Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 38 Sumber : Ragnar Nurkse (1953) 3.1.2 Jenis-Jenis Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut merupakan ketidakmampuan seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum yang diperlukan untuk hidup setiap hari. Kebutuhan minimum tersebut diterjemahkan dalam ukuran finansial (uang). Nilai minimum tersebut digunakan sebagai batas garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil, sehingga dapat ditelusuri kemajuan yang diperolah dalam menanggulangi kemiskinan pada level absolut sepanjang waktu World bank menggunakan ukuran kemiskinan absolut ini untuk GAMBAR 3.1 LINGKARAN SETAN KEMISKINAN
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 39 menentukan jumlah penduduk miskin. Menurut world bank, penduduk miskin adalah mereka yang hidup kurang dari US$1 per hari dalam dolar PPP (Purchasing Power Parity). Akan tetapi, tidak semua negara mengikuti standar minimum yang digunakan world bank tersebut, karena bagi negara-negara berkembang level tersebut masihlah tinggi, oleh karena itu banyak negara menentukan garis kemiskinan nasional sendiri dimana kriteria yang digunakan disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) menentukan kemiskinan absolut Indonesia merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum energi kalori (2.100 kilo kalori per kapita per hari) yang dipergunakan tubuh dan kebutuhan dasar minimum untuk sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan kebutuhan dasar lain. 2. Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga proses penentuannya sangat subyektif. Mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Kemiskinan relatif ini digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan. 3. Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 40 yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain. 4. Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif. Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negaranegara pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk kemiskinan yang telah disebutkan sebelumnya (Jarnasy, 2004: 8-9) Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah: 1. Kemiskinan Alamiah Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 41 keadaan tanah yang kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal. 2. Kemiskinan Buatan Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian. Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara sedang berkembang pada dekade 1970an dan 1980an (Jarnasy, 2004: 8). C. Ciri-Ciri Kemiskinan Menurut (Hartomo dan Aziz, 1997) mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki beberapa ciri, yaitu : a. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri,
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 42 seperti tanah yang cukup, modal maupun keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki sendiri sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas, b. Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan maupun modal usaha, sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbankan seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain, sehingga mereka yang perlu kredit terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang biasanya meminta syarat yang berat dan memungut biaya yang tinggi, c. Tingkat pendidikan mereka yang rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar. Waktu mereka habis tersisa untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolah, karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah, sehingga secara turun- temurun mereka terjerat dalam keterbelakangan garis kemiskinan, d. Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Banyak diantara mereka tidak memiliki tanah, walaupun ada kecil sekali. Umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar di luar petani, karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan kerja kurang terjamin. Banyak diantara mereka kemudian bekerja sebagai “pekerja bebas”, berusaha apa saja. Dalam keadaan penawaran tenaga kerja yang besar maka tingkat upah menjadi
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 43 rendah sehingga mengurung mereka dibawah garis kemiskinan, di dorong dengan kesulitan hidup di desa maka banyak diantara mereka mencoba berusaha di kota, e. Kebanyakan diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan, sedangkan kota di banyak negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi penduduk desa. Apabila di negaranegara maju pertumbuhan industri menyertai urbanisasi dan pertumbuhan kota sebagai penarik bagi masyarakat desa untuk bekerja di kota, maka urbanisasi di negara berkembang tidak disertai proses penyerapan tenaga dalam perkembangan industri. Bahkan, sebaliknya perkembangan teknologi di kota justru menarik pekerjaan lebih banyak tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke kota dalam kantong-kantong kemelaratan. Menurut (Todaro, 1997) masyarakat miskin mempunyai beberapa ciri sebagai berikut : 1. Perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, 2. Perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan, 3. Perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, 4. Perbedaan peranan sektor swasta dan negara, 5. Perbedaan struktur industri, 6. Perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 44 politik negara lain, 7. Perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri. 3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Pengaruh kemiskinan dengan beberapa aspek ekonomi terdiri dari tiga komponen utama sebagai penyebab kemiskinan masyarakat, faktor tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB), upah minimum, tingkat pengangguran, pendidikan, kesehatan dan bukan hanya itu saja seperti Upah Minimum juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Penelitian yang dilakukan (Ravi Dwi Wijayanto, 2010), dari ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Sedangkan penelitian yang dilakukan (Adit Agus Prasityo, 2010) selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat faktor lain yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan/upah. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan (Sadono Sukirno, 2003).
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 45 3.2 Indikator Terkait Dimensi Kemiskinan 3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro, 2004). Menurut Robinson Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut. Menurut pandangan kaum historis, diantaranya Friedrich List dan Rostow, pertumbuhan ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya perekonomian mulai dari perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian dimana produksi bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri manufaktur. Menurut pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya (Mudrajad
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 46 Kuncoro, 6447). Sedangkan menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur . Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk (Sri Aditya, 2010). Menurut Nafziger (Sri Aditya, 2010), pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan produksi suatu negara atau kenaikan pendapatan per kapita suatu negara, sedangkan menurut Kuznets (Todaro, 2003), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Menurut Todaro (2003), ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu : 1) Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 47 (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka produksi. 2) Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya. 3) Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yakni : Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasikombinasi input yang sama. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 48 saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama, Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif. Menurut Nugraheni, pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu (Sri Aditya, 2010) : Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB), atau di tingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan. Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 49 mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara daripada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik bruto per kapita baik di tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di negara maupun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata. Bank Dunia menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB), bukan PDB sebagai alat ukur perkembangan ekonomi suatu negara. yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dan faktor produksi milik orang asing. Walaupun PDB atau PNB per kapita merupakan alat pengukur yang lebih baik. namun tetap belum mencerminkan kesejahteraan penduduk secara tepat, karena PDB rata-rata tidak mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya dirasakan oleh setiap orang di suatu negara. Dapat saja angkaangka rata-rata tersebut tinggi, namun sesungguhnya ada penduduk atau sekolompok penduduk yang tidak menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan unsur distribusi pendapatan di antara penduduksuatu negara. Dengan memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB atau PNB per kapita yang tinggi disertai distribusi pendapatan yang lebih merata akan mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila pendapatan per kapitanya tinggi namun ada distribusi pendapatan yang tidak merata. Meskipun demikian, demi sederhananya pengukuran, pendapatan
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 50 per kapita tetap merupakan alat pengukur yang unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain. Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingakat Kemiskinan Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk miskin. (Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2007). Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati (2009), menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2007). 3.2.2 Upah Minimum Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjanya. Undang-undang upah minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan (Mankiw, 2006). Menurut Kaufman (2000), tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin.
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 51 Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/ Men/1999 tentang Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa menafikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum. Menurut Hasanuddin Rachman (2005), Tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu (a) sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot, (b) mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan, dan (c) meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara makro, penetapan upah minimum bertujuan untuk (a) pemerataan pendapatan, (b) peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja, (c) perubahan struktur biaya industri sektoral, (d) peningkatan produktivitas kerja nasional, (d) peningkatan etos dan disiplin kerja, dan (e) memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha dalam rangka hubungan bipartite.
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 52 Pada awalnya upah minimum ditentukan secara terpusat oleh Departemen Tenaga Kerja untuk region atau wilayah-wilayah di seluruh Indonesia. Dalam perkembangan otonomi daerah, kemudian mulai tahun 2001 upah minimum ditetapkan oleh masing-masing provinsi. Upah Minimum ini dapat dibedakan menjadi upah minimum regional dan upah minimum sektoral. Upah minum regional Upah Minimum Regional adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja : PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum regional (UMR) dibedakan menjadi dua, yaitu Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk. I) dan Upah Minimum Regional Tingkat II (UMR Tk. II). Namun sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEP-226/ MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1, 3, 4, 8, 11, 20 dan 21 PER01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka istilah Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk. I) diubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Regional Tingkat I I (UMR Tk. II) diubah menjadi Upah Minimum Kabupaten /Kota (UM kab/kota). Upah minum sektoral Upah minimum sektoral adalah upah yang berlaku dalam suatu provinsi berdasarkan kemampuan sektor. Berdasarkan Peraturan
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 53 Sumber : Budiono, 2002 Menteri Tenaga Kerja : Per-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum sektoral dibedakan menjadi Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I) dan Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I I (UMSR Tk. II). Dalam perkembangan selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEP-226/MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1, 3, 4, 8, 11, 20 dan 21 PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka terjadi perubahan istilah Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I) menjadi Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat II (UMSR Tk. II) diubah menjadi Upah Minimum Sektoral Kabupaten / Kota (UMS kab/kota). Gambar 3.2 Penetapan Upah Minimum di Pasar Tenaga Kerja
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 54 Gambar 3.1 dan 3.2 diatas menjelaskan peraturan upah minimum yang dikenakan pada pasar tenaga kerja yang bersifat persaingan sempurna. Tingkat upah minimum yang berlaku sebelum ada peraturan upah minimum adalah W1 dan jumlah orang yang dipekerjakan adalah 0X1 (yaitu, keseimbangan terjadi pada E). Dengan dikenakannya peraturan upah minimum maka tingkat upah tidak bisa turun dibawah dan ini mengakibatkan permintaan akan tenaga kerja turun menjadi 0X2 sedang jumlah tenaga kerja yang menawarkan diri adalah 0X3. Ini berarti bahwa tingkat upah yang lebih tinggi tersebut harus dibayar dengan ongkos sosial berupa X2X1 orang yang semula bekerja sekarang kehilangan pekerjaan dan X1X3 orang baru yang mencari pekerjaan. Jadi jumlah pengangguran total adalah X2X3 orang = (X2X1 + X1X3) orang (Boediono, 2002). Sumber : Budiono, 2002 Gambar 3.3 Penetapan Upah Minimum di Pasar Monopoli
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 55 Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Upah Minum Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan (Kaufman 2000). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999, tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa menafikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum. 3.2.3 Kondisi Pendidikan Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 56 kerjanya. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan memperkerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga perusahaan juga akan bersedia memberikan gaji yang lebih tinggi bagi yang bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan ketrampilan dan keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena tenaga kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan (Rasidin K dan Bonar M, 2004). Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa (Criswardani Suryawati, 2005). Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008), di dalam penelitiannya menemukan bahwa pendidikan yang diukur dengan jumlah penduduk yang lulus pendidikan SMP, SMA, dan diploma memiliki berpengaruh besar dan signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Ini mencerminkan bahwa pembangunan modal manusia (human capital) melalui pendidikan merupakan determinan
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 57 penting untuk menurunkan jumlah penduduk miskin. 3.2.4 Kemiskinan Dengan Pengangguran Menurut Sadono Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Dalam penyusunan dokumen Indikator Kemiskinan ManusiaAnalisis Faktor-Faktor Utama yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kaimana Tahun 2018, perlu dilakuka penehaan kerangka analisis dengan tujuan untuk memudahkan kegiatan analisis yang akan dilakukan serta untuk memperjelas akar pemikiran dalam penyusunan dokumen ini. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan dipengaruhi oleh empat variabel antara lain pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan tingkat pengangguran dan pendidikan. Kemudian variabel-variabel tersebut sebagai variabel independen (bebas) dan bersama-sama, dengan variabel dependen (terikat) yaitu kemiskinan yang diukur dengan alat analisis regresi untuk mendapatkan 3.3 Kerangka Analisis
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 58 tingkat signifikansinya. Dengan hasil regresi tersebut diharapkan mendapatkan tingkat signifikansi setiap variabel independen dalam mempengaruhi kemiskinan. Selanjutnya tingkat signifikansi setiap variabel independen tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran kepada Pemerintah Daerah Kaimana mengenai penyebab kemiskinan di Kabupaten Kaimana untuk dapat merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang dalam upaya pengentasan kemiskinan. Secara skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut. Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang lazim digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Tambahan pendapatan dari PERTUMBUHAN EKONOMI UPAH MINIMUM PENDIDIKAN PENGANGGURAN (TPT) TINGKAT KEMISKINAN Gambar 3.4 Kerangka Analisis
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 59 aktivitas ekonomi akan berpengaruh terhadap kemiskinan jika mampu menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk golongan miskin. Semakin banyak golongan miskin memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi maka kesejahteraannya akan meningkat dan lepas dari kemiskinan. Tujuan utama penetapan upah minimum adalah meningkatkan kesejahteraan dan melindungi pekerja. Upah minimum mencerminkan pendapatan yang diterima pekerja, adanya kenaikan tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Penetapan upah minimum yang pantas dan tepat diharapkan mendorong penduduk yang berada dibawah kemiskinan mampu hidup layak sehingga tingkat kemiskinan akan turun. Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan yang akan meningkatkan produktifitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan dan keahliannya akan meningkat, sehingga akan mendorong produktivitas kerjanya. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Pengangguran akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Kondisi menganggur menyebabkan seseorang tidak memiliki pendapatan, akibatnya kesejahteraan yang telah dicapai akan semakin merosot. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 60 terjebak dalam kemiskinan. Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang dimaksud merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan Kabupaten Kaimana, 2. Diduga variabel upah minimum Kabupaten Kaimana berpengaruh negatif terhadap kemiskinan; 3. Diduga variabel pendidikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan kabupaten Kaimana; 4. Diduga variabel pengangguran berpengaruh positif terhadap kemiskinan di Kabupaten Kaimana. Penyusunan dokumen ini menggunakan analisis panel data (pooled data) sebagai alat pengolahan data dengan menggunakan program 3.4 Hipotesis Analisis 3.5 Metode Analisis
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 61 pengolahan data. Analisis dengan menggunakan panel data adalah kombinasi antara deret waktu (time-series data) dan kerat lintang (crosssection data). Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross-section dapat ditulis sebagai berikut : Yi = β0 + β1 Xi + µi ; i = 1, 2, ..., N dimana N adalah banyaknya data cross-section Sedangkan persamaan model dengan time-series adalah : Yt = β0 + β1 Xt + µt ; t = 1, 2, ..., T dimana T adalah banyaknya data time-series Mengingat data panel merupakan gabungan dari time-series dan crosssection, maka model dapat ditulis dengan : Yit = β0 + β1 Xit + µit i = 1, 2, ..., N ; t = 1, 2, ..., T dimana : N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu N × T = banyaknya data panel Menurut Hsiao (2003) dan Baltagi (2005), keunggulan penggunaan data panel dibandingkan deret waktu dan kerat lintang adalah : a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap individu;
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 62 b. Dengan data panel, data lebih informasif, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan (degree of freedom), dan lebih efisien; c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section; d. Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data times series atau crosssection, misalnya efek dari upah minimum; e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih komples, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi; f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak. Dalam analisis model data panel dikenal, dua macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Kedua pendekatan yang dilakukan dalam analisis data panel dapat dijelaskan sebagai berikut : Pendekatan efek tetap (Fixed effect) Salah satu kesulitan prosedur data panel adalah bahwa asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan dalam data panel adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 63 section maupun antar waktu (time-series). Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV). Pendekatan efek acak (Random effect) Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap (fixed effect) tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Model data panel yang di dalamnya melibatkan korelasi antar error term karena berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan pendekatan model komponen error atau disebut juga model efek acak (random effect). 3.5.1 Estimasi Model Regresi Dengan Panel Data Analisis mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Kabupten Kaimana menggunakan data time-series selama 5(lima) tahun terakhir yang diwakili data tahunan dari 2017-2021 dan data cross-section. Kombinasi atau pooling menghasilkan fungsi persamaan data panelnya yang dapat dituliskan sebagai berikut : Kit =α0 +α1Yit +α2Uit +α3PDit +α4Pit + uit dimana :
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 64 K = tingkat kemiskinan Kabupaten Kaimana Y = pertumbuhan emonomi kabupaten Kaimana U = upah minimum kabupaten Kaimana PD = pendidikan Kabupaten Kaimana P = tingkat pengangguran Kabupaten Kaimana α0 = intersep 3.5.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik, jika terjadi penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik non parametrik sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistik parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut harus terbebas dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta data yang dihasilkan harus berdistribusi normal. Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut. A. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Apabila nilai R2 yang dihasilkan dalam suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 65 banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, hal ini merupakan salah satu indikasi terjadinya multikolinearitas (Imam Ghozali, 2005) Multikolinearitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan auxiliary regressions untuk mendeteksi adanya multikolinearitas. Kriterianya adalah jika R2 regresi persamaan utama lebih besar dari R regresi auxiliary maka di dalam model tidak terdapat multikolinearitas. B. Uji Autokorelasi Menurut Imam Ghozali (2005), uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya), dimana jika terjadi korelasi dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Breusch-Godfrey (BG Test). Pengujian ini dilakukan dengan meregresi variabel penganggu ui dengan menggunakan model autoregressive dengan orde ρ sebagai berikut : Ut = ρ1 Ut - 1 + ρ2 Ut - 2 + …ρ ρ Ut-ρ +εt Dengan H0 adalah ρ1 = ρ2 … ρ, ρ = 0, dimana koefisien
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 66 autoregressive secara keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada setiap orde. Secara manual, apabila χ2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan Obs*R-squared, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model dapat ditolak. C. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada data cross section (Imam Ghozali, 2005). Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan Uji White. Secara manual, uji ini dilakukan dengan meregresi residual kuadrat (ut2) dengan variabel bebas. Dapatkan nilai R2, untuk menghitung χ2, dimana χ2 = n*R2. Kriteria yang digunakan adalah apabila χ2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan nilai Obs*R-squared, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada heteroskedastisitas dalam model dapat ditolak. D. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 67 Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak berlaku (Imam Ghozali, 2005). Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual antara lain Jarque-Bera (J-B) Test dan metode grafik. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode J-B Test, apabila J-B hitung < nilai χ2 (Chi-Square) tabel, maka nilai residual terdistribusi normal. 3.5.3 Pengujian Statistik Determinasi (Uji R2) Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodnes of fit) digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien deteminasi (R2) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X) (Gujarati, 2003). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut : Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 68 semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005) Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Algifari, 2000). Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama, menggunakan uji F dengan membuat hipotesis sebagai berikut : H0 : α1 = α2, = α3 = γ1 =…= γ34 = 0, yaitu tidak ada pengaruh signifikansi variabel Y, U, PD, P dan dummy wilayah secara bersama-sama terhadap variabel K. H1 : α1 ≠ α2 ≠ α3 ≠ γ1 ≠ … ≠ γ34 ≠ 0, yaitu terdapat pengaruh signifikansi variabel Y, U, PD, P dan dummy wilayah secara bersama-sama terhadap variabel K. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel, dimana nilai F hitung dapat dipenuhi dengan formula sebagai berikut :
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 69 dimana : R2 : koefisien determinasi k : jumlah variabel independen termasuk konstanta n : jumlah sampel Apabila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1. Artinya ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, dan sebaliknya bila, F hitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. (Imam Ghozali, 2005).
BAB 4 KO S E S AN KA TE MA
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 70 4.1.1 Persentase Penduduk Miskin (P0) Masalah kemiskinan bagi Kabupaten Kaimana merupakan isu strategis dan mendapatkan prioritas utama untuk ditangani. Hal ini terbukti dalam Rencana Strategis pembangunan Kabupaten Kaimana. Upaya penanggulangan kemiskinan telah diakukan melalui berbagai strateg.i. Secara langsung diwujudkan dalam bentuk pemberian dana bantuan stimulant sebagai modal usaha kegiatan ekonomi produktif dan bantuan sosial. Dalam perkembangannya pencapaian penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kaimana belum signifikan terlihat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2017-2021) persentase penduduk miskin di Kabupaten Kaimana secara angka masih relatif baik tetapi secara series terlihat pergerakan tingkat kemiskinan cenderung lamban. Pada tahun 2017 persentase penduduk miskin Kabupaten Kaimana sebesar 17,22 persen. Angka ini dapat ditekan menjadi 16,65 persen di tahun 2018. Akan tetapi dalam perjalanan dari 2017-2021 capaian ini tidak mengalami perubahan signifikan dan hanya mencapai 16,04 persen di tahun 2021. 4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kaimana, 2017-2021 BAB VI Kondisi Kemiskinan Kabupaten Kaimana
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 71 Kemajuan pencapaian pengentasan kemiskinan Kabupaten Kaimana jika dibandingkan secara posisi relatif dengan Kabupaten lainnya di Papua Barat relatif lebih baik. Data statistik tahun 2021 menunjukan tingkat kemiskinan kabupaten/kota terendah dicapai oleh Kabupaten kaimana dengan kisaran 16,04 % dan tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Pegunungan Arfak dengan tingkat kemiskinan sebesar 34,70 %. Pencapaian tingkat kemiskinan Kaimana kondisi tahun 2021 masih relatif lebih baik dari pencapaian pada tingkat kemiskinan Provinsi yaitu sebesar 21,84 %. (gambar 4.2) Perbandingan antar waktu dari indikator persentase penduduk miskin Kabupaten Kaimana lebih baik dari Provinsi Papua Barat selama kurun waktu lima tahun terakhir. (gambar 4.3) Gambar 4.1 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kaimana, 2017-2021 Sumber : BPS, 2017-2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 72 Gambar 4.2 Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin Provinsi Papua Barat Sumber : BPS, 2021 Gambar 4.3 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kaimana dan Provinsi Papua Barat Sumber : BPS, 2017-2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 73 4.1.2 Jumlah Penduduk Miskin Sebaran jumlah penduduk miskin sangat ditentukan oleh jumlah penduduk di wilayah tersebut. Kabupaten Kaimana memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini tentu berkontribusi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Kaimana. Tetapi dalam kenyataannya selama empat periode terakhir, tingkat kemiskinan Kabupaten Kaimana masih berada pada angka 16 persen, bahkan tidak bergerak turun secara signifikan. Tahun 2021 jumlah penduduk miskin Kabupaten Kaimana mencapai 10,31 ribu jiwa dengan tingkat kemiskinan sebesar 16,06 persen. Jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk Kabupaten Kaimana masih sedikit. Hal ini sangat kontras dengan beban jumlah penduduk miskin Kota Sorong yang mencapai 41,75 ribu jiwa, walaupun secara persentase tingkat kemiskinan Kota Sorong dibawah Kabupaten Kaimana yakni sebesar 15,35 persen. Dari gambar 4.4 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kaimana tidak dapat dientaskan secara signifikan. Sejak tahun 2017 jumlah penduduk miskin Kabupaten Kaimana selalu berkisar sembilan ribu jiwa. Hal ini menjadi perhatian penting karena secara kasat mata dapat dikatakan pengentasan kemiskinan di Kaimana belum berjalan maksimal dan program-program pengentasan kemiskinan di Kaimana tidak tepat sasaran dan tidak tepat guna. Perlu inisiatif Pemerintah Daerah untuk serius dalam penanganan masalah kemiskinan di Kabupaten Kaimana.
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 74 Jika dilihat perbandingan antar Kabupaten kota, jumlah penduduk miskin di Kaimana relatif kecil. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa secara persentase tingkat kemiskinan Kaimana rendah tetapi secara jumlah masih terkategori tinggi. Secara peringkat untuk jumlah penduduk miskin Kaimana menempati peringkat 5 (lima) terendah. Wilayah Kota Sorong masih memiliki jumlah penduduk Miskin terbanyak yaitu sebesar 41,75 ribu jiwa, selanjutnya Kabupaten Manokwari dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 35,63 ribu jiwa. Kosentrasi penduduk miskin di Papua Barat masih didominasi oleh wilayah perkotaan. Tingkat kemiskinan daerah perkotaan terjadi karena lapangan kerja yang terbatas serta domain penduduk miskin daerah perkotaan cenderung berstatus buruh lepas/harian, sehingga pendapatan sangat bergantung kepada orang miskin itu sendiri. Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Kaimana, 2017-2021 Sumber : BPS, 2017-2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 75 Perkembangan antar waktu untuk indikator jumlah penduduk miskin Kabupaten Kaimana relatif stagnan. Hal ini berbeda dengan pencapaian pengentasan kemiskinan di Provinsi Papua Barat. Penurunan jumlah penduduk miskin secara agregat untuk Provinsi Papua Barat relatif lebih baik dari Kabupaten Kaimana. Gambar 4.5 Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin, 2021 Sumber : BPS, 2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 76 4.1.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Pencapaian tingkat kemiskinan Kaimana tahun 2021 cukup mempengaruhi pemerataan ekonomi penduduk miskin. Hal tersebut terlihat dari indeks kedalaman kemiskinan Kaimana yang mencapai 2,83 poin pada tahun 2021 dan pencapaian ini menempatkan Kaimana sebagai wilayah dengan rangking kedua terbaik se-Provinsi Papua Barat. Gambar 4.6 Posisi Relaif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), 2021 Sumber : BPS, 2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 77 Dari gambar 4.6 pencapaian indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Kaimana lebih baik dari capaian Provinsi Papua Barat. Secara keseluruhan ada 7 (tujuh) kabupaten/kota dengan tingkat kedalaman kemiskinan lebih buruk dari capaian Provinsi, dan hanya ada 6 kabupten yang pencapaian indeks kedalaman kemiskinan lebih baik dari pencapaian Provinsi Papua Barat. Secara series pencapaian Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Kaimana sejak tahun 2017-2021 diperlihatkan pada gambar berikut ini. Capaian P1 Kabupaten Kaimana sangat berfluktuasi. Sejak tahun 2017 hingga 2021 capaian angka P1 Kaimana berada pada range 2-4 Gambar 4.7 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kaimana, 2017-2021 Sumber : BPS, 2017-2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 78 poin. Hal ini mengindikasikan pengentasan kemiskinan belum maksimal karena nilai P1 harusnya menuju angka 0 (Sempurna). Kesimpulan dari gambar 4.7 adalah pengentasan kemiskinan tidak tepat arah. Jika program pengentasan kemiskinan dilakukan tepat sasaran seharusnya nilai P1 turun secara linier dan tidak berfluktuasi. 4.1.4 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index/P2) memberikan informasi mengenai gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Jika angka ini makin besar, maka terjadi ketimpangan ekonomi di kalangan penduduk miskin. Interpretasi angka ini sebagai monitoring dan evaluasi program pengentasan kemiskinan di suatu wilayah. Jika angka ini tinggi, dapat disimpulkan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan belum merata. Pencapaian Indeks keparahan kemiskinan (P2) Kaimana pada tahun 2021 sebesar 0,73 poin, Hampir sama halnya dengan pencapaian P1, untuk pencapaian P2 Kabupaten Kaimana menempatkan Kaimana sebagai wilayah dengan rangking pertama terbaik se-Provinsi Papua Barat. Untuk wilayah dengan pencapaian P2 tertinggi adalah Kabupaten Teluk Bintuni dengan nilai P2 sebesar 3,84 poin. Capaian P2 Kaimana mengisyaratkan bahwa program pengentasan kemiskinan di wilayah ini sudah terdistribusi merata di tahun 2021. Akan tetapi jika dicermati secara series data P2, terlihat bahwa angka P2 memiliki pola yang sama dengan P1. Artinya bahwa program
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 79 pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kaimana sudah terdistribusi merata tetapi tidak berkesinambungan. Hal ini tercermin dari capaian P2 yang selalu berfluktuatif dari tahun 2017-2021. Gambar 4.8 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kaimana, 2017-2021 Sumber : BPS, 2017-2021 Gambar 4.9 Posisi Realtif Keparahan Kemiskinan (P2), 2021 Sumber : BPS, 2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 80 4.1.5 Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. BPS menggunakan pendekatan kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk menghitung kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan. Dengan kondisi GK tersebut, secara awam dapat dikatakan bahwa ada setidaknya 1 dari 5 orang yang tergolong miskin. Melihat kondisi 5 tahun terakhir, persentase penduduk miskin Kaimana cenderung menurun, namun jika melihat pada jumlah penduduk miskin Kaimana pada tahun 2021 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya pada periode 2017-2020. Salah satu yang berpengaruh meningkatnya jumlah penduduk miskin Kaimana adalah kondisi perekonomian yang menurun Gambar 4.10 Posisi Realtif Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan), 2021 Sumber : BPS, 2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 81 drastis sejak terjadinya pandemi COVID-19 pada tahun 2020. 4.1.6 Gini Rasio Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu. Indeks Gini atau Rasio Gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pengeluaran secara menyeluruh. Koefisien gini didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Mengetahui ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran sebagai proksi pendapatan penduduk. Gambar 4.11 Perkembangan Gini Rasio Kabupaten Kaimana dan Provinsi Papua Barat, Tahun 2017—2021 Sumber : BPS, 2017-2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 82 4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian- penyesuaian teknoogi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro, 2004). Menurut Robinson Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. 4.2 Perkembangan Indikator Terkait Kemiskinan
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 83 PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini. Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka PDRB yaitu : Menurut Pendekatan Produksi Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 84 2. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi). 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran konsumsi akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Struktur perekonomian Kaimana masih didominasi oleh lapangan usaha sektor pertanian, kemudian lapangan usaha Konstruksi dan administrasi pemerintahan. Dari tiga pilar utama perekonomian Kaimana tersebut, secara kasat mata peranan masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB memiliki kecenderungan tren dari waktu ke waktu. Pada periode 2017-2021, peranan sektor pertanian kerap menurun dari tahun ke tahun. Hal berbeda terjadi pada peranan sektor
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 85 konstruksi yang kian meningkat, yakni dari 18,40 persen pada tahun 2017, menjadi 19,94 persen pada tahun 2021. Hal menarik dari gambar diatas adalah peranan sektor konstruksi terhadap share total PDRB. Sejak tahun 2015 share lapangan usaha ini hampir mencapai seperlima dari total PDRB Kabupaten Kaimana. Artinya konsistensi komitmen Pemerintah Daerah Kaimana untuk membangun infrastruktur di wilayah ini sudah baik. Kendati dalam periode 2015- 2021 terjadi pergantian kepemimpinan, akan tetapi komitmen untuk membangun selalu dijaga dengan baik. Peranan lapangan usaha konstruksi juga sangat vital dalam penurunan tingkat kemiskinan. Gambar 4.12 Peranan Tiga Sektor Pilar terhadap total PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kaimana Tahun 2015-2021 Sumber : BPS, 2015-2021
Indikator Kemiskinan Manusia Kabupaten Kaimana Tahun 2022 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan 86 Sektor 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28.96 27.94 27.11 26.40 26.35 26.50 27.08 Pertambangan dan Penggalian 0.97 0.99 1.00 1.02 1.07 1.08 1.09 Industri Pengolahan 5.75 5.62 5.44 5.30 5.29 5.52 5.68 Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.09 0.09 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 Konstruksi 18.40 19.36 20.14 20.44 20.46 20.73 19.94 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.49 9.63 9.83 10.21 10.44 11.05 11.59 Transportasi dan Pergudangan 5.08 5.23 5.32 5.36 5.31 4.65 5.04 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.71 0.72 0.76 0.78 0.84 0.80 0.84 Informasi dan Komunikasi 1.58 1.58 1.60 1.62 1.70 1.97 2.10 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.43 1.43 1.38 1.33 1.44 1.55 1.49 Real Estate 1.96 2.01 2.07 1.93 1.85 1.87 1.90 Jasa Perusahaan 0.07 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 22.79 22.54 22.40 22.66 22.21 21.10 19.95 Jasa Pendidikan 1.68 1.69 1.69 1.68 1.72 1.70 1.72 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.64 0.67 0.67 0.66 0.70 0.81 0.88 Jasa lainnya 0.39 0.41 0.41 0.42 0.44 0.44 0.46 Total 100 100 100 100 100 100 100 Kabupaten Kaimana Tahun 2011-2017 Tabel 4.1 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kaimana Tahun 2015-2021