GATOT KACA
VersiWayangJawa
MADE BY
MALVIN NATHANNIEL
Gatot Kaca adalah putra Bimasena atau Werkodara dalam cerita Wiracarita
Mahabharata, yang berasal dari keluarga Pandawa. Ibunya bernama
Hadimbi yang berasal dari bangsa Rakshasa. Gatotkaca dikisahkan memiliki
kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra, ia menewaskan
banyak sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna.
Gatot Kaca is the son of Bimasena or Werkodara in the Wiracarita
Mahabharata story, who comes from the Pandawa family. His mother was
named Hadimbi who came from the Rakshasa na�on. Gatotkaca is said to
have extraordinary strength. In the great war in Kurukshetra, he killed many
allies of the Kauravas before finally dying at the hands of Karna.
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan
Jawa. Namanya sewaktu masih bayi Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun,
tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun.
The story of Gatotkaca's birth is told separately in the Javanese puppet. His
name when he was a baby was Jabang Tetuka. Un�l the age of one year,
the umbilical cord can not be cut even with any weapon.
Karena merasa kasihan, Arjuna (adik Bimasena) pergi bertapa
untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong keponakannya itu.
Feeling sorry, Arjuna (Bimasena's sister) went to meditate
to get the god's instruc�ons to help his nephew.
Arjuna mendapatkan petunjuk hanya senjata pusaka Konta yang dapat
diambil dari Batara Narada selaku utusan kahyangan.
Arjuna got instruc�ons that only Konta's heirloom weapons could be
taken from Batara Narada as the messenger of heaven.
Pada saat hari yang sama karna, selaku panglima Kerajaan Hanista juga
sedang bertapa mencari senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip,
Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata pusaka
Kontawijaya kepada Karna, yang seharusnya diberikan kepada Arjuna.
At the same day because, as the commander of the Hanista Kingdom, he
was also looking for heirloom weapons. Since their faces are similar,
Batara Narada as the messenger of heaven gave an heirloom weapon
Kontawijaya to Karna, which should have been given to Arjuna.
Setelah menyadari kesalahannya Batara Narada langsung menemui
Arjuna dan memberitahukan apa yang terjadi sebenarnya. Narada “Wahai
Arjuna, maa�an aku telah keliru memberikan senjata konta ke karna”.
Arjuna “Gawat, baiklah kalau begitu akan ku rebut kembali senjata itu”.
A�er realizing his mistake, Batara Narada immediately met him
Arjuna and tell him what really happened. Narada "O Arjuna,
I'm sorry I mistakenly gave a cash weapon to karna".
Arjuna "This is bad, okay then I will take back the weapon".
Arjuna “Karna cepat kembalikan senjata pusaka konta, itu bukan milikmu”
Karna “Apakah kau pikir aku akan mengembalikannya?” Arjuna “Baiklah
jika itu maumu, aku akan mengambil secara paksa”.
Arjuna "Because Karna return the conta heirloom weapon, that's
not ityours” Karna “Do you think I'll return it? " Arjuna "Well if
that's what you want, I'll take it by force".
Karna berhasil meloloskan diri bersama senjata Konta, sedangkan Arjuna
hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut.
Karna managed to escape with the Konta weapon, while
Arjuna only managed to seize the heirloom wrapper.
Sarung pusaka Konta terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa
digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Saat dipakai untuk
memotong, kayu mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna
yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu
Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Ia juga meramalkan bahwa
kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.
Konta heirloom sarong made of mastaba wood which turned out
to be good used to cut the umbilical cord Tetuka. When used for
cu�ng, mastaba wood destroyed and united in the stomach of Tetuka.
Krishna who par�cipated in witnessing it argued that the influence of wood
Mastaba will add strength to baby Tetuka. He also predicted that one day
Tetuka would die at the hands of Konta's gun owners.
Lalu Batara Narada menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah
Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan
berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah sebagai hadiah untuk tetuka.
Then Batara Narada plunged Tetuka's body into the crater
Candradimuka, on Mount Jamurdipa. The gods then threw various
types of heirloom weapons into the crater as gi�s for tetuka.
Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke permukaan sebagai seorang
laki-laki dewasa yang sangat gagah. Segala jenis pusaka para dewa telah
melebur dan bersatu ke dalam dirinya. Batara Guru, raja kahyangan
menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda,
Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma untuk dipakai Tetuka,
yang sejak saat itu bergan� nama menjadi Gatotkaca.
A few moments later, Tetuka came to the surface as a very handsome adult
male. All kinds of the heirlooms of the gods had dissolved and unified into
him. Batara Guru, the king of heaven to present a set of heirloom clothing,
namely Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, and Padakacarma Terom-
pah to be worn by Tetuka, which since then changed its name to Gatotkaca.
Pada suatu hari terjadilah Perang besar. Perang besar tersebut adalah
perang saudara antara keluarga Pandawa melawan Korawa yang memakan
waktu berhari-hari dalam Mahabharata mengisahkan, sebagai seorang
raksasa, Gatotkaca memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari.
One day there was a great war. The great war was a civil war between the
Pandavas and the Kauravas which took days in the Mahabharata, where
as a giant, Gatotkaca has extraordinary power, especially at night.
Setelah kema�an Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya
dihen�kan untuk sementara karena senja telah �ba. Namun Gatotkaca
dengan berani bertaruh nyawa untuk menghadang pasukan Korawa jumlah
yang banyak saat mereka dalam perjalanan menuju perkemahan mereka.
A�er Jayadrata's death at the hands of Arjuna, the ba�le should
have been temporarily stopped because dusk had arrived. Gatotkaca
however was willing to risk his life to intercept the large number
of Korava troops as they made their way to their camp.
Pertempuran berlanjut; semakin malam, kesak�an Gatotkaca semakin
meningkat. Banyak prajurit Korawa yang dikalahkan. Duryodana,
pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca
The ba�le con�nues; the night, Gatotkaca's supernatural powers are
increasing. Many Korawa soldiers were defeated. Duryodhana,
Korawa leaders were horrified to see the ferocity of Gatotkaca
Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa
Indra yang bernama Vasavishak� (menurut pewayangan Jawa,
disebut senjata Konta) untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna
menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja
dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Duryodana “Karna
cepatlah gunakan senjata pusaka itu” Karna “Tetapi senjata ini
harus digunakan untu membunuh Arjuna” Duryodana “sudah, cepatlah
gunakan senjata pusaka konta itu jika �dak ia semakin buas”
He forces Karna to use the Indrastra inheritance weapon given by Dewa
Indra named Vasavishak� (according to the Javanese puppet,
called Konta weapon) to kill that giant. Originally Karna
refused because the heirloom can only be used once
and will be used to kill Arjuna. Duryodhana "Karna hurry up and use the
heirloom weapon" Because "But this weapon must be used to kill
Arjuna "Duryodhana" already, hurry up and use that Konta
heirloom weapon otherwise he is ge�ng fiercer "
Karena terus didesak, akhirnya Karna melemparkan senjata pusakanya ke
arah Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca memikirkan
cara untuk membunuh prajurit Korawa dalam jumlah besar sekaligus
sekali serang. Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai
ukuran yang sangat besar dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit
Korawa setelah senjata pamungkas Karna menembus dadanya.
Due to constant pressure, Karna finally threw her heritage weapon at
Gatotkaca. Realizing that his end was near, Gatotkaca thought of a way to
kill a large number of Korawa soldiers at once one hit. Gatotkaca also
enlarged his body size to a very large size and then collapsed on thousands
of Korawa soldiers a�er Karna's ul�mate weapon pierced his chest.
Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. pengorbanan Gatot
Kaca �dak sia-sia karena peperangan dimenangkan oleh Pandawa.
The Pandavas were devastated by the death of Gatotkaca. Gatot Kaca's
sacrifice was not in vain because the war was won by the Pandavas.
Pesan Moral
Tidak ada kemenangan yang bisa diraih tanpa pengorbanan.