1
HIKMAT MENURUT KITAB AMSAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kitab Amsal kitab ketiga dari lima kitab puisi yang menuliskan tentang isi hati
manusia dalam perjanjian lama. Sementara kitab Ayub sudah menyatakan hati yang berduka
dan rahasia penderitaan serta kitab Mazmur menyatakan hati yang memuji Tuhan dan rahasia
hubungan dengan Allah, kitab Amsal menyatakan bagaiman memiliki hati yang takut akan
Tuhan dan rahasia hikmatNya. Dan kitab Amsal juga adalah suatu Kitab yang termasuk
dalam kumpulan “sastera hokmah” (hikmat) dalam perjanjian lama. Kitab ini berasal dari
penulis tertentu tertentu di samping kitab hikmah yang lainnya (Ayub dan Pengkhotbah).
Sangat penting untuk di ketahui bahwa Amsal adalah kumpulan sastera yang mewakili
hikmat tradisional. Jika kita mengatakan kitab ini mewakili hikmat tradisional, maka hikmat
itu sendiri sudah dikenal secara meluas di dunia Timur Tengah Kuno atau dikalangan bangsa-
bangsa non Israel. Artinya tidak hanya di Israel sastra hikmat ini dikenal tetapi juga di luar
Israel, seperti di Babel, Asyur, dan bahkan di Mesir Kuno pada abad ke 14 SM.1
Bangsa-bangsa non Israel menganggap bahwa hikmat berasal dari pada dewanya
masing-masing yang berisikan kesenian, teknik dan ilmu teoritis serta etika. Konsep
pemahaman hikmat di Israel dengan bangsa non Israel jelas memiliki perbedaan yang tajam.
Bagi bangsa non Israel berteka-teki merupakan suatu pengajaran dan hiburan, orang yang
bisa menjawab teka-teki yang sangat sulit dapat dikatakan sebagai orang yang berhikmat.
Tetapi bagi bangsa Israel hikmat berasal dari Allah dan Dialah dasar hikmat yang
sesungguhnya.
Dalam Kitab Amsal, hal menarik yang bisa kita temukan adalah pengajaran tentang
hikmat. Hikmat merupakan sesuatu yang sudah ada sebelum segala sesuatunya ada. Hikmat
mendapatkan otoritas yang tinggi dari Allah untuk membimbing manusia menjalani
kehidupannya, dan Amsal mengatakan bahwa hikmat merupakan suatu pengetahuan yang
sejati.
1 Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2. Bina Media Informasi, Bandung : hal. 184.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini. Permasalahan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Hikmat menurut Kitab Amsal?
2. Bagaimana ciri-ciri Hikmat?
3. Bagaimana pandangan Hikmat menurut Perjanjian Lama?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui arti Hikmat menurut Kitab Amsal
2. Untuk memahami apa ciri-ciri Hikmat
3. Untuk mengetahui pandangan Hikmat menurut Perjanjian Lama
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HIKMAT
Kata hikmat dalam bahasa Ibrani biasanya digunakan istilah Hokma yang berarti
kemampuan intelektual. Dalam Alkitab terjemahan Baru, di Kitab Amsal muncul 41 ayat
yang berbicara mengenai hikmat sehingga kitab Amsal sarat dengan kata hikmat. Dalam
sejarah penciptaan, hikmat juga mendapat peran yang amat penting. Amsal 8:22 menjelaskan
bahwa Tuhan menciptakan hikmat sebagai permulaan pekerjaan-Nya. Hal ini menandakan
bahwa hikmat sudah ada sebelum langit dan bumi, serta segala isinya diciptakan. Dengan
hikmat Tuhan meletakkan dasar bumi (Amsal 3:19).
Hikmat adalah karya sastra yang banyak memuat pengalaman-pengalaman hidup dan
pengajaran-pengajaran yang ditampilkan secara ringkas dalam bentuk pepatah dan aforisme.
Sifat hikmat ialah universal. Artinya setiap orang bisa memilikinya dari segala lapisan
masyarakat. Biasanya sastra hikmat di tuliskan dalam bentuk hikmat puisi. Ribuan tahun
sebelum tradisi hikmat berkembang di Israel, tradisi hikmat berkembang pesat di kalangan
bangsa-bangsa luar Israel. Misalnya, di Mesir di kenal kitab Amen-Em-Opet dan kitab
menentang kecenderungan yang putus asa. Perkembangan tradisi hikmat di Israel mulai
menonjol setelah pembuangan di Babel. Perkembangan hikmat ini di pengaruhi oleh bangsa-
bangsa lain yang sudah lebih dahulu mengetahui pengajaran tentang hikmat. Sehingga tradisi
di Israeltidak jauh berbeda dengan tradisi hikmat dari bangsa non Israel. Sekalipun demikian,
tradisi hikmat di Israel senantiasa berhubungan erat dengan iman Israel kepada Tuhan yang
telah berkarya dan menyelamatkan mereka.
Sastra hikmat (kebikjanaan) juga merupakan bahagian dari kehidupan rohani dan
kebudayaan yang sangat di hargai dan tidak terpisahkan. Oleh sebab itu tidak heran jika
kadang-kadang Amsal ini bercorak keduniawaan dan kadang-kadang kerohanian.
Menurut Amsal, hikmat ialah sesuatu yang bersifat praktis bukan mengenai dugaan
filosofis, metafisik, mistik, atau sesuatu yang abstrak, melainkan mengenai etika kehidupan
sehari-hari. Orientasi hikmat dalam Amsal ialah situasi konkret, yakni untuk mengarahkan
orang bertindak kepada situasi yang baik, dalam hal ini apabila melakukan tindakan-tindakan
tertentu maka akan memberi akibat tertentu pula. Ia memberikan serangkaian nasihat dan
peringatan. Jika kita melihat pengertian dari “hokma” adalah “kemampuan intelektual”.
4
Namun, hikmat tidak identik dengan pengetahuan intelektual, tetapi mempunyai kaitan
dengan kecerdasan intelektual (Ams. 1:4).2
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan, bahwa hikmat adalah suatu kualitas
kecerdasan intelektual yang diberikan Allah kepada manusia, yang lebih tinggi nilainya dari
kemampuan intelektual itu sendiri, yang mengatur jalan hidup manusia sehari-hari secara
praktis dan terampil, serta yang membawa manusia kepada keberhasilan hidup untuk
kemuliaaNya. Hikmat selalu bersahabat dengan kebenaran, berpihak kepada realitas dan
mendatangkan benih-benih kehidupan bukan kematian.
B. CIRI-CIRI HIKMAT DI ISRAEL
a. Pengajaran hikmat itu sendiri di dasarkan pada “ takut akan Tuhan”. Ia tidak
hanya sekedar uangkapan, tetapi merupakan inspirasi yang berasal dari Allah
yang kemudian terungkap melalui kata-kata orang berhikmat yang hidup takut
akan Tuhan. Kata-kata yang keluar memberikan kehidupan bukan kematian,
selanjutnya pendengarnya merasa disembuhkan dan bukan dilukai.
b. Pengajaran hikmat itu mengingatkan orang untuk membedakan antara dua
macam sikap dan perilaku orang yang bertentangan; yang baik dan benar,
bijaksana di satu pihak, yang buruk dan salah dan bebal di pihak yang lain.
Guru hikmat memberikan petunjuk-petunjuk hidup praktis yang saling berpisah
satu sama lain (tidak di rangkai) dengan urutan atau sistem yang nyata,
melainkan mengajak si murid untuk menimbang. Kemudian menarik
kesimpulan sendiri. Tetapi dalam pengajaran hikmat itu sendiri juga
mengandung tujuan yang khusus.
c. Pengajaran hikmat selalu dikemukakandengan penuh keyakinan dan wibawa.
Dalam proses penyampaian guru hikmat tidak menyampaikan pengerahan atas
nama dan wewenang sendiri, karena mereka lebih menghormati seorang raja
( Ams. 24:21), namun tidak berarti juga ia mengajarkan apa yang diperintahkan
raja. Sebab seorang raja juga harus dipimpin oleh hikmat untuk bisa memimpin
dengan baik (8:15; 20:28).
d. Pengajaran hikmat dipersonifikasikan, ini merupakan suatu usaha untuk
menjelaskan pemikiran-pemikiran orang Ibrani yang abstrak dengan pemikiran
yang lebih kongkrit. Misalnya “Ia bersama dengan Allah walaupun ia adalah
2 Chistoph Bart dan Barth Frommel, Marei-Charie, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta : BPK Gunung Mulia,
2009), hlm. 221-225
5
ciptaan yang diciptakan Allah sebelum segala sesuatu ada. Hal serupa juga
terdapat dalam Amsal 8:1-21 dan ayat 32-36; dan Amsal 1:1-20; Amsal 3:13-20.
Terkadang hikmat juga dipersonifikasikan sebagai seorang yang berseru-seru
dan mendengarkan suaranya di tempat-tempat yang tinggi, di tepi jalan,
dipersimpangan jalan-jalan, disanalah ia berdiri” (Amsal 8:1,2).3
C. PANDANGAN HIKMAT MENURUT ALKITAB
a. Hikmat Menurut Perjanjian Lama
Hikmat secara etimologi ada 3 akar kata dalam bahasa Ibrani yang menunjuk pada kata
hikmat yaitu ‘hokmah (hikmat), bina (pengetahuan), dan tevuna (kebijakan) semuanya
menunjuk pada hal praktis konkret bukan sekedar teoritis. Hikmat adalah kepintaran
mencapai hasil, menyusun rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang dikehendaki.
Pusat hikmat ialah hati, sebagai pusat keptusan moral dan intelektual.
Mereka yang memiliki kecakapan teknis disebut bijaksana antara lain Bezaleel
pengrajin kemah pertemuan (kel 31-1), seniman patung (Yes 40:20), para perempuan peratap
(Yer 9:17). Hikmat praktis juga dapat membawa serta segi jahat seperti dalam nasihat
Yonadab (2 Sam 13:3).
Raja-raja dan para pemimpin secara khusus membutuhkan hikmat. Mereka bergantung
pada keputusan yang tepat dalam bidang sosial politik. Yosua, Daud dan Salomo diberikan
karunia khusus yaitu kebikjanaan untuk menunaikan tugas sebagai raja. Suatu kelas khusus
dalam pemerintahan monarki memberikan kesempatan bagi setiap laki-laki dan perempuan
untuk belajar tujuannya adalah agar menjadi kaum intelektual. Pada masa Yeremia, kaum
intelektual ini memiliki peran penting sebagaimana para nabi yaitu sebagai penasihat dalam
masalah sosial, politik dan pemerintahan.
Tugas dari para orang berhikmat ini adalah menyusun strategi, merumuskan rencana,
menyusun nasihat untuk beroleh hidup yang berhasil. Tugas orang berhikmat layaknya bapak
dalam hubungannya dengan orang-orang yang kesejahteraannya bergantung pada hikmat itu.
Misalnya Yusuf menjadi ‘bapak’ bagi Firaun (Kej 45:8). Debora menjadi ‘ibu’ bagi Israek
(Hak 5:7)
3Poppy Mary, Obrolan Hikmat, BPK Gunung Mulia 2011, Jakarta : hal. 19
6
Hikmat adalah milik Allah yang utuh dan mutlak. Hikmat Allah mencakup sempurna,
luas dan lengkap menyentuh setiap bidang kehidupan (Ayb 10:4, Ams 5:31), mencakup
semua kedaulatan di dunia serta menggenapi semua apa yang dipikirkan oleh Allah. Alam
semesta adalah bukti hikmat Allah dan manusia adalah bukti karya hikmat tinggi yang
diciptakan oleh Allah sendiri. Proses-proses alamiah dan historis berada dibawah kendali
merupakan pembedaan sempurna antara baik dan jahat dan merupakan dasar untuk pahala
dan hukuman yang diterima oleh orng jahat dan orang benar (Mzm 1:37-38, Ams 10:3, 11:4).
Kebijaksanaan yang berdasarkan pada kecakapan alamiah ini merupakan karunia rahmani
sebab kegiatan kreatif Allah sendirilah yang memungkinkan perolehan kebijaksanaan yang
demikian itu.
Hikmat alkitabiah sekaligus bersifat agamawi dan praktis yang berasal dari rasa takut
akan Allah (Ayb 28:28, Ams 1:7, Mzm 111:10). Hikmat berkembang menyentuh segenap
hidup seperti ditunjukkan secara luas dalam Amsal. Hikmat memperoleh penegtahuanya
sendiri dengan jalan Allah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gabungan antara
pengertian dan kataatan ini menghubungkan hikmat dengan pengetahuan akan Allah yang
lebih diberikan penekanan oleh nabi (kasih yang tulus dalam ketaatan).4
Kitab yang bercorak hikmat dalam Perjanjian Lama memberikan konsep yang berbeda
dengan hikmat:
Kitab Amsal
Di dalam kitab Amsal terdapat bermacam bahan yang dapat dilihat hubungannya
dengan amsal yang sejenis di babel dan Mesir. Amsal 19, 22:17-21 dan 31:1-9 mempunyai
bentuk Amsal yang sama dengan pengajaran di Mesir. Amsal pengajaran di Mesir
memberikan perhatian yang besar pada pertumbuhan sikap mentak dan tata karma yang
menunjang kedayagunaan dan kemajuan dalam mengabdi kepada negara. Amsal pengajaran
seperti ini berkembang pesat di kalangan sekolah dan pendidikan dan dipakai untuk
membantu tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan di Mesir waktu itu adalah peningkatan
ketajaman intelektual serta kemampuan untuk mengambil keputusan pasa situasi kritis.
Berbeda dengan tujuan pendidikan di Mesir, di Israel tujuan pendidikan dan pengajaran
Israel, utama ditujukan kepada anak-anak/generasi muda. Penekanannya pada soal sopan
santun, larangan keras pada pelanggan seksual. Para wanita asing yang sering memikat hati
4 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid 1 (Jakarta : YKBK/OMF, 2009), HAL. 391
7
dan bebas dari segala larangan Israel dianggap sebagai ancaman khusus bagi generasi muda
(Ams 2:18).
Dalam kitab Amsal sering kita temukan ‘hai anakku’ sesungguhnya menunjukkan
adanya tempat yang dasariah dari hikmat orangtua. Kata ini menunjukkan adanya hubungan
khusus antara guru dan anak murid dimana dikelas guru mendapat wibawa sebagai pengganti
orang tua kandung. Tapi dalam hal tertentu seperti dalam Amsal 1:9, kedudukan orangtua dan
guru dapat berubah menjadi jurubicara dari hikmat.
Sebagian besar kitab Amsal berisi kalimat hikmat. Kalimat hikmat itu terdiri atas 3
kelompok yaitu:
1. Kelompok kalimat yang berisi hikmat duniawi yang keras dimana tidak terdapat
moralisasi atau kesalehan. Kalimat ini dialamatkan kepada perorangan dengan maksud
untuk menjaga kebersihan, kemakmuran, dan kesejahteraan orang tersebut. Kalimat ini
menguraikan sikap mental dan moral tata krama yang perlu dikembangkan oleh setiap
pribadi. Sikpa moral dan tata krama ini adalah tanda bahwa orang itu berhikmat dan
tentunya akan membawa dampak positif dalam pergaulan di masyarakat.
2. Kelompok kalimat yang dirujukan kepada perorangan tetapi mempunyai implikasi
sosial kemasyarakatan. Ini berisi kalimat tentang orang yang anti sosial dan jahat yang
kegiatannya sengaja bersifat merusak kehidupan masyarakat dan hubungan antar
manusia. Kalimat itu menuturkan tingkah laku orang tersebut dengan akibat buruk
maupun ancaman kehancuran yang akan dialmi oleh masyarakat dan orang yang
bersangkutan itu. Karena manusia diciptakan untuk bermasyarakat dan saling
menguntungkan secara konstruktif dengan demikian ia harus berhikmat agar tidak
merusak hubungan atau tatanan kemasyarakatan sesuai dengan konsep masyrakat yang
saling membangun.
3. Kalimat Amsal yang berisi soal kesalehan dan moral. Dalam kelompok ini secara jelas
terdapat ajaran tentang Tuhan yang memberikan pahala kepada oramg benar
danmenghukum orang jahat. Kebenaran menjadi syarat utama bagi kesejahteraan dan
kemakmuran. Ajaran ini menekankan thesodisi atau keadilan Tuhan.5
5 Wismohady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta :BPK Gunung Mulia, 2000), hlm. 223
8
KESIMPULAN
Hikmat adalah suatu kualitas kecerdasan intelektual yang diberikan Allah kepada
manusia sebagai petunjuk praktis untuk menjalani hidup sehari-hari, serta membawa manusia
kepada keberhasilan hidup atau sebagai kunci keberhasilan yang sesuai dengan kehendak
Allah. Oleh sebab itu, kata “Takut Akan Tuhan” menempati posisi yang sangat sentral
(utama). Takut akan Tuhan dan pengenalan akan Allah, merupakan penyataan illahi dan
karunia Allah yang mula-mula, yang berada di luar dunia dan kehidupan manusia. Setiap
orang yang mendengar berita ini yang sekaligus merupakan penawaran keselamatan
yang paling berharga dan bersifat pribadi, dan bahkan menuntut seseorang untuk tidak
melewatkannya. Tetapi menuntut seseorang untuk segera mengambil sebuah keputusan atas
tawaran yang berharga itu, untuk menuntun manusia kepada kebenaran-Nya. Hikmat
selalu bersahabat dengan kebenaran, berpihak kepada realitas dan mendatangkan benih-
benih kehidupan dan bukan kematian. Dengan demikian hikmat-Nya merupakan sumber
kehidupan yang menuntun orang untuk hidup saleh menurut kehendak Allah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ludji, Barnabas. "Pemahaman Dasar Perjanjian Lama." Bandung: Bina Media Informasi (2009).
Barth, Christoph, and Marie Claire. Teologi Perjanjian Lama 1. BPK Gunung Mulia, 2010.
Mary, E. Poppy. Obrolan Hikmat, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2011.
Douglas, J. D. "Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I." Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih (1995).
Wahono, S. Wismoady. Di sini kutemukan: petunjuk mempelajari dan mengajarkan alkitab. BPK
Gunung Mulia, 1986.
Soesilo, Yushak. "Penggunaan Rotan Dalam Pendisiplinan Anak Menurut Kitab Amsal 23: 13-14."
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1.1 (2016):
Sitopu, Elisamark. "KAITAN PEMBERITAAN PARA NABI DENGAN TAURAT, HIKMAT, DAN APOKALIPTIK
DALAM PERJANJIAN LAMA." Jurnal Teologi Cultivation 2.1 (2018):
10