MEDIA
PEMBELAJARAN
Materi Kelas 4
Tema 1: Indahnya
Kebersamaan
Subtema: Keragaman
Budayaku
MATA KULIAH : MEDIA DAN TEKNOLOGIPEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU :
DR. NOORHAPIZAH, ST., M.PD
CELIA CINANTYA, S.KOM., M.PD
Disusun Oleh
Kelompok 1
Bukhari (2010
125310107)
Muhammad Ahdi (2010125310094)
Muhammad Aini (
2010125310099)
Tema 1
INDAHNYA KEBERSAMAAN
Kerja sama dengan orang tua • Kami akan mulai belajar
Ceritakan latar belakang budaya orang keanekaragaman suku bangsa
tuamu, lalu diskusikan apa yang menarik Indonesia.
dan menjadi ciri khasnya. • Pemahaman berbagai ragam
budaya, upacara adat, dan
• Kami akan mulai belajar kesenian akan menambah
keanekaragaman suku bangsa Indonesia. kecintaan kami terhadap tanah air
Indonesia.
• Pemahaman berbagai ragam budaya,
upacara adat, dan kesenian akan Belajar dari lingkungan
menambah kecintaan kami terhadap Saat bertemu orang di sekitar rumah,
tanah air Indonesia. ajaklah mereka untuk bercerita
Belajar dari lingkungan tentang keunikan makanan khas,
Saat bertemu orang di sekitar rumah, rumah adat, kesenian, atau lainnya
ajaklah mereka untuk bercerita tentang yang menjadi ciri khas di daerahnya.
keunikan makanan khas, rumah adat,
kesenian, atau lainnya yang menjadi ciri
khas di daerahnya.
Subtema 1:
Keberagaman Budayaku
Tahukah kamu bahwa Indonesia
terdiri atas banyak pulau,
suku bangsa, tarian, rumah adat,
serta agama?
Ayo, kita cari tahu lebih jauh
tentang keberagaman itu.
Ayo Membaca
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan budaya, namun
tetap dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Keberagaman tersebut merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kita wajib mensyukurinya. Berikut adalah bacaan tentang keberagaman
budaya Indonesia.
Bacalah teks berikut dalam hati!
Keragaman Budaya Banjarmasin
Seni tradisional Banjar adalah unsur kesenian yang menjadi bagian
hidup masyarakat dalam suku Banjar. Tradisional adalah aksi dan
tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang
yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa
musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi
tersebut.
Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak
hubungannya dengan sungai, rawa, dan danau, di samping pegunungan.
Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini sangat banyak
dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka. Kebutuhan hidup
mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam
lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan. hampir
segenap kehidupan mereka serba religius. Di samping itu,
masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang
sebagian besar masih tradisional.
Ikatan kekerabatan mulai longgar dibanding dengan masa yang lalu,
orientasi kehidupan kekerabatan lebih mengarah kepada intelektual dan
keagamaan. Emosi keagamaan masih jelas tampak pada kehidupan
seluruh suku bangsa yang berada di Kalimantan Selatan. Urang Banjar
mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang
berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi,
dan asimilasi. Sehingga tampak terjadinya pembauran dalam aspek-
aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih
dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam,
terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ketuhanan
(Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur
budaya asal, Hindu dan Buddha.
Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar tampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transportasi, tari, nyanyian, dan sebagainya.
Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik
masyarakat Banjar. Suku Banjar mengembangkan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya belum maksimal, meliputi berbagai cabang budaya.
1. Seni Tari
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan
istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. seni tari kraton ditandai dengan
nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak
dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman Hindu,
namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini.
Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami
sedikit perubahan. Seni tari daerah Banjar yang terkenal misalnya:
• Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
• Tari Baksa Panah
• Tari Baksa Dadap
• Tari Baksa Lilin
• Tari Baksa Tameng
• Tari Radap Rahayu
• Tari Kuda Kepang
• Tari Japin/Jepen
• Tari Tirik Kuala
• Tari Gandut
• Tari Tirik
• Tari Babujugan
• Tari Jepen Lenggang Banua
• Tari Japin Hadrah
• Tari Kambang Kipas
• Tari Balatik
• Tari Parigal Amban
• Tari Tameng Cakrawati
• Tari Alahai Sayang
2. Alat Musik
• Alat Musik Panting
Panting adalah alat musik tradisional sejenis gambus
namun dengan ukuran yang lebih kecil. Istilah panting
sendiri berasal dari kata memanting yang dalam bahasa
Banjar berarti memetik.
Pada awalnya, alat musik panting dimainkan secara
solo atau perorangan. Namun seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin maju, panting akan
lebih menarik apabila dimainkan dengan beberapa alat
musik lainnya. Maka sekarang musik panting lebih sering
dimainkan sebagai ensambel dengan alat-alat musik
seperti babun, gong, dan biola.
• Gemelan Banjar
Gamelan Banjar adalah sebuah seni karawitan dengan alat-alat musik gamelan yang berkembang dalam masyarakat suku Banjar, Kalimantan Selatan.
Dalam masyarakat suku Banjar, dikenal 2 jenis gamelan Banjar, yaitu gamelan versi keraton dan versi kerakyatan. Namun dalam perkembangannya,
musik gamelan Banjar versi keraton sudah kian punah, berbeda dengan versi kerakyatan yang masih eksis hingga sekarang.
Dalam sejarahnya, gamelan Banjar sudah ada sejak zaman Kerajaan Negara Dipa di abad ke-14. Kesenian ini pertama kali diperkenalkan oleh
Pangeran Suryanata ke Kalimantan Selatan bersamaan dengan kesenian Wayang Kulit Banjar dan senjata keris sebagai hadiah dari kerajaan Majapahit.
Alat Musik Kalang Kupak
Kalang kupak adalah alat musik tradisional yang terbuat dari jenis bambu yang tipis (paring tamlang). Alat musik ini terdiri dari 8 ruas bambu yang
masing-masing dipotong setengah dan dibuat meruncing di bagian ujungnya. Ruas-ruas bambu tersebut kemudian disatukan dengan serat rotan hingga
bentuknya menyerupai alat musik calung dari Jawa Barat. Alat musik kalang kupak berperan sebagai pembawa melodi yang biasanya dimainkan
bersama dengan alat musik agung (gong), babun, lumba, dan kecapi, untuk mengiringi upacara adat Balian. Selain itu, alat musik tersebut juga dimainkan
untuk mengiringi berbagai tarian adat, seperti tari Gintor.
• Sarumai Banjar
Sarunai merupakan salah satu alat musik tiup tradisional khas Suku Banjar yang berbentu seperti terompet. Pada bagian ujung alat musik
ini terdapat lidah-lidah ganda yang terbuat dari daun kelapa kering, berfungsi sebagai tempat tiup yang langsung mengenai bibir pemain.
Dalam tradisi Suku Banjar, alat musik sarunai ini biasa dimainkan bersama gendang dan gong sebagai pengiring seni beladiri Kuntau dan
tari Kuda Kepang.
Alat Musik Kalampat
Kalampat merupakan alat musik pukul tradisional berupa gendang berkepala tunggal. Badan kalampat biasanya terbuat dari batang
batung atau bambu tebal dengan ukuran diameter yang besar. Alat musik kalampat dimainkan dengan cara dipukul menggunakan
pemukul yang terbuat dari rotan. Biasanya, kalampat bersama dengan alat musik agung (gong) sebagai pengiring dalam upacara
Bawanang (panen padi), Babalian (pengobatan), dan upacara lainnya dalam masyarakat Suku Dayak di daerah Labuhan, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
• Alat Musik Kintung
Kintung merupakan alat musik tradisional khas Kalimantan Selatan yang terbuat dari bambu dan memiliki bentuk mirip seperti
alat musik angklung dari Jawa Barat. Kintung terdiri dari 7 ruas bambu yang masing-masing memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Tiap ruas bambu tersebut memiliki nama masing-masing, yaitu hintalu randah, hintalu tinggi, tinti pajak, tinti gorak, pindua
randah, pindua tinggi, dan gorak tuha. Cara memainkannya dengan dipukul menggunakan sepasang tongkat pemukul. Pada zaman
dahulu dalam tradisi masyarakat setempat, alat musik kintung seringkali dipertandingkan satu sama lain. Bukan hanya mencakup
bunyinya saja, yang dipertandingkan juga mencakup hal-hal yang bersifat magis, seperti membuat kintung lawan tidak berbunyi
atau hingga menjadi pecah. Pada masa yang lebih maju, alat musik kintung biasa dimainkan bersama alat-alat musik lain seperti
agung, babun, dan alat musik lainnya sebagai pengiring lagu-lagu tradisional Banjar.
• Terbang madihin
Terbang Mahidin merupakan alat musik tradisional khas Banjar dengan ciri khasnya bentuk badan yang mengerucut ke bawah.
Badan terbang biasanya terbuat dari kayu pohon nangka dengan ukuran garis tengah sekitar 28-30 cm dan bagian bawahnya 25 cm.
Kemudian di bagian atasnya ditutup dengan membran berupa kulit kambing yang sudah dikeringkan. Terbang ini dimainkan
sebagai pendukung kesenian Mahidin, sebuah seni sastra lisan yang disajikan dengan diiringi lagu yang menarik. Kesenian tersebut
dimainkan secara berpasangan dengan saling berbalas pantun, isinya berupa sindiran atau ejekan kepada pasangan lawan, plesetan,
humor, nasihat, dan lain-lain.
Alat Musik Sampek
Sampek merupakan alat musik petik tradisional khas Suku Dayak yang tersebar di Pulau Kalimantan, termasuk Kalimantan Selatan.
Alat musik ini bisa dibuat dari berbagai jenis kayu, namun yang sering digunakan dalam pembuatannya adalah jenis kayu arrow, kayu
kapur, atau kayu ulin. Pembuatan alat musik sampek masih menggunakan metode tradisional dengan proses pembuatan yang bisa
memakan waktu hingga berminggu-minggu. Senar yang digunakan pada alat musik sampek berjumlah antara 3, 4, atau 6 senar.
Biasanya, badan sampek juga diukir sesuai dengan keinginan pembuatannya.
• Alat Musik Bumbung
Alat musik bumbung merupakan hasil modifikasi dari Bumbung Lamang (beras ketan yang dibakar dalam bambu hingga masak).
Bumbung memiliki 7 nada dasar yang barangkali sudah amat sulit untuk dicari. Konon, kesenian ini terdapat di Desa Barkin yang
terletak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
3. Lagu Daerah
Indonesia memiliki banyak keberagaman, diantaranya adalah keberagaman budaya dan juga bahasa. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
banyak keberagaman budaya adalah Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan yang terbentuk pada tahun 1950 ini
terkenal dengan hasil batubaranya, sehingga tidak mengherankan provinsi ini dikenal dengan kekayaan alamnya yang sangat berlimpah. Selain kekayaan
alam yang sangat berlimpah, Kalimantan Selatan juga kaya akan budaya. Karena banyaknya suku di Kalimantan Selatan, membuat provinsi yang satu ini
memiliki budaya yang beragam, mulai dari tarian, rumah adat, termasuk lagu daerahnya.Kali akan memberi informasi mengenai lagu daerah Kalimantan
Selatan yang mungkin pernah kamu dengar saat acara tertentu, serta makna dari lagu tersebut.
• Lagu Ampar-Ampar Pisang
Lagu Ampar Ampar Pisang merupakan Lagu Daerah Kalimantan Selatan yang cukup terkenal di seluruh ndonesia, dan lagu ini sering diperdengarkan saat
anak anak sedang bermain. Lagu dengan bahasa Banjar ini diciptakan oleh Hamiedhan A C, dan lagu ini memiliki lirik yang ceria dengan tempo 2/4.
Lagu Ampar Ampar Pisang dari Kalimantan Selatan ini bercerita tentang pisang yang dioalah dengan cara diamparkan/ dijemur hingga akhirnya menjadi
sebuah makanan khas di Kalimantan Selatan.
Lagu Saputangan Babuncu Ampat
Lagu Saputangan Babuncu Ampat merupakan lagu Lagu Daerah Kalimantan Selatan yang sering diperdengarkan saat acara acara tertentu. Lagu dengan bahasa Banjar
ini memiliki lirik yang sangat menginspirasi , dan instrumennya sangat ceria dengan tempo 4/4. Lagu Saputangan Babuncu Ampat bercerita tentang seorang yang
sakit hati, namun jangan sampai kita menyakiti orang lain. Selain itu, lagu ini juga menyiratkan pesan agar kita sesama manusia harus saling memaafkan, serta buang
rasa sakit hati agar tidak menjadi beban dalam hidup kita.
• Lagu Anak Pipit
Lagu yang berjudul Anak Pipit merupakan Lagu Daerah Kalimantan Selatan yang diciptakan oleh Hamiedan AC dan bercerita tentang seekor anak pipit yang malang
dan tak berdaya. Lagu ini mengajak kita agar lebih mencintai binatang, karena binatang juga ciptaan Tuhan.Lagu dengan bahasa Banjar ini memiliki lirik yang sedih
karena bercerita tentang seekor anak pipit yang malang. Selain itu, iringan musik dengan tempo 4/4 membuat lagu ini menjadi tambah sendu.
• Lagu Paris Berantai
Lagu Daerah Kalimantan Selatan selanjutnya adalah Lagu Paris Berantai. Lagu adat ini merupakan lagu ciptaan Anang Ardiansyah yang bercerita tentang kerinduan
hati seorang terhadap kekasihnya, dan ia tidak ingin terpisah dari kekasihnya. Selain itu, lagu ini juga menceritakan suasana kampung halaman yang telah lama
ditinggalkan. Lagu Paris Berantai ini menggunakan bahasa Banjar dan diiringi musik dengan tempo 4/4 . Selain itu, lagu ini memiliki lirik yang amat sedih karena
bercerita tentang seorang yang rindu dengan kekasihnya.
Tulislah nama alat musik tradisional lain yang kamu ketahui.
Jelaskan asal alat musik itu, cara memainkannya, serta cara
terjadinya bunyi pada alat musik tersebut!
Alat Musik Asal Cara Memainkan Dan Cara Menghasilkan Bunyi
Daerah
Kamu telah mengetahui berbagai alat musik dan cara memainkannya. Tahukah kamu bahwa di
sekitar kita juga banyak sekali benda yang dapat menghasilkan bunyi?
4. Rumah Adat
Secara historis, Kalimantan Selatan terbagi menjadi dua suku, yaitu Dayak dan Banjar. Dayak merupakan penduduk asli sebelum kedatangan orang Melayu, sedangkan
orang Banjar merupakan perpaduan antara penduduk asli dan pendatang Melayu yang telah memeluk Islam. Kedua suku ini turut mewarnai keberagaman budaya di
Indonesia. Suku Banjar sendiri memiliki rumah tradisional yang disebut rumah adat Banjar. Rumah adat ini termasuk ke dalam sumber budaya yang masih tersisa di
Kalimantan Selatan. Rumah adat Banjar dikenal dengan sebutan Rumah Bubungan Tinggi. Selain itu, dikenal juga nama lain seperti Rumah Baanjung, Gajah Baliku, Gajah
Manyusu, Palimasan, Palimbangan, Balai Bini, Balai Laki, dan Anjung Sarung. Namun di antara yang lain, rumah Bubungan Tinggi lah yang mempunyai arsitektur lebih
kompleks dan khas.
Menurut catatan sejarah, rumah adat Banjar telah muncul sejak masa Kerajaan Banjar diperintah oleh Panembahan Sulaiman yang beristana di Karang Intan, tahun 1800.
Versi lain menyatakan bahwa rumah adat Banjar sudah ada sejak awal Kerajaan Banjar, yaitu pada masa Sultan Suriansyah pada pertengahan abad ke-16 M. Bukti tertulis
dari arsip Belanda menunjukkan bahwa rumah adat bubungan tinggi di Sungai Jingah, Banjarmasin merupakan rumah tertua yang surat segel izin pembuatannya dikeluarkan
oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1871. Dari catatan-catatan sejarah tersebut, dapat disimpulkan bahwa rumah adat Banjar telah ada sejak zaman dulu, jauh sebelum
Indonesia merdeka.
Ciri khas rumah adat Banjar terletak pada pola ruang yang memiliki anjung kiri dan kanan. Rumah adat Banjar didesain seperti rumah panggung dengan ketinggian 2m,
menyesuaikan dengan kondisi lahan setempat. ciri-ciri umum rumah adat Banjar berdasarkan bangunan-bangunan rumah yang masih ada adalah sebagai berikut:
a) Bahan konstruksi dari kayu.
b) Rumah panggung.
c) Bangunan rumah bersifat simetris.
d) Bangunan memiliki anjung di samping kiri dan kanan dengan cara di posisi agak ke belakang.
e) Bahan atap rumah dari sirap atau daun rumbia.
f) Memiliki tangga di bagian depan dan di bagian belakang dengan jumlah anak tangga ganjil.
g) Memiliki dua buah pintu di bagian depan dan di bagian belakang.
h) Ada dinding pembatas dengan pintu kembar.
Ada beberapa jenis Rumah Adat Banjar Asli Khas Kalimantan Selatan diantaranya:
• Rumah Bubungan Tinggi
Salah satu rumah tradisional Banjar yang paling ikonik adalah rumah adat Banjar Bubungan Tinggi. Pada zaman kerajaan dulu, rumah ini merupakan tempat raja dan
keluarganya tinggi.
Nama “Bubungan Tinggi” sendiri mengacu pada atap tajam dengan 46 derajat kecuramannya. Keunikan rumah adat Bubungan Tinggi sendiri, yaitu memiliki struktur
panggung yang tidak menempel pada tanah. Kemudian motif rumah Banjar Bubungan Tinggi sendiri, yaitu motif floral dau dan bunga.
• Rumah Gajah Baliku
Mirip dengan rumah Bubungan Tinggi namun, rumah Gajah Baliku ini punya tata ruang tamu yang tidak berjenjang. Sebab, atap Ruang Tamu dalam rumah ini tidak
memakai atap sengkuap atau Atap Sindang Langit.
Rumah Gajah Baliku memiliki kemiringan hanya 60 derajat saja dan dulunya biasa didiami oleh saudara serta anak-anak Raja Banjar.
• Rumah Balai Laki
Rumah adat Banjar Balai Laki menjadi hunian untuk para punggawa mantra dan prajurit pengawal keamanan Kesultanan Banjar. Rumah tradisional Balai Laki
punya dimensi yang lebih kecil dari jenis hunian adat Palimbangan. Sebab, rumah Palimbangan sering ditempati para saudagar kaya.
• Rumah Balai Bini
Adapula rumah adat Balai Bini yang dulunya dijadikan tempat tinggal untuk para puteri raja atau warga kerajaan perempuan. Ciri khas dari rumah Balai
bini ialah memiliki atap yang menyerupai joglo namun, hal yang membedakannya terdapat tambahan atap sindang langit sebagai surambinya.
• Rumah Lanting
Hunian jenis ini dibangun secara mengapung di atas susunan tiga buah batang pohon kayu besar. Bukan tanpa alasan penenmpatan seperti di atas,
sebab rumah Lanting selalu oleng jika dimainkan gelombang dari kapal hilir yang mudik di sungai.
5. Bela Diri
• Bakuntau
Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan menggelar pertunjukan kesenian bela diri khas daerah "bakuntau" di gedung kesenian Balairung Sari Taman Budaya
Kalsel, Sabtu malam. Pertunjukan kesenian layaknya pencak silat itu dibalut gelar teater yang ditampilkan Sanggar Seni Ading Bastari dari Barikin, Hulu Sungai
Tengah (HST). Para pemain berasal dari perguruan kuntau jasa Datu Macan Kumbang dari Desa Haruyan, HST, bertema "Membawa Langkah Menuju Adat".
Beragam atraksi permainan jurus-jurus kuntau yang melegenda diperlihatkan dalam pertunjukan yang diselingi drama dan tari itu. tertunjukan yang sudah kurang
dilihat itu ternyata cukup besar menyedot perhatian, bahkan gedung Balairung Sari yang berkapasitas 400 tempat duduk terisi penuh. Kuntau, menurut Kepala
Taman Budaya Kalsel Fahrurrazi merupakan sebuah kesenian yang memadukan unsur seni dan olahraga yang memiliki kemiripan dengan olahraga pencak silat.
Namun kuntau tidak sekedar sebuah aliran bela diri melainkan jauh dalam inti sarinya peleburan antara kegiatan jasmani dan rohani dalam gerakan yang aktraktif.
"Kuntau diyakini memberikan energi positif dalam kehidupan manusia melalui filosofi-filosofi yang ada di dalamnya.
Nama Rumah Adat Asal Daerah Jenis Dan Bentuk Rumah Adat
Siap Menghadapi Musim Hujan
Siap Menghadapi Musim Hujan Musim hujan hampir tiba. Warga desa Kampung Marabahan berdiskusi
untuk melakukan kerja bakti. Mereka berencana membersihkan selokan. Mereka sepakat ketika selokan
bersih, warga tidak akan kebanjiran.
Pagi itu, semua warga terlihat sangat bersemangat membersihkan selokan. Pak Budi dan Pak Yanto sibuk
mengambil sampah yang ada di dalam selokan. Pak Madi dan Pak Yanto memastikan saluran selokan
lancar. Pak Hery mengambil sampah-sampah dan meletakanya di gerobak sampah.
Setelah acara kerja
bakti selesai, warga
berkumpul untuk
menikmati teh hangat
dan pisang goreng.
Makanan tersebut
dimasak oleh warga
ibu-ibu. Mereka senang
karena selokan desa
sudah bersih. Kini,
mereka siap
menghadapi musim
hujan.
Diskusikan pertanyaan berikut!
1. Apa yang dilakukan warga desa Kampung Babakan?
2. Mengapa mereka melakukan kerja bakti?
3. Apakah warga desa mempunyai sikap mengutamakan persatuan dan kesatuan? Jelaskan!
4. Apa manfaat sikap mengutamakan persatuan dan kesatuan bagi warga Kampung Babakan?
5. Apa yang akan terjadi jika warga tidak mempunyai sikap mengutamakan persatuan dan kesatuan?
Sekarang amatilah dirimu dan temanmu. Pada saat kamu melakukan diskusi tadi, apakah ada keberagaman yang terlihat antara kamu dan temanmu?
1. Apakah keberagaman yang kelompok kamu miliki? Jelaskan!
2. Apakah ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, tinggi, dan lain-lain) anggota kelompokmu sama atau berbeda? Jelaskan!
3. Mengapa meskipun kalian memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda, tetapi tetap harus bekerja sama?
4. Apakah kalian memiliki pendapat yang sama? Jelaskan!
5. Samakah cara kalian menyampaikan pendapat? Jelaskan!
6. Apakah keberagaman tersebut membawa manfaat bagi kelompok? Jelaskan!