i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyusun buku panduan ini dengan judul Panduan Penggunaan Media
Pembelajaran Montase Tiga Dimensi dalam Mengembangkan
Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini.
Buka panduan ini menyajikan informasi dan memberikan
tuntunan (memandu) kepada pembaca dalam pengembangan media
pembelajaran Montase tiga dimensi pada anak usia dini. Dimaksudkan
terutama untuk memberikan wawasan dan membantu guru dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia dini
khususnya usia 5-6 tahun. Pada tingkat pelaksanaannya tentu tidak
terlepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran di
sekolah. Oleh karena itu, diharapkan melalui panduan pengembangan
media pembelajaran montase tiga dimensi ini guru dapat
melaksanakan pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak atas bantuan yang telah diberikan baik moril
maupun materil, serta bimbingan, arahan, motivasi, dan doa selama
proses penyusunan buku panduan ini. Ucapan terimakasih penulis
haturkan kepada Ibu Dr. Kartini Marzuki, M.Pd dan Bapak Dr.
Rusmayadi, M.Pd sebagai pembimbing 1 dan pembimbing 2 penulis.
Semoga buku panduan ini dapat dijadikan referensi dalam
pengembangan media pembelajaran Montase tiga dimensi dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak usia dini. Selain
itu, menjadi bahan masukan bagi pengembangan pembelajaran pada
lembaga PAUD di Indonesia.
Makassar, 22 Mei 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan i
Kata Pengatar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
1
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Penulisan 4
C. Sasaran 6
BAB II Konseptual 6
A. Media Pembelajaran Montase Tiga Dimensi 11
B. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini 5-6 Tahun 14
C. Materi
BAB III Penggunaan Media Pembelajaran Montase Tiga 17
Dimensi
A. Langkah-Langkah Penggunaan Media Pembelajaran 18
Montase Tiga Dimensi 24
B. Spesifikasi Produk Media Pembelajaran Montase 28
30
Tiga Dimensi 31
C. Penilaian 34
Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas diri seorang anak. Dalam Undang-Undang
RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ayat
14 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Proses kegiatan belajar mengajar untuk anak usia dini difokuskan
pada stimulasi perkembangan anak. Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini terdapat
enam aspek yang berhubungan dengan perkembangan anak usia dini,
diantaranya aspek perkembangan nilai agama dan moral, fisik-motorik,
kognitif, bahasa, sosial-emosional dan seni yang terdapat pada anak.
Aspek perkembangan yang paling cepat berkembang pada anak usia
dini adalah aspek fisik motorik. Perkembangan aspek motorik dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.
Salah satu pengembangan dasar yang penting bagi anak adalah
perkembangan motorik halus. Motorik halus adalah gerakan yang
dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu, yang tidak membutuhkan
tenaga besar yang melibatkan otot besar, tetapi hanya melibatkan
sebagian anggota tubuh yang dikoordinasikan (kerja sama yang
seimbang) antara mata dengan tangan atau kaki. Tujuan dari melatih
motorik halus adalah agar anak terampil dan cermat menggunakan jari-
jemari dalam kehidupan seharihari, khususnya pekerjaan-pekerjaan
1
yang melibatkan unsur kerajinan dan keterampilan tangan (Ismail, 2012
dalam Rahayu, 2017).
Perkembangan motorik halus sangat penting untuk anak usia dini
dimana seorang anak akan banyak mengalami perubahan yang sangat
berarti. Berbagai manfaat dapat diperoleh anak TK ketika mereka
semakin terampil menguasai motorik halusnya. Selain kondisi
badannya yang sehat karena beraktivitas, anak akan dapat mandiri dan
mempunyai rasa percaya diri. Hal itu memungkinkan anak aktif dalam
kegiatan yang memberikan kesenangan dan kesempatan untuk
mempelajari keterampilan sosial yang positif (Depdiknas, 2008).
Kemampuan motorik halus pada anak sangat penting untuk
dikembangkan sebagai dasar untuk masa yang akan datang. Hal ini
senada dengan pendapat Noorlaili (2010) yang menyatakan bahwa
mengasah kemampuan motorik halus sangat penting dalam
perkembangan anak karena motorik halus sangat menentukan
kepekaan dan kreativitas.
Perkembangan motorik halus bagi anak yang tidak optimal bisa
menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi.
Menurut Decaprio (2013), dampak negatif apabila motorik halus anak
tidak berkembang dengan optimal, maka ia akan mengalami masalah
dalam melakukan gerakan yang melibatkan kemampuan motorik halus
terutama untuk aktivitas kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu,
pentingnya meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia
dini.
Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia
dini membutuhkan stimulasi bermain yang baik. Apabila stimulasi
bermain anak baik, maka akan membuat perkembangan motorik anak
meningkat dan anak menjadi aktif bermain. Sedangkan stimulasi
bermain yang buruk dapat menyebabkan anak mengalami
keterlambatan dalam perkembangan motorik dan anak menjadi pasif
2
dalam bermain (Dian, 2013). Menurut Rahayu (2017), jika stimulasi
perkembangan fisik/motorik tidak tepat, tidak hanya berisiko bagi
perkembangan motorik, tetapi juga bagi perkembangan aspek lainnya
Salah satu upaya dalam mendukung stimulasi atau rangsangan
bermain yang tepat dalam proses perkembangan motorik anak adalah
melalui media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran dapat
membantu siswa dalam membentuk pengalaman belajar (Himmah,
2021). Media tersebut harus harus dapat membuat anak belajar secara
aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Tentunya media harus
berorientasi pada perkembangan kemampuan motorik halus anak.
Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan
berlatih (Santrock, 2007).
Stimulasi bermain yang baik untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus pada anak adalah melalui media pembelajaran Montase.
Menurut Ayusari (2017), media montase merupakan penggabungan
gambar-gambar yang dihasilkan dari percampuran unsur dari beberapa
sumber. Media montase dihasilkan dari menyatukan atau
menggabungkan gambar-gambar dari sumber yang berbeda dengan
susunan tertentu di tempelkan pada sebuah bidang datar. Carolina
(2017) mengatakan bahwa pengertian montase adalah sebuah karya
yang dibuat dengan cara menempelkan beberapa potongan-potongan
gambar dari berbagai sumber (majalah, koran, foto, dan lainnya) ke
suatu bidang gambar sehingga menjadi gambar baru dan memiliki satu
pesan atau tema. Keunggulan dari montase adalah bahan pembuatan
yang mudah didapatkan, bahan yang murah karena dapat
menggunakan bahan bekas, objek-objek yang berwarna dan
bermacam-macam sehingga membuat anak merasa tertarik dan
senang (Afifah, 2020).
Pembelajaran montase di dalamnya terdapat kegiatan
menggunting dan menempel. Dalam kegiatan menggunting anak
3
menggerak-gerakkan gunting mengikuti alur guntingan kertas
merupakan kegiatan efektif untuk mengasah kemampuan motorik
halus. Teori Montessori mengatakan untuk melatih fungsi-fungsi
motorik peserta didik di TK tidak perlu diadakan alat-alat tertentu,
dalam kehidupan sehari-hari cukup memberi latihan bagi motorik
peserta didik sebab dalam pengembangan motorik halus anak akan
berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan untuk
melatih koordinasi antara mata dengan tangan yang dianjurkan dalam
jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh
belum tercapai.
Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk membuat
buku panduan pennggunaan media pembelajaran montase tiga imensi
dalam mengembangkan kemampuan motorik halaus anak usia dini.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan buku panduan ini yaitu:
1. Memberi acuan kepada pendidik (PAUD) dalam memahami
dan mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak
usia dini;
2. Membantu pendidik (PAUD) dalam meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan tentang pengembangan media pembelajaran
montase tiga dimensi dalam mengembangkan kemampuan
motorik halus anak usia dini;
3. Bagi anak usia dini dapat memberikan kesempatan anak dalam
pengembangan kemampuan motorik halus anak usia dini
melalui media pembelajaran montase tiga dimensi.
4
C. Sasaran
1. Guru diharapkan memahami panduan penggunaan media
pembelajaran supaya mampu menggunakan sesuai dengan
sebagaimana mestinya.
2. Pada bagian prosedur pelaksanaan pembelajaran, guru dapat
mengintegrasikan kegiatan menggunakan media pembelajaran
montase tiga dimensi dalam mengembangkan motorik halus
anak
3. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media pembelajaran
montase tiga dimensi dapat dilaksanakan sesuai dengan
panduan agar pengembangan motorik halus anak dapat
meningkat.
5
BAB II
KONSEPTUAL
A. MEDIA PEMBELAJARAN MONTASE TIGA DIMENSI
1) Pengertian Media Pembelajaran Montase
Montase berasal dari bahasa Inggris (Montage) artinya
menempel. Menurut Rahayu (2017), kata montase yang dalam bahasa
Inggris disebut ‘montage’ yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia
berarti ‘Komposisi gambar yang dihasilkan dari pencampuran unsur
dari beberapa sumber. Pada awal kehadirannya dikenal dalam seni
fotografi yang kemudian berpengaruh pada cara berkarya seni dengan
menghasilkan kreasi tema-tema baru yang unik. Dengan demikian
montase merupakan suatu kreasi seni aplikatif yang dibuat dari
tempelan guntingan gambar. Melalui kegiatan ini akan mengasah
kreativitas anak dengan menghasilkan alur cerita.
Menurut Sumanto (2005) montase adalah suatu kreasi seni
aplikasi yang dibuat dari tempelan guntingan gambar, atau guntingan
foto, di atas bidang dasarkan gambar. Menurut Sunaryo, (2010),
bahwa:
“Montase merupakan karya lukisan rekatan yang dibuat
dengan cara menyusun guntingan-guntingan gambar
sehingga menciptakan kesatuan bentuk yang baru. Dengan
demikian untuk membuat montase dibutuhkan sejumlah
gambar dari media cetak yang dapat digunting dan
ditempel. Adapun media cetak yang dapat digunakan
untuk membuat montase antara lain: koran, majalah,
buku, tabloid, kalender, dan lain sebagainya”.
Montase adalah penggabungan gambar-gambar yang dihasilkan
dari percampuran unsur dari beberapa sumber. Karya montase
6
dihasilkan dari menyatukan atau menggabungkan gambar-gambar dari
sumber yang berbeda dengan susunan tertentu ditempelkan pada
sebuah bidang datar.biasanya,karya montase digabungkan sesuai
dengan tema yang ingin diciptakan dari beberapa gambar
tersebut.salah satu contohnya tema pendesaan,gambar-gambar yang
didapat bisa berupa potongan gambar rumah,pegunungan,jalan
desa,sungai,dan lain-lain (Ayusari, 2017). Menurut Muharrar dkk
(2013), kegiatan montase sendiri merupakan penggabungan dari
berbagai sumber, baik media cetak ataupun media gambar yang
kemudian ditempelkan satu persatu dengan susunan dan penataan
yang diinginkan sehingga menjadi sebuah karya seni baru yang disebut
karya seni montase.
Montase merupakan sebuah karya yang dibuat dengan cara
memotong objek-objek gambar. Susanto (2011) mengemukakan bahwa
Montase merupakan sebuah karya yang dibuat dengan cara memotong
obyek-obyek gambar dari berbagai sumber kemudian ditempelkan
pada suatu bidang sehingga menjadi satu kesatuan karya dan tema.
Muharrar & Verayanti (2013), karya montase sangat identik dengan
guntingan gambar atau bisa juga disebut sebagai karya gunting tempel
(cut and paste). Guntingan “gambar jadi” artinya gambar yang sudah
ada atau sudah tercetak pada foto, koran, majalah, buku, dan
sebagainya digunting hingga terlepas dari lebaran aslinya. Setelah
guntingan gambar terkumpul, yang mungkin melebihi kapasitas bidang
atau permukaan yang akan di tempeli, biasanya masih diperlukan
seleksi atau disebut juga tahap reduksi, sehingga yang tersisa hanya
guntingan gambar yang memang pasti akan di tempel dalam suatu
susunan atau komposisi. Selanjutnya guntingan gambar yang sudah
disiapkan tersebut di tempel satu persatu dengan susunan dan
penataan yang diinginkan sehingga menjadi sebuah karya seni baru
yang disebut karya seni montase.
7
Untuk pembelajaran di tingkat TK tentang Montase tidaklah jauh
berbeda dengan montase pada umumnya kerena prinsip kerja antara
mozaik dan montase hampir sama. Yang membedakan hanyalah objek
yang hendak dibuat dan materi yang digunakan. Material untuk
montase yang biasa dipergunakan dalam kegiatan seni pada umumnya
akan jauh berbeda dengan material yang dipergunakan untuk media
ekspresi dalam pembelajaran montase di TK, karena montase
disamping sebagai karya dua dimensi juga tiga dimensi.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa Media pembelajaran
Montase merupakan sebuah karya yang dihasilkan dari
mengkomposisiskan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar
yang sudah jadi lainnya. Pembelajaran Montase diharapkan dapat
mengembangkan perkembangan motorik halus anak. Bahan-bahan
yang digunakan dalam media pembelajaran montase sangat bervariasi.
Material untuk montase bisa ditemukan dilingkungan sekitar.
Umumnya, bahan yang digunakan adalah kertas
bergambar,koran,majalah,bekas pembungkus makanan,kertas
kado,bekas poster,dan lain-lain. Bahan dalam membuat montase untuk
masyarakat umum dan dalam dunia pendidikan tentu saja berbeda.
Untuk anak usia dini, bahan yang digunakan biasanya adalah yang
sederhana dan mudah untuk dibuat atau ditemukan seperti potongan
gambar dari kertas kado,koran, atau majalah.
2) Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran Montase
Kegiatan montase bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
motorik halus anak yang berhubungan dengan gerakan jari-jemari dan
tangan sehingga keterampilannya dapat meningkat. Menurut Sumantri
(2005), bahwa tujuan pengembangan motorik halus adalah:
a. Anak mampu mengembangkan keterampilan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan;
8
b. Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan
dengan gerak jari-jemari;
c. Anak mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan;
dan
d. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Peneliti
Menurut (Nurhayati, 2016), fungsi dan manfaat dari kegiatan
montase, antara lain:
a. Fungsi praktis, yakni fungsi pada benda sehari-hari, hasil dari karya
tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan dekorasi rumah.
b. Fungsi edukatif, yakni fungsi yang dapat membantu
mengembangkan kreativitas, estetika, daya serap, daya pikir, dan
emosi.
c. Fungsi ekspresi, yakni melalui kegiatan montase dapat melejitkan
ekspresi dengan cara menggunakan berbagai bahan dan tekstur
yang dimiliki pda setiap gambar di majalah atau koran atau buku
bekas lainnya.
d. Fungsi psikologis, yakni melalui kegiatan montase seseorang dapat
menuangkan ide serta imosi yang dimilikinya sehingga
menimbulkan rasa puas dan kesenangan tersendiri sehingga dapat
mengurangi beban psikologisnya.
e. Fungsi sosial, yakni kegiatan montase dapat menyediakan lapangan
pekerjaan bagi seseorang dengan banyaknya karya yang dimilikinya
sehingga dapat diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan
dengan modal kreativitas.
Dari uraian diatas permaianan montase sangat memiliki manfaat
yang banyak, mulai dari segi edukatif, social, phisikologi sampai
ekspresi. Jika dikaitkan dengan penelitian ini pembelajaran media ini
sangat mempengaruhi perkembangan motorik halus anak khusunya
dalam keterampilan meniru bentuk.anak dilatih untuk mampu
9
menggunting sesuai dengan pola, menempel dengan tepat, serta
mewarnai gambar. Kegiatan ini akan sangat membantu
mengembangkan otot-otot kecil anak.
3) Media Pembelajaran Montase Tiga Dimensi
Media pembelajaran montase tiga dimensi adalah suatu alat
yang dibuat dengan menggabungkan gambar-gambar dengan susunan
tertentu sehingga membentuk suatu cerita baru di atas bidang yang
memiliki volume dan menempati suatu ruang. Media montase tiga
dimensi ini memiliki keunggulan yaitu biaya pembuatan lebih murah
karena menggunakan guntingan aneka gambar baik dari majalah,
poster, atau gambar printout ,menggunakan media bidang dasaran tiga
dimensi yang mudah diperoleh yaitu kotak/dus sepatu, dapat di
gunakan sesuai dengan tema pembelajaran, bentuknya menarik dan
dapat dingunakan dengan mudah serta dapat disimpan dalam waktu
yang lama.
Media pembelajaran montase merupakan suatu alat (karya seni
tempel) yang dibuat untuk menyampaikan pengetahauan atau
informasi secara visual dari guru kepada murid dalam mencapai tujuan
dari belajar yang lebih baik. Karya montase dihasilkan dari menyatukan
atau menggabungkan gambar-gambar dari sumber yang berbeda
dengan susunan tertentu ditempelkan pada sebuah bidang.
Karya montase di bagi menjadi dua yaitu montase dua dimensi
dan montase tiga dimensi. Media pembelajaran montase tiga dimensi
dapat dilihat atau dinikmati dari berbagai arah/sisi. Media montase tiga
dimensi lebih rumit dimana unsurnya terdiri bukan dari gambar semata
tetapi dari benda-benda yang telah memiliki arti walaupun tidak di
padukan dengan benda lain. Montase tiga dimensi memiliki arti setelah
benda-benda tiga dimensi dipadukan.
Pekerti (2007) menuturkan Montase tiga dimensi merupakan
karya seni rupa yang mempunyai tiga ukuran yaitu panjang, lebar dan
10
tinggi atau karya yang mempunyai volume dan menempati ruang.
Kegiatan montase dapat lebih menarik minat siswa jika dibuat
menggunakan bidang tiga dimensi. Probosiwi (2017) menyatakan
bahwa montase tiga dimensi berbentuk setting (Pengaturan).
Diperlukan pertimbangan pengaturan gambar dengan menyesuaikan
penempatan setiap gambar sehingga akan menghasilkan sebuah
susunan baru dan cerita yang baru di atas bidang.
Jadi berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran montase berbasis tiga dimensi adalah
suatu alat yang dibuat dengan menggabungkan gambar-gambar
dengan susunan tertentu sehingga membentuk suatu cerita baru di
atas bidang yang memiliki volume dan menempati suatu ruang.
B. PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA DINI
1) Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi
system susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang
sangat berperanan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi
setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya
perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan
berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.
Sumantri (2005) menyatakan bahwa motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-
jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan
koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan
menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Demikian pula
menurut Sujiono, dkk (2010) menyatakan bahwa motorik halus adalah
gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil. Motorik halus adalah penggunaan
sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering
membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan,
11
keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk
mengerjakan suatu objek. Berdasarkan pendapat diatas bahwa motorik
halus adalah gerakan otot-otot kecil yang melibatkan bagian tubuh
seperti jari jemari dalam melakukan kegiatan. Motorik halus adalah
penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan
yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan,
keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk
mengerjakan suatu objek (Trianto, 2011).
Beberapa teori tentang motorik halus :
1. Teori Harlock
Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dalam
pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
berlatih.Contoh: kemampuan mencoret akan semakin terarah dan
memiliki bentuk bila sering dilatih, menyusun balok akan bentuk
bermakna dengan keluasaan kesempatan belajar dan
mengeksplorasi.
2. Teori Montessori
Untuk melatih fungsi-fungsi motorik peserta didik di TK tidak perlu
diadakan alat-alat tertentu, kehidupan sehari-hari cukup memberi
latihan bagi motorik peserta didik. Asas-asas metode pembelajaran
Montessori menurut Depdiknas (2007) adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan sendiri, Perkembangan itu terjadi dengan berlatih,
dapat dikerjakan sendiri oleh peserta didik di TK.
b. Masa peka, Masa peka ini merupakan masa ketika
bermacammacam fungsi muncul dan menampilkan diri dengan
tegas untuk dilatih.
c. Kebebasan, Mendidik untuk kebebasan dengan
kebebasan,dengan tujuan agar masa peka dapat menampakkan
12
diri secaraleluasa dengan tidak dihalang-halangi di dalam
ekspresinya.
Berdasarkan teori yang dijabarkan oleh Harlock dan Montessori
tentang pengembangan motorik halus anak diatas maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak harus dilakukan
dengan stimulus-stimulus yang sesuai dengan kebutuhan. Selain
stimulus,pengembangan motorik halus anak juga harus
memperhatikan asas-asaspembelajaran motorik halus agar
perkembangan motorik halus anak dapat berkembang dan bermakna.
2) Karakteristik Perkembangan Motorik Halus anak usia 5-6 Tahun
Setiap tahapan usia memiliki karakteristik perkembangan
masing-masing. Perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun
yaitu koordinasi anak akan semakin meningkat. Usia 5-6 tahun anak
sudah dapat memegang pensil dan memegang gunting sebagaimana
Soejanto (2005) menjelaskan bahwa di dalam membicarakan
perkembangan motorik halus anak, akan dibicarakan tentang ciri-ciri
motorik yang pada umumnya melalui empat tahap yaitu:
a. Gerakan-gerakan tidak di sadari, tidak disengaja, dan tanpa
arah.Misalnya anak menggerak-gerakan kaki dan tangannya,
memasukkan tangan ke mulut, mengedipkan mata dan gerak-gerak
yang lain,yang tidak disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar.
b. Gerakan-gerakan anak itu tidak khas. Artinya gerakan yang
timbul,yang disebabkan oleh perangsang tidak sesuai dengan
rangsangannya.
c. Gerakan-gerakan anak itu dilakukan dengan massal. Artinya hamper
seluruh tubuhnya ikut bergerak untuk mereaksi perangsang yang
datang dari luar.
d. Gerakan-gerakan anak itu disertai gerakan-gerakan lain yang
sebenarnya tidak diperlukan. Di dalam perkembangan selanjutnya
gerakan-gerakan itu semakin lama makin terdiferensiasi,artinya
13
hanya bagian tubuh tertentu saja yang bergerak.Dan itu pun bila
ada perangsang yang mengenalnya.
Perkembangan kemampuan anak akan terlihat jika anak dapat
menyelesaikan tugas motorik tertentu. Menurut Gunarti (2010),
menjelaskan bahwa kemampuan motorik halus merupakan
kemampuan anak untuk melakukan kegiatan yang melibatkan
koordinasi antara mata, tangan, dan otot-otot kecil pada jari-jari,
pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktivitas seni,
seperti menggunting, melukis, dan mewarnai. Soetjiningsih (1995)
gerakan motorik halus yaitu gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi diperlukan
koordinasi yang cermat, contohnya: memegang benda kecil dengan jari
telunjuk dan ibu jari, memasukkan benda kedalam botol, menggambar,
dan lain-lain. Menurut Santrock (2007) dalam jurnal Rakimahwati, dkk
“keterampilan motorik halus merupakan keterampilan motorik yang
melibatkan gerakan yang diatur secara halus”.
Berdasarkan pendapat diatas penulis dapat disimpulkan bahwa
karakteristik perkembangan anak pada usia 5-6 tahun gerakannya
sudah sempurna, anak sudah bisa menggambar sesuai
gagasannya,menggunting sesuai pola, menempel gambar dengan tepat
dan dapat mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara
detail.
C. MATERI
Materi pembelajaran yang akan digunakan berdasarkan hasil
observasi analisis kebutuhan di lapangan yang menjadi fokus
pengembangan kemampuan motorik halus anak yaitu :
1) Memegang kertas dengan satu tangan
2) Menggunting sesuai pola
3) Menyusun berbagai gambar
4) Menempel dengan tepat
14
5) Mampu menunjukkan kesesuaian hasil karya
Perkembangan motori halus anak usia 5-6 tahun dalam teori
piramida perkembangan motorik Nilsen diantaranya bahwa anak telah
mampu menyisir rambut, memotong makanan dengan pisau,
membuka resleting, memotong dengan satu tangan, memegang alat
tulis dengan jari, memegang gunting dengan 2 tangan. Menurut
Permendikbud no 5 ayat 3 tahun 2022 mendeskripsikan aspek capaian
perkembangan motorik halus anak adalah memiliki daya imajinasi dan
kreativitas melalui eksplorasi dan ekspresi pikiran dan/atau
perasaannya dalam bentuk tindakan sederhana dan/atau karya yang
dapat di hasilkan melalui kegiatan menggunting dan menempel.
Senada dengan Sujiono dkk (2009) tingkat penncapaian
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a. Peningkatan perkembangan otot kecil yaitu koordinasi mata dan
tangan yang berkembang baik.
b. Meningkatan penguasaan dalam menggunakan palu, pensil,
gunting
c. Menjiplak gambar geometris.
d. Bermain pasta dan lem.
e. Keterampilan tangan yang semakin baik.
f. Memegang kertas dengan satu tangan dan mengguntingnya.
g. Menjiplak, meniru dan menulis beberapa huruf sederhana.
h. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari.
i. Menggambar orang dengan lengkap.
j. Memotong bentuk-bentuk sederhana.
k. Belajar menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar
tempel.
l. Menjiplak lingkaran dan bujur sangkar
15
Selanjutnya menurut Rasyid dkk. (2012) motorik halus anak usia
dini antara lain:
a. Kemampuan meronce, menjahit, dan mencocok Kemampuan
meronce, menjahit, dan mencocok sangat kental dengan
kecermatan yang harus dilatih dalam berbagai aktivitas permainan
seperti permainan menjahit sesuai pola, mencocok sesuai lubang,
dan meronce manik-manik atau sejenisnya dengan benang atau
senar.
b. Kemampuan merobek, menggunting, dan melipat Kemampuan
merobek, menggunting, dan melipat perlu distumulasi dengan
aktivitas bermain yang menyenangkan bagi anak.
c. Kemampuan mencoret dan menarik garis Kemampuan mencoret
dan menarik garis dapat melatih koordinasi mata dan tangan,
pikiran serta gambaran potensi seni anak.
d. Kemampuan mewarna dan membentuk Kemampuan mewarna dan
membentuk harus dibiasakan dan dilatih terus agar potensi seni
juga dapat tumbuh.
16
BAB III
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MONTASE
TIGA DIMENSI
Penggunaan media pembelajaran Montase tiga dimensi
merupakan salah satu cara untuk menstimulasi anak usia dini dalam
mengembangkan kemampuan dalam diri khususnya pada kemampuan
motorik halus. Saat membuat media pembelajaran montase anak akan
memilih serta mengkombinasikan gambar-gambar yang sudah jadi
sesuai dengan tema. Kegiatan montase meliputi beberapa aspek
berupa menggunting, menyusun, dan menempel. Menggunting objek-
objek gambar dari berbagai sumber untuk disusun dan kemudian
ditempelkan pada suatu bidang seningga menjadi satu kesatuan.
Pemilihan dan penyusunan gambar disesuaikan dengan tema yang
telah ditentukan (Cahyaningrum, 2019).
Media montase tiga dimensi memiliki beberapa keunggulan.
Diantaranya biaya pembuatan lebih murah karena menggunakan
guntingan aneka gambar baik dari majalah, poster, atau gambar print
out. Selain itu, media Montase tiga dimensi menggunakan media
bidang dasaran tiga dimensi yang mudah diperoleh seperti kotak/dus
sepatu, dapat digunakan sesuai dengan tema pembelajaran, bentuknya
menarik serta dapat dingunakan dengan mudah serta dapat disimpan
dalam waktu yang lama. Maka dari itu media pembelajaran Montase
tiga dimensi ini dirancang agar sesuai dengan karakteristik
perkembangan anak usia dini. Berikut Langkah-langkah dalam
pengunaan media Montase, spesifikasi produk, dan pelaksanaan dalam
pembelajaran pada anak usia dini.
17
A. Langkah-Langkah Penggunaan Media Pembelajaran Montase Tiga
Dimensi
1) Langkah 1: Menyediakan Alat Dan Bahan
a. Siapkan kumpulan gambar-gambar yang akan dijadikan karya
Montase baik berupa gambar dari majalah, poster, maupun
gambar hasil print out.
Gambar 1. Kumpulan gambar print out
b. Gunting
Gambar 2. Gunting
Gunting yang cocok untuk anak usia dini usia 5-6 tahun adalah
gunting yang ujungnya tumpul dan sebaiknya memiliki
18
penutup. Pilihlah gunting dari bahan stainless steel agar tidak
mudah berkarat. Lalu pertimbangkan pula bentuk gunting yang
berukuran kecil dan pendek agar nyaman dan sesuai dengan
tangan anak.
c. Lem perekat
Gambar 3. Lem roll Gambar 4. Lem kertas
Yang perlu diperhatikan dari lem yang digunakan adalah
terutama kekuatan merekatnya, kemudahan pemakai, dan
kemudahan untuk dilepas. Untuk bidang kecil seperti montase
baiknya menggunakan lem kertas baik yang padat maupun lem
roller yang lebih praktis.
d. Kertas HVS/ karton berwarna
Gambar 5. Kertas karton berwarna
19
Kertas HVS/Karton berwarna digunakan untuk membuat
background pada bidang dasaran tiga dimensi. Adapun warna
yang dipilih untuk kertas HVS/karton yang digunakan
disesuaikan dengan tema yang akan dibuat. Misalnya, untuk
tema lingkungan rumahku dapat menggunakan kertas
berwarna biru sebagai langit dan hijau sebagai pengunungan.
e. Lidi/Stik es
Gambar 6. Stik es
Siapkan Lidi/Stik es sebagai penyanggah gambar atau objek.
f. Bidang dasaran tiga dimensi
Gambar 7. Dus kotak
20
Bidang dasaran ini dapat diperoleh dari dus atau kotak bekas
seperti kotak sepatu, kotak pakaian, kotak makanan, dll.
g. Streafoam
Gambar 8. Streafoam berwarna
Streafoam diletakkan pada bagian atas dus dan digunakan sebagai
stand untuk menancapkan lidi/stik es.
2) Langkah 2: Menentukan Tema dan Konsep Karya Montase
Sebelum membuat karya montase, terlebih dahulu harus
mempersiapkan konsep dari karya montase yang akan dibuat.
Mempersiapkan konsep sebelum membuat montase akan
membantu kita agar karya montase yang dihasilkan menjadi lebih
fokus pada tema tertentu. Tentukan tema yang ingin diaplikasikan
pada karya montase. Misalnya menentukan tema lingkungan
rumah, tema lingkungan pedesaan, tema lingkungan perkotaan,
tema lingkungan sekolah, tema suasana pantai, dan lain
sebagainya.
3) Langkah 3: Memilih Berbagai Gambar Sesuai Tema
Pilihlah gambar-gambar yang sesuai dengan tema yang diinginkan.
Perlu disadari bahwa tidak semua gambar yang tersedia akan
digunakan, namun hanya yang sesuai dengan tema atau cerita yang
akan dibagun. Pertimbangkan pengaturan gambar dengan
21
menyesuaikan penempatan dan ukuran setiap gambar. Kreativitas
dan imajinasi kalian menjadi faktor utama untuk menghasilkan
sebuah susunan baru yang menarik.
Gambar 9. Kumpulan Gambar Untuk Tema Lingkungan Rumahku
4) Langkah 4: Menggunting Gambar Sesuai Pola
Gambar 10. Menggunting sesuai pola
22
Potong atau guntinglah gambar dari sumber referensi yang telah
ada sesuai dengan konsep yang sudah dibuat. Potong atau
guntinglah gambar-gambar tersebut mengikuti pola bentuknya
atau garis putus-putus yang tersedia pada setiap gambar dengan
menggunakan gunting. Tujuan dari garis-garis putus tersebut
adalah untuk memudahkan memperoleh bentuk gambar yang asli
dan berfungsi sebagai garis batas yang akan digunting. Saat
memotong garis putus-putus tersebut dibutuhkan koordinasi
antara mata dengan tangan. Secara bersamaan, anak harus
menggunakan mata dan tangan untuk melihat dan memotong
gambar seperti yang diharapkan.
5) Langkah 5: Menyusun Berbagai Gambar
Pertimbangkan gambar yang akan dijadikan fokus utama. Gambar
yang menjadi fokus utama adalah gambar yang akan menjelaskan
tema disekelilinngya. Adapun Fokus utama gambar dapat
diletakkan dibagian tengah agar komposisi gambar dapat tertata
dengan baik. Sedangkan gambar-gambar lainnya berupa figur-figur
menjadi pendukung suasana. Dalam penataan gambar ini
dibutuhkan konsentrasi khusus sebelum gambar ditempelkan. Anak
perlu mempetimbangkan tata letak di setiap gambar sehingga
dapat menghasilkan sebuah cerita yang menarik atau suatu tema
yang utuh sesuai dengan yang diharapkan. Jangan lupa
pertimbangkan ukuran besar kecilnya gambar. Gambar bisa saja
disusun tumpang tindih untuk memberi kesan ruang atau kesan
jauh-dekat.
6) Langkah 6: Mengoleskan Lem dengan Cermat
Setelah potongan gambar siap, oleskan lem pada bidang dasaran
tiga dimensi dan pada potongan lidi sesuai dengan kebutuhan
gambar yang akan dipakai. Anak diharapkan menggunakan lem
23
dengan cermat dan tidak berlebihan agar gambar dapat menempel
dengan rapi.
7) Langkah 7: Menempel Gambar Dengan Tepat
Tempelkan gambar cut-out satu per satu sesuai dengan tata letak
yang telah disusun sebelumnya dengan tetap mempertimbangkan
ukuran besar kecilnya gambar. Kegiatan menempel ini adalah salah
satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena berkaitan
dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu berdasarkan gambar
yang telah dipotong sebelumnya. Dalam menempelkan gambar ini,
maka harus mengikuti konsep yang sudah dibuat sebelumnya.
Setelah gambar direkatkan dengan lem, diamkan gambar montase
beberapa saat sampai mengering dengan rapi dan sempurna.
Selanjutnya anak dapat melihat hasil montase tiga dimensi yang di
buat.
8) Langkah 8: Menampilkan Kesesuaian Hasil Karya
Gambar 11. Karya montase tiga dimensi tema lingkungan rumahku
Setelah selesai, karya montase akan membentuk sebuah gambar
baru dan menghasilkan cerita yang baru.
24
B. Spesifikasi Produk Media Pembelajaran Montase Tiga Dimensi
1. Bidang dasaran tiga dimensi yang digunakan adalah dus/kotak.
Bidang dasaran ini dapat diperoleh dari dus atau kotak bekas
seperti kotak sepatu, kotak pakaian, kotak makanan, dll.
Gambar 12. Bidang dasar tiga dimensi
2. Terdapat background gambar pada dus/kotak yang tersedia.
Adapun Background gambar telah tertempel di bidang dasarkan
tiga dimensi yang telah disediakan oleh guru sebelum digunakan
oleh anak.
3. Terdapat gambar-gambar karakter hasil print out yang telah dipilih
dan disesuaikan dengan tema lingkungan rumahku yang dibuat
anak. Gambar yang akan menjadi fokus utama memiliki ukuran
yang lebih besar dibandingkan gambar yang bersifat sebagai
pendukung. Berikut kategori gambar-gambar karakter hasil print
out yang dijadikan referensi untuk tema lingkungan rumahku.
25
a) Rumah
b) Anak-Anak
c) Pohon
26
d) Matahari, Awan, dan Pelangi
e) Taman Bermain
f) Pagar, Kursi, dan Lampu Taman
27
g) Kendaraan
h) Toko dan Gerobak Jualan
4. Terdapat potongan lidi/stik es yang yang berfungsi sebagai
penyanggah pada gambar.
Gambar 13. Stik es penyanggah
28
C. Penilaian
Penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar anak . Tehnik yang
digunakan berupa unjuk kerja hasil kegiatan anak, alat penilaianya
berupa lembar checklist. Dalam penilaian pembelajaran media
montase tiga dimensi terdapat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Penilaian tersebut diambil dan disesuaikan dengan
tema dan kondisi di kelas. Berikut adalah penilaian kemampuan
motorik halus anak:
1. Memegang kertas dengan satu tangan
2. Menggunting sesuai pola
3. Menyusun berbagai gambar
4. Menempel dengan tepat
5. Menunjukkan kesesuaian hasil karya
29
BAB IV
PENUTUP
Buku Panduan adalah buku yang menyajikan informasi dan
memandu atau memberikan tuntunan kepada pembaca untuk
melakukan apa yang disampaikan di dalam buku tersebut. Sebuah buku
panduan dikatakan berhasil apabila panduan yang disampaikan di
dalam buku tersebut dapat di pahami dan di terapkan dengan baik oleh
pembacanya. Buku Panduan Penggunaan Media Pembelajaran
Montase tiga dimensi ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan
dan membantu guru dalam meningkatkan pengembangan kemampuan
motorik halus anak usia dini khususnya usia 5-6 tahun. Pada tingkat
pelaksanaannya tidak terlepas dari bantuan guru sebagai sumber
belajar utama di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan panduan
penggunaan media pembelajaran montase tiga dimensi ini guru dapat
melaksanakan pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, T., S. Sumardi. Mulyadi, S. 2020. Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Usia Dini.
Jurnal PAUD Agapedia, Vol.4 No. 2, Desember 2020 page 358-
368.
Agoes Soejanto, Drs. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Ayusari, N. 2017. Keterampilan Montase. Yogyakarta: Indopublika.
Carolina, U. 2017. Keefektifan Penerapan Metode Ekspresi Bebas
Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Membuat Mon1tase di Kelas
III SD Negeri Adiwerna 01 Kabupaten Tegal. Skripsi. FIP, PGSD,
Universitas Negeri Semarang.
Decaprio, R. (2013). Aplikasi teori pembelajaran motorik di sekolah.
Jogjakarta: Diva Perss.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pembelajaran
Bidang Pengembangan Fisik Motorik di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta :Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Elizabeth B. Hurlock. (1999). Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Gunarti, W., dkk. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Husdarta, J.S dan Kusmaedi, N.. 2010. Pertumbuhan dan
Perkembangan Peserta Didik (Olahraga dan Kesehatan).
Bandung: Alfabeta.
31
Muharrar, S. & Verayanti, S. 2013. Kreasi Kolase, Montase, Mozaik
Sederhana. Jakarta: Esensi Erlangga Group.
Noorlaili. 2017. Optimalisasi Pengembangan Motorik Halus Anak Usia
Dini. Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)
ISSN: 2338-2163 - Vol. 05, No. 02
Nurhayati Y. dan Maulia Debria K., “Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Montase Pada
Kelompok B”, (Ciamis, 2016), 6
Partiyem. 2014. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Denga
Kegiatan Bermain Plastisin Kelompo B PAUD IS TIQOMAH
Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang. Skripsi. Universitas
Bengkulu.
Pekerti, Widia dkk. 2007. Metode Pengembangan Seni. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Nomor 137, Tahun 2014, tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Nomor 5, Tahun 2022, tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini.
Probosiwi. 2017. Pengetahuan Dasar Seni Rupa dan Keterampilan serta
pembuatan Bahan Ajar dengan Tekhnik Montase. Jurnal
Pemberdayaan Vol. 1 No.2 (275-284)
Rahyubi, H. (2014). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran
Motorik : Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Bandung : Nusa Media.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
32
Siswandi & Sulpian.(2010).Cara Mudah Menerapkan Metode
Pembelajaran dan Menuliskan Laporan Ptk. Jakarta: Buana
Semesta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Sujiono, B., dkk., 2010. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Tk. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Sumantri. (2005). Model pengembangan keterampilan motorik anak
usia dini. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo, A. (2010). “Bahan Ajar Seni Rupa” Handout. Jurusan Seni Rupa
UNNES.
Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Cet. 1 Jakarta:
Kencana.
Tanti Darmasturi. (2012). “ Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Dalam Kegiatan Meronce Dengan Manik-Manik Melalui Metode
Demonstrasi Pada Anak kelompok A Di TK Khadijah 2 Surabaya”.
Publica, Volume 10, Nomor 1, 2020, Halaman 1-14.
Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta:
Prenada Media Group, h. 16
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
33
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
TK ........................................................
Semester/Minggu ke :
Hari/Tanggal :
Kelompok/Usia :
Tema/Subtema/Sub-sub tema :
Waktu :
Alokasi waktu : 7.30-11.00 WIB
Materi dalam Kegiatan
1. Surah-Surah Pendek (NAM)
2. Mengenal lingkungan Rumah. (BHS, KOG)
3. Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motorik
kasar ( FISIK MOTORIK)
4. Keaksaraan Awal (BAHASA)
5. Mengenal aturan di rumah dan terbiasa mengikuti aturan
(SOSEM)
6. Mengenal berbaga hasil karya seni tentang rumah, lagu anak –
anak (SENI)
Materi yang masuk dalam Pembiasaan
1. Beri salam, doa-doa harian dan surah surah pendek
2. Memberikan informasi dan mengenal aturan
3. Mencuci tangan
4. Merawat keutuhan benda milik pribadi
5. Sabar menunggu giliran
34
Alat dan Bahan
1. Media Montase Tiga Dimensi
2. Lembar Kerja
3. Penghapus, pensil, lem, gunting, kotak sepatu, berbagai gambar,
stik es.
A. Pijakan awal (30 Menit) (SOP Pembukaan)
1. Berdoa sebelum belajar/absensi, Mengenal aturan bermain
2. Melafadzkan surah Al-Falaq
3. Bercakap-cakap tentang benda-benda alam ciptaan Tuhan
yang ada di sekitar rumah
4. Menjumput batu menggunakan dua jari yaitu telunjuk dan
jempol
5. Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan
B. Pijakan Saat Main (90 menit)
1. Anak melihat, mengamati dan menyentuh media montase tiga
dimensi (Mengamati)
2. Anak menanyakan kegiatan apa yang akan dilakukan
(Menanyakan)
3. Anak memberitahukan apa-apa saja benda-benda di lingkungan
rumah (Mengumpulkan informasii)
4. Anak membedakan lingkungan rumah dengan lingkungan
sekolah (Mengasosiasikan)
5. Anak diberikan alat dan bahan yang telah tersedia kemudian
anak memilih gambar, menggunting, menyusun dan menempel
gambar menggunakan bahan-bahan yang ada , kemudian
terakhir anak menuliskan dan menceritakan tema yang telah
dibuatnya. (Mengkomunikasikan)
35
C. Istirahat (30 menit/ SOP Penutup)
D. Pijakan Akhir ( 30 menit/ SOP Penutup)
1. Menanyakan perasaan hari ini
2. Berdiskusi tentang kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari
ini dan kegiatan apa yang paling disukai
3. Menyanyikan lagu “ rumahku tempat tinggalku”
4. Diskusi dan informasi tentang kegiatan untuk esok hari
E. Rencana Penilaian
Indikator Penilaian :
PROGRAM KD INDIKATOR
PENGEMBAANGAN 3.1 -4.1 (a)
Nilai Agama dan Menggunakan doa-doa sehari-
Moral 1.2 (a) hari, melakukan ibadah sesuai
dengan agamanya (Misalnya ;
Fisik Motorik 3.3 -4.3 (b) doa sebelum memulai dan
sesudah kegiatan)
3.3 – 4.3 (e)
Terbiasa mengucapkan rasa
syukur terhadap ciptaan Tuhan
Melakukan berbagai gerakan
terkoordinasi secara
terkontrol, seimbang dan
lincah
Terampil menggunakan tangan
kanan dan kiri dalam berbagai
aktivitas (misal:
mengancingkan baju, menali
sepatu, menggambar,
menempel, menggunting pola,
meniru bentuk, menggunakan
alat makan)
36
Sosial Emosional 2.5 (d) Bangga menunjukkan hasil
Kognitif 2.6 (b) karya
Bahasa 2.6 (c)
Menaati aturan kelas
Seni 3.9 - 4.9 (c) Mengantri sesuai urutan,
3.7 - 4.7 (b)
3.10 - 4.10 (d) menunggu giliran
3.11 - 4.11 (a)
Melakukan proses kerja sesuai
3.12-4.12 (I) dengan prosedurnya
2.4 (b) Menjelaskan lingkungan
3.15-4.15 (a) sekitarnya secara sederhana
3.15-4.16 (b)
o Memahami informasi yang
didengarnya (missal: tata
tertib, aturan permainan)
Mengungkapkan keinginan,
perasaan, dan pendapat
dengan kalimat sederhana
dalam berkomunikasi dengan
anak atau orang dewasa.
Menuliskan cerita sendiri
berdasarkan hasil karya yang
dibuatnya
Merawat kerapihan,
kebersihan, dan keutuhan
benda mainan atau milik
pribadi
Membuat karya seni sesuai
kreativitasnya (isal; seni musik,
visual, gerak, dan tari yang
dihasilkannya dengan
menggunakan alat yang sesuai)
Menampilkan karya seni baik
dalam berbagai bentuk
37
F. Tekhnik Penilaian yang digunakan
a. Catatan hasil karya
b. Catatan anekdot
c. Skala capaian perkembangan (rating scale)
Makassar, 2022
Mengetahui, Guru Kelas
Kepala Sekolah TK
38