Sudarman, M.Pd. Esai ditulis dalam rangka memperingati HGN dan HUT PGRI ke-77 Tahun 2022 +62812-7892-2607 [email protected] TRASFORMASI POLA PIKIR GURU DALAM MENDIDIK LINTAS GENERASI
Transformasi Pola Pikir Guru Dalam Mendidik Lintas Generasi (Esai) Oleh: SUDARMAN, M.Pd. Pengawas SMA Kabupaten Mukomuko 2022
Perkembangan zaman yang begitu pesat membawa perubahan pada dunia pendidikan. Perubahan tersebut kadangkala tidak berbanding lurus dengan kesiapan sumberdaya manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Salah satu SDM sebagai pelaku utama atau ujung tombaknya adalah guru. Tugas utama guru tertera pada Bab I Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa ‘Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik’. Ketidaksiapan guru dalam menghadapi perubahan zaman yang terus berkembang ditandai dengan beberapa ungkapan dan keluhan guru yang berkaitan dengan tingkahlaku peserta didik yang mereka dinilai kurang baik jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Ungkapan yang lainnya seperti ‘Ganti menteri ganti Kurikulum’, ‘Materi pembelajaran semakin sulit’, ‘Tingkahlaku peserta didik tidak seperti dulu lagi dan tidak sesuai dengan yang diharapkan’, ‘Guru bingung dengan cara dan pola mengajar terus berubah-ubah’, ‘Susah anak sekarang susah diatur, tidak sopan, cuek’, dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan ketidakpuasan ini justeru mengkerdilkan peran mereka sendiri, dan membuat kebanyakan guru terjebak dalam lingkaran kebingungan tanpa solusi. Akhirnya guru tidak fokus mendidik tetapi lebih kepada mengajar dan tugas utama lainnya. 1
Pada sisi yang lain, seorang guru dituntut dan seharusnya selalu tampil gagah, berwibawa, meyakinkan, berpikiran luas, memiliki ilmu pengetahuan yang mempuni, dan pemberi nasehat serta solusi. Sehingga marwah sebagai guru betubetul melekat pada dirinya. Secara pribadi, guru boleh kalah dari segi materi, harta benda, pangkat dan jabatan, namun tidak boleh kalah dalam strategi mendidik dan ilmu pengetahuan. Guru harus mampu beradaptasi untuk mendidik generasi kekinian sesuai dengan zamannya. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan tranformasi pola pikir guru dalam mendidik lintas generasi. Hal ini dapat dilakuan dengan cara memahami perbedaan setiap generasi dan karakteristiknya, dan mendidik dengan konsep kekinian, here and now. Transformasi inilah yang akan penulis paparkan dalam tulisan ini semoga menjadi solusi bagi guru dalam menjalankan tugas sebagai agen perubahan (the agent of change) di bidang pendidikan. 2
Memahami Perbedaan Generasi Peserta Didik Pada saat ini, banyak guru dihadapkan dengan peserta didik yang tidak sezaman atau tidak satu generasi dengannya. Dengan kata lain tidak sedikit guru yang mendidik pada lintas generasi. Pengetahuan karakteristik lintas generasi ini sangat penting diketahui dan dipahami oleh seorang guru karena sangat penting agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan zamannya dan didikan guru menjadi lebih bermakna. Para ahli membagi generasi di setiap zaman dalam beberapa kelompok yang berbeda karakteristiknya. Menurut Beresfod Research, (dalam Kompas.com) secara umum pengelompokan generasi dalam beberapa kelompok generasi atau gen yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Generasi tersebut adalah Generasi Baby Boomer, Generasi X, Generasi Y, Generasi Z, dan Generasi Alpha. Abramson (dalam Kompas.com) mengatakan bahwa generasi Baby Boomer, yang lahir antara tahun 1946- 1964, memiliki karakteristik berkomitmen tinggi, mandiri, dan kompetitif, namun mereka adalah orang-orang tua yang kolot dan sulit menerima perubahan. Selain itu Baby Boomer (menurut Binus Online Learning) berorientasi pada pencapaian, berfokus pada karier, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, serba bisa, tidak suka dikritik, bahkan lebih suka mengkritik generasi muda akibat kurangnya komitmen dan etika kerja. Generasi ini juga disebut generasi gila kerja. 3
Generasi X, yang lahir tahun 1965-1980, memiliki karakteristik yakni banyak akal, logis, dan pemecah masalah yang baik. Selain itu, generasi X biasanya lebih mandiri, mengutamakan work-life balance, dan pandai beradaptasi. Sisi buruknya, generasi X kerap disebut sebagai individu yang skeptis karena tidak suka terlibat dalam kegiatan yang tidak menguntungkan. Generasi Y atau generasi Millennials atau generasi digital, yang lahir tahun 1981-1996, memiliki karakteristik percaya diri yang tinggi dan ambisius sehingga mereka lebih banyak yang suskses di usia muda, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mempertanyakan otoritas. Selain itu, generasi ini lebih terbuka dalam menghadapi perubahan, tidak bisa lepas dari penggunaan gawai karena segala hal nyaris dilakukan secara digital. Kelemahan dari generasi ini adalah rentan terkena depresi dan stres juga cenderung sulit bergaul. 4
Generasi Z, yakni kelahiran 1997-2012, memiliki karakteristik ambisius, digital-native, percaya diri. Generasi Z juga disebut sekumpulan anak muda yang tidak bisa lepas dari ponsel. Ciri lain dari generasi ini adalah melek teknologi sehingga dapat dengan mudah mengakses informasi yang diinginkan, cenderung lebih mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain, lebih cepat dalam belajar karena terbukanya akses informasi, dan mereka lebih menyukai bekerja di lingkungan yang memberikan ruang bagi mereka untuk bertumbuh, lebih kreatif, dan penuh tantangan. Generasi Alpha, yaitu mereka yang lahir antara tahun 2010-2011 hingga sekarang. Karakteristik dari generasi ini adalah lebih cerdas secara digital daripada generasi mana pun yang datang sebelum mereka. Belum banyak diketahui secara khusus karakteristik generasi ini karena eranya sedang berlangsung. Sudah bisa dipastikan bahwa generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi sampai dua genersi seperti generasi X dan generasi Y. 5
Seorang guru yang datang dari generasi sebelum generasi peserta didiknya pasti juga memiliki perbedaan karakteristik dan pola pikir. Kealpaan guru memahami karakteristik peserta didiknya dapat membuat salah paham dan tidak tepat sasaran pada pemilihan pendekatan, metode, dan teknik, serta pola mendidik. Tidaklah memungkinkan bagi seorang guru untuk menuntut peserta didik agar dapat menyesuaikan diri terhadap gurunya akan tetapi gurunyalah yang harus mampu beradaptasi karena gurunya adalah pendatang yang hidup di zaman mereka. Mendidik Dengan Konsep Kekinian, Here and Now Seiring dengan kemajuan hiruk pikuk perubahan zaman yang terus mmelaju dengan pesat tidak jarang membuat para guru lupa dengan tugas utama yang paling penting yakni mendidik. Guru lebih cenderung mengutamakan mengajar dan melaksanakan tugas lainnya dapripada mendidik. Mindset seorang guru mesti dikembalikan lagi bahwa tugas yang paling berat mereka adalah mendidik manusia yang tidak sezaman atau satu generasi dengannya. Tidak jarang kita mendengarkan ungkapan atas keluhan ketidakmampuan guru menghadapi peserta didik yang tidak sezaman dengannya ‘Anak sekarang susah diatur, tidak mau belajar. Tidak seperti saya dahulu’. 6
Sebagai seorang guru, kita mesti mampu mendidik dengan konsep kekinian sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat ini. Guru tetap mendidik dengan baik dan dengan kasih sayang. Selalu membentuk akhlak dan karakter peserta didik menjadi lebih baik. Imam Ali menyampaikan bahwa ‘Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya’. Artinya bahwa guru mesti selalu belajar untuk menambah dan meningkatkan serta memperbaharui ilmu mendidiknya. Guru tidak boleh cepat puas dengan apa yang telah dipelajarinya pada waktu sekolah atau kuliah dahulu. Guru mesti terus belajar dan mengaplikasikannya dalam tugas kesehariannya. Guru tidak boleh mengeluh dan menyerah dengan keadaan, namun harus mampu menyelesaikan permaasalahan dengan ilmu kekinian. Kehidupan kita yang sebenarnya adalah di sini dan saat ini, here and now. Jangan sampai kita hidup di abad-21 tapi pola pikirnya masih di abad-16. Orang lain sudah menggunakan hampir segala kegiatan menggunakan android kita masih melarang peserta didik membawa android. Orang lain sudah menggunakan kompor induksi sementara kita masih sibuk mencari kayu bakar. 7
Orang lain sudah mentransfer uang pakai Emoney sementara kita masih sibuk berdiri antrian di bank, dan masih banyak lagi hal-hal yang dilakukan belum menyesuaikan diri dengan zamannya. Guru harus bisa mengubah mindsetnya untuk hidup sesuai dengan zaman kekinian dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh zaman ini termasuk yang tercanggih sekalipun. Guru mesti mentransformasi pemikitrannya untuk beradaptasi dan bersinergi dengan kekinian sesuai dengan generasi peserta didiknya. Dalam kapasitasnya sebagai guru mesti mengetahui secara totalitas siapa peserta didiknya, sekalipun ada kecenderungan bahwa manusia mendidik orang lain dipengaruhi bagaimana dia dididik sebelumnya. Pemikiran seperti ini mesti dihilangkan dari diri seorang guru. Pola pendidikan kekinian diterapkan sesuai dengan karakteristik peserta didik sesuai dengan generasinya yang diajarkan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada pada zamannya. 8
Seorang guru juga manusia dan makhluk yang paling sempurna dan paling tinggi derajatnya sebagai “tajalli” Tuhan dan khalifah di muka bumi ini sudah dibekali chip yang berupa akal pikiran yang mampu untuk bertahan hidup dalam segala situasi dan kondisi. Selagi kita memanfaatkan chip tersebut secara maksimal untuk membangun bahkan membuat perubahan baru, tentu kita mampu mengatasi semua tantangandalam mendidik. Pribahasa Cina mengatakan ‘Lebih Baik Menyalahkan Lilin daripada Menyalahkan Kegelapan’. Teori evolusi telah membuktikan bahwa hanya makhluk yang bisa menyesuaikan diri yang dapat bertahan hidup. Sebagai seorang guru kita harus peka dengan perubahan yang terjadi dan tidak boleh mengeluh dengan keadaan akibat perubahan zaman. Seorang guru mesti memiliki sipat pantang menyerah dengan kondisi, dan mampu meberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Belajar tiada henti (long life education) adalah salah satu kunci untuk beradaptasi. 9
Pola pikir seorang guru mesti menerapkan growth mindset. Growth mindset adalah pola pkir seseorang terus berkembang sesuai dengan situsi kekinian sehingga potensi dirinya dapat terus berkembang untuk menjawab tantangan perubahan zaman. Hal ini tentu berbeda dengan fix mindset yang tidak suka tantangan, bersifat statis, menyerah pada keadaan tanpa berbuat apa-apa, dan lebih banyak mengeluh ketimbang memberikan solusi. Orang terdahulu berpendapat bahwa ‘Kehidupanmu tergantung dari apa yang kamu pikirkan tentang dirimu’. Apabila sudah kita mengikrarkan diri untuk berkarir menjadi seorang guru, yang menjadi pilihan adalah ‘Menjadi guru yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik atau tidak sama sekali, artinya berhenti menjadi seorang guru’. 10
Referensi: Binus Online Learning. https://onlinelearning.binus.ac.id/2021/12/06/beginiperbedaan-generasi-baby-boomers-x-y-z-dan-alpha/ diunggah tanggal 16 November 2022. Jawahir Gustav Riza, "Mengenal Apa Itu Generasi Baby Boomers, X, Y, Z, Millenials, dan Alpha". https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/26/17000 0565/mengenal-apa-itu-generasi-baby-boomers-x-y-zmillenials-dan-alpha? page=all#:~:text=Menurut%20Beresfod%20Research%2C %20secara%20umum,41%2D56%20tahun%20pada%202 021 diunggah tanggal 16 November 2022. Dweck, S, Carol. 2019. “Mindset”. https://www.gramedia.com/literasi/pengertianmindset/ diunggah tanggal 14 tahun 2022. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. 10
INFO GRAFIS 11
PENGALAMAN KERJA PENDIDIKAN NEGARA YANG PERNAH DIKUNJUNGI ORGANISASI PROFESI KEGEMARAN (HOBI) Saya adalah seorang Pengawas Sekolah Tingkat SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Wilayah IV Mukomuko Tentang Saya [email protected] 0812-7892-2607 Guru SMP Negeri 4 MukomukoUtara (1999 - 2003) Guru SMP Negeri1 Lubuk Pinang (2003 - 2004) Guru SMA Negeri 2 Lubuk Pinang (2004- 2006) Kepala SMA Negeri 2 Mukomuko Utara(2006 - 2007)Guru SMA Negeri 1 Mukomuko Utara(2007) Guru SMA Negeri 1 Lubuk Pinang (2007 - 2009) Pengawas SMA KabupatenMukomuko (2009 - 2018) Pengawas SMA Provinsi Bengkulu(2018 - sekarang) Tutor UT Pokjar Mukomuko (2009 - 2017) Asesor BANSM ProvinsiBengkulu (2009 - 2020) Dosen Akademi KomunitasMukomuko (2012 - 2015) Dll. Desa Ranah Karya Kecamatan Lubuk Pinang Kabupaten Mukomuko PGRI APSI Pengawas Sekolah Ahli Madya Membaca Menulis Diskusi Berkebun Berternak Memancing Pascasarjana (S2) Universitas Negeri Padang (UNP) Jurusan Bahasa Tamat 2003 Sarjana (S1) Universitas Bengkulu (UNIB) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Tamat 1998 SMA Negeri 4 Bengkulu (Tamat1992) Jurusan Biologi(A2) SMP Negeri 9 Bengkulu (Tamat1989) SD Negeri 5 Tanjung Agung Bengkulu (Tamat 1986) SUDARMAN, M.PD. Tentang Penulis Singapura Malaysia Jepang Amerika Serikat (USA)