The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by faqihalbatawie18, 2020-12-30 16:45:47

Nur Fatimah NIM 1110011000136 (FITK)

Nur Fatimah NIM 1110011000136 (FITK)

40

j. Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 1996);

k. Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997);
l. Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung; Mizan,

1999)
m. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15

Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003);
n. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan

Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
o. Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005);
p. Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta:

Lentera Hati, 2006);
q. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat

(Jakarta: Lentera Hati, 2006);
r. Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati,

2006);
s. Al-Lubâb; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz

'Amma (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008);
t. Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam

Kehidupan (Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011);
u. Tafîr Al-Lubâb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-

Qur'ân (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012).2

B. Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab
1. Pendidikan dalam al-Qur’an
Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber hukum ajaran Islam dan
pengetahuan yang sangat lengkap, mencakup kehidupan manusia baik
dunia mapun akhirat. Al-Qur’an dan hadis merupakan pedoman dan

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab

41

sekaligus kerangka segala kegiatan intelektual. Keduanya membimbing
kegiatan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.

Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada
jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan
dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.3
Al-Qur’an telah menjadi petunjuk bagi masyarakat dimuka bumi ini untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan pendidikan al-Qur’an adalah
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah Swt dan khalifah-Nya, guna
membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah Swt.
Kekhalifahan mengharuskan empat sisi yang saling berkaitan, yaitu
diantaranya: pertama, pemberi tugas (Allah Swt), kedua penerima tugas
(manusia, baik perorangan maupun kelompok), ketiga tempat atau
lingkungan dan keempat materi-materi penugasan yang harus mereka
laksanakan.4

Dalam bidang pendidikan, al-Qur’an menuntut bersatunya kata
dengan sikap. Karena itu, keteladanan para pendidik dan tokoh masyarakat
merupakan salah satu andalannya. Pada saat al-Qur’an mewajibkan anak
menghormati orangtuanya, pada saat itu pula ia mewajibkan orangtua utuk
mendidik anak-anaknya. Pada saat masyarakat diwajibkan menaati rasul
dan para pemimpin, pada saat yang sama Rasul dan para pemimpin
diperintahkan menunaikan amanah, menyayangi yang dipimpin sambil
bermusyawarah bersama mereka. Dengan demikian, al-Qur’an menuntut
keterpaduan antara orangtua, masyarakat dan pemerintah.5

Dalam hal ini, telah dijelaskan pula bahwasannya peranan orangtua
sangatlah penting dalam perkembangan anaknya, baik dilingkungan
keluarga, masyarakat maupun negara. Sebagaimana firman Allah Swt
yang telah dijelaskan dalam Surat Luqman ayat 13-14 yang berbunyi:

3 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet. 121, h. 172

4Ibid, h. 269
5 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Penertbit Mizan, 1997), cet. 6, h. 11

42

                       

                 

                  

       

“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.”6

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah Swt telah menetapkan
aqidah kepada anak, mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu selain Allah Swt. Masalah tauhid dikaitkan dengan
hubungan antara orang tua dan anak. Allah Swt mengingatkan betapa
penting dan dominan peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai tauhid
dalam diri anak-anak.

Pendidikan dalam ayat tersebut sejalan dengan konsep pendidikan
tarbiyah yang menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang
bersumber dari Allah Swt selaku Tuhan semesta alam. Dalam hubungan
antara manusia, tugas penyampaian nilai-nilai ajaran itu dibebankan
kepada orang tua, sedangkan para pendidik tak lebih hanyalah sebagai
tenaga professional yang mengemban tugas berdasarkan keparcayaan para
orang tua. Pada ayat ke 14, nasehat tersebut menekankan kepada anak agar
senantiasa mengormati ibu terlebih dahulu, ini disebabkan karena ibu telah
mengandungnya dengan susah payah, kemudian memeliharanya dengan
kasih sayang yang tulus dan ikhlas, sehingga ibu berpotensi untuk tidak
dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu yang berbeda dengan bapak.

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 412

43

Telah dijelaskan bahwa al-Qur’an menuntut anak didiknya untuk
menemukan kebenaran melalui usaha anak didik itu sendiri dengan
memanfaatkan daya nalarnya, dan menuntut agar materi yang disajikan
dihayati kebenarannya melalui argumentasi logika. Demikian pula, sejarah
yang disampaikan mengantar pada tujuan pendidikan dalam berbagai
aspeknya. Pendidik (subjek pendidikan), harus membuktikan dirinya
sebagai panutan, bagaimana halnya yang ditemukan dalam kenyataan
pendidikan sekarang ini, khususnya dalam bidang metodologi pendidikan.7

Para pakar ilmu pendidikan menjelaskan bahwa usaha pendidikan
adalah usaha sadar yang dilaksanakan oleh seseorang yang menghayati
tujuan pendidikan. Berarti sudah jelas bahwa tugas pendidikan dibebankan
kepada seseorang yang lebih dewasa dan matang, yaitu orang yang
mempunyai integritas kepribadian dan kemampuan yang professional.8

Gagasan dan pemikiran H. M. Quraish Shihab dapat ditelusuri pada
sejumlah karya ilmiahnya dan pesan-pesan dakwah yang disampaikannya.
Secara lebih khusus gagasan dan pemikiran H. M. Quraish Shihab dalam
bidang pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan.
b. Metode Pendidikan.
c. Sifat Pendidikan Islam.

Ketiga bidang pendidikan ini, telah dijelaskan bagaimana kaitannya
dengan al-Qur’an dalam menyampaikan pendidikan kepada peserta didik
agar para pendidik tidak terlepas dari al-Qur’an dalam menyampaikan
materi pendidikannya kepada peserta didik. Dibawah ini akan dijelaskan
ketiga bidang tersebut:

Pertama, tentang tujuan pendidikan. Dengan merujuk kepada ayat 2
Surat al-Jumu’ah yaitu:

7 Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta:Penamadani, 2005), cet3, h. 167,
8 Ibid, h. 169

44

               

                 

    

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”9

Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan disini adalah untuk
mencapai kesejahteraan dalam mencapai pendidikan yang berpacu kepada
al-Qur’an. Dan tujuan yang ingin dicapai disini dengan pembacaan,
penyucian dan pengajaran tersebut adalah merupakan pengabdian kepada
Allah Swt. Sejalan dengan tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan
oleh al-Quran dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 “

               

“Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menjadikan tujuan akhir
atau hasil segala aktifitasnya sebagai pengabdian kepada-Ku”.10

Atas dasar ini, H. M. Quraish Shihab berkesimpulan bahwa tujuan
pendidikan al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan
kelompok sehingga mampu menjelaskan fungsinya sebagai hamba Allah
Swt dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep
yang ditetapkan oleh Allah Swt.11 Dari hasil wawancara peneliti dengan
tokoh tersebut, telah dijelaskan bahwasannya tujuan pendidikan adalah

9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h.553

10 Ibid, h. 523
11 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 269

45

agar manusia menyadari bahwa dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah
bertugas membangun masyarakat yang lebih baik.12

Tujuan kehadiran al-Qur’an yang terpadu dan menyeluruh, bukan
sekedar mewajibkan pendekatan religious yang bersifat ritual atau mistik,
yang dapat menimbulkan formalitas dan kegersangan. Al-Qur’an adalah
petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan nilai-
nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai masalah
hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran dan hati
kita mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas
dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.13

Dalam buku perbandingan pendidikan Islam, al-Gazali mempunyai
pandangan mengenai tujuan pendidikan. beliau menekankan tugas
pendidikan adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak,
dimana fadhilaah (keutamaan) dan taqarrub kepada Allah Swt merupakan
tujuan yang paling penting dalam pendidikan.14

H. M. Quraish Shihab mencoba menghubungkan tujuan pendidikan
dalam al-Qur’an dengan tujuan pendidikan Nasional. Dalam hubungan ini
beliau mengatakan bahwasannya “uraian diatas dikaitkan dengan
pembangunan Nasional yang bertujuan “membangun manusia Indonesia
seutuhnya” atau lebih khusus dibandingkan dengan tujuan Pendidikan
Nasional, jelas sekali relevansinya dan persesuaiannya. Dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 dinyatakan:

“Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta
bersama-sama bertanggugjawab atas pembangunan bangsa”.

12 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi al-
Qur’an pada tanggal 14 April 2015

13 Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: Penamadani, 2005), cet ke 3, h. 13
14 Ali Al Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), cet. ke-
1, h. 134

46

Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam menurut H. M. Quraish
Shihab adalah tujuan yang bersifat universal atau secara menyeluruh dan
berlaku untuk seluruh bangsa dan umat di dunia. Hal ini sejalan dengan
misi al-Qur’an yang ditujukan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.
Melalui kegiatan pendidikan, al-Qur’an menginginkan terwujudnya
manusia yang terbina seluruh potensi dirinya, fisik, jiwa dan akalnya
sehingga terbentuk manusia yang seutuhnya.

Kedua, metode pendidikan. Dalam kaitan ini, H. M. Quraish Shihab
menggunakan istilah metode penyampaian materi. Menurut H. M. Quraish
Shihab bahwa dalam penyajian materi pendidikannya, al-Qur’an
membuktikan kebenaran materi tersebut melalui penbuktian-pembuktian.
Baik dengan argumentasi-argumentasi yang dikemukakannya, maupun
yang dapat dibuktikan sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui
penalaran akalnya.

Selain itu, H. M. Quraish Shihab juga mengemukakan bahwa al-
Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk
mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Di samping itu,
al-Qur’an juga menggukan metode pembiasaan dalam menanamkan ajaran
kepada umat manusia. Dengan menggunakan metode-metode tersebut
terlihat dengan jelas, bahwa al-Qur’an menuntun peserta didiknya untuk
menemukan kebenaran melalui usaha peserta didik sendiri, menuntut agar
materi yang disajikan diyakini kebenarannya melalui argumentasi-
argumentasi logika dan kisah-kisah yang dipaparkannya.

Mengenai metode dan media yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran, menurut al-Ghazali dalam buku Ensiklopedi Tokoh
Pendidikan Islam harus dilihat secara psikologis, sosiologis, maupun
pragmatis dalam rangka keberhasilan proses pembelajaran dan metode
pengajaran tidak boleh monoton.15

15 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press Group, 2005), cet. ke-1, h. 13

47

Ketiga, sifat pendidikan Islam. Menurut H. M. Quraish Shihab, sifat
pendidikan al-Qur’an adalah Rabbaniy, berdasrkan ayat pertama dalam
wahyu pertama. Sementara orang yang melaksanakan juga disebut
Rabbaniy yang oleh al-Qur’an dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan
kitab Allah, baik yang tertulis (al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis
(alam raya), serta mempelajarinya secara terus menerus.

Pemikiran H. M. Quraish Shihab dalam bidang pendidikan tersebut
sagat dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang tafsir al-Qur’an yang
dipadukan dengan berbagai ilmu lainnya, baik ilmu-ilmu keislaman
maupun ilmu pengetahuan umum serta konteks masyarakat Indonesia.

Pemikiran dan gagasan H. M. Quraish Shihab menunjukkan dengan
jelas bahwa di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memiliki implikasi
terhadap munculnya konsep pendidikan menurut al-Qur’an yang pada
gilirannya dapat menjadi salah satu bidang kajian yang sangat menarik.16
2. Materi Pembelajaran dalam al-Qur’an

Materi pembelajaran al-Qur’an adalah materi yang paling agung
diantara sekian materi pembelajaran, karena seluruh mata pelajaran
menginduk dan marujuk pada al-Qur’an. Semua materi pengajaran, baik
agama maupun umum sains dan teknologi bersumberkan dari al-Qur’an.
Betapa agungnya manusia yang mau mempelajari dan mengajarkannya,
sebagaimana sabda Nabi riwayat al-Bukhari sebagai berikut:

“Sebaik-baiknya (manusia) diantara kamu adalah yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya17.” (HR. Bukhari)

Para pakar pendidikan sepakat bahwa al-Qur’an adalah materi pokok
dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak didik. Berikut
ini ungkapan pakar pendidikan, diantaranya:

16 Ibid, h. 367
17 Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo: Dar al-Hadits, 2010), jilid 6, h. 192

48

Al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din mengungkapkan: “Hendaknya
anak kecil diajari al-Qur’an, hadis-hadis, biografi orang-orang baik dan
sebagian hukum Islam”

Ibn Rusyd mengungkapkan: “Hendaknya al-Qur’an diajarkan
pertama kal kepada anak kecil. Tujuannya semata untuk mempersiapkan
secara fisik dan intelektual dalam pengajaran ini agar ia mereguk bahasa
aslinya dan agar jiwanya tertanam ajaran-ajaran keimanan.

Singkatnya Rasulullah Saw dan para pendidik Muslim sangat menaruh
perhatian kepada umat Islam agar belajar dan mengajarkan al-Qur’an,
mampu membaca, mampu memahami dan mengamalkannya. Al-Quran
dijadikan pedoman hidup (way of life) dalam berbagai aspek, baik dalam
beribadah maupun dalam bermuamalah. Bahkan al-Qur’an juga sebagai
sumber segala ilmu pengetahuan.18

Al-Qur’an al-Karim dalam mengarahkan pendidikannya kepada
manusia dengan memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk
tersebut sejalan dengan unsur penciptaannya yaitu jasmani, akal dan
jiwa.19 Dalam penyajian materi pendidikannya, al-Qur’an membuktikan
kebenaran materi tersebut melalui pembuktian-pembuktian, baik dengan
arguentasi-argumentasi yang dikemukakannya, maupun yang dibuktikan
sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui penalaran akalnya. Ini
dianjurkan oleh al-Qur’an untuk dilakukan pada saat mengemukakan
materi tersebut.20

Bagi pendidik, hal ini sudah menjadi kewajiban untuk dapat
menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan beberapa metode.
Salah satu metode yang digunakan al-Qur’an dalam mengarahkan manusia
kearah yang dikehendakinya adalah dengan menggunakan “kisah”. Setiap

18 Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet.
1, h. 13

19 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 272

20 Ibid, h. 273

49

kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah tersebut benar-benar
terjadi maupun kisah simbolik.21

Dari hasil wawancara dengan nara sumber, beliau mengatakan
bahwasannya dalam al-Qur’an menuntut para pendidik agar dalam hal
menyampaikan materi pendidikan itu disajikan dengan meyakini
kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi yang masuk akal, agar
peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dengan mudah dan
diterima oleh daya fikirnya. Selain itu, aja juga penyampaian materi nya
dengan melalui kisah. Kisah-kisah yang dijelaskan dalam al-Qur’an juga
mengantarkan mereka pada tujuan pendidikan melalui berbagai aspeknya.
Al-Qur’an juga menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran
materi pendidikan yang disampaikan oleh pendidik melalui usaha peserta
didik itu sendiri.22

Al-Qur’an menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran
melalui usaha peserta didik sendiri, manuntut agar materi yang disajikan
diyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi logika, dan kisah-
kisah yang dipaparkannya mengantarkan mereka kepada tujuan pendidikan
dalam berbagai aspeknya dan nasihatnya ditunjang dengan panutan.
Sementara pendidikan kita, khususnya dalam bidang metodologi seringkali
sangat menitikberatkan pada hapalan, atau contoh-contoh yang bersifat
ajaib, kiasan yang dikemukakan dengan bahasa gersang, tidak menyentuh
hati, ditambah lagi nasihat yang diberikan tidak ditunjang oleh panutan
pemberinya.23

Dalam penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik perlu
ditetapkan metode yang didasarkan pada upaya memandang, menghadapi
dan memperlakukan manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu
jasmani, akal dan jiwa dengan mengarahkannya agar menjadi manusia

21 Ibid h. 175
22 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi al-
Qur’an pada tanggal 14 April 2015
23 Op. Cit, h. 177

50

seutuhnya. Karena itu materi pendidikan yang disajikan oleh al-Qur’an
senantiasa mengarah kepada jiwa, akal dan jasmani manusia.

Selain itu, materi pembelajaran al-Qur’an juga merupakan materi
pokok diberbagai tingkatan, karena ia merupakan sumber dari semua
materi pembelajaran dan berbagai sumber ilmu pengetahuan. Sebaiknya,
sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai (KBM), seorang pendidik perlu
memulai pembelajaran tersebut dengan mengadakan apresiasi, pretest
maupun yang lainnya untuk membangkitkan kesiapan peserta didik dalam
menerima pelajaran yang akan disampaikan.
3. Metode Penyampaian Materi

Untuk menunjang tercapainya target yang diinginkan dalam
penyampaian materi-materinya, maka al-Qur’an menempuh metode-
metode berikut ini:
a) Mengemukakan kisah-kisah yang berhubungan dengan salah satu

tujuan materi.
Cerita tentang kejadian terutama tentang sejarah merupakan

metode yang banyak ditemukan didalam al-Qur’an. Adapun
pendidikan Islam, metode penyampaiannya itu dengan menceritakan
sebuah kisah, namun cara penyampaiannya sulit untuk disampaikan.
Pendidikan melalui kisah-kisah ini dapat menggiring peserta didik
pada kehangatan perasaan, artinya peserta didik akan ikut merasakan
situasi yang sedang dikisahkannya tersebut.

Kisah-kisah dalam al-Qur’an berpatokan pada peristiwa-peristiwa
sejarah yang terjadi dengan menyebut pelaku-pelaku dan tempat
terjadinya peristiwa yang telah terjadi dan masih dapat terulang
kejadiannya atau kisah simbolis yang tidak menggambarkan suatu
peristiwa yang telah terjadi, namun dapat saja terjadi sewaktu-waktu.24

Selain itu, dengan menggunakan metode kisah juga dapat
membangkitkan kesadaran pembaca termasuk peserta didik. Setiap
pembaca akan senantiasa dapat merenungkan makna dan mengkuti

24 Ibid, h. 309

51

berbagai situasi kisah tersebut sehingga pembaca dapat terpengaruh
oleh tokoh atau topik kisah tersebut. Hal itu didukung oleh kisah
Qur’ani yang cendrung utuh dan biasanya diawali dengan
penyampaian tuntutan, ancaman atau peringatan terhadap suatu bahasa.

Ketiga macam peristiwa yang disebutkan diatas ini mengarah
kepada tujuan dari salah satu materi yang disajikan, misalnya
pembuktian tentang adanya wahyu dan kenabian, kekuasaan Tuhan
atau pembuktian tentang kesatuan sumber dan ajaran agama Allah Swt.

Kisah-kisah dalam al-Qur’an disajikan secara benar sejalan dengan
konteks dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Al-Qur’an
menyajikan kisah-kisah secara realistis apa adanya. Selain itu,
alQur’an juga mendidik prilaku manusia melalui solusi pribadi
manusia secra realistis. Pada dasarnya kisah-kisah dalam al-Qur’an
bukanlah merupakan kisah yang asing bagi manusia, karena semua
kisah yang terdapat dalam al-Qur’an diciptakan untuk menampilkan
realitas kemanusiaan.

Selain itu, metode melalui kisah mempunyai daya tarik yang dapat
menyentuh perasaan. Menurut Quraish Shihab, bahwa al-Qur’an dalam
mengemukakan kisah-kisah tidak segan-segan untuk menceritakan
kelemahan manusiawi. Namun hal tersebut digambarkan sebagaimana
adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang tepuk
tangan atau rangsangan.25 Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan
menggarisbawahi akibat kelemahan itu atau dengan melukiskan saat
kesadaran manusia dan kemenangannya mengatasi kelemahan tadi.
Misalnya kisah yang diungkapkan pada Qs. Al-Qashash ayat 76-81,
bahwa dengan bangganya Qarun mengakui bahwa kekayaan yang
diperolehnya merupakan hasil usahanya sendiri, suatu kekaguman
orang-orang sekitarnya terhadap kekayaan yang dimilikinya, tiba-tiba
gempa menelan Qarun dan kekayaannya. Orang-orang yang tadinya

25 Ibid, h. 121,

52

kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan pernah
memperoleh keberuntungan yang langgeng.26

Metode melalui kisah ini juga menjadi perhatian Kuntowijoyo
untuk mengembangkan suatu alternatif pemahaman terhadap al-Qur’an
yang dinilainya amat efektif dan diberinya nama sebagai pendekatan
sintetik analitik. Menurutnya, kandungan al-Qur’an dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu pertama, berisi konsep-konsep yang mana
didalamnya kita mendapati banyak sekali istilah al-Qur’an yang
merujuk pada pengertian normatif yang khusus, doktrin-doktrin yang
etik, aturan-aturan legal dan ajaran keagamaan pada umumnya.
Konsep-konsep tersebut ada yang bersifat abstrak seperti Allah Swt,
malaikat, hati akhir dan lain-lain.27 Serta ada yang bersifat kongkrit
dan dapat diamati seperti konsep fuqara, dhu’afa dan lain-lain. Semua
konsep itu mempunya makna, bukan saja karena keunikannya secara
semantik, melainkan juga karena kaitannya dengan materi struktur
normatif dan etik tertentu yang melaluinya pesan-pesan al-Qur’an
bertujuan memberikan gambaran utuh tentang doktrin Islam dan lebih
jauh lagi tentang pandangan dunianya.

Jika pada bagian pertama al-Qur’an bermaksud membentuk
pemahaman yang komprehensif mengenai nilai-nilai ajaran Islam,
maka pada bagian kedua ini al-Qur’an ingin mengajak melakukan
perenungan untuk memperoleh hikmah.28

Pada dasarnya, metode pendidikan melalui kisah, seorang guru
tidak hanya berhenti pada kisah itu sendiri, tetapi ia harus menjelaskan
hikmah, ajaran atau nilai-nilai luhur yang dapat dan harus
dikembangkan dari kisah tersebut, sehingga tidak kehilangan pesan
moralnya yang merupakan hidayah al-Qur’an.

26Ibid, h. 175
27 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), h. 327-
328
28 Ibid, h. 327-328

53

b) Nasihat dan Panutan
Al-Qur’an al-Karim telah menggunakan kalimat-kalimat yang

menyentuh hati untuk mengerahkan manusia kepada ide-ide yang
dikehendakinya. Tetapi nasihat yang dikemukakannya itu tidak akan
berlangsung dengan baik jika yang memberikan nasihat itu tidak
memberikan panutan dan tidak dibarengi dengan contoh teladan yang
baik.29 Salah satu cara al-Qur’an mendidik Nabi Saw sehingga
memiliki keistimewaan-keistimewaan tersebut adalah dengan
menceritakan sifat-sifat para nabi terdahulu dan kemudian
memerintahkannya untuk mengikuti sifat-sifat nabi tersebut.

Nasehat sebagai suatu metode yang sasarannya adalah peserta
didik itu sendiri, dengan timbulnya kesadaran untuk mengamalkan
ajaran agama, sebagaimana dapat diperhatikan dari apa yang dilakukan
Luqman al-Hakim terhadap putranya, yang isinya antara lain nasehat
agar tidak menyekutukan Allah, agar berbuat baik kepada ibu dan
bapak, agar bersyukur kepada Allah, menunaikan shalat, menyuruh
kepada kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat.

Metode panutan ini merupakan metode pendidikan dan pengajaran
dengan cara mendidik dan memberikan contoh agar dapat ditiru dan
dilaksanakan. Metode ini dalam pendidikan merupakan metode yang
paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara
moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pendidik dalam pandangan
anak didiknya akan menjadi panutan dalam bertingkah laku, disadari
atau tidak semua ucapan, perbuatan dan hal-hal yang bersifat material
dan spiritual akan di tiru oleh anak didiknya.
c) Pembiasaan

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”, yang
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” dapat diartikan sebagai

29 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 310

54

lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah merupakan dari kehidupan
sehari-hari.30

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan
Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang
dilakukan untuk membiasakan peserta didik untuk berfikir, bersikap
dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.31

Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
kehidupan manusia, karena dengan kebiasaan seseorang mampu
melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa menggunakan energi dan
waktu yang banyak. Al-Qur’an menggunakan “pembiasaan” yang
dalam prosesnya akan menjadi “kebiasaan” sebagai salah satu cara
yang menunjang tercapainya target yang diinginkan dalam
penyampaian materi-materinya.

Tetapi hendaknya diperhatikan bahwa yang dilakukan al-Qur’an
terhadap umatnya menyangkut pembiasaan-pembiasaan yang bersifat
positif, hanya dalam hal yang erat hubungannya dengan kondisi sosial
dan ekonomi, bukan kejiwaan yang berkaitan dengan aqidah dan
akhlak. Sedangkan yang bersifat aktif pembiasaan tersebut terdapat
dalam segala hal.

Dalam hal yang sifatnya menuntut aktivitas, al-Qur’an
membiasakan umatnya secara bertahap. Misalnya dalam hal shalat.
Dimulai dengan menanamkan rasa kebesaran Tuhan, kemudian dengan
peaksanaan shalat dua kali sehari disertai dengan kebolehan-kebolehan
bercakap-cakap, disusul dengan kewajiban melaksanakannya lima kali
sehari dengan larangan bercakap-cakap.

Metode al-Qur’an dalam mengajukan materi seperti yang
dikemukakan diata seharusnya ditempuh bukan pada saat berdakwah

30 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h. 129

31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 110

55

dalam masyarakat saja, tetapi juga dalam mendidik pada lembaga-
lembaga pendidikan formal.

Metode penyampaian materi yang berkaitan dengan aspek afektif
dan psikomotorik, al-Qur’an menempuh berbagai cara seperti
dilakukan dengan keteladanan, nasihat, kisah dan kebiasaan.
Keteladanan adalah salah satu cara mendidik yang paling efektif dan
sukses sebagaimana diperlihatkan oleh Rasulullah Saw yang
difirmankan oleh Allah dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21 yang
berbunyi:

                  

                

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.32

Menurut Muhammad Quthb, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa
didalam diri Rasulullah Saw, Allah Swt menyusun suatu bentuk
sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi
sepanjang sejarah masih berlangsung.33

Cara lain yang digunakan dalam memberikan pendidikan adalah
melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap, termasuk dalam hal
merubah kebiasaan-kebiasaan negatif. Sebagai seorang pendidik
sebaiknya dapat memberikan kebiasaan-kebiasaan yang dapat diikiuti
oleh anak didiknya.

Pendidikan tidak hanya ditujukan pada pengembangan afektif saja,
tetapi juga terdapat segi-segi kognitif seperti tentang fakta-fakta
sejarah, tanda-tanda kebesaran Tuhan yang terdapat pada ciptaan-Nya

32 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 420

33 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salaman Harun, (Bandung: al-Ma’arif,
1984), h. 135

56

dan lain-lain. Metode mengajarkannya adalah sama dengan yang lain
dalam ilmu-ilmu lain.34
d) metode Keteladanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa
“keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu “perbuatan atau barang”
yang patut di tiru atau dicontoh. 35 Dengan demikian keteladanan dapat
diartikan sebagai hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh orang
lain. Akan tetapi keteladanan yang yang dimaksud diatas adalah
keteladan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.36

Bila kita cermati sejarah pendidikan di zaman Rasulullah Saw,
dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa
beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan atau Uswah. Ternyata
Rasulullah Saw banyak memberikan keteladanan dalam mendidik para
sahabatnya.37

Sebagai pendidikan yang bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah Saw, metode keteladan pastinya berdasarkan kepada kedua
sumber pokok tersebut. Dalam al-Qur’an “keteladanan” diistilahkan
dengan kata Uswah.38 Kata ini terdapat dalam al-Qur’an surat al-
Mumtahanah ayat 4, yang berbunyi:

....

“sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia…”39

34 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: al-
Ma’arif, 1980). H. 183

35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h. 1025

36 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 117

37 Ibid, h. 116
38 Ibid, h. 117
39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), cet ke-6, h. 549

57

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya kata Uswah diiringi dengan
suatu yang bersifat positif yaitu Hasanah (baik). Selain surat al-
Mumtahanah, ada pula surat lain yang menjelaskan kata Uswah selalu
bersamaan dengan kata Hasanah yaitu dalam al-Qur’an Surat al-Ahzab
ayat 21, yang berbunyi:

                     

             

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.40

Ayat diatas menjelaskan bahwasanya kita dapat dipahami bahwa
Allah Swt telah mengutus Nabi Muhammad Saw ke bumi ini sebagai
suri tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu lebih dulu
mempraktekan semua ajaran yang disampaikan oleh Allah Swt
sebelum beliau menyampaikan kepada umatnya.41

Telah jelas bahwa suri tauladan yang diterapkan oleh Rasulullah
Saw pasti selalu bersifat yang positif, karena beliau juga merupakan
kekasih Allah Swt yang bersifat mulia. Hal ini dapat diterapkan pula
dalam dunia pendidikan dengan seorang pendidik sebagai tauladan
yang mana sikap, perbuatan, ucapan dan lain-lain akan dicontoh oleh
peserta didiknya. Untuk menciptakan anak yang shaleh (peserta didik),
pendidik tidak hanya memberikan prinsipnya saja, karena yang lebih
penting bagi peserta didik adalah seorang contoh atau figur yang baik,
yang selalu memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip
tersebut.

40 Ibid, h. 420
41 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 119

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an Menurut H. M.
Quraish Shihab. Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana yang telah
disebutkan dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bahwa konsep pendidikan dalam al-Qur’an itu mengarah dalam menolong

peserta didik agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai manusia untuk
mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah-Nya. Deskripsi
kependidikan yang diberikan oleh al-Qur’an nampak lebih memposisikan
dirinya sebagai pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki kawasan yang
lebih bersifat teknis. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan, materi
disusun, guru-guru dilatih, evaluasi dilakukan, itu semua diserahkan pada
kreativitas pendidik itu sendiri.
2. Tujuan pendidikan al-Qur’an adalah membina manusia agar menyadari
akan dirinya sebagai hamba Allah Swt dan menjalani fungsinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi ini untuk dalam menjadikan lingkungan
masyarakatnya menjadi yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam menurut H. M. Quraish Shihab bersifat universal atau
menyeluruh yang berlaku untuk seluruh bangsa dan umat seluruh dunia.
Dalam hal ini, sifat tujuan pendidikan sejalan dengan misi al-Qur’an yaitu
sebagai rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin)
3. Dalam hal penyampaian materi pembelajarannya, harus sesuai dengan apa
yang diharapkan dengan merujuk pada tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dengan menggunakan materi pelajaran yang diiringi dengan
metode pembelajaran yang sesuai, akan lebih cepat tangkap yang diterima
oleh peserta didik. Selain itu, dalam al-Qur’an menuntut para pendidik
agar dalam hal menyampaikan materi pendidikan itu disajikan dengan

58

59

meyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi yang masuk
akal, agar peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dengan
mudah dan diterima oleh daya fikirnya.
4. Pemikiran H. M. Quraish Shihab tentang konsep metode pendidikan Islam
yang terdapat dalam al-Qur’an berangkat dari kenyataan pendidikan di
Indonesia khususnya metode pendidikan saat ini yang lebih
menitikberatkan pada peserta didik saja misalnya dengan menggunakan
metode hafalan. Hampir semua metode pendidikan saat ini sepenuhnya
bergantung peserta didik, sementara guru hanya sebagai motivator,
stimulator dan fasilitator sehingga pembentukan perilaku peserta didik
terabaikan.

B. Saran
Berdasarkan penelitian diatas, maka penilis sampaikan saran-saran

sebagai berikut:
1. Sebaiknya bagi para pendidik, agar lebih meluangkan waktunya untuk

mengamati tingkahlaku peserta didiknya di luar jam pelajaran anak, agar
para pendidik dapat memahami kondisi dan permasalahan-permasalahan
yang sedang dihadapi oleh peserta didiknya sehingga dapat memberikan
solusi untuk peserta didiknya.
2. Untuk generasi intelektual Muslim diharapkan dapat lebih giat lagi untuk
mengkaji kandungan isi al-Qur’an khususnya mengenai metode-metode
pendidikan untuk lebih mengembangkan pesa-pesan kandungan yang
terdapat dalam al-Qur’an dan cara penyampaian materinya disesuaikan
atau merujuk pada al-Qur’an.
3. Hendaklah pendidik menggunakan metode dan media pembelajaran
bahkan cara penyampaian materi pembelajaran yang tepat yang terdapat di
dalam al-Qur’an serta dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa
supaya mereka selalu belajar dan tekun dalam belajar dan mampu
meningkatkan prestasi belajar mereka.

60

4. Untuk peserta didik, hendaknya tetap tekun dan rajin dalam belajar tidak
hanya dalam pengetahuan umum saja, tetapi juga dalam pengetahuan
islam terutama belajar al-Qur’an agar memiliki bekal yang kuat untuk
masa depan.

5. Untuk orangtua, hendaknya membantu anak dalam mengarahkan
pendidikan di lingkungan keluarga untuk mencapai tujuan pendidikan.

6. Adanya kerjasama antara sekolah dengan wali murid dalam hal mendidik
anak.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani: Dalam Sistem
Pendidikan Islam. Ciputat Press, Mizan Pustaka, 2008

Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2011

Anshori. Transformasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Pers, 2002
-----. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Cholis, Arif. Pendidikan Islam Menurut Hasyim Muzadi, Skripsi Fakultas Ilmu

Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013
Daradjat, Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,.Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2014
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Dewantoro, Ki Hajar. Karya Bagian Pertama; Pendidikan. Yogyakarta: Majelis

Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 18
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2001
Khan, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Kholis, Nur. Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Teras, 2008
Khuluq, Husnul. Konsep Etika Belajar Siswa Menurut al-Ghazali. Skripsi Fakultas

Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2010
Kuntowijoyo. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan, 1991

61

62

Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung: al-
Ma’arif, 1980

Ma’rifat, M. Hadi. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: Al-Huda, 2007
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2004
Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012
-----. Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
----- . Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2005
Nizar, Moh. Metode Penellitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam,”Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis.

Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2001
Quthb, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam, terj. Salaman Harun. Bandung: al-

Ma’arif, 1984
Sabri, M. Alisuf. Pikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Shihab, M. Quraish Lentera Al-Qur’an Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung:

Mizan Pustaka, 2008
-----. Kontekstualitas al-Quran. Jakarta:Pernamadani, 2005
-----.Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat. Bandung: Mizan Pustaka, 2007
-----. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan, 1997
Sihab, Umar. Kontekstualitas al-Quran. Jakarta:Penamadani, 2005
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta , 2008
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013

63

Supiana. Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan. Bandung: Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2008

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel. Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Karya

Abditama, 1996
Tim Penyususun UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan

Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta
Wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: Pustaka Setia, 1999
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan
Peraturan Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
serta Wajib Belajar,. Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010
Yulis, Rama. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2010

LEMBAR UJI REF'ERENSI

Nama : Nur Fatimah

NIM : 111001t000136

Jurusan : Pendirlikan Agama Islam

Judul skripsi : Konsep Pendidikan dalam al-eur'an Menurut H. M. euraish

Sbihab

BAB I

Footnote Ke- Referensi Halaman Paraf
I Skripsi
Wina Sanjay4 Strategi -P;il;e@aran ([
2 l\
J Berorientasi Standar Proses Pendidikqt,
I
4 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 20lZ),
5 cet. ke-9, h. 1 2\
6 Abuddin Nat4 Pendidiknn dalam Persepehdal-
7 Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ,(
ke-l, h. 15
J
Departemen Agama Kl, Al-Qur'an Tajwid dan 4
Terjemah, @andung: CV Penerbit Diponegoro,
5
2014), cet.ke 6,h.290

Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran

(Jakarta:Penamadani, 2005), cet. 3, h- 151

Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran

(Jakarta:Penarnadani, 2005), cet. 3, h. 154

Umar Sihab Kontekstualitas al-euran

(Jakarta:Penamadani,20A5), cet. 3, h. 154

Anshori LAL., MA Transformasi pendidikan

Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet ke-I,

h.3

8 Departemen Agama Rl, Al-Qur'an Tajwid dan- 6

Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2014), cet. ke 6, h. 383

9 Umar Sihab Kontel<stualitas al-Qurarz (Jakarta: 6
nPenamadani,2005), cet. Ke-3, h. 154,
10 Nur Kholis Pengontar Studi Al-Qur'an dan 6
\ [il'}Hcdis (Yogyakarta: Teras, 2008). cet. 1.h. 2l
>rv11
Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: 7

Penamadani,2005), cet. Ke-3, h. 154

12 Departemen Agama KL, Al-Qur'an Tajwid dan 8

Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegorq

2414), cet. ke 6, h. 587 t\

BAB tr

Footnote Ke- Referensi Halaman Paraf
Skripsi
1 Abudd.n Nat4 Pemikiran Pendidikan Islam &
l1
2 Barat, (Jakarta: Irt Raia Grafrndo Persad4
Ja 11
4 2Q12),h,19
t2
5 Departemen Agama R\ Al-Qur'an Tajwid dan
12
6 Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
7 2014), cet. ke 6,h.7 w
8 Departemen Agama P.I, Al-Qur'an Tajwid dan
9 Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, t2 \V
2014),cet. ke 6,h.284 \'
Abuddin Natq Pemikiran Pendidikan Islon &
L2
Barat, (Jakafia: PT Raja Grafindo Persada,
13
2012),1L19
13
Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama;
Pendidilean, (Yogakarta: Majelis Luhur 13

Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 14-16
Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2010), h.13
Depdikbud, Kamus Besar Bahsaa Indonesia,

(Jakart4 PT: Balai Pustak4 1990) Cet t h. ZA4
M. Alisuf Sabri, Pikologt Pendidikan, (Iakarta

PT: Pedoman IImu Jay4 1996) Cet. h. 10
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan

Republik Indonesia tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan serta Waj ib Belaj ar,

(Bandung: Citra Umbara eandung, 2010)Jrr_

10 Nur Uhbiyati llmu Pendidikan Islam, (Bandung: t3

CV Pustaka Seti4 1997), cet. ke-L, h. 12

11 Departemen Agama Rl, Al-eur'an Ta,.1wA dan 14

Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2014), cet. ke 6, h. 52

t2 Nur Uhbiyati llmu Pendidikon Islam, @andur€: t4

CV Pustaka Seti4 1997), cet. ke-1, h. 12

t3 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Dalar-dasa, t4

Kependidika4 (surabaya: Karya Abditama, 1996),

cet. ke-l, h.6

t4 Armai Arietl Reformulasi penaiatta" trt"*, (

t4

(Jakarta: CRSD Press,2005), cet. ke-l, h. 1g

15 Hamdani Ihsan dan Fuad *tsai, filsafat 15

Pendidilaan Islam, (Bandung: CV. pustaka Setia

2001), cet. ke-2, h. 16

16 Armai Arief, Pengantar llmu dan Mendologi 16
\ficet. l, h- 18
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002),

t7 Samsul Nizar, Filsafat Pendtdikan klam, t7
\ \\l(Jakarta: Ciputat Pers,2oo2),cet. ke-1,. H. 35
18 Zakiyah Daraja! dkk, Ilmu pendidiksn tslam, t7

t9 (Jakarta: Bumi Aksar4 2011),h.25 \

Arif Cholis, Pendidikan Islam *Iin*i Hasyim
r2013,lL 15 18

Muzadi, Skripsi Fakultas [lmu Tarbiyyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islarq

20 Armai Arief, Pengantar llmu don 18

Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers, 20A2), cet. t, h. 87-88 l.jrrmad,

D. Marimb4 Pengontar Filsafat pendidikon

I:!o*,(Bandung: Al-Ma'arif, 1987), h. 19

2t Hasbullah, Dasar-Dasar tlmu -Fin,lidtkan, 18

Qakarta: Rajagrafindo Persadq 2008), h. lg

22 Hasbullah, Dasar-Dasar tdi-- penAidika", 18

z) (Jakarta: Bajagrafindopersad4 200g), h. 19
HasbullatL Dasar-Dasar llmi--Fendidikan,
I(Jakarta: Rajagrafindo persada, 2009), h. 19 t8

I

24 Hasbullah, Dasar-Dasar ltmu F"nd;dtk*r, 19

(Jakarta: Rajagrafindo Persad4 20OB), h. 23

25 Hasbullah, Dasar-Dasar llmu P-endidikan, 19

("'akarta: Rajagrafindo Persad4 2008), h. 24

26 Supian4 Sistem Pendidikan Madrasah 19

{tnggulan, (Bandung: Badan titbang dan Diklat

Departemen Agama RI, 2008), cet. ke-1, h.317

27 Hasbullah, Dasar-Dagar llmu Pendidikan, l9

(Jakarta: Rajagrafindo Peisad4 2AA8),h- 26

28 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja 20

Grafindo Fersada,2003), cet. ke-3, h. 110

29 Jalaluddin, Teclogi Pendidiknn, (Jakarta: Raja 20

Graflndo Persada, 2003), cel ke-3, h- 11 I

30 UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem 20

Pendidikan Nasional (pasal I ayat 1). Lihat

Departemen Agama R\ Himpunan Peraturan
Perundang-
Sistem Pendidiiran

Nasional, (Jakarta: Dirjend. Binbaga Islam, .n
t99t/1992),h.3

31 Hasbullah, Dasor-Dasar llmu Pmdidikan. 2t

(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h- 1 l

32 Armai Arief, Pengantar llmu dan Metodologi 2l u'

Pendidilran Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet.
t, h. 87-88

JJ Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bwrdung: CV 2t I

Pustaka Setia, 1999), cet.2h.99 l

34 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidilcan Islam, (Bandung: 21

CV Pustaka Setia, 1999), ceL 2 b. 99

35 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidiknn Islam, (Bandung: 22

CV Pustaka Setia 1999), cet. 2 h. 1 10

36 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: 22

CV Pustaka Setia 1999), cet. 2 h. I I I

37 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi 22 \
Aksar4 2009), cet. 4, h.7 I

38 Departemen Agama PiI, AlQur'an Tajwid dan 23

Terjemah, @andung: CV Penerbit Diponegorq \

2014), cet. ke 6,h.248

39 M. Arifin, Ilmu Pendidiknt Islam,(Iakaria: Bumi 23

Aksar4 20W), cet. 4, lt7 I

40 M. Quraish Syihab, Lentera al-Qur'an, 23

(B andung: Penerbit Mizan, 2008), h. Zl

I4t
Syaikh Manna' al-Qaththan, Pengantar Studi 24
--.-- /

Ilmu al-Qur'an, (Jakafta: Pustaka al-Kautsar, I

201 l), cet. 6 h. 16

42 Nur Kholis, Pengantar Studi al-Qur'an dan 24

al-Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. I,

h.60

43 Samsul Nizar, Pengantar Dosar-dasar 25

PemiLiran Peneiidiknn Islam, (Jakarta: Gaya

Media Pratama, 200i), cet. t h. 95-96

44 Husnul Khuluq, Konsep Etikn Belajar Siswa 25

Menurut al-Ghazali, Skripsi Fakultas Ilmu

Tarbiyyah dan Kegur,uan Jurusaa Perdidikan

Agama Islam,2010 h. 15

45 M. Hadi Ma'rifat, Sejaroh al-Qur'an, (Jakarta: 25

Al-Huda, 20A7), cet. 1, h.94

46 Muhammad Amin Suma Uumul Qur'an, 26

(Jokarta: Raja Grafindo Persada,20l3), cet. ffi
1, h. 39

47 Muhammad Amin Suma Uumul Qwr'an, 26
r1,h.57
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2}JS), eet.

48 Said Agil Husin al-Munawar Aldualisasi 27

Nilai-Nilai Qur'ani:Dalam Sistem

Pendidikan Islam, (Ciputat Ciputat Press,

2005), cet.ke-Z,h.4

49 M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur'an Isoh 2t

don Hikmah Kehidupen, (Bandung: Mizan

Pustaka, 2008), cet ke-Z, h. 26

50 Departemen Agama RI, Al-Qur'an Tajwid dan 28

Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2014), cet. ke 6, h. 33

51 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur'an dan 28

Hadits, (Yogyaka(a: Teras, 2008), h.32

52 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepefud 30

al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), cet ke-1, h. 89

53 Abuddin Nata, Pendidiknn dalam Persepehif 30 /

alQur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005),cetke-1,h.91
\

54 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jaka*a: 30

'cet.

Raja Grafindo Persada, 20A3), kejl, tL

119

55 Abuddin Nata, Pendidikaru dolom persepekttf 30\

al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta press,

2005), cet ke-l, h. 123

56 Samsul Nizar, Filsofot Pendidifuin Isiai, '31

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h. 26

JI Departemen Agama RI, Al-eur'an TaJwid 31

dan Terjemah, (Bandung: CV penerbit

Diponegoro,2014), cet. ke 6, h.l 15 DA

58 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, 31

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002) , cet.ke-L,h.92 \\(

59 Miftah Faridl, .Konsep Ta'dib Menurut Syid 3t

NMuhammad Naquib al-Ana; Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan

Junrsan Pendidikan Agama Islam, 2013, h.

48

60 Samsul Nizaq Filsafot f"idAikan ttt"*, 32

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-I, h. 94

61 Departemen Agama BlI, Al-Qur'an Tajwid 32

don Terjemah, @andung: CV penerbit

Diponegoro,2014), cet. ke 6, h. 115

62 Samsul Nizar, Filscfat Pendidikon klAi: 32

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-I, h. 99

BAB III

Lexy J. Moelong, Metodologi peielitian Halaman
Skripsi
Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004),

cet ke 18, h. 6

Sugiono Metode Penelition pendidikon,

(Bandung: Alfabeta,2008), h. 3

Nana Syaodih, Metode penelitian

Pendidikan, @andung: Remaja Rosda

Karya, 2009),h.52

4 Moh. Nizar, Metode Penellitian, (Jakarta: 36

YGhalia Indonesia, 1999), cet. IV, h.63-64 (/

BAB IV

Footnote Ke- Referensi Halaman Paraf
Skripsi
I Abuddin NatA Tokoh-tikoh Pemboruan {a
37\
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: t\
40
RajagrafindoPersada, 2005), cet. 1-3 11.362 42 \
\
2 http ://i d. wikipedia. orglwititMunammaa_qurai sh 42

_Shihab 42
42
Ja M. Quraish Shihab, Membwnikan olgurtan
43
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupwt 43
Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 ZO07),
M
cet.121, h.172
44
4 M. Quraish Shihab, Membumikan at-gu.An
Fungsi dan Peran Wahyu dslsn Kehidupon 44

Masyaralcat, @andung: Mizan pustek4 2007),

cet.l2l, h.I72.

5 M. Qtrraish Shihab, Wowason al-eurWt,

(Bandung: Penertbit Mizan,1997), cet- 6, h- I I

6 Departemen Agama P.l, Al-eur'an@iidAi

Terjemah, @andung: CV penerbit Diponegoro,

2Al4), cet. ke 6, h. 412

7 Umar Sihab Kontekstualitas ateuti

(Jakarta:Penamadani, 2005), cetj, h. 167

8 Umar Sihab Kontelatualitas al-Quran

(Jakarta:Penamadani, 2005), cet3, h. 169

9 Departemen Agama P.I, Al-Qur'an Tajwid dan
Terjemah, @andung: CV penerbit Diponegoro,

2014), cet. ke 6, h.553

10 Departemen Agama RI, Al-eur'an T;iwid d"n
Terjemah, @andturg: CV Penerbit Diponegoro,

2014), cel ke 6,h.523

1l M. Quraish Shihab, Membumikan it-eirZn-

Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupon

lvlasyaraka:, (Bandung: Mizan Pustaka, ZO07),
cet., ke-3, h.269

12 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. 45

Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi al-

Qur'an padatanggal 14 April2015

t3 Sihab, Kontelcstuolitas al-Quran (Jakarta: 45

PenamaCani, 2005), cet ke 3, h. i3

14 Ali AI Jumbulati, Perbandingan pendidikan islam, 45

(Jakarta: Rineka Cipta 1994),cet. ke-I, h. t34

15 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tckoh 46

Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press Group,

2005) cet. ke-I, h. 13

t6 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh 46

PenCidikan Islant, (Jakarta: Ciputat Press Group,

2005). cet. ke-1, h.367

t7 Bukhari, Shahih Bukhari, ((airo: Dar al-Hadits, 46

2010), jilid 6, h.192 /

l8 Abdul Majid Y:han Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana 48

Prenada Media Group, 2012), cet. 1,h. 13 N

l9 M. Quraish Shihab, Membunikan alQur'an: 48
\\VFungsi dnn Peran Wahyu dalon KehiCupon
Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007), /\
cet., ke-3, h.272

2A Iv{. Quraish Shihab, Membumikan al-eur'an: 48

Fungsi dan Peran W'alryu dalam Kehidupan

Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007),

2t cet., ke-3, h.273 \

M. Quraish Shihab, ]vlembwnikan aleur'an: 49

Fungsi dan Peran TVahyu dalam Kehidupan

Masyaraknt, @andung: Mizan Pustak4 2007),
cet., ke-3, h. 175

22 Hasil wawancara dengan Prof, Dr. H. M. euraish 49

Shihab bertempat di Pusat Studi al-eur,an pada

tanggal 14 April2015

23 M. Quraish Shihab, Membumikan aLeurbn 49

Fungsi dan Peran Wahya dalarn Kehidupan I
Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007),

cet., ke-3, h.177

24 M. Quraish Shihab, Membumikan at-gurdrx

J\ngsi dan Peran Wahyu dalarn Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan t ustakqJ0iry),

cet., ke-3, h. 309 t

5l25 M. Quraish Shihab, Memburnikan ol-eur,an: \
Fungsi don Peran {itahyu dolaru Kehidupan

Masyaralail, (Bandung: Mizan Pustaka, ZCOT),

cet., ke-3, h. 121

26 M. Quraish Shihab, Membwnikan al-eur'an: 5)

Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka- 2007),

cet., ke-3, h.175

27 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi 52

untuk Aksi, @andung: Mizan, l99l), h.327-

328

28 Kuntorvijoyo, Paradigma Islam Interpretasi 52

untuk Aksi, @andung: Mizan,l99l), h.327-

328 /)

29 M. Quraish Shihab, Membumikatt ol-Qur'an: 53

Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyaroknt, @andung: Mizan Pustaka, Iu

2007), cet., ke-3, h. 310

30 Departemel Pendidikan dan Kebudayaan 54

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka,1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h.

129

3t Armai Arief, Pengantar llmu dan 54 \

Metodologi Pendidikon Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 110 \

32 Departemen Agama Rl, Al-Qur'an Tajwid 55 \

dan Terjemah, @andung: CV Penerbit

Diponegoro,2014), cet. ke 6,h. 420

33 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islqm, 55

terj. Salaman Harun, @andung: al-Ma,arif, I

1984), h. 135

'34 Hasan langgulung, Beberapa pemikiran 56

tentang Pendidikan Islom, @andung: al-

Ma'arif, 1980). H. 183 /

5H35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (lakarta:

Balai Pustaka,1995),, Edisi ke-2, cet ke-4, h

1025

36 Armai Arief, Pengantar llmu don 56

Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers,2002), cet. 1,h. 117

37 Armai Arief, Pengantar llmu dan 56

Metodologi Pendidiknn Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. i 16
38 Armai Arief Pengantor llrnu dan s6
'\f
Metodologt Pendidikon Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers,2002), cet. 1, h.ll7

39 Departemen Agama RI, Al-Qur'an Tojwid 56

dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro,2004), cet ke-6, h.549

40 Departemen Agarna P.I, Al-Qur'an Tajwid 4A

dan Te$emalt, @andung: CV Penerbit

Diponegoro,2004), cet ke-6, h- 420

4t Armai Arief, Pengantar llmu dan 4l

Metodologi Pendidiknn Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers,2002), cet. l, h. 119


Click to View FlipBook Version