BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan teknologi mengharuskan manusia untuk dapat beradaptasi dengan segala
macam bentuk keadaan dan perkembangan yang ada. Perkembangan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) sangat membawa pengaruh besar terhadap kehidupan manusia.
Media sosia menjadi salah satu tempat orang-orang berkomunikasi tanpa harus bertatap muka.
Di media sosial banyak sekali orang-orang yang mengeluarkan pendapat, membagikan cerita,
peristiwa maupun kejadian secara nyata. Segala bentuk peristiwa dan kejadian selalu menjadi
sorotan disetiap kalangan. Didalam kehidupan sehari-hari, pernyataan pendapat yang fakta
berupa tulisan disebut dengan teks editorial. Teks editorial banyak ditemui pada koran, buku,
majalah, maupun pada situs internet. Teks editorial biasanya membahas mengenai isu,
peristiwa atau kejadian yang sedang ramai diperbincangkan sehingga dapat memberikan
pandangan kepada pembaca terhadap isu yang sedang berkembang.
Menulis adalah suatu hal yang harus dikembangkan dalam diri masing-masing individu.
Tentunya dalam hal ini peserta didik harus mampu menanamkan karakter kreatif termasuk
kreatif dalam menulis. Dalam pengembangannya peserta didik tidak mampu dalam
mengembangkan bakat nya sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari orang lain termasuk
guru. Dalam kehidupannya, peserta didik secara tidak langsung telah melihat hal-hal yang baru,
dan secara tidak sengaja mereka memberikan komentar mengenai apa yang telah mereka lihat.
Apakah peserta didik mampu mengembangkan pendapatnya? Tentunya bisa, melalui tata cara
yang tepat, agar saran dan tanggapan yang diberikan dapat memenuhi standar yang memenuhi
kriteria.
Pembelajaran mengembangkan, menyusun, dan membuat serta menghasilkan sebuah karya
di jenjang SMA/MA menuntut peserta didik untuk dapat mengamati hal-hal disekitar. Mencari
tahu mengenai kejadian, isu, maupun peristiwa yang sedang terjadi. Bersosialisasi dengan
kehidupan sosial sangat berpengaruh terhadap pengetahuan peserta didik. Peserta didik dituntut
untuk mampu memberikan komentar, pendapat serta argument terhadap isu, kejadian, maupun
peristiwa yang sedang terjadi untuk dapat mengembangkan penulisan yang tentunya tulisan
yang dihasilkan harus berlandaskan fakta yang sebenar-benarnya.
B. Kompetensi Dasar
Modul ini di khususkan untuk SMA kelas XII dengan KD 4.6 merancang teks editorial
dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan secara baik lisan maupun tulisan.
1. Menyusun teks editorial sesuai dengan topik, kerangka, struktur, dan unsur
kebahasaan.
2. Membuat teks editorial sesuai topik, kerangka, struktur dan unsur kebahasaan
yang telah disusun.
3. Menyimpulkan teks editorial yang telah dibuat dengan memperhatikan struktur
dan unsur kebahasaan.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada modul ini dikhususkan untuk proses pembelajaran SMA
Kelas XII pada KD 4.6 merancang teks editorial dengan memperhatikan struktur dan
kebahasaan secara baik lisan maupun tulisan. Berikut merupakan tujuan dari modul
ini.
1. Setelah menyusun teks editorial, peserta didik dapat membuat kerangka teks
editorial dengan memperhatikan topik, kerangka, struktur, dan unsur
kebahasaan.
2. Setelah membuat teks editorial, peserta didik dapat menyimpulkan sesuai
dengan topik, kerangka, struktur dan unsur kebahasaan yang telah disusun.
3. Setelah menyimpulkan teks ediotrial yang telah dibuat, peserta didik dapat
mempresentasikan hasil karya dengan memperhatikan struktur dan unsur
kebahasaan.
D. Petunjuk Penggunaan Modul
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan modul ini.
1. Peserta didik melihat contoh teks editorial di modul ini kemudian mencari
sendiri contoh teks editorial lain di berbagai sumber lain.
2. Secara berkelompok, peserta didik dapat mengumpulkan data untuk dijadikan
referensi dalam menyusun topik dan kerangka karangan teks editorial.
3. Setelah menyusun topik dan kerangka karangan teks editorial peserta didik
dapat membuat teks editorial dengan memperhatikan struktur dan unsur
kebahasaan.
4. Peserta didik mempresentasikan hasil karya berupa teks editorial didepan kelas
kelas secara lisan.
5. Peserta didik saling memberikan tanggapan berupa komentar pada hasil teks
editorial dari kelompok lain.
6. Peserta didik menyimpulkan hasil karya dan beberapa tanggapan dari guru
maupun kelompok lain.
7. Peserta didik mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru.
BAB 2
MATERI TEKS EDITORIAL
A. Pengertian Teks Editorial
Menurut Rianto (2019 : 187) Teks editorial/opini/tajuk rencana adalah teks yang
berupa opini/argumentasi yang ditulis dengan karangan yang berisi sejumlah
permasalahan aktual dimasyarakat. Umumnya teks editorial bersifat aktual (asli) yang
berisi analisis subjektif berdasarkan fakta dan data. Menurut Rahman (2018 : 52-53)
Teks opini (Editorial) merupakan salah satu media atau wadah mengemukakan
pendapat atau mengeluarkan pikiran tersebut. Ketika mengungkapkan pendapat atau
pikiran tentunya harus dilengkapi dengan fakta penunjang dan alasan yang masuk akal
agar teks opini yang dibangun bisa diterima oleh pembaca atau pendengar. Menurut
Kosasih (2014: 285) teks editorial diartikan sebagai kolom di surat kabar yang memuat
tanggapan terhadap peristiwa tertentu. Bentuk tanggapan yang dituliskan redaktur bisa
berbentuk kritikan, dukungan, cemoohan dan pujian. Dimana editorial ini selalu hadir
bersama berita yang akan diangkat dalam surat kabar tersebut.
B. Struktur Teks Editorial
Menurut Rianto (2019 : 187-188) Teks editorial memiliki struktur. Dengan adanya
struktur inilah, teks editorial dapat dibangun. Berikut ini adalah struktur teks editorial.
1. Pernyataan pendapat (Tesis)
Pernyataan pendapat atau tesis adalah bagian yang beriisi tentang pandangan
atau sudut pandang penulis pada permasalahan yang dibahas. Umumnya, ini
mengacu pada bentuk pernyataan atau teori yang diperkuat dengan argumen.
2. Argumentasi
Argumentasi adalah bentuk bukti atau alasan yang dapat digunakan untuk
memperkuat pernyaataan dalam sebuah tesis. Argumentasi dapat berupa pernyataan
umum, data hasil pernyataan, pernyataan ahli, ataupun fakta yang didasari oleh
referensi yang terpercaya.
3. Pernyataan ulang pendapat
Pernyataan/penegasan ulang pendapat atau reiteration adalah bagian teks
editorial yang beriisi tentang penguatan kembali pendapat yang sudah ditunjang
oleh fakta dalam argumentasi. Pernyataan ulang pendpaat terdapat pada bagian
akhir teks.
C. Kaidah Kebahasaan Teks Editorial
Menurut Rianto (2019 : 188) Teks editorial memiliki kaidah kebahasaan tersendiri
sehingga berbeda dengan teks lainnya. Adapun kaidah kebahasaan teks editorial adalah
sebagai berikut.
1. Menggunakan kalimat kritikan
2. Menggunakan kalimat perbandingan
3. Menggunakan kalimat penegasan
4. Menggunakan kalimat ajakan/saran
5. Memuat konjungsi
6. Memuat kata kerja material, relasional, dan mental
Sedangkan menurut Rahman (2018 : 54-56) kaidah kebahasaan teks editorial ada
4 yakni sebagai berikut.
a) Adverbia
Adverbia adalah bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi.
Agar dapat meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian,yang bisa
dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentif, seperti selalu,
biasanya, sering, dan lainnya.
b) Konjungsi
Konjungsi adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan
bahasa yang sederajat yakni kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa, serta kalimat dengan kalimat.
c) Kosakata
Kosakata adalah perbendaharaan kata-kata. Supaya teks opini mampu
meyakinkan pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik.
d) Verba
Verba biasanya terdiri dari :
1) Verba material adalah kata kerja yang menunjukan aktifitas fisik yang
dapat dilihat secara nyata. Contohnya menari, membaca, dan menulis.
2) Verba relasional lebih menekankan pada verba atau kata kerja yang
berfungsi sebagai penghubung antara subjek dan pelengkap.
3) Verba mental adalah verba yang menerangkan persepsi (merasa,
melihat), afeksi (suka, khawatir), kognisi (berfikir,mengerti)
D. Ciri-ciri Teks Editorial
Menurut Rianto (2019 : 187) Teks editorial memiliki ciri-ciri yang dapat berfungsi
sebagai pembeda dari teks-teks lainnya. Ciri-ciri teks editorial tersebut sebagai berikut.
1. Tema tulisan selalu hangat dan berdasarkan fakta (aktual dan faktual)
2. Bersifat sistematis dan logis
3. Kalimat yang digunakan singkat, padat, dan jelas
E. Tujuan Teks Editorial
Menurut Rianto (2019 : 188) Teks editorial memiliki tujuan yang ditujukan kepada
pembaca dalam setiap teksnya. Berikut ini adalah tujuan dari penulisan teks editorial.
1. Mengajak pembaca untuk ikut berfikir suatu masalah (isu/topik) yang sedang
hangat terjadi dikehidupan sekitar
2. Memberikan pandangan kepada pembaca terhadap isu yang sedang berkembang.
CONTOH TEKS EDITORIAL
Demi Keadilan Akses Pendidikan
Penerapan aturan baru memang selalu menghadapi tantangan. Meski telah dirancang
sematang mungkin, berbagai celah kelemahan bisa tetap ada saat penerapan. Namun,
tidak jarang pula celah itu lebih disebabkan mental buruk. Ada saja kecurangan dibuat
demi memenuhi syarat aturan. Mental buruk itulah yang ditunjukkan banyak orangtua
siswa dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2018/2019.
Demi lolos dalam PPDB yang menggunakan sistem zonasi, mereka pura-pura jadi
miskin. Hal itu disebabkan sistem zonasi memang membuka kuota tertentu bagi siswa
tidak mampu. Karena itu, seperti terjadi di Banyumas, Purwokerto, Semarang, dan
berbagai daerah lain, tiba-tiba permohonan pembuatan surat keterangan tidak mampu
(SKTM) melonjak. Bahkan ada sebuah sekolah yang seluruh pendaftarnya di tinggikan.
Menyalahkan celah aturan semata jelas tidak tepat sebab aturan tersebut bertujuan demi
keadilan akses pendidikan. Sistem zonasi menjadi cara untuk menanggulangi budaya
sekolah favorit yang sudah sangat lama terjadi. Selama ini, sekolah-sekolah favorit
menjadi rebutan siswa dari berbagai wilayah. Kemudian dengan syarat seleksi yang
lebih kepada nilai, sekolah mengutamakan keunggulan akademis. Budaya itulah yang
lama-kelamaan membuat ironi akses pendidikan.
Di suatu wilayah yang memiliki sekolah favorit, banyak pula anak yang lemah
akademis bahkan putus sekolah. Anak-anak itu ialah anak-anak yang kalah bersaing
dengan para siswa bernilai tinggi yang menyerbu ke daerah mereka. Ketika anak lokal
yang lemah nilai itu tidak memiliki biaya untuk mengakses sekolah di lain wilayah,
jadilah mereka benar-benar terbuang. Dalam kondisi itu, sekolah pun hanya melengkapi
balada pendidikan. Kukuhnya gedung sekolah bukan cerminan kecerdasan warganya
dan tentunya bukan pula wujud pemerataan pendidikan. Sekolah model itu tidak patut
ditiru.
Pembiaran budaya ini ialah pembiaran penyakit sebab makin lama juga menimbulkan
stigma di antara para pendidik. Tidak sedikit para guru yang bersaing demi mengajar
di sekolah favorit. Mereka merasa lebih prestisius tanpa menyadari tugas sejati untuk
menjadi pelita di mana pun berada. Oleh karena itu, tidak dapat diterima nurani dan
logika adanya orang-orang yang berkeberatan dengan sistem zonasi. Terlebih para
tokoh masyarakat yang hanya mengkritik dengan alasan tertindasnya hak orangtua
dalam memilih sekolah. Pandangan seperti itu tak hanya dangkal, tetapi juga pandangan
manja. Aturan zonasi yang diterapkan sejak tahun lalu sesungguhnya punya andil
perbaikan yang besar. Sistem zonasi mensyaratkan penerimaan bukan pada nilai,
melainkan tempat tinggal. Ada minimal kuota 20% bagi siswa tidak mampu. Setelah
itu, barulah pertimbangan soal nilai. Demi keadilan akses pendidikan, sudah semestinya
para orangtua yang curang ditindak tegas. Pihak sekolah harus mengecek kebenaran
setiap SKTM dan segera mencabutnya jika terbukti tidak benar. Pencabutan status
siswa yang telanjur diterima di sekolah harus dilaksanakan dengan maksimal.
Hal itu bertujuan menyadarkan para orangtua akan kesalahan mereka dalam
mengkhianati semangat pendidikan itu sendiri. Pembiaran pihak sekolah terhadap
kecurangan juga merupakan pemufakatan jahat. Oleh sebab itu, Kementerian
Pendidikan, juga dinas pendidikan, harus memberi sanksi tegas kepada pengurus
sekolah yang lalai dalam menegakkan aturan. Para pendidik pun semestinya membuang
jauh kekhawatiran menurunnya kualitas sekolah jika mengutamakan siswa lokal dan
kurang mampu. Pemikiran seperti itu hanya pantas dipunyai para pencundang. Para
pendidik sejati ialah mereka yang makin terpacu untuk melahirkan siswa-siswa
berprestasi bagaimanapun latar belakangnya. Tidak hanya itu, kita juga meminta
pemerintah bersikap tegas terhadap sekolah yang menerapkan pungutan dalam proses
PPDB. Membiarkan, apalagi mengizinkan, pungutan hanya akan semakin melemahkan
sistem zonasi dan membuat pemerataan akses pendidikan makin jauh dari sasaran.
LATIHAN SOAL
Bacalah teks editorial berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2!
Beberapa waktu yang lalu banjir besar melanda Jakarta. Ribuan rumah
tenggelam. Kerugian mencapai 39,5 miliar rupiah dan menelan korban
10 orang meninggal. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati
redaksi sebuah surat kabar. Surat tersebut berisi pernyataan terhadap
kondisi Jakarta. Menurutnya, Jakarta ternyata tidak seperti kota
metropolitan yang selama ini terlihat megah dalam sinetron.
Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir yang melanda Jakarta
kiriman dari Bogor. Orang Bogor membantahnya. Mereka menyatakan
bahwa yang membuat kerusakan adalah orang Jakarta sendiri dengan
menggusur petani dan membuat villa dan hotel di puncak.
1. Masalah yang diungkapkan dalam teks editorial tersebut adalah….
a. Banjir melanda Jakarta sehingga menimbulkan banyak kerugian
b. Jakarta selama ini terlihat megah dalam sinetron
c. Banjir yang melanda Jakarta adalah kiriman dari Bogor
d. Masyarakat Jakata-lah yang membuat kerusakan
e. Orang Jakarta menggusur petani membuat vila dan hotel di puncak
2. Opini pada teks editorial tersebut terdapat pada kalimat….
a. Sepuluh orang meninggal dalam banjir tersebut
b. Seorang penduduk luar Jakarta menyurati redaksi sebuah surat kabar
c. Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini kiriman dari Bogor
d. Kerugian mencapai 39,5 miliar rupiah dan sepuluh orang meninggal
e. Beberapa waktu yang lalu bajir besar melanda Jakara
3. Berikut hal-hal yang harus ada dalam sebuah teks editorial, kecuali….
a. Terdapat pengantar, isi tulisan, dan simpulan
b. Penjelasan yang obyektif
c. Disampaikan dalam sudut pandang berita yang actual
d. Opini penulis disampikan secara professional
e. Simpulan panjang dan mengulangi isi tulisan
4. Berikut yang bukan langkah-langkah dalam menulis teks editorial adalah….
a. Tentukan topik yang signifikan dengan sudut pandang
b. Kumpulan berbagai informasi dan fakta
c. Hindari kalimat fakta dalam membuat teks editorial
d. Kemukakan isu tertentu secara objektif
e. Berikan terlebih dahulu sudut pandang
Bacalah teks editorial berikut dengan cermat!
Persepsi bahwa tingkat keselamatan penerbangan nasional telah memasuki
kategori menakutkan mendapatkan pembenaran. Kali ini, legitimasi itu
datang langsung dari pemerintah. Pekan ini, Departemen Perhubungan
merilis daftar peringkat terbaru perusahaan penerbangan dan standar
keselamatan mereka. Dari 21 perusahaan yang dinilai, hanya satu yang
masuk kategori I atau berkinerja baik. Sisanya hanya masuk kategori II
atau sedang, dan bahkan III, alias buruk. Hasil pemeringkatan itu,
ironisnya, tidak mengejutkan. Hal itu tidak mengejutkan karena semua
paham bahwa standar keselamatan penerbangan di negeri ini memang
rendah. Tidak mengejutkan karena kecelakaan pesawat yang menelan
korban jiwa bukan satu-dua kali terjadi. Ia amat sering terjadi.
5. Masalah yang dibahas dalam penggalan teks editorial tersebut adalah ...
a. Standar pelayanan prima dalam penerbangan
b. Kondisi penerbangan nasional yang memprihatinkan
c. Pringkat terbaru standar penerbangan nasional
d. Keanehan proses pelayanan penerbangan nasional
e. Tingginya biaya maskapai penerbangan di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih . 2017. Bahasa Indonesia SMP/MTS kelas VIII. PT : Tiga Serangkai Pustaka
Rahman ,Taufiqur. 2018. Teks Dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan. Semarang : CV.
Pilar Nusantara
Rianto, Tomi. 2018. Cara Cepat Menguasai BAHASA INDONESIA SMA/MA Kelas X, XI,
XII. Jakarta Timur : PT Bumi Aksara