The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by destinnafid42759, 2021-10-05 22:48:21

Ratib Quthbil Anfas (Saleh Al - Attas)

Ratib Quthbil Anfas (Saleh Al - Attas)

beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama
daripada beliau” (yakni, pada masa itu dan di negeri Quthbil Anfās.
Wa-Allahu a’lam bi-muradihi wa-Allahu ‘ala kulli syay-in qadir.

Disebutkan pula di dalam kitab Taajul A’ras, bahwa Al-Habib
Ahmad bin Hassan Al-Attas pernah menyebutkan tentang kisah
Syeikh Abdullah bin Ahmad Al-Afif, “Di desa Huraidhah, Syeikh
Abdullah mempunyai sebidang kebun kurma, ketika al-Habib
Umar tiba di desa itu, maka Syeikh Abdullah ber-nazar untuk
memberikan kebun kurma itu kepada beliau. Ketika hal itu
diutarakan kepada beliau, maka beliau berkata kepada penduduk
Huraidhah, ‘Wahai para warga, bagaimanakah pendapat kalian
tentang nazar Syeikh Abdullah?’
Warga Huraidhah menjawab, “Menurut kami, nazar Syeikh
Abdullah adalah benar”
Al-Habib Umar pun berkata, “Kalau begitu, tanah ini aku terima.
Tetapi aku hadiahkan kembali bagi kalian semua sebagai nazar dari
aku, maka terimalah kembali tanah itu dariku.”
Tak lama kemudian, ada seorang di antara mereka berkata kepada
beliau, “Mengapakah engkau tidak memberikannya kepada
keluargamu saja?”
“Kelak anak cucuku akan memiliki desa ini semuanya.” Jawab tegas
Al-Habib Umar.

Kini, ucapan beliau nyata benar, kota Huraidhah sebagai salah satu
kota utama keluarga besar Al-Attas di Hadramaut. Selain
Huraidhah, ada beberapa daerah sentral tempat bermukim dan
menyebar keluarga besar Al-Attas, misalnya: Wadi ‘Amd, Sadbeyh,
Masyhad, Nafhūn, dan Hijrayn. Secara statistik, keturunan beliau
merupakan salah satu Kelarga Besar Bani Alawi dengan jumlah

51

populasi terbesar hingga kini. Dalam Keluarga Besar Al-Attas ini
dikenal beberapa sub-marga, misalnya: Keluarga Salim ibn Umar,
Keluarga ‘Abdallah bin Husain, Keluarga Muhsin ibn Husayn,
Keluarga Ahmad ibn Husain, Keluarga Thālib, juga dari Keluarga
Ali ibn Hasan (komentator Ratib)¬ melahirkan dua sub-keluarga
besar; Keluarga Hūd dan Keluarga Hādūn. Selain itu ada juga
Keluarga al-Mutsannā, Keluarga al-Mauwt, Keluarga Habhab dan
Keluarga Mahlūs.

Dari kalangan Bani Alwi, Quthbil Anfās lah yang kali pertama
mendapat panggilan “al-habib”. Beliau pulalah yang kali pertama
memperkenalkan secara umum di dunia Islam dan menjadi terma
khusus, yakni sebagai kata panggilan bagi tiap anak-cucu dari
keluarga Bani Alawi kemudian. Tempo dulu, orang Betawi
memanggil mereka dengan sebutan “Wan” untuk lelaki dan “Ipah”
untuk perempuan. Sebutan ini dapat berbeda di masing daerah lain
di Nusantara maupun beberapa di belahan dunia lain.
Quthbil Anfās selalu berdakwah keliling lembah dan kota. Beliau
berusaha mendekatkan masyarakat kepada Allah SWT dan
mendidik mereka. Suatu hari Syeikh Ali Baras berkata kepada
beliau, "Ya Sayyidi, betapa sering engkau mendatangi lembah ini,
tapi aku melihat sangat sedikit orang yang mau mengambil manfaat
darimu."

"Wahai Ali, jika mereka memandangku seperti engkau
memandangku, tentu dalam waktu sekejap aku dapat mendekatkan
mereka kepada Allah. Tapi yang mereka lakukan hanya berkata:
Habib sudah datang... Habib sudah pergi. Jika datang kepadaku,
mereka hanya minta hujan atau anak." Jawab beliau.

52

Quthbil Anfās berkata lagi, "Masyarakat mendatangiku dengan niat
dan persiapan yang berbeda-beda. Akulah yang menyalakannya.”
Beliau mengibaratkan, “Seseorang yang berjalan menuju Allah
seperti orang yang hendak membuat api. Ada yang tidak membawa
perlengkapan sama sekali. Namun, ada yang telah membawa kayu
bakar, minyak dan korek api sehingga sgurunya dengan mudah
dapat menuntunnya membuat api. Diantara mereka ada yang
mengambil bekal cukup untuk satu hari, ada yang mengambil bekal
untuk satu minggu, ada yang mengambil bekal untuk satu bulan dan
ada yang mengambil bekal untuk satu tahun.”

------------------------------------------------- -----------------------------------------------

Sayyidina Quthbil Anfās al-Habib Umar bin Abdur-Rahman Al-
Attas Al-Alawi Al-Husaini Al-Hasyimi Asy-Syafi’i menghembus-
kan nafas terakhirnya di alam fana ini pada 23 Rabi’ul Akhir 1072
H/1660 M, dan jenazah beliau disemayamkan di desa Nafhun,
Huraydhah, Propinsi Hadramaut, Yaman. Beliau terhitung sebagai
yang kedua yang dimakamkan di Huraydhah sesudah ayahnya
lebih dulu dari kalangan Bani Alawi. Di sana berdiri mausoleum
untuk pusara beliau, bersebelahan dengan pusara ayahnya. Kelak
kota itu menjadi kota utama dan mercu suar keturunan beliau.

Tentunya masih banyak lagi kisah-kisah lain yang tidak dapat saya
paparkan di sini dari perjalanan hidup beliau, berhubung
terbatasnya ruang dan waktu. Cukuplah ulasan secara ringkas dari
perjalanan hidup Sayyidinal Quthbil Anfās. Sehingga dapat

53

mengenal sekelumit kisah agungnya. Senantiasa curahan rahmat
Allah Swt atas beliau. Semoga pula kita memperoleh keberkahan
dari sisi Allah Ta’ala melalui kemulian Shahibur-Ratib dan dengan
melazimkan membaca Ratib yang telah beliau susun dan titipkan
demi kebaikan semua, di dunia maupun akhirat.



54

------------------------------------------------- -----------------------------------------------

Makna kata ratib (rātib ‫ )راتب‬diambil dari akar kata rataba, yang
berarti tetap, tidak bergerak, tersusun. Jadi kata Ratib menurut
Bahasa; kokoh atau yang tetap. Sedangkan menurut istilah berarti;
penjagaan secara rutin untuk melindungi sesuatu atau seseorang

(‫ ترتيب الحرس للحماية‬tartiibul-harsi lil-himaayah). Apabila disebuah
tempat ada bala tentara yang berjaga guna melindungi masyarakat

atau beberapa orang tertentu, maka mereka disebut rutbah (‫)رتبة‬, dan
jika yang berjaga satu orang maka disebut rātib. Dengan kata lain,
rutbah untuk bentuk banyak (jama’, plural), sedangkan rātib untuk
tunggal (mufrad, single).

Adapun dalam istilah khusus yang digunakan kalangan Ahlu Dzikir,
maka para ulama berpendapat makna Ratib adalah kumpulan atau
himpunan ayat-ayat Al-qur’an dan untaian kalimat-kailmat dzikir
yang lazim diamalkan atau dibaca secara berulang-ulang sebagai
salah satu cara untuk ber-taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah)
sekaligus sebagai permohonan kepada Allah akan penjagaan bagi
dirinya dan keluarganya dari kejahatan dan tipu-daya orang lain
yang hendak berbuat jahat, seperti sihir, gangguan jin, dan
sebagainya.

Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapi. Shalat
Sunnah Rawatib adalah shalat-shalat sunnah yang diamalkan pada
waktu-waktu tertentu oleh Nabi SAW. Dengan demikian, makna
ratib adalah himpunan yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an
dan al-Sunnah melalui frase-frase zikir yang lazim diamalkan atau

55

dibaca secara berulang-ulang sebagai salah satu cara untuk ber-
taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala), dianjar-kan dan
dianjurkan melazimkannya oleh seorang syaikh atau mursyid (guru
atau pembimbing kerohanian) kepada para murid maupun segenap
pengikutnya.

Adapun istilah ratib digunakan kebanyakkannya di negeri
Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek
dengan bilangan kiraan zikir yang sedikit, seperti 3, 7, 10, 11 dan 40
kali. Juga senang diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang
tertentu, yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.
Selain Ratib Al-Attas, ada beberapa nama ratib yang tersebar dan
diamalkan di berbagai negeri Islam, seperti Ratib Al-Haddad, Ratib
Al-Aiydrus, Ratib Al-Muhdhār, dan lainnya.

Ratib Al-Attas merupakan susunan Sayyidina Quthbil Anfās al-
Habib Umar bin Abdur-Rahman Al-Attas yang yang hingga
sekarang telah berusia kira-kira 400 tahun lebih. Dan hingga kini,
Ratib beliau masih banyak dibaca di berbagai belahan dunia, di
wilayah Afrika, seperti Darussalam, Mombassa, Tanzania, Sudan
dan Afrika Selatan. Juga di England, India dan negara-negara Arab.
Di Afrika disebarkan oleh murid-murid Sayyidil Habib Ahmad bin
Hasan Al-Attas, diantaranya Sayyidil Habib Ahmad Masyhur Al-
Haddad. Di kawasan India, Kemboja dan Burma oleh Sayyidil
Habib Abdullah bin Alwi Al-Attas.

Hingga sekarang pembacaan Ratib Sayyidinal Habib Umar Al-
Attas masih diamalkan di beberapa zawiyah di daerah Rangoon dan
Burma (Myanmar). Tetapi mereka lebih terkenal di sana dengan
sebutan ath-Thariqah al-Attāsiyah.

56

Selain itu, Ratib Al-Attas telah lama sampai di tanah Malaya,
Singapura, Brunei dan Indonesia. Antara lain adanya keterangan
ratib ini yang diterbitkan di Singapura dalam bahasa Melayu,
sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas oleh Sayyidil
Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad al-Attas pada Jumadil
Awal 1342/ Desember 1923. Pada tahun 1939, Sayyidil Habib
Muhammad bin Salim Al-Attas menerbitkan sebuah kitab yang
bernama Miftāhul Imdād yang dicetak di Matba’ah Al-Hudā di
Pulau Pinang. Kitab ini mengandungi wirid-wirid datuk beliau al-
Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, selain Ratib al-habib Umar bin
Abdurrahman Al-Attas di dalamnya. Menyusul kemudian Sayyidil
Habib Hasan bin Ahmad Al-Attas turut mencetak Ratib Al-Attas
melalui percetakannya, Maktabah Al-Attas (Al-Attas Press) yang
terletak di Wadi Hasan, Johor Bahru, Malaysia. Percetakan ini aktif
sekitar tahun 1927.

------------------------------------------------- -----------------------------------------------

Ratib Sayiddinal Habib Quthbil Anfās Umar Al-Attas dikenal
dengan beberapa nama, antara lain :

 Sesuatu yang sukar diperoleh dan kunci bagi pintu penghubung
kepada Allah. Nama inilah yang dipilih oleh Al-Habib
Muhammad bin Salim Al-Attas apabila menyusun Ratib al-
Habib Umar dalam bahasa Arab, Melayu dan Tamil.

57

 Al-Hishnul Hashin (Benteng yang kokoh ‫)الحـصن الحـصيـن‬
 al-Kibritul Ahmar (Belerang Merah ‫)الكبـريـت الأحـمـر‬

Satu istilah bagi mentafsirkan sesuatu benda yang amat
berharga yang sukar didapati pada sebarang waktu atau
tempat
 Dzubdatul Adzkār (Pati segala zikir ‫)زبـدة الأذكار‬
 Maghnitul Asrār (Magnet rahasia-rahasia bagi mereka yang
tetap mengamalkannya pada waktu malam dan siang ‫مغـناطـيـس‬
‫)الأسـرار لمن واظـب عـليـه بالليـل والنهار‬
 At-Tiryāqul Mujarrab (Penawar bagi racun yang mujarrab
‫)التـرياق المجـرب‬
Menurut kata al-Habib Husein bin Abdullah al-Attas, nama
ini dinamakan oleh gurunya al-Habib Ahmad bin Hasan
apabila menerangkan kelebihan Ratib al-Habib Umar
 ‘Azizul Manāl wa Fathu Bābil Wishāl (Sumber pencapaian dan
kunci bagi pintu penghubung kepada Allah ‫عـزيـز المنال وفـتـح باب‬
‫)الوصـال‬. Nama ini hanya terdapat di Tājul A’rās oleh
Sayyidil Habib Ali bin Husein Al-Attas yang menerangkan
bahwa dalam kitab Al-Qirtās yang beliau peroleh tertulis
nama Ratib al-Attas disebut dengan Manhal al-Manāl dan
tidak ‘Azizul Manāl

58

------------------------------------------------- -----------------------------------------------

Syaikh Ali BāRas, sebagai komentator Ratib Al-Attas, sekaligus

murid utama Sayyidinal Habib Umar Al-Attas, berkata: “Apabila

dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan

ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang berkuda. Ratib ini

mengandung rahasia-rahasia yang bermanfaat. Mereka yang tetap

mengamalkannya akan diampunkan Allah Ta’ala atas dosa-

dosanya.”

Berkata sebilangan ulama salaf (terdahulu), bahwa diantara
keutamaan Ratib ini bagi mereka yang tetap mengamalkannya,
yaitu dipanjangkan umur, mendapat Husnul-Khatimah, dan
senantiasa berada dalam perlindu-ngan Allah Ta’ala bagi dirinya,
dan segenap keluarganya serta orang-orang dicintainya.

------------------------------------------------- -----------------------------------------------

Pengulangan bacaan Ratib sesuai bilangan tersebut merupan
pendapat yang mengacu pada beberapa hadits Nabi Muhammad
SAW tentang manfaat istigfar dan dzikir-dzikir lain yang ada di
dalam Ratib ini. Sebagaimana adanya dzikir Tasbih, Tahmid, Tahli,
Takbir, Istigfar, Shalawat, dan lainnya. Tidak diperbolehkan
adanya penambahan ataupun pengurangan jumlah pada frase-frase

59

zikir inti. Karena hal ini bisa menghilangkan keberkahan dan
rahasia yang terkandung di dalamnya.

Dikatakan oleh Sayyidil Habib Ali bin Hasan Al-Attas di dalam
kitab Al-Qirtās bahwa Sayyidinal Habib Umar suka membaca

Ratibnya secara lirih tanpa suara kencang, sebab beliau

menginginkan bacaan Ratibnya itu lebih berkesan di hati bagi yang
membacanya. Hal itu sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

‫هوا ْْل هصا ِل‬ ‫بِالْ ُغ ُد ِو‬ ‫الْ هق ْو ِل‬ ‫ِم هن‬ َِ ‫ا ْله ْه‬ ‫هو ُد ْو هن‬ ‫هو ِخيْ هف ًة‬ ‫هوا ْذ ُك َْ هرب هك ِف هن ْف ِس هك ته هُضًَع‬
‫هو هل ته ُك ْن ِم هن الْ هغا ِف ِل ْ هي‬

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” [QS. al-
A’raf, 205]

Dan firman Allah Ta’ala:

‫هوٱقْ ِص ْد ِى هم ْش ِي هك هوٱ ْغ ُض ْض ِم ْن هص ْوتِ هك ِإن وهنْ هك هَ ٱ ْ هل ْص هٰو ِت ّه هص ْو ُت ٱ ْله ِم ْ ِي‬

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [QS. Luqman,
19]

Jika ratib al-Attas ini dibaca secara berkelompok, maka hendaklah
dibaca dengan suara yang tiada terlalu keras dan tiada terlalu pelan,
sesuai dengan firman Allah:

60









‫ّهم ْوـ‪-‬اتهه‪--‬ن‪ْ-‬ـ‪--‬ـ‪ --‬ه‪-‬ه‪-‬ز‪-‬ص‪ِ--ْ-‬هل‪-‬د‪-‬ا‪--ً-َ--‬عه‪-‬ه‪----‬هِذ‪-‬م‪-‬ا‪--ْ --‬نا‪--‬لْ‪ُ---‬ق‪--‬ه‪-‬خْ‪--َ-‬آ‪-ْ-‬ش‪--‬هيهنـلِهة‪َ‬هاعل‪--‬هِ‪-‬لج‪ --‬هب‪--ٍ ---‬ل●‪----‬له‪--‬هو‪-‬ـ‪---‬هَ‪-‬تِ‪-‬اه‪--‬لْي‪--ْ-‬ـ‪--‬ه‪-‬ته‪-‬ك‪-ُ -‬ه‪--‬ا‪---ْ-‬ه‪-‬خهل‪--‬ا‪ْ-‬م‪ِ---‬ثه‪-‬ش‪--‬ــا ًعُلا‬
‫انهَّ ُِْل ِْضيُبـْ ههلا ِاّهَِ هللنِاا ِلس ُه هلهو هعل●ـَُههع ْمِلـ هي ُمتهـا هلْف هغيكْـ َُِب ْو هوهانّش● هها ُه هد هوِة‬
‫ال ُل‬
‫ُه هو‬
‫اَّ ْحـ هم ُن اَّ ِحـيْ ُم ● ُه هو ال ُل اَّ ِل ْي ْل ِا هَ هل ِال ُه هو ●‬
‫اّْ هم ِل ُك اْل ُقد ْو ُس اّس هل ُم اّْ ُمـ ْؤ ِم ُن اّْ ُم ههيْـ ِم ُن‬
‫ياُلْ ْشهعـِز َِيْ ُـك ُْوز هنا ْله●ـب ُاه ُـر هواّاْ ُمل هت ُلـ ا هك ِبلهاـ ِلَُـ ُق●‬
‫ُسبْ هحا هن ال ِل هعما‬
‫ا ْ هلا ِر ُئ اّْ ُم هص ِو ُر هَ ُل‬

‫‪65‬‬

‫ِى اّس هم هوا ِت‬ ‫هما‬ ‫اْهوا هلْ ْهلس ْرهماِ ُءضا هو ْلُُهـهو ْاسلْ ه هعن ِز ْي●ـ ُيزُ اهس ِبْلهـ ُِكحـيْ هَ ُمُل‬


Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah
gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-pecah
disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan
itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Dialah Allah
Yang Tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan
yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Dialah Allah Yang Tiada Tuhan Selain Dia; Raja Yang Maha
Suci; Yang Maha Sejahtera; Yang Mengurniakan keamanan; Yang
Maha Memelihara; Yang Maha Perkasa; Yang Maha Kuasa; Yang
Memeliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan; Yang
Mengadakan; Yang Membentuk Rupa; Yang Mempunyai sifat-sifat
yang baik; Bertasbihlah kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana. [1]

bacalah 1 kali



1 Surat Al-Hashr (59), ayat 21-24

66

‫﴿ وه ُعـ ْو ُذ بِال ِل اّس ِمي ْـ ِع الْ هع ِلـيْ ِم‬
﴾ ‫ِم هن اّشيْـ هطا ِن اَّ ِجـي ْـ ِم‬

Aku berlindung pada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk

bacalah 3 kali



‫﴿ وه ُعـ ْو ُذ بِـ هكـ ِل هما ِت ال ِل الـاما ِت‬
﴾ ‫ِم ْن هشـ َِ هما هخلهـ هق‬

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna
dari kejahatan sesuatu yang diciptakan.

bacalah 3 kali



67

‫ِى‬ ‫هَ ْشء‬ ‫ا ْس ِم ِه‬ ‫هم هع‬ ‫يهـ ُُض‬ ‫ه‬ ‫اَّ ِل ْي‬ ‫ال ِل‬ ‫بِـ ْسـ ِم‬ ﴿
‫ل‬

﴾ ‫ا ْ هل ْر ِض هو هل ِى اّس هما ِء هو ُه هو اّس ِميْـ ُع الْ هع ِلـيْ ُم‬

Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tiada suatu pun, baik
di bumi maupun di langit dapat memberi bahaya/ bencana, dan
Dia Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui

bacalah 3 kali



‫ هو هل هح ْو هل‬، ‫﴿ بِـ ْس ِم ال ِل اَّ ْحـ هم ِن اَّ ِحـيْ ِم‬
﴾ ‫هو هل ُقـو هة ِال بِال ِل الْ هع ِلـ ِي الْ هعـ ِظيْـ ِم‬

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dari Allah
Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung

bacalah 10 kali

68



﴾ ‫﴿ بِـ ْس ِم ال ِل اَّ ْحـ هم ِن اَّ ِحـيْـ ِم‬

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

bacalah 3 kali



، ‫﴿ بِ ْسـ ِم ال ِل تهـ هحصـنا بِال ِل‬
﴾ ‫بِ ْسـ ِم ال ِل تهـ هوكـلْنها بِال ِل‬

Dengan nama Allah aku berlindung dengan Allah,
Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah

bacalah 3 kali



69

، ‫﴿ بِـ ْسـ ِم ال ِل آ همـنا بِال ِل‬
﴾ ‫هو هم ْن يُـ ْؤ ِم ْن بِال ِل هل هخـ ْوف هعلهيْـ ِه‬

Dengan nama Allah aku beriman kepada Allah. Sesiapa yang
beriman kepada Allah maka tiada takut baginya

bacalah 3 kali



، ‫﴿ ُسبْـ هحا هن ال ِل هعـز ال ِل‬
﴾ ‫ُسبْـ هحا هن ال ِل هجـل ال ِل‬

Maha suci Allah, Maha Mulia Allah,
Maha suci Allah Maha Agung Allah

baca 3 kali



70

، ِ‫﴿ ُسبْـ هحا هن ال ِل هو بِـ هح ْمـ ِده‬
﴾ ‫ُسبْـ هحا هن ال ِل الْ هع ِظـيْ ِم‬

Maha Suci Allah dan dengan segala pujian bagi-Nya,
Maha Suci Allah Yang Maha Agung

bacalah 3 kali


،﴾‫ هوا هوال ُل ْلوههـ ْْكمـُدهَ ُبل ِل‬، ‫﴿ ُسبْـ هحا هن ال ِل‬
، ‫هو هل ِاَ هل ِال ال ُل‬

Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan melainkan
Allah dan Allah Maha Besar

bacalah 4 kali



71


















































Click to View FlipBook Version