar lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
4. Karakteristik bahan ajar Adaptive, yaitu bahan ajar hendaknya
memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi
5. Karakteristik bahan ajar User Friendly, yaitu setiap instruksi dan
paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat
94
dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Perubahan kebijakan mengenai kurikulum 2013 tentang Pendidikan Agama
Islam dan bahasa Arab terjadi perubahan dikarenakan berbagai faktor yang
mempengaruhi. Diantaranya faktor internal yaitu: Pokok dari tujuan pendidikan
agama Islam belum tercapai yaitu mengesakan Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlakul karimah, Pembelajaran PAI hanya sebatas teori yang dimana murid
belum mampu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai
agama yang belum menjadi substansi. Dari hal-hal tersebut diharapkan
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat memberikan murid untuk memiliki
cara pandang yang luas, sikap toleransi yang tinggi dan bersikap religius holistik
yang berorientasi tidak hanya pada kebahagiaan dunia dan juga bahagia akhirat.
Dalam kurikulum pendidikan agama Islam disusun dengan memiliki beberapa
karakteristik, yakni sebagai berikut:
1. Adanya sikap spiritual, pengetahuan, keterampilan yang seimbang
dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan kemampuan murid yang mampu untuk memahami
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan juga mampu untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari baik itu untuk
dirinya sendiri maupun bermasyarakat, sehingga dapat menjadi
contoh yang baik dalam kehidupan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari.
3. Menjadikan sekolah sebagai salah satu tempat belajar bagi
masyarakat yaitu memberikan pengalaman belajar terhadap murid.
4. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan
waktu yang cukup optimal dengan memaksimalkan peran keluarga,
sekolah dan juga masyarakat.
5. Mengembangkan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).
Kompetensi inti pada tingkatan kelas yang disusun secara rinci dan
juga kompetensi dasar pada tingkatan kelas tersebut.
95
6. Kompetensi inti yang dikembangkan menjadi kompetensi dasar
yang di dapat. Semua pembelajaran dan juga kompetensi dasar
terorganisir untuk menjadi kompetensi inti.
7. Memerhatikan prinsip-prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan
memperkaya mata pelajaran dan jenjang pendidikan.
8. Mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu tidak
hanya berfokus pada sebuah mata pelajaran yang wajib dipelajari,
tetapi juga bagaimana materi Pendidikan Agama Islam ini mampu
meresap dan dihayati dalam diri murid yang kemudian
diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi landasan
dalam berpikir, bersikap, dan juga dalam bertindak.
Dalam tujuan Pendidikan Agama Islam untuk membentuk dan menguatkan
iman atau keyakinan murid melalui pembiasaan diri, pengamalan setiap nilai-nilai
yang ada di dalam Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehingga mampu
menjadi manusia yang memiliki kepribadian agama yang kuat (Menurut PUSKUR,
Depdiknas). Sedangkan visi Pendidikan Agama Islam yakni untuk dapat diterapkan
pada sikap dan kepribadian murid dengan membentuk karakter, sifat yang terpuji,
menghindari akhlak yang tercela yang sesuai dengan nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam, sehingga dapat menjadi sebuah ciri dari manusia yang diharapkan oleh
bangsa.
96
KELOMPOK 8
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN MATERI
KONTEKSTUAL
Anisa Nor Habibah
Chairunnisa
Jumratul Aliah
Rina Ariani
Sahli
Pendahuluan
Untuk menambah wawasan dan pengalaman siswa sesuai dengandaerah di
mana dia tinggal, maka suatu bahan yang dibutuhkan dalambahanajar terintegrasi
dengan nilai lingkungan kontekstual siswa. Pentingnyamenerapkan nilai
kontekstual dalam pembelajaran bermanfaat dalammeningkatkan pemahaman dan
menambah pengetahuan siswa untuk mengenali kontekstual lingkungan dan
sebagai alat untuk menanamkan kearifan lokal pada siswa terhadap lingkungan
sekitar siswa.
Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yangmengundang
peserta belajar mempelajari lingkungan berada di dekatnya adalahbelajar dari
daerah siswa itu sendiri, setelah itu baru belajar bidang lain keseluruhan. Belajar itu
baik tentu saja itu kontekstual. Hal Ini berguna bagi siswa untuk mempelajari materi
sesuai dengan kondisi atau situasi sesuai dengan potensinya yang merupakan
daerah milik siswa itu. Bahan ajar berbasis kontekstual sangat diperlukan dalam
aplikasi proses pembelajaran. Dengan menggunakan bahan ajar berbasis
kontekstual akan bermakna bagi situasi siswa, siswa akan mudah memproses
informasi pengalaman belajar yang nyata atau ada lingkungan sekitar siswa.
Dengan demikian, penggunaan bahanpengajaran berbasis kontekstual akan lebih
97
mudah dipahami karena dekat dengan pelajar. Kenyataan di lapangan guru kurang
maksimal dalammenggunakan bahan ajar.
Untuk itu dalam makalah ini dijelaskan bagaimana langkah yang tepat untuk
mengembangkan sutu materi kontekstual agar guru dapat memaksimalkan
pengajarannya serta siswa dapat mudah mengerti.
Dengan menguasai materi kelompok 8 ini anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan maksud dengan materi kontekstual.
2. Menjelaskan Langkah-langkah dalam mengembangkan materi kontekstual.
Untuk mencapai kompetensi tersebut di atas, dalam materi kelompok ini di sajikan
sub-materi tentang:
1. Pengertian materi kontekstual.
2. Langkah-langkah dalam mengembangkan materi kontekstual.
Supaya Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari materi kelompok 8 ini,
ikutilah petunjuk belajar dibawah ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan materi ini sampai anda benar-
benar paham tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari materi ini.
2. Tangkaplah pengertian demi pengertian dalam materi ini melalui
pemahaman sendiri dan dengan tukar pikiran sesame teman.
3. Kerjakan Latihan-latihan soal yang berkaitan dengan materi ini untuk
menguatkan pemahaman anda.
Selamat Belajar!
98
Sub-Materi 1
Pengertian Pengembangan Materi PAI Kontekstual
Pembahasan
Menurut Soenarto yang dikutip dari Gd Tuning Soemara Putra, MadeWindu
Antara Kesiman, dkk. Pengembangan adalah sebagai suatu prosesuntuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakandalam
pendidikan dan pembelaja. Pengembangan biasa dilakukan untukmengembangkan
sesuatu yang sudah ada menjadi lebih berkualitas, lebihpraktis, dan mudah
dipahami.
Menurut Kosasih dalam buku pengembangan bahan ajar, bahanajar atau
materi ajar adalah sesuatu yang digunakan oleh guru dan peserta didikuntuk
memudahkan proses pembelajaran bentuknya bisa berupa buku bacaan, buku kerja
(LKS), maupun tayangan. Dalam pendidikan Indonesia, banyakmateri ajar yang di
ajarkan oleh guru kepada peserta didik. Materinya punberbeda pada setiap sekolah
seperti di jenjang SMA dan MA. Pada SMA materi yang diajarkan adalah materi-
materi pendidikan umumdan materi pendidikan agama islam hanya diberikan 1 kali
dalam seminggu, sedangkanpada MA materi yang diajarkan lebih banyak dari
SMAkarena materi pendidikan agama islam dalam MA lebih banyak. Materi
pendidikan agamaislam dalam MA biasa di singkat menjadi materi PAI.
Menurut Yunus dan Abu bakar dalam buku manajemen pendidikanIslam
materi PAI dalam madrasah mecakup materi Al-qur’an hadist, Fiqih, Akidah
Akhlak, Sejarah kebudayaan Islam, dan bahasa Arab. Tujuan dari pembelajaran
materi PAI pada madrasah dijelaskan oleh Sunhaji dalambukupengembangan
strategi pembelajaran PAI di sekolah/madrasah yaitu tidakhanya berkaitan dengan
akal fikiran saja, tetapi juga berkaitan dengan hati dan amal perbuatan yang
kesemuanya harus berlandaskan kepada perintah dan larangan Allah SWT.
Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran PAI maka perlu
dilakukanpengembangan dari materi maupun strategi pembelajaran PAI.
99
pengembanganyang dilakukan harus disesuaikan dengan pengembangan
kurikulumyangadadalam hal ini penulis lebih spesifik membahas tentang
pengembangan materi PAI kontekstual. Pembelajaran kontekstual sudah banyak
digunakandi beberapa negara, pembelajaran kontekstual atau yang disebut
denganContextual Teaching and Learning (CTL) yang intinya
merupakanpembelajaran yang mengaitkan pengetahuan yang di dapat dengan
dirinyadi kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinyadalam bersosial, beragama, dan berbudaya. Menurut Johson 2002
mengartikanpembelajaran kontesktual adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuanmembantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari
mereka.
Adapun Blanchard, Berns, dan Erickson mengemukakan bahwapendekatan
CTL adalah Contextual teaching and learning is a conceptionaf teaching and
learning that helps teachers relate subject matter content toreal world situations, and
motivatives students to make connections bertweenknowledge and its applications
to their lives as family members, citizens, andworkes and engage in the hard work
that learning requires. Dengan demikian, Blanchard dkk mendefinisikan
pendekatan pem belajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar
yang membantu guru mengaitkanantara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa danmendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinyadengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan materi PAI kontekstual yaitu
suatu perbuatan mengembangkan materi PAI dengan menggunakanmetode
pembelajaran kontekstual Metode ini akan membantu guru untukmedorong
siswanya agar mengimplementasikan materi PAI yang siswa dapat di sekolah
dalam kehidupan sehari-harinya.
100