The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku Saku Panduan Pengelolaan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas SDM di Daerah Tertinggal berisi tentang budidaya tanaman sagu, proses pemanenan tanaman sagu, dan pengelolaan pasca panen tanaman sagu.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dewanti.150707, 2022-11-25 03:12:13

Buku Saku Panduan Pengelolaan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas SDM di Daerah Tertinggal

Buku Saku Panduan Pengelolaan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas SDM di Daerah Tertinggal berisi tentang budidaya tanaman sagu, proses pemanenan tanaman sagu, dan pengelolaan pasca panen tanaman sagu.

Keywords: Sagu

Kementerian Desa, GU
Pembanguan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi

SA

BUKU SAKU

PANDUAN PENGELOLAAN SAGU
UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS SDM

DI DAERAH TERTINGGAL

DIREKTORAT PENYERASIAN PEMANFAATAN
SUMBER DAYA ALAM & LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penyusunan Buku Saku Panduan
Pengelolaan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas SDM di
Daerah Tertinggal dapat terselesaikan.

Tujuan penyusunan buku ini untuk menyediakan panduan
bagi staff Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan (PPSDAL) tentang materi pengelolaan
sagu. Melalui buku ini penyusun berharap dapat membantu
upaya peningkatan kinerja di Direktorat PPSDAL dalam
peningkatan kapasitas masyarakat di Daerah Tertinggal.

Akhir kata penyusun memohon maaf apabila pada buku
panduan ini masih ada kekurangan dikarenakan keterbatasan
penyusun. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan buku panduan
ini.

Jakarta, November 2022
Direktur Penyerasian
Pemanfaatan SDA dan
Lingkungan

Dr. Sumarlan, S.Pd., M.Si
NIP 19690305 199503 1 003

i

DAFTAR ISI i
ii
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
22
I Pendahuluan
II Budidaya Tanaman Sagu 32
III Proses Pemanenan
79
Tanaman Sagu
IV Pengelolaan Pasca Panen

Tanaman Sagu

DAFTAR PUSTAKA

ii

I. PENDAHULUAN

Sagu dengan nama ilmiah Metroxylon spp. merupakan
tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia terutama di
kawasan timur seperti papua dan maluku. Luas areal
tanaman sagu di Indonesia yaitu sekitar 5.539.637 ha dan
merupakan yang terluas di dunia (Flach, 1997; UP4B, 2014).
Persebarannya meliputi Papua, Sulawesi, Kalimantan,
Sumatera, Kepulauan Riau, dan Kepulauan Mentawai.

Potensi produksi sagu dapat mencapai 20 – 40 ton pati
kering/ha per tahun apabila dibudidayakan dengan baik
(Bintoro, 2010). Hal ini menjadikan sagu memiliki potensi
besar sebagai bahan pangan pokok alternatif. Sagu selain
berpotensi sebagai bahan pangan pokok dan modern, dapat
pula dijadikan bahan kerajinan, bahan baku industry, dan
sumber energy terbarukan.

Tanaman sagu juga dapat berperan sebagai pengaman
lingkungan karena dapat mengabsorsi emisi gas CO2 dalam
jumlah besar, sehingga dapat membantu mengatasi
ancaman pemanasan global. Selain itu, lingkungan yang
ditumbuhi sagu akan terjaga dari kerusakan karena sagu
mempunyai anakan yang banyak dan tidak perlu
diremajakan, sehingga dapat mencegah penurunan
permukaan tanah gambut (subsiden).

Salah satu upaya yang diperlukan untuk menjaga dan
mengembangkan potensi tanaman sagu ialah kegiatan
pengelolaan tanaman sagu. Kegiatan pengelolaan sagu
meliputi budidaya proses pemanenan, dan pengelolaan
pasca panen tanaman sagu.

1

II. BUDIDAYA
TANAMAN SAGU

Tanaman sagu (Metroxylon spp.) termasuk tumbuhan monokotil dari
keluarga Palmae. Secara garis besar, sagu digolongkan menjadi dua

yaitu tanaman sagu yang berbunga atau berbuah dua kali
(Pleonanthic) dengan kandungan pati rendah dan yang berbunga atau
berbuah sekali (Hepaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting,
karena kandungan patinya banyak (Bintoro, 2010).

Syarat tumbuh tamanan sagu (Hasan, 2011) :

Sagu dapat tumbuh sampai dengan ketinggian 700m dpl, akan tetapi
produksi sagu terbaik ditemukan sampai ketinggian 400m dpl.

Curah hujan optimal antara 2..000-4.000mm/tahun, yang tersebar merata
sepanjang tahun

Suhu optimum untuk pertumbuhan sagu berkisar 24,5 - 29 derajat celcius,
dengan kelembaban 40 - 60% serta tertinggi 90%.

Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang
bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air,
atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dengan
kandungan tanah liat >70% dan bahan organik 30%.

Sagu dapat tumbuh pada tanah vulkanik, latosol, andosol, podsolik merah
kuning, alluvial, hidromorfik kelabu dan tipe-tipe tanah lainnya.

Pertumbuhan yang paling baik terjadi pada tanah yang kadar bahan
organiknya tinggi dan bereaksi sedikit asam pH 5,5 – 6,5.

Budidaya Tanaman Sagu

3

Teknologi perbanyakan tanaman sagu dapat dilakukan
dengan 2 (dua) metode (Hasan, 2011) :

Generatif yaitu dengan
menggunakan biji yang berasal
dari buah yang sudah tua dan
rontok dari pohonnya. Biji yang
digunakan adalah biji yang
berasal dari pohon yang baik,
yaitu subur, dan produksinya
tinggi.

Gambar 1. Biji Tanaman Sagu

Vegetatif yaitu dilakukan
dengan menggunakan bibit
berupa anakan yang melekat
pada pangkal batang induknya
yang disebut dangkel atau abut
(jangan yang berasal dari
stolon).

Gambar 2. Anakan Tanaman Sagu

BBuuddiiddaayyaaTTaannamamanaSnaSguagu

4

1) Seleksi Benih atau Bibit

Syarat bibit untuk pembibitan dengan Cara Generatif
menggunakan biji yang berasal dari buah yang sudah tua dan
rontok dari pohonnya. Biji yang digunakan adalah biji yang berasal
dari pohon yang baik yaitu subur dan produksinya tinggi. Tanaman
sagu tumbuh pada lahan yang wajar serta produksi klon rata-rata
tinggi. Biji/Buah yang diambil tidak cacat fisik.

Syarat bibit untuk pembibitan dengan cara vegetatif adalah
berasal dari tunas atau anakan yang yang melekat pada pangkal
batang induk dengan umur kurang dari 1 tahun, diameter 10-13
cm, memiliki berat 2-3 kg, tinggi kurang lebih 1 m, dan pucuk daun
3-4 lembar.

Bentuk anakan terdapat tiga jenis yaitu (Bintoro, 2010) :
a. Anakan bentuk L, memiliki cadangan makanan yang lebih

banyak dibandingkan lainnya dan pada saat pertumbuhan,
posisi anakan akan tumbuh menyebar.

b. Anakan bentuk Tapal Kuda, cadangan makanan lebih sedikit
dibanding bentuk L dan pada masa pertumbuhan posisi
anakan menempel pada induk.

c. Anakan bentuk keladi, cadangan makanan paling sedikit dan
dan pada masa pertumbuhan posisi anakan menempel pada
induk.

Sumber:https://doc
player.info/804531
76-Pengelolaan-
perkebunan-
sagu.html

Gambar 3. Anakan Bentuk L, Tapal Kuda, Keladi (Kiri ke Kanan)

BBuuddiiddaayyaa TTaannaammaannSSaagguu

5

2) Teknik Persemaian Bibit

a) Cara Generatif

Perkecambahan Tak Langsung

Penyiapan Media Wadah atau bak dari bata atau bambu berukuran
tinggi 30-40cm, panjang tidak lebih dari 2 meter
dan lebar 1,2 – 1,5 cm. Selanjutnya sepertiga
bagian bawah diisi pasir dan atasnya serbuk
gergaji basah.

Penataan Bibit Bibit ditata dengan jarak 10 x 10 cm; 10 x 15 cm;
atau 15 x 15 cm dengan posisi miring atau tegak,
bagian lembaga diletakkan di bawah, ¾ bagian
bibit ditekan dalam serbuk gergaji. Kelembaban
media dijaga antara 80-90%. Setelah umur 1-2
bulan dan sudah berdaun 2-3 lembar, bibit
dipindah ke bedeng pembibitan.

Pembibitan (Perkecambahan tak langsung di media
pembibitan)

Penyiapan Media Tanah diolah sedalam 45-60 cm, digemburkan
dan ditambah pupuk dasar. Ukuran bedeng tinggi
Pengaturan 30 cm; lebar 1,25 m; dan panjang 8-10 dengan
pembibitan jarak antar bedengan 30-50 cm.
Penjarangan bibit
Bibit ditanam dengan jarak 25 x 25cm sampai
dengan 40 x 40 cm.

Penjarangan dilakukan pada usia tanaman 1
bulan. Kelembaban tanah harus dijaga kisaran
90% dengan penyiraman secara rutin dan
diberikan naungan dari sinar matahari langsung.
Bila usia mencapai 6-12 bulan, dapat dipindahkan
ke media tanam.

*Sumber Tulisan : http://budiimanhasansp.blogspot.com/

Budidaya Tanaman Sagu

Budidaya Tanaman Sagu

6

b) Cara Vegetatif

Selama ini teknik persemaian degan cara vegetatif dilakukan dengan
dua cara, yaitu :

Persemaian dengan Menggunakan Rakit
Persemaian menggunakan rakit dilaksanakan pada parit atau kanal
dengan air mengalir. Rakit dapat terbuat dari bambu atau pelepah
tua tanaman sagu (ahmad, 2021).

Rakit yang digunakan berbentuk persegi panjang yang dibagi
menjadi tiga bagian. Ukuran rakit yang digunakan memiliki lebar
1m dan panjang 2,5m. Rakit tersebut disangga pada pinggir kanal
agar selama persemaian tidak tenggelam (Bintoro, 2010).

Kelebihan teknik persemaian menggunakan rakit yaitu (ahmad,
2021):

Bibit tumbuh lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan polibag.
Bibit memperoleh oksigen yang lebih banyak untuk
pertumbuhannya dibandingkan menggunakan polibag.

Pemeliharaan cenderung lebih mudah.

Kekurangan teknik persemaian menggunakan rakit yaitu (amarillis,
2013):

Resiko terjadinya transplanting shock cukup besar dibandingkan
dengan persemaian menggunakan media tanah. Menurut
Wibisono (2011) meskipun mempunyai kemampuan hidup yang
tinggi dalam persemaian tetapi lebih dari 40% bibit mati pada
saat pindah ke lahan tanam.

Bibit membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri
dengan lahan tanam dibandingkan menggunakan media tanah.

BuBduiddidaayyaaTTaannaammaannSSaagugu

7

Pembuatan rakit :

Alat dan Bahan :

Bilah bambu
Kawat
Paku
Kapak

Gambar 4. Pembuatan rakit untuk persemaian

Cara pembuatan rakit :

Untuk membuat rakit dengan ukuran 2,5m x 1m x 30cm,
diperlukan :

potongan bambu ukuran 160cm sebanyak 4 batang untuk
tiang;
potongan bambu 100cm sebanyak 4 batang untuk lebar rakit;
potongan bambu ukuran 135cm sebanyak 5 batang, menjadi 9
bagian untuk panjang rakit; dan
14 belahan kecil bambu ukuran 85cm.

Selanjutnya lubang dibuat pada tiang, kemudian bambu panjang
dan lebar rakit dimasukkan kedalamnya.

Belahan bambu ukuran 85cm dipasang secara melintang dan
sejajar di atas bambu panjang serta belahan bambu ukuran 235cm
dipasang secara membujur.

Rakit disusun menggunakan paku dan kawat agar kokoh. setelah
rakit siap, dimasukkan ke dalam kolam yang telah disiapkan.

*Sumber Tulisan : http://miraaryuni15.blogspot.com/2013/12/budidaya-sagu.html

Sumber gambar: http://technology-indonesia.com/pertanian-dan-pangan/inovasi-pertanian/sagu-bukan-anak-tiri/

Budidaya Tanaman Sagu

Budidaya Tanaman Sagu

8

Berikut proses persemaian dengan rakit :
Pilih dangkel berdiameter sekitar 13 cm, tinggi sekitar 1 meter, dan
mempunyai daun sebanyak 4 helai. Apabila disayat, bagian dalam
anakan berwarna merah muda. Warna ini menandakan bahwa
anakan tersebut telah memenuhi syarat sebagai calon bibit.

Lakukan Pemotongan di sisi kiri dan kanan sedalam 30 cm, tanpa
membuang akar serabutnya.

Bersihkan dangkel yang telah dipotong dari daun-daun dan
tempatkan pada tempat yang mendapat cahaya matahari
langsung dengan bagian permukaan belahan tepat pada tempat di
mana cahaya matahari jatuh selama 1 jam.

Penyemaian menggunakan rakit yang diletakkan di atas air yang
mengalir.

Dengkel disusun di atas rakit. Rakit yang terdiri dari tiga bagian
dapat diisi dengan jumlah dengkel kurang lebih 80 bibit. Bagian
banir harus terendam air agar dengkel tidak mengalami kekeringan
(Bintoro, 2010).

Bibit disemai selama tiga bulan di dalam rakit. setelah tiga bulan,
bibit memiliki rata-rata jumlah daun 2-3 helai dan perakaran yang
baik sehingga dapat dipindah ke lahan tanam.

Sumber :
https://docplayer.info/92906434-
Perbanyakan-tanaman-sagu-
metroxylon-spp-secara-ex-vitro-di-
persemaian-polibag-dan-rakit-dan-
in-vitro-melalui-kultur-jaringan-
shandra-amarillis.html

Gambar 5. Persemaian Menggunakan Rakit

*Sumber Tulisan : https://agrozine.id/panduan-budidaya-sagu/

Budidaya Tanaman Sagu

Budidaya Tanaman Sagu

9

Persemaian dengan Menggunakan Polibag
Pada persemaian menggunakan polibag, polibag diisi dengan
menggunakan tanah gambut dengan tambahan campuran lainnya
seperti kotoran kambing, arang sekam, dan pupuk.
Kelebihan teknik persemaian menggunakan polibag yaitu:

Resiko terjadinya transplanting shock lebih kecil dibandingkan
dengan persemaian menggunakan rakit karena bibit sudah
terbiasa dengan media tanah.
Bibit cenderung lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan
lahan tanam dibandingkan menggunakan rakit.

Kekurangan teknik persemaian menggunakan polibag yaitu :

Menurut Pinem (2008) Perlakuan persemaian dengan
menggunakan polibag menghasilkan nilai rata-rata panjang
tunas yang lebih rendah dibandingkan menggunakan rakit. Hal
ini karena kadar air dalam polibag lebih rendah dibandingkan
rakit.

Bibit memperoleh oksigen yang lebih sedikit untuk
pertumbuhannya dibandingkan menggunakan rakit karena
kandungan air dalam polibag lebih rendah dibandingkan rakit.

Jika dibandingkan dengan rakit, bibit yang disemai dalam
polibag harus berjuang lebih keras untuk bertahan hidup
karena kadar air yang rendah. Hal ini karena tanaman sagu
membutuhkan kadar air yang tinggi untuk pertumbuhannya.

BuBuddididaayyaa TTaannaammaannSaSgaugu

10

Berikut proses persemaian dengan polibag (Sulistyono,
2015):

Sebelum bibit disemai, bibit dipangkas dahulu pada bagian pelepah
dan pucuk kurang lebih 20cm dari atas banir.

Bibit direndam dengan larutan fungisida Dhitane M-45 (2g/l) selama
10 menit dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 10-
15 menit.

Isi polibag berukuran 30 x 35 cm dengan media tanah gambut
dicampur dengan dolomit dengan dosis 40g/polibag dan diberi
insektisida furadan dengan dosis 2-3g/polibag.

Setelah itu, tanam bibit ke dalam polibag kemudian padatkan
tanahnya. Semua bibit diletakkan dinaungan 75%

Berikan pupuk TSP dan KC1 dengan dosis masing-masing 3g/polibag
dan 2.5g/polibag, sedangkan Urea diberikan degan dosis sesuai
perlakuan.

Penyiraman dilakukan secara teratur agar bibit tidak kekurangan air
karena tanaman sagu membutuhkan banyak air untuk
pertumbuhannya.

Sumber :
https://docplayer.info/92906434-
Perbanyakan-tanaman-sagu-
metroxylon-spp-secara-ex-vitro-di-
persemaian-polibag-dan-rakit-dan-in-
vitro-melalui-kultur-jaringan-shandra-
amarillis.html

Gambar 6. Persemaian Menggunakan Polibag

BuBduiddiadyaayaTTaannaammaannSSaagguu

11

3) Pemeliharaan Persemaian

a) Penjarangan Anakan
Penjarangan Dilakukan setelah satu bulan penyemaian, antar
bibit diberi jarak menjadi 25 x 25 cm atau 40 x 40 cm.
Selama masa penyemaian, kelembaban dipertahankan 80–
90%.
Bibit Diberi naungan agar tidak kena cahaya matahari
langsung.
Peyiraman dilakukan setiap saat karena tanaman sagu
membutuhkan air yang cukup banyak untuk pertumbuhannya.

b) Pemupukan
Pupuk dapat menjadi tambahan nutrisi untuk meningkatkan daya
hidup bagi tanaman sagu terutama saat di persemaian atau
pembibitan.
Pemberian tambahan hara tersebut dapat berupa pupuk cair, pupuk
padat organik maupun anorganik, atau zat pengatur tumbuh
(Bintoro, 2010).

BuBduiddidaayyaa TTaannaammaannSaSgaugu

12

Pemilihan Lokasi

Pemillihan lokasi menjadi hal penting dalam upaya pengembangan
tanaman sagu. Lahan yang dipilih untuk penanaman sagu harus
yang mengandung banyak air, seperti daerah rawa yang berair
tawar atau daerah rawa yang bergambut dan di daerah sepanjang
aliran sungai, sekitar sumber air, atau di hutan rawa yang kadar
garamnya tidak terlalu tinggi dengan kandungan tanah liat >70%
dan bahan organik 30%.

Lokasi sebaiknya juga mudah atau dapat dijangkau serta dilengkapi
dengan sarana produksi, sarana transportasi, dan sarana
penunjang lainnya (Lampiran Permentan tentang budidaya sagu
(Metroxylon spp. yang baik, 2014) .

Secara garis besar persiapan lokasi pengembangan tanaman sagu
meliputi pembersihan tanaman besar (pohon), semak belukar, dan
perdu. Persiapan lainnya yaitu pengaturan sistem drainase berupa
pembangunan kanal-kanal air (jika lokasi di rawa atau lahan
gambut). Sistem drainase yang dibuat tidak memotong kubah
gambut dan bertujuan menjaga kedalaman air tanah pada lahan
gambut maksimal 50cm dai permukaan tanah.

Jenis kanal terdiri atas kanal utama, sekunder, dan tersier. Selain
sebagai saluran drainase, kanal-kanal ini juga berfungsi sebagai
jalan produksi, transportasi, distribusi pekerja, dan sarana produksi
serta panen.

Pembukaan Lahan
Lahan dibersihkan dari semua vegetasi di bawah diameter 30 cm
dekat permukaan tanah dan semua pohon yang tinggal. Vegetasi
bawah dan ranting–ranting kecil tersebut dibakar dan abunya untuk
pupuk. Pokok–pokok batang yang besar, yang sulit penggaliannya
dapat ditinggalkan begitu saja di lahan, kecuali pokok – pokok yang
berada pada calon baris tanaman harus dibersihkan.

BuBduiddidaayyaaTTaannaammaannSSaagugu

13

1) Pengaturan Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam dimaksudkan untuk pemerataan distribusi
sinar matahari, air, dan unsur hara, serta mempermudah
pemeliharaan (Najiyati et al,. 2005

Penanaman dengan sistem blok dilakukan dengan jarak tanam atau
jarak antar lubang berkisar antara 8-10 meter, sehingga satu hektar
hanya menampung + 150 buah.

Menurut Bintoro (2010) jarak tanam yang dianggap ideal adalah :

Sagu Tuni 8 x 8 atau 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1
hektar akan memuat 143 tanaman.

Sagu Ihur 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan
memuat 143 tanaman.

Sagu Molat 7 x 7, hubungan segi empat, sehingga 1 hektar akan memuat
204 tanaman.

Jika ketiga varietas ditanam secara bersama – sama, maka ditanam secara
terpisah menurut blok.

2) Pembuatan Lubang Tanam Gambar 8. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam digali sebulan/
selambat-lambatnya 1 minggu
sebelum penanaman dengan ukuran
lubang 30x30x30 cm.
Hasil galian tanah bagian atas
dipisahkan dari tanah lapisan bawah
dan dibiarkan beberapa hari. Pada
lubang tanaman itu ditempatkan
pancang–pancang bambu, tiap lubang
2 pacang.

BuBduiddidaayyaaTTaannaammaannSSaagugu

14

3) Cara Penanaman

Tanam bibit pada lubang
tanam, benamkan ke tanah
sampai bagian leher tanaman.

Berikan penyangga yang
diletakkan secara menyilang

pada bagian depan batang
tanaman.

Gambar 9. Penanaman Bibit Sagu

Lakukan penanaman pada
masa awal musim hujan
sehingga masalah

ketersediaan air akan lebih
mudah teratasi.

Budidaya Tanaman Sagu

Budidaya Tanaman Sagu

15

4) Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali areal tanaman
sagu untuk mengganti tanaman yang mati karena terserang hama dan
penyakit, keracunan, atau tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan
baru untuk meningkatkan nilai guna lahan yang berkurang akibat
tanaman sagu yang mati (Bintoro, 2010).

Mempersiapkan bibit sesuai dengan
waktu dan jumlah yang dibutuhkan

Mempersiapkan titik pancang tempat
penyulaman akan dilaksanakan

Membersihkan titik pancang dari
kotoran (titik pancang bebas dari
naungan agar memperoleh sinar

matahari langsung)

Membuat lubang tanam berukuran
30cm x 30cm

Penanaman bibit dengan posisi
dengkel menempel pada lubang

tanam dan tegak

BuBduiddidaayyaaTTaannaammaannSSagaugu

16

1) Penyiangan (Pengendalian Gulma)

Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki kehadirannya
(Bintoro, 2010). Tidak dikehendaki karena :

Menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan hara,
sinar matahari, dan ruang hidup.

Mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.

Menjadi inang bagi hama dan penyakit yang menyerang tanaman.

Mengganggu tata guna air.

Meningkatkan biaya usahatani karena meningkatkan biaya
pemeliharaan.

Metode pengendalian pertumbuhan gulma (Bintoro, 2010):

Manual Dilakukan secara langsung dengan menggunakan
parang dan kapak.

Mekanis Dilakukan menggunakan bantuan mesin seperti
alat pemotong rumput, chainsaw, dan alat berat.

Kimia Dilakukan dengan mengaplikasikan senyawa kimia
dengan jenis dan dosis tertentu sesuai jenis gulma
yang terdapat di lapangan.

BuBduiddidaayyaa TTaannaammaannSaSgaugu

17

2) Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman sagu (Metroxylon spp.) seperti halnya tanaman budidaya
lainnya berpotensi diserang oleh berbagai jenis hama maupun
penyakit. Beberapa hama yang berpotensi menyerang tanaman sagu
antara lain:

Kumbang Oryctes rhinoceros L
Hama tersebut dapat dikendalikan secara terpadu
melalui tindakan sanitasi, pemanfaatan musuh
alami seperti Baculovirus oryctes dan Metarhizium
anisopliae, penggunaan feromon, kapur barus, dan
serbuk mimba.

Sexava spp
Hama Sexava dapat dikendalikan dengan
menggunakan musuh alaminya yaitu Leefmansia
bicolor dan Doirania leefmansia. Apabila
menggunakan pestisida jangan sampai musuh
alaminya ikut terbunuh.

Artona catoxantha
Hama Artona catoxantha dapat dikendalikan
dengan menggunakan musuh alaminya yaitu
Apanteles artonae dan lalat Psychomyie remola.
Dapat juga menggunakan pestisida.

Kumbang Rynchophorus ferrugineus
Ciri dari serangan hama ini adalah serangan
sekunder setelah kumbang oryctes biasanya
meletakkan telur di luka bekas oryctes. Bila
serangan terjadi pada titik tumbuh dapat
menyebabkan kematian pohon. Musuh alaminya
yaitu Scolia erratica dan Sarcophaga fusicanda.
Dapat juga menggunakan pestisida

*Sumber tulisan : Permentan RI No. 134/Permentan/OT.140/12/2013 tentang Pedoman Budidaya Sagu
(Metroxylon sp) Yang Baik

BuBduiddiadyaayaTTaannaammaannSSaagguu

18

Penyakit

Penyakit yang biasanya tanaman sagu adalah penyakit bercak daun
yang disebabkan oleh cendawan Cercosphora sp.

Ciri-ciri Daun yang terserang memperlihatkan
bercak kecoklatan, kemudian daun
tersebut menjadi kering dan berlubang-
lubang. Bila serangan cukup hebat, kanopi
tanaman sagu nampak meranggas.

Pengendalian Pengendalian secara kimiawi

menggunakan furudan 3G dengan dosis

aplikasi 5g/tanaman. Pengendalian juga

dilakukan secara kimia dan secara kultus

teknis dengan menerapkan sanitasi

tanaman secara berkala, membersihkan

lokasi persemaian, dan membersihkan

tanamannya.

Gambar 10. Daun yang Terserang Penyakit Bercak Daun

*Sumber tulisan : Permentan RI No. 134/Permentan/OT.140/12/2013 tentang Pedoman Budidaya Sagu
(Metroxylon sp) Yang Baik

BuBduiddiadyaayaTTaannaammaannSSaagguu

19

3) Penjarangan Anakan

Penjarangan anakan atau kontrol pertumbuhan adalah kegiatan
pembuangan anakan. Kegiatan tersebut untuk mengatur letak
anakan dengan tanaman induk agar persaingan dapat ditekan
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal, serta
mempermudah dalam pengaturan panen (Bintoro, 2010).

Gambar 11. Sebelum dan Sesudah Penjarangan Anakan

Kegiatan penjarangan anakan dilakukan dengan memangkas daun-
daun dari tunas anakan yang baru tumbuh, termasuk daun-daun
dari anakan yang tidak diinginkan.
Anakan yang menempel pada tanaman induk tidak baik digunakan
sebagai bibit maupun calon induk sehingga harus dibuang dengan
cara memotong daun hingga bagian pangkal daun. Pemotongan
tidak boleh dilakukan terlalu dekat dengan tanaman induk karena
dapat melukai tanaman induk dan menyebabkan tanaman
terserang penyakit atau hama.
Sebelum anakan berumur dua tahun, penjarangan dilakukan
dengan membuang semua anakan, namun setelah dua tahun
dilakukan pemeliharaan satu anakan setiap dua tahun sehingga
diperoleh 5-6 anakan dalam satu rumpun sehingga kegiatan panen
dapat berkelanjutan.

BuBduiddiadyaayaTTaannaammaannSSaagguu

20

4) Pemupukan

Pemupukan adalah tindakan pemeliharaan yng bertujuan untuk
memberikan tambahan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sehingga diperoleh pertumbuhan tanaman yang optimal.
Aplikasi pemupukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
(Bintoro):

Pemupukan dengan cara menyebar pupuk disekeliling
rumpun tanaman sagu.

Gambar 12. Pemupukan di sekeliling Tanaman Sagu

Pemupukan dengan cara penugalan (pembuatan lubang
pupuk) di daerah sekitar perakaran dengan pemberian
pupuk berupa tablet.

Gambar 13. Pemupukan di lubang Tanaman Sagu

BuBduiddiadyaayaTTaannaammaannSSaagguu

21

III. PROSES PEMANENAN
TANAMAN SAGU

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU Panen merupakan serangkaian kegiatan pengambilan hasil
tanaman sagu berupa batang sagu untuk dimanfaatkan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Bintoro, 2010).
Karakter utama pohon sagu siap panen dapat dilihat secara
visual di lapangan. Berikut adalah kriteria sagu yang siap
panen :

Masa panen tanaman sagu yang ideal adalah saat memasuki
umur 6-7 tahun.
Ujung batang mulai membengkak disusul keluarnya selubung
bunga dan pelepah daun berwarna putih terutama pada
bagian luarnya.
Tinggi pohon sekitar 10-15m dengan diameter 60-70cm (tebal
kulit 10cm dan tebal batang yang mengandung sagu 50-60cm).

Terdapat perubahan pada daun, duri, pucuk, dan batang.
Menjelang panen, biasanya akan terjadi pembentukan
primordia bunga atau kuncup bunga, tetapi belum mekar.
Daun-daun terakhir yang keluar memiliki jarak berbeda dengan
daun sebelumnya, daun terakhir lebih tegak dan ukurannya
kecil.
Pucuk menjadi sedikit menggelembung dan duri berkurang.

Pelepah daun lebih bersih dan licin dibanding tanaman sagu
yang masih muda.

23

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU Cara Penentuan Pohon Sagu yang Siap Panen
di Maluku (Hasan, 2011)

Tingkat Wela/ putus duri

Suatu fase di mana sebagian duri pada pelepah daun
telah lenyap. kematangannya belum sempurna dan
kandungan acinya masih rendah, tetapi dalam keadaan
terpaksa pohon ini dapat dipanen.

Tingkat Maputih

Ditandai dengan mennguningnya pelepah daun, duri
yang terdapat pada pelepah daun hampir seluruhnya
lenyap, kecuali pada bagian pangkal pelepah masih
tertinggal sedikit. Daun muda yang terbentuk
ukurannya semakin pendek dan kecil. Pada tingkat ini
sagu jenis Metroxylon rumphii Martius sudah siap
panen, karena kandungan aci sangat tinggi.

Tingkat Maputih Masa/ Masa Jantung

Fase di mana semua pelepah daun telah menguning
dan kuncup bunga mulai muncul. Kandungan acinya
telah padat mulai dari pangkal batang sampai ujung
batang. Merupakan fase yang tepat untuk panen sagu
Ihur (Metroxylon sylvester Martius).

Tingkat Siri Buah

Merupakan tingkat kematangan terakhir, di mana
kuncup bunga sagu telah mekar dan bercabang
menyerupai tanduk rusa dan buahnya mulai
terbentuk. Fase ini merupakan saat yang paling tepat
untuk memanen sagu jenis Metroxylon longispium
Martius.

24

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU Cara Penentuan Pohon Sagu yang Siap Panen
menurut Masyarakat Papua (Syaefullah, 2019)

Pelepah daun menjadi lebih pendek.
Kuncup bunga mulai tampak dan pucuk pohon
mendatar bila dibandingkan dengan pohon sagu yang
lebih muda.
Batang sagu dilubangi kira-kira 1m di atas tanah,
kemudian diambil mpulurnya dan dikunyah serta
diperas. Apabila air perasannya keruh berarti
kandungan acinya sudah cukup dan pohon diap
panen.

Gambar 14. Pohon Sagu

Sumber gambar:https://www.antaranews.com/berita/2175290/dosen-sagu-
jadi-food-estate-pemenuhan-pangan-kelestarian-lingkungan

25

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU 1) Panen Sagu Secara Tradisional

Berikut merupakan langkah-langkah dalam proses panen
sagu secara tradisional (Hartini, 2015) :

Proses pertama yang perlu dilakukan adalah dengan
memilih pohon sagu yang siap panen.

Pohon sagu yang telah memenuhi kriteria panen
ditebang dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti parang dan kampak.

Setelah ditebang kemudian batang sagu dibersihkan
dari pelepah daun dan duri-durinya.

Batang sagu kemudian dibelah menjadi dua bagian.
Dari masing-masing bagian akan terlihat
empulurnya.

Empulur batang yang mengandung tepung
kemudian dihancurkan dengan alat yang disebut
"nanni", pekerjaan menghancurkan empulur sagu
disebut menokok.

Penokokan dikerjakan hingga empulur cukup hancur
dan pati mudah dipisahkan dari serat-serat empulur.
Empulur yang telah ditokok akan berwarna
kecoklatan bila disimpan di daerah terbuka dalam
waktu lebih dari satu hari, oleh karena itu penokokan
diatur agar dapat selesai dalam satu hari. Dengan
cara tradisional dapat selesai dalam 1-3 minggu.

Empulur hasil penokokan dilarutkan dan disaring
dengan cara peremasan menggunakan tangan dan
dibantu dengan penyiraman air. Di beberapa daerah,
air yang digunakan berasal dari rawa-rawa yang ada
di lokasi tersebut.

26

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU Tepung sagu yang terlarut kemudian dialirkan
dengan menggunakan kulit batang sagu yang telah
diambil empulurnya. Tepung sagu ini kemudian
diendapkan, dan dipisahkan dari airnya
Tepung yang diperoleh dari cara tradisional ini
masih basah dan biasanya dikemas dalam
anyaman daun sagu yang disebut "tumang".
Sagu yang sudah dikemas kemudian disimpan
dalam jangka waktu tertentu untuk persediaan
pangan rumah tangga, dan sebagian lainnya dijual.
Karena sagu yang sudah dikemas ini masih basah,
maka penyimpanan hanya dapat dilakukan selama
beberapa hari. Biasanya cendawan atau mikroba
lainnya akan tumbuh dan menngakibatkan tepung
sagu berbau asam setelah beberapa hari disimpan.

27

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU Batang sagu dibelah menjadi 2 bagian

Penebangan pohon sagu

Penghancuran empulur sagu

Penokokan batang sagu

Penyaringan empulur sagu Tepung sagu dikemas dalam
anyaman daun sagu yang
28 disebut "Tumang"

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU 2) Panen Sagu Secara Modern

Berikut merupakan langkah-langkah dalam pemanenan
sagu (Hasan, 2011) :

Proses memanen dimulai dengan membersihkan
jalan untuk masuk ke rumpun tanaman sekaligus
membersihkan batang tanaman yang akan dipotong
untuk memudahkan penebangan dan pengangkutan
hasil tebangan.

Batang sagu dipotong sedekat mungkin dengan akar
menggunakan bantuan kapak atau mesin pemotong
(gergaji mesin).

Batang dibersihkan dari pelepah dan sebagian ujung
batangnya karena acinya rendah, sehingga tinggal
gelondongan batang sagu sepanjang 6-15m.

Gelondongan dipotong-potong menjadi 1-2m untuk
memudahkan pengangkutan ke tempat produksi.
Berat satu gelondongan adalah kurang lebih 120kg
dengan diameter 45cm dan kulit 3,1cm. Batang sagu
yang telah dipotong disebut tual.

https://www.merdeka.co Sumbe:https://www.mon
m/travel/mengintip- gabay.co.id/2019/10/19/
cerita-suka-duka-para-
pembuatan-sagu-yang- buruh-pemanen-sagu/
pernah-jadi-makanan-
utama-di-nusantara.html

Sumber:https://1001indo
nesia.net/sagu/

29

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU 2) Pengangkutan Tual Sagu ke Tempat Produksi

Setelah batang dipotong menjadi tual, sesegera mungkin
dilangsir ke kanal dengan tujuan untuk mengurangi
serangan jamur dan resiko kekeringan.

Proses pengangkutan tual (batang sagu yang telah
dipotong) ke tempat produksi adalah sebagai berikut
(Bintoro, 2010) :

Proses yang pertama dilakukan adalah melubangi
tual-tual di bagian atas dan bawahnya dengan
batangan besi yang telah dirancang sedemikian rupa,
khusus untuk mendorong tual sagu keluar dari
kebun. Alat untuk mendorong tual disebut
"penggolek" dan proses menngeluarkan sagu dari
kebun disebut "menggolek".

Susun pelepah-pelepah sagu secara melintang di
dalam kebun yang berfungsi sebagai jalan untuk tual-
tual keluar dari kebun. Perlu keahlian khusus untuk
menggolek tual karena tidak mudah untuk membawa
tual hingga dua sampai empat sekaligus.

Setelah terkumpul, tual-tual akan dimasukan ke
dalam sungai atau kanal-kanal yang sengaja digali
untuk menghanyutkan tual menuju sungai ataupun
laut.

Tual yang telah sampai di kanal disusun dengan tali
rakit yang telah diikatkan pada lubang yang telah
dibuat pada setiap tual. Satu tali bisa mencapai 20-30
tual sagu.

Tual yang sudah dirakit kemudian dilangsir ke laut
dengan menggunakan pompongan (perahu kecil)
menuju pabrik pengolahan sagu.

30

PROSES PEMANENAN TANAMAN SAGU 1.Penggolekan Tual Ke Sungai 2. Pengumpulan Tual di Sungai

Sumber:https://123dok.com/docu https://bilikkreatif.com/hikayat-
ment/rz32148q-pengelolaan- negeri-sagu-kebun-berkecai-ikon-
budidaya-metroxylon-national- yang-tergadai-oleh-purnimasari
selat-panjang-pemangkasan-
aplikasi.html

4. Tual Dibawa ke Tempat Produksi 3. Penyusunan Tual dengan Tali

Sumber:https://jurnalmadani.com Sumber:https://panganbijak.org/s
/berita/detail/3526/2021/08/24/h agu-desa-sungai-tohor/
arga-pinang-dan-tepung-sagu-di-
riau-naik,-kopra-dan-kelapa-turun

31

IV. PENGELOLAAN PASCA
PANEN SAGU

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Tepung sagu pada dasarnya dibuat dari empulur batang sagu. Tahapan
proses pembuatan tepung sagu secara umum meliputi : penebangan
pohon, pemotongan dan pembelahan, penokokan atau pemarutan,
pemerasan, penyaringan, pengendapan, dan pengemasan (Johan, 2011,
dalam Hartini, 2015).

Ditinjau dari cara dan alat yang digunakan, pembuatan tepung sagu
yang dilakukan di daerah-daerah penghasil sagu di Indonesia saat ini
dapat dikelompokan atas tiga cara (Kindangen dan Malia, 2006, dalam
dalam Hartini, 2015) :

Cara Tradisional Cara pembuatan tepung sagu masih
menggunakan alat-alat tradisional dan
masih sederhana seperti alat penokok
yang disebut "nanni".

Cara Semi-Mekanis Cara pembuatan tepung sagu sudah
Cara Mekanis menggunakan alat yang lebih modern
seperti menggunakan mesin pemarut
untuk menghancurkan empulur.

Pembuatan tepung sagu dilakukan
melalui sistem yang kontinyu,
biasanya dilakukan di pabrik
pengolahan tepung sagu.

33

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

1) Pembuatan Tepung Sagu Secara Tradisional

Pohon sagu yang telah memenuhi kriteria panen ditebang
dengan menggunakan peralatan sederhana seperti parang dan
kampak secara gotong royong.
Batang sagu dibersihkan dan dipotong-potong sepanjang 1-2m,
kemudian potongan tersebut dibelah menjadi dua.

Empulur batang yang mengandung tepung kemudian
dihancurkan dengan alat yang disebut "nanni", pekerjaan
menghancurkan empulur sagu disebut menokok.

Penokokan dikerjakan hingga empulur cukup hancur dan pati
mudah dipisahkan dari serat-serat empulur. Empulur yang
telah ditokok akan berwarna kecoklatan bila disimpan di
daerah terbuka dalam waktu lebih dari satu hari, oleh karena
itu penokokan diatur agar dapat selesai dalam satu hari.
Dengan cara tradisional dapat selesai dalam 1-3 minggu.
Empulur hasil penokokan dilarutkan dan disaring dengan cara
peremasan menggunakan tangan dan dibantu dengan
penyiraman air.

Tepung yang diperoleh dari cara tradisional ini masih basah
dan biasanya dikemas dalam anyaman daun sagu yang disebut
"tumang".

Sagu yang sudah dikemas kemudian disimpan dalam jangka
waktu tertentu untuk persediaan pangan rumah tangga, dan
sebagian lainnya dijual. Biasanya cendawan atau mikroba
lainnya akan tumbuh dan menngakibatkan tepung sagu berbau
asam setelah beberapa hari disimpan.

34

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Batang sagu dibelah menjadi 2 bagian

Penebangan pohon sagu

Penghancuran empulur sagu

Penokokan batang sagu

Penyaringan empulur sagu Tepung sagu dikemas dalam
anyaman daun sagu yang
35 disebut "Tumang"

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

2) Pembuatan Tepung Sagu Secara Semi-Mekanis

Pembuatan tepung sagu secara semi-mekanis pada prinsipnya
sama dengan cara tradisional. Perbedaannya hanya pada
penggunaan alat atau mesin pada sebagian prosesnya.
Cara semi-mekanis diawali dengan memotong-motong batang
sagu dengan ukuran 0,5-1m. potongan batang sagu disebut
tual. Tual kemudian dikupas kulitnya, dibelah-belah, dan
diparut.
Pada proses penghancuran empulur batang yang mengandung
tepung menggunakan mesin pemarut.
Empulur hasil pemarutan dilarutkan di dalam alat berupa bak
atau tangki yang dilengkapi dengan pengaduk mekanik.
Pengadukan dilakukan dalam dua tahap dengan tujuan agar
seluruh tepung terlepas dari serat-seratnya.
Campuran serat, tepung, dan air dialirkan ke saringan silinder
berputar yang terdiri dari beberapa tingkat. Hasil penyaringan
berupa bubur yang ditampung dalam bak-bak kayu untuk
proses pengendapan tepung.
Endapan tepung kemudian dicuci kembali dalam bak atau
tangki yang dilengkapi dengan pengaduk, dan diendapkan lebih
lanjut.

Selanjutnya tepung yang sudah digiling dimasukkan ke dalam
karung-karung goni dan siap untuk dipasarkan.

36

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

1. Penebangan Pohon Sagu 5. Proses Pelarutan Empulur
Dengan Mesin Pemotong dalam Bak Kayu

2. Batang Sagu Dibelah dengan 6. Proses Pemisahan empulur
Ukuran 0,5-1m dengan ampas sagu

3. Batang Sagu dikuliti dan 7. Proses Pengendapan
dibelah menjadi bagian yang empulur sagu

lebih kecil

4. Proses Pemarutan Batang 8. Pati sagu dimasukkan ke
Sagu dalam karung untuk
dipasarkan
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=wzSzNHLNOjw

37

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

3) Pembuatan Tepung Sagu Secara Mekanis

Pembuatan tepung sagu secara mekanis urutannya sama dengan
cara semi-mekanis. hanya saja pembuatan tepung sagu dilakukan
melalui sistem yang kontinyu dalam sebuah pabrik pengolahan.

Untuk mempercapat prosesnya pada pabrik-pabrik yang sudah
modern, proses pengendapan tepung dilakukan dengan
menggunakan alat centrifuge atau spinner.

Pengeringan tepung sagu dilakukan menggunakan alat pengering
buatan.

Produk tepung sagu yang dihasilkan dari pabrik-pabrik pengolahan
ini adalah berupa tepung kering, sehingga memilliki daya simpan
yang lebih lama.

Pengemasan Tradisional Pengemasan Semi-Mekanis Pengemasan Mekanis

Sumber:https://ekonomi.bisn Sumber:https://sindikasi.repu Sumber:https://riau.antarane
is.com/read/20220821/12/15 blika.co.id/berita/qcy4ot283/ ws.com/berita/284869/solar-
68925/pakar-ungkap-alasan- subsidi-mahal-harga-tepung-
permintaan-tepung-sagu-
sagu-masih-jarang- kembali-meningkat-3 sagu-di-meranti-melonjak
digunakan-untuk-subtitusi-

gandum

38

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

1. Proses pemarutan batang sagu 4. Proses pemisahan pati sagu
menggunakan mesin pemarut

2. Proses pelarutan empulur dalam bak 5. Proses pengeringan pati sagu

3. Proses pengendapan pati sagu 6. Proses peng-oven-an pati sagu. Hasil
proses ini adalah tepung sagu yang siap

dikemas.

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=i3k7B9j2I0M

39

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Tepung sagu merupakan produk pangan, di mana membutuhkan
pengolahan lebih lanjut untuk menjadi produk pangan yang memiliki
nilai tambah. Tepung sagu dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan makanan atau sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
makanan (Rosida, 2019).
Pemanfaatan tepung sagu meliputi pemanfaatan sebagai makanan
pokok, makanan tambahan, dan sebagai bahan baku industri.

BERBAGAI PRODUK OLAHAN BERBASIS SAGU

Milk Bread Bihun Sagu Biskuit Sagu

Gula Sagu Mie Sagu Biodegradable Plastic

40

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

1) Sagu Sebagai Bahan Pangan Modern

Berbagai makanan olahan dari tepung sagu :
a) Beras Analog Berbasis Sagu

Gambar 15. Beras Analog Berbasis Sagu

Bahan :
Tepung sagu
Air secukupnya

Bahan tambahan :
Tepung beras merah
Tepung Jagung

(Komposisi 70;30 secara terukur)

41

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Beras Analog Berbasis Sagu

sagu yang sudah diolah menjadi tepung sagu diadon dengan
menggunakan air.
Untuk memberi sensai rasa, dapat ditambahkan tepung beras
merah ataupun tepung jagung dengan komposisi 70:30 persen
secara terukur.

Kemudian kukus adonan.

Tepung yang sudah dikukus lalu dimasukkan ke dalam mesin
pengolah beras analog (Xrudder).
Setelah keluar dari mesin tersebut, tepung yang sudah dikukus
akan berubah menjadi butiran potongan kecil serupa beras
analog lainnya.
Tepung sagu hasil kukusan yang sudah menjadi beras analog
berbahan dasar sagu kemudian dijemur hingga benar-benar
kering.
Beras yang sudah kering dapat langsung dikemas dan
dipasarkan.

Cara mengkonsumsinya pun sama seperti beras analog
kebanyakan.

Sumber:https://pekanbaru.tribunnews.com/2016/07/29/mau-bikin-
beras-analog-berbahan-dasar-sagu-begini-caranya

42

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

b) Milk Bread dari Tepung Sagu

Gambar 16. Milk Bread Berbasis Sagu

Bahan A : Bahan B:
3 butir telur
140 gr tepung sagu 60 gr margarin
20 gr tepung tapioka 1 sdt vanili
20 gr tepung beras
20 gr tepung sorgum Bahan C:
20 gr susu bubuk 100 gr air
1 sdt garam 50 gr gula
3/4 sdt guar gam 1 sdt ragi
1/2 sdt baking soda
1/2 sdt asam sitrat
1/4 sdt bread improver

43

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Milk Bread dari Tepung Sagu:
Campur dan ayak bahan A. Sisihkan. Campur bahan B
menggunakan mixer sampai halus. Buat larutan ragi dengan
mencampur bahan C, aduk rata. sisihkan.

Tuang bahan A ke bahan B secara perlahan. aduk rata. tuang
laruan ragi ke dalam adonan. Aduk perlahan sampai tercampur
rata. Proses ini menggunakan mixer. Pastikan tidak ada
gumpalan.

Tuang adonan ke dalam loyang, tutup dengan plastic wrap atau
proofing dengan proofer pada shuhu 27 derajat celcius selama 60
menit.

Panggang adonan di dalam oven bersuhu 130 derajat celsius
selama 30 menit.
Dinginkan dulu roti sebelum dikeluarkan dari loyang. Roti siap
dihidangkan atau diolah menjadi makanan lain.

Sumber:
https://www.kompas.com/food/read/2021/12/17/070116675/resep-milk-
bread-tepung-sagu-roti-tawar-lembut-tanpa-gluten

44

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

c) Mie dari Tepung Sagu

Gambar 17. Mie dari Tepung Sagu

Bahan : Telur
Garam
200 gr tepung sagu Soda kue
Air secukupnya

Alat yang diperlukan :

3 buah baskom untuk mengaduk, merendam dan
menyaring
Saringan
Wadah air
Panci untuk merebus
Pencetak mie
sendok

45

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Mie dari Tepung Sagu :
Ambil 20% dari 200g tepung sagu kemudian campur dengan air
secukupnya lalu dimasak di atas kompor hingga membentuk lem.
Masukkan sagu yang sudah dimasak ke sisa tepung sagu ke dalam
wadah lalu aduk hingga kalis.
Lalu adonan dibentuk bulat da dimasukkan ke dalam pencetak
mie, cetak adonan tersebut hingga membentuk mir sesuai dengan
keinginan.
Masukkan ke dalam air mendidih di atas kompor selama 1-2 menit
untuk memadatkan.
Lalu masukkan ke dalam air dingin hingga panasnya hilang dan
tiriskan.
Mie sagu bisa langsung dikonsumsi dengan tambahan bumbu.

Sumber:https://paktanidigital.com/artikel/pembuatan-mie-sagu-yang-
sehat-sebagai-peluang-usaha/#.Y2R6OXZBzIU

46

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

d) Makanan Pendamping ASI

Gambar 18. Makanan Pendamping ASI Berbasis Tepung Sagu

Bahan :
Tepung sagu
Air secukupnya

Bahan tambahan :
Kacang kedelai
Beras
Tempe
Teri tawar
Tepung Ikan
daging

47


Click to View FlipBook Version