The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tyaaaln, 2021-09-20 08:48:40

Sang Penghangat Keluarga

bindo kelompok 2

Kata Pengantar

Assalamualaikum wr. wb
Tiada kata yang layak disampaikan selain ucapan

syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT kepada
kita semua. Alhamdulillah, Allah senantiasa membimbing hati
dan dan pikiran kita semua, sehingga menghasilkan karya yang
luar biasa.

Karya ini tersusun dalam antologi cerpen ini. Beragam
cerita disampaikan dari sudut pandang yang berbeda. Dan itu
semua dikumpulkan menjadi satu disini. Cerita yang bukan
sekedar bercerita, tetapi ada banyak pesan positif yang
tersampaikan kepada pembacanya.

Dengan begitu,kami sangat berharap dengan membaca
cerpen ini kita bisa menambah wawasan dan pengetahuan
setelah membacanya. Mungkin,masih banyak kesalahan di
dalam cerpen ini. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan
masukan dari kalian.

Kami sangat berterima kasih bagi kalian yang sudah
meluangkan waktu untuk membaca cerpen ini. Salam literasi.
Wassalamualaikum wr.wb

Cilegon, September 2021

Daftar isi: 2
4
Kata Pengantar 8
Sang penghangat rumah 13
Tulang punggung 20
Pandemi dan masyarakat 22
Suasana baru 24
Temanku yang baik
Biodata

Sang Penghangat Rumah

Karya Rara Calista Zafirah
Hai aku Haikal, Aileen Haikal Aryadi. Itu nama yang orang
tua ku kasih, keren bukan namaku. Aku anak ke empat dari tujuh
bersaudara. Sekarang aku kuliah jurusan hukum semester akhir.
Yaa.. Cita-citaku ingin menjadi jaksa. Oh iya aku di rumah tinggal
bareng dengan ibu, kakak, dan adikku. Yang tanya bapak kemana,
bapak udah pergi jauh 3 tahun yang lalu. Keluargaku ini sederhana
tapi menyenangkan. Segitu saja ya perkenalannya.
Hari ini aku ada jadwal kuliah pagi. Aku berangkat ke
kampus bareng Mas Rehan. Dia kakak ke duaku, orangnya galak tapi
perhatian. Tadi saja aku harus membujuknya dulu agar boleh
numpang di antar ke kampus. Sampai di kampus aku langsung
masuk kelas. Selesai kelas aku tidak langsung pulang, aku mampir
ke toko buku untuk membeli beberapa buku yang di butuhkan.
Sampai di rumah diriku langsung disambut dengan wangi masakan
buatan ibu. Bergegas aku ganti baju dan menuju ke meja makan,
disana semuanya sudah kumpul tinggal diriku saja.
Selesai makan aku dan Javin duduk di ruang keluarga. Tidak
ada yang membuka pembicaraan, hanya diam pada pikiran masing-
masing. Setelah 10 menit Javin memulai pembicaraan, “bang, Javin
kangen bapak.” Sebuah pernyataan pendek yang sangat menyentuh
hati. “Vin, abang dan yang lainnya juga sama kaya kamu kangen

sama bapak. Nanti kita shalat bareng terus do`a biar bapak seneng,
oke?” Javin mengangguk.

Dari sore sampai malam mereka semua kumpul di ruang
keluarga, entah itu menonton TV, menjahili satu sama lain, dan yang
lainnya. Sampai dimana handphone Bang Jendral tertendang Haikal.
“HAIKALLL!” teriak Jendral dengan suara beratnya. “Ampun bang,
haikal gak sengaja” Haikal yang terus meminta ampun dan
Jendral yang masih mengejar Haikal. Malam keluarga itu penuh
dengan keceriaan.

4 bulan kemudian
Berbulan-bulan haikal mengerjakan skripsinya dengan susah
payah dan dengan hati yang berdegup kencang saat siding akhirnya
semua berjalan dengan lancar dan haikalpun lulus. “BU ABANG
LULUS.” Teriak Haikal pada sambungan telepon. “Jangan teriak-
teriak bang, kaget ibu. Salam dulu paling tidak.” Haikal hanya
senyum-senyum di sebrang sana. “Maaf bu, assalamu`alaikum. BU
ABANG LULUS.” Haikal kembali berteriak bahkan ada beberapa
orang yang menatapnya dengan tatapan aneh.
“Waalaikumussalam, alhamdulillah selamat anak ibu sudah
lulus.” Jawab ibu dengan hati yang sangat senang. “Abang sekarang
pulang ya, kita rayain bareng-bareng sama ibu, kakak, dan adikmu.”
Kata ibu di sambungan telfon. “Iya bu, abang pulang sekarang.
Sampai ketemu di rumah bu. Abang sayang ibu. Assalamu`alaikum.”

Ucap Haikal masih dengan wajah bahagia. “Waalaikumussalam.”
Setelah itu sambungan telfon terputus.

Haikal pulang menggunakan motor masih dengan wajah
yang bahagia. Tidak sengaja dia melihat anak kucing di tengah jalan,
akhirnya Haikal meminggirkan motornya terlebih dahulu untuk
menyelamatkan anak kucing tersebut. Haikal nengok kanan dan kiri,
saat sudah merasa aman Haikal berlari ke arah anak kucing tersebut
dan segera membawanya ke pinggir. Saat Haikal sedang berlari ke
arah motornya ada truk yang melaju kencang dan tubuh Haikal
terpental. Namun anak kucing tadi dia sempat berlari walau kakinya
pincang dan selamat. Truk itu pergi begitu saja dan tidak mau
bertanggung jawab. Haikal masih sadar saat dirinya dikelilingi orang
banyak dan dia melihat sosok tak asing disana yang sedang
memeluknya, dia Javin.

“Vin.” Rintih Haikal. Javin hanya bisa menangis dan orang-
orang yang ada disana segera menghubungi ambulans.

Haikal terbaring sangat lemah di ranjang rumah sakit. Ibu,
kakak, dan adik haikal masuk ke ruang dimana Haikal di rawat.
Haikal merasakan ada yang mengusap kepalanya dan ia mencoba
untuk membuka mata nya walau berat. “Ibu?” suara Haikal lemah.
“Iya abang, ibu disini gak kemana-mana.” Jawab ibu mencoba
menenangkan Haikal dan menggenggam tangan anaknya yang
lemah. “Tadi katanya mau pulang ke rumah ngerayain abang udah
lulus, kok jadi gini bang.” Ucap ibu terisak. Kakak-kakak dan adik-

adik Haikal semuanya menangis. “Bang ayo pulang nanti kita rayain
kelulusan abang ya.” Ucap Bang Gibran kakak pertama Haikal yang
berdiri di samping ranjang Haikal. Haikal mengangguk dan
tersenyum lemah. “Jangan p-pada na-ngis.” Kata Haikal dengan
susah payah. Jujur saja seluruh tubuhnya kini terasa sakit semua.
“Bu.”

Haikal bicara lagi dengan suara yang hamper tidak
terdengar, tapi ibu masih bisa mendengarnya. “Kanapa bang?” tanya
ibu dengan suara lembut. “Mau p-pulang.” Entah pualng kemana
yang Haikal maksud, “Iya, nanti kita pulang ya.” Jawab ibu sambal
tersenyum, walau hatinya sangat sakit melihat keadaan anaknya
seperti ini. “B-bang Gi-ran.” Haikal memanggil. “Iya bang, kenapa?”
Tanya Gibran sambal menahan tangisnya.

“J-jaga-in i-bu s-sama yang la-in y-ya b-bang.” Kata Haikal
terbata-bata. “Ayo bang kita jagain bareng-bareng ya.” Balas Gibran.
“Maaf bang Haikal uda tidak bisa, Haikal udah gak kuat bang.”
Jawab haikal dalam hati.

Itu, itu kata terakhir yang Haikal ucapin di dunia. Besoknya
hari pemakaman Haikal. Semua berjalan lancar. Tapi ada satu orang
yang dunianya benar-benar hancur bahkan gelap saat Haikal tiada,
Javin. Hanya dengan Haikal dia sering curhat dan menanyakan
banyak hal. Sekarang dia pergi, pergi ke tempat yang jauh bersama
bapak.

Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi. Setiap
pertemuan pasti aka nada perpisahan dan setiap makhluk yang hidup
di dunia ini pasti akan bertemu dengan kematian. Kita tidak akan
bisa mengubah takdir itu, jadi jalanin hidupmu dengan bahagia,
bersyukur, selalu berdo`a, dan jangan pernah untuk hidup dalam
penyesalan. Jadikan semuanya menjadi satu kenangan yang indah
dan di ingat banyak orang.

Tulang Punggung

Karya Tyas Lanina

“AYAH, IBU, BAGAS KETERIMA KULIAH!”
Bagas berlari menuju kamar kedua orangtua nya,
menggenggam ponsel dengan erat agar tidak jatuh. Bagas menatap
mereka dengan gembira, kemudian memberikan ponsel miliknya
kepada mereka. Dengan senyum yang lebar, Ayah menatap Bagas
dengan bangga. Ibu memeluk Bagas dengan erat, mengusap lembut
punggung Bagas yang terasa dingin. “Ibu bangga sama kamu, jagoan
nya Ibu sudah besar ya. Sudah mau menjadi mahasiswa baru!” ucap
ibu. Bagas terkekeh pelan, lalu menatap kedua mata ibu yang
menatap Bagas dengan bangga.
Ayah mengusap kepala Bagas dengan lembut, “kamu hebat.
Sekarang bawa Adik kamu itu pulang, sudah hampir malam” Suruh
Ayah. Bagas mengangguk pelan, kemudian melangkahkan kaki nya
untuk keluar dari kamar kedua orang tuanya. Bagas menutup pintu
kamar mereka secara perlahan. “Bu, biaya untuk Bagas kuliah, kita
mau dapat dari mana?” Pertanyaan itu terlontarkan dari mulut Ayah.
Bagas terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan
Ayahnya yang tidak sengaja ia dengar. Namanya Bagas, seorang
remaja laki-laki yang tidak seberuntung teman-temannya.
Keluarganya bisa dibilang bukan keluarga yang berkecukupan,
ponsel yang ia gunakan juga ponsel bekas orang lain yang dijual

dengan harga sangat murah. Layar ponselnya retak, ponsel miliknya
juga tidak dapat digunakan untuk memotret foto, bahkan ponselnya
saja sudah gampang panas. Bagas menunduk, ia sempat lupa bahwa
kedua orang tuanya sudah pasti tidak akan memiliki uang untuk
membiayai kuliahnya. Ia menatap layar ponsel yang masih
menunjukan hasil berwarna hijau, yang menunjukan bahwa dirinya
berhasil lolos untuk memasuki Kampus yang ia inginkan.

“kita bisa pakai uang sekolah Aira untuk sementara, Aira
kan masih kecil, masih bisa untuk sekolah dirumah, biar ibu yang
ajarin.” Ucap Ibu kepada Ayah. Bagas masih bisa mendengar suara
itu, ia masih berada di depan pintu kamar kedua orang tuanya, ia
belum beranjak pergi. Lagi-lagi, Bagas menunduk. Aira, adik
perempuan kesayangannya harus sekolah, ia tidak mau membiarkan
adiknya itu harus berhenti sekolah karena dirinya. “Biar Ayah cari
kerjaan tambahan nanti, ponsel milik Bagas sudah harus diganti
dengan yang baru, bu. Dia tidak bisa kuliah dengan ponselnya yang
sudah seperti itu” Ucap Ayah. Suara Ayah masih bisa terdengar jelas
masuk kedalam telinga Bagas.

Bagas mematikan ponselnya, kemudian beranjak pergi untuk
menjauh dari kamar kedua orang tuanya. ia berjalan menuju
lapangan yang berada tak jauh dari rumah, bola matanya menatapi
hampir seluruh lapangan. Ia mencoba mencari adik perempuan nya

yang selalu bermain di tengah lapangan. Kedua bola matanya berheti
menatap lapangan, ia beralih menatap anak perempuan dengan
pakaian dress berwarna biru muda yang tampak sedikit lusuh, sudah
pasti itu adalah Aira, yang selalu bermain di tengah kerumunan anak
laki-laki sebaya nya. Bagas berjalan mendekati Aira, menunduk kan
badannya lalu menggendong Aira untuk membawanya pulang. “Ayo
pulang, Aira. Kamu sudah bermain disini sejak pagi.”

Aira tersenyum lebar, “Abang, Aira belum mandi tau” Ucap
Aira sambil terkekeh pelan. Bagas tersenyum kecil, “pantesan kamu
bau” Ucap Bagas yang mencoba meledek adik kesayangannya itu.
“Aira ngga bau, Aira kalau belum mandi juga tetap wangi, wlee”
Balas Aira sambil menjulurkan lidahnya. Bagas hanya terkekeh
pelan, ah Adik kesayangannya ini selalu menggemaskan di setiap
saat. Bagas tidak mungkin membiarkan nya berhenti sekolah hanya
karena dirinya. Bagas mengusap punggung adiknya itu dengan
lembut,

“Aira tahu ngga? Tahun ini Abang sudah bisa berkerja, nanti
Aira bisa beli semua mainan yang Aira suka pakai uang punya
Abang” Ucap Bagas. Aira membulatkan kedua matanya, lalu
tersenyum lebar dengan senang “Abang serius? Jadi, Aira bisa punya
mainan lain selain kelereng dong?!” tanya Aira dengan gembira.
Bagas mengangguk, berusaha meyakinkan Aira tentang ucapannya.

Bagas menurunkan Aira di halaman rumahnya, ia menatap
Aira yang langsung berlari masuk kedalam rumah. Bagas berjalan
perlahan, melepas alas kakinya lalu beranjak masuk kedalam
rumahnya yang bisa dibilang sudah tidak layak untuk ditinggali.

“Ibu, kata Abang, Abang bisa berkerja, habis itu Abang akan
beliin Aira mainan!” ucap Aira kepada Ibu yang baru saja ia peluk.
Ibu mengalihkan pandangan, lalu menatap Bagas dengan tatapan
bingung. “kamu harus kuliah, Bagas. Ayah dan ibu, bisa membiyaai
biaya kamu selama kuliah. Sehabis kuliah, kamu baru bisa berkerja.”
Ucap Ibu sambil menatap Bagas. Bagas tersenyum, kemudian ia
mengenggam tangan Ibunya dengan erat. “Bu, Bagas masih bisa
kuliah tahun depan. Untuk tahun ini, Bagas bisa coba bantu
keuangan keluarga kita. Insyallah kok, Ijazah SMA masih bisa
dipakai untuk daftar beberapa kerja sampingan” Ucap Bagas.

Bagas terdiam sebentar, sebenarnya mau bagaimana pun ia
masih berat hati untuk melepas kesempatannya memasuki kampus
idaman yang selalu ia damba-dambakan sedari kecil. Tetapi, adik
kesayangannya dan kedua orang tuanya lebih penting dari
kesempatan memasuki kampus itu. Bagas masih bisa berusaha tahun
depan, tidak masalah. Ia kembali menatap ibu nya, kemudian ia
tersenyum kecil. “Bagas ngga apa-apa, bu. Aira harus sekolah, tidak
boleh berhenti. Bagas nanti coba cari kerja ya, bu?” ucap Bagas. Ibu

memeluk Bagas, mengusap punggung Bagas dengan lembut,
“Maafin ibu sama ayah ya” lirih Ibu. Bagas mengangguk.

***
“Ayah, ini kopi nya. Ibu harus nemenin Aira tidur tadi, jadi
Bagas yang buat kopinya” Ucap Bagas sambil menaruh segelas kopi
hitam di atas meja. Ia menatap Ayahnya yang duduk termenung di
teras rumah yang cukup berdebu. “Ibu tadi udah cerita semuanya
sama Ayah” ucap Ayah yang menghentikan langkah Bagas untuk
kembali masuk kedalam rumah.

Bagas terkekeh pelan, Ia duduk disamping Ayahnya. “Bagas
bisa cari kerja, bantu ayah.” Ucapnya. Ayah ikut terkekeh pelan.
“Ayah tau, kamu juga ingin kayak teman-teman kamu kan? Yang
sudah punya motor sendiri, masuk kuliah dengan gampang, atau
punya pacar yang bisa di ajak jalan setiap malam” ucap Ayah sambil
menatap putra nya itu. Lagi-lagi Bagas terkekeh “Tidak usah dibahas
Ayah, Bagas juga tidak terlalu peduli sama mereka hehe” ucap Bagas
canggung. “kamu sudah besar Bagas, Ayah tahu kalau kamu
seharusnya menikmati masa remaja mu, bukannya malah bantu
memikirkan ekonomi keluarga kita yang seperti ini.” Ucap Ayah.

Ayah meraba kantung baju nya, kemudian mengeluarkan
beberapa lembar uang. Ia kembali menatap putra nya itu, kemudian
menaruh beberapa lembar uang itu dihadapan Bagas. “uangnya

memang tidak banyak, tapi kamu bisa pakai untuk membeli
keperluan kamu” ucap Ayah. Bagas menggeleng pelan, “tidak usah
Ayah, uangnya untuk keperluan ibu sehari-hari saja. Bagas tahu, Ibu
sudah lama menginginkan bedak yang dipakai Bu RT” tolak Bagas.

Ayah terkekeh “Ibu mu itu, kerjaan nya mengikuti Bu RT
saja.” Ucap Ayah yang diikuti dengan gelak tawa kecil dari Bagas.
Bagas menatap Ayahnya yang sudah terlihat berusia, dengan rambut
yang sudah hampir ber-uban dan kerutan wajah yang menandakan
bahwa kini harus Bagas yang menggantikan posisi Ayah sebagai
tulang punggung keluarga. “Ayah minta maaf ya, belum bisa kasih
kehidupan yang lebih enak ke kamu” lirih Ayah. Bagas
mengangguk, “hidup Bagas sudah enak kok, yah. Ayah ngga perlu
khawatir”

Ibu menaruh sepiring pisang goreng dihadapan Ayah dan
Bagas, lalu ia ikut duduk bersama suami dan anak laki-lakinya. Ia
mengusap punggung Bagas dengan lembut, kemudian tersenyum
kecil. “Dari kamu kecil, kamu udah berusaha ngertiin Ibu sama
Ayah. Bahkan, sampai sekarang pun masih sama. Bagas, jagoan Ibu,
anak yang berbakti. Ibu yakin kok, Tuhan juga punya rencana yang
baik buat masa depan Bagas” Ucap Ibu sambil menatap Bagas.
Bagas tersenyum kecil.

“Bagas akan cari Beasiswa sembari Bagas kerja, bu. Ibu
sama Ayah tenang saja ya” ucap Bagas. Ibu tersenyum, kemudian
mengambil satu pisang goreng yang sudah tertata di piring. “Bagas,

itu si Alya, Anaknya Bu RT. Tadi sore dia nanyain kamu.” Ucap Ibu
sambil melirik putra nya itu. Bagas menggaruk tengkuknya lalu
terkekeh pelan “hehe, ngga usah dibahas, Bu.” Ibu menatap wajah
Bagas yang memerah karena malu, Ibu tertawa kecil.

Bagas menatap langit malam hari yang tidak begitu gelap,
Ah bercengkrama seperti ini dimalam hari sangat menyenangkan.
Walaupun Bagas tidak bisa merasakan bagaimana rasanya berada di
keluarga yang ekonominya baik-baik saja. Tetapi, mendapatkan
kasih sayang orang tua seperti ini setiap hari, sudah lebih cukup
baginya.

Pandemi dan Masyarkat

Karya Ghaisani Fauziah

Suatu pagi yang cerah,seperti biasa para pelajar pergi ke
sekolahnya untuk menuntut ilmu. Jalanan yang macet terpenuhi
mobil dan motor,ada yang ngebut dikarenakan sudah terlambat,dan
masih banyak lagi. Kemacetan tidak hanya terjadi di jalanan,tetapi
juga terjadi saat ingin memasuki area sekolah. Begitulah suasana
pagi saat hari sekolah.

Setelah memasuki kelas,mereka mulai saling menyapa
dengan teman – temannya. Lalu,mereka berbaris untuk memasuki
kelas nya masing-masing. Jam pelajaran pertama pun dimulai. Sudah
30 menit para murid menunggu tetapi,belum ada guru yang
memasuki kelas. Tiba-tiba ada seorang guru yang memasuki kelas.
‘Assalamualaikum anak-anak semua,disini ibu menggantikan bu
nindi mengajar pelajaran matematika’ ujar seorang guru pengganti
saat memasuki kelas. ‘perkenalkan nama ibu, anisa putri bisa kalian
panggil bu putri/bu nisa’.

‘ah,aku pikir kita akan jamkos,tapi ternyata ada guru
penggantinya’ ucap salah satu siswa bernama zahra. ‘huft,aku kiraa
juga kita bakal jamkos’ saut saalah satu aank yang duduk dekat zahra
bernama bila. Pada akhirnya anak-anak pun mulai menyimak
penjelasan dari bu putri. Tidak lama kemudian,jam pelajaran
matematika pun berakhir.

‘alhamdulillah,akhirmya selesai juga pelajaran matematika
nya’ucap bila dengan muka yang sangat senang. Beberapa anak
mulai berlarian bergegas pergi ke kantin sebelum ramai. Tidak lama
kemudian kantin pun mulai ramai. Di kantin pun terdengar sangat
bising dengan teriakan siswa-siswa yang meng-antre untuk membeli
jajanan.

Setelah 30 menit istirahat,bel pun berbunyi yang
menandakan bahwa waktu istirahat telah berakhir. Para siswa pun
memasuki kelasnya masing-masing untuk melanjutkan pelajaran.
Akan tetapi,hari ini tidak seperti hari biasanya. Jam pelajaran
berakhir lebih awal. Ternyata,akan ada pemberitahuan dari kepala
sekolah. ‘eh zahra,kira-kira akan ada pemberirahuan apa ya?’ tanya
bila kepada zahra. ‘aku juga gatau sih,kok tiba-tiba ada
pemberitahuan dari kepala sekolah’ saut zahra yang juga
kebingungan.

Para murid diperintahkan untuk berkumpul di area sekolah.
Setelah semua berkumpul kepala sekolah pun langsung membuka
kegiatan tersebut. ‘Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh,disini bapak akan memberi tahu beberapa hal untuk
kalian semua,mungkin diantara kalian banyak yang kebingungan.
Baik,tidak usah lama-lama bapak akan langsung ke intinya saja.
Jadi,2 minggu ke depan sekolah akan diliburkan.

‘yeayy liburr mana lama lagi libur nya 2 minggu’ ucap zahra
dengan senang. ‘eh,tapi kenapa tiba-tiba sekolah kita libur ya?’ saut
bila yang masih kebingungan kenapa tiba-tiba sekolah diliburkan.
Kepala sekolah pun melanjutkan pemberitahuan tersebut. Ia
menjelaskan bahwa sekolah diliburkan karena adanya wabah covid-
19 yang terjadi di Indonesia. Sekolah dilaksanakan dari rumah
masing-masing.

Penyampaian dari kepala sekolah pun selesai. Jam pulang
sekolah juga telah tiba. Para murid-murid mulai pulang ke rumah
maisng-masing. ‘bun,2 minggu ke depan sekolah diliburkan.
Jadi,aku akan belajar daring dari rumah’ ucap zahra yang sedang
bercerita kepada bunda nya. ‘loh,kenapa tiba-tiba sekolah nya
diliburkan?’ tanya bunda kepada zahra. ‘ iya bun,soalnya virus
covid-19 mulai memasuki wilayah Indonesia,saat sekolah diliburkan
para siswa juga di perintahkan untuk tidak keluar-keluar rumah
disaat sekarang ini’jawab zahra.

Ya,hari ini hari pertama sekolah daring. Sangat aneh
rasanya,biasanya jalanan ramai dengan anak sekolah yang berangkat
ke sekolahnya. Tetapi,sekarang jalanan terasa sepi,semua anak
belajar dari rumahnya masing-masing. Belajar dari rumah
dilaksanakan dari rumah menggunakan zoom yang dimana kita harus
selalu stay di depan laptop/handphone.

Pembelajaran daring ini membuat kita agak bosan karena di
sekolah kita bisa ngobrol dengan teman dsebangku,tetapi seekarang

hanya lewat telfon. Selain pelajar yang diliburkan dan diharuskan
belajar dari rumah masing-masing. Sebagian pekerja kantor pun
dirumahkan karena,bekerja di kantor bisa saja ada terjadi penularan
virus covid-19.

Pada saat itu lah di berlakukan yang namanya PSBB. PSBB
tersebut memiliki kepanjangan yaitu Pembatasan Sosial Berskala
Besar. Banyak sekali kota yang dijaga dengan ketat. Dimana setiap
ada yang masuk ke kota tersebut harus menunjukkan hasil swab nya.
Ada juga kota yang melaksanakan lockdown. Lockdown adalah
menuttup jalur masuk ke kota tersebut. Jadi,orang diluar kota
tersebut dilarang masuk.

Setelah diberlakukannya PSBB dan lockdown kasus covid-
19 lumayan menurun. Banyak masyarakat yang mulai melakukan
kegiatan seperti biasanya. Beberapa pekerja kantor juga sudah ada
yang masuk. Beberapa sekolah di beberapa kota juga sudah masuk.
Tetapi,tidak semua murid melainkan hanya sebagian saja.

Sempat ada wacana sekolah akan diberlakukan seperti biasa.
Tetapi,tidak secara keseluruhan hanya sebagian kelas. Ada beberapa
kota yang sudah menjalankan wacana tersebut. Tapi tidak untuk
kota-kota besar karena untuk melakukan wacana tersebut merupakan
risiko yang besar.

Pada akhirnya,setelah beberapa sekolah melakukan wacana
tersebut,tiba-tiba kasus covid-19 ini mengalami kenaikan kembali.
Para pelajar yang sudah senang mereka sedih kembali termasuk

Zahra dan Bila. Zahra dan Bila pun berbincang di telfon terkait
kondisi pandemi saat ini.

‘aduhh padahal aku sudah sangat senang sekali melihat
berita bahwa sekolah akan diberlakukan seperti semula’ ucap bila.
‘iyaa aku juga sedih sekali melihat berita ternyata kasus covid-19 ini
melonjak kembali’ saut zahra. ‘ya sih soalnya beberapa hari lalu aku
pergi ke supermarket di jalanan banyak sekali masyarakat yang acuh
dengan protokol kesehatan. Mereka ada yang tidak memakai
masker,dan juga berkerumun’ keluh bila tentang acuhnya masyarakat
sekitar. ‘yaa yang kita lakukan saat ini kita hanya bisa berdoa dan
berusaha saja supaya pandemi ini cepat berakhir’ jawab Zahra.
‘yasudah ya zah aku dipanggil bunda dulu nih’ ucap Bila. ‘okee
dadahh’ telfonan mereka pun berakhir.

Seperti yang mereka bicarakan di telfon tadi,memang
banyak sekali masyakarat yang acuh dengan protokol kesehatan.
Pada akhirnya,diberlakukanlah yang namanya PPKM.PPKM juga
memiliki kepanjangan yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat. Yang berarti,kegiatan yang dilakukan masyarakat
sangat dibatasi. Banyak polisi yang ber keliling untuk melihat
keadaan sekitar. Tidak hanya itu,polisi juga membagikan masker
kepada masyarakat yang tidak memakai masker. Tidak hanya itu
pembatasan kegiatan pun di berlakukan. Contohnya,orang yang
berjualan hanya diperbolehkan buka hanya sampai pukul 7 atau 8
malam.

Pukul jam 7 atau jam 8 malam,jalanan mulai ditutup
sehingga tidak ada masyarakat yang bisa melewati jalan tersebut.
Pedagang pinggir jalan pun banyak yang tutup. Minimarket yang
seharusnya buka 24 jam pun diwajibkan untuk tutup. Semua itu
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kasus covid-19.

Mengingat kasus covid-19 ini semakin meningkat. Wisma
atlet yang menjadi tempat untuk orang-orang yang positif covid-19
juga semakin penuh. Apotek yang ramai setiap harinya. Banyak
beberapa barang yang sulit untuk didapatkan. Tidak hanya itu,di
media sosial pun banyak orang yang membutuhkan plasma.

Walaupun kasus covid-19 ini meningkat,masih banyak saja
masyarakat yang keluar rumah untuk melakukan hal yang tidak
penting. Misalnya nongkrong di cafe,bertemu dengan teman-
temannya dan masih banyak lagi. Saat berkerumun pun ada saja
yang tidak menggunakan masker. Ada yang memakai masker tetapi
hanya ditaruh di dagu.

Indonesia sudah mengadakan vaksin untuk orang dewasa
dan juga anak umur 12 ke atas. Tetapi,banyak sekali masyarakat
yang tidak ingin vaksin dikarenakan faktor internet. Banyak berita
hoax di internet bahwa vaksin mengakibatkan kematian. Itu semua
membuat banyak masyarakat yang enggan untuk vaksin walaupun
vaksin tersebut disediakan tanpa berbayar.

Setelah beberapa bulan,akhirnya lumayan banyak
masyarakat yang ingin untuk di vaksin. Selain itu,masyarakat juga

mulai disiplin. Mereka mulai rajin memakai masker,tidak
berkerumun,dan keluar jika ada kepentingan saja. Dengan banyaknya
masyarakat yang vaksin dan disiplinnya masyarakat kasus covid-19
ini perlahan menurun. Itu semua membuat warga Indonesia
khususnya para pelajar yang rindu dengan sekolah dan pekerja yang
rindu dengan suasana kantornya. Setelah kurang lebih 1 bulan
kemudian akhirnya virus covid-19 ini hilang dari Indonesia. Muka
bahagia yang terpancar dari banyak orang mendengar kabar baik itu.
Tepat keesokan hari adalah hari senin yang dimana pelajar dan
pekerja mulai beraktifitas seperti biasanya.

Matahari yang mulai menyinari dunia. Suara burung yang
mulai terdengar,mengawali pagi yang sangat dinantikan terutama
para pelajar. Jalanan kembali ramai dengan anak-anak yang
berangkat ke sekolah. Suasana sekolah yang sangat dirindykan
akhirnya dapat dirasakan kembali.

Saat sampainya di sekolah terlihat wajah-wajah setiap anak
yang sangat bahagia. Mereka yang saling mengobrol untuk melepas
rasa rindunya dengan teman-temannya. Seperti biasa,hari senin
diawali dengan upacara. Upacara tersebut dibuka oleh kepala
sekolah. ‘Assalamualaikum anak-anak semua yang bapak
banggakan. Alhamdulillah pada hari ini kita dapat berkumpul lagi
setelah 1 tahun lebih kita belajar dari rumah. Pastinya kalian sangat
merindukan suasana sekolah kita ini. Di hari ini kalian bisa
merasakan kembali suasana sekolah yang sangat dirindukan, semoga

kita semua selalu sehat dan dilindungi oleh Allah SWT aamiin’ ucap
kepala sekolah membuka upacara pagi ini.

Upacara pun dimulai seperti biasanya. Setelah upacara
selesai,para murid mulai memasuki kelas masing-masing. Para guru
wali kelas pun mulai memasuki kelasnya. Karena ini merupakan
kelas baru dengan teman yang baru juga mereka saling berkenalan
satu sama lain. Setelah itu,dilanjut oleh guru pengajar pelajaran
pertama. Materi pun mulai dijelaskan. Suasana dimana para murid
yang mengamati guru sedang menjelaskan pun akhirnya terjadi
kembali.

‘kring kring’ suara bel yang menunjukkan bahwa waktu
istirahat telah tiba. Tercipta kembali suasana kantin yang sangat
ramai. Di kantin,Zahra bertemu ddeengan Bila. Mereka pun saling
berpelukkan untuk melepas rasa rindunya. ‘Bila,alhamdulillah
akhrinya kita bisa masuk ke sekolahh’ ucap Zahra kepada Bila. ‘ih
sumpahhh aku seneng banget akhirnya kita bisa belajar di sekolah
setelah 1 tahun lebih belajar di rumah’ saut Bila dengan senang.

Mereka pun lanjut membeli jajanan yang mereka rindukan
saat belajar dari rumah. ‘kring kring kring’ bunyi bel yang
menandakan bahwa waktu istirahat telah berakhir. Para murid pun
langsung berlarian menuju kelas nya masing-masing. Setelah
beberapa pelajaran berlangsung,sekolah pun telah berakhir. Para
siswa pulang ke rumah nya masing-masing dengan suasana hati yang
sangat gembira.

Suasana Baru

Karya Jennie Cleonimia Dewi

Taman hiburan yang semulanya sepi, mulai dipenuhi dengan
pengunjung yang berdatangan. Anak-anak berlarian kesana kemari,
bercanda riang dengan orang tuanya. Malam ini, Santi berjalan
ditengah keramaian sekitarnya. Ia berharap orang tuanya memiliki
waktu untuk menemaninya pergi ke taman hiburan seperti anak-anak
lainnya. Ia terus berjalan di tengah lautan manusia untuk
menghempas rasa jenuhnya.

“Kakak!” panggil seorang bocah perempuan datang
menyadarkan Santi dari kesendiriannya dengan membawa permen
gula di kedua tangannya dan senyum yang terpancar jelas
diwajahnya. Dia Susi, adik Santi. Santi jengkel dengan adiknya yang
membuat ia terkejut “ish kamu ngagetin kakak”. Susi hanya tertawa
dan memberi Santi permen gula. Orang tua mereka sangat sibuk
dengan pekerjaannya yang menggunung itu, tak jarang juga pulang
larut dan jarang menyapa anak-anaknya. Meski begitu, Santi dan
Susi tak pernah kekurangan dan keinginan mereka selalu terpenuhi.
Tetapi mereka selalu kesepian, hanya ada pengasuhnya yang setia
menemani.

Tiba-tiba pandemi terjadi. Virus ditemukan di sebagian
orang yang menular terus menerus. Lonjakan virus semakin menjadi-
jadi, memakan banyak korban jiwa dan tak sedikit pula orang-orang

yang kehilangan pekerjaannya karena pandemi ini, termasuk orang
tua Santi dan Susi.

Orang tua Santi dan Susi menjadi bingung memikirkan cara
membayar listrik, air setiap harinya. Uang mereka semakin menipis
dan terpaksa Santi dan keluarganya untuk pindah ke suatu perdesaan
yang jauh dari kota. Dikarenakan kurangnya biaya, dan keperluan di
kampung pun sangat terjangkau. Mereka menjual mobil untuk
melunasi cicilan yang belum terbayarkan.

Saat dikampung itu, Santi kebingungan saat semua orang
disekitarnya menggunakan bahasa asing yang belum pernah ia
dengar sebelumnya. “bu, mereka ngomong apa sih?” tanya Santi
bingung. “bahasa jawa itu nak” jawab ibu.

Hari- hari dilewati Santi dan keluarganya dengan penuh
kesederhanaan dan mereka harus terbiasa dengan suasana dan tradisi
disana. Mereka nyaman tinggal di sini, tidak seburuk yang Santi
bayangkan. Selain udaranya yang sejuk, air di perdesaan sangat
bersih dan jernih. Santi dan Susi memiliki banyak teman dan
pengalaman baru, banyak permainan tradisional yang bisa dilakukan
bersama-sama.

Seperti biasa, kedua kakak beradik itu mengantar ibu nya
berbelanja pagi-pagi sekali ke pasar untuk berjualan nanti. “pripun
kabare?” sapa ibu kepada penjual daging langganannya. “sae sae
mawon mbak” jawab penjual daging. Mereka terus berbincang,
selagi Santi dan Susi melihat-lihat toko mainan di seberang. Jam

menunjukkan pukul 11 siang, matahari mulai tinggi. Santi mengajak
ibu pulang. Sampai dirumah, bapak mendapat kabar bahwa ia
mendapat kerja sebagai buruh sawah milik temannya. Mendengar
kabar tersebut, mereka senang sekali dan bersyukur.

Santi mulai bersekolah besok, dengan suasana, teman, dan
seragam yang berbeda. Di hari pertama sekolahnya, Santi terlambat
dan harus menerima hukuman berdiri di depan tiang bendera hingga
bel istirahat berbunyi. Setelah Santi selesai menjalani hukumannya,
ia berkenalan dengan teman-teman baru di kelasnya. Ia senang
sekali.

Temanku Yang Baik

Karya Sasya Ryllia Almaz

Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat baik yang populer di
sekolah. Meskipun berbeda kelas, tapi mereka selalu menghabiskan
waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya
persahabatan di antara mereka.

Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan
mereka. Rina merupakan seorang siswi pendiam yang tidak akan
populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini cenderung seperti
seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina.

Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina
terpilih menjadi salah satu pemenang. Ia datang bersama Dini. Di
sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah
berupa voucher belanja dengan berbagai nominal. Dari lima
pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil
hadiah. Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah
setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat
anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang
tersisa.

Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia
memilih voucher belanja dengan nominal paling rendah kemudian

berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat anaknya. Hal ini
membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh.

Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia
bawa. Ia meminta Rina untuk mengambil salah satu uang yang ia
sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang dengan nominal
paling rendah.

Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya
tentang kebodohan Rina. Untuk membuktikannya, Dini memanggil
Rina ke hadapan teman-teman kelasnya.

“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang
mana? Aku kasih buat kamu.” Dini menyodorkan uang sejumlah
Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina. Rina pun mengambil
Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan
mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu

atau dua kali. Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal
itu.

Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali
dipaksa untuk memilih, ia selalu bersikap tenang dan memilih uang
dengan nominal yang paling rendah. Ia juga ikut tertawa ketika
orang-orang menertawakannya.

Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina
pada salah seorang kakak kelas terpopuler bernama Rifki dihadapan
teman-teman kelasnya. Dini kembali menyodorkan uang, kali ini
bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan memintanya
memilih.

Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah.
Semua orang tertawa, menertawakan Rina yang hanya tertunduk,
kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa sebenarnya yang sedang
membodohi siapa. “Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik
kan?” kata Dini kembali mulai mempermalukan Rina.

“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang
dengan nominal tertinggi dari awal, maka kalian tidak akan mau
bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung berapa ratus ribu
yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.

Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan
lebih. Jadi, sebenarnya siapa yang sedang membodohi siapa?” lanjut
Rifki tertawa. Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak
Rifki. Seketika mereka merasa telah melakukan hal bodoh yang sia-

sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki yang berbalik
menertawakan Dini dan teman-temannya.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada
memberikan tambahan penghasilan tak terduga meski harus dibayar
dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, setiap perbuatan pasti ada
bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta rasa malu.

Biodata:

Nama saya Rara Calista Zafirah
biasa dipanggil Rara. Saya lahir di
Cilegon, 21 Agustus 2007. Hobi
saya mendengarkan musik, baca
buku, dan nonton drama/film. Motto
hidup saya "jangan menunggu, tapi
mengejar". Jika teman-teman ingin lebih kenal saya, teman-
teman boleh berkunjung ke instagram saya @rara_calistaa.

Nama saya Tyas Lanina Z, saya
biasa dipanggil Tyas. Saya lahir di
tanggerang, 30 oktober 2007. Hobi
saya nonton peter pan dan harry
potter.

Nama saya Ghaisani Fauziah bisa
dipanggil Ghaisani kalo kepanjangan
Ghais juga boleh. Saya lahir di
Cilegon, 21 Mei 2007. Hobi saya
nonton film/drama,mendengarkan

musik dan bersepeda. Motto hidup saya "tidak ada yang bisa
merubah diri kita selain diri kita sendiri". Bagi yang ingin mengenal
lebih tentang saya,kalian bisa follow nstagram saya di
@ghaisanifzh_

Nama saya Jennie Cleonimia.
Saya lahir di Cilegon, 24 Mei
2007. Hobi saya membaca
buku, dan nonton film. Motto
hidup saya "Lakukan apa yang
membuatmu bahagia" .

Nama saya Sasya Ryllia
Almaz, saya kelas 9f. Hobi
saya bermain game.


Click to View FlipBook Version