The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by faqihalbatawie18, 2020-12-30 16:45:47

Nur Fatimah NIM 1110011000136 (FITK)

Nur Fatimah NIM 1110011000136 (FITK)

Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur’an
Menurut H. M. Quraish Shihab

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh :
Nur Fatimah
NIM 1110011000136

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

skripsi berjudul Konsep Pendidikan dalam Al-eur,an Menurut H. M. euraish
Shihab disusun oleh Nur Fatimah, NIM. 1110011000136, Jurirsan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif }iidal'atullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,25 Maret 2015

Yang mengesahkan,

Pembimbing

NrP. 19640704 199303 I 003

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berju ul Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur'an Menurut H. M. Quraish

Shihab disusun oleh Nur Fatimah, Nomor Induk Mahasiswa 1110011000136,
iurusan Pendidikan Agama lsiam, diajukan kepa<ia Fakultas iimu Tarbiyah dan

Keguruan, UtN Syarif Hidayatultah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian

Munaqasah pada tangeal l0 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu.

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalam bidang

Pendidikan Agama Islam.

Jakarta 15 April2015

Panitia Uj ian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua JurusanProgram Stucii)

Dr. H. Abdui Majid Khon. M.As -t6r_/ru--%- (f-

NiP. 19580707 i98703 i 005

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Marhamah Saleh. Lc. MA. /tte -zotf

NiP i97203i3 20080i 2 0i0 (/6v/PEt{- Li,
Penguii I
-={)-f-{-
Dr. H. Munzier Suparta. MA I
tt,/q%td
NiP. 19s407A7 i98402 i 00i

Penguii II

Dr. Jejen Musfah. MA
NIP. i9770502 20050i i

Dekan Faku iyah dan Keguruan,

.';

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Nur Fatimah

NIM 1 1 1001 1000r36

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Alamat Lingk. Cipayung Rt. 003/001 Kel. Abadijaya Kec.
Sukma iaya Kota Depok Propinsi- jawa Barat

Indonesia

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur'an Menurut H.
M. Quraish Shihab a<iaiah benar hasii karya senciiri <ii bawah bimbingan ciosen:

Nama Pembirnbing : Dr. Dimyati. M.Ag

:NIP 19640704 199303 I 003

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

senciiri.

Jakarta, 25 Maret2Al5
Yang Menyatakan

Nur Fatimah

ABSTRAK

Nur Fatimah, NIM 1110011000136, “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hudayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis
dalam penyusunan skripsi adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
analisis, yaitu pemecahan masalah-masalah yang ada dengan usaha menganalisis dan
menjelaskan dengan teliti kenyatan-kenyataan faktual dari subjek yang diteliti
sehingga diperoleh gambaran yang utuh berdasarkan fakta.

Dalam skripsi ini akan mengupas ide atau gagasan pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab yang mencakup konsep pendidikan tarbiyah yang
menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang bersumber dari Allah Swt.
Dalam konsep pendidikan ini, terdapat pesan-pesan dakwah yang telah disampaikan
secara khusus, yakni meliputi tujuan pendidikan yakni membina manusia agar
menyadari bahwa dirinya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah. Dengan
menggunakan metode dialog dapat mengantarkan siswa agar berkomunikasi langsung
dengan pendidik dan dapat mengantarkan peserta didik agar dapat berani
menyampaikan pendapatnya. Selain itu ada juga sifat pendidikan Islam yang bersifat
Rabbani. Dalam skripsi ini juga H. M. Quraish Shihab menjelaskan makna dari
materi pembelajaran dalam al-Qur’an yakni menuntut pendidik agar menyampaikan
materi pendidikannya dapat disajikan dengan meyakini kebenarannya melalui
argumentasi-argumentasi yang rasional dan dalam metode penyampaian materi ada
beberapa metode, diantaranya dalam metode kisah mengarahkan peserta didik agar
mencari pengalaman dan mampu mengambil hikmah dari kisah tersebut, melalui
metode keteladanan mengarahkan siswa dapat merubah prilakunya dan mencoba
segala tindakan yang dijadikan teladan baginya, dalam metode nasihat menjadikan
siswa dalam setiap tindakannya menjadi lebih baik dan dalam metode pembiasaan
mengarahkan siswa untuk senantiasa membiasakan diri untuk berprilaku baik.

i

ABSTRACT

Nur Fatimah, NIM 1110011000136, "Concept of Education in the Qu’ran, according
by H. M. Quraish Shihab", Thesis, Department of Islamic Education, Faculty of
Science and Teaching tarbiyyah, State Islamic University Syarif Hudayatullah
Jakarta.

This study aims to determine the education concept in the Qur'an according by H.
M. Quraish Shihab. The research methods used by the author in the preparation of the
thesis is qualitative research with descriptive method of analysis, namely solving the
problems that exist with the attempt to analyze and explain carefully weakness-
factual reality of the subject under study in order to obtain a complete picture based
on facts.

In this paper will discuss the idea or notion of education in the Qur'an according
by H. M. Quraish Shihab. Tarbiyah education that includes the concept that focuses
on the implementation of value-divine values sourced from Allah. In this educational
concept, there are messages that have been conveyed propaganda specifically, the
objectives include fostering the education of man in order to realize that he is a
servant of God and as caliph. By using the method of dialogue can deliver students to
communicate directly with educators and can lead learners to be able to dare to
express an opinion. In addition there is also the nature of Islamic education that is
Rabbani. In this thesis also H. M. Quraish Shihab explains the meaning of learning
material in the Koran, which requires educators to deliver educational material can be
presented as to believe the truth through rational arguments and in delivery methods
there are several methods, including the method of directing story learners to gain
experience, and was able to take lessons from the story, through exemplary method
directs students can change his behavior and try all measures as a model for him, in
the method of the advice makes students in every action becomes better and in
methods of habituation lead students to always familiarize themselves to behave well.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas
segala ni’mat yang tiada hentinya engkau anugrahkan kepada penulis. Dan berkat
kasih serta sayang-Nya, penulis dapaat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan
sahabatnya, dan syafa’at dari beliaulah yang diharapkan umatnya di akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an Menurut H. M.
Quraish Shihab”, merupakan tugas akhir selama mengikuti masa perkuliahan di
Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang harus
dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

Atas selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusi atau bantuan dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abd. Majid Khon, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
dan Hj. Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
HIdayatullah Jakarta.

3. Zaimudin, M. Ag., sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
ilmunya dan senantiasa memberi motivasi penulis dari awal perkuliahan hingga
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

ii

4. Dr. Dimyati, M. Ag, selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing,
memberi arahan, masukan-masukan dan selalu memotivasi penulis dalam
penyususnan skripsi ini.

5. Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, MA, telah meluangkan waktunya untuk bersedia
di wawancara oleh penulis sebagai penguat dari penyusunan skripsi ini.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi untuk
menyelesaikan skripsi ini dan tempat yang selalu tersedia.

7. Teruntuk keluarga tersayang yakni ayahanda H. Ni’ih dan ibunda Hj. Asmanah
yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan kesabaran yang tiada batas
kepada penulis. Tidak lupa untuk kakak-kakak yakni Nur hasan, Siti Maesaroh,
Siti Zainabun, Nur ’Aini, tak lupa juga semua kakak ipar (teh nesri, ka bari, ka
rakhmat, ka adha) dan keponakan-keponakan penulis yang selalu memberikan
keceriaan, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

8. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Tanwiriyyah Cianjur, Ibu Ijih & Pak
Ustadz Haji (Alm), Bapak Deden & Ibu Eti, Apa & Ibu Yayah, Teh Eulis &
Kang Cep, Engkang sekeluarga, Pak Nanan & Ibu Iis, Kang San-san sekeluarga,
Kang Nur-nur sekeluarga, kang Rid-rid & Teh Yani, Kang Hal-hal & Teh Yiyi,
Kang Densu & Teh Ida, dan seluruh keluarga besar YMT, imeh ucapkan
jazakumullah khairan katsiran (semoga ilmu yang sudah diberikan menjadi ilmu
yang bermanfaat dan menjadi amal yang barakah... Amin).

9. Teman-teman penulis yang selalu bersama dari awal perkuliahan sampai
penyelesaian skripsi ini yakni Nur Annisa, Bahiyyah Shalihah, Amalia, Drifal,
Eka Efrianti, Reni Ilmayanti dan Hayatun Nufus terima kasih atas motivasi dan
semangatnya kepada penulis disaat penyusunan skripsi.

10. Teman-teman perjuangan penulis saat di Yayasan Madrasah Tanwiriyyah yakni
Siti Fauziyyah, Nunun Uswatun Hasanah, Ai Siti Hasanah, Lidiawati, Zakaria
Ansori.

iii

11. Teruntuk Gandi Gusrian Gemilang yang selalu memotivasi penulis yang tiada
hentinya dan memberikan kasih sayang dan selalu memberikan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman angkatan Akademik 2010 dari terutama untuk sahabat-sahabat
Dhe_Com.

13. Penghuni Rumah Tua and el-Bieya (Bahiyyah, eka, yayah dan anis).
14. Rekan-rekan kostan Putri An-Nur yakni amel, reni, teh iif, ferina, rahmah, filza.
15. Serta semua pihak yang pernah membantu dan mensupport penulis sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

Jakarta, 26 Maret 2015

Penulis

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah................................................................... 9
D. Perumusan Masalah .................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Pendidikan .................................................................................. 11
1. Pengertian Pendidikan ............................................................ 11
2. Pengertian Pendidikan Islam ................................................. 14
3. Tujuan Pendidikan Islam ....................................................... 16
4. Unsur-Unsur Pendidikan......................................................... 18
5. Metode Pendidikan Islam ...................................................... 21

B. Sejarah Al-Qur’an ...................................................................... 23
1. Pengertian al-Qur’an ..............................................................23
2. Sebab diturunkannya al-Qur’an .............................................25
3. Fungsi dan Kedudukan al-Qur’an ..........................................26

v

4. Pendidikan dalam al-Qur’an .................................................. 30
C. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian......................................................................... 34
B. Metode Penulisan........................................................................ 34
C. Fokus Penelitian.......................................................................... 34
D. ProsedurPenelitian ...................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 37
B. Konsep Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Menurut H. M.

Quraish Shihab ........................................................................... 40
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 58
B. Saran-saran ................................................................................. 59
DARTAR PUSTAKA ................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, seorang anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuannya untuk berfikir.1

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting pada zaman sekarang ini.
Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan
modern sulit untuk diwujudkan. Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting dalam membentuk generasi yang akan datang.
Dengan pendidikan, manusia diharapkan dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas, bertanggung jawab dan mampu mengatasi perubahan-perubahan
dimasa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan adalah menyiapkan dan
mendampingi seseorang agar dapat memperoleh kemajuan dan dapat menjalani
kesempurnaan.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan
yang pada pelaksanaanya berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam
berdasar pada al-Qur’an dan al-Sunah, pendapat ulama serta warisan sejarah,
maka pendidikan Islam pun berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunah, pendapat
ulama serta warisan sejarah tersebut.2

Peninggalan umat Islam yang paling penting adalah al-Qur’an yang berfungsi
sebagai pembeda. Fungsi al-Qur’an tersebut menegaskan bahwa al-Qur’an itu
berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana yang berkaitan

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. ke-9, h. 1

2 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur‟an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet.
ke-1, h. 15

1

2

dengan firman Allah dalam ayat al-Qur’an dalam Qs. Al-Isra ayat 81 yaitu
sebagai berikut:

                     

“Dan katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang bathil telah lenyap.” Sungguh yang
bathil pasti lenyap.”3

Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan
bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan
petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut. Karena, Petunjuk
pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia
diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk
menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat
yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.

Suatu kecendrungan positif yang tampak di kalangan masyarakat Indonesia
dewasa ini adalah pengkajian ayat-ayat al-Qur’an untuk menemukan kedalaman
maknanya. Pengkajian itu tidak terbatas pada masalah keagamaan saja, akan
tetapi juga masalah sosial, budaya, politik, ekonomi maupun pedidikan. Oleh
karena itu, melalui media massa terlihat beberapa tema persoalan yang
dipecahkan dengan pendekatan al-Qur’an. Hali ini membuktikan adanya
kesadaran umat Islam untuk menemukan metode baru dalam pengkajian masalah
keagamaan.

Dengan kesadaran ini, al-Qur’an harus dipandang sebagai panutan dalam
berbagai aspek kehidupan, tidak hanya dalam pelajaran dogmatis, tetapi juga
termasuk ilmu pengetahuan. Salah satu cabang ilmu pengetahuan itu yaitu ilmu
pendidikan. Meskipun al-Qur’an tidak menjelaskan secara terinci tetang

3 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014), cet. ke 6, h. 290

3

bagaimana esensi pendidikan, namun ada berbagai patokan dasar yang telah
digariskannya.4

Al-Qur’an merupakan petunjuk dan menempati posisi yang paling penting
dalam pendidikan Islam. Sumber-sumber pokok ajaran Islam yang berupa al-
Qur’an dan Hadits, banyak mendorong pemeluknya dalam menciptakan pola
kemajuan hidup yang dapat mensejahterakan pribadi dalam lingkungan
masyarakat.

Para pakar pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu sebagai berikut:

Pertama, aspek eksternal manusia yang akan dididik yaitu upaya
penyampaian ide atau konsep kepada orang lain atau masyarakat agar orang lain
atau masyarakat itu berubah menjadi tahu.

Kedua, aspek internal manusia yang akan dididik. Selain dari mewariskan
nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi, untuk memelihara identitas,
masyarakat juga bertugas mengembangkan potensi untuk dirinya sendiri dan
masyarakatnya. Dapatlah dipahami bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah
suatu upaya tranformasi nilai dan pengembangan potensi manusia. Sedangkan
kedua potensi tersebut, baik berlangsug secara formal maupun informal
diharapkan dapat melahirkan perbahan-perubahan dalam masyarakat.5

Dasar pemikiran yang menggambarkan harapan atau tujuan setiap bentuk
pendidikan dan bentuk telaah dan mengenai esensi pendidikan, sejalan dengan
tujuan al-Qur’an yakni mengadakan perubahan-perubahan positif dalam
masyarakat. Hal ini dapat digambarkan dalam firman Allah Swt Qs. Ibrahim ayat
1, yaitu sebagai berikut:

4 Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran (Jakarta:Penamadani, 2005), cet. 3, h. 151,
5 Ibid, h. 154

4

                        

                 

“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”

Dari penjelasan ayat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya telah
menjadi kewajiban bagi seorang pendidik untuk mencerdaskan dan membimbing
peserta didik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.

Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan ada yang menyampaikan materi
ada juga yang menerima materi. Hal ini mengandung makna komunikasi. Karna
dalam proses pembelajaran tanpa diadakannya komunikasi antara pendidik dan
peserta didik kegiatan belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik.
Komunikasi disini sangat dibutuhkan untuk suksesnya keberlangsungan kegiatan
belajar mengajar sehingga mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai, dan
untuk pencapaian tujuan pendidikan itu pendidik juga harus berpacu pada al-
Qur’an dan Hadis. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan
merupakan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai
tujuan tertentu.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan
untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan al-Qur’an tentang ilmu pendidikan. Hal
tersebut yaitu: tujuan pendidikan, metode penyampaian pendidikan dan masa
yang dibutuhkan guna kelangsungan pendidikan. Tujuannya adalah adalah agar
terkuak hakikat setiap usaha dan pelaksanaan pembelajaran dalam hidup
manusia.6

6 Ibid, h. 154

5

Para peneliti telah membuktikan bahwasannya al-Qur’an telah menaruh
perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Pendidikan
akan mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang
berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan
warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt.7 Akan tetapi ilmu yang
dapat mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi itu tidak akan dapat
diperoleh jika manusia itu sendiri tidak mencarinya. Disini dapat dijelaskan
bahwa suatu ilmu dapat diperoleh dari pendidikan, dan disini menjadi tugas para
pendidik untuk dapat mengantarkan peserta didiknya menuju derajat tertinggi
tersebut.

Pada zaman sekarang ini, orang-orang menganggap bahwa al-Qur’an sebagai
kitab yang hanya menjadi bahan bacaan saja, tidak memahami isi yang terdapat
didalam al-Qur’an. Dengan pemahaman seperti ini orang-orang tidak paham akan
pentingnya pendidikan. Padahal di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
memerintahkan manusia untuk berpendidikan melalui pendalaman ilmu
pengetahuan.

Dalam hal menyampaikan materi pendidikan, kebanyakan para pendidik
tidak merujuk pada al-Qur’an, padahal sudah sangat jelas bahwa al-Qur’an
merupakan sumber pokok dalam segala ilmu pengetahuan, baik itu ilmu
pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Oleh sebab itu,
penyampaian materi yang sampaikan oleh pendidik harus merujuk pada tujuan
pendidikan agar materi yang telah disampaikan akan dapat diterima oleh peserta
didik sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam beberapa ayat al-Qur’an, terdapat isyarat dan patokan dasar tujuan
pendidikan, yaitu dalam surat al-Isra’ ayat 9

7 Anshori , Transformasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet ke-1, h. 3

6

                       

             

“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan

memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa

bagi mereka ada pahala yang besar.”8
Penegasan ayat diatas menunjukkan bahwa al-Qur’an mengenalkan dirinya

sebagai petunjuk kepada jalan yang lebih lurus. Petunjuk-petunjuknya bertujuan
memberikan kesejahteraan dan kebahagian bagi manusia, baik secara pribadi
maupun kelompok.9

Penegasan yang telah di jelaskan oleh Umar Shihab dalam bukunya
Kontekstualitas al-Qur’an sudah sangat jelas, bahwasannya al-Qur’an merupakan
petunujuk untuk menuju jalan yang lebih baik lagi. Selain itu juga, al-Qur’an
merupakan sumber pokok ajaran Islam yang didalamnya menjelaskan banyak
sekali materi-materi yang dapat diterapkan oleh para pendidik dalam pencapaian
proses pendidikan, akan tetapi sedikit sekali para pendidik yang merujuk pada al-
Qur’an dalam pembentukan materi yang akan diajarkan.

Al-Qur’an merupakan buku petunjuk (kitab hidayah) khususnya bagi umat
Islam serta umat manusia pada umumnya. al-Qur’an menjadi kurikulum
kehidupan bagi manusia di dalam kehidupan. Satu hal yang juga disepakati oleh
seluruh umat Islam ialah al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam.10 Al-
Qur’an dalam mengerahkan pendidikannya kepada makhluk manusia menghadapi
dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur peciptaannya, yaitu

8 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014), cet. ke 6, h. 383

9 Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: Penamadani, 2005), cet. Ke-3, h. 154,
10 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. 1, h. 21,

7

jasmani, akal dan jiwa. Oleh karena itu, materi-materi pendidikan yang disajikan
al-Qur’an hampir selalu mengarah kepada jiwa, akal dan raga manusia.

Dalam penyajian materi pendidikan, al-Qur’an membuktikan kebenaran
materi tersebut melalui argumentasi logika. Argumentasi-argmentasi yang
dikemukakannya serta arahan yang dapat membuktikan sendiri oleh manusia
(anak didik) melalui penalaran akalnya, telah lebih dahulu dianjurkn teori
tersebut.11 Artinya, al-Qur’an dapat membuktikan kebenaran-kebenaran yang
telah ada dengan membuktikan kejadian-kejadian yang telah lalu.

Penurunan al-Qur’an yang dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung
konsep pendidikan dapat menunjukkan bahwa tujuan al-Qur’an yang terpenting
adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar dengan kegiatan meneliti,
membaca, mempelajari dan obsevasi ilmiah terhadap manusia.

Jika dilihat dari metode-metode pendidikan saat ini, metode yang
disampaikan oleh pendidik itu sangat bertolak belakang dengan metode yang
diungkap oleh H. M. Quraish Shihab. Metode yang digunakan pada sekarang ini
seperti metode discovery, metode simulasi, metode inquiry, metode hafalan dan
metode yang lainnya hanya menitik beratkan pada siswa saja, sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator dan motivator sehingga pembentukan moral pada siswa
terabaikan. Padahal dalam hal proses pendidikan harus diadakannya komunikasi
antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu, hendaknya sebagai pendidik
dapat mempelajari dan mempraktekkan pendidikan Islam yang terdapat dalam al-
Qur’an agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal..

Telah dijelaskan bahwa al-Qur’an menuntut anak didiknya untuk menemukan
kebenaran melalui usaha anak didik itu sendiri dengan memanfaatkan daya
nalarnya dan menuntut agar materi yang disajikan dihayati kebenarannya melalui
argumentasi logika. Akan tetapi, dewasa ini kurangnya pemahaman pendidik
dalam menyampaikan konsep pendidikan tersebut mengakibatkan peserta didik

11 Op.Cit, h. 158,

8

tidak mengerti atau tidak paham dengan apa yang telah dijelaskan olehnya
(pendidik), karena kurangnya argunentasi atau bukti-bukti nyata yang dapat
memperkuat pemahan yang dapat diterima oleh daya nalarnya. Sebaiknya sebagai
pendidik dapat menyampaikan materi pendidikannya merujuk pada tujuan
pendidikan tersebut, agar dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan apa
yang telah diharapkan melalui berbagai macam aspeknya.

Sifat kependidikan al-Qur’an adalah bersifat Rabbaniy berdasarkan ayat yang
pertama-tama turun yakni dalam Qs. Al-‘Alaq ayat 1-5, yaitu sebagai berikut:

                      

                       



“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptkan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah
yang maha pemurah, yang mengajarkan dengan Qalam, yang mengajarkan
kepada manusia pa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-„Alaq: 1-5.)12

Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya pendidikan dalam al-Qur’an yang
berfungsi untuk membangun pemahaman para pendidik dalam menyampaikan
bahan pengajaran mereka (para pendidik) terhadap peserta didik dengan berpacu
pada al-Qur’an, sehingga dalam penyusunan skripsi ini penulis ingin mengkaji
mengenai: “KONSEP PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN MENURUT H. M.
QURAISH SHIHAB.”

12 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 587

9

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yang akan dimunculkan, diantaranya:
1. Kebanyakan orang beranggapan bahwasannya al-Qur’an itu hanya menjadi

bahan bacaan saja. Padahal sudah dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwasannya
manusia itu harus berpendidikan dengan memperdalam ilmu pengetahuan.
2. Kurangnya perhatian pendidik dalam hal menyampaikan metode pendidikan
yang hanya menitikberatkan kepada peserta didik saja, sehingga pembentukan
moral pada peserta didik terabaikan.
3. Kurangnya kesadaran diri manusia akan hal pentingnya memahami ayat-ayat
al-Qur’an yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan, yang kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah
Dari ruang lingkup permasalahan yang di atas dalam skripsi ini sangat luas,

maka penulis membatasinya agar peneliti dan pembahasan dalam skripsi ini
bersifat lebih mendalam dan nilai ilmiahnya dapat dipertahankan. Maka penulis
membatasi masalah pada penelitian ini dengan “Materi dan Metode Pendidikan
dalam al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab”.

D. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis

membatasi masalahnya pada: “Bagaimana konsep pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang konsep pendidikan yang terkandung di dalam al-Qur’an, agar para

10

pendidik dapat menerapkan dan menyampaikan materi pendidikan dan
metode pendidikan menurut pandangan yang terdapat dalam al-Qur’an.
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kegunaan secara teoritis yaitu: dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan masukan kritis sekitar konsep yang dirumuskan oleh H. M.
Quraish Shihab.
b. Kegunaan secara praktis yaitu: dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan kepada semua para pendidik untuk
menyampaikan materi pelajaran, metode dan cara penyampaiannya tidak
terlepas dari apa yang telah di jelaskan di dalam al-Qur’an.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian karya ilmiah ini, diharapkan dapat berguna

untuk:
1. Menjadi sumbangan pemikiran yang bisa memperluas khazanah dalam dunia

pendidikan serta memperkaya khazanah referensi bilamana ada penelitian
yang sama, terutama yang berkaitan dengan pendidikan Islam saat ini.
2. Menumbuhkan pemikiran progresif tentang upaya pengembangan pendidikan
nasional, dengan pemahaman dan pengkajian yang berpijak pada pemikiran
tokoh pendidikan kontemporer.
3. Menjadi media informasi tentang bagaimana al-Qur’an memandang tentang
pendidikan.
4. Memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk
dipersembahkan pada lingkungan masyarakat pada umumnya dan khususnya
pada penulis sendiri.
5. Menjadi pesan positif bagi seluruh pendidik dan peserta didik dalam
melakukan kegiatan pendidikan.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Kata “pendidikan” merupakan kata benda dan kata dasarnya adalah
“didik”, kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Menurut Abuddin Nata, "Tarbiyah atau pendidikan secara harfiah
atau ahli kebahasaan mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan,
memelihara dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kata ini
digunakan oleh Tuhan terhadap seluruh ciptaan-Nya".1 Sebagaimana
firman Allah Swt:

)٢ (          

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”.2
Menurutnya, ayat tersebut mengandung arti “Segala puji bagi
Allah yang memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan sekalian
alam”, jadi lafadz ‫ رب‬tersebut berarti memelihara, menumbuhkan dan
mengembangkan. Selain itu, terdapat pula lafadz ‫ رب‬yang digunakan oleh
orang tua terhadap anak-anaknya, sebagaimana firman Allah Swt:

1Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), h, 19

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 1

11

12

                

)22      

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".3
Dan menurutnya, lafadz ‫ ربياني‬pada ayat tersebut mengandung arti

mendidik. Sedangkan secara lebih luas berdasarkan kutipan yang beliau
ambil dari Mu’jam al-Lughah, “tarbiyah bermakna pendidikan
(education), pengembangan (upbringing), pengajaran (teaching), perintah
(instruction), pembinaan kepribadian (paedagogy), member makan
)breading(, dan pertumbuhan )raising(”.4

Ki Hajar Dewantoro mendefinisikan pendidikan sebagai barikut:
“daja upaja untuk mewudjudkan bertumbuhnja budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelect) dan tumbuh anak, dalam taman
siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar supaya kita dapat
memadjukan kesempurnaan hidup, jakni kehidupan dan penghidupan
anak-anak jang kita didik selaras dengan dunianja”.5

Dalam perkembangannya, menurut Rama Yulis “istilah pendidikan
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja
terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.”6

Dalam kamus Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai suatu
proses pengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

3 Ibid, h. 284
4Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), h.19
5Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama; Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 14-16
6Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h.13

13

latihan, proses perbuatan serta cara mendidik.7 Pendidikan adalah usaha
sadar orang dewasa atau pendidik untuk membantu membimbing
pertumbuhan dan perkembangan anak kearah dewasa.8

Dan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal I, menyebutkan bahwa, “pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya ntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.9

Berdasarkan definisi pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwasannya pendidikan adalah suatu proses perkembangan sikap,
potensi, karakter, maupun psikologi seorang atau sekelompok orang
dengan adanya interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber
pendidikan melalui upaya pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan
merupakan hal yang teramat penting bagi kehidupan. Karena dengan
pendidikan, berbagai permasalahan akan terselesaikan.

Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan
hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan
sasaran pendidikan Islam.10

Sebagai landasan pandangan seorang Muslim disebutkan dalam ayat
al-Qur‟an surat Ali-„Imran ayat 11, yaitu sebagai berikut:

        

7Depdikbud, Kamus Besar Bahsaa Indonesia, (Jakarta, PT: Balai Pustaka, 1990) Cet 1 h.
204

8 M. Alisuf Sabri, Pikologi Pendidikan, (Jakarta, PT: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. h. 10
9Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan
Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar,
(Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010), h.2
10 Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet. ke-1, h. 12

14

“Sesungguhnya Islam itu adalah agaa yang benar di sisi Allah.” 11
Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat Muslim harus mentaati
ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya dan
mampu mengamalkan ajaran yang didorong oleh iman sesuai dengan
Aqidah Islamiyyah. Jadi, pendidikan Islam adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah.12
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai proses
pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan terhadap manusia, agar
nantinya menjadi orang Islam yang berkehidupan serta mampu
melaksakan peranan dan tugas-tugas hidup sebagai muslim. Dengan
singkat, pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai proses pembimbingan,
pembelajaran atau pelatihan agar menusia menjadi seorang muslim.13
Sedangkan menurut Yusuf Qordhawi sebagaimana yang dikutip oleh
Armai Arief, pendidikan Islam adalah pendidikan manusia yang
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya.14
Beberapa ilmuan muslim mencoba merumuskan dan menawarkan
teorinya tentang definisi pendidikan Islam. Ada beberapa sumbangsih
pemikirannya berkenaan dengan pengertian pendidikan Islam, antara lain:
a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian
utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian

11Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 52

12 Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 12
13 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Karya Abditama,
1996), cet. ke-1, h. 6
14 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), cet. ke-1, h. 18

15

yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan,
berbuat serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
b. Menurut Abdur Rahman Nahlawi, Pendidikan Islam adalah pengaturan
pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis
dan sesuai secara keseluruhan, baik dalam kehidupan individu maupun
kolektif.
c. Menurut Drs. Burlian Shomad, pendidikan Islam adalah pendidikan
yang bertujuan untuk membentuk individu menjadi makhluk yang
bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi
pendidikannya, untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut
pendidikan Islam apabila memiliki ciri khas, yaitu:
1) Tujuan untuk membentuk individu yang bercorak diri tertinggi

menurut ukuran al-Qur‟an.
2) Isi pendidikannya adalah ajaran Allah Swt yang tercantum dengan

lengkap dalam al-Qur‟an dan pelaksanaannya dalam praktek
kehidupan sehari-hari.
d. Menurut Syah Muhammad A. Naquib al-Atas, pendidikan Islam
adalah usaha yang dilakukan pendidikan terhadap anak didik untuk
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam
tatanan wujud dan kepribadian.15

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
merupakan usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan segala potensi yang di anugrahkan oleh Allah
Swt kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab
sebagai khalifah Allah Swt di muka bumi ini dan sebagai pengabdian
kepada Allah Swt.

15 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2001), cet. ke-2, h. 16

16

3. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum,

tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum
adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik
dengan pengajaran maupun dengan cara lain. Tujuan sementara adalah
tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah
tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia
yang sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya.
Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.16

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha
dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,
tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu
benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu
keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek
kehidupannya.

Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah
aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak
dalam mendefinisikan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan
atas konsep dasar mengenai manusia, alam dan ilmu serta dengan
pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan
pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu-satunya untuk
membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu
menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakikatnya
merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan
manusia.

16Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 18

17

Menetapkan al-Qur‟an dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat
dibuktikan dalam sejarah dan pengalaman kemanusiaan.

Dalam Pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu
menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur‟an dan
menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya dan meyimpulkan
metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah Saw bersama sahabat,
perlakuannya terhadap anak-anak dan pendidikan keimanan yang pernah
dilakukannya.17

Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam, akan terlihat
jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami
pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang
membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa insan kamil artinya
manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara
wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt. Ini mengandung arti
bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang
berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya serta senang dan gemar
mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan
dengan Allah Swt dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil
manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan
hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. Tujuan ini kelihatannya terlalu
ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan
secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional
mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah hal yang mustahil.18

Tujuan pokok yang utama dari pendidikan Islam adalah mengantarkan
peserta didik agar mampu menjawab tantangan zaman yang timbul dalam
kehidupan sosial sebagai konsekuensi logis dari perubahan peradabannya.

17 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, H. 35
18 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 25

18

Pendidikan dan demokritasi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Karena pendidikan berperan sangat strategis dan krusial dalam mendukung
pembentukan masyarakat demokratis berkeadaban. Peran pendidikan ialah
mempersiapkan anak bangsa baik secara individual maupun secara sosial,
agar memiliki kemampuan, keterampilan, etos kerja dan motivasi untuk
beradaptasi aktif dalam aktualisasi institusionalisasi masyarakat madani.19
4. Unsur-unsur pendidikan
a. Pendidik

Pendidik merupakan orang yang memikul pertanggung jawaban
untuk mendidik.20 Seorang pendidik harus memperlihatkan bahwa ia
mampu mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, mampu
membentuk dirinya sendiri. Selain itu, pendidik juga bukan hanya
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap anak didiknya saja, namun
harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.21 Artinya pendidik
harus bisa menentukan keinginannya sendiri dalam memilih hal-hal
yang diinginkannya yang menurutnya baik. Sebab apa yang ia pilih
akan menjadi teladan bagi masyarakat, terutama bagi peserta didiknya.

Tanggung jawab seorang pendidik cukup berat, maka predikat
pendidik hanya dapat dipegang oleh orang dewasa. Untuk menjadi
pendidik, diperlukan berbagai kesiapan, diantaranya pendidikan calon
pendidik di sekolah, pendidikan pemimpin dan lain-lain.22

Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam
melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut:
1) Kematangan diri yang stabil.
2) Kematangan sosial yang stabil.
3) Kematangan professional (kemampuan dalam mendidik).23

19Arif Cholis, Pendidikan Islam Menurut Hasyim Muzadi, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013, h. 15

20 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1987),
h. 19

21 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h. 18
22 Ibid, h. 19
23 Ibid, h. 19

19

b. Peserta Didik
Dalam pengertian umum, anak didik (peserta didik) adalah setiap

orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit,
anak didik (peserta didik) ialah anak (pribadi yang belum dewasa)
yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.24

Dalam proses pendidikan, kedudukan anak didik sangat penting.
Proses pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi
pendidikan yang dialaminya, karena anak didik merupakan komponen
yang hakiki. Seseorang yang masih belum dewasa pada dasarnya
mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang, baik
jasmani maupun rohani. Antara pendidik dan peserta didik sama-sama
merupakan subjek pendidikan.25
c. Alat Pendidikan

Alat pendidikan merupakan faktor penting dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan. Tanpa alat pendidikan (sarana dan prasarana
pendidikan) kegiatan pendidikan tidak dapat berlangsung. Alat
pendidikan juga berfungsi untuk memperjelas pemahaman dan
penguasaan siswa dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang
diajarkan oleh pendidik.26 Menurut Hasbullah, alat pendidikan adalah
suatu tujuan pendidikan yang sengaja diadakan untuk tercapainya
suatu tujuan pendidikan yang ditentukan.27

Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai komponen
yang masing-masing saling berkaitan dan berhubungan untuk
mencapai keberhasilan pendidikan sesuai dengan apa yang telah
diprogramkan. Dengan demikian, setiap komponen memiliki sifat

24 Ibid, h. 23
25 Ibid, h. 24
26 Supiana, Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan, (Bandung: Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2008), cet. ke-1, h. 317
27 Op.Cit, h. 26

20

saling tergantung sesamanya. Keselarasan antara komponen ini akan
menopang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.28

Dalam pendidikan Islam, alat pendidikan yang paling diutamakan
adalah teladan. Karena sifat teladan merupakan alat pendidikan yang
paling penting dalam pendidikan Islam. Oleh karena itu, pendidik
(guru maupun orang tua) diwajibkan untuk menempatkan dirinya
sebagai sosok teladan bagi putra-putri dan peserta didik mereka.29
d. Tujuan pendidikan

Setiap apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar,
pendidikan akan selalu berpacu pada tujuan pendidikan yang hendak
dicapai yang telah ditetapkan. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha
yang dilakukan tanpa adanya tujuan, tidak akan berarti apa-apa.

Tentang tujuan ini, di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara
jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu:

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.30

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Berbudi pekerti luhur.
3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
4) Sehat jasmani dan rohani.
5) Kepribadian yang mantap dan mandiri.

28 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-3, h. 110
29 Ibid, h. 111
30 UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1). Lihat
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Dirjend. Binbaga Islam, 1991/1992), h. 3

21

6) Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.31
5. Metode Pendidikan Islam

Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku
kata, “metodos” berarti cara atau jalan dan “logos” yang berarti ilmu
Metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara. Secara istilah, metodologi
adalah ilmu tentang cara atau sampai kepada tujuan. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam merupakan jalan
yang dapat ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam membentuk
pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang digariskan oleh al-Qur‟an dan hadis.32

Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat
disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu
pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu, ilmu
pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi
yaitu metodologi pendidikan, yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang
metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.33

Demikian pula dengan ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi
pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau
cara yang sebaik mungkin sebagai pelaksanaan operasional dari ilmu
pendidikan Islam tersebut. Pelaksanaannya berada dalam ruang lingkup
proses kependidikan yang berada di dalam suatu sistem dan struktur
kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.34

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam
adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan.

Dibawah ini merupakan macam-macam metode pendidikan Islam,
yaitu sebagai berikut:

31 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h. 1
32 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 87-88
33Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet. 2 h. 99
34 Ibid, h. 99

22

a. Metode Mutual Education
Yaitu suatu metode mendidik secara berkelompok yang pernah

dicontohkan oleh Nabi. Misalnya dicontohkan oleh Nabi sendiri dalam
mengajarkan shalat dengan mendemonstrasikan cara-cara shalat yang
baik.35
Nabi bersabda:

“Shalatlah kamu sekalian sebagaimana aku shalat”. (HR. Bukhari)
b. Metode Intruksional

Yaitu metode yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang
beriman dalam bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat
mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan berbuat
sehari-hari.36 Misalnya, sabda Nabi:

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: 1. Apabila berbicara ia
bohong, 2. Apabila berjanji ia ingkar, dan 3. Apabila dipercaya ia khianat.”

(al-Hadis).
c. Metode Bercerita

Yaitu yang mengisah peristiwa sejarah hidup manusia masa
lampau yang menyangkut ketaannya atau kemungkarannya dalam
hidup terhadap perintah Allah Swt yang dibawakan oleh Nabi atau
Rasul yang hadir di tengah mereka. Misalnya M. Arifin menyebutkan
contoh dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, sebuah
ayat yang mengandung nilai paedagogis dalam sejarah digambarkan
Allah swt,37 sebagai berikut:

35 Ibid, h. 110
36 Ibid, h. 111
37 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 4, h.71

23

             

“Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang

yang berakal”38. (Qs. Yusuf. 111).
d. Metode Tanya Jawab

Yaitu metode yang sering dipakai oleh para nabi dan rasul dalam
mengajarkan agama yang dibawa kepada umatnya. Bahkan para
folosof banyak mempergunakan metode Tanya jawab ini. Dengan
metode Tanya jawab, pengetahuan dan pemahaman anak didik dapat
lebih dimantapkan, sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan
kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari.

M. Arifin di dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menyatakan
bahwa kita hendaknya bertanya kepada orang-orang yang ahli bila
memang tidak mengetahui, 39seperti yang dicontohkan dalam Qs. An-
Nahl ayat 34:

                

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu

tidak mengetahui”.
B. Sejarah Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur‟an
Al-Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai puncak

kesempurnaan”, al-Qur‟an al-Karim berarti “bacaan yang mahasempurna
dan mahamulia”. Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan “bacaan” ini
agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh
semua orang yang menggunakan “seedikit“ pikirannya.40

Qara‟a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira‟ah berarti
merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu

38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 248

39 Op.Cit, h. 75
40 M. Quraish Syihab, Lentera al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 2008), h. 21

24

ungkapan kata yang teratur. Secara khusus, al-Qur‟an menjadi nama bagi
sebuah kitab yang diturunkan Nabi Muhammad Saw, maka jadilah ia
sebagai sebuah identitas diri.41

Al-Qur‟an merupakan sumber hukum yang utama dari sumber-sumber
hukum yang ada, karena al-Qur‟an merupakan kalam Allah Swt yang telah
diriwayatkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw bagi seluruh umat
manusia. Sedangkan sumber-sumber lainnya merupakan pelengkap dan
cabang dari al-Qur‟an, karena pada dasarnya sumber-sumber hukum yang
lain itu kembali lagi kepada al-Qur‟an. Selain sebagai sumber hukum
ajaran Islam yang paling utama, di dalam al-Qur‟an juga terdapat
kandungan-kandungannya yang meliputi:
a. Aqidah, yakni keyakinan yang lebih menitikberatkan kepada

tauhidullah yakni meng-Esa-kan Allah dan menyatukan pengabdian
hanya kepada-Nya.
b. Syari‟ah, yakni hukum Islam yang meliputi Ibadah dan Muamalah,
dengan kata lain petunjuk tentang beribadah bermuamalah dan cara
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
c. Akhlak, yakni hal-hal yang berkaitan dengan prilaku dan sopan santun,
baik hablun minallah maupun hablun munannas.
d. Berita ghaib, yang terkait dengan alam yang tidak terjangkau oleh
manusia di dunia.
e. Janji bagi yang taat kepada perintah Allah Swt dan ancaman bagi yang
melanggar perintah Allah Swt.
f. Taat hukum yang diperlukan manusia.
g. Kisah para Nabi dan Rasul serta umat-umat terdahulu.42

Al-Qur‟an merupakan kitab Allah Swt yang memiliki perbendaharaan
luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia

41Syaikh Manna‟ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2011), cet. 6 h. 16

42Nur Kholis, Pengantar Studi al-Qur’an dan al-Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. I,
h. 60

25

merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan
masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta
material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-Qur‟an merupakan sumber
nilai yang absolute dan utuh, eksistensinya tidak akan pernah mengalami
perubahan. Kemungkinan perubahan hanya sebatas interpretasi manusia
terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya sesuai
dengan konteks zaman, situasi, kondisi dan kemampuan manusia dalam
melakukan interpretasi. Ia merupakan pedoman normatif-teoritis bagi
pelaksanaan pendidikan Islam yang memerlukan penafsiran pendidikan
Islam lebih lanjut.43

Al-Qur‟an juga merupakan petunjuk lengkap yang meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia secara universal. Keuniversalan ajarannya
mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia
esensinya tidak dapat dimengerti kacuali bagi orang yang berjiwa suci dan
berakal cerdas.44
2. Sebab diturunkannya al-Qur‟an

Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwasanya al-Qur‟an telah
diturunkan secara berangsur-angsur dalam berbagai kesempatan, sesuai
dengan peristiwa dan masalah yang menimpa kaum Muslim. Karenanya
demi menyelesaikan problematika tersebut, satu atau beberapa ayat dan
kadangkala satu surah diturunkan. Sangat jelas bahwa ayat-ayat yang
diturunkan pada setiap kesempatan berkaitan dan membahas peristiwa
tersebut. Karenanya, jika terdapat ketidakjelasan atau muncul masalah
dalam lafadz atau makna, maka untuk meyelesaikannya harus dengan
mengidentifikasi latar belakang peristiwa yang terjadi.45

Menurut sebagian ahli sejarah, al-Qur‟an diturunkan pada malam ke-
17 di Bulan Ramadhan. Penetapan tanggal 17 Ramadhan sebagai malam

43Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), cet. 1 h. 95-96

44 Husnul Khuluq, Konsep Etika Belajar Siswa Menurut al-Ghazali, Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2010 h. 15

45 M. Hadi Ma‟rifat, Sejarah al-Qur’an, (Jakarta: Al-Huda, 2007), cet. 1, h. 94

26

Nuzul al-Qur‟an )turun al-Qur‟an(, ini didasarkan pada berbagai isyarat
yang dilansir al-Qur‟an yang menggambarkan bahwa hari turun al-Qur‟an
itu sama dengan peristiwa perang Badar yang diabadikan al-Qur‟an
dengan julukan Yaum al-Furqan (hari yang membedakan Islam dan Kafir)
dan Yaum al-Jam’an (hari bertemunya dua pasukan tempur dalam hal ini
pasukan Muslim dan pasukan kafir).46 Hal ini dijelaskan dalam Qs. Ali
„Imran ayat 55, yaitu:

                   

                     

 

“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu
dua pasukan itu, Hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan
sebagian kesalahan yang Telah mereka perbuat (di masa lampau) dan
Sesungguhnya Allah Telah memberi ma'af kepada mereka. Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”.
Dari sejarah turunnya al-Qur‟an, dapat diambil kesimpulan bahwa al-

Qur‟an mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Petunjuk Aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang

tersimpul dalam keimanan dan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan
kepastiaan adanya hari pembalasan.
b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
c. Petunjuk mengenai syari‟at dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan sesama manusia.47

46 Muhammad Amin Suma Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013), cet. 1,
h. 39

47 Ibid, h. 57

27

3. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur‟an
Diantara fungsi al-Qur‟an adalah sebagai petunjuk )al-huda), penerang

jalan hidup (al-bayyinah), pembeda antara yang benar dan yang salah (al-
furqan), penyembuh penyakit hati (asy-Syifa), nasihat (al-mau‟idzah(, dan
sumber informasi (al-Bayan). Sebagai sumber informasi, al-Qur‟an
mengajarkan banyak hal kepada manusia dari mulai persoalan keyakinan,
moral, prinsip-prinsip ibadah, prinsip-prinsip muamalah sampai kepada
asas-asas ilmu pengetahuan.48

Al-Qur‟an memperkenalkan dirinya sebagai Hudan li al-Nas
(petunjuk untuk seluruh manusia). Inilah fungsi utama kehadiran dari al-
Qur‟an. Kita yakin bahwa para sahabat Nabi Muhammad Saw, seandainya
hidup pada saat ini pasti akan memahami petunjuk-petunjuk al-Qur‟an
sedikit atau banyak, berbeda dengan pemahaman mereka sendiri yang
telah tercatat dalam literatur keagamaan. Karena pemahaman manusia
terhadap sesuatu tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman-pengalaman,
disamping kecendrungan dan latar belakang pendidikannya.49

Dalam rangka penjelasan tentang fungsi al-Qur‟an ini, Allah
menegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 213 yang berbunyi:

                       

                   

                    

                      

48 Said Agil Husin al-Munawar Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani:Dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet. ke-2, h. 4

49M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an Isah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan
Pustaka, 2008), cet ke-2, h. 26

28

                        

  

”Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.”50

Dari sudut subtansinya, fungsi al-Qur‟an sebagaimana tersurat nama-
namanya dalam al-Qur‟an adalah sebagai berikut:
a. Al-Furqon (pemisah). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah cara

untuk Membedaka dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang
batil, atau antara yang benar dan yang salah.
b. Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi
sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin
yang dimaksud disini adalah penyakit Psikologis).
c. Al-Mau‟izah )nasihat(. Didalam al-Qur‟an di katakan bahwa ia
berfungsi sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa,
d. Al-Huda (petunjuk). Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang
posisi al-Qur'an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia
secara umum. Kedua, al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang-orang
bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman.51

Selain memiliki banyak fungsi, al-Qur‟an juga memiliki banyak
kedudukan, diantaranya:
1) Al-Qur‟an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman

Disiplin ilmu yang bersumber dari al-Qur‟an di antaranya yaitu:

50 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 33

51 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TERAS, 2008), h.32

29

a) Ilmu Tauhid (Teologi)
b) Ilmu Hukum
c) Ilmu Tasawuf
d) Ilmu Filasafat Islam
e) Ilmu Sejarah Islam
f) Ilmu Pendidikan Islam
2) Al-Quran sebagai Wahyu Allah Swt yaitu seluruh ayat al-Qur‟an
adalah wahyu Allah. Tidak ada satu kata pun yang datang dari
perkataan atau pikiran Nabi.
3) Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, al-Qur‟an
merupakan kabar yang di bawa oleh nabi yang datang dari Allah Swt
dan di sebarkan kepada manusia.
4) Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim
menjadikan al-Qur‟an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di
hadapi.
5) Sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada
zaman Rasulallah dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan
datang.
6) Al-Quran sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, al-Qur‟an itu tidak
akan terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai
sumber hukum, sumber ilmu pengetahuan dan lain-lain.
7) Al-Qur‟an di nukil secara mutawattir artinya, al-Qur‟an disampaikan
kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah
orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
8) Al-Qur‟an sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat al-Qur‟an
sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam kata lain
bahwa al-Qur‟an menempati posisi awal dari tertib sumber hukum
dalam berhujjah.

30

4. Pendidikan dalam al-Qur‟an
Dalam al-Qur‟an, pendidikan mempunyai beberapa arti diantaranya

Tarbiyyah, Ta’dib dan Ta’lim dan. Istilah-istilah tersebut akan dilihat
penggunaanya didalam al-Qur‟an dengan suatu masukan yang kuat bahwa
disamping memiliki segi-segi persamaan, istilah-istilah tersebut memiliki
perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.52 Istilah-istilah tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pertama, istilah Tarbiyyah. istilah tarbiyyah ini merupakan istilah
yang sering digunakan dan paling terkenal, karena istilah ini termasuk
yang paling banyak digunakan oleh para ahli pendidikan. Kata Rabb
merupakan akar dari kata tarbiyyah yang berarti sumber yang memberikan
ilmu pengetahuan.53 Konsep tarbiyyah pendidikan bersumber dari Allah
Swt, kemudian diamanatkan pada para rasul untuk diselenggarakan
dilingkungan kehidupan manusia. Khusus dalam pendidikan Islam, tugas
penyampaian nilai-nilai ajaran itu dibebankan kepada orang tua.54 Konsep
tarbiyyah pendidikan dititik beratkan pada upaya untuk memberi
bimbingan, perlindungan, pemeliharaan dan pembentukan nilai-nilai kasih
sayang. Oleh karena itu, konsep tarbiyyah menekan adanya alihan fungsi
dan peran orang tua dalam memberikan perlakuan dan pelayanan
kependidikan.55

Kata Tarbiyyah untuk menunjukkan makna pendidikan Islam dapat
dipahami dengan merujuk pada firman Allah Swt dalam al-Qur‟an surat
al-Isra ayat 24, yang berbunyi:

                

    

52Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), cet ke-1, h. 89

53 Ibid, h. 91
54 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-3, h. 119
55 Ibid, h. 123

31

“dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah “wahai tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka

berdua telah mendidik aku pada waktu aku kecil.”56
Kata Rabbaniy dalam al-Qur‟an dapat dilihat dalam Qs. Al-Maidah

ayat 44 yang berbunyi:

                    

                     

           

“Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-
orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang
alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan
memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.”57

Pada ayat diatas, telah dijelaskan bahwasanya kata Rabbaniyun
diartikan orang-orang alim, yakni para ulama ahli agama secara khusus
terdapat pada penganut agama Yahudi. Dengan demikian, kata Rabbaniy
erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Rabbani adalah orang-orang
yang memiliki ilmu pengetahuan yang sempurna dan mendalam.58

Kedua, istilah Ta’dib. Kata Ta‟dib berasal dari kata “Addaba,
yuaddibu, ta’diban” yang berarti education (pendidikan), discipline
(disiplin, patuh dan tunduk pada aturan), punishment (peringatan atau
hukuman), dan chastisement (hukuman-penyucian(. Atau kata ta‟dib juga
berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan antun, tata karma,
adab, budi pekerti, moral dan etika.59

Konsep ta’dib juga berimplikasi terhadap pendidikan formal dan
informal. Pada pendidikan formal ta‟dib tertuju kepada pendidik dan

56 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h. 26
57 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h.115
58ibid, h. 92
59 Miftah Faridl, Konsep Ta’dib Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013, h. 48

32

peserta didik. Kepribadian dan adab seorang pendidik yang mengharuskan
pendidik memiliki adab dan kepribadian yang baiksehingga mampu
menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya, sebab adab tidak hanya
terbatas pada aspek kognitif saja, tetapi juga meliputi pendidikan moral,
spiritual dan sosial.60

Ketiga, istilah Ta’lim. Dikalangan para ahli pendidikan di zaman
klasik, pemakaian kata ta’lim, banyak dijumpai . kata ini juga termasuk
kata yang juga popular sebagaimana kata tarbiyyah. di dalam al-Qur‟an,
kata ta’lim, dijumpai dalam Qs. Al-Hujurat ayat 16 yang berbunyi:

                    

            

“Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang
agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"61

Dalam ayat diatas, kata tu’allimu diartikan sebagai memberitahukan
sesuatu. Dengan cara demikain, seseorang yang semula tidak mengetahui
menjadi mengetahui. Kata ta’lim, terkait erat dengan proses transfer of
information (mengalihkan informasi) atau mengalihkan ilmu pengetahuan.
Hasil dari proses ta’lim adalah ilmu yang berarti suatu upaya untuk
mendapatkan sesuatu dengan sesungguhnya.62

C. Hasil Penelitian yang Relevan
Setelah penulis meneliti, ternyata judul skripsi yang berjudul “Konsep

Pendidikan dalam Al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab”, belum pernah
dikaji meskipun terdapat judul skripsi seperti dibawah ini:

60 Op. Cit, h. 94
61 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 115
62 Op. Cit, h. 99

33

1. Konsep Khalifah menurut H. M. Quraish Shihab dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam, oleh Khoirunnisa Fadhilah (109011000079)
tahun 2014
Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi penulis, karena dalam skripsi
tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan Islam dalam
memperhatikan penyusunan rancangan program pendidikan yang
dijabarkan dalam kurikulum.

2. Konsep Metode Pendidikan Islam Studi Pemikiran Prof. Dr. H. M.
Quraish Shihab, MA, oleh Mar‟atin Qanitah )D1205212( tahun 2009
Skripsi ini ada beberapa persamaan dengan skripsi yang penulis kaji,
dalam skripsi ini menjelaskan bahwasannya metode yang terdapat dalam
al-Qur‟an berangkat dari metode pendidikan di Indonesia, terutama
metode pada saat ini. Persamaan antara skripsi ini dengan skripsi yang
penulis kaji yaitu penulis juga mencantumkan metode yang terdapat dalam
al-Qur‟an dengan menghantarkan anak didik agar memahami dan dan
mengetahui sebuah konsep pendidikan agar berprilaku baik dalam
kehidupannya sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an

menurut Quraish Shihab” ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan,
dengan pengaturan waktu sebagai berikut: Bulan November digunakan untuk
pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks
book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian,
terutama yang berkaitan dengan pendidikan dalam al-Qur’an dari beberapa
sumber sebagai sumber primer, sebagai penguat dalam penulisan skripsi ini.
Kemudian menyusun data-data dalam bentuk penelitian (laporan) dari sumber-
sumber yang telah ditemukan.

B. Metode Penelitian
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research) yakni dengan membaca, menelaah dan
mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah
yang dibahas, dan penelitian pemikiran tokoh. Sesuai dengan pokok masalah
yang telah dirumuskan, data dan informasi yang dihimpun. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data penyajian data
digunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif digunakan untuk
menguraikan dan menggambarkan data dan informasi yang diperoleh dalam
bentuk kalimat yang disertai dengan kutipan-kutipan data.1

C. Fokus Penelitian
Penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian

yang sedang dilakukan. Fokus penelitian harus diungkapkan secara jelas untuk
mempermudah peneliti sebelum melakukan penelitian adalah garis besar dari
penelitian serta analisa hasil penelitian akan lebih terarah.

1 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004), cet ke
18, h. 6

34

35

Fokus penelitian pada penulisan ini adalah konsep pendidikan dalam al-
Qur’an. Apa itu pendidikan dan bagaimana pendidikan dalam al-Qur’an
menurut Quraish Shihab.

D. Prosedur Penelitian
Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.2 Penelitian pada
dasarnya merupakan suatu pencarian, menghimpun data, mengadakan
pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan dan lain sebagainya. Suatu
metode penelitian mempunyai rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini
menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu
peneitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan dan dengan cara
bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.

Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode
penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban
yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.3

Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan dan jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kualitatif, artinya penelitian yang menggunakan data
informasi berbagai macam teori yang diperoleh dari kepustakaan. Selain
itu, langkah metodis dalam penyusunan penelitian karya ilmiah ini
menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Menutut Whithney,
sebagaimana dikutip oleh Nazir, yang dimaksud dengan metode deskriptif
adalah:

Pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang

2 Sugiono Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta , 2008), h. 3
3 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h.
52

36

hubungan kegiatan-keiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta
proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.4

Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan
konsep para cendikiawan, tokoh dan ahli dibidang tafsir yang nantinya
dapat mempermudah, memahami dan menghubungkan jalan pikiran
maupun makna yang terkandung di dalamnya secara runtut dan
komprehensif.
2. Sumber Data

Sumber data dalam skripsi ini di kelompokkan dalam dua kategori,
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer

Yang dimaksud sumber primer dalam penelitian ini adalah sebuah
buku karya Quraish Shihab yang berjudul Membumikan Al-Qur’an
“Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat”.
b. Sumber data sekunder

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah karya-
karya atau buku-buku yang memiliki kesamaan pemikiran tentang
konsep pendidikan khususnya pendidikan dalam al-Qur’an.
3. Input Data
Sesuai dengan metode yang digunakan, maka input data dilakukan
dengan studi dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya
monumental dari seseorang. Dengan mengumpulkan dan menela’ah
sumber referensi berupa buku-buku, jurnal, dan literatur ilmiah lainnya
dari karya para pakar, intelektual, praktisi, maupun para pengambil
kebijakan yang berkompeten, yang mana karya-karya tersebut mempunyai
keterkaitan dengan kajian-kajian yang akan diteliti.

4 Moh. Nizar, Metode Penellitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), cet. IV, h. 63-64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Biografi H. M. Quraish Shihab
H. M. Quraish Shihab lahir pada tanggal 16 Februari 1944 di Rapang,
Sulawesi Selatan. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab adalah keluarga
keturunan Arab yang terpelajar, dan menjadi ulama sekaligus guru besar
tafsir di IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Sebagai orang yang berpikiran
maju, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen
perubahan. Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat
dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’at Khair, sebuah lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia.
Kehadiran H. M. Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan
suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti
dengan adanya berbagai aktifitas yang dijalankannya di tengah-tengah
masyarakat. Di samping mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki
sejumlah jabatan. Diantarnya adalah sebagai Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat sejak 1984, anggota lajnah Pentashhih al-Qur’an
Departemen Agama sejak 1989. Beliau juga terlibat dalam beberapa
organisasi professional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan
Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini didirikan.
Selanjutnya ia juga tercatat sebagai pengurus perhimpunan Ilmu-Ilmu
Syari’ah dan pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Aktifitas lainnya yang ia lakukan adalah
sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic
Studies, Ulumul Qur’an, Mimbar Ulama dan Refleksi Jurnal Kajian
Agama dan Filsafat. semua penerbitan ini berada di Jakarta.1

1Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2005), cet. 1-3 h. 362

37

38

2. Pendidikan H. M. Quraish Shihab
H. M. Quraish Shihab menyelesaikan sekolah dasarnya di kota Ujung

Pandang. Beliau kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di kota
Malang sambil belajar agama di Pesantren Daar al-Hadits al-Fiqhiyah.
Pada tahun 1958, ketika berusia 14 tahun, ia berangkat ke Kairo, Mesir
untuk melanjukan studi dan diterima sebagai mahasiswa di kelas II
Tsanawiyah al-Azhar. Setelah itu ia diterima sebagai mahasiswa di
Universitas al-Azhar dengan mengambil Jurusan Tafsir dan Hadis,
Fakultas Ushuluddin hingga menyelesaikan Lc pada tahun 1967.
Kemudian beliau melanjutkan studinya di jurusan dan universitas yang
sama hingga berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul al-
Iijazasyari’i li al-Qur’anal-Karim pada tahun 1969 dengan gelar M. A.

Setelah menyelesaikan studinya dengan gelar M. A. tersebut, untuk
sementara ia kembali ke Ujung Pandang. Dalam kurung waktu kurang
lebih sebelas tahun (1969-1980) ia terjun ke berbagai aktivitas sambil
menimba pengalaman empirik, baik dalam bidang kegiatan akademik di
IAIN Alauddin maupun di berbagai institusi pemerintah setempat. Dalam
masa menimba pengalaman dan karier ini, ia terpilih sebagai Pembantu
Rektor III IAIN Ujung Pandang. Selain itu, ia juga terlibat dalam
pengembangan pendidikan perguruan tinggi swasta wilayah Timur
Indonesia dan diserahi tugas sebagai koordinator wilayah. Di tengah-
tengah kesibukanya itu, ia juga aktif melakukan kegiatan ilmiah yang
menjadi dasar kesarjanaannya. Beberapa penelitian telah dilakukannya,
diantaranya ia meneliti tentang “Penetapan Kerukunan Hidup Beragama
di Timur Indonesia” (1975) dan Masalah Wakaf di Sulawesi Selatan”
(1978).

Pada tahun 1980, H. M. Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk
meneruskan studinya di Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin
Jurusan Tafsir Hadis, Universitas al-Azhar. Hanya dalam waktu dua
tahun (1982) dia berhasil meyelesaikan disertasinya yang berjudul “Nazm

39

al-Durar li al-Biqai Tahqiq wa Dirasah” dan berhasil dipertahankan
dengan nilai Suma Cumlaude.

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi H. M. Quraish
Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN
Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif
mengajar bidang Tafsir dan Ulum al-Qur’an di program S1, S2 dan S3
sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai
dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta
selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya
menduduki jabatan sebagai Mentri Agama selama kurang lebih dua bulan
di awal tahun 1998, hingga kemudian diangkat sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik
Arab Mesir merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo.

3. Karya-karya Tulis H. M. Quraish Shihab
Diantara karya-karya yang telah ditulis oleh H. M. Quraish Shihab

yaitu antara lain:
a. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang,

IAIN Alauddin, 1984);
b. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an

(Jakarta: Lentera Hati, 1998);
c. Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);
d. Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika,

September 2003);
e. Anda Bertanya,Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah

Keislaman (Mizan Pustaka)
f. Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);
g. Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);
h. Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994);
i. Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996);


Click to View FlipBook Version