The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

SAJAK UNTUK AYAH TERCINTA A by Kontributor Event Antologi Sajak untuk Ayah Tercinta (z-lib.org)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by destinnafid42759, 2021-11-28 21:33:13

SAJAK UNTUK AYAH TERCINTA A by Kontributor Event Antologi Sajak untuk Ayah Tercinta (z-lib.org)

SAJAK UNTUK AYAH TERCINTA A by Kontributor Event Antologi Sajak untuk Ayah Tercinta (z-lib.org)

CINTA AYAH, CINTA PHI
Karya: Cintya Putri Permata
Ayah, cintamu laksana phi
Real selalu di hati
Meski irasional, namun selalu dinanti
Hingga akhir dalam penantian ini
Cintamu tak ada akhir ekuivalen nilai phi
Sampai saat ini tak terdapat cinta lelaki
Sedemikian sehingga lebih besar dari cinta phi
Oh ayah, kaulah cinta pertama dalam dunia ini
Hingga di setiap sujud, selalu kupinta rahmat tak terhingga
untukmu kekasih hati
Sungguh ayah
Cinta Tuhan dan cintamu bernilai korelasi
Korelasi positif yang mutlak demi surgawi
Ayah, kepedulianmu pun sungguh tak terdefinisi
Kan selalu kubingkai cintamu dalam subset hati ini.

51

AYAH
Karya: Dealisa Yuliayu
Sepagi ini kau sudah berlari
Mencari rizki
Untuk sesuap nasi dan segumpal bukti
Tanpa ragu di hati
Ayah
Semalam ini kau belum kembali
Masih berkutat dengan nyeri
Tak bisa dipungkiri
Kesulitan pasti menghampiri
Walau peluh membanjiri diri
Kau tetap kokoh berdiri
Ayah
Hanya kau seorang diri
Kesatria keluarga ini.

52

BERANI MENANGIS SAAT HUJAN
Karya: Dedi Arianto

Ayah, dalam hening ku mengenang. Siang malam tak tentu arah.
Siang malam keringatmu mencucur. Tak peduli dengan pakaian yang
kau kenakan. Warna baju penuh debu. Namun semangat terus
menggebu. Meski darah kadang terserap. Tidur nyenyak sungguh
nikmat.Tapi bangun cepat demi nasi sesuap

Lelah raga lesu jiwa. Fisik luka namun tak menderita.
Langit menangis meresap di jiwa tapi dirimu tetap bekerja.
Matahari bahagia menyengat di raga meski tanah dicangkul
sekeras baja. Engkau tetap semangat juga. Engkau merasa
tua saat sendiri, merasa tenaga terhabisi, namun berpura
muda di depan kami, seolah kuat dan tetap berani

Pinggang sakit tetap berdiri, hanya untuk anak dan istri. Engkau
laksana embun pagi yang selalu menyejukkan hati, meski di balik
hujan yang meratapi

Ayah, tak peduli berapa banyak luka di tubuhmu
Tak peduli derita tanpa ujung di hidupmu
Engkau kuat saat terbayang senyum anak tercinta
Engkau gundah saat kami terbaring tidak berdaya
Air hujan menutupi rasa keputus asa
Yang kuat berubah sengsara
Diri hebat pun hilang wibawa
Bagimu untukmu keluarga segalanya
Bagimu dirimu tak mampu berdusta
Air hujan menjadi selimut luka
Setiap tetesan penuh cerita
Yang penuh dengan rasa cinta.

53

TANGAN GAIB
Karya: Dedi Lanova Hutabarat
Aku tidak akan menjadi seorang putri tanpa seorang raja
Aku tidak akan aman tanpa penjagaan dari tangan gagah
Aku tidak akan bahagia tanpa keberanianmu memerangi gelapku
Kasihmu bak tangan gaib menjembatani jalan hidupku
Manjaku engkau hiraukan seolah benar dan kebanggaan
Salahku kau puji lalu kau ganti dengan kebenaran
Kegagahan tanganmu adalah penjagaanku bukan kesakitan
Sungguh, akulah putri yang sangat beruntung dimiliki olehmu, ayah.

54

BAPAK
Karya: Dewi Azzahroh
Engkau pahlawan hidupku
Bermandikan keringat tubuhmu
Setiap hari tanpa kenal lelah
Tak perdulikan teriknya mentari
Demi buah hati yang kau sayangi
Aku bangga miliki bapak seperti engkau
Yang tegas bukan keras lagi bijaksana
Walau terkadang kuabaikan petuahmu
Kuberontak akan perintahmu
Namun sungguh, sungguh ku sangat mencintaimu
Bapakku pahlawanku
Segalanya bagiku.

55

SAJAK YANG TAK TERUCAP
Karya: Dewi Istiana

Kutulis kata di secarik kertas putih bergaris
Kutuangkan kata dengan goresan pena hitam
Satu cara untuk menyampaikan rasa yang tak terlukis
Saat rasa hati kian menyayat dan mencekam

Bak embun pagi yang menyejukkan hati
Kau adalah alasanku untuk meraih asa
Bak sinar matahari yang menerangi kehidupan
Kau membakar semangatku dengan panas yang membara
Aku tak pandai berkata di depanmu
Tapi aku mempunyai banyak kata untukmu
Sajak yang kutulis di secarik kertas hanyalah untukmu
Kau mengerti betapa bangganya aku punyamu
Senja kusambut dengan senyuman
Aku akan menjadikanmu kebanggaan
Malam menyadarkanku tentang asa
Aku akan membuatmu bahagia walau dengan kata.

56

AKU MENCINTAIMU
Karya: Dewi Simanungkalit
Terbang adalah hal yang pertama kali kurasakan bersamamu
Saat menerpa angin dan terlihat senyum bahagiamu
Ya, gadis kecil tengah ada dalam rengkuhanmu
Menembus udara bersama mimpi dan asamu
Perlahan beranjak dewasa dan menggapai mimpi
Ketika uban kini menjadi mahkotamu
Walau tubuh tak sekuat dulu lagi
Namun gagah tetap menjadi milikmu
Dalam hening kupandangi dirimu
Mata yang memancarkan kehangatan
Bibir yang selalu mengajarkan kebijaksanaan
Serta bahu yang selalu menjadi sandaranku
Aku memelukmu rindu dan kau terheran melihatku
Kuusap butiran yang mulai menemani pipi
Sembari berbisik “Aku mencintaimu”
Kau tersenyum dan mulai bernostalgia kembali.

57

AYAH
Karya: Dewi Tak Bertajuk
Lirih rindu gejolak menepi pada hari yang sunyi
Belaian sang bayu kala tangis berderai
Pedih rindu belum berhenti
Bayangmu seakan membuatku lemah berdiri
Seakan tidak mampu tahan pedihnya hidup
Tak kuasa bangkitkan jiwaku yang redup
Ayah
Melodi mesra tangis menggema
Ketika penaku menulis namamu
Tangis membumbui seuntai syair
Serasa haru saat kutuliskan majas tentangmu
Luka memang kurasa
Namun penaku tidak berhenti mencipta aksara
Mengkalimatkan mantra rindu nan syahdu
Untukmu, ayah.

58

INGIN BERTEMU AYAH DI SURGA
Karya: Dezy Zahrotul Istiqomah Nurdin
Terdengar suara haru di keheningan malam
Seperti sedang menahan beratnya sebuah beban
Mungkin menangis adalah sebuah hiburan
Untuk membuang rasa lelah dan sedih

Engkau korbankan waktu hanya untukku
Bekerja siang dan malam tanpa mengenal waktu
Tak jarang aku melihatmu mencuri waktu tidur di kala
senggang
Rasa lelah, sedih dan sakit pun engkau hiraukan

Keriput wajah melukiskan beratnya perjuanganmu selama ini
Bagiku, engkau adalah laki-laki yang paling setia
Cintamu tulus tanpa berharap balasan
Maafkan aku jika belum bisa membalas tulusnya cintamu

Ayah, tidak satupun hariku yang terlewat tanpa nasihat
darimu
Tolong tetap genggam erat tangan kecilku ini
Karena inginku hanya satu
Semoga aku bertemu kembali denganmu di Surga nanti.

59

MAHKOTA SURGA
Karya: Dhea Alfira
Hiruk pikuk perkotaan
Menyayat perih dalam ingatan
Ketika teringat sosok laki-laki hebat, hanya dalam bayangan
Yang kini telah berada dalam naungan Tuhan
Diselimuti oleh doa dalam keikhlasan
Hanya batu nisan yang bisa kulihat dalam mata telanjang
Dan kenangan-kenangan manis tertuang dalam balutan kasih sayang
Ayah
Semua yang kau berikan
Hanya bisa kubalas dengan doa pada Sang Penyayang
Kan kuberikan mahkota surga yang kekal sepanjang zaman.

60

SANG PEKERJA KERAS
Karya: Diah Rachmawati
Raut wajah yang keras
Tutur kata yang tegas
Kesan pertama yang selalu terlintas
Saat mengingat sang pekerja keras
Sering kali terlupakan
Akan segala kebaikan
Dedikasi yang telah ia berikan
Kebahagian yang ia korbankan
Ia tinggalkan kenyamanannya
Sebelum sang surya mengembara
Peluh bercucuran bak samudera
Berharap pulang membawa permata
Bagai seorang perwira negara
Yang tak mengenal kata batas
Kan terus berjuang hingga habis napas
Demi membahagiakan keluarga tercinta.

61

AYAH
Karya: Difah Alferina Putri
Pagi telah datang
Mentari mulai meninggi
Kucoba mencari radarmu
Tapi tak kunjung kutemukan
Entah kapan kau mulai pergi
Meninggalkanku walau hanya sementara
Ku tahu semua terasa sulit
Namun kau tak pernah mengeluh
Ketika mentari kembali keperaduannya
Kau datang dengan senyuman
Tak ada beban yang terlihat
Walau ku tahu semua tak mudah
Ayah,
Terima kasih atas semua pengorbananmu
Duka yang kau tanggung
Tangisan yang tak kau perlihatkan
Dan, terima kasih atas cinta kasihmu.

62

AKU PADAMU AYAHKU
Karya: Dini Yuniar Pratiwi
Rindangnya dedaunan di musim hujan
Mewakili kata rindu untuk ayahku
Yang semangatmu bagaikan derasnya air terjun di pegunungan
Dan tidak pernah merasakan kekeringan
Doamu di sepertiga malam itu
Selalu kau dengungkan untukku
Agar menjadi orang yang berilmu
Dan harapan keluargaku
Ribuan nasihat darimu
Telah mengiringi perjalanan hidupku
Sampai saat ini pun nasihatmu selalu kurindu
Dan tidak pernah lekang oleh waktu
Ayah
Maafkan anakmu
Yang belum bisa mewujudkan harapan masa depan
Tapi selalu akan berusaha
Untuk menjadi hamba Tuhan yang akan meraih kesuksesan

63

AKU MENCINTAIMU TANPA KAU TAHU
Karya: Dwi Retno Asih

Aku mencintaimu, tanpa kau tahu
Labih dari rasa hormat dan ketakutanku
Tegasnya prinsip yang tak kupahami dulu
Menjeruji pelukan untuk terbuka lepaskan rindu

Tubuh ini terkurung pagar gelap
Yang kau bangun begitu tinggi dan pengap
Tangan menggapai-gapai, air mata menangis pilu
Berharap melihat sedikit isi hatimu
Ketika pukulan adalah pelajaran menyakitkan
Aku mulai merangkak cari jawaban
Mencoba mengerti setiap keputusan
Tanpa mengharap adakah kebenaran kau tahu
Lembar demi lembar catatan perjalanan
Rumah kita yang sering diterjang gelombang
Bapak, kepergianmu tinggalkan kenangan
Tanpa kau tahu, betapa ingin aku memelukmu.

64

DUA RASA UNTUK SANG AYAH
Karya: Dyah Ayu Sekar Amukti
Kala ini aku terbangun
Membuka batinku sebab mataku tak sanggup terbuka
Cucuran tangis larut bersama tetes hujan yang deras
Kini rumah itu gelap gulita dengan sosokku disana
Sosok ini menyendiri dalam sunyi dan ketakutan
Sebab sosokmu telah menjauh dari rumah kita
Ayah
Kau, kesatria pelindungku tapi kau yang melukaiku
Kau, badut penghiburku tapi kau yang menakutiku
Kau, pelita malamku tapi bahkan siangpun terlihat gelap di
mataku
Ribuan kata benci benar terucap kala aku menangis
Aku benci engkau ayah, sungguh benci!
Dendam dan luka ini telah mendaging di ragaku
Tapi itu pun tak mampu memudarkan ingatanku pada jasamu
Aku telah merindukanmu belasan tahun dalam kebencian ini
Tak inginkah engkau melepaskanku dari jerat benci ini, ayah?

65

CAHAYA
Karya: Elfadea Satiti
Cahaya putih menembus gelapnya malam
Inilah petanda bahwa ayah akan pulang
Naluri terhenyak sejenak
Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata
Andaikan alur dapat diubah
Kesakitan berubah kebahagiaan
Untukmu, ayah
Bertopanglah pada Sang Iman
Emfisema kian merajai
Ragamu kian melemah
Sabar dan tawakal obatnya
Aku berharap waktu melambat
Malam tradisi bersua membekas
Ada yang menusuk jantungku
Mohon ampun kupanjatkan
Untuk kepulanganmu.

66

SANG DARA
Karya: Elisa Fitrina Dewanti
Engkau adalah sang dara yang menuju arah senja
Membawa harapan yang dirimu tak tersampaikan
Berbait sajak kau renungkan dalam cinta-Nya malam
Melukiskan goresan tinta di cakrawala berhiaskan permadani jingga
Tak lupa menitipkan kasih disela embusan angin menerpa hening
Engkau adalah sang dara yang akan terbang ke angkasa
Bisakah kau jangan kembali dulu ke peraduaanmu?
Izinkan aku membasuh sayap-sayapmu, menyentuh
kelembutan bulu halusmu
Menapaki jejak masa peralihanku, tapak tilas akan kisahmu
Terbang mengarungi waktu, membelah kesunyian dalam
kesetiaan
Dara
Laksana oasis dalam savana
Bingkai dirimu dalam cerita kalbu-Ku
Terbingkai indah dalam pusaran waktu.

67

KELAMBU YANG PERGI
Karya: Elvira Bayukarina
Jentik merah terpatri di putihnya kulitku
Ah, dimana kelambu yang biasa melindungiku?
Nyanyian si penghisap darah menggangguku
Mengapa kelambuku tak menepuknya?
Jelagaku terbangun
Ada asap kepedihan di dalamnya
Aku menutupnya sebisa mungkin
Namun tak ada yang berubah, kelambuku memang tak ada
Dimana kelambuku, Tuhan?
Mengapa Engkau melipatnya hingga terbujur kaku?
Mengapa tak Kau biarkan dia menaungiku?
Mengapa tak Kau biarkan kelambu itu menjaga gadis
kecilnya?
Aku merindukan kelambuku, Tuhan
Ayahku
Kelambu hidupku
Kelambu yang pergi.

68

MEMORI BERSAMA AYAH
Karya: Erlina Dwi Kusuma
Ayah
Kau kecup keningku menjelang tidurku
Kau belai rambutku di saat kesedihanku
Kau dekap tubuhku di saat merinduku
Ayah
Kau ajarkan aku arti kehidupan
Kau menjaga aku dengan kasih sayang
Sangat tulus perjuangan
Untuk masa depan anakmu yang gemilang
Kau berikan nasihat yang berarti untukku
Terima kasih atas semua kerja kerasmu
Dalam relung hatiku
Aku sangat menyayangimu
Ayah

69

TAK TERGANTIKAN
Karya: Etika Amatusholihah
Pusara lapuk sebagai penanda masa
Kau telah berpulang keharibaan pemberi hidup
Berbekal rindu kusapa engkau, bapak
Bermil-mil jauhnya lewati lorong waktu
Masih terpatri perkasanya sosokmu
Menjadi prasasti sejarah hidupku
Hadir saat diri terperosok lubang hitam
Meraup wajah putri belahan jiwa
Peluk mesra dan belaian doa
Bijaksana pribadi bersahaja
Bapak, kau tak tergantikan
Dengan apapun kekuatan dan kedigjayaan
Dengan apapun kuasa dan tawaran jaya
Karena engkaulah pahlawan segala
Yang mampu membangkitkan jiwa suciku
Dari lumpur nistanya dunia.

70

DI ATAS PERMADANI
Karya: Etika Nur Soffatur Rohmah
Detik-detik malam tersisa
Membangunkan daun dan
Sekuncup bunga waktu
Diiringi gemericik air
Kulihat ayah, dengan
Lantunan asma-Nya
Bercerita segala risau
Keluh dan syukur
Lelah tak membuatnya terlelap
Jari-jemari menghitung ampun
Segenap doa dan harapan
Beriring cinta kasihnya
Turut menengadah
Dalam dekap permadani-Nya.

71

AYAH
Karya: Euis Syarifah
Apa yang perlahan pudar namun menenangkannya?
Apa yang menyakitkan namun melelapkannya?
Apa yang meratap perih namun melegakannya?
Kepergiannya
Seolah tak sampai sewindu kita bersua
Seolah baru kemarin kita bermesra
Seolah hari ini engkau menjelma
Merasuk kalbuku menggugah harapku
Menyatakan ribuan kerinduan dalam ragaku
Namun
Menghancurkan ribuan keping harapanku
Hujan selalu rindu pada tanah kering bumi
Dan aku,
Akan selalu rindu padamu
Ayah.

72

KEMANA PERGI
Karya: Evi Wulandari
Ayah
Hari yang kujalani
Kini terasa sepi tanpamu
Tanpa sosok lelaki tangguh
Lelaki yang selalu kubanggakan
Kemana engkau sekarang pria tangguhku
Pergi menghilang tanpa bayang
Sepucuk suratpun tak menandakan
Kau pergi tanpa isyarat
Ayah
Gundah hati ini menunggu
Setiap kabar darimu
Namun kau tak kunjung tiba
Apakah kau lupa pada anakmu?

73

ISAK TANGIS DI PENGHUJUNG GULITA
Karya: Fadilatul Atqiya

Putaran waktu berhenti di angka tiga
Kesunyian memberi tanda bahwa gulita masih disini
Isak tangis sang punggung keluarga
Mengetuk pelan pintu mimpi

Derai air mata yang membasahi pipi
Menjadi saksi kasih sayangmu pada kami
Kau pohonkan ampun untuk kami
Kau panjatkan doa untuk kami
Berdesir hati mendengar isak tangisnya
Ya Illahi Rabbi berilah kebaikan atas setiap langkahnya
Atas setiap peluh yang membasahi tubuhnya
Untuk dia yang kupanggil ayah.

74

HANYA DOA
Karya: Fathin Hisbul Wathon
Coba kujabarkan hebat dirimu
Namun imajiku beku
Jemariku kaku
Buntu
Diksiku tak cukup indah
Untuk lukiskan kisah
Tanpa lelah
Ayah
Engkaulah arti dari perjuangan
Juga makna keteguhan
Bukti keikhlasan
Insan
Hanya bisa kulangitkan doa
Semoga terbalas jasa
Dari-Nya berharga
Surga.

75

SOSOK SANG AYAH
Karya: Fauzi Wahyu Zamzami
Gelapnya malam ini hampir menampakkan cerahnya bulan
Menguburkan pikiran yang selalu menciptakan kebisuan
Ada sebuah bayangan di benakku
Seakan ingin menghancurkan pikiran itu
Sebuah bayangan senyuman dari pipinya
Oh Ternyata …
Senyum itu dulu yang selalu kulihat dan kumiliki
Senyum itu yang dapat membuat hati bergetar
Ayah, kedatanganmu kini dapat mematikan kerinduanku
Meskipun hadirmu hanya sebentar
Namun aku merasakan gejolak hangat itu
Keringatmulah motivasiku
Tawamulah rinduku
Sedihmulah deritaku
Tangismulah ikrarku
Untuk itu, apapun yang terjadi aku akan selalu menjagamu.

76

TANGISAN RINDU UNTUK PAPAP
Karya: Fiane N. Setiady

Papapku
Pahlawanku
Cinta pertamaku
Itulah adanya, dulu

Entah berapa malam ku merindumu
Ribuan air mata mengenangmu
Tak sekalipun kau menoleh ke arahku
Saat-saat buruk kan berlalu, kataku
Yang terbuang, aku
Di tengah malam buta aku meringis
Menahan tangisan rindu yang mengiris
Perih
Jadi, biarkan saja aku mengenangmu
Seperti masa kecilku dulu
Dalam pelukan hangat cintamu, menyelimutiku.

77

ELEGI RINDU UNTUK AYAH
Karya: Fifiana Astitining Tiyas
Aku duduk termangu, meratapi suratan destinasi
Terukir asma yang kini memudar oleh masa
Menelaah jauh lewat kerlingan pada kokohnya nisan
Nyalang, terlihat wajah semburat sedih
Terkenang akan jasad tertutup gundukan
Masih terekam jelas kenangan setiap incinya
Bahu kokoh siap menanggung beban cobaan
Tangan kekar senantiasa menyangga segenap masalah
Kaki tegap, sigap melangkah demi penghidupan keluarga
Sosok hebat yang tak pernah nampak, tak mau terlihat
Pemilik cinta sejati, mengayomi, melindungi segenap jiwa
Dialah ayah, khas dengan canda, pun berjiwa kuat
Kendati dimensi jadi sekat nyata
Hingga akhir hayat, kasih sayangmu tetap mewangi
Bersarang dalam rindu, melekat dalam doa
Menanti pertemuan kembali dalam surga firdaus.

78

UNTUKMU DISANA
Karya: Firda Rodliyah
Aku mencintaimu
Merindukan dekapanmu
Mengkhayal kasih sayangmu
Membayangkan dikau ada bersamaku
Wahai panutanku
Yang menuntunku tuk melangkah
Nasehatiku jika salah
Merawatku tiada gundah
Membesarkanku tiada lelah
Dikau ayahku
Yang kemarin masih bersamaku
Kini kau ada dalam bayang semu
Melayang di atas udara sendu
Namun doaku takkan jemu
Kulantunkan hanya untukmu.

79

SEBONGKAH RINDU UNTUK AYAH
Karya: Fitri Sukma Yunita

Mentari tersenyum pagi ini
Seakan menyambutku mengucap selamat hari jadi
Usiaku hari ini bertambah lagi
Dan rasa itu juga datang kembali
Rasa sayang yang tak akan pernah terganti

Beribu rindu terlukis untukmu
Beribu doa terucap setiap sujudku
Inginku bertemu denganmu
Menatap senyummu
Menemanimu saat senja menjelang dan gelap datang
Bercengkerama bersama habiskan masa berdua
Ayah
Walau aku tak menatap netramu
Walau masa tak pernah izinkan kita bertemu
Ku tahu doaku menembus langit
Membersamaimu disana.

80

PAHLAWANKU
Karya: Fitriah
Ayah
Pengorbananmu takkan kulupakan
Walau bumi memisahkan
Setiap lorong-lorong kau terawang
Di bawah terik pengorbanan
Kau kucurkan peluh cintamu
Bersama angin dan waktu
Di kala penat memikul bahu
Pohon rindang selalu membantu
Tanpa rasa pilu
Selalu bersamamu
Penghias hidupku
Pelipur laraku
Sahabat surgaku.

81

REMBULAN TAK BERSINAR
Karya: Fitriani

Rembulan tapi kau tak bersinar
Penyejuk tapi kau bukan embun
Kau bijak, bijak dalam bertindak, indah tuturmu
Kau laki-laki tua yang lemah, tapi kuat

Ayah,
Jejakmu patut kutiru, amanahmu bagaikan kompas di kala
ku kehilangan arah
Ayah, kau aki-laki tua yang kuat bak pohon teguh dengan
akar tunggangnya
Ayah,
Letihmu hidupku, cucur keringatmu jadikan dagingku
Sudah sepatutnya aku mensyukuri ini
Padamu kusandarkan diri
Darimu aku belajar iklas memberi walau kekurangan
Engkau jualah yang mengajarkanku tanggung jawab, lewat sikapmu
yang penuh bijak
Ayah, kaulah rembulanku yang tak bersinar.

82

KOPI RACIKAN PERTAMAKU, AYAH
Karya: Fransiska Cindy Carmelia

Aku tak pandai buat kopi
Hanya ada satu jenis racikan yang ku tahu
“Nak, buatkan ayah kopi”
“iya yah, bagaimana caranya?”
“Kopinya 1 sendok dengan 3 sachet tropicana. Pakai gelas yang besar
airnya panas penuh sebatas gagangnya”

Segelas kopi sudah siap, sudah kubilang aku tak pandai buat
kopi, hanya ada satu racikan yang ku tahu
Tapi dia itu ayahku
Banyak yang sudah ia lakukan pada hidupku, aku hanya
bisa membayarnya dengan satu gelas kopi

Tapi nanti aku akan tahu dua racikan katanya
Aku ingin dia sama seperti ayahku

Dia yang tak paling menyakitiku di antara laki laki lain
Dia yang tak paling diam ketika ada yang menggangguku
Dia yang tak paling bisa menunjukan paras letihnya yang
penuh kerja keras, walaupun aku tahu

Kalau ada dua jenis racikan aku ingin dia seperti ayahku.

83

ADIPATI DELAPAN ABJAD
Karya: Geniska Khiara Syndhi
Ibu kata mudanya bak Arjuna
Sosok adipati arif dalam keluarga
Torehan petuahnya mampu menyejukkan suasana
Ikutilah permainan masa, pesannya
Memang putihnya rikma tak pernah terkeluhkan
Entah saat tersuguhi manis maupun getir kehidupan
Wajahnya tenang sekalipun perihal masalah dihadapkan
Asa dan atma pun menyatu menjadikannya pribadi demikian
Sejujurnya
Berkisah tentang Ayah
Sesederhana delapan huruf awal bait di atas
Ya, ayahlah figur istimewa.

84

SAKSI
Karya: Hana Rumaisa

Bukan waktu yang singkat
Bukan juga waktu yang tepat
Bukan kemauanku
Bukan juga kemauan kau

Ini tentang 10 tahun lalu
Dimana nyawa kau dan aku bak di tepi jurang
Terkapar di tengah hiruk pikuk jalanan pukul tujuh pagi
yang ramai
Bersimbah darah pula kau dan aku

Akulah saksi
Dimana malaikat tak tega memutuskan apakah aku atau kau
Dimana pada akhirnya malaikat meninggalkanku
Untuk menjemputmu

Akulah saksi
Yang melihat kau menangis tersedu-sedu
Melihat kau berkabung pada dirimu sendiri
Dan mendengar rintihanmu, berusaha bertahan

Ayah
Akulah saksi
Saksi terakhir sebelum mata sayu itu tertutup
Dan sekarang, aku rindu.

85

KERINDUAN
Karya: Hasmita Maya
Di ujung malam, di batas waktu
Pada sajadah biru ku membisu
Menghamparkan rindu yang membeku
Padamu ayahandaku
Tiada kata-kata terangkai untuk rindu
Tiada kering airmata untuk wajahmu
Setiap waktu seuntai doa buatmu
Ayah rinduku membeku di kalbu
Terlalu singkat waktu berlalu
Belum berbalas budi untukmu
Belum terlunas hutang kasihmu
Ku ingin bertemu ayah
Ingin kukejar mencari dalam rindu
Memeluk bayang dan kasihmu
Bercerita kisah waktu lalu
Hingga hilang rindu membeku.

86

JATUH BANGUN SANG PEJUANG
Karya: Helen Rumiris

Prajurit berdiri hening di tengah semarak dunia
Dia sendiri, menahan sakit
Bergulat melawan badai yang menumbuk
Yang menghentak di setiap asa dan jeda

Isak si mungil yang mendayu kerap mencambuknya
Memaksa derap kaki lebih cepat berlari
Dan membuatnya berpaling dari pondok kenyamanan
Matanya sering nyaris terkatup
Kakinya tak jarang bergetar
Namun ia kembali siaga
Sesaat usai doa dilantunkan
Lihat, uap waktu telah mengerutkan raganya
Namun tabir perjuangan tetap gagah terpampang
Menjadi persembahan terbaik dari seorang ayah
Kan kekal terukir melintasi dimensi
Hingga masa menerbangkan jiwa.

87

PAHLAWAN HIDUPKU
Karya: Hidayatullah

Ayah
Dalam termenung aku bepikir
Betapa besar jasamu untukku
Jasamu tak kalah dari jasa seorang ibu
Kau juga yang telah merawatku
Kau juga yang telah mendidikku

Kau bahkan rela bekerja siang dan malam
Bahkan membanting tulang sekalipun
Hanya untuk menafkahi
Keluarga kecil ini
Ayah
Karena kesibukanmu
Kita jarang bersama dan saling berbicara
Karena itulah melalui tulisan ini
Kuucapkan terima kasih untukmu
Pahlawan hidupku.

88

AYAH
Karya: Hraswinch M. Galmasyz
Butiran sabarmu
Terbelenggu dalam jiwa
Bercorak menjadi rasa
Siapakah engkau wahai arjuna
Gagah perkasa menahan sakitnya hantaman dalam bahtera
Engkau yang selalu melangkah
Demi terdapatnya nafkah
Bagi mereka sang penghibur dalam lelahmu
Terbayang dalam penatmu
Pusaran urgensi yang melintangi dirimu
Namun apa yang kau lakukan?
Hanya tersenyum dalam secangkir sabarmu
Mengapa begitu?
Karena kau yakin akan ada lorong kebahagiaan bagi keluargamu
Kaulah kesatria pembangun relasi belantara kami
Hidupmu yang susah untuk kau nikmati
Pasti kan kuabadikan di dalam cakrawala cintaku.

89

AYAH CERMIN HIDUPKU
Karya: Husnia Mubarokah
Ayah …
Hatimu bagaikan emas
Senyummu bagaikan sinar mentari
Dan pelukanmu bagaikan jaket berkain sutra
Namun kini ku jauh darimu
Ayah …
Ku ingin engkau disini
Temaniku melangkahkan kaki
Ayah …
Kurindu padamu
Kurindu akan senyummu
Kurindu akan pelukanmu
Pelukan dimana ku dapat merasakan setiap kasih sayangmu
Terima kasih, ayah
Engkaulah cermin hidupku.

90

TERIMA KASIH AYAH AKU LULUS ITB!
Karya: I Wayan Budiartawan

Tubuhmu renta dimakan sang waktu
Kulit wajahmu keriput memasuki lansia
Tercermin bayang-bayang dirimu sekilas
Ketika muda penuh semangat sebagai petani

Aku lulus ITB berkat jerih payahmu di sawah
Kurenungi semua ini lalu kugoreskan pena
Kutulis kemuliaan hati ayah dalam kata-kata
Menjadikan aku manusia berguna
Tak sekalipun ayah mengeluh
Membiayai diriku kuliah ke kampus ganesha
Kau tunaikan kewajibanmu sebagai orang tua
Aku berhasil menyandang gelar sarjana
Perjuangan ayah kukenang dalam figur potretmu
Kau lelaki sejati meski hanya tamatan SR
Membanting tulang mengurusi lahan pertanian
Kini kau bersenandung tentang ajaran Sang Dharma

91

AYAH SUNGGUH KAU KUSAYANGI
Karya: Ida Farida

Saat elegi pagi mulai menyemangati
Asaku nyatanya masih sama tentang tanya “mengapa?”
Problema kau sensori hingga tak satupun mengetahui
Dan aku membenci itu ayah

Aku anakmu kan ayah?
Mengapa kau jeda aralan rasamu hanya untuk
kebahagianku, mengapa ayah?
Bolehkah aku menggugat jawaban daripada keperihan ulah
kasihmu kepadaku?

Tolong yah, aku menyayangimu!
Kau pelitaku layaknya ibu
Aku utuh karena kasih-kasihmu
Kau menua dan harus kujaga
Jangan biarkan aku dihujat pijakan karena pembiaran
Aku mengerti kau menyayangi
Lantas bagaimana caraku untuk mengganti?
Jika aduhan kecilku pun kau gusar tak tenang hati
Ayah, sungguh kau kusayangi.

92

HE IS MY HERO
Karya: Ika Merdeka Wati
Menatap jauh ke arah bola matanya
Yang setiap sudutnya memancarkan kehangatan
Senyumnya memiliki arti
Tentang mencintai dalam keharmonisan
Di antara kedua tanganmu
Kusandarkan diri dengan erat
Engkau tak pernah memintaku bicara banyak
Sebab kau tahu apa yang terjadi denganku
Aku, sangat merindukanmu.

93

USWATUN HASANAH
Karya: Ima Annisa Utami

Ayah, apakah kau lelah?
Meski lelah, semangatmu tak pernah punah
Cintamu begitu jelas terekam dalam sel menyatu dengan darah

Kau memang tak pernah mengandung
Namun segala harap dan doa kian bergema bersenandung
Selalu mendekap erat dalam relung
Kau memang tak pernah melahirkan
Namun tanggung jawabmu penuh atas sandang, pangan dan
papan
Kau memang tak pernah memberi asi
Namun kau tak pernah letih tuk mengasihi

Ayah, apakah kau marah?
Kau marah bukan bermaksud membuat istri dan anakmu terluka dan
patah
Kau hanya marah jika kau tak mampu menjadi sosok uswatun
hasanah

Ayah, apakah kita akan berpisah?
Jika kita kembali ke tanah
Semoga kelak kan bertemu di Jannah.

94

BUKAN AKU TAK SAYANG
Karya: Ima Fauziani

Saat sajak yang aku ciptakan adalah untuk ibu
Saat lagu yang aku nyanyikan adalah tentang ibu
Sejenak aku berpikir, apa yang telah aku persembahkan untuk
ayahku?

Kadang aku teringat
Pada lelaki paruh baya yang setiap harinya berteman dengan
keringat
Tak peduli walau tubuhnya lelah dan penat

Ayahku
Kau memang tak selembut ibu yang selalu memanjakanku
Kau juga tak sehangat ibu yang selalu memelukku

Namun aku tahu
Kau berkorban besar demi bahagiaku
Kau juga sama seperti ibu yang amat menyayangiku

Saat tak ada sajak yang aku ciptakan untukmu
Bukan aku tak menyayangimu
Terkadang rasa sayang tak perlu diungkapkan, cukup kutanam
dalam hati dan kusisipkan di setiap doaku.

Bogor, 15 Maret 2018

95

AYAH
Karya: Ina Widyaningsih
Bertahun-tahun aku merindumu
Tiada lagi senyum itu untukku
Belaian kasihmu telah menjauh dari pelupuk mata
Pelukan sayangmu tak lagi menghangatkanku
Hanya namamu yang kusebut dalam doa
Semoga kau tenang di alam sana
Kubawakan bunga tuk pusaramu
Kudekap cintamu dalam hatiku
Ayah, kaulah lelaki pertamaku
Yang mendekapku dalam cinta
Namun takdir telah membawamu kembali
Dalam buaian Sang Pencipta
Ketika aku merindukanmu, ayah.

96

AYAH
Karya: Indah Yuliana Sinta Dewi

Ayah, kau adalah benteng hidup kami
Dengan keras kau mendidik putri kecilmu ini
Ayah, di hatimu tertanam cinta yang luar biasa
Yang kala itu aku tak bisa menterjemahkannya

Dulu aku sering mengabaikan wejanganmu
Yang aku rasa hanya itu-itu saja
Pernah suatu hari aku sangat kesal dengan ayah
Karena keinginanku tak kau izinkan
Kau sangat ingin aku tidak memiliki nasib sama sepertimu
Kau sangat kukuh ingin aku menjadi prajurit negara

Waktu begitu cepat berlalu dan akhirnya aku selesai dari pendidikan
ini
Aku ingin cepat-cepat pulang dan menunjukkan ini pada ayah
Tapi yah, ayah dimana, kenapa ayah sudah pergi duluan
Wahai bintang, bawalah baret kebanggaan ini ke dalam dekapan
ayah
Katakan padanya aku sangat menyayanginya
Dan katakan padanya bahwa sekarang aku telah menjadi sosok abdi
negara

97

PRASASTI KEHIDUPAN
Karya: Indana Milatissalma
Peluh keringat bercucuran
Caramu memberiku kasih sayang
Kau tumbuhkan sebuah prasasti kehidupan
Tertata rapi kisah-kisah cinta yang kukenang
Saat ku terpuruk dalam kesedihan
Kau lipurku dengan secercah nasihatmu
Nasihat yang sering kau sematkan demi kebaikan budiku
Ketabahan hatimu adalah guru masa depanku
Namun lelahmu menjadi sayatan luka yang menggores di
hatiku.

98

ENYAHLAH DUSTA!
Karya: Intan Ayu Daniswara
Enyahlah dusta!
Jangan selalu kau selimuti dia
Merebut riang yang seharusnya ada
Enyahlah dusta!
Kembalikan sang raja pada permaisurinya
Jangan selalu kau paksa berhuru hara
Ayah
Kau pulang ketika ada cahaya lembayung
Meski tanganmu tergores suban
Meski langkahmu terhalang biduk hilir
Selalu berdusta tentang gontainya dirimu
Tak lupa kau panjatkan pintamu
Demi sentosanya peri kecilmu
Akan ada senyum merekah di wajah ayah
Macam senja berlatar langit gibraltar.

99

AYAH PERANCANG HEBAT
Karya: Intan Maisarah

Ombak laut kau arungi
Lembah kau jelajahi
Setapak demi setapak kau langkahi
Panasnya matahari tak kau peduli
Kau perancang hebat yang kukenal
Karenamu masa depanku tertata rapi
Senyummu penyegar jiwa getir ini
Kau penyemangat jiwa untuk tegar

Oh ayah, kau kerahkan keringat demi impianku
Tak pernah terbesit imbalan atas jasamu
Kau lakukan apapun untukku
Ilmuku tertata indah karenamu
Oh ayah, aku tidak menetap di rahimmu
Tapi selalu di pikiranmu
Nampak tak kau pedulikan aku
Pengawas terhebat itulah dirimu.

100


Click to View FlipBook Version