The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku Saku Panduan Pengelolaan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas SDM di Daerah Tertinggal berisi tentang budidaya tanaman sagu, proses pemanenan tanaman sagu, dan pengelolaan pasca panen tanaman sagu.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dewanti.150707, 2022-11-25 03:12:13

Buku Saku Panduan Pengelolaan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas SDM di Daerah Tertinggal

Buku Saku Panduan Pengelolaan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas SDM di Daerah Tertinggal berisi tentang budidaya tanaman sagu, proses pemanenan tanaman sagu, dan pengelolaan pasca panen tanaman sagu.

Keywords: Sagu

PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Makanan Pendamping ASI
Campurkan tepung sagu dengan air, kemudian aduk lalu saring
sehingga terjadi proses pragelatinisasi.
Masukkan bahan tambahan seperti kacang kedelai, beras, tempe,
teri tawar, tepung ikan, dan daging.
Selanjutnya dibuburkan pada suhu 80-90 derajat celcius dengan
penambahan larutan gula.
Kemudian bubur dikeringkan dengan alat drum dryer dan
ditepungkan kembali.
Selanjutnya difortifikasi dengan tepung susu skim, vitamin, dan
mineral.

MP-ASI berbasis pati sagu ini memiliki kadar air 2,55%, kadar abu
3,59%, kadar protein 22,85%, kadar lemak 12,68%, dan energi 389,04
Kkal. Nilai kalori produk ini memenuhi persyaratan MP-ASI yang
mengacu pada FAO, yaitu minimal 370 Kkal.

Sumber: Rosida, Dedin Finatsiyatull.2019.Inovasi Teknologi Pengolahan
Sagu.Surabaya:Mitra Sumber Rejeki

48


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

e) Sagu Mutiara

Gambar 19. Sagu Mutiara Berbasis Tepung Sagu

Bahan :
250 gr tepung sagu
1/2 buah naga merah
1 sdt garam
1 lembar daun panda

Alat yang diperlukan :
2 buah baskom
Saringan
Wadah air
Panci untuk merebus
Sendok
Blender
Pisau

49


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Sagu Mutiara :

Kupas buah naga merah, kemudian blender 1/2 buah naga
bersama air 100ml. setelah halus, saring dan rebus cairan buah
naga ini sampai mendidih.
Untuk membuat adonan sagu mutiara, siapkan tepung sagu
dalam sebuah wadah dan tambahkan garam, kemudian aduk.
Tuangkan air rebusan buah naga (dalam kondisi masih panas)
sedikit demi sedikit ke dalam tepung sambil diaduk pelan-pelan
hingga adonan bisa diuleni sampai kalis dan tidak menempel di
tangan.
Siapkan wadah lain yang sudah ditaburi sedikit tepung sagu.
kemudian bulatkan sedikit-sedikit adonan sagu seukuran mutiara
dan letakan di wadah yang telah ditaburi tepung sagu. Hal ini
dilakukan supaya adonan tidak saling menempel.

Jemur adonan sagu mutiara sekitar 1 jam dan adonan sagu
mutiara pun siap untuk direbus.
Siapkan air 1 liter, didikan. lalu masukkan daun pandan ke dalam
dan tuangkan adonan sagu mutiara. Aduk perlahan agar sagu
tidak lengket satu sama lain.
Setelah mengambang, matikan api. Saring dan rendam dalam air
dingin (air yang diberi es batu).
Sagu mutiara siap diolah menjadi aneka minuman atau makanan
lainnya.

Sumber: https://gitacinta.com/cara-membuat-sagu-mutiara.htm

50


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

f) Pempek Sagu

Gambar 20. Pempek Berbasis Tepung Sagu

Bahan : Isian :

Kulit : 6 butir telur
50 cc air
4 butir telur 1 sdm tepung sagu
20 sdm terigu Secukupnya garam
35 sdm tepung sagu Sedikit penyedap rasa
5 gelas air (gelas Gelas ukur (yang
belimbing) sedikit lancip untuk
Secukupnya garam mempermudah saat
Sedikit penyedap rasa menuang)
6 sdm minyak goreng
(3 sdm untuk kulit +
3sdm untuk rebusan)
4 liter air untuk
merebus

51


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Pempek Sagu

Untuk isian : masukkan tepung sagu dan air ke dalam gelas ukur
kemudian aduk rata. Masukkan telur, garam dan penyedap rasa,
kocok hingga merata. Sisihkan.
Didihkan air untuk merebus, kemudian tambahkan minyak goreng.

Untuk kulit : Siapkan kuali, kemudian masukkan terigu, telur, air
garam, dan penyedap rasa. Aduk rata adonan dan masak di api
sedang hingga mengental. Matikan api.

Masukkan minyak goreng dan tepung sagu ke dalam adonan
kemudian uleni dengan kayu/sutil karena adonan masih sangat
panas. Setelah adonan agak dingin, uleni menggunakan tangan
hingga kalis.
Olesi kedua tangan dengan tepung sagu, kemudian ambil sedikit
adonan, buat lubang ditengah dengan ibu jari, putar-putar hingga
lubanng menjadi agak dalam.
Masukkan isian telur ke dalam adonan dan tutup rapat seperti
bentuk pempek.
Masukkan pempek ke dalam air mendidih. Lakukan sampai adonan
habis. Tunggu hingga pempek mengambang dan mekar, itu artinya
pempek sudah matang dan boleh diangkat.

Pempek siap disajikan. dapat dimakan langsung ataupun digoreng.

Sumber: Rosida, Dedin Finatsiyatull.2019.Inovasi Teknologi Pengolahan
Sagu.Surabaya:Mitra Sumber Rejeki

52


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

g) Es Krim Gelato Sagu

Gambar 21. Es Krim Gelato Berbasis Tepung Sagu

Bahan :
25 gr tepung sagu sapapua
340 gr susu cair
340 gr heavy cream
115 gr gula pasir
1/4 sdt vanilla bubuk
1/4 sdt garam
12 gr pengemulsi (SP)

53


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Es Krim Gelato Sagu :
Campurkan tepung sagu sapapua, susu cair, gula, garam, dan
vanilla bubuk. Kemudian aduk hingga tercampur rata.
Masak campuran tersebut hingga larutan mengental lalu biarkan
dingin hingga mencapai suhu ruang. Sisihkan.
Kocok heavy cream sampai kaku menggunakan mixer dalam
keadaan dingin.
Campurkan kocokan heavy cream ke dalam larutan susu secara
perlahan, kemudian aduk hingga tercampur rata.
Bekukan adonan di dalam freezer selama tiga jam, kemudian aduk
kembali adonan menggunakan mixer dan tambahkan pengemulsi
hingga tercampur rata.
Bekukan kembali adonan selama 12 jam di dalam freezeer.

Sumber:https://www.kompas.com/food/read/2022/08/06/141000975/res
ep-gelato-sagu-bikin-dessert-untuk-akhir-pekan-

54


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

2) Sagu Sebagai Bahan Baku Industri

Berbagai bahan baku industri dari sagu :

a) Gula Cair dari Pati Sagu
Gula cair merupakan salah satu olahan sagu yang tergolong baru bagi
masyarakat. Gula cair diproduksi dalam upaya pemenuhan kebutuhan
gula melalui pemanis alternatif pengganti gula tebu seperti siklamat,
aspartam, stevia, dan gula hasil hidrolisis pati.

Berikut bahan dan alat dalam pembuatan gula cair dari pati sagu :

Bahan :
Pati sagu
Enzim A-milase
Enzim Glukoamilase

Alat yang digunakan :

Gelas ukur
Spatula
Panci
Alat suntik

Gambar 22. Gula Cair dari Pati Sagu

55


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Gula Cair dari Pati Sagu :
Campurkan pati sagu
dengan air.

Kemudian aduk rata
larutan tersebut.

Masukan enzim a-milase
ke dalam larutan pati
sagu dan air.

56


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Rebus larutan sambil
diaduk sampai mendidih
dan warna berubah
menjadi kecoklatan.

Gula cair yang telah

mengalami perebusan

diberikan enzim

glukoamilase, kemudian

didinginkan pada suhu

kamar.

Gula cair yang telah
didinginkan dikemas ke
dalam botol atau wadah.
Gula cair siap digunakan.

Sumber:https://www.facebook.com/MasyarakatSaguIndonesia/videos/vi
deo-pengolahan-gula-cair-dari-pati-sagu/856443081160860/

57


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

b) Biodegradable Plastic dari Pati Sagu
Bioplastik merupakan plastik yang terbuat dari bahan alami sehingga
bersifat ramah lingkungan karena mudah didegradasikan oleh
mikroorganisme.
Pati sagu juga dapat dibuat bioplastik, berikut pembuatan bioplastik
dari pati sagu.

Gambar 23. Biodegradable dari Pati Sagu

Bahan : Alat yang digunakan :

Pati sagu Panci
Cuka Spatula
Bubuk agar-agar Baskom
Minyak goreng sendok
Air Loyang berbentuk kotak

58


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Cara Membuat Biodegradable Plastic dari Pati Sagu

Campurkan semua bahan
dan aduk sampai
tercampur rata dan tidak
membentuk gumpalan.

Kemudian panaskan

larutan menggunakan api

sedang sambil di aduk-

aduk hingga mengental

dan berubah warna

menjadi transparan.

Selanjutnya, masukan

adonan ke dalam loyang

dan ratakan setipis

mungkin. Keringkan

selama 12 jam atau

sampai benar-benar

kering.

Biodegradable platic yang
sudah jadi.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=MgSRCXN73b0

59


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

3) Sagu Sebagai Sumber Energi Alternatif

Selain sebagai bahan baku pangan dan industri, sagu juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan
yaitu bioethanol.
Sagu berpotensi menjadi bioethanol karena kandungan karbohidratnya
yang cukup tinggi yaitu 85% dibandingkan dengan jagung yang hanya
71% dan ubi kayu 24% (Rosida, 2019). Sagu juga mempunyai kalori
yang cukup tinggi yaitu sekitar 357 kalori, relatif sama dengan
kandungan kalori jagung 349 Kalori (Tarigan, 2001). Diperkirakan bila
memakai tepung sagu dengan kandungan karbohidrat 85%, dai 6,5kg
tepung sagu maka akan menghasilkan 3,5 ml bioethanol.
Teknologi produksi bioethanol mencakup empat tahapan, yaitu :
persiapan bahan baku, fermentasi, distilasi, dan pemurnian (Bistaman,
2008).
Berikut adalah proses pembuatan bioethanol secara sederhana yang
dapat diterapkan dirumah :

Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari
berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula
sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet
sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti sagu (sago),
jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum)
disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku beragam
bergantung pada jenis bahan bakunya, kali ini penyusun
menggunakan pati sagu untuk membuat bioethanol.

60


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Liquifikasi dan Sakarifikasi

Kandungan karbohidrat pada pati sagu dikonversi menjadi gula
komplex menggunakan enzym alfa amylase melalui proses
pemanasan (pemasakan) pada suhu 90 derajat celcius. (hidrolisis).
Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental
seperti jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase bekerja
memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex
(dextrin). Proses Liquifikasi selesai ditandai dengan parameter
dimana bubur yang diproses berubah menjadi lebih cair seperti
sup.

Sedangkan proses Sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi
gula sederhana) melibatkan tahapan sebagai berikut:

Pendinginan bubur sampai mencapai suhu optimum Enzym
Glukosa Amylase bekerja.
Pengaturan pH optimum enzim.
Penambahan Enzym Glukosa Amilase secara tepat dan
mempertahankan pH serta temperatur pada suhu 60 derajat
celcius hingga proses Sakarifikasi selesai (dilakukan dengan
melakukan pengetesan kadar gula sederhana yang dihasilkan).

Fermentasi

Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana
(glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5
hingga 12 %. Tahapan selanjutnya adalah mencampurkan ragi
(yeast) pada cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam
wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32
derajat celcius selama kurun waktu 5 hingga 7 hari (fermentasi
secara anaerob).

61


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian agar bahan baku
tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Dengan kata lain,dari
persiapan baku,liquifikasi,sakarifikasi,hingga fermentasi harus
pada kondisi bebas kontaminan. Selama proses fermentasi akan
menghasilkan cairan etanol/alkohol dan CO2.

Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol
berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan
Beer). Pada kadar ethanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif
lagi,karena kelebihan alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu
sendiri dan mematikan aktifitasnya.

Distilasi
Distilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan
dilakukan untuk memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil
fermentasi. Dalam proses distilasi, pada suhu 78 derajat celcius
(setara dengan titik didih alkohol) ethanol akan menguap lebih
dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap
ethanol didalam distillator akan dialirkan kebagian kondensor
sehingga terkondensasi menjadi cairan ethanol. Kegiatan
penyulingan ethanol merupakan bagian terpenting dari
keseluruhan proses produksi bioethanol. Dalam pelaksanaannya
dibutuhkan tenaga operator yang sudah menguasai teknik
penyulingan ethanol. Selain operator, untuk mendapatkan hasil
penyulingan ethanol yang optimal dibutuhkan pemahaman
tentang teknik fermentasi dan peralatan distillator yang
berkualitas.

62


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian agar bahan
baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Dengan kata
lain,dari persiapan baku,liquifikasi,sakarifikasi,hingga
fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan. Selama
proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol/alkohol
dan CO2.

Penyulingan ethanol dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :
Penyulingan menggunakan teknik dan distillator
tradisional (konvensional). Dengan cara ini kadar ethanol
yang dihasilkan hanya berkisar antara antara 20 s/d 30 %.

Penyulingan menggunakan teknik dan distillator model
kolom reflux (bertingkat). Dengan cara dan distillator ini
kadar ethanol yang dihasilkan mampu mencapai 90-95 %
melalui 2 (dua) tahap penyulingan.

Dehidrasi
Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat
larut dalam bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM
diperlukan ethanol berkadar 99,6-99,8 % atau disebut ethanol
kering. Dalam proses pemurnian ethanol 95 % akan melalui
proses dehidrasi (distilasi absorbent) menggunakan beberapa
cara,antara lain : 1. Cara Kimia dengan menggunakan batu
gamping 2. Cara Fisika ditempuh melalui proses penyerapan
menggunakan Zeolit Sintetis 3 angstrom. Hasil dehidrasi
berupa ethanol berkadar 99,6-99,8 % sehingga dapat
dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE),barulah layak
digunakan sebagai bahan bakar motor sesuai standar
Pertamina. Alat yang digunakan pada proses pemurnian ini
disebut Dehidrator.

63


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Alur Proses Pembuatan Bioethanol :

1.Pemasakan bahan baku 2. Liquefikasi dan Sakarifikasi

4. Penyulingan (distilasi) ethanol 3. Fermentasi bahan baku bioethanol
menggunakan distillator model kolom reflux

5. Cairan ethanol dari proses distilasil

Sumber : https://www.indobioethanol.com/

64


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

3) Pemanfaatan Limbah Ampas Sagu

Proses pengambilan pati sagu akan menghasilkan produk sampingan
berupa limbah ampas sagu dalam jumlah banyak yang pada umumnya
dibuang atau dibakar. Dari satu pohon sagu, pati yang dihasil hanya
30% saja, 70% sisanya merupakan limbah ampas sagu. Untuk
mengurangi limbah tersebut, ampas sagu dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan pupuk kompos.

a) Ampas Sagu sebagai Pakan Ternak

Gambar 24. Pakan Ternak dari Ampas Sagu

Ampas sagu dapat dijadikan alternatif pembuatan pakan ternak.
Pembuatan pakan ternak berbahan dasar ampas sagu diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan ternak akan karbohidrat, protein, serat,
dan mineral.
Berikut langkah-langkah dalam proses pembuatan pakan ternak dari
ampas sagu (Rahayu & Widayani, 2016) :

Limbah ampas sagu terdiri dari serat halus dan kasar, sehingga
perlu dilakukan pemisahan serat halus dan serat kasar. Pada
pembuatan pakan ternak berbahan dasar ampsa sagu, serat yang
digunakan yaitu serat halus dari limbah ampas sagu.

65


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Serat halus ampas sagu diblender dan disaring (menggunakan
ayakan tepung) untuk mendapatkan tepung ampas sagu serat
halus.
Tepung ampas sagu diberi sedikit air kemudian dikukus selama
30 menit. Pengukusan ampas sagu untuk mengeluarkan
kandungan kanji yang terdapat pada ampas sagu.
Setelah proses pengukusan sagu selesai, ampas sagu
didinginkan, kemudian ditambahkan ragi tape dan dicampur
hingga homogen. Untuk 1 kg tepung ampas sagu ditambahkan
ragi tape sebanyak 3-5g.
Tepung ampas sagu yang telah dicampur dengan ragi tape
kemudian dilasukkan ke dalam wadah tertutup dan
difermentasikan selama 48 jam.
Tepung ampas sagu yang telah difermentasi kemudian dicetak
menggunakan alat penggiling daging dan dikeringkan di bawah
sinar matahari.
Pakan ternak siap digunakan.

66


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

b) Ampas Sagu sebagai Pupuk Kompos

Selain sebagai pakan ternak, limbah ampas sagu juga dapat digunakan
sebagai pupuk kompos yang bagus untuk pertumbuhan tanaman.

Berikut langkah-langkah dalam proses pembuatan pupuk kompos dari
ampas sagu (Istikowati, Sunardi, & Sutiya, 2022) :

Limbah ampas sagu dikeringkan terlebih dahulu sebelum
membuat pupuk kompos.
Dalam pembuatan pupuk kompos, bahan diatur sedemikian
rupa secara berlapis yaitu paling bawah adalah lapisan bahan
organik dari limbah ampas sagu, lapisan berikutnya adalah
kotoran hewan dan dedak. Lapisan tersebut kemudian disiram
dengan larutan molase dan EM-4. Kedua larutan tersebut
berfungsi sebagai dekomposer.
Tambahkan arang 10% dari berat bahan yang akan
dikomposkan, cuka kayu 5%, dan air secukupnya hingga
mencapai kondisi lembab atau kadar air 20-30%. Kemudian
tumpukan ditutup dengan plastik hitam.
Pembalikan kompos dilakukan setiap tujuh hari sekali (empat
kali dalam satu bulan). Pembalikan ini dilakukan secara rutin
hingga tercampur merata sambil ditambahkan air secukupnya
hingga lembab.
Proses pengomposan berlangsung selama 1,5 bulan.

67


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Proses pengomposan dapat dikatakan berlangsung normal jika
dalam minggu pertama hingga minggu kedua suhu
penumpukan mulai meningkat hingga mencapai 50-60 derajat
celsius. Hal ini menandakan capuran bahan baku kompos cukup
mengandung bahan nitrogen, karbon, dan air untuk menunjang
pertumbuhan mikroorganisme.

Suhu akan menurun secara perlahan minggu ke minggu hingga
mencapai suhu stabil. Pada saat suhu tidak fluktuatif, maka
pengomposan dapat dikatakan selesai. Tumpukan sudah
menjadi kompos dan dapat dilakukan pembongkaran.

Secara visual, kompos yang sudah matang akan berubah warna.

Untuk menambah nilai jual kompos, kompos dapat digiling
hingga halus kemudian dikemas dan disimpan ditempat kering
dan teduh.

Sumber :
https://kastara.id/07/03/2
021/pemuda-klayas-
mendulang-untung-dari-
ampas-sagu/

Gambar 25. Pupuk Kompos dari Ampas Sagu

68


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

4) Hasil Sampingan Tanaman Sagu

Selama ini potensi terbesar tanaman sagu terdapat pada bagian
batangnya, sedangkan bagian lainnya seperti daun dan kulitnya belum
termanfaatkan dengan baik sehingga dapat dikatakan bahwa daun dan
kulit tanaman sagu merupakan hasil sampingan dari tanaman sagu.

Hasil sampingan tanaman sagu tersebut jika dikelola dengan baik maka
dapat dijadikan produk yang bernilai ekonomi tinggi. Daun dan kulit
tanaman sagu dapat dibuat kerajinan tangan yang dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari maupun dijadikan oleh-oleh khas daerah.

Berikut beberapa produk dari hasil sampingan tanaman sagu :

a) Atap Daun Sagu

Tanaman sagu yang jumlahnya melimpah dapat diolah menjadi
berbagai macam produk. Menurut Susi & Ruriani, Eka (2003),
terdapat dua kelompok besar pemanfaatan sagu yaitu sebagai
produk pangan dan non pangan.
Salah satu manfaat tanaman sagu sebagai produk non pangan
adalah atap daun sagu.

Sumber :
https://papuainside.co
m/tag/daun-sagu/

Gambar 26. Atap Daun Sagu

69


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Berikut langkah-langkah dalam pembuatan atap daun sagu (Lestari &
Alhamdani, 2013) :

Selain daun sagu, bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan atap daun sagu adalah bambu.
Bambu dipotong kurang lebih 120cm atau sesuai dengan
kebutuhan kemudian dibelah. Bambu digunakan sebagai
tulangan untuk menganyam daun sekaligus berfungsi untuk
memasang atap pada saat konstruksi.
Daun sagu yang digunakan pada umumnya memiliki panjang
60-70cm. Daun-daun tersebut ditumpuk menjadi tiga lapis dan
dilipat, kemudian dipasang pada tulangan bambu yang telah
dibelah.
Satu persatu daun dipasang dan diayam mennggunakan tali
yang juga menggunakan bambu.
Daun-daun yang digunakan pada proses penganyaman
umumnya masih segar dan berwarna hijau, oleh karena itu
perlu dilakukan pengeringan dengan cara disusun dan dijemur
di ruang terbuka agar mendapatkan sinar matahari langsung.

Cara penyusunan sekaligus sebagai cara penyimpanan sebelum
digunakan atau dijual.

70


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Gambar 27. Proses Pembuatan Atap Daun Sagu

Kelebihan atap daun sagu yaitu :
(1) murah,
(2) mudah diperoleh bahkan dapat dibuat sendiri,
(3) tahan sekitar 5 tahun,
(4) memiliki nilai ekonomi atau dapat dijadikan sumber usaha,
(5) mudah dikerjakan.
Kekurangan atap daun sagu yaitu :
(1) terkesan tidak permanen,
(2) harus sering diganti dibandingkan menggunakan bahan yang
lebih kuat atau tahan lama.

72


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

b) Kerajinan dari Kulit Sagu
Limbah kulit sagu yang dikenal dengan istilah "uyung" juga dapat
dimanfaatkan menjadi bahan yang bernilai ekonomi tinggi seperti
tas, peralatan rumah tangga, hiasan dinding, dll.
Berikut beberapa contoh kerajinan yang dapat dihasilkan dari
limbah kulit sagu :

Gambar 28. Tas dari Kulit Sagu Gambar 29. Wayang dari Kulit Sagu

Gambar 30. Kotak dari Kulit Sagu

73


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Tidak dapat dipungkiri saat ini kesejahteraan petani di Indonesia masih
relatif memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa program-
program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah belum
menjangkau petani kecil secara individu yang jumlahnya sangat banyak.
Kondisi ekonomi yang sulit, Infrastrukur yang terbatas, aksesibilitas
rendah terhadap modal, teknologi, informasi, dan pasar membuat
petani semakin terjerat dalam situasi yang sulit.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh petani
maka perlu dikembangkan suatu kelembagaan pertanian yang dapat
menjadi wadah bagi para petani untuk meningkatkan kapasitas dan
produktivitasnya.

Kelembagaan pertanian merupakan keseluruhan pola-pola ideal,
organisasi, dan aktvitas yang berpusat disekeliling kebutuhan dasar
yang bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan petani sehingga
lembaga mempunyai fungsi (Anantanyu, 2011).

Berikut Peran Kelembagaan :
Sarana bertukar pengalaman
Komunitas petani yang tergabung dalam satu wadah
cenderung terbuka dengan interaksi dan komunikasi dalam
mengembangkan pengalaman usaha tani yang mereka miliki.
Hal ini disebabkan pengalaman dari masing-masing petani
berbeda satu sama lain sehingga mereka dapat saling
mempelajari pengelaman kerjanya. Tentunya hal ini sangat
bermanfaat pagi pengembangan usaha tani secara efektif dan
efisien.

74


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Sarana bertukar Keterampilan Kerja
Pada awalnya petani yang sebelumnya hanya memiliki satu
keterampilan kerja, tetapi dengan tergabungnya dalam suatu
wadah kelembagaan, masing-masing petani dapat mengetahuii
dan mempelajari keterampilan dari petani lainnya. Proses ini
sangat berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan
produktivitas petani.
Terwujudnya Kerja Sama antar Petani
Terwujudnya kerja sama antar setiap petani ditunjukkan
dengan adanya kesadaran untuk bekerja sama dalam
pengelolaan lahan secara kolaboratif. Terbentuknya
kelembagaan petani menumbuhkan kerjasama antar sesama
petani.
Memberikan Keuntungan Kelompok berupa Penambahan
Modal Usaha
Salah satunya adalah dengan kerjasama untuk mendirikan
kelompok masyarakat sebagai alat usaha bersama walau masih
dalam ukuran skala kecil.

75


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep,
harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa, dan untuk
menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan
organisasi (Lamb, 2001).
Kegiatan pemasaran merupakan hal yang sangat penting karena di
dalamnya mencakup berbagai kegiatan yang menyebabkan barang
bergerak ke pasar atau ke konsumen (Bungati, 2015).
Strategi pemasaran perlu diterapkan pada kegiatan pertanian termasuk
dalam pertanian sagu. Lemahnya pemasaran hasil pertanian akan
menentukan mekanisme pasar karena pada umumnya produk hasil
pertanian bersifat diproduksi musiman, selalu segar, mudah rusak, dan
jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif lebih sedikit. .

Diantara pelaku pemasaran, posisi produsen atau petani adalah yang
paling lemah, petani sering dirugikan dan tidak memiliki nilai tawar
terhadap produknya. Seringkali selisih harga yang berlaku pada
konsumen sangat tinggi dibandingkan dengan jumlah pendapatan
petani dan penjualan produknya. Hal ini karena rantai pemasaran yang
sangat panjang sebelum produk diterima oleh konsumen.

Menurut Haidar (2022) Rantai pemasaran yang panjang dan produsen
(petani) sering mengalami kerugian karena :

Pasar yang tidak bekerja sempurna.
Lemahnya informasi pasar.

76


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Lemahnya produsen (petani) untuk melakukan penawaran untuk
mendapatkan harga terbaik.
Produsen (petani) melakukan usaha tani tidak berdasarkan pada
permintaan pasar, melainkan karena usaha tani yang telah
dilakukan secara turun temurun.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki posisi tawar petani dan
meningkatkan kesejahteraannya, diperlukan strategi pemasaran yang
matang. Menurut Abbas dkk (2020), Strategi pemasaran hasil produksi
pertanian memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

Perencanaan
Perencanaan menyangkut analisis pasar saat ini, analisis
peluang dan masalah, sasaran pasar yang dituju, program
kerja untuk memberikan layanan ke customer sebaik-baiknya,
dan pengawasan.
Akses Pasar
Akses pasar menyangkut kelembagaan petani dan pasar itu
sendiri, lokasi pasar, transportasi yang digunakan, dan
infrastruktur.
Promosi
Promosi poduk menyangkut promosi penjualan, iklan produk
pada berbagai media, hubungan masyarakat, dan pemasaran
langsung.

77


PENGELOLAAN
PASCA PANEN SAGU

Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan mempromosikan sagu
menurut Assagaf dkk (2013) antara lain :

Mengkampanyekan konsumsi sagu terutama bagi masyarakat
yang ada di daerah perkotaan. Kegiatan ini antara lain adalah
menyiapkan hidangan yang bahannya dari sagu pada saat
pertemuan formal maupun informal.
Memodifikasi dalam pemberian raskin (beras untuk masyarakat
miskin) dengan komoditi sagu sekaligus berperan dalam
mengurangi penggunaan beras sebagai makanan pokok yang
selalu menjadi permasalahan saat ini.
Melakukan diversifikasi vertikal dengan menumbuhkan industri
rumah tangga pengolahan aneka kue sagu dengan dilakukan
fortifikasi zat gizi.
Meningkatkan partisipasi industri pengolahan pangan sehingga
dapat mewujudkan kondisi masyarakat yang kondusif dalam
penganekaragaman konsumsi sagu.
Membentuk lembaga pemasaran seperti koperasi yang akan
mengumpulkan dan memasarkan produk sagu dari petani. Serta
menjalin kemitraan dengan perusahaan industri hilir.

78


DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Barahima.2019.Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Sagu
Menuju Kemandirian dan Ketahanan Pangan.Manokwari:Universitas
Papua.

Abbas, Barahima.2020.Feasibility Study Penerapan Hasil Riset Berbasis
Sagu. Manokwari:Universitas Papua.

Agmasari, Silvita.2022.Resep Gelato Sagu, Bikin Dessert untuk Akhir Pekan.
https://www.kompas.com/food/read/2022/08/06/141000975/resep-gelato-
sagu-bikin-dessert-untuk-akhir-pekan-, diakses pada tanggal 02
November 2022.

Aprilia, Windi.2020.Cara Membuat Plastik Biodegredable.https:
//www.youtube.com/watch?v=MgSRCXN73b0, diakses pada tanggal 02
November 2022.

Ahmad, Fendri.2021.Prospek Tanaman Sagu dan Pengembangan

Budidaya untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar

Nasional Faperta 2021 “Sistem Usaha Tani Terpadu untuk Ketahanan

Pangan Mendukung Pertanian Berkelanjutan”.Padang:Universitas
Ruang cuci baju
Andalas.

Aisyah, Yuharrani.2021. Resep Milk Bread Tepung Sagu, Roti Tawar Lembut

Tanpa Gluten. https://www.kompas.com/food/read/2021/

12/17/070116675/resep-milk-bread-tepung-sagu-roti-tawar-lembut-tanpa-

gluten, diakses pada tanggal 02 November 2022.

Anantanyu, Sapja.2011. Kelembagaan Petani: Peran Dan Strategi
Pengembangan Kapasitasnya. SEPA : Vol. 7 No.2 Pebruari 2011 : 102 –
109.Solo: Universitas Negeri Sebelas Maret.

Aryuni, dkk.2015.Budidaya Sagu. http://miraaryuni15.blogspot.com/
2013/12/budidaya-sagu.html, diakses pada tanggal 02 November 2022.

79


DAFTAR PUSTAKA

Assagaf, dkk.2013.Pengembangan Pangan Lokal Berbahan Baku Sagu di
Maluku Utara.Ternate: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Bontoro, dkk.2010.Sagu Dilahan Gambut.Bogor:Penerbit IPB Press.

Bungati, dkk.2017. Pengelolaan Dan Pemasaran Sagu Di Sulawesi
Tenggara.Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan
pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik
Lokasi.Ambon: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan teknologi
Pertanian.

Harling, Vina Natalia Van.2019.Analisis Perbandingan Produksi Sagu
secara Tradisional dan Modern pada Alat Parut Sagu dengan Menggunakan
Motor Penggerak Listrik.Sorong: Politeknik Katolik Saint Paul.

Hasan, Budi Iman.2011.Budidaya Tanaman Sagu. http://budiiman
hasansp.blogspot.com, diakses tanggal 02 November 2022.

Istikowati, dkk.Pemanfaatan Limbah Sagu Sebagai Media Tanam
(Kompos Blok) Di Desa Pemakuan, Kabupaten Banjar, Kalimantan

Selatan. Prosiding Seminar NasioRnualangPecnugcabi dbiaanju kepada

Masyarakat.Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

Kementerian Pertanian.2014. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 134
Tahun 2013 tentang Pedoman Budidaya Sagu (Metroxylon Spp) yang
Baik.Lampiran.Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
18.Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM.

Lestari & Alhamdani.2013. Pemanfaatan Daun Sagu Sebagai Bahan
Penutup Atap Dan Dinding Pada Rumah Rakyat Di Kalimantan Barat.
Seminar Nasional Scan#4:2013 “Stone, Steel, and Straw” Building Materials
and Sustainable Environment.Pontianak: Universitas Tanjungpura.

80


DAFTAR PUSTAKA

Nokiyan, dkk.2020.Peran dan Manfaat Kelembagaan Kelompok Tani
Pelestari Hutan dalam Pengelolaan Taman Hutan Nipa-Nipa.Kendari:
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

Rahayu & Widayani.2016. Pemanfaatan Ampas Sagu (Metroxylon sp)
Sebagai Pakan Ternak Ayam.Prosiding Snips 2016.Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Redaksi Agrozine.2021.Panduan Budidaya Sagu.

https://agrozine.id/panduan-budidaya-sagu, diakses tanggal 02 November

2022.

Rosida, Dedin Finatsiyatull.2019.Inovasi Teknologi Pengolahan
Sagu.Surabaya: Mitra Sumber Rejeki.

Sulistyono, dkk.2015.Dosis Pupuk Nitrogen untuk Sagu (Metroxylon spp.) di
Persemaian dengan Sistem Polibag.Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Syahrul.2016.Mau Bikin Beras Analog BErbahan Dasar Sagu, Begini
Caranya. https://pekanbaru.tribunnews.com/2016/07/29/mau-bikin-beras-

analog-berbahan-dasar-sagu-begini-caranyaR, udaiankgsecs upcaidbaatjuanggal 02

November 2022.

81


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia
Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta Pusat 10110
Telp. 021-35000334 Fax 021-3864607
www.kemendesa.go.id


Click to View FlipBook Version