LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI APOTEK DIBAL FARMA DK BELIK RT 001 RW 008 DIBAL NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI PRAKTEK KERJA LAPANGAN Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Sebagai Asisten Tenaga Teknik Kefarmasian Oleh: AUXA DINDA NAVITA 211501 AYU DWI ASTUTI 211504 PROGRAM STUDI FARMASI 2022/2023
i KATA PENGANTAR Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Dibal Farma. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Asisten Tenaga Teknis Kefarmasian di Jurusan Farmasi, di SMK Negeri 1 Sambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam rangka menyusun laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Suyatna, S.Pd,. M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sambi. 2. Apt. Sariyono, S.Farm. selaku Ketua Program Studi Jurusan Farmasi SMK Negeri 1 Sambi. 3. Apt. Eersta Zusvita Widyastuti, S.Farm. selaku pembimbing yang telah berkenan mengorbankan waktunya dengan penuh kesabaran, keikhlasan memberi dorongan dan bimbingan kepada kami. 4. Ratna Sari Dewi, S.Farm. selaku Guru Program Studi Farmasi SMK Negeri 1 Sambi. 5. Apt. Rohmarmi, S.Farm. selaku Apoteker dan Pembimbing PKL Apotek Dibal Farma. 6. Seluruh karyawan Apotek Dibal Farma. 7. Bapak dan Ibu teima kasih atas limpahan doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. 8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Penilaian Akhir Tahun (PAT) Tahun Pelajaran 2022/2023 serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Boyolali, 19 Februari 2023 Peserta PKL
ii DAFTAR ISI LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .........................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................ii KATA PENGANTAR .............................................................................................................iii DAFTAR ISI ............................................................................................................................iv BAB I ............................................................................................................................1 PENDAHULUAN .....................................................................................................1 A. Latar Belakang ...........................................................................................1 B. Waktu dan Tempat ......................................................................................2 C. Tujuan PKL ................................................................................................2 D. Manfaat PKL ..............................................................................................3 BAB II ...........................................................................................................................4 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................4 A. Pengertian Apotek ............................................ ..........................................4 B. Tugas dan Fungsi Apotek ............................................................................5 C. Persyaratan Apotek .....................................................................................6 D. Pengelolaan Apotek .....................................................................................8 E. Administrasi Apotek .................................................................................12 F. Informasi Apotek .......................................................................................12 BAB III ........................................................................................................................14 PELAKSANAAN PKL ...........................................................................................14 A. Sejarah Apotek ..........................................................................................14 B. Lokasi Apotek ...........................................................................................14 C. Struktur Organisasi Apotek .......................................................................15 D. Jam Kerja Apotek ......................................................................................15 E. Tata Ruang Apotek ....................................................................................16 F. Kegiatan Apotek ........................................................................................16 BAB IV .......................................................................................................................20 HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................................20 A. Skrinning Resap Apotek ............................................................................20 B. Administrasi Apotek .................................................................................23 C. Hasil dan Pembahasan............................... ................................................25
iii BAB V .........................................................................................................................27 PENUTUP ...............................................................................................................27 A. Kesimpulan ................................................................................................27 B. Saran-saran ................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................29 LAMPIRAN ................................................................................................................30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan Kesehatan diarahkan guna terciptanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka perlu dilakukan suatu upaya kesehatan misalnya dengan cara peningkatan kualitas tenaga kesehatan, adanya sistem pelayanan yang terorganisir dengan baik dan ditunjang oleh sarana kesehatan yang memadai. Sehat adalah harta yang berharga dari setiap manusia, tanpa jiwa dan raga yang sehat manusia tidak akan bisa beraktifitas dengan sempurna. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 adalah sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Perkembangan kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional, yang bertujuan untuk mencapai hidup sehat setiap penduduk. Usaha perwujudan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diperlukan upaya kesehatan antara lain, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan penyakit, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, peningkatan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinsmbungan. Penyelenggaraan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diperlukan upaya peningkatan mutu dan pelayanan kesehatan yang didukung oleh sarana kesehatan, pengadaan obat yang lengkap dan bermutu baik, distribusi obat secara merata dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Salah satu pencapaian derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat adalah apotek. Pengertian apotek menurut Menkes No. 922 Tahun 1993 adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan farmasi kepada masyarakat. Pekerja kefarmasian adalah pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
2 Salah satu sarana unit pelayanan kesehatan yang memegang peranan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal adalah apotek, karena apotek merupakan unit dapat melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang diharapkan. Tugas dan fungsi apotek menurut Menkes PP No. 25 Tahun 1980 adalah sebagai tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat serta sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan secara merata obat yang diperlukan masyarakat. Mutu pelayanan yang baik sangat diperlukan untuk menjamin terus berlanjutnya kehidupan dari suatu apotek, ini tergantung pada kemampuan dari sumber daya manusia yang ada dalam suatu apotek. Untuk itulah seorang tenaga kefarmasian harus mengetahui seluruh kegiatan yang ada di apotek. Praktek Kerja Lapanga (PKL) diadakan untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan yang bersifat teoritis maupun praktek tentang kondisi nyata yang terjadi di apotek meliputi aspek kefarmasian, kemasyarakatan, dan komunikasi. Pengetahuan dan pengalaman yang didapat memberikan bekal bagi calon tenaga kefarmasian dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di apotek. B. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2022 sampai 19 Februari 2023 yang bertempat di Apotek Dibal Farma dengan alamat Dk Belik Rt 001 Rw 008, Dibal, Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Apotek Dibal Farma beroprasi setiap hari Senin sampai Minggu. Pelayanan di Apotek Dibal Farma dibagi menjadi dua shif, shif pagi dan siang. Shif pagi masuk pukul 07.00 – 14.00 WIB sedangkan shif siang masuk pukul 14.00 – 21.00 WIB. C. Tujuan PKL Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang harus diikuti oleh siswa Jurusan Farmasi SMK Negeri 1 Sambi yang mempunyai tujuan, sebagai berikut:
3 1. Siawa mampu meningkatkan, menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat serta perbekalan farmasi lainnya. 2. Siawa dapat mengetahui gambaran mengenai struktur, cara, situasi dan kondisi kerja dari berbagai bentuk lapangan pekerjaan dibidang farmasi sehingga dapat mengetahui gambaran menenai fungsi, peran dan tugas seorang tenaga kefarmasian farmasi yang siap menjalankan profesinya secara professional. 3. Siswa dapat memahami ruang lingkup apotek yang meliputi perundang undangan mengenai perapotekan manajemen apotek, pengelolaana obat, serta dapat meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang membentuk kemampuan siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan program studi yang dipilihnya. D. Manfaat PKL Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah siswa dapat mengasah dan dapat mengetahui cara-cara pengelolaan apotek sehingga sebagai calon Asisten Tenaga Teknik Kefarmasian dapat lebih menguasai bidang kerjanya, serta dapat memberikan pengalaman pada siswa untuk memasyarakatkan diri pada suasana lingkungan kerja dan menumbuh kembangkan serta memantapkan sifat professional yang diperlukan siswa untuk memasuki lapangan sesuai bidangnya.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Apotek Berdasarkan pada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1333/ MENKES/ SK/ X/ 2002 dalam paket kebijaksanaan pemerintahan pada tanggal 29 Oktober 2002 di bidang farmasi tentang ketentuan dan tata cara pemberian ijin apotek apotek, menyatakan bahwa Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penularan sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 13 tentang pekerjaan kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apotek merupakan salah satu tempat penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Pekeerjaan kefarmasiann yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 adalah pembuatan termasuk pengendalian dan distribusi obat secara pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan bahan obat dan bahan tradisional. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengatur tentang pekerjaan kefarmasian di Apotek meliputi: 1. Pembuatan, peracikann, pengolahan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan ibat dan bahan obat. 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3. Pelayanan farmasi mengenai perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi yang disalurkan apotek meliputi: obat, bahan obat, obat asli Indonesia ( obat tradisional ). Bahan obat asli Indonesia (obat tradisional), alat kesehatan, dan kosmetik juga komoditi lain seperti susu, makan, perlengkapan bayi, dan lan-lain.
5 Menurut PP No. 26 Tahun 1965, apotek adalah tempat tertentu dimana dilakukan usaha-usaha dalam bidang farmasi dan pekerjaan kefarmasian. Penertian ini kemudian diperbaruhi dengan PP No. 25 Tahun 1980 yang mengidentifikasi bahwa appotek adalah suatu tempat dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat (Anief, 1998). Asisten Tenaga Teknik Kefarmasian wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya dan dilandasi pada kepentingan masyarakat serta wajib memberikan informasi penggunaan obat secara tepat, aman, rasional kepada pasien atas permintaan masyarakat. Pelayanan apotek meliputi resep dokter, dokter gigi, dokter hewan dan pelayanan tersebut merupakan tanggung jawab apoteker. Kerjasama antara karyawan yang baik dengan konsumen akan akan memberikan penilaian lebih terhadap apotek sehingga akan saling menguntungkan kedua belah pihak, maka harus selalu dijaga hubungan baik tersebut. Ijin apotek diberikan oleh Menteri Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang akan melaporkan pelaksanaa, pemberian, pembekuan, pencairan dan pencabutan izin apotek sekali setahum kepada Menteri Kesehatan dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. B. Tugas dan Fungsi Apotek Menurut PP No. 25 Tahun 1980 Pasal 2, disebutkan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah: 1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pemcampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. 3. Sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi secara merata obat yang diperlukan masyarakat. 4. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
6 C. Persyaratan Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332 Tahun 2001 Bab 1 Pasal 6 dalam pendirian apotek harus memenuhi persyaratan: 1. Untuk mendapat ijin apotek, apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap tempat, pelenngkap termasuk sediaan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri. 2. Perbekalan farmasi yang dimaksud sekurang-kurangnya terdiri atas obat generik sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional. 3. Sarana apotek yang didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komditi lainnya diluar sediaan farmasi. 4. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi diluar sediaan farmasi. Persyaratan mengenai apotek berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tidak menyebutkan persyaratan luas gedung dengan jarak antar apotek, yang penting disini adalah pelayanan obat dilakukan dengan baik. Sebelum melaksanakan kegiatan, Apoteker Pengelola Apotek telah memiliki Surat Ijin Kerja, Surat Penugasan dan adanya persetujuan lokasi. Ijin apotek berlaku seterusnya selama Apoteker yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan sesuai dengan persyaratan dari Apoteker Pengelola Apotek. Hal-hal yang menjadi dasar dalam pemeriksaan pemberian ijin apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332 Tahun 2001, adalah: 1. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan memperoleh NPWP harus memiliki SUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). 2. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang kefarmasian. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri atas ruang tunggu, ruang peracikan, ruang penyimpanan, ruang obat, ruang penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan
7 toilet. Bangunan apotek juga harus ada ventilasi dan system sanitasi yang baik, sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan, penerang yang cukup dan menyediakan alat pemadam kebakaran serta pada bagian depan apotek harus terdapat papan nama. Apotek yang standar harus memiliki kelengkapankelengkapan yang dapat memenuhi kebutuhan apotek itu sendiri, diantaranya adalah: 1. Pelengkap Apotek, harus memiliki perlengkapan yang terdiri dari: 1.1 Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan (alat-alat gelas, timbangan gram dan milligram dengan anak timbangan yang sudah ditara, mortir, dan lain-lain). 1.2 Pelengkap dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan di bagian farmasi (almari dan rak untuk menyimpan obat, almari penyimpan narkotika, alamari penyimpanan psikotropika dan almari pendingin). 1.3 Wadah pengemas dan pembungkus (etiket dan pembungkus untuk penyerahan obat). 1.4 Pelengkap (surat pesanan, kartu stok obat, salinan resep, faktur, nota penjualan, surat pesanan narkotika, surat pesanan psikotropika, formulir laporan narkotika dan psikotropika). 1.5 Buku standar yang diwajibkan dikumpulkan peraturan perundang undangan yang berhubungan dengan apotek, serta buku-buku lain yang ditetapkan oleh Balai Pengwasan Obat dan Makanan. 1.6 Buku wajib ada di Apotek seperti FI (Farmakope Indonesia), ISO (Informasi Spesialit Obat), PIO (Pelayanan Informasi Obat), UU narkotika, UU psikotropika, DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), IONI (Informasi Obat Nasional Indonesia). 1.7 Tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika. 2. Perbekalan Apotek Perbekalan apotek meliputi obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatann, kosmetik dan sebagainya. Obat
8 sekurang-kurangnya terdiri atas obat generik sesuai dengan Daftar Essensial Nasional (DOEN). 3. Lokasi dan Tempat Jarak minimum antara apotek tidak dipersyaratkan, namun sebaiknya dipertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, hygiene lingkungan dan faktor lainnya. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan komoditi lainnya. D. Pengelolaan Apotek Pengolahan apotek menurut Permenkes No. 922 Tahun 1992 pasal 10 dan pasal 11 meliputi: a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk, penyimpanan, pencampuran, penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi farmasi tentang obat dan perbekalan farmasi kepada dokter, tenaga kesehatan lain dan masyarakat. Serta pengamanan dan pelaporan informasi mengenai khasiat keamanan dan bahaya suatu obat dan perbekalan farmasi. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyiapkan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. 1. Pemesanan Pemesanan obat-obatan melalui jalur PBF (Perdagangan Besar Farmasi). Surat pemesanan obat ditangani oleh APA dengan mencantumkan nama apotek dan surat ijin apotek. Surat pesemesanan dibuat rekap dua, lembar pertama untuk PBF dan lembar kedua untuk keperluan arsip Apotek guna mencocokan barang yang dipesan, kemudian akan dikirim barang yang disertai Faktur Surat Pemesanan yang ditulis oleh APA. Surat pemesanan untuk narkotika dibuat rekap empat, lembar pertama sampai ketiga untuk PBF Kimia Farma dan lembar keempat untuk arsip apotek. Surat pemesanan di dapat dengan membeli dari
9 PBF Kimia Farma, surat pemesanan hanya digunakan untuk memesan satu item produk Kimia Farma. Surat pemesanan mencantumkan Rayon dan No. SP, nama dan jumlah barang, nama dan alamat APA, nama alamat apotek, serta tanda tangan dan No. SIK dari APA. Surat pemesanan untuk psikotropika dibuat rekap dua, lembar pertama untuk PBF dan lembar kedua untuk arsip apotek. Surat pemesanan dapat dibuat oleh apotek yang bersangkutan dan satu surat pemesanan dapat digunakan untuk memesam lebih dari satu item. Surat pemesanan mencantumkan nama dan alamat APA, nama dan alamat perusahaan dan jumlah obat, nama dan alamat apotek serta tanda tangan dan No. SIK dari APA. 2. Pembelian Berhasil tidaknya tujuan usaha tergantung pada kebijaksanaan pembelian. Cara melakukan pembelian dapat dilakukan dengan cara berikut: a. Pembelian secara terbatas Pembalian dilakukan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek, misalnya dua hari atau satu minggu. Pembelian ini sangat erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang karena pengawasan stok obat. Pembelian ini cocok dilakukan bila modal terbatas PBF berada dalam jarak yang tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan siap melayani kebutuhan obat sehingga obatnya segera dikirim. b. Pembelian secara spekulasi Pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang sangat besar dari kebutuhan dengan harapan aku ada kenaikan dalam waktu dekat karena ada diskon atau bonus. Metode pembelian secara spekulasi dapat menambah pemasukkan apotek, tapi cara ini beresiko bila ada kerusakan dan dalam waktu kadaluarsa. c. Pembelian berencana Pembelian dengan cara ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang dalam pengawasan stok obat atau barang dagangan yang penting sekali sehingga dapat
10 diketahui barang mana yang laku keras dan kurang laku. Perencanaan pembelian dapat dilakukan dengan mudah sesuai dengan kebutuhan per item obat. Pengendalian persediaan barang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: 1. Membandingkan jumlah pembeli dengan penjualan tiap bulan agar stok obat tetap, maka penentuan pembelian supaya diatur agar stok jangan sampai berkurang atau jadi tumpuk. 2. Kartu persediaan Gudang (stok obat) berfungsi untuk mencacat mutase per item obat, jadi tiap obat mempunyai kartu sendiri. 3. Cara defecta yang sistematis, agar ketersediaan obat atau barang dari stok dapat terpenuhi. Buku ini digunakan untuk mencatat nama obat, barang yang habis, atau yang harus segera dipasarkan. 3. Penjualan Macam-macam penjualan di apotek sebagai berikut: a. Penjualan obat melalui resep b. Penjualan umum atau penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat OWA atas petunjuk apoteker. c. Penjualan alat kesehatan, alat labolaturium dan bahan kimia. d. Penjualan obat-obatan tradisional, food suplement, madu, kosmetik. e. Penjualan komoditi lain diluar sediaan farmasi seperti susu, perlengkapan bayi, makanan, minuman, dan lain lain. Pemberian harga penjualan di apotek dapat diatur sebagai berikut: a. Berupa resep obat racikan (dibuat apotek), umumnya kalkulasi harga jual ditambah embalase dan tuslah racikan. b. Untuk resep obat paten (obat jadi), umumnya kalkulasi adalah harga jual ditambah embalase dan tuslah untuk resep obat paten. c. Untuk penjualan obat bebbas umumnya kalkulasi adalah harga jual ditambah embalase nilai diperlukan. 4. Penyimpanan obat atau perdagangan Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semua langsung dijual, oleh karena itu barang langsung disimpan digudang terlebih dahulu dengan tujuan supaya barang aman dan tidak hilang,
11 tidak mudah rusak dan mudah diawasi. Gudang harus memenuhi beberapa ketentuan antara lain: a. Merupakan ruang tersendiri dalam komplek apotek. b. Cukup aman, kuat dan dapat dikunci dengan baik. c. Tidak terkena sinar matahari langsung. d. Tersedia rak yang cukup dan baik. e. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran yang kering dan basah. Penyimpanan obat dapat dikelompokkan menurut: 1. Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, cairan, bahan setengah padat. 2. Obat jadi disusun menurut abjad, sesuai pabrik atau menurut bentuk sediaannya. 3. Pembalut, kapas. 4. Serum, vaksin, dan obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dilemari es. 5. Penyimpanan obat narkotika disimpan dalam lemari khusus, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat narkotika. 5. Administrasi Kegiatan administrasi di apotek meliputi: a. Administrasi merupakan kegiatan agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar pembuatan laporan-laporan seperti laporan narkotika, psikotropika, tenaga farmasi. b. Administrasi penjualan, dicatat pada buku penelitian baik tunai atau kredit dicatat dari mana, diberi nomor dan faktur penerimaan dikumpulkan secara teratur. c. Administrasi penjualan obat dengan resep, obat bebas dan obat bebas terbatas. d. Administrasi pergudangan dicatat penerimaan pengeluaran barang, dari mana penerima barang, untuk apa dan siapa, masingmasing barang mempunyai kartu stok. e. Pembukuan, keluar masuknya uang serta bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan.
12 E. Administrasi Apotek Administrsi untuk penjualan barang, meliputi: a. Daftar harga Daftar harga obat tercantum dalam buku harga, baik berupa obat dengan merk dagang, generik maupun bahan baku, penyusunan nama berdasarkan abjad dan bentuk sediaan. Harga yang dicantumkan yaitu HNA (Harga Netto Apotek)+PPN sama dengan HJA (Harga Jual Apotek). b. Laporan harian Laporan harian merupakan laporan hasil semua pemasukan dari penjualan obat bebas, penjualan resep setiap hari. c. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika Laporan dibuat tiap bulan untuk laporan narkotika dan psikotropika dibuat tiap satu tahun sekali tercantum nama obat, persediaan awal, penambahan atau pemasukan yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan atau pengggunaan persediaan akhir dan keterangan. F. Informasi Obat Informasi obat perlu digunakan di apotek karena untuk mendorong penggunaan obat secara rasional, sehingga pelayanan pada pasien meningkat dan kualitas pengobatan juga meningkat serta kerugian pasien minimal apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan menggunakan obat yang akan diserahkan begitu juga dengan asisten apoteker. Untuk meningkatkan pelayanan farmasi yang baik maka apotek wajib menyediakan tempat untuk konsultasi tentang obat. Dimana informasi obat yang ideal itu mempunyai ciri-ciri adalah mandiri, objektif, seimbang, ilmiah, berorientasi pada pasien, dan proaktif. Informasi obat mencakup kegiatan pelayanan, pendidikan dan peneliti. Sebagai pedoman informasi obat yang akan digunakan apoteker sebagai bekal untuk melakukan konsultasi adalah: 1. Buku standar seperti Farmakope Indonesia. The Extra Farmakope, Inted Siste Pharmacape, British Pharmacape, Remington’s Pharmaceutical Science dan Informasi spesialite Obat Informasi, dan lain-lain.
13 2. Informasi produk obat dalam bentuk brosur. 3. Informasi obat dari makalah, seminar, bulletin profesi, majalah kesehatan, koran, dan lain-lain.
14 BAB III PELAKSANAAN PKL A. Sejarah Singkat Apotek Dibal Farma Apotek Dibal Farma berlokasi di Dukuh Belik, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pendirinya berdasarkan surat keputusan Menkes Nomor KP 01.01.3.02346. Apotek Dibal Farma dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) Ibu apt. Rohmarmi, S.Farm. yang bertanggung jawab, mengelola, dan mengawasi apotek dari seluruh kegiatan di Apotek Dibal Farma. Apotek Dibal Farma didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat sekitar apotek dan sebagai penyedia obat, perbekalan kefarmasian, memberikan pemanfaatan mutu, dan untuk menunjang informasi obat kepada masyarakat. B. Lokasi Apotek Dibal Farma Lokasi Menurut Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lokasi apotek adalah tempat bangunan apotek didirikan, lokasi apotek yang baru atau berpindah, jumlah dan jarak minimal antar apotek ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Penentuan lokasi juga harus menjadi pertimbangan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan adalah jumlah penduduk, jumlah dokter yang praktek, sarana pelayanan kesehatan lainnya, hygeiene lingkungan dan faktor-faktor yang terkait setelah adanya otonomi daerah maka faktor jarak sudah tidak dipermasalahkan lagi. Lokasi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan apotek. Apotek sebaiknya terletak pada daerah yang strategis dan terjangkau oleh akses transportasi yang mudah. Lokasi Apotek Dibal Farma 1. Apotek Dibal Farma terletak di Dukuh Belik RT 01 RW 08, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. 2. Apotek ini didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat sekitar dan masyarakat umum.
15 3. Apotek berada di lokasi yang cukup strategis dan mudah dicapai oleh masyarakat, karena apotek terletak di tepi jalan raya yang dilalui kendaraan, dan berdekatan dengan pemukinan penduduk. C. Struktur Organisasi Apotek Dibal Farma mempunyai struktur organisasi yang sistematis agar setiap bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab yang jelas sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan optimal. Struktur organisasi di atas menunjukkan bahwa Apotek Dibal Farma dipimpin oleh seorang APJ/PSA/APING yang berwenang memimpin, mengawasi, dan mengatur pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek. Dibawah kepemimpinan APA ada AA yang bertugas melayani resep atauobat bebas dan menyususn buku harian resep yaitu narkotika, psikotropika dan asli tanpa tanda khusus. Administrasi bertugas melaksanakan kegiatan surat menyurat dan pelaporan. Kegiatan apotek dapat berjalan dengan lancer bila karyawan terampil dan cekatan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. D. Jam Kerja Apotek Apotek Dibal Farma buka setiap hari mulai jam 07.00-21.00 WIB. Untuk kelancaran apotek, dilakukan pembagian shif pagi dan siang dengan jadwal sebagai berikut:
16 Shif pagi : 07.00-14.00 WIB Shif siang : 14.00-21.00 WIB E. Tata Ruang Apotek Tata ruang Apotek Dibal Farma terdiri dari etalase obat otc, meja kasir, kursi tunggu, etalase obat belakang, meja racik, wastafel, kulkas, almari psikotropika, almari narkotika, apar, dan toilet. F. Kegiatan Apotek 1. Distribusi Kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek Dibal Farma antara lain adalah distribusi obat, yang meliputi penjualan obat bebas dan penjualan obat dengan resep dokter.
17 a. Distribusi penjualan obat bebas. Penjualan obat bebas atau tanpa resep dokter dilakukan pada obat-obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, OWA, alat kontrasepsi, alat kesehatan, dan kosmetik. b. Distribusi penjualan obat dengan resep dokter. Resep yang masuk diperiksa kelengkapan dan ketersediaan obatnya oleh apoteker, kemudian dilayani lalu dibuatkan copy resep. Setelah diracik resep beserta obat diserahkan Kembali kepada pasien disertai informasi penggunaan obat tersebut. 2. Administrasi Laporan Bagian administrasi bertugas membuat laporan pembukuan harian dan diakumulasi pada laporan pembukuan bulanan. Laporan pembukuan tersebut meliputi: a. Surat pesanan. Berisi lembaran surat pesanan yang ditanda tangani APA, yang tercantum antara lain tanggal, nama PBF yang dituju, nama barang atau obat, kemasan, harga, tanda tangan pemasaran dan stemple apotek. b. Buku Defecta. Buku defecta digunakan untuk mencatat nama obat dan alat kesehatan yang habis atau yang akan dipeesan untuk stock apotek. c. Buku peneimaan barang. Buku ini digunakan untuk mencatat penerimaan barang yang dilakukan setiap hari berdasarkan faktur dan tanda terima barang. Buku ini mencantumkan nomor dokumen faktur, tanggal faktur, nomer urut faktur, nama PBF, jumlah barang, nama barang, nomor batch, tanggal kadaluarsa, diskon, harga satuan, harga total, discont PPN, dan pajak 11%. d. Kart stock. Kartu ini berfungsi untuk mengetahui jumlah obat masuk, keluar dan sisa jumlah obat. Kartu stock mencantumkan nama barang, nama pabrik, kemasan, tanggal penerimaan, nama PBF, nomor faktur banyaknya obat, nomor bacth, ED, tanggal, jumlah pengeluaran, jumlah masuk dan sisa obat. e. Buku penjualan dengan resep. Buku ini digunakan untuk mencatat tanggal R/, nomor R/, nama obat, jumlah barang, aturan minum, nama pasien, alamat pasien, usia pasien, nama dokter, tanda tangan dokter serta nomor ijin praktek dokter. f. Buku penjualan obat bebas (HV). Buku ini digunakan untuk mencatat jumlah, nama obat, harga obat, dan jumlah total penjualan setiap harinya.
18 g. Buku penjualan obat generic. Buku ini digunakan untuk mencatat penjualan obat generik. h. Buku instasi harian. Mencatat faktur yang telah dibayar oleh apotek. Apotek menerima faktur asli disertai pajak setelah pembayaran. Faktur kemudian dicatat dalam buku kas dengan menuliskan tanggal, nomor tanggal penulisan faktur, tanggal penerimaan barang, nama PBF, nomor faktur, jumlah tagihan dan pengeluaran setiap hari dijual. 3. Penjualan Kegiatan penjualan di Apotek Dibal Farma meliputi penjualan obat bebas, penjualan obat dengan resep dokter, dan alat kesehatan. Pemberian harga obat dan peralatan farmasi di Apotek Dibal Farma masih dilakukan oleh APA (Apoteker Pengelola Apotek). Rincian pemberian harga tersebut seerti dibawah ini. a. Harga obat dengan resep Harga jual (HNA+PPn) x jumlah barang + 15%) +tuslah b. Harga obat tanpa resep Harga jual (HNA+PPn) 4. Pelayanan Apotek Dibal Farma dalam hal pelayanan meliputi, resep datang diperiksa kelengkapan dan ketersediaan obatnya. Setelah diperiksa resep diracik dan dibuatkan copy resep, kemudian obat diserahkan kepada pasien beserta penjelasan aturan pakainya. 5. Perlengkapan apotek Apotek harus mempunyai perlengkapan yang terdiri dari: a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan (alat-alat gelas, timbangan gram dan milligram dengan anak timbang yang sudah di tara, mortar, stamfar dll). b. Perlengkapan dan penyimpanan perbekalan kesehatan dibagian farmasi (lemari dan rak obat, lemari narkotik dan psikotropik, lemari pendingin). c. Wadah pengemas dan pembungkus (etiket dan pembungkus untuk penyerahan obat).
19 d. Perlengkapan administrasi (surat pesanan, kartu stok obat, salinan resep, faktur penjualan, surat pesanan narkotikapsikotropika, dan formular laporan narkotika-psikotropika). e. Buku standar yang diwajibkan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. 6. Pelaporan Importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan penyimpanan laporan berkala, pemasukan dan atau pengeluaran narkotika dan psikotropika. Laporan penggunaan narkotika setiap bulannya dikirim ke Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial kabupaten/kota dan dibuat tembusan ke Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial propinsi, Balai Besar POM dan untuk arsip apotek.Pelaporan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulannya. Laporan bulanan narkotika berisi nomor urut, nama sediaan, satuan, jumlah pada awal bulan, pemasukan, pengeluaran, dan persediaan akhir bulan serta keterangan khusus untuk penggunaan morphin, pethidine, dan derivatnya dilaporkan dalam lembar tersendiri disertai dengan nama dan alamat pasien serta nama dan alamat dokter.
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Skrinning Resep Tahap pertama yang dilakukan oleh seorang apoteker dalam proses pelayanan resep adalah melakukan skrinning, yaitu memeriksa persyaratan administrative, kesesuaian farmasetis, dan sepertimbangan klinis pada resep.Saat apoteker menemukan suatu permasalahan dari resep, maka apoteker arus berkonsultasi dengan dokter dengan memberikan pertimbangan dan alternatif solusinya. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standard pelayanan kefarmasian di apotek, apoteker dalam melakukan skrining resep meliputi: Persyaratan administrative resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturannya berlaku. Resep mempunyai dua makna penting yaitu sebagai dokumen legal dan sebagai alat komunikasi antara penulis resep dan penerima resep. Oleh arena itu, resep harus memenuhi persyaratan admisitratif dan ditulis dengan jelas agar tidak menimbulkan salah interprestasi bagi dispenser. Resep memiliki: 1. Nama, SIP dan alamat dokter. 2. Tanggal penulisan resep. 3. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep. 4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. 5. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta. 6. Cara pemakaian yang jelas. 7. Informasi lainnya. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam resep antara lain: 1. Jika informasi yang diperlukan tidak ada maka apotek harus menanyakan kepada pasien dan atau dokter. 2. Jika dokter menginginkan resep diulang, maka diberi tanda “iter”. Jika“iter”ditulis di sebelah kiri R/ maka yang diulang hanya R/ di sebelah kanannya, jika ditulis di atas R/ maka semua resep diulang sesuai jumlah yang ditulis”iter”3x artinya pasien akan mendapatkan obat 4x.
21 3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi. 4. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis pada bagian kanan resep sebagai berikut: Cito, Statim, Urgent, atau PIM (periculum in mora, berbahaya bila ditunda). 5. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras di ulang tanpa sepengetahuan dokter, dokter akan menulis n.i (ne iterator, tidk boleh di ulang). 6. Resep dapat di tulis Kembali dalam bentuk salinan resep (apograph, copy resep). Selain memuat keterangan resep asli, copy resep juga memuat nama apotek dan alamatnya, nama apoteker dan nomor SIPA-nya, tanda tangan apoteker pengelola apotek, dan itanda “det” (jika obat sudah diserahkan) atau “nedet” (jika obat belum diserahkan). 7. Jika copy resep ternyata mengandung narkotika (misalnya karena jumlah obat yang diminta sebelumnya baru diberikan sebagian), maka copy resep hanya dapat ditebus di apotek yang memiliki resep aslinya. 8. Resep yang mengandung narkotika tidak dapat ditebus di luar kota tempat obat di resepkan. b. Inkompatibilitas (tak tercampurkannya obat) 1. FISIKA: inkompatibilitas fisika adalah terjadinya perubahanperubahan yang tidak diinginkan pada percampuran 2 obat atau lebih tanpa ada perubahan susunan kimianya. 2. KIMIA: inkompatibilitas kimia adalah perubahan-perubahan yang terjadi karena timbulnya reaksi-reaksi kimia pada waktu mencampurkan bahan-bahan obat. c. Pertimbangan klinis 1. Adanya alergi apoteker harus mendapatkan informasi seluasluasnya tentang kondisi pasien, termasuk jika belum ada keterangan tentang alergi. 2. Efek samping. 3. Interaksi obat Menurut mekanismenya, interaksi obat dapat terjadi baik secara farmasetis, farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmasetis adalah interaksi yang terjadi saan obat belum sampai ke tubuh, yaitu pada inkompatibilitas fisika dan kimia. Secara farmakokinetik, interaksi dapat terjadi selama proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Secara farmakodinamik, interaksi terjadi antara 2 atau lebih obat yang
22 mengakibatkan adanya kompetisi dalam pendudukan reseptor sehingga meniadakan salah satu efek dari obat yang digunakan. Contoh interaksi pada proses absorpsi misalnya obat yang satu merubah kecepatan atau jumlah obat lain yang diabsorpsi. Pada proses distribusi, mekanisme terjadi karena terbatasnya protein plasma darah yang dibutuhkan oleh obat untuk berkaitan.Pada proses matabolisme, mekanisme vitamin C bersama aminophylin akan menjadi Laskorbat (berwarna coklat), sehingga tidak berkhasiat. Interaksi bisa berupa inhibisi atau indikasi enzim pematobolisme obat. Pada proses eksresi, misalnya suatu obat menyebabkan perubahan pH urin sehingga merubah klirens obat lainnya. Efek dari interaksi obat: a. Efek sinergis. b. Efek antagonis. c. Efek additive. Kesesuaian dosis, durasi, dan jumlah obat yang diminta dalam pengoobatan perlu dipastikan bahwa kadar obat selalu berada di atas KEM (konsentrasi efektif minimum) dan di bawah KTM (konsentrasi toksis minimum), sehingga perlu aturan dosis yang mengatur dosis dan jarak waktu pemberian agar obat mencapai konsentrasi terapi sesuai dengan yang dikehendaki. Aturan dosis dapat diberikan dalam tiga dasar kategori: 1. Dosis pemeliharaan, yaitu pada konsentrasi efektif. Efek obat harus selalu terpelihara pada jendela terapi. 2. Dosis terapi pada periode waktu tertentu. Dosis yang diberikan hanya dalam waktu tertentu tingkat terapi yang diinginkan, seperti pada pemberian antibiotic terhadap pengobatan infeksi dan obat-obat dengan 1/2 pendek. 3. Dosis tunggal pada periode waktu tertentu. Dosis ini diberikan pada keadaan efek obat yang diinginkan hanya untuk sesaat, seperti pada pengobatan simptomatik. Beberapa faktor yang mempengaruhi dosis: a.) Usia Bayi dan anak -anak sangat peka terhadap obat karena fungsi hati, ginjal, dan system enzimnya belum sempurna. Begitu juga pada orang tua karena fungsi hati dan ginjal yang telah menurun.
23 b.) Dosis untuk orang tua: 1. 65-75 tahun : dosis biasa -100% 2. 75-84 tahun : dosis biasa -20% 3. >85 tahun : dosis biasa -30% 4. Bobot badan 5. Luas permukaan badan 6. Jenis kelamin 7. Beratnya penyakit Karena banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan dosis, perlu dicek kembali apakah dosis yang diminta di resep sesuai dengan dosis lazim anak atau dewasa, dan tidak melebihi dosis maksimal sesuai usia pasien. Dosis lazim adalah jumlah obat yang sering digunakan dan merupakan dosis terapi. Dosis maksimal adalah jumlah maksimal obat yang dapat diberikan tanpa menimbulkan efek toksinya. B. Administrsi Apotek 1. Perencanaan Tujuan dari perencanaan adalah agar proses pengadaan obat atau perbekalan farmasi yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efesien sesuai dengan anggaran yang tersedia.Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan perencanna adalah: a) Pemilihan pemasok, kegiatan pemasok (PBF), service, (ketepatan waktu, barang yang dikirim, ada tidaknya diskon bonus, layanan obat expire date (ED) dan tenggang waktu penagihan), kualitas obat, dan perbekalan farmasi lainnya, ketersediaan obat yang dibutuhkan dan harga. b) Ketersediaan barang atau perbekalan farmasi (sisa stok, rata-rata pemakaian obat dan satu periode pemesanan pemakaian dam waktu tunggu pemesanan, dan pemilihan metode perencanaan. Adapun beberapa metode perencanaan, diantaranya: a. Metode konsumsi, memperkirakan penggunaan obat berdasarkan pemakaian sebelumnya sebagai perencanaan yang akan datang. b. Metode epidemiologi, berdasarkan penyebaran penyakit yang paling banyak terdapat di lingkungan sekitar apotek. c. Metode kombinasi, mengombinasikan antara metode konsumsi dan metode epidemiologi. d. Metode Just In Time (JIT), membeli obat pada saat dibutuhkan.
24 2. Pengadaan a. Pengadaan merupakan proses penyimpanan obat yang di butuhkan oleh unit pelayanan kesehatan yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau Pedagang Besar Farmasi (PBF). Proses setelah melakukan seleksi atau perencanaan adalah proses pengadaan. Pengadaan barang di lakukan untuk menyediakan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat, dengan mutu yang tinggi serta waktu yang tepat. Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan barang yaitu: 1. Pemilihan PBF 2. Penulisan surat pesanan barang atau kontrak hingga surat tersebut di terima oleh PBF sampai item dan jumlah item berdasarkan perencanaan yang sudah di buat. 3. Harga 4. Penyimpanan 5. Stok Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi (Anonim, 1990). 3. Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan undang-undang. Di apotek Dibal Farma ketika barang yang datang sudah di cek dan sesuai dengan SP (Surat Pesanan), kemudian disimpan dan ditempatkan di tempat masing" dan di catat pada kartu stok. Penyimpanan obat di bagian dalam dalam untuk obat golongan keras penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, dan suhu pada ruangan Over thes counter (OTC) dan gudang obat berdasarkan bentuk sediaan dan farmokologi. Metode penyimpanan dapat di lakukan berdasarkan kelas terapi dengan menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) yaitu barang yang kadaluwarsanya cepat harus keluar terlebih dahulu, untuk menghindari terjadinya obat yang sudah Expired Date (ED).
25 4. Distribusi a) Proses distribusi dimulai sejak menerima barang pengontrolan persediaan, penyimpanan sisa barang dan pengeluaran barang dari gudang. b) Penyaluran barang atau obat di apotek dapat berlangsung beberapa pengguna, antara lain konsumen yang datang langsung ke apotek baik obat bebas maupun resep dan instansi lain misalnya puskesmas, klinik, dan lain". Arus keluar barang di apotek dilakukan dengan prinsip FIFO (first in first out) Demikian halnya dengan obat-obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa lebih singkat disimpan paling depan yang memungkinkan di ambil terlebih dahulu atau FEFO (first expired first out). C. Hasil Dan Pembahasan PKL Selama menjalankan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Dibal Farma diperoleh gambaran bahwa apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi yang dipimpin seorang APA, dimana didalamnya terdapat struktur yang komplek, terpadu dan yang saling berhubungan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Apotek Dibal Farma telah berjalan sesuai dengan PP.25 tahun 1980. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik maupun kegiatan/operasional apotek serta kelengkapan tenaga kerja yang ada di apotek itu sendiri. Manfaat siswa Praktik Kerja Lapangan di Apotek Dibal Farma adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam hal penyediaan, pendistribusian, beserta pelayanan informasi kepada pasien. Perencanaan pengadaan obat di Apotek Dibal Farma dilakukan dengan cara mengutamakan pengadaan untuk obat-obatan yang cepat laku, untuk itu dilakukan pemantauan melalui kartu stok secara cermat dan teliti. Pemeriksaan terhadap waktu kadaluwarsa obat juga harus dilakukan, jadi obat yang masa kadaluwarsa lebih dahulu diusahakan keluar terlebih dahulu. Penjualan di Apotek Dibal Farma dapat dilakukan secara tunai. Untuk penjualan obat didalam etalase, OWA, alkes, peracikan obat dengan resep dilakukan dengan tunai, sedangkan untuk obat yang dipesan oleh apotek lain, dokter atau bidan dapat dilakukan dengan
26 tunai. Pencatatan uang yang dilakukan terhadap semua barang atau obat yang terjual dicatat setiap 2 hari sekali oleh seorang administrasi, dan setiapbulan direkapitulasi untuk omset setiap bulan. Penetapan penjualan di Apotek Dibal Farma baik obat wajib apotek (OWA) dan obat bebas (HV) diserahkan kepada APA. Kegiatan administrasi seperti pembelian atau inkaso, keuangan, pencatatan dan pengelolaan resep dan OWA dilakukan setiap hari. Pengelolaan keuangan dilakukan dengan system manualisasi. Kegiatan pelayanan resep dan penjualan obat bebas OWA dilakukan dengan mengutamakan kepentingan konsumen Laporan keuangan harian, kemudian dilaporkan dalam laporan keuangan bulanan sehingga pada akhir tahun dapat dibuat laporan keuangan tahunan. Pengelolaan dapat dilakukan dengan administrasi yang sederhana. Pencatatan yang dilakukan terhadap semua barang atau obat yang terjual, dicatat dalam buku pemasukan harian dan setiap bulan direkapitulasi untuk menghitung omset yang didapat setiap bulannya, Apotek Dibal Farma juga tidak lepas dari kewajiban untuk membayar pajak. Jenis-jenis pajak yang dikenakan pada Apotek Dibal Farma yaitu PPN (Pajak Pertambahan Nilai), PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), PPH Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Perorangan), pajak reklame. Apotek Dibal Farma memberikan perhatian bagi kesejahteraan karyawannya sehingga dapat memotivasi kerja dan meningkatkan loyalitas karyawan kepada apotek, hubungan sosial yang harmonis dan kekeluargaan juga menjadi faktor untuk meningkatkan kinerja karyawan apotek. Penanggung jawab ikut berperan dalam meningkatkan kedisiplinan, profesional, integritas, dan kerja sama antar karyawan. Pembagian shift kerja yang diterapkan di Apotek Dibal Farma menjamin keberlangsungan pekerjaan kefarmasian dan manajemen apotek.
27 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Praktek Kerja Lapangan siswa farmasi di Apotek Dibal Farma berjalan dengan baik, dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Persyaratan teknisi bangunan di Apotek Dibal Farma sudah sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2002) terdiri dari: a. Ruang tunggu pasien b. Ruang peracikan dan penyerahan obat c. Ruang administrasi d. Ruang penyimpanan obat e. Ruang swamedikasi kepada pasien f. Ruang tempat pencucian alat g. Kamar kecil (WC) 2. Apotek Dibal Farma sebagai bentuk sarana pelayanan sudah baik karena didalam penyediaan dan penyaluran perbekalan farmasi telah memenuhi persyaratan sebagai apotek. Baik itu tempat penyimpanan obat, gudang, tempat peracikan obat, cara pelayanan kepada pasien, maupun cara pengadaan obat di Apotek Dibal Farma. 3. Praktek Kerja Lapangan ini telah memberikan informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang sangat baik bagi siswa sehingga nantinya para Asisten Tenaga Teknik Kefarmasian yang berkualitas serta dapat menjalani profesinya secara professional. B. Saran Sebagai akhir dari penulisan ini maka penulis ingin menyampaikan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi apotek, sekolahan, dan siswa-siwi SMK N 1 Sambi. Adapun saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:
28 1. Saran untuk sekolah a. Sekolah hendaknya lebih menyiapkan lagi kemampuan siswa sebelum praktek di dunia kerja. b. Adanya kerja sama yang baik antara sekolah dengan dunia kerja sehingga terjadi inkronisasi materi yang diajarkan disekolah dengan proses pembimbingan di tempat praktek. 2. Saran untuk apotek a. Apotek Dibal Farma diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dalam penjualan obat, alkes, atau yang lainnya kepada pasien. Sebaiknya fasilitas penunjang yang sekiranya belum lengkap hendaknya segera dilengkapi. b. Semoga Apotek Dibal Farma dapat mempertahankan serta mengembangkan usahanya, sehingga dapat menjadi apotek yang lebih besar dan dikenal oleh banyak pihak. c. Semoga kerjasama antara apotek dan pihak SMKN 1 Sambi dapat terus dipertahankan untuk tahun-tahun berikutnya.
29 DAFTAR PUSTAKA https://id.scribd.com/doc/188483084/Contoh-Laporan-Prakerin-DiApotek https://allcanseeblog.wordpress.com/2007/03/31/laporan-praktek-kerjalapangan- smk-farmasi-di-apotek/ https://www.cademia.edu/32428062/LAPORAN_PRAKTEK_KERJA_L APANGAN_BIDANG_APOTEK https://gudangartikels.blogspot.com/2018/06/contoh-laporan-pkl-praktekkerja.htm?m-1 Buku Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Farmasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sambi 2021/2022 Buku Panduan dan Jurnal Praktek Kerja Lapangan (PKL) Smk Negeri 1 Sambi Tahun Pelajaran 2021/2022
30 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. FAKTUR LAMPIRAN 2. RESEP DOKTER
31 LAMPIRAN 3. SURAT PESANAN PREKURSOR LAMPIRAN 4. SURAT PESANAN OBAT OBAT TERTENTU
32 LAMPIRAN 5. NOTA APOTEK DIBAL LAMPIRAN 6. SURAT PESANAN APOTEK DIBAL