pajanan merkuri pada
pertambangan emas
skala kecil
kelompok 1
identifikasi sumber
pertambangan emas skala kecil identifikasi bahaya
dilakukan dengan menggunakan
merkuri melalui proses amalgamasi. Sistem pengolahan pada
Masih didapati pembuangan limbah pertambangan emas skala kecil
merkuri dari pertambangan emas skala menggunakan merkuri yang
kecil ke media lingkungan yaitu tanah berpotensi menimbulkan pencemaran
dan badan sungai. Padahal limbah lingkungan dan gangguan kesehatan
merkuri termasuk ke limbah B3 yang masyarakat. Merkuri dapat
tidak boleh dibuang langsung ke media mengakibatkan terganggunya fungsi
lingkungan karna dapat menyebabkan hati dan ginjal, mengangu sistem
gangguan kesehatan. enzim dan mekanisme sintetik,
kerusakan otak, dan merusak janin
analisis pemajanan pada wanita hamil.
diketahui asupan rata-rata merkuri dari air analisis dosis respon
minum, konsumsi ikan, konsumsi sayuran
sebesar dikalkulasikan jumlah asupan merkuri
melalui jalur ingesti didapatkan rata-rata
sebesar 19 x 104 mg/kg/hari. diketahui bahwa
nilai asupan merkuri total melalui jalur ingesti
adalah jumlah dari nilai asupan merkuri dari
aktivitas konsumsi air dan ikan yang diambil
dari sungai, serta konsumsi sayuran.
Prisiko kesehatan akibat pajanan merkuri pada
responden penjumlahan Risk Quotient (RQ)
masingmasing asupan. Risk Quotient dihitung
dari nilai asupan dibagi dengan referensi
dosis.rata-rata tingkat risiko kesehatan (risk
quotient/RQ) dari jalur ingesti sebesar 18,5756
dan jalur absorbsi kulit sebesar 2,63 x 10-5.
Apabila kedua nilai ini dijumlahkan, maka
didapatkan tingkat risiko total dari pajanan
merkuri pada responden dengan nilai rata-rata
sebesar 18,5756.
NAMA KELOMPOK : 1. FADHILA KHAIRUNNISA 10031282025023
2. REZA SELPI YANA 10031382025065
3. GUMILANG BAYU HARJONO 10031282025031
MATA KULIAH : ANALISIS RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN'
DOSEN PENGAMPU : DR. ELVI SUNARSIH,S.KM.,M.KES
pajanan merkuri pada
pertambangan emas
skala kecil
kelompok 1
karakteristik resiko
nilai rata-rata RQ total dari pajanan merkuri sebesar manajemen resiko
11,75. Dengan nilai rata-rata RQ sebesar itu diketahui
kandungan merkuri pada darah responden sebesar 7,40 Pemeriksaan sampel darah adalah pilihan
ug/d1. Apabila dilihat nilai tertinggi RQ total pada utama apabila pemaparan merkuri anorganik
penelitian tersebut didapatkan nilai sebesar 46,42 jangka pendek dengan konsentrasi tinggi
sedangkan kandungan merkuri tertinggi pada darah karena konsentrasi merkuri dalam darah
responden sebesar 14,99 μg/d1. Dan hasil penelitian meningkat sangat cepat. Waktu paruh merkuri
Hartono (2006) dapat diketahui bahwa nilai RQ dalam darah adalah kurang lebih 2 hari. Untuk
berhubungan dengan kadar merkuri dalam darah. pemaparan merkuri organik, pemeriksaan
Perhitungan statistik pada penelitian tersebut dilakukan dengan pengambilan sampel darah
menyimpulkan hubungan sangat lemah dan berpola dan rambut. Pengukuran merkuri dalam darah
negatif (r = -0,01) antara kadar merkuri dalam darah biasanya digunakan untuk mengidentifikasi
dengan RQ. Artinya semakin tinggi kadar merkuri dalam pemaparan metal merkuri. Pemeriksaan
darah semakin rendah nilai RQ. Hal ini berarti kadar merkuri darah bertujuan untuk mengetahui dan
merkuri dalam darah dapat dikatakan tinggi walaupun mendeteksi apakah masyarakat telah terpajan
nilai RQ rendah. oleh merkuri yang dapat menimbulkan efek
toksik dalam tubuh.il.
komunikasi resiko
kegiatan penambangan emas skala kecil memberikan
dampak positif maupun dampak negatif terhadap aspek
ekologi dan sosial ekonomi masyarakat kegiatan ini
umumnya tidak ramah lingkungan hal ini disebabkan
karena minimnya kesadaran untuk tetap melestarikan
lingkungan dalam skala makro penambangan emas
skala kecil dilihat sebagai bahaya dan ancaman bagi
investasi pertambangan Indonesia sedangkan dalam
skala mikro dapat digolongkan sebagai salah satu
gerakan " ekonomi kreatif" yang memenuhi kebutuhan
hidup rakyat kecil
Kelompok 2 ARKL 2. Identifikasi Sumber
1. Arindi Dinda Hanifah 10031282025020 Sumber bahaya berasal dari peternakan yang
2. Adipati Azwar Arbarkah 10031282025047 merupakan non-industri utama sebagai penghasil
3. Nanda Nathaniela Aurelia 10031382025071 amonia (NH³) terbesar. Amonia (NH³) ini berasal dari
Dosen Pengampu: DR.Elvi Sunarsih, S.KM., M.KES menur berupa bahan sisa pencernaan atau feses
yang bercampur dengan urine yang berbahaya bagi
Studi Analisis ARKL Pajanan kesehatan pekerja maupun hewan ternak disana.
Gas Amonia pada Pekerja
Peternakan Ayam di Desa
Lembak Sumatera Selatan
STUDI ARKL ✨ 3. Analisis Pemajanan
(Exposure Assesment)
Studi Kasus ARKL digunakan untuk
menganalisis risiko berbagai bahaya
lingkungan seperti bahaya fisik, kimia,
atau biologi yang dapat menimbulkan Analisis pemajanan dilakukan dengan perhitungan
efek yang merugikan kesehatan manusia asupan amonia dengan memasukkan nilai variable yang
dan kerusakan lingkungan dibutuhkan dalam perhitungan. Data konsentrasi yang
digunakan dalam perhitungan adalah data konsentrasi
1. Identifikasi bahaya pajanan amonia di lingkungan kerja masing-masing
(Hazard Identification) pekerja. Nilai rata-rata intake amonia realtime sebesar
0.002 dengan nilai intake terbesar adalah 0,0084 dan
Potensi bahaya yang dapat menimbulkan terendah adalah 0,0011. Rata-rata nilai intake amonia
bahaya di peternakan ayam Desa Lembak lifetime sebesar 0.7671dengan nilai terbesar 0.8418 dan
Sumatera Selatan berasal dari ageng kimia nilai intake terkecil sebesar 0,0274.
berupa amonia (NH³) sebagai komponen yang
dapat menggangu kesehatan pekerja. Besarnya nilai intake ini berbanding lurus dengan nilai
konsentrasi bahan kimia, laju respirasi, frekuensi pajanan,
waktu pajanan dan durasi pajanan yang berarti semakin
besar nilai tersebut maka akan semakin besar intake.
Sedangkan nilai intake berbanding terbalik dengan berat
badan dan waktu rata-rata. Rendahnya intake pajanan
amonia disebabkan karena peternak belum terlalu lama
bekerja.
4. Analisis Dosis Respon
(Dose Respon Assesment)
Analisis dosis respon
menggunakan reference
consentration masing-masing
parameter udara yang diturunkan
dalam satuan mg/kg/hari.
Reference consentration amonia
(NH3) sebesar 0,028 mg/kg/hari.
5. Karakteristik Risiko
(Risk Characterization)
Amonia merupakan senyawa yang bersifat non-karsinogen atau tidak
menimbulkan efek kanker, oleh sebab itu dalam penelitian pada jurnal tersebut
risiko kesehatan pajanan amonia akan dihitung berdasarkan efek non-
karsinogenik. ARKL merupakan kerangka ilmiah untuk memecahkan
permasalahan lingkungan dan kesehatan sehingga dapat diterapkan pada
pajanan amonia. Salah satu manfaat analisis risiko kesehatan pajanan suatu risk
agent adalah dapat meramalkan risiko kesehatan yang ditanggung seseorang
pada suatu waktu kemudian menetapkan upaya pencegahan untuk memperkecil
risiko tersebut. Pengukuran emisi lingkungan khususnya amonia secara rutin
dan dalam jangkauan yang lebih luas penting untuk dilakukan.
6. Manajemen Risiko Karakteristik Risiko
Manajemen Risiko
Secara lifetime dari 14 orang pekerja ada dua orang pekerja yang memiliki RQ Komunikasi Risiko
diatas satu yaitu RQ sebesar 3,00 dan 1,52 artinya ada dua orang pekerja yang
berisiko terhadap keterpaparan amonia. Manajemen risiko perlu dilakukan
untuk pengendalian risk agent, karena indikasi risiko kesehatan yang dapat
terjadi (RQ >1).
Manajemen Risiko di peternakan ayam dapat dilakukan dengan penanganan
kotoran di kolong kandang dengan tepat agar kotoran ayam tidak lembab dan
pembentukan amonia terhambat serta harus memperhatikan sirkulasi udara
dengan memperhatikan manajemen buka tutup tirai, mengatur jarak antar
kandang, serta menambah penggunaan blower atau fan (kipas).
7. Komunikasi Risiko Referensi ✨
Peneliti memberi tahu kepada para pekerja di
peternakan ayam di Desa Lembak Sumatera https://scholar.google.com/scholar?
Selatan bahwa mereka berisiko untuk terpajan hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Analisis+ARKL+pajanan+amonia+p
amonia (NH³). Selanjutnya, komunikasi risiko ada+pekerja+peternakan+ayam+unsri&btnG=#d=gs_qabs&t
juga dilakukan kepada pemilik peternakan
agar menghimbau para pekerja untuk =1650199171668&u=%23p%3DIRuKPOMPYAIJ
memakai masker saat bekerja.
ANALISIS ARKL KASUS PAJANAN NITRAT (NO3) PADA AIR
SUMUR GALI DI KAWASAN PERTANIAN DESA TUMPUKAN
KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN
TIM 4 ARKL
SALSABILA KHOIRUNNISA 10031182025008
ABID ROZIN 10031182025012
MELIKA SUSILAWATI 10031282025022
IDENTIFIKASI SUMBER
Nitrat menumpuk di pertanian dimana petani menyebar
anorganik Pupuk dan pupuk kandang di lahan pertanian.
Nitrogen yang tidak diambil oleh tanaman larut melalui
tanah ke air tanah kemudian mengalir ke sumur.
IDENTIFIKASI BAHAYA
Terlalu banyak nitrat dalam air minum menimbulkan risiko untuk
bayi di bawah usia enam bulan, selain itu nitrat mungkin berperan
dalam keguguran spontan, gangguan tiroid, cacat lahir, dan dalam
pengembangan beberapa jenis kanker pada orang dewasa.
ANALISIS PEMANJANAN
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa semakin
lama konsumsi air minum (durasi pajanan) maka nilai mintake
akan semakin besar dan risiko untuk mendapatkan efek yang
merugikan kesehatan semakin besar pula.
ANALISIS DOSIS RESPON
Pajanan NO3 masuk dalam tubuh melalui minuman atau ingesti
dan menyebabkan risiko non karsinogenik maka digunakan data
sekunder dosis referensi (RfD) yang ditetapkan oleh IRIS dari
US-EPA yaitu sebesar 1,6 mg/kg/hari.
KARAKTERISTIK RISIKO
Risiko kesehatan anak-anak secara signifikan lebih tinggi dari orang
dewasa dan memiliki risiko pada daerah irigasi limbah pertanian.
Selain faktor nilai konsentrasi dan umur, hal lain yang menyebabkan
hanya 10,1% responden yang berisiko terhadap nitrat padahal
konsentrasi nitrat dalam air sumur gali tidak terlalu rendah yaitu
karena nitrat memiliki nilai dosis respon (RFD) yang cukup tinggi
sehingga toksisitas nonkarsinogenik terhadap tubuh manusia rendah.
MANAJEMEN RISIKO
Untuk mengatasi risiko yang ada. Pemanfaatan sumur galian di
sekitar wilayah pertanian sebagai air bersih harus digantikan
dengan sumber air dari PDAM
KOMUNIKASI RISIKO
Penelitian memberi tahu kepada orang dewasa maupun anak-
anak di kawasan pertanian Desa Tumpukan Kecamatan
Karangdowo Kabupaten Klaten bahwa mereka berisiko terkena
pajanan nitrat (No3)
ANALISIS RISIKO KESEHATAN PEKERJA DIRUMAH
PEMOTONGAN HEWAN AKIBAT PAJANAN GAS
AMONIA
KELOMPOK 5
-GIA OKTA WIDYANA-
-ANNISA RIATMI-
-RISNANDA SYAUQIYAH-
Bahaya yang diidentifikasi adalah gas Berdasarkan hasil pengukuran yang
amonia. Gas amonia di RPH diperoleh dilakukan di Rumah Pemotongan
dari adanya dekomposisi limbah dari
Hewan Pegirian didapatkan konsentrasi
kegiatan di RPH. amonia di bawah nilai ambang batas
yang ditetapkan oleh KeputusanMenteri
Kesehatan Nomor
1405/MENKES/SK/XI/ 2002 yaitu 25
ppm
Amonia adalah salah satu bahan kimia yang terdapat di atmosfer secara alami
maupun di produksi oleh manusia. Amonia merupakan gas yang tidak berwarna
dan berbau tajam yang terdiri atas satu molekul nitrogen dan tiga molekul
hidrogen. Komposisi amonia di udara bersih adalah 1 × 10-6%.
Sebagian besar amonia di lingkungan berasal dari pemecahan alami pupuk
kandang, tanaman dan hewan mati. Emisi amonia mulai terjadi dari sumber
terkecil yaitu pertanian dan peternakan serta dipengaruhi oleh kondisi
meteorologi.
Pada tahapan analisis dosis Nilai RfC hanya sebagai referensi, jika dosis yang
respons ini adalah diterima manusia melebihi RfC, maka
menentukan hubungan kemungkinan untuk mendapatkan risiko juga
antara dosis suatu agen lebih besar. Namun dosis RfC tidak otomatis
dengan efek kesehatan mengganggu kesehatan dan sebaliknya dosis di
bawah RfC tidak otomatis aman karena RfC
dengan menetapkan diturunkan dengan menyertakan unsur-unsur
kuantitas toksisitas risk agen. ketidakpastian. Suatu toksik yang RfCnya kecil
Toksisitas dinyatakan sebagai berarti risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan
besar (Taqwim, 2013).
Rate atau laju SKIL
inhalasi yang
digunakan pada
penelitian ini
adalah 0,83
m3/jam yaitu
nilai default yang
digunakan untuk
orang dewasa
dengan durasi
pajanan lifetime
atau durasi
pajanan seumur
hidup.
Menurut Keputusan Menteri Komunikasi risiko merupakan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor tindak lanjut apabila
Manajemen risiko tidak termasuk 876/Menkes/SK/ VII/2001, ditemukan agen risiko dalam
dalam langkah ARKL, namun tindak
lanjut yang harus dilakukan bila hasil komunikasi risiko merupakan upaya batas tidak aman. Namun jika
karakterisasi menunjukkan risiko yg
untuk menginformasikan dan masih aman, komunikasi risiko
tidak aman.
menyarankan masyarakat tentang tidak perlu dilakukan.
hasil analisis risiko dan dampaknya,
Dari hasil analisis risiko kesehatan Pekerja dengan berat badan 55 kg ke atas
lingkungan diketahui bahwa intake ≤ RfC akan berada dalam batas aman jika
sehingga pajanan amonia sebesar 0,01009 konsentrasi gas amonia masih sama
mg/m3 (0,014515 ppm) secara inhalasi
pada pekerja di Rumah Pemotongan seperti hasil penelitian. Namun jika berat
Hewan Pegirian Surabaya dengan berat badan pekerja kurang dari 55 kg
badan 55 kg masih aman untuk frekuensi
pajanan 250 hari/tahun hingga 30 tahun dikhawatirkan akan meningkatkan risiko
mendatang. Sehingga tidak perlu adanya bahaya akibat amonia. Untuk
pengelolaan risiko.
mempertahankan berat badan yang ideal
diperlukan asupan makanan seimbang
KELOMPOK 8
FIRJATULLAH DANI PRATAMA
MARTERIA ELIA TEGAR YUNIATI
MUHAMMAD NAUFAL AKBAR
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) AKIBAT
TRANSPORTASI KENDARAAN BERMOTOR
DI KOTA SURABAYA
Identifikasi bahaya
RISK AGENT MENURUT RISK QUOTIENTNYA YANG
PALING DOMINAN ATAU BESAR DISETIAP JALAN
UTAMA DI KOTA SURABAYA ADALAH SO2 DAN
YANG PALING TIDAK DOMINAN ATAU KECIL
ADALAH H2S. PENCEMAR INI BERBAHAYA BAGI
KESEHATAN TERUTAMA TERHADAP ORANG TUA
DAN PENDERITA YANG MENGALAMI PENYAKIT
KHRONIS PADA SISTEM PERNAFASAN
KADIOVASKULAR. HAL INI KARENA GAS SO2
YANG MUDAH MENJADI ASAM TERSEBUT
MENYERANG SELAPUT LENDIR PADA HIDUNG,
TENGGOROKAN DAN SALURAN NAPAS YANG LAIN
SAMPAI KE PARU-PARU. SERANGAN GAS SO2
TERSEBUT MENYEBABKAN IRITASI PADA BAGIAN
TUBUH YANG TERKENA.
Analisis dosis respon
KESELURUHAN NILAI RQ UNTUK SETIAP RISK
AGENT DI LOKASI STUDI MENURUT SEGMENTASI
POPULASINYA SELURUHNYA MENUNJUKKAN
DIATAS 1 (SATU). HAL ITU BERARTI BEBERAPA
GAS DI UDARA YANG BERASAL DARI KENDARAAN
BERMOTOR SANGAT BERISIKO DAN
MEMBUTUHKAN PENGENDALIAN. KEMUNGKINAN
EFEK TOKSISITASNYA BARU DIRASAKAN 6
(ENAM) TAHUN KEDEPAN BAGI ANAK-ANAK DAN
30 TAHUN BAGI IBU RUMAH TANGGA SERTA
PEKERJA LAKI-LAKI.
Analisis Pajanan
Karakteristik Risiko
KADAR SO2 TERTINGGI DI JALANBUNDARAN WARU
SEBESAR 4,3 MG/M3 , KADAR H2S TERTINGGI DI
BUNDARAN WARU YAITU 2.10, KADAR NO2
TERTINGGI DI JALAN A. YANI YAITU 4.1, DAN
KADAR TSP TERTINGGI DI BUNDARAN WARU YAITU
2.46 RISK AGENT BERDASARKAN NILAI FREKUENSI
KARAKTERISTIK RISIKONYA YANG PALING BESAR
RATA-RATA DISETIAP JALAN UTAMA DI KOTA
SURABAYA ADALAH ZAT SO2 DAN TERENDAH H2S.
KETIGA, SELURUH LOKASI JALAN UTAMA DI KOTA
SURABAYA TIDAK AMAN UNTUK DIJADIKAN
TEMPAT TINGGAL .
Pengendalian Risiko
PENGENDALIAN DENGAN MENGGALAKKAN
PROGRAM LANGIT BIRU, MENGGALAKKAN
PENANAMAN TUMBUHAN, MELARANG PENDUDUK
UNTUK BERTEMPAT TINGGAL DI SEPANJANG JALAN
UTAMA, DAN PENDUDUK BISA PINDAH KE TEMPAT
YANG LEBIH AMAN DARI PAPARAN RISK AGENT
KARENA MANAJEMEN RISIKO YANG DILAKUKAN
TERKAIT PENGURANGAN KONSENTRASI DAN
WAKTU PAJANAN (TE DAN FE) SUDAH TIDAK
REALISTIK, ATAU DAPAT JUGA DENGAN
PENGGUNAAN MASKER, NAMUN HANYA BERSIFAT
SEMENTARA.
Komunikasi Risiko
KOMUNIKASI RISKO YANG DAPAT DILAKUKAN
DENGAN MELALUI MEDIA SEPERTI RADIO DAN
SEBAGAINYA.
STUDI KASUS ARKL
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS
KARBON MONOKSIDA (CO) PADA PETUGAS PENGUMPUL TOL DI SEMARANG
Sumber:
Jurnal Kesehatan Masyarakat: Studi kasus arkl Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Gas
Karbon Monoksida (Co) Pada Petugas Pengumpul Tol Di Semarang
IDENTIFIKASI BAHAYA:
Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara
spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan.
Pada jurnal yang kami gunakan, untuk langkah identifikasi bahaya. Agen risiko berbahaya adalah gas CO.
Media lingkungan yang berpotensi untuk terkontaminasi oleh agen risiko adalah udara. Pajanan gas CO pada
kadar rendah dapat menyebabkan perubahan neorologik, aktivitas menurun, kenaikan hemotokrit dan
perubahan pada fetus atau janin bagi wanita hamil. Sedangkan pajanan pada kadar tinggi atau dampak akut
pajanan gas CO dapat menyebabkan kematian. Gas CO yang masuk ke dalam tubuh dapat terikat lebih kuat
dengan hemoglobin dalam membentuk karboksihaemoglobin (COHb). Hal ini mengakibatkan terhambatnya
pasokan oksigen ke dalam tubuh.
Pegukuran yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
menunjukkan konsentrasi CO di empat gerbang tol yaitu gerbang tol Tembalang, gerbang tol Manyaran,
gerbang tol Gayamsari, dan gerbang tol Muktiharjo masing-masing sebesar 14.887 µg/m3 , 12.597 µg/m3 ,
12.597 µg/m3, dan 10.307 µg/m3. 11 Nilai ini sebagian besar melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh WHO
dan mendekati baku mutu kualitas udara yang ditetapkan dalam SK Gubernur Jawa Tengah No. 8 tahun 2001
tentang Baku Mutu Udara Ambien Provinsi Jawa Tengah yaitu 15.000 µg/m3.
IDENTIFIKASI SUMBER:
Identifikasi sumber adalah langkah yang digunakan
untuk mengetahui sumber agen risiko berasal.
Pada jurnal yang kami pakai, sumber dari agen risiko
yakni gas CO berasal dari emisi kendaraan yang yang
melintas dan mengantre di beberapa gerbang tol seperti
di gerbang tol Manyaran, Tembalang, Gayamsari, dan
Muktiharjo.
ANALISIS PAJANAN:
Langkah ini bertujuan untuk mengukur atau menghitung intake / asupan dari agen
risiko. Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda. Data
yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil
pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri)
atau data sekunder, dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau
menggunakan nilai default yang tersedia.
Pada jurnal yang kami gunakan, menunjukkan bahwa setiap responden bekerja selama
8 jam pada setiap shift. Umumnya responden bekerja selama 1 shift/hari sehingga
waktu pajanan yang digunakan dalam menghitung nilai asupan atau intake gas CO
adalah 8 jam/hari. Responden bekerja selama 20-24 hari dalam 1 bulan sesuai
pergantian shift sehingga frekuensi pajanan dalam menghitung nilai asupan atau
intake gas CO menggunakan rata-rata frekuensi setiap responden yaitu 22 hari dalam
1 bulan. Frekuensi pajanan selama 1 tahun adalah 264 hari.
ANALISIS DOSIS RESPON:
Langkah ini bertujuan untuk mencari nilai RfD, dan/atau RfC,
dan/atau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL, serta
memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen
risiko tersebut pada tubuh manusia. Analisis dosis – respon ini
tidak harus dengan melakukan penelitian percobaan sendiri
namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia.
RfC untuk gas CO adalah 7,667 mg/kg/hari berdasarkan
ketetapan data Integrated Risk Informastion System dari US-EPA.
KARAKTERISTIK RISIKO:
Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan
tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu
yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat
(dengan karakteristik seperti berat badan, laju inhalasi/konsumsi, waktu, frekuensi, durasi
pajanan yang tertentu) atau tidak.
Pada jurnal yang kami gunakan, Rata-rata nilai RQrealtime non karsinogenik gas CO pada
petugas pengumpul tol di Semarang adalah 0,520. Nilai RQrealtime terendah adalah 0,007
dan tertinggi mencapai 0,191. Sedangkan rata-rata RQlifetime adalah 0,134. Nilai RQlifetime
terendah adalah 0,039 dan tertinggi mencapai 0,352.
Hasil perhitungan nilai risiko secara matematis menunjukkan bahwa tingkat risiko dari
pajanan gas Karbon Monoksida (CO) pada saat ini (realtime) dan selama 30 tahun (lifetime)
pada petugas pengumpul tol Semarang belum menunjukkan risiko non karsinogenik akibat
pajanan gas CO (RQ ≤ 1) atau dapat dikatakan tingkat risiko akibat pajanan gas CO masih
aman.
PENGELOLAAN RISIKO: KOMUNIKASI RISIKO
Untuk manajemen risiko pada studi kasus Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi
jurnal yang kami gunakan, bisa dilakukan risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko), pemerintah,
dengan pendekatan teknologi seperti dan pihak yang berkepentingan lainnya.
penanaman tanaman penyerap polutan di
sekitar jalan tol dan juga penggunaan APD Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan
seperti masker bagi pekerja tol. ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau
pihak yang menyebabkan terjadinya risiko. Komunikasi risiko
Mata Kuliah: ARKL dapat dilakukan melalui media komunikasi seperti , televisi,
Dosen Pengampu: Dr. Elvi Sunarsih, S.KM., M.Kes radio, ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan
geographical information system (GIS).
Kelompok 9:
Dinda Vianka 10031382025062
Karina Handini 10031282025038
M. Ricko 10031282025050
PAPARAN ZAT KIMIA DARI
Dampak Kesehatan :
ASAP ROKOK ELEKTRIK
Peny
empitan atau pengentalan darah
YANG BERBAHAYA BAGI
KESEHATAN REMAJA Merusak jaringan otak
Kerusakan jantung
1. Identifikasi Bahaya Kerusakan paru-paru
Kerusakan pada hati
Bahaya kimia : Larutan propylene glycol, Sakit tenggorokan dan asma
glycerol, nikotin, dan perisa (flavoring) Penurunan fungsi paru-paru
Media lingkungan : Udara
Besaran kadar zat kimia : 2. Analisis Pajanan
1.Kadar total nikotin dalam uap yang Remaja yang merokok menggunakan
3. Analisis Dosis Respon
dihasilkan bervariasi dari 0,5 hingga rokok elektrik dapat terpajan dan juga
15,4 mg dengan sebagian besar rokok menyebabkan orang lain ikut terpajan
elektrik dianalisis secara efektif asap rokok yang mengandung zat kimia
mengirimkan nikotin selama 150-180
pada isapan pertama. ketika ia merokok setiap harinya.
2.Kadar propilen glikol berkisar
60%-90% dan gliserol lebih dari 15%
dalam e-liquid rokok elektrik. Jalur Pajanan
Inhalasi (Pernapasan)
Asap rokok masuk ke dalam paru-paru melalui
Agen
RfC Efek Kritis dan
hidung dengan melalui proses penyaringan oleh
Risiko Sumber Data
rambut-rambut hidung sehingga zat-zat asing
akan susah untuk masuk ke dalam tubuh, tetapi
Propylene
2 mg
Mild Reversible
Glycol /m3 Sedation (IRIS)
saat asap rokok masuk melalui hidung maka
rambut-rambut hidung tidak bisa untuk
Kelompok 10
Carien Nurislamia 10031282025029
menyaring nya secara sempurna sehingga masih
Aisyah Rachmawati Putri Azhar 10031382025059
ada zat yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu,
Theresia Veronica Simamora 10031382025058
partikel tadi akan langsung menuju trakea dan
kemudian akan masuk ke bronkus dan bronkiolus,
lalu kemudian akan masuk ke alveolus. Di
alveolus terjadi proses pertukaran oksigen, tetapi
karena adanya partikel asing tsb maka hal itu
tidak terjadi dan kemudian terjadilah masalah
kesehatan.
3. Karekteristik Risiko 5. Manajemen Risiko 6. Komuniikasi Risiko
Agen risiko yang terdapat dalam
1.Memberikan sanksi tindak pidana
Dengan melakukan sosialisasi
VAPE ini salah satunya adalah
ringan kepada orang yang
atau penyuluhan tentang bahaya
propylene glycol yang merupakan
merokok di lingkungan terbuka (di
vape dan asapnya baik itu bagi
zat yang terdapat dalam asap
area publik). kesehatan maupun bagi
buatan hasil pemanasan ini dapat
lingkungan. Kemudian juga bisa
mengakibatkan beberapa gangguan
2.Harga rokok atau vape harus
dengan menyediakan iklan
dinaikkan untuk mengurangi
layanan masyarakat di tv
kesehatan jika terpapar secara
belebihan yaitu seperti sakit
masyarakat dalam
maupun di billboard di jalanan.
menggunakannya Hal tersebut bertujuan untuk
tenggorokan, asma, dan penurunan
meningkatan pengetahuan
fungsi paru-paru. Oleh karena itu,
agen risiko ini sangat tidak aman
3.Menyediakan ruangan khusus
masyarakat khusus nya remaja
atau area khusus perokok agar
tentang apa saja bahaya asap
dan dapat menjadi risiko kesehatan
asapnya tidak terhirup oleh orang
vape bagi kita dan lingkungan
pada masyarakat yang terkena asap
didekatnya. sekitar kita.
ini.
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) AKIBAT PAPARAN KARBON
MONOKSIDA (CO) MELALUI INHALASI PADA PEDAGANG DI SEPANJANG JALAN
DEPAN PASAR PROJO AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
Kelompok 11 Identifikasi Bahaya
1. Erfi Wardha Lestari
2. Mahwa Savira Digunakan untuk mengetahui
3. Shadena Dola secara spesifik agent risiko yang
ARKL adalah pendekatan untuk berpotensi untuk menimbulkan
gangguan kesehatan apabila
memprakirakan risiko pada
tubuh terpajan.
kesehatan manusia, termasuk
identifikasi terhadap adanya faktor
ketidakpastian, penelusuran pada
pajanan tertentu, memperhitungkan
karakteristik yang melekat pada Potensi bahaya berasal dari bahan kimia
seperti ozon (03), karbon monoksida
agen yang menjadi perhatian dan
(CO),nitrogenoksida (NOx), belerang oksida
karakteristik dari sasaran yang (SOx),hidrokarbon (HC), PM10, dan Timbal
spesifik atau berupa risiko yang (Pb). Yang dapat memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan seperti kanker, sakit
dapat diterima atau di toleransi dan
kepala, pusing, muntah, hingga, kematian.
bentuk pengelolaan risiko yang
diperlukan.
Identifikasi Sumber Analisis
Pemajanan
Salah satu pemicu utama dari keadaan
ini adalah jumlah kendaraan bermotor
dan meningkatnya kemacetan. Sebagai Bertujuan untuk mengenali jalur-jalur
sumber utama polusi udara di pajanan risk agent agar jumlah asupan yang
perkotaan, terjadi peningkatan jumlah diterima individu dapat dihitung.
kendaraan bermotor dengan tajam Konsentrasi gas karbon monoksida pada
setiap tahunnya. Kendaraan bermotor lokasi penelitian memiliki nilai median 33,21
mengeluarkan berbagai jenis gas mg/m3, nilai rata-rata 38,45 mg/m3 dengan
maupun partikel yang terdiri dari nilai maksimum konsentrasi adalah 92,53
berbagai senyawa anorganik dan mg/m3 dan nilai minimum sebesar 8,47
organik dengan berat molekul yang mg/m3. Hasil perhitungan intake
besar yang dapat langsung terhirup menunjukkan bahwa nilai intake non
melalui hidung dan mempengaruhi karsinogenik rata-rata yaitu 2,94 mg/kg/hari
masyarakat yang berada dijalan raya dengan paparan realtime maksimum adalah
dan sekitarnya. Kadar karbon 9,19 mg/kg/hari yang dimiliki oleh responden
monoksida yang tinggi dapat 15, dan minimal 0,03 mg/kg/hari yang
membahayakan kesehatan manusia. dimiliki oleh responden 42.
Sedangkan untuk intake non karsinogenik memiliki nilai rata-rata 4,76
mg/kg/hari dengan paparan lifetime memiliki nilai maksimum 17,50
mg/kg/hari yang dimiliki oleh responden 13, dan minimal 0,46 mg/kg/hari
yang dimiliki oleh responden 47.
Analisis Dosis
Respon
Analisis dosis-respon atau dose-response
asseesment atau toxicity assesment berfungsi Pada kasus paparan karbon
untuk menetapkan nilai-nilai kuantitatif monoksidas (CO), dosis
toksisitas risk agent utnuk setiap bentuk spesi referensi untuk pajanan inhalasi
kimianya. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis atau yang disebut sebagai
referensi (reference dose, RfD) untuk efek–efek reference concentration (RfC)
nonkarsinogenik dan Canser Slope Factor (CSF) untuk karbon monoksida adalah
atau Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek– efek
karsinogenik. Analisis dosis respon merupakan sebesar 0,02343 mg/Kg/hari.
tahap yang paling menentukan karena ARKL
hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang
sudah ada dosis-responnya. Dalam analisis Karakteristik
Resiko
dosis-respon, dosis dinyatakan sebagai risk
agent yang terhirup (inhaled), tertelan
(ingested) atau terserap melalui kulit
(absorbed) per kg berat badan per hari
(mg/kg/hari). Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan
sebagai Risk Quotient (RQ, tingkat risiko)
untuk efek – efek nonkarsinogenik dan
Manajemen Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek–
Risiko
efek karsinogenik. Risiko kesehatan
Adalah upaya yang didasarkan pada informasi
tentang risiko kesehatan yang diperoleh dinyatakan ada dan perlu 62
melalui suatu analisis risiko untuk mencegah,
menanggulangi atau memulihkan efek yang dikendalikan jika RQ>1, jika RQ < 1, risko
merugikan kesehatan oleh pajanan zat toksik.
Hasil perkiraan risiko kesehatan menunjukan tidak perlui dikenddalikan tetapi perlu
bahwa Intakepaparan karbon monoksida (CO)
pada realtime memiliki nilai rata-rata 2,94 dipertahankan agar nilai numerik RQ
mg/kg/hari, sedangkan intake pada lifetime
memiliki nilai rata-rata 4,76 mg/kg/hari. Baik tidak melebihi 1. RQ dihitung dengan
pada karakteristik risiko non karsinogenik atau
risk quotient (RQ) realtimemaupun lifetime, persamaan :
terdapat 5 orang responden (8,6%) tidak aman
atau berisiko dari total 58 responden. Komunikasi
Risiko
Perlunya sosialisasi dari instansi terkait (Dinas
Pasar, Dinas Kesehatan) mengenai pentingnya Dilakukan untuk
pemeriksaan kesehatan secara rutin dan menyampaikan informasi risiko
berkala bagi pedagang berisiko di jalan depan
Pasar, dan diperlukan adanya sosialisasi yang pada masyarakat (populasi
lebih masif dari instansi terkait kepada yang berisiko), pemerintah,
masyarakat berisiko terkait bahaya polusi udara
dan pencegahan diri dari risiko keterpaparan dan pihak yang
karbon monoksida melalui penjadwalan waktu berkepentingan lainnya.
kerja dalam hari dan dalam minggu.
Identifikasi bahaya
· Bahaya Kimia : Timbal (Pb)
· Media : Kerang Kalandue (Polymesoda erosa)
· Besaran Konsentrasi : Kadar timbal dalam kerang diperiksa
menggunakan metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS),
dengan hasil pemeriksan yaitu 0,2016, 0,6428, 0,5816 mg/kg. hal ini
menunjukkan bahwa kadar timbal dalam kerang kalandue
(Polymesoda erosa) masih berada di bawah nilai ambang batas yaitu
1,5 mg/kg10 .
ANALISIS RISIKO KESEHATAN
LINGKUNGAN AKIBAT PAJANAN
TIMBAL (Pb) PADA MASYARAKAT YANG
MENGONSUMSI KERANG KALANDUE
(Polymesoda erosa) DARI TAMBAK
SEKITAR SUNGAI WANGGU DAN MUARA
TELUK KEDARI
identifikasi sumber Nengsih
1003128202503
Anisa Oktapia
10031182015009
Muhammad Raga
10031282025057
Terdapatnya timbal pada perairan
tambak sekitar Sungai Wanggu dan
muara Teluk Kendari, di sebabkan Analisi pemajanan
sumber air yang digunakan untuk
mengairi tambak tersebut berasal dari · Jalur pajanan : ingesti (tertelan)
Teluk Kendari dengan memanfaatkan · Konsentrasi risk agent : 0,4753
pasang surut air laut mg/kg
Keberadaan timbal dalam jaringan · Laju asupan : 45,245 gr/hari
kerang, di sebabkan kerang merupakan · Waktu pajanan : 10 tahun
salah satu biota air yang dapat · Frekuensi pajanan (Pb) : 40
mengakumulasi logam lebih besar dari hari/tahun
pada hewan air lainnya
karakteristik risiko
Karakteristik risiko dilakukan untuk
membandingkan hasil analisa paparan (intake)
dengan nilai dosis acuan (RfD)
Untuk mencari tingkat risiko (RQ) dengan hasil
perhitungan intake dibagi dengan nilai RfD,
sehingga di dapat nilai RQ adalah 0,004008005
Dari hasil perhitungan di atas dapat dikatakan
bahwa pada saat ini populasi masyarakat bantaran
Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara masih aman
atau tidak berisiko mengonsumsi kerang yangbal
dalam jaringan kerang, di sebabkan kerang
merupakan salah satu biota air yang dapat
mengakumulasi logam lebih besar dari pada
hewan air lainnya
Manajemen risiko
Analisi Dosis Respon Dalam Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL) prinsip pengelolaan risiko dilakukan
Rfd : 0,004 mg/kg/hari apabila tingkat risiko (RQ) > 1.
Dari hasil perhitungan didapatkan tingkat
risiko untuk individu dan populasi masyarakat
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara <
1. Ini berarti masyarakat bantaran Sungai
Wanggu Kelurahan Lalolara masih aman dan
tidak berisiko dalam mengonsumsi kerang
yang berasal dari tambak sekitar Sungai
Wanggu dan muara Teluk Kendari, sehingga
belum perlu untuk dilakukannya manajemen
risiko.
Komunikasi risiko
Komunikasi risiko adalah kegiatan menyampaikan informasi
diantara pihak-pihak yang terlibat tentang: tingkat resiko
kesehatan atau lingkungan, pemaknaan kesehatan, lingkungan
dankeputusan dan yang terakhir adalah kegiatan atau kebijakan
yang ditujukan untuk mengelola dan mengontrol resiko kesehatan
atau lingkungan.
KELOMPOK 13
Amrina Rosyada
Deva Putri Aliza
Yuke Agilia Putri
RISIKO KESEHATAN PAJANAN BENZENE PADA PEKERJA DI BAGIAN
LABORATORIUM INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI
IDENTIFIKASI BAHAYA ANALISIS PAJANAN
NAB (Nilai Ambang Batas) Benzena Agency for Toxic Substances and Diseases Register
menurut Peraturan Menteri Tenaga (ATSDR), menerangkan bahwa bahan kimia
Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 berbahaya dan beracun di dalam kandungan
Tahun 2011 adalah 0,5 ppm. minyak yaitu benzena, toluene, ethylene, xylene,
Sedangkan PSD (Paparan Singkat Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs), dan
Diperkenankan) ialah 2,5 ppm Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)
Berdasarkan hasil monitoring PT. Menurut Aksoy (1991), bila tubuh terpajan oleh
Pertamina RU IV Cilacap pada September Benzena dapat mengakibatkan depresi pada
2012, diperoleh kadar benzena di area bagian sumsum tulang (bone marrow), sehingga
laboratorium sebesar 0,06-0,8467 ppm. akan menghambat proses produksi sel-sel darah
sehingga muncul berbagai gangguan kesehatan
Mirisnya sebagian besar para pekerja seperti anemia (penurunan eritrosit),
laboratorium tidak menggunakan APD hrombocytopenia (penurunan krombosit), serta
(Alat Pelindung Diri) saat beraktivitas leukopenia (penurunan leukosit)
seperti makan di dalam laboraturium
Pajanan akut benzene pada tempat kerja di bagian
IDENTIFIKASI SUMBER laboraturium industri pengolahan minyak bumi,
bisa mengakibatkan narcois, mengantuk,
Sumber benzena pada udara ambien kebingungan, pusing bahkan sakit kepala,
umumnya meliputi asap rokok, tremors, hingga bisa kehilangan sedarannya.
pembakaran dan proses pembakaran
penguapan bensin yang mengandung ANALISIS DOSIS RESPON
benzena (> 5%), industri petrokimia
Untuk risiko non karsinogenik digunakan nilai
Benzena dihasilkan dari proses dosis referensi untuk inhalasi (RfC) yang
pengujian sampel melalui pembakaran ditetapkan oleh IRIS (Integrated Risk Information
atau pemanasan sampel. System) dari US EPA yaitu sebesar 0,03 mg/ m3,
kemudia dikonversi menjadi sebesar 0,0085
Hal ini membuat benzena menguap ke mg/kg/hari.
udara yang berisiko terhirup oleh para
pekerja yang bekerja di area Sedangkan, untuk risiko karsinogenik digunakan
laboratorium, terutama pekerja yang nilai Cancer Slope Factor (CSF) yaitu sebesar 0,027
tidak menggunakan APD (mg/kg/hari)-1. Nilai ini merupakan nilai yang
telah ditetapkan oleh IRIS, US EPA yang
merupakan nilai tetap untuk setiap populasi.
KELOMPOK 13 MANAJEMEN RISIKO
Amrina Rosyada Dari jurnal tersebut konsentrasi aman benzene
Deva Putri Aliza untuk pekerjaan sepanjang hayat (30 tahun)
Yuke Agilia Putri adalah 0,118 mg/m3 atau sama dengan 0,03 ppm.
KARAKTERISTIK RISIKO Lama pajanan yang aman untuk pajanan
sepanjang hayat (30 tahun) adalah 3,3 jam/hari.
Keberadaan benzene di udara area Frekuensi pajanan yang aman untuk pajanan
laboratorium yang melebihi dosis aman sepanjang hayat (30 tahun) adalah 109 hari/tahun.
dapat membahayakan kesehatan pekerja
yang bekerja di area tersebut karena Selanjutnya, untuk durasi pajanan yang aman
sifatnya yang toksik/beracun. untuk sepanjang hayat (30 tahun) adalah 12,35
tahun.
Efek pajanan akut akibat benzene
dengan konsentrasi tinggi dapat segera Sedangkan hasil perhitungan manajemen risiko
terjadi pada sistem syaraf, kulit, sistem terkait risiko efek karsinogenik akibat benzene di
pernapasan dan pencernaan. Laboratorium PT. Pertamina RU IV Cilacap
dihasilkan bahwa konsentrasi aman benzene
Reaksi anestesi benzene di pusat sistem untuk pajanan sepanjang hayat (30 tahun) adalah
saraf mirip dengan gas anestesi lain, 0,058 mg/m3 atau sama dengan 0,02 ppm.
pertama merangsang eksitasi diikuti
oleh depresi dan jika pajanan terus Lama pajanan yang aman untuk pekerjaan
terjadi, kematian dapat terjadi karena sepanjang hayat (30 tahun) adalah 1,6 jam/hari.
kegagalan pernapasan Frekuensi pajanan aman adalah 54 hari/tahun.
Dan durasi pajanan yang aman adalah 6,1 tahun
Benzene dapat menimbulkan kelainan
cytogenetic di dalam sumsum tulang
yang akan menyebabkan kanker
leukimia.
Leukimia adalah suatu keganasan
hematologic yang diakibatkan oleh
proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai
tingkatan sel induk hemopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif dari
kelompok sel ganas ke dalam sumsum
tulang kemudian sel leukimia beredar
secara sistemik.
KOMUNIKASI RISIKO
Dari kegiatan tambang ada berbagai hal
yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya risiko salah satunya dengan
komunikasi risiko, adapun dimulai dari
membahas terkait hal yang bisa menjadi
permasalahan risiko terjadinya suatu
hal, pencegahan nya dan juga
bagaimana untuk menghindari
terjadinya risiko tersebut dengan
memberikan sosialisasi, himbauan dll
ANALISIS RESIKO 2. Analisis pajanan 3. Analisis dosis respon
PAJANAN PESTISIDA
Petani melon di desa curut Agen Resiko RfC Efek Kritis dan
TERHADAP terpajan pestisida karena Sumber Data
KESEHATAN PETANI penyemprotan pestisida yang
dilakukan selama 8 jam/hari. Phosphoric 0,01 Bronchiolar
DI DESA CURUT Fibrosis (IRIS)
Jalur pajanan : acid mg/m'3
1.Identifikasi Bahaya 1. Inhalasi (pernafasan)
Bahaya kimia : Pestisida Proses penutupan dan
Media Lingkungan : Udara penyimpanan pestisida yang
Besaran Konsentrasi: bahan kurang tepat
aktif lebih dari 75% berjumlah Tidak menggunakan masker
lebih dari 9 jenis bahan aktif. saat pencampuran dan
seperti: penyemprotan pestisida
Kurang memperhatikan arah
Abamectin angin saat penyemprotan
Imidaclopid
Phosphoric Acid ,dll. 2. Injesti (Pencernaan)
Gejala Gangguan Kesehatan: Makanan dan minuman
Mudah lelah dan gelisah yang terpapar residu
sakit kepala pestisida di lahan pertanian
muntah
diare 3. Dermal (Kulit)
nyeri dada Tidak menggunakan APD
penglihatan kabur,dll saat pencampuran dan
penyemprotan pestisida
Kelompok 14 Kesling20
Yunida Zhafirah 10031182025003
Amalia Khairunisyah 10031282025035
Chintia Paks Taulina 10031282025041
4. Karakteristik Resiko 5. Manajemen resiko 6. Komunikasi resiko
1.Petani saat menggunakan Pengadaan penyuluhan atau
sosialisasi tentang bahaya
pestisida memperhatikan pestisida dapat dilakukan oleh
pemerintah atau dinas terkait,
petunjuk pada label yang seperti dinas pertanian.
terdapat pada kemasan.
2.Saat melakukan pencampuran,
perlu memperhatikan jenis Penyuluhan ini bertujuan untuk
pestisida yang dicampur yaitu meningkatkan pengetahuan
bahan aktifnya, jumlah pestisida petani dalam menggunakan
yang boleh dicampur, serta pestisida dan mengantisipasi
Penentuan kategori aman untuk ketepatan dosis. atau mencegah resiko bahaya
nilai RQ seharusnya 1
3.Menggunakan alat pelindung diri dari pestisida tersebut.
Dalam penelitian ini semua
responden (petani melon di Desa selama menggunakan pestisida
Curut) mempunyai nilai RQ > 1
4.Pemerintah perlu mengontrol
petani dalam menggunakan
pestisida
kesimpulan:
Karena RQ untuk pajanan Pestisida
> 1 , sehingga dikategorikan tidak
aman dan menjadi resiko
kesehatan pada petani di desa
curut.
ANALISIS RISIKO KESEHATAN 03 analisis dosis
LINGKUNGAN (ARKL)
respons
PARAMETER AIR MINUM UNTUK
PEKERJA DI KABUPATEN 02. Analisis
PASURUAN TAHUN 2017 Pemajanan
01. Pajanan agen kimia dalam
parameter air minum untuk
Identifikasi Bahaya pekerja di Kabupaten
Pasuruan yang masuk ke
Besi (fe) : dalam dosis besar maka dalam tubuh melalui jalur
dapat merusak dinding usus dan ingesti karena melewati
sampai terjadi kematian. sistem pencernaan
Mangan (Mn): Mangan dalam
jumlah tertentu dapat masuk
kedalam darah dan dapat
menembus otak.
Seng (Zn): Didalam air akan
menimbulkan rasa kesat dan
dapat meninmbulkan gejala
muntaber.
Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2):
nutrisi utama bagi pertumbuhan
tanaman dan alga.
04. Karakteristik 06. Komunikasi
resiko
resiko
05. manajemen
Komunikasi risiko terkait air
resiko minum Kabupaten Pasuruan
dengan melibatkan pihak,
Manajemen risiko terkait air DLH, Dinas Kesehatan dan
minum Kabupaten Pasuruan Pemerintah daerah
Kabupaten Pasuruan dalam
yang perlu dilakukan adalah bertanggung jawab terhadap
kualitas air mulai dari sumber
upaya menjaga dan
air minum sampai
kesimpulan : nilai RQ minimal mempertahankan kualitas air dikonsumsi oleh konsumen.
dan RQ maksimal tiap agenrisiko
adalah <1 yang artinya bahwa minum yang dikonsumsi oleh
pada orang dewasa seperti pekerja
di kelompok berisiko dengan para pekerja di Kabupaten
estimasi berat badan 55 kg, laju
asupan pada orang dewasa 1 L/hari Pasuruan serta melakukan
selama 250 hari/tahun untuk
jangka waktu 25 tahun kedepan pemeriksaan secara berkala dan
dikatakan aman
melakukan pengendalian pada
parameter zat pencemar yang
melebihi baku mutu.
ARKL AKIBAT PAJANAN LOGAM PM 2,5 KELOMPOK 17
PADA MASYARAKAT DI PERUMAHAN BLOK
1. Ade Rahma Danita
D ULU GADUT KOTA PADANG 2. Mala Rahmawati
3. Zoharo Fajriah
Latar Belakang Langkah-langkah ARKL
Hasil pengukuran PM2,5 di Perumahan Blok D 1. Identifikasi Bahaya
masih berada dibawah baku mutu udara 2. Analisis Dosis Respon
dalam ruang rumah. Namun, melihat 3. Analisis Pajanan
terdapatnya kandungan logam Cr, Mn, Ni 4. Karakterisasi Risiko
dalam PM2,5 tersebut, maka perlu untuk 5. Manajemen Risiko
memperkirakan risiko paparan logam yang 6. Komunikasi Risiko
akan diterima penghuni rumah di Perumahan
Blok D Nikel (Ni), elemen logam putih keabu-abuan
yang dapat menyebabkan kanker paru dan
1. Identifikasi Bahaya hidung pada manusia. Eksposur akut nikel
menyebabkan pusing, sesak napas, sakit
a) Sumber Bahaya kepala bagian depan, mual, dan muntah yang
biasanya muncul ketika individu terpapar
Senyawa kromium(Cr), Mangan(Mn), dan udara segar. Setelah 12-36 jam mengalami
Nikel(Ni) peningkatan suhu dan sel darah putih. Nyeri
dada, batuk kering, napas pendek, dan
b) Media Penyebar kelelahan ekstrim terjadi. Kematian telah
terjadi 4- 11 hari setelah paparan. Senyawa
Media penyebar konsentrasi logam Cr, Mn, nikel yang dipancarkan pabrik dapat
dan Ni yang akan diteliti adalah PM 2,5. menyebabkan dermatitis bagi individu yang
Penyebaran konsentrasi logam Cr, Mn, dan alergi dengan logam. (Waldbott 1978)
Ni yang terkandung dalam PM 2,5 yaitu
melalui udara ambien yang masuk melalui d) Karakteristik Responden
ventilasi rumah, pintu, dan jendela rumah
Survei kuesioner dilakukan terhadap 139 orang
c) Gejala Kesehatan Yang Potensial penghuni rumah di Perumahan Blok D yang
terdiri dari 90 orang responden dewasa dan 49
Senyawa kromium (Cr) tidak dapat larut dan orang responden anak-anak dengan hasil sbb:
disimpan dalam paru-paru dalam waktu yang
lama. Senyawa kromium (Cr) berperan dalam Berat badan responden dewasa berkisar antara
produksi kanker paru. Senyawa kromium 35-85 kg. Berat badan rata-rata responden
heksavalen yang larut dalam air sangat mengiritasi, dewasa yaitu 58,1 kg. Berat badan anak-anak
korosif dan beracun bagi jaringan tubuh manusia, berkisar antara 5-48 kg. Berat badan rata- rata
logam tersebut menembus jaringan permukaan responden anak-anak yaitu 16,6 kg.
sebelum bereaksi. Sebaliknya, senyawa kromium Waktu pajanan rata-rata di dalam rumah
yang tidak dapat larut, disimpan dalam paru-paru responden dewasa yaitu 18,8 jam. Waktu pajanan
m dalam waktu yang lebih lama dan berperan rata-rata responden anak-anak yaitu 22,5 jam.
dalam produksi kanker paru (Waldbott, 1978) Nilai durasi pajanan untuk perumahan yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam
Keracunan akut senyawa Mangan (Mn) melibatkan pedoman ARKL yaitu 350 hari/tahun.
sistem pernapasan. Keracunan mangan kronis Hasil kuesioner menunjukkan bahwa durasi
mempengaruhi sistem saraf pusat, terutama otak pajanan rata-rata responden dewasa adalah 13,2
tengah antara cerebellum dan cerebral cortex, dan tahun. durasi pajanan rata-rata responden Anak-
benjolan pada korteks otak. Penyakit ini anak adalah 4,6 tahun.
menyebabkan gangguan mental, disorientasi,
gangguan memori dan pengambilan keputusan,
kecemasan akut, bahkan halusinasi dan delusi
2. Analisis Dosis Respon 3. Analisis Pajanan
4. Karakteristik Risiko 5. Manajemen Risiko
Interpretasi tingkat risiko dari logam non- Pengelolaan risiko pada sumber dapat dilakukan
karsinogen adalah jika nilai RQ1 maka, dengan menurunkan nilai konsentrasi di udara
tingkat risiko tidak aman atau berisiko ambien hingga mencapai batas konsentrasi aman
(Direktorat Jendral PP dan PL Kemenkes, dalam pajanan lifetime (Novirsa, 2012)
2012)
Interpretasi tingkat risiko logam karsinogen 6. Komunikasi Risiko
dinyatakan dalam bilangan eksponen tanpa
satuan. Tingkat riisko dikatakan aman jika nilai Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari
ECR Interpretasi tingkat risiko logam karsinogen pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung
dinyatakan dalam bilangan eksponen tanpa jawab dari pemrakarsa atau pihak yang
satuan. Tingkat riisko dikatakan aman jika nilai menyebabkan terjadinya risiko, dalam hal ini
ECR ≤ E-4(10-4). Tingkat risiko dikatakan tidak adalah PT Semen Padang.
aman jika nilai ECR > E-4 (10-4) (Direktorat Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum
Jendral PP dan PL Kemenkes, 2012) E-4(10-4). dan mudah dipahami, serta memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan tanpa ada Petunjuk
Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Halaman 36 yang ‗ditutup - tutupi‘. Komunikasi
risiko dapat dilakukan dengan teknik atau
metode ceramah ataupun diskusi interaktif,
dengan menggunakan media komunikasi yang
ada seperti media massa, televisi, radio, ataupun
penyajian dalam format pemetaan menggunakan
geographical information system (GIS).
KELOMPOK 18 Identifikasi ANALISIS RISIKO
Bahaya KESEHATAN LINGKUNGAN
Nur Fazila 10031282025019
Rizka Tri Ulandari 10031282025034 Media Penyebar KADAR NO2 SERTA
Lutfia Zahra Chairani 10031382025068 KELUHAN KESEHATAN
Padatnya kendaraan di Gerbang Tol PETUGAS PEMUNGUT
bisa meningkatkan polusi, termasuk
kadar NO2. Jumlah kendaraan yang KARCIS TOL
Langkah-langkah meningkat sangat brpengaruh
ARKL terhadap pengeluaran emisi gas
buang kendaraan ke udara.
1.Identifikasi Bahaya
2.Identifikasi Sumber Gejala Kesehatan
3.Analisis Pamajanan
4.Analisis Dosis Respon Gas NO2 dapat merusak tubuh
5.Karakteristik Risiko manusia dan lingkungannya. Jika NO2
6.Manajemen Risiko bertemu dengan uap air di udara atau
7.Komunikasi Risiko didalam tubuh manusia akan
terbentuk segera HNO3 yang amat
merusak tubuh, karena itulah NO2
akan terasa pedih jika mengenai
mata, hidung, saluran pernapasan, &
jantung. Konsentrasi NO2 yang tinggi
dapat mempengaruhi pernapasan
bahkan menyebabkan kematian.
Identifikasi
Sumber
Sumber bahaya dalam kasus ini
adalah senyawa nitrogen dioksida
(NO2) karena padatnya kendaraan
bisa meningkatkan polusi di lokasi tol
Manajemen Karakteristik
Risiko Risiko
ARKL Perhitungan analisis risiko didapatkan Semua petugas pemungut karcis tol
kadar NO2 pada pengukuran score bertugas selama 8 jam/hari. Lama pajanan
Analisis bernilai RQ lebih dari satu, artinya perlu pada petugas pemungut karcis tol ini
Pemajanan adanya pengelolaan risiko untuk berkaitan langsung dengan banyaknya
mengurangi besarnya dampak serta NO2 yang memapar mereka selama
Durasi pajanan sangat berpengaruh memperpanjang durasi pajanan yang bertugas di gerbang tol. Walaupun jumlah
terhadap hasil intake atau asupan. akan berdampak pada responden . intake kadar NO2 yang dihirup setiap hari
Semakin lama petugas bekerja maka Berikut manajemen risiko yang masih kecil dan berada di bawah baku
hasil intake akan semakin tinggi dan disarankan, antara lain: mutu udara ambien, namun apabila kadar
risiko terkena efek kesehatan yang NO2 ini dihirup setiap hari dalam waktu
merugikan akan semakin tinggi pula. Melakukan berbagai upaya yang lama maka akan mempengaruhi
jumlah asupan dari NO2 itu
1 preventif mandiri atau proteksi
Komunikasi
diri untuk menjaga daya tahan Risiko
tubuh. Tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL
dan proses komunikasi ini untuk
Analisis Dosis Memaksimalkan upaya 2 meningkatkan pengetahuan serta
Respon pencegahan yang sudah pemahaman individu dan masyarakat
diterapkan seperti pemakaian tentang risiko ancaman bahaya agar
masker dan pengadaan mereka dapat mengantisipasi dan
ventilasi berupa AC dan mengatasi risiko-risiko yang mungkin
terjadi. Dalam kasus ini, komunikasi
tanaman risiko tanggung jawab dari pemrakarsa
TOL & Badan Lingkungan Hidup
.Analisis dosis respons, tahapan
bertanggung jawab dalam
untuk menetapkan kuantitas Perlu menyampaikan menyampaikan informasi mengenai
hasil pengawasan dan pemantauan
toksisitas risk agent untuk setiap 3 informasi mengenai hasil udara secara berkala
spesi kimia. Toksisitas dinyatakan pengawasan & pemantauan
sebagai dosis referensi, yaitu udara secara berkala.
menggunakan RfC (Reference Pihak yang berwenang dalam
penetapan baku mutu NO2
Concentration) untuk pajanan
hendaknya meninjau kembali
melalui inhalasi. Besar RfC dari kadar nilai baku mutu NO2 yang 4
sudah ditetapkan
NO2 di tetapkan dalam tabel EPA
sebesar 0,02
ANALISIS RISIKO SULFUR DIOKSIDA (SO2)
PADA UDARA KOTA YOGYAKARTA
1.21A3K.0.z1FeiH0i0zl1to3aar00m1ihn3a021i3pSfR81a1oaa28t3fkcu0a28h2n1r02mi592n0H00da2a30wa5s67h0aa.7nti4ah Identifikasi Bahaya
SO2 mempunyai karakteristik
bau yang tajam, tidak berwarna
dan tidak terbakar di udara, Gas SO2 dapat
menyebabkan iritasi bronchus,
bronchiole dan alveoli sehingga
produksi selaput dan lendir
(mucosa) meningkat. Hal ini
akan menyebabkan resistensi
saluran udara pernapasan
meningkat dan akan menyebabkan konstriksi
bronchus.
Analisis Dosisi-Respon
Buku primer standar NAAQS (EPA,1990) yang tersedia untuk SO2 adalah95
μg/Nm3 (arithmetic mean) tahunan. Konsentrasi aman intake untuk RfC
dengan nilai default US-EPA 20 m3/hari diubah menjadi R= 0,83 m3/jam,
waktu pajanan (tE) = 24 jam/hari, frekuensi pajanan (fE) = 350 hari/tahun,
berat badan (Wb) = 70 kg dan periode waktu rata-rata (tavg) = 365/tahun,
maka dapat dihitung Nilai Rfc (Reference Concentration) ini digunakan dalam
perhitungan risiko kesehatan non karsinogenik akibat pajanan SO2 adalah
0,00945 mg/kg/hari dengan berat badan 55 kg dan laju inhalasi 20 m3
/hari (US-EPA).
Analisis Pemajanan
Analisis pajanan
Pada penelitian di jelaskan bahwa Gas SO2 masuk ke
dalam tubuh manusia dapat
melalui hidung (inhalasi) dan mulut dengan
cara bernapas dalam. Semakin lama
bekerja di lingkungan yang
mengandung gas So2
semakin besar pula asupan
gas yang terhirup dan masuk
ke dalam tubuh pekerja.
Karakteristik Risiko
Diketahui hasil nilai RQ pada pajanan SO2 lifetime pada responden
pedagang yang berada di 9 titik pemantauan di Kota Yogyakarta
sebesar 0,571 mg/kg/hari dan pada pajanan realtime sebesar 0,761
mg/kg/hari. Dari hasil yang didapatkan nilai RQ < 1 sehingga
menunjukkan bahwa pada pajanan lifetime dan realtime tidak
berisiko menimbulkan efek kesehatan non karsinogenik pada
pedagang di Kawasan 9 titik pemantauan di Kota Yogyakarta.
Manajemen Risiko
Pada penelitian ada berapa manajen risiko yang dapat di upayakan
dapat mengurangi pajanan So2, antara lain :
1. Mengurangi konsentrasi dari pajanan SO2
2. Melakukan pengurangan waktu kontak pekerja dengan SO2.
3. Mengontrol bahaya yang dapat dilakukan dengan mengurangi
durasi pajanan pada pedagang.
Komunikasi risiko
Risiko yang disebabkan oleh Sulfur Dioksida (SO2) memiliki
risiko bagi kesehatan, agar direncanakan pengendalian dan
pengelolaan seiring bertambah dan meningkatnya jumlah
penduduk, jumlah kendaraan, jumlah industri yang berpontensi
membuat paparan SO2 semakin tinggi. sebaiknya segera
dilakukan upaya agar pengendalian terhadap pedagang
pegawai agar tidak terpapar SO2 secara langsung yang
terbawa oleh angin yang berakibat buruk pada kesehatannya.
Dilakukannya pengurangan jam berjualan atau bergantian
dengan orang lain dalam menjaga toko setiap 6,9 jam.
"Analisis Risiko Pajanan Gas So2 dan No2 Sumber Transfortasi
Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima
Diterminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan"
Analisis Pemajanan Identifikasi Sumber
Jalur Pejanan : Inhalasi (pernafasan) Ada hubungan kosentrasi gas SO2
Waktu Pajanan : Untuk yang sumber transportasi, berat badan
terpajan >7 tahun yang terkena dan lama panajan dengan
gangguan pernafasan adalah 17 ganggungan sistem pernapasan
orang, sedangkan untuk yang
terpajan <7 tahun terdapat 22 IDENTIFIKASI BAHAYA
orang yangmengalami gangguan
pernafasan Bahaya = SO2
Frekuensi Pajanan: < 10 Jam/perhari Media= transportasi
Besaran Konsentrasi : Variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap keluhan
saluran pernafasan adalah variabel
konsentrasi SO2 sumber transportasi
dengan nilai Exp (B) tertinggi yaitu 297,34.
Kelompok
20
Matahari
Erni Iqlima 10031282025025
Nada Aurora 10031182025001
Risma Febri Sari 10031382025075
Mata Kuliah Analisis Kesehatan
Lingkungan
Dosen Pengampuh: Dr. Elvi
Sunarsih,S.KM.,M.Kes
Analisis Dosis Respon: RFC 0,0125 mg/kg/hr
Manajemen Risiko Komunikasi Risiko
merupakan proses pengelolaan Komunikasi risiko dilakukan untuk
risiko yang berfungsi meminimilkan menyampaikan infromasi risiko
risiko kesehatan yang dialami
populasi berisiko pada masyarakat (populasi yang
Pengelolaan risiko pada dasarnya berisiko), pemerintah dan pihak
adalah membuat skenario agar berkepentingan lainnya.
tingkat risiko (RQ) < 1
untuk membuat RFC = 1 dapat
dilakukan dengan skenario :
pengendalian risk agent dan
pengendalian waktu pajanan
Karakteristik
Risiko
Karakteristik risiko dilakukan untuk
membandingkanhasil analisi paparan
(Inhalasi) dengan nilai dosis respon
acuan (RFC) .
Untuk mencari tingkat risiko (RQ)
dengan hasil perhitungan Inhalasi
dibagi dengan nilai RFC sehingga
didapatkan nilai RQ: 0,0125.
Nilai RQ yang melebihi 1 menunjukan
bahwa responden tersebut mempunyai
risiko mengalami gangguan saluran
pernafasan, dengan pemaparan terus
menerus, suatu saat responden
tersebut akan mengalami risiko
gangguan saluran pernafasan. Berat
badan orang dewasa 50 Tahun.
WW
Paparan No 2 dan SOS Terhadap Resiko kEesehatan Petugas
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum SPBU di Kota Kediri
Komunikasi Resiko
Komunikasi risiko adalah kegiatan menyampaikan informasi diantara pihak-pihak yang terlibat tentang:
tingkat resiko kesehatan atau lingkungan, pemaknaan kesehatan, lingkungan dan keputusan dan yang
terakhir adalah kegiatan atau kebijakan yang ditujukan untuk mengelola dan mengontrol resiko kesehatan
atau lingkungan.
Indentifikasi Masalah
Analisis Pajanan Tambahkan sedikiBahaya kimia: NO2 DAN SO2
Media : Emisi kendaraan yang menyebabkan udara terrcemar dan
Isi Jalur pajanan: menghirup uap bahan bakar
Bahaya kimia: NO2 DAN SO2
udara Media : Emisi kendaraan yang menyebabkan udara tercemar dan
uap bahan bakar
Waktu pajanan : 8 jam/hari. Besaran Konsentrasi: Kadar N02 dan So2 di udara di ukur sebanyak
tiga kali pengukuran yakni pagi, siang, dan sore hari. Setiap
Laju inhalasi : 0,61 m3 /jam pengukuran dilakukan selama 1 jam. Pengukuran dilakukan pada
lokasi yang konsentrasi pencemarnya tinggi dan mewakili wilayah
Frekuensi Pajanan: 336 studi yaitu area antara pompa tangki bahan bakar dan kantor.
Pengukuran dilakukan oleh petugas dari PT. Global Quality Analitical
hari/tahun. dengan alat impinger. Sampel udara NO2 dan SO2 dianalis dengan
metode Saltzman dan Pararosanilin. Data diperoleh yaitu
Konsentrasi NO2 di SPBU 74.931.10 masih di bawah nilai NAB NO2
sebesar 400 µg/Nm3 (1 jam) dan konsentrasi SO2 di SPBU 74.931.10
masih jauh di bawah nilai NAB SO2 sebesar 900 µg/Nm3 (1 jam).
t
Identifikasi Sumber
Analisis Dosis-Respons
Penggunaan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi untuk (RfC) untuk NO2 sebesar
memperlancar dan membantu kegiatan masyarakat semakin meningkat. 0,02 mg/kg/hari
Begitupun penggunaan bahan bakar yang semakin banyak. Hal peningkatan (RfC) untuk SO2 sebesar
jumlah kendaraan, dimana tingginya aktivitas kendaraan mengakibatkan 0,21 mg/kg/hari
jumlah emisi yang dikeluarkan semakin banyak pula. Hal inilah yang memicu
semakin buruknya kualitas udara akibat pencemaran udara ambien dari hasil
emisi kendaraan bermotor yang tidak sempurna. Indeks kualitas udara dihitung
berdasarkan dua pencemar yaitu nitrogen dioksida (NO2) untuk emisi
kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin dan sulfur dioksida (SO2) KELOMPOK 21
untuk emisi kendaraan diesel dengan bahan bakar solar. Deva Puspita
M.Raihan fadli
Semakin tinggi pengguna kendaraan bermotor maka intensitas pengisian bahan Neanatasia Br Tarigan
bakar juga meningkat. Petugas SPBU berisiko tinggi terpapar dengan polutan
berbahaya baik dari emisi kendaraan maupun uap bahan bakar. Meskipun NO2
dan SO2 memiliki efek non karsinogenik, zat tersebut tetap bersifat iritan yang
menyebabkan gangguan saluran pernafasan secara kronis.
Manajemen Risiko
Dalam Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
prinsip pengelolaan risiko dilakukan apabila tingkat
risiko (RQ) > 1.Dari hasil perhitungan didapatkan tingkat
risiko untuk prtugas SPBU DI KOTA KENDARI . Ini berarti
petugas SPBU masih dalam kondisi aman dan masih
memenuhi Baku Mutu Udara Ambien Nasional dalam
waktu singkat, tetapi sebaliknya akan berisiko tinggi
terhadap kesehatan jika operator terpapar dalam waktu
yang lama dan terus menerus. Perlu dilakukan upaya
pemantauan, pengawasan, dan pengendalian polusi
udara. Serta kebijakan penggunaan Alat Pelindung Diri
untuk meminimalisir pajanan polutan ambien.
Karakteristik Risiko
Operator SPBU 74.931.10 memiliki nilai RQ NO2 tertinggi
pada siang hari sebesar0,31775 (RQ<1). Dan nilai RQ SO2
tertinggi pada pagi hari sebesar 0,00275 (RQ<1).
Hasilperhitungan besar risiko belum ada operator yang
memiliki RQ>1. Besarnya rata-rata nilai RQ (real time)
yang diperoleh adalah RQ<1. Hal ini dipengaruhi oleh
intake yang diterima operator SPBU 74.931.10 masih
rendah. Artinya, besar risiko pajanan NO2 dan SO2 di
udara ambien pada operator SPBU 74.931.10 dengan
nilai konsentrasi NO2 tertinggi pada siang hari sebesar
153.7 μg/Nm3 dan nilai konsentrasi SO2 tertinggi pada
pagi hari sebesar 14.01 μg/Nm3 masih dalam kondisi
aman bagi operator.
Kelompok 21
Deva Puspita (10031382025061)
Neanatasia Br Tarigan (10031282025044)
M.Raihan Al-Fadli (10031382025067)
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN
PAJANAN DEBU KAYU PADA PEKERJA DI
INDUSTRI MEBEL CV. CITRA JEPARA
KABUPATEN SEMARANG
KELOMPOK 22
Nama Kelompok:
1.Sulthan Rajan Taqiy Menako 10031382025056
2. Jusmini 10031182025016
3. Aulia Gusti Prameswari 10031282025039
Mata Kuliah: Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Dosen Pengampu: DR. Elvi Sunarsih, S.KM., M.Kes
Identifikasi Sumber
CV. Citra Jepara melakukan pengujian untuk pertama kalinya
terhadap konsentrasi debu total di setiap unit produksinya.
Hasil pengujian didapatkan bahwa kadar debu total tertinggi
terdapat pada bagian sanding (pengamplasan) yaitu sebesar
3,953 mg/m3. Meskipun masih berada di bawah nilai ambang
batas, namun, sebagian besar pekerja mengeluh rasa
ketidaknyamanan terhadap adanya debu kayu, mengeluh
gangguan pernapasan.
Identifikasi Bahaya
Debu yang masuk ke saluran nafas menyebabkan timbulnya
reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa batuk, bersin,
gangguan transport mukosilier dan fagositosisoleh makrofag.
Iritasi kulit juga akan berpengaruh akibat efek akut dari debu.
Efek kronis dapat muncul setelah terjadinya kontak atau pajanan
selama beberapa hari, minggu, bulan, bahkan dalam tahun.
Analisi Dosis Respon
Konsentrasi rata-rata TSP yaitu sebesar 21,5 mg/m3
sehingga melebihi baku mutu (Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan FaktorKimia di Tempat Kerja).
Karakteristik Risiko
Pada risiko non karsinogenik dan karsinogenik pajanan
realtime, seluruh responden dinyatakan masih aman.
Namun, pajanan lifetime non karsinogenik terdapat 17
orang (56,67%) responden berisiko sedangkan untuk
karsinogenik terdapat 3 orang (10%) dinyatakan berisiko.
Analisis Pemajanan
pekerja yang bekerja di CV. Citra Jepara pada unit sanding mayoritas
perempuan, rata-rata responden memiliki usia ≥40 tahun, rata-rata
berat badan sebesar 57,6 kg. Lama pajanan pekerja yaitu lebih dari 8
jam/hari, durasi pajanan lebih dari 5 tahun, dan frekuensi pajanan
adalah 298 hari/tahun.
Rata-rata konsentrasi debu total di unit sanding yaitu 21,5 mg/m3 .
Konsentrasi tersebut berada di atas baku mutu yang telah
ditetapkan. Nilai asupan pekerja unit sanding selain dipengaruhi
odleiphelnagmaaruphaAijaonnleahanl,bifesrseiaksruneDynasoikposnaijssaennRatnrae, sdsiapTnSodPnudriausinpitaSjaannadninjugg.a
Lama pajanan dan frekuensi pajanan sudah melebihi batas yang
ditentukan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sedangkan
durasi pajanan rata-rata pekerja bekerja yang sudah cukup lama
maka sebanding apabila asupan yang masuk ke pekerja tergolong
cukup tinggi.
Manajemen Risiko
Cara pengelolaan risiko dapat dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu
pendekatan teknis dan pendekatan administratif.
Pendekatan secara teknis dapat dilakukan dengan memantau
kondisi lingkungan kerja melalui pengukuran kadar debu udara
untuk jangka waktu tertentu dan dilakukan secara berkala,
khususnya di tempat yang potensial menghasilkan debu.
Pengaturan ulang posisi exhaust fan yang benar dan sesuai.
Pengelolaan secara administratif yaitu melalui upaya
pengurangan lama waktu dan frekuensi pajanan hingga batas
aman bisa dilakukan dengan penyusunan ulang jadwal kerja.
Komunikasi Risiko
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia, perlu mendapat perhatian
khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerjanya.
Upaya perlindungan tenaga kerja perlu diterapkan karena berhubungan
dengan kesehatan tenaga kerja. Pengelolaan lingkungan kerja dapat
mendukung terselenggaranya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
tenaga kerja (Budiono, 2007:1).
Debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan
kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru,
bahkan dapat menimbulkan keracunan umum dalam kondisi tertentu.
Salah satu industri yang berkembang di masyarakat dan menghasilkan
bahan buangan partikulat berupa debu adalah industri mebel yang
umumnya informal karena tumbuh dan berkembang sebagai bentuk
usaha home industry. Kebiasaan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
berupa masker, dapat menurunkan resiko gangguan fungsi paru pada
karyawan yang terpapar debu.
Identifikasi Analisis Analisis
Bahaya Pajanan Dosis
Bahaya kimia : Masyarakat wilayah TPA sukawinatan terpajan Respon
Hidrogen Sulfida (H2S) H2S dan NH3 karena tinggal di wilayah
merupakan gas yang berasal dari pembusukan sekitaran TPA
sampah organik dan memiliki bau seperti telur Jalur Pajanan :
busuk. memiliki ciri tidak berwarna, sangat
beracun dan mudah terbakar. Inhalasi (pernafasan)
Amonia (NH3) Masyarakat yang hidup di daerah yang terpajan tidak
berasal dari produk manusia dan alami, gas ini menggunakan masker sehari-hari.
merupakan gas tidak berwarna yang memiliki
bau tajam. Injesti (pencernaan)
Media Paparan : Makanan dan minuman yang terpapar
udara
Dermal (kulit)
Besaran Konsentrasi :
Konsentrasi H2S tertinggi yaitu 0.002 mg/m3 Tidak menggunakan APD saat bekerja di TPA dan
dan terendah 0,001 mg/m3 masyarakat yang tinggal disekitar TPS
Konsentrasi NH3 tertinggi yaitu 0,031 mg/m3
dan terendah 0,013 mg/m3
Gejala Gangguan Kesehatan :
Sesak nafas
Nyeri dada
Sembab paru
Batuk darah
Karakteristik Manajemen Komunikasi
Risiko Resiko Resiko
Manajemen risiko untuk mengatasi Dapat dengan melibatkan
pemerintah, terutama Dinas
keterpaparan masyarakat secara lingkungan hidup dalam
mengawasi langsung secara
terus menerus antara lain dengan berkala dan memberitahu
masyarakat untuk melakukan
meningkatkan pengawasan aktivitas di luar kawasan TPA
Sukawinatan agar waktu dan
Definisi : langsung secara berkala oleh frekuensi paparan H2S dapat
berkurang.
Berdasarkan tabel 5, Risk Quotient pemerintah dan menyediakan alat
(RQ) untuk NH3 semuanya berada
dibawah 1 yakni berkisar 0,062-0,147. pengelolaan sampah seperti
Kesimpulan : excavator atau buldozer untuk
H2S masih di bawah baku mutu, namun memaksimalkan pengelolaan
tingkat risiko tidak aman masih
ditemukan pada beberapa responden. sampah. Melakukan pemantauan
Sedangkan paparan NH3 untuk saat ini
masih tergolong aman. kualitas udara secara berkala
terkait H2S dan mengubah sistem
pengelolaan menjadi sanitary
landfill.
ARKL PARAMETER AIR MINUM UNTUK
PEKERJA DI KABUPATEN PASURUAN
TAHUN 2017
Mata Kuliah : Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan Identifikasi Bahaya
Dosen Pengampu : Dr. Elvi Sunarsih, S.KM., M.Kes.
Kelompok 24 : sumber air yang akan digunakan untuk
1. Shinta Azizah (10031282025024) air minum, yang pada dasarnya sumber
2. Fadila Suci Amalia (10031282025043) air di Kabupaten Pasuruan adalah air
3. Era Wahyu Nursandi (10031382025065)
tanah, sehingga perlu adanya filtrasi pada
Analisis Dosis Respon air tanah Kabupaten Pasuruan.
Peningkatan kadar Fe sendiri terjadi
Besi (Fe) dengan RfD karena air tanah sendiri memiliki
0.3mg/kg/hari bisa kandungan Fe
menimbulkan efek yang permukaan. yang tinggi daripada air
dapat menyebabkan
gangguan penyerapan Analisis Dosis Respon
oksigen dalam darah,
ditandai gejala pusing, Seng (Zn) dengan RfD 0.3
mual. Jika dikonsumsi mg/kg/hari bisa
menyebabkan Penurunan
dalam jumlah tinggi dapat erythrocyte Cu, aktifitas
merusak saraf. Zn-superoxide dismutase
Mangan (Mn) dengan RfD
1,4 E-1 mg/kg/Hari bisa (ESOD).
menyebabkan Nitrit (NO2) dengan RfD 1E-
Hipokolesterolemia,epileps 1 mg/kg/Hari bisa
i, kekurangan pankreas
ekskrin, siklerosis menyebakan
Methemoglobinemia pada
berganda, katarak, bayi yang terpajan kronik
osteoporosis,
fenilketonuria & penyakit air minum.
kencing maple syrup Nitrat (NO3) dengan RfD
(inborn) pada ingesti 1,6E+0 mg/kg/hari bisa
kronik pada manusia. menyebabkan Gejala klinis
dini dari
methemoglobinemia.
Analisis Pajanan
Hasil perhitungan intake parameter
air minum di kabupaten Pasuruan
Pajanan agen kimia dalam parameter air minum untuk pekerja di Kabupaten
Pasuruan yang masuk ke dalam tubuh melalui jalur ingesti karena melewati sistem
pencernaan. Bahan Polutan non karsinogenik.
Karakteristi Resiko
MaPada hasil ARKL kasus ini menunjukkan bahwa nilai RQ minimal dan RQ maksimal tiap
agen risiko adalah <1 yang artinya bahwa pada orang dewasa seperti pekerja di
kelompok berisiko dengan estimasi berat badan 55 kg, laju asupan pada orang dewasa 1
L/hari selama 250 hari/tahun untuk jangka waktu 25 tahun kedepan dikatakan aman
apabila mengkonsumsi air minum di Kabupaten Pasuruan dengan nilai konsentrasi risk agent
kimia air tidak lebih dari yang ada.
Manajemen Risiko Komunikasi Resiko
Upaya menjaga dan mempertahankan Komunikasi risiko terkait air minum Kabupaten
kualitas air minum yang dikonsumsi oleh Pasuruan dengan melibatkan pihak, DLH, Dinas
para pekerja di Kabupaten Pasuruan serta Kesehatan dan Pemerintah daerah Kabupaten
melakukan pemeriksaan secara berkala dan Pasuruan dalam bertanggung jawab terhadap
melakukan pengendalian pada parameter
zat pencemar yang melebihi baku mutu. kualitas air mulai dari sumber air minum
sampai dikonsumsi oleh konsumen.
PAJANAN GAS HIDROGEN Kelompok 25 ARKL
SULFIDA (H₂S) PADA Prodi Kesehatan Lingkungan
PEMULUNG AKIBAT TIMBULAN
SAMPAH DI TPA JATIBARANG Identifikasi Sumber
KOTA SEMARANG
Sumber pajanan gas
Identifikasi Masalah hidrogen sulfida di TPA
jatibarang berasal dari zona
→Bahaya Kimia Gas Hidrogen pembuangan sampah dan
kotoran dari ternak sapi di
Sulfida (H₂S) TPA Jatibarang. Gas Sulfida
(H₂S) pada TPA tersebut
→Media Lingkungan Udara
→Besaran Konsentrasi Kadar gas berasal dari proses
pembusukan sampah yang
hidrogen sulfida pada zona I dan II menimbulkan pencemaran
sebesar 0,005 ppm dan di tempat
peristirahatan pemulung kadar gas udara salah satunya gas
hidrogen sulfida sebesar 0,006 hidrogen sulfida. Jumlah
ppm. Dengan rata-rata konsentrasi sampah yang masuk ke TPA
sebesar 0,0053 ppm atau 0,0074 Jatibarang 4.273 m³/hari.
mg/m³. Hasil tersebut masih
dibawah baku mutu udara ambien, Analisis Dosis Respon
yaitu 0,02 ppm atau 0,028 mg/m³
berdasarkan RfC = 2,86 x 10‾⁴ (mg/kg)/hari
KEP50/MENLH/11/1996.
→RQ (Realtime): 0,56 Pajanan gas H₂S
→Gejala Gangguan Kesehatan
tidak menunjukkan risiko kesehatan
Iritasi mata, iritasi paru, kerusakan non karsinogenik saat ini.
indra penciuman, kerusakan
saluran pernafasan, pusing, efek
kardiovaskuler, efek neurologis,
efek pada metabolik tubuh dan
hilang kesadaran.
Analisis Pajanan
Jalur pajanan : Inhalasi
Konsentrasi risk agent (C): 0,0074 mg/m³
Laju Asupan (R): 0,83 m³/jam
Waktu Pajanan (te): 8 jam/hari
Frekuensi pajanan (fe): 336 hari/tahun
Durasi pajanan (Dt): 7 tahun
Berat Badan Responden (Wb): 55 Kg
Manajemen Resiko Komunikasi Resiko
Menentukan batas aman Pemerintah Kota Semarang
/risiko terendah yang terjadi agar mempertimbangkan
dengan cara mengurangi pengelolaan Tempat
kontak dengan pajanan Pembuangan Akhir (TPA)
berupa meminamlisir pola Jatibarang dengan sistem
aktifitas yang ada di TPA Sanitary Landfill.
Jatibarang. Kesadaran dari para pemulung
yang bekerja di TPA Jatibarang
Karakteristik Resiko dalam upaya mengurangi
dampak pajanan gas hidrogen
Hasil perhitungan intake dan sulfida dengan lebih
tingkat risiko non karsinogenik memperhatikan aspek
(RQ) pajanan gas hidrogen kesehatan dan keselamatan
sulfida pada populasi pemulung pemulung yaitu pengunaan
di TPA Jatibarang. APD terutama masker saat
bekerja.
Pajanan real time atau Memperhatikan pola pajanan
waktu saat ini belum terjadi seperti waktu, durasi dan
risiko kesehatan non-kanker frekuensi pajanan yang sesuai
atau RQ (0,671). dengan batas aman yang tidak
Pada durasi pajanan +10 menimbulkan risiko nonkanker
tahun akan terjadi risiko akibat gas hidrogen sulfida di
kesehatan nonkanker RQ TPA Jatibarang.
(1,60>1).
Pada tahun ke-30 atau Referensi
durasi pajanan life time
akan terjadi risiko Pamungkas, R. E., Sulistyani, S., & Rahardjo, M. 2017. Analisis
kesehatan non-kanker pada Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Akibat Paparan Karbon
pemulung di TPA Monoksida (CO) Melalui Inhalasi Pada Pedagang Di Sepanjang
Jatibarang, didapatkan RQ Jalan Depan Pasar Projo Ambarawa Kabupaten Semarang. Jurnal
(2,875 >1). Kesehatan Masyarakat (Undip), vol. 5, no. 5, hal. 824-831.
Wulandari, A., Darundiati, Y. H., & Raharjo, M. 2016. Analisis
Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Particulate Matter (Pm10)
Pada Pedagang Kaki Lima Akibat Aktivitas Transportasi (Studi
Kasus: Jalan Kaligawe Kota Semarang). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), vol. 4, no. 3, hal. 677-691.
Rifai, B., Joko, T., & Darundiati, Y. H. 2016. Analisis risiko
kesehatan lingkungan pajanan gas hidrogen sulfida (H2S) pada
pemulung akibat timbulan sampah di TPA Jatibarang Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), vol. 4, no. 3, hal.
692-701.
By: Group 25
Citra Ayu Ar Rahma
Chintia Haryati
Hilwa Sabrina