41 Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku, kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. 3.2.2 SMART ASN Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi menjadi semakin kompleks. Dahulu, manusia berkomunikasi dengan cara bertemu, namun kini dengan adanya teknologi, tersedia media baru dalam berkomunikasi, yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring sosial ini membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap muka. Dengan media baru ini, informasi juga dapat disebarluaskan dengan cepat. Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua berfokus pada pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama. Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi
42 digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring. Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani transformasi digital pada masa pandemi COVID-19 5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital: 1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital; 2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran; 3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan; 4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital; dan 5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital dilakukan secepatcepatnya. Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital, pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa
43 transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk ASN. Peserta CPNS memiliki peluang serta tanggungjawab yang sangat besar sebagai aparatur negara, dimana anak-anak terbaik bangsa inilah yang memiliki peran bukan hanya bagi instansi namun lebih luas lagi bagi Indonesia. Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung sangat cepat. Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Secara umum, literasi digital memang sering dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Peta
44 Jalan Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital dalam konteks literasi digital dan mewujudkan visi misi Presiden Jokowi. Dalam peta jalan ini, dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu: 1. Kecapakan Digital (Digital Skills) Keahlian digital (Digital Skills) adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan perangkat digital, mendapatkan informasi, akses jaringan, dan komunikasi. Keahlian teknis yang berguna sebagai keahlian digital diantaranya, menggunakan sistem dan perangkat digital (handphone, laptop, dan PC), menggunakan aplikasi digital (membuat video, tulisan, dan editing gambar), dan menerapkan langkah keamanan digital (awareness terhadap keamanan digital diri sendiri). Dasar dari Ditigal Skills diantaranya terdiri dari: a. Penggunaan perangkat keras digital seperti halnya handphone dan PC; b. Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar;
45 c. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan medias sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti settings; dan d. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital. 2. Budaya Digital (Digital Culture) Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Budaya digital (digital culture) adalah hasil olah pikir, kreasi dan cipta karya manusia yang berlandaskan teknologi internet. Saat ini masyarakat kita terus berubah, seiring perubahan akibat adanya revolusi gelombang keempat. Perubahan tersebut membawa pada terwujudnya budaya digital yang menjadi tatanan kehidupan baru masyarakat. Contoh budaya digital yang sudah begitu melekat dengan keseharian kita misalnya berbelanja secara online, melakukan pembayaran digital, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di dunia pendidikan maupun rapat-rapat virtual, dan Work From Home (WFH). Dasar dari Digital Culture diantaranya terdiri dari:
46 a. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia; b. Membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll; c. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika; dan d. Mendorong perilkau konsumsi sehat, dengan cara menabung, mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya. 3. Etika Digital (Digital Ethics) Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang menyadari pentingnya etika dalam menggunakan sumber digital tidak akan terjebak dan terjerumus pada konten- konten yang tidak bermanfaat, seperti konten pornografi, penyebaran berita hoax maupun perundungan (bullying) yang bersifat verbal di dunia maya. Norma dan nilai-nilai kesopanan yang kita miliki harus kita bawa ke dunia digital, karena pada
47 dasarnya segala hal baik yang kita lakukan di dunia nyata juga harus kita lakukan di dunia maya. Jangan sampai bangsa Indonesia yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, berubah menjadi bangsa yang tidak beradab hanya karena ulah segelintir oknum yang tidak bijak dalam bersosial media. Dasar dari Digital Ethics diantaranya terdiri dari: a. Memahami akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet (netiquette); b. Membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak sejalan seperti halnya, pornografi, perundungan,dll; c. Memahami cara berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku; dan d. Memahami cara bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Keamanan Digital (Digital Safety) Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan digital (cyber security)
48 merupakan aktivitas untuk melindungi informasi dari terjadinya tindakan kriminal (cyber crime) terhadap sumber daya digital. Biasanya cyber crime terjadi karena ada seseorang yang ingin mengganggu kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan (availability) sebuah sistem informasi. Dasar dari Digital Safety diantaranya terdiri dari: a. Memahami fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (katasandi); b. Mencari informasi dan data valid terlebih dahulu dari sumber yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, dan phishing; c. Memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed; dan d. Membuat perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi. Dengan adanya 4 pilar ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia digital secara baik, produktif, dan sesuai nilai-nilai yang dijunjung
49 tinggi dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kementerian PAN Dan RB) telah mencangangkan Kebijakan Manajemen ASN yaitu menuju SMART ASN 2024, yang diharapkan dapat terbentuknya sebuah Birokrasi berkelas Dunia. Dalam upaya membentuk Birokrasi berkelas Dunia tersebut, diharapkan setiap pegawai dapat memiliki profil sebagai SMART ASN, yang terdiri dari: 1. Integritas Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 60 Tahun 2020 Tentang Pembangunan Integritas Pegawai Aparatur Sipil Negara, integritas didefinisikan sebagai konsistensi berperilaku yang selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, serta mampu mendorong terciptanya budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya. Pengembangan integritas ASN diukur melalui kejujuran, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kemampuan bekerja sama; dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.
50 2. Nasionalisme Sebagai seorang aparatur negara, memiliki sikap nasionalisme tentu sudah menjadi suatu keharusan. Seorang ASN harus memiliki sikap nasionalisme, yang salah satunya adalah Nasionalisme Pancasila, yang dapat kita pahami sebagai sebuah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, setiap ASN harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila, seperti nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. 3. Profesionalisme Menurut Siagian (dalam Kurniawan, 2005), profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat. Profesionalisme merupakan sebuah sikap kerja profesional yang tiada lain adalah perilaku seseorang yang mengacu pada kecakapan, keahlian, dan disiplin dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi yang mendasari tindakan atau aktivitas seseorang yang merupakan sikap dalam menekuni pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya yang dikuasai
51 dengan melaksanakan aturan-aturan kode etik profesi yang berlaku dalam hubungannya dengan masyarakat untuk menghasilkan kerja yang baik. 4. Wawasan Global Upaya membentuk ASN yang berwawasan global merupakan salah satu bagian penting dari pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN), untuk mewujudkan visi Presiden yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Dengan wawasan global, diharapkan ASN dapat membangun pola pikir yang adaptif serta mendukung fleksibilitas dan inovasi. 5. IT dan Bahasa Asing Seorang ASN tentu diharapkan dapat sekurangkurangnya memahami dan menguasai Bahasa Inggris. Hal ini juga ditegaskan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Plt. Sekretaris BPSDM dalam “Seminar Online Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Dalam Mengelola Pelayanan Publik. Plt. Sekretaris BPSDM Kemendagri menjelaskan bahwa penguasaan kemampuan bahasa Inggris adalah salah satu aspek penting lainnya yang perlu
52 dikuasai oleh ASN dalam menyikapi perkembangan zaman. Terlebih saat ini, hampir semua alat dan teknologi di era global menggunakan Bahasa Inggris. Tidak menutup kemungkinan seorang ASN juga dapat menguasai bahasa asing lain, sebagai nilai tambah. Sebut saja bahasa Mandarin, Korea dan Jepang. Mengapa tiga bahasa tersebut? Salah satu faktornya adalah karena kita berada di Indonesia, dan salah satu kerjasama internasional yang diikuti oleh pemerintah adalah ASEAN Plus Three. 6. Hospitality ASN adalah seorang pelayan publik. Untuk itu keramahan tentu menjadi faktor penting yang harus dimiliki. Hospitality atau keramahan adalah memiliki sifat baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya dalam setiap pelaksanaan tugas, khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. 7. Networking Seorang ASN harus mampu untuk membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain juga perlu untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan instansi atau orang lain, akan dapat mempermudah aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.
53 8. Enterpreneurship Enterpreneurship adalah keyakinan kuat yang ada dalam diri seseorang untuk mengubah dunia melalui ide dan inovasinya. Keyakinan ini kemudian ditindaklanjuti dengan keberanian mengambil risiko mewujudkan ide dan inovasinya tersebut melalui organisasi yang didirikannya, mulai dari membangun, memelihara, dan mengembangkannya sampai menghasilkan dampak nyata bagi dunia. Membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain juga perlu untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan instansi atau orang lain, akan dapat mempermudah aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. 3.3 Pengertian Limbah Medis Menurut Permenkes No. 18 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berbasis Wilayah, limbah medis adalah hasil buangan dari aktifitas medis pelayanan kesehatan. Terdapat banyak sekali limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit, sebagian besar dapat membahayakan bagi siapa saja yang berkontak dengan limbah tersebut. Limbah medis padat adalah semua limbah medis rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat dari kegiatan pelayanan rumah sakit. Limbah medis padat dapat
54 diklasifikasikan menjadi beberapa kategori antara lain: limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004). 3.4 Rancangan Aktualisasi 3.4.1 Identifikasi Isu Identifikasi isu didapat berdasarkan hasil observasi selama aktif dalam melaksanakan tugas sebagai sanitarian di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan isu yang telah diidentifikasi selanjutnya dikonsultasikan dengan mentor sehingga didapatkan isu utama (core issue). Berdasarkan hasil konsultasi tersebut, didapatkan beberapa isu yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Identifika No Identifikasi Isu Deskripsi Isu Kondisi Saat Ini Penye 1. Tidak pernah dilakukannya pengukuran Suhu dan Kelembaban di Ruangan ICU RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan Pengukuran suhu dan kelembaban yang seharusnya rutin dilakukan di area khusus seperti ruangan ICU tidak pernah dilakukan Hingga saat ini area khusus seperti ruangan ICU tidak pernah diukur suhu dan kelembaban nya a. Tida terse alat peng b. Ketid n pet tenta regu peng c. Belu adan meng peng ruan 2. Kurangnya kesadaran petugas Cleaning Service dalam menimbang limbah medis Masih rendahnya tingkat kesadaran petugas Cleaning Service dalam hal Petugas Cleaning Service melewatkan tempat penimbanga n dan langsung a. Kura peng Clea Serv tenta peng limba b. Kura
55 asi Isu dan Deskripsi Isu ebab Isu Data Pendukung Dikaitkan dengan Agenda III Kondisi yang diharapkan k edianya gukur daktahua tugas ang lasi gukuran m nya SOP genai gukuran gan Gambar 3.1 Kondisi Ruangan ICU Manajemen ASN: Belum terlaksanany a pelayanan yang professional karena tidak memperhatik an kenyamanan dan kesehatan udara di ruang perawatan Dilakukannya pengukuran suhu dan kelembaban di ruangan ICU secara rutin angnya getahuan aning vice ang gelolaan ah medis angnya Manajemen ASN: Masih harus terus mengemban gkan kompetensi dan pengetahuan Meningkatnya kesadaran petugas Cleaning Service dalam menimbang limbah medis
di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan penimbanga n limbah medis membuang limbah medis ke TPS kesa Clea Serv untuk meni limba c. Belu adan khus tenta peng n lim medi 3. Kurangnya kesadaran pengunjung agar tidak merokok di lingkungan RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan Masih rendahnya tingkat kesadaran pengunjung untuk tidak merokok di lingkungan Rumah Sakit Masih sering ditemui pengunjung yang merokok di lingkungan Rumah Sakit, walaupun sudah ada spanduk larangan merokok a. Tida regu Rum khus laran mero b. Tida kawa khus mero (Smo Area c. Kura kesa peng
56 adaran aning vice k imbang ah medis m nya SOP sus ang gangkuta mbah is Gambar 3.2 Petugas melewatkan tempat penimbangan tentang pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit k adanya lasi mah Sakit sus untuk ngan okok k adanya asan sus okok oking a) angnya adaran gunjung Gambar 3.3 Pengunjung merokok di lingkungan Rumah Sakit Manajemen ASN: Masih belum dibuatnya regulasi Rumah Sakit yang khusus mengatur tentang larangan merokok bagi pengunjung di lingkungan Rumah Sakit Tidak ada lagi pengunjung yang merokok di lingkungan Rumah Sakit
untuk mero 4. Kurangnya kesadaran pengunjung dalam membuang sampah pada tempatnya di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan Masih rendahnya tingkat kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembaranga n dan membuang sampah pada tempatnya Banyak sampah yang berserakan di beberapa tempat seperti halaman depan poliklinik, walaupun sudah terdapat beberapa buah bak sampah a. Tem samp terse kura mem b. Kura kesa peng untuk mem samp semb n c. Kura himb kepa peng 5. Kurangnya pengendalian vektor dan binatang pengganggu di RSUD Jaraga Sasameh Masih kurang optimalnya pengendalian vektor dan binatang penganggu di Rumah Sakit Di beberapa tempat di Rumah Sakit terlihat kucing dan anjing yang berkeliaran dengan bebas, a. Kura paga pemb sekit lingk Rum b. Adan samp berse
57 k tidak okok pat pah yang edia ng madai angnya adaran gunjung k tidak mbuang pah baranga angnya bauan ada gunjung Gambar 3.4 Sampah di halaman depan poliklinik Manajemen ASN: Masih kurangnya upaya sosialisasi dan peningkatan kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembaranga n Meningkatnya kesadaran pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya angnya ar batas di tar kungan mah Sakit nya pah yang erakan Manajemen ASN: kurangnya professionalit as dalam melakukan pengendalia n vektor dan binatang Optimalnya kegiatan pengendalian vektor dan binatang pengganggu di rumah sakit sehingga tidak ada lagi
Buntok Kabupaten Barito Selatan sehingga menggangg u kenyamana n pasien dan pengunjung di se lingk Rum c. Tida rutinn peng dan pema terha vekto binat peng di Ru Sakit
58 ekitar kungan mah Sakit k nya gawasan antauan adap or dan tang gganggu umah t Gambar 3.5 Kucing di lingkungan Rumah Sakit pengganggu di Rumah Sakit kucing dan anjing yang berkeliaran
59 3.4.2 Analisis Tepisan Isu Berdasarkan identifikasi isu, sumber isu dan penyebab isu maka untuk menetukan isu terpilih, penulis menggunakan 2 (dua) teknik analisis isu yaitu APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan) merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menguji kelayakan suatu isu untuk dicarikan solusinya. Aktual, artinya isu tersebut benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Problematik, artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu segera dicari solusinya secara komprehensif. Kekhalayakan, artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Kelayakan, artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya. Tabel 3.2 Analisis Isu dengan Teknik APKL No Isu Kriteria APKL Keterang A an P K L 1. Tidak pernah dilakukannya pengukuran Suhu dan Kelembaban di Ruangan ICU RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan √ √ √ x Tidak Memenuhi 2. Kurangnya kesadaran petugas Cleaning Service dalam menimbang limbah medis di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan √ √ √ √ Memenuhi 3. Kurangnya kesadaran pengunjung agar tidak merokok di lingkungan RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan √ √ √ √ Memenuhi
60 4. Kurangnya kesadaran pengunjung dalam membuang sampah pada tempatnya di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan √ √ √ √ Memenuhi 5. Kurangnya pengendalian vektor dan binatang pengganggu di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan √ √ √ x Tidak Memenuhi Berdasarkan hasil analisis teknik APKL diatas, dari 5 (lima) isu permasalahan yang ada, dapat dikatakan bahwa isu atau permasalahan pertama dan kelima tidak memenuhi kriteria APKL. Untuk isu pertama yaitu Tidak pernah dilakukannya pengukuran Suhu dan Kelembaban di Ruangan ICU RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan tidak memenuhi kriteria APKL dalam unsur L (Kelayakan). Hal ini dikarenakan permasalahan utama tidak dilakukannya pengukuran karena tidak tersedianya alat pengukur suhu dan kelembaban. Untuk itu Instalasi Sanitasi telah berkoordinasi dengan pihak manajemen rumah sakit untuk penyediaan alat pengukur suhu dan kelembaban sehingga petugas dapat melakukan pemantauan suhu dan kelembaban di ruangan ICU. Untuk isu kelima yaitu Kurangnya pengendalian vektor dan binatang pengganggu di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan tidak memenuhi kriteria APKL dalam unsur L (Kelayakan). Hal ini dikarenakan permasalahan yang
61 terjadi karena kurangnya pagar penghalang yang ada di RSUD Jaraga Sasameh, sehingga anjing dapat masuk dan keluar lingkungan Rumah Sakit dengan leluasa. Selain itu, banyaknya kucing di lingkungan Rumah Sakit karena beberapa dari kucing tersebut sengaja dipelihara oleh beberapa petugas Rumah Sakit. Langkah selanjutnya untuk menetapkan skala prioritas masalah adalah dengan menggunakan teknik USG (Urgency, Seriousness dan Growth). Teknik USG merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan skala prioritas masalah, yaitu dengan cara menentukan tingkat urgensinitas masalah, keseriusan masalah dan apabila tidak tertangani ditentukan dengan menggunakan skala 1-5 untuk tiap-tiap unsur USG yaitu : 1 : Tidak mendesak/serius/berdampak 2 : Kurang mendesak/serius/berdampak 3 : Cukup mendesak/serius/berdampak 4 : Mendesak/serius/berdampak 5 : Sangat mendesak/serius/berdampak
62 Tabel 3.3 Menentukan Prioritas masalah dengan teknik USG No . Isu Kriteria USG Jumlah Rank U S G 1. Kurangnya kesadaran petugas Cleaning Service dalam menimbang limbah medis di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan - Kurangnya pengetahuan Cleaning Service 38 I tentang pengelolaan limbah medis 4 4 4 - Kurangnya kesadaran Cleaning Service untuk menimbang limbah medis 4 4 4 - Belum adanya SOP khusus tentang pengangkutan limbah medis 5 5 4 2. Kurangnya kesadaran pengunjung agar tidak merokok di lingkungan RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan 36 II - Tidak adanya regulasi Rumah Sakit khusus untuk larangan merokok 4 4 4 - Tidak adanya kawasan khusus merokok (Smoking Area) 4 4 4 - Kurangnya kesadaran pengunjung untuk tidak merokok 4 4 4 3. Kurangnya kesadaran pengunjung dalam membuang sampah pada tempatnya di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan 35 III - Tempat sampah yang tersedia kurang memadai 3 4 4 - Kurangnya kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan 4 4 4 - Kurangnya himbauan kepada pengunjung 4 4 4 Berdasarkan hasil analisis dengan teknik USG diatas, dari 3 (tiga) isu atau permasalahan, dapat dikatakan isu pertama adalah isu prioritas utama karena memiliki skor tertinggi yaitu 38 dengan rincian Urgen (13), Keseriusan (13) dan Perkembangan isu (12). Oleh karena itu isu yang terpilih adalah “Kurangnya kesadaran petugas Cleaning Service dalam menimbang
63 limbah medis di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan.” 3.4.3 Analisis Penyebab Isu Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam untuk mengetahui penyebab terjadinya isu dengan menggunakan teknik analisis diagram Fishbone. Diagram Fishbone akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah. Masalah tersebut akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan mencakup surroundings (lingkungan), system (sistem), man (tenaga kerja/petugas), dan materials (bahan). Hasil analisis menggunakan diagram Fishbone dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.6 D - B P M - Belum tersedianya trolly pengangkut limbah medis - Alat timbangan hanya ada satu unit Materials Sorroundings - K p li - Tempat penimbangan limbah jauh dari TPS - Rekan di lingkungan kerja juga tidak melakukan penimbangan
64 Diagram Fishbone Kurangnya Kesadaran Petugas Cleaning Service dalam menimbang limbah medis di RSUD Jaraga Sasameh System Man Belum adanya SOP Pengangkutan Limbah Medis - Kurangnya sosialisasi pengelolaan limbah medis - Kurangnya pengetahuan pengelolaan limbah medis Kurang menyadari pentingnya penimbangan imbah
65 Berdasarkan hasil analisis diagram fishbone di atas, maka dapat di identifikasi bahwa isu strategis yang terjadi yakni Kurangnya Kesadaran Petugas Cleaning Service dalam Menimbang Limbah Medis di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan disebabkan beberapa faktor. Faktor Penghambat antara lain : 1. Sistem (System) a. Belum adanya SOP Pengangkutan Limbah Medis; b. Kurangnya sosialisasi pengelolaan limbah medis. 2. Bahan (Materials) a. Belum tersedianya trolly pengangkut limbah medis; b. Alat timbangan hanya ada satu unit. 3. Tenaga Kerja/Petugas (Man) a. Kurangnya pengetahuan pengelolaan limbah medis; b. Kurang menyadari pentingnya penimbangan limbah. 4. Lingkungan (Surroundings) a. Tempat penimbanga limbah jauh dari TPS; b. Rekan di lingkungan kerja juga tidak melakukan penimbangan 3.4.4 Gagasan Penyelesaian Isu Setelah didapatkan isu utama yang akan diangkat dalam rancangan aktualisasi, perlu dilakukan penyusunan penyelasian dari akar permasalahan isu tersebut. Berikut beberapa gagasan
66 kreatif untuk mendukung pemecahan masalah tersebut. 1. Meminta persetujuan atasan untuk melaksanakan kegiatan aktualisasi dan melakukan konseling dengan mentor; 2. Membuat SOP Pengangkutan Limbah Medis Rumah Sakit; 3. Melakukan sosialisasi dengan petugas cleaning service terkait penerapan SOP Pengangkutan Limbah Medis; 4. Melakukan penyuluhan tentang pengelolaan limbah medis kepada petugas cleaning service; 5. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan SOP Pengangkutan Limbah Medis Rumah Sakit pada petugas cleaning service di RSUD Jaraga Sasameh; 6. Menyusun Laporan Aktualisasi. 3.4.5 Rancangan Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Aktualisasi Pada rancangan kegiatan, masing-masing kegiatan disusun ke dalam tahapan kegiatan dengan dikaitkan pada materi Agenda II yaitu nilai- nilai dasar BerAKHLAK dan materi Agenda III (Manajeman ASN, dan SMART ASN). Tahapan kegiatan dan kegiatan rancangan aktualiasi dapat dilihat pada tabel berikut.
67 Tabel 3.4 Rancangan Kegiatan dan Tahapan Kegiatan No. Kegiatan Tahapan Kegiatan 1. Meminta persetujuan atasan untuk melaksanakan kegiatan aktualisasi dan melakukan konseling dengan mentor 1.Membuat jadwal pertemuan dengan atasan untuk memohon izin persetujuan kegiatan aktualisasi di unit kerja 2.Membuat surat izin persetujuan kegiatan ke atasan 3.Membuat jadwal konsultasi dengan mentor 4.Melaksanakan konsultasi dengan mentor terkait isu-isu dan rancangan kegiatan aktualisasi 2. Membuat SOP Pengangkutan Limbah Medis Rumah Sakit 1.Melakukan konsultasi dengan mentor mengenai rencana pembuatan SOP Pengangkutan Limbah Medis 2.Menyusun prosedur Pengangkutan Limbah Medis berdasarkan peraturan terkait 3.Menyampaikan draft SOP kepada atasan dan rekan kerja serta meminta saran dan masukan dalam pembuatan SOP 4.Membuat dan mencetak SOP Pengangkutan Limbah Medis 5.Meminta persetujuan dan pengesahan SOP Pengangkutan Limbah Medis kepada Direktur Rumah Sakit 3. Melakukan sosialisasi dengan petugas cleaning service terkait penerapan SOP Pengangkutan Limbah Medis 1.Melakukan konsultasi dengan mentor terkait rencana sosialisasi SOP Pengangkutan Limbah Medis kepada petugas cleaning service 2.Menyiapkan bahan dan menyusun jadwal kegiatan sosialisasi 3.Melakukan sosialisasi kepada
68 petugas cleaning service sekaligus membagikan SOP Pengangkutan Limbah Medis ke Instalasi/Unit terkait 4. Melakukan penyuluhan tentang pengelolaan limbah medis kepada petugas cleaning service 1.Melakukan konsultasi dengan mentor terkait rencana penyuluhan 2.Menyiapkan bahan dan materi penyuluhan serta menyusun jadwal kegiatan 3.Melaksanakan penyuluhan tentang pengelolaan limbah medis kepada petugas cleaning service 5. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan SOP Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit pada petugas cleaning service di RSUD Jaraga Sasameh 1.Melakukan konsultasi dengan mentor terkait kegiatan monitoring dan evaluasi 2.Melaksanakan monitoring dengen pengecekan catatan penimbangan limbah medis tiap ruangan 3.Melaksanakan evaluasi penerapan SOP pengangkutan Limbah Medis 6. Menyusun Laporan Aktualisasi 1.Melakukan konsultasi dengan mentor 2.Melakukan konsultasi dengan coach 3.Mencetak laporan aktualisasi
3.4.6 Matriks Rancangan Aktualisasi RANCANGAN PELATIHAN DASAR CPNS KABUPA Unit Kerja : RSUD Jaraga Sasameh Identifikasi Isu : 1. Tidak pernah dilakuk RSUD Jaraga Sasam 2. Kurangnya kesadara di RSUD Jaraga Sas 3. Kurangnya kesadara Jaraga Sasameh Bu 4. Kurangnya kesadara RSUD Jaraga Sasam 5. Kurangnya pengend Sasameh Buntok Ka Isu yang diangkat : Kurangnya kesadaran p RSUD Jaraga Sasameh Gagasan Pemecahan Isu : Peningkatan Pengetahu Service di RSUD Jarag
69 N AKTUALISASI ATEN BARITO SELATAN TAHUN 2023 h kannya pengukuran Suhu dan Kelembaban di Ruangan ICU meh Buntok Kabupaten Barito Selatan an petugas Cleaning Service dalam menimbang limbah medis sameh Buntok Kabupaten Barito Selatan an pengunjung agar tidak merokok di lingkungan RSUD ntok Kabupaten Barito Selatan an pengunjung dalam membuang sampah pada tempatnya di meh Buntok Kabupaten Barito Selatan dalian vektor dan binatang pengganggu di RSUD Jaraga bupaten Barito Selatan petugas Cleaning Service dalam menimbang limbah medis di h Buntok Kabupaten Barito Selatan uan Pengelolaan Limbah Medis Kepada Petugas Cleaning ga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan
Tabel 3.5 Matriks R No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasi 1. Meminta persetujuan atasan untuk melaksanakan kegiatan aktualisasi dan melakukan konseling dengan mentor 1. Membuat jadwal pertemuan dengan atasan untuk memohon izin persetujuan kegiatan aktualisasi di unit kerja 2. Membuat surat izin persetujuan kegiatan ke atasan 3. Membuat jadwal konsultasi dengan mentor 4. Melaksanak a. Terlaksana ya pertemuan dengan atasan b. Mendapatk n surat izin persetujuan aktualisasi oleh atasan di unit kerja c. Terlaksana ya konsultasi dengan mentor d. Adanya saran dan masukan dari mentor terkait kegiatan
70 Rancangan Aktualisasi l Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Terhadap Nilai-nilai Organisasi n a n n a n r 1. Berorientasi Pelayanan: saat bertemu dengan atasan, selalu bersikap ramah dan sopan 2. Akuntabel: setelah mendapatkan surat izin persetujuan, saya akan melaksanakan kegiatan tersebut dengan penuh tanggungjawa b 3. Kompeten: ketika Dengan terlaksananya kegiatan ini, maka dapat mewujudkan Misi Kabupaten Barito Selatan yakni pada poin nomor 2(dua) yaitu Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Barito Selatan melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, Pelaksanaan kegiatan ini mencerminkan penguatan nilai-nilai dari Kementerian Kesehatan, yakni Inklusif dan Responsif
an konsultasi dengan mentor terkait isuisu dan rancangan kegiatan aktualisasi aktualisasi
71 berkonsultasi dengan mentor, saya akan melakukannya dengan kualitas terbaik 4. Harmonis: saat berkonsultasi, saya akan menerima masukan dan saran dari mentor ataupun atasan tanpa memandang latar belakang beliau 5. Loyal: saat menjalankan kegiatan, saya akan berpegang teguh kepada peraturan dan kualitas pendidikan dan pengamalan agama yang baik untuk menjadi masyarakat yang sehat, mandiri, bermartabat dan berakhlak mulia
72 kebijakan Rumah Sakit 6. Adaptif: ketika ada masukan atau saran yang diberikan oleh atasan atau mentor, saya akan cepat menyesuaikan dan melakukan perubahan yang diminta 7. Kolaboratif: berkonsultasi dan meminta arahan kepada atasan dan mentor merupakan bentuk kolaboratif karena memberi kesempatan kepada
73 berbagai pihak untuk berkontribusi 8. SMART ASN (Integritas): datang tepat waktu saat bertemu dengan atasan ataupun mentor 9. SMART ASN (Nasionalism e): saat berkonsultasi dan bertemu dengan pimpinan, saya akan menggunakan bahasa Indonesia 10.SMART ASN (Digital Skills): saya akan menggunakan hp, laptop dan
2. Membuat SOP Pengangkutan Limbah Medis Rumah Sakit 1.Melakukan konsultasi dengan mentor mengenai rencana pembuatan SOP Pengangkutan a.Mendapat arahan dan masukan terkait rencana kegiatan b.Mendapatka prosedur
74 software MS Office untuk menunjang kegiatan konsultasi 11.Manajemen ASN: professional tidak memaksakan kehendak dalam menyampaika n tujuan dan bersikap ramah saat bertemu dan berkonsultasi dengan atasan atau mentor n 1.Berorientasi Pelayanan: memenuhi kebutuhan petugas Cleaning Service dengan dibuatnya SOP Dengan terlaksananya kegiatan ini, maka dapat mewujudkan Misi Kabupaten Barito Selatan yakni pada poin Pelaksanaan kegiatan ini mencerminkan penguatan nilai-nilai dari Kementerian Kesehatan, yakni Pro
Limbah Medis 2.Menyusun prosedur Pengangkutan Limbah Medis berdasarkan peraturan terkait 3.Menyampaikan draft SOP kepada atasan dan rekan kerja serta meminta saran dan masukan dalam pembuatan SOP 4.Membuat dan mencetak SOP Pengangkutan Limbah Medis 5.Meminta persetujuan dan pengesahan SOP Pengangkutan Limbah Medis pengangkuta limbah medis c. Mendapat persetujuan ataupun saran dan masukan dar atasan dan rekan kerja terkait pembuatan SOP d.Tercetaknya SOP Pengangkuta n Limbah Medis e.Mendapat persetujuan dan tanda tangan Direktur Rumah Sakit
75 an s ri a t Pengangkutan Limbah Medis 2.Akuntabel: melakukan penyusunan SOP dengan penuh tanggung jawab dan integritas tinggi 3.Kompeten: melakukan penyusunan prosedur SOP dengan kualitas terbaik yang saya miliki 4.Harmonis: menghargai pendapat baik dari atasan maupun rekan kerja tanpa memandang latar belakang seseorang demi tersusunnya SOP nomor 2(dua) yaitu Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Barito Selatan melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengamalan agama yang baik untuk menjadi masyarakat yang sehat, mandiri, bermartabat dan berakhlak mulia Rakyat, Inklusif, Responsif dan Efektif
kepada Direktur Rumah Sakit
76 5.Loyal: saat melakukan penyusunan prosedur SOP, saya akan mengikuti dan mengacu kepada peraturan dan perundang - undangan yang berlaku 6.Adaptif: bertindak proaktif saat meminta pendapat kepada atasan dan rekan kerja demi tersusunnya SOP yang baik dan benar 7.Kolaboratif: dalam penyusunan SOP, tentu saya akan