LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI APOTEK FAUZAN FARMA Jaten, RT.4/RW.1, Teter, Kec. Simo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah 57376 20 Februari 2023 – 19 April 2023 PRAKTEK KERJA LAPANGAN Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) dan Kelulusan Sekolah. Oleh : Agista Alya Putri Dini 211447 Endah Ratnawati 211542 JURUSAN FARMASI SMK NEGERI 1 SAMBI 2023
iii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Fauzan Farma. Laporan ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Asisten Tenaga Teknik Kefarmasian dalam ilmu kefarmasian di Jurusan Farmasi SMK Negeri 1 Sambi. Penulisan laporan PKL ini tentu tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Siti Nurjanah, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sambi 2. Sariyono, S.Farm., Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi SMK Negeri 1 Sambi 3. Ratna Sari Dewi, S.Farm. Apt. selaku guru pengampu praktek kerja lapangan SMK Negeri 1 Sambi. 4. Endang Triwiningsih, S.Pd.,I selaku guru pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) SMK Negeri 1 Sambi 5. apt.Rani Wulandari, S.Farm.,selaku apoteker dan guru pembimbing kami selama berada di Apotek Fauzan Farma yang telah berkenan memberikan bimbingan, dorongan dan petunjuk selama proses PKL dan penyusunan laporan ini berlangsung. 6. Seluruh karyawan dan karyawati di Apotek Fauzan Farma. 7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis baik itu berupa dukungan moril maupun dukungan materil.
iv 8. Teman-teman seperjuangan yang juga selalu memberikan motivasi baik berupa sharing pendapat, motivasi dan hal-hal lainnya dalam rangka pembuatan laporan PKL ini. 9. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini. Penulis sangat menyadari tidak ada manusia yang sempuma begitu juga dalam penulisan laporan PKL ini, apabila nantinya terdapat kekurangan, kesalahan dalam laporan ini, penulis sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran seperlunya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi di apotek. Sambi, 19 April 2023 Peserta PKL
v DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ........................................ Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR .................................................................................................iii DAFTAR ISI................................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................1 B. Teknis Praktek Kerja Lapangan (PKL)..............................................................2 C. Tujuan Praktek Kerja Lapangan.........................................................................6 D. Manfaat Praktek Kerja Lapangan.......................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 8 A. Definisi Apotek ..................................................................................................8 B. Tugas dan Fungsi Apotek ..................................................................................9 C. Persyaratan Apotek ..........................................................................................10 D. Pengelolaan Apotek .........................................................................................12 E. Administrasi dan Keuangan Apotek ................................................................15 F. Informasi Obat .................................................................................................18 BAB III PELAKSANAAN PKL ................................................................................ 19 A. Sejarah Apotek Fauzan Farma..........................................................................19 B. Lokasi Apotek Fauzan Farma ..........................................................................19
vi C. Struktur Organisasi Apotek Fauzan Farma ......................................................20 D. Jam Kerja Apotek Fauzan Farma.....................................................................21 E. Tata Ruang Apotek Fauzan Farma...................................................................21 F. Kegiatan Apotek...............................................................................................23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 24 A. Skrining Resep .................................................................................................24 B. Admistrasi Apotek ...........................................................................................28 C. Pelaksanaan Kegiatan PKL..............................................................................32 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 34 A. Kesimpulan ......................................................................................................34 B. Saran ...................................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................36 LAMPIRAN................................................................................................................38
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 14 tahun 2021 Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi. Sedangkan Asisten Tenaga Kefarmasian (ATTK) adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kefarmasian serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kefarmasian dibawah jenjang Diploma Tiga Farmasi. (Menkes RI, 2021). Apotek juga sebagai pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Sedangkan pelayanan kefarmasian berdasarkan Permenkes 34 tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama merupakan fasilitas pelayanan kefarmasian yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Menkes RI, 2021). Jenis pelayanan kafarmasian di apotek dibedakan menjadi pelayanan resep dan pelayanan non resep. Pelayanan resep merupakan suatu proses pelayanan dengan membawa sebuah kertas yang bertuliskan sebuah permintaan dari seorang dokter umum, dokter gigi, maupun dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat yang tertulis didalam kertas tersebut kepada pasien. Sedangkan
2 pelayanan non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang dilakukan dengan cara pengobatan sendiri atau mandiri yang dikenal dengan istilah swamedikasi (Permenkes, 2016). Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Permenkes, 2021) Semua aspek dalam pekerjaan kefarmasian tersebut dapat disebut juga sebagai pelayanan kefarmasian. Dimana suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi pelayanan kesehatan dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu: tersedia, adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima, wajar, efektif, efisien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan berkesinambungan (Azwar, 2020). Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan akademik yang berorientasi pada bentuk pembelajaran peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas. Dengan mengikuti Praktek Kerja Lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan serta pengalaman peserta didik dalam mempersiapkan untuk memasuki dunia kerja yang sebenarnya, serta untuk dapat mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan peserta didik sehingga dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab terhadap apa yang ditugaskan kepadanya. B. Teknis Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan untuk Program Studi Farmasi di SMK Negeri 1 Sambi periode tahun 2022/2023. a. Alamat : Jaten, RT.4/RW.1, Teter, Simo, Boyolali, Jawa Tengah b. Waktu Praktek Kerja Lapangan: 1) Tanggal Pelaksanaan PKL : 20 Februari 2023 – 19 April 2023
3 2) Hari Pelaksanaan : Praktek kerja selama 6 hari dalam seminggu, dengan waktu libur yang ditentukan 3) Waktu Pelaksanaan : Apotek Fauzan Farma buka setiap hari mulai pukul 07.00 - 21.00 WIB. Untuk kelancaran apotek, dilakukan pembagian waktu kerja, yaitu dibagi menjadi shift pagi dan shift siang dengan jadwal sebagai berikut : • Shift Pagi : 07.00 - 14.00 WIB • Shift Siang : 14.00 - 21.00 WIB Pembagian shift diatas berlaku bagi seluruh karyawan, pengelola apotek, maupun siswa siswi yang melaksanakan PKL di apotek Fauzan Farma 2. Pembimbing Pembimbing PKL apotek adalah pembimbing dari pihak apotek yang berkompeten sesuai dengan bidang ilmunya. 3. Supervisi Supervisi dilakukan oleh pembimbing dari pihak Prodi dan bertanggung jawab atas keberlangsungan PKL secara optimal. 4. Tata Tertib Peserta Didik PKL a. Kewajiban 1) Mempergunakan masa belajar di apotek dengan sebaik- baiknya. 2) Berdisiplin, bersikap jujur, bersemangat dan menghindari perbuatan tercela. 3) Menjaga kewibawaan dan nama baik apotek. 4) Bertenggang rasa dan menghargai pendapat orang lain. 5) Menghargai dan menghormati kepada tenaga kependidikan 6) Berpakain sopan, santun dan tertib.
4 7) Peserta didik datang di apotek 15 menit sebelum jam dinas/jam kerja yang ditentukan. 8) Peserta didik harus masuk/keluar ruangan praktek sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh apotek. 9) Apabila peserta didik tidak dapat mengikuti praktek oleh karena sakit dan 10) lain-lain harus diketahui oleh pembimbing apotek dan pembimbing dari Prodi disertai surat ijin/surat ijin sakit (istirahat) dari dokter 11) Peserta didik memakai seragam kelengkapan praktek sesuai dengan ketentuan dari Prodi dan tidak boleh memakai perhiasan yang berlebihan, make up yang mencolok, kuku tidak boleh panjang dan dicat, mengenakan kemeja, dan sepatu secara rapi. 12) Setiap peserta didik membuat laporan dan menyelesaiakan tugas-tugas yang ditetapkan oleh apotek. 13) Menerapkan aspek 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) b. Larangan 1) kewajibannya sebagai peserta didik di apotek. 2) Mengganggu penyelenggaraan pelayanan dan pembelajaran di apotek. 3) Melalaikan Merusakkan sarana dan prasarana di lingkungan apotek. 4) Menggunakan sarana yang dimiliki atau di bawah pengawasan apotek secara tidak bertanggung jawab. 5) Meninggalkan apotek tanpa izin pembimbing. 6) Absen dari kegiatan apotek sebagaimana telah dijadwalkan tanpa keterangan. 7) Berkenaan dengan larangan tersebut, berlaku klausula 8) a) Jika absen 1-3 hari berturut-turut dikategorikan ringan. 9) b) Jika absen lebih dari 3 hari dikategorikan sedang. c) Jika absen lebih dari 7 hari dikategorikan berat. 10) Ketidakhadiran dengan keterangan sakit izin yang dibuktikan dengan surat keterangan yang sah akan mengikuti petunjuk dan/atau peraturan dari institusi pengirim peserta didik terkait konsekuensi peserta didik terkait.
5 11) Mengabaikan peringatan lisan dari pihak apotek dan tidak segera merubah perilaku kesalahan. 12) Melanggar etika akademik seperti plagiarisme, memalsu nilai, memalsu tanda tangan, memalsu cap, memalsu surat keterangan, dan atau berlaku 13) Memiliki, membawa, menyimpan, memperdagangkan atau mengedarkan serta membuat maupun mengkonsumsi minuman keras, bila berada di dalam lingkungan apotek. 14) Memiliki, membawa, menyimpan, memperdagangkan atau mengedarkan serta membuat maupun mengkonsumsi narkotika atau psikotropika bila berada di dalam lingkungan apotek. 15) Melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai perjudian, bila berada di dalam lingkungan apotek. 16) Membawa, menyimpan, membuat, memperdagangkan atau mengedarkan serta menggunakan senjata, tanpa izin yang berwenang bila berada di dalam lingkungan apotek. 17) Membawa, menyimpan, membuat, memperdagangkan atau mengedarkan menggunakan bahan peledak, tanpa izin yang berwenang, bila berada di dalam lingkungan apotek. 18) Melakukan perbuatan asusila, pelecehan dan atau tindak kejahatan seksual di dalam lingkungan apotek. 5. Sanksi Setiap pelanggaran terhadap peraturan tata tertib yang berlaku di apotek akan dikenakan sanksi sesuai dengan berat ringannya pelanggaran, yang berupa; 1. Peringatan lisan. 2. Mengganti kerusakan yang ditimbulkan dengan jumlah yang setara. 3. Peringatan tertulis. 4. Mengganti jadwal yang ditinggalkan. 5. Mengganti jadwal yang ditinggalkan dengan penambahan I kali jadwal jaga 6. Pencabutan haknya sebagai peserta didik di apotek. 7. Pelaporan kepada pihak berwajib Melanggar sebagaimana prosedur hukum
6 C. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Adapun tujuan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ialah sebagai berikut: 1. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang membentuk kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan. 2. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. 3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek 4. Memberikan penuhaman peran dan tugas sebagai TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian), serta mengetahui pelayanan dan pengolahan obat pembekalan farmasi di Apotek. D. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Adapun manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan , sebagai berikut: 1. Manfaat bagi Apotek a. Apotek dapat mengenal kualitas peserta PKL yang belajar dan bekerja di tempat PKL b. Apotek dapat memberikan tugas kepada peserta PKL untuk kepentingan pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki. c. Ikut serta menciptakan calon tenaga kesehatan yang siap kerja, terampil dan kompeten di bidangnya 2. Manfaat bagi Peserta Didik a. Mendapatkan gambaran mengenai struktur organisasi, akreditasi, pengelolaan perbekalan farmasi, tata kerja, dan kondisi kerja di Apotek Fauzan Farma
7 sehingga mendapat gambaran mengenai peran, tugas dan fungsi seorang Asisten Tenaga Teknis Kefarmasian (ATTK). b. Memperoleh informasi, pengetahuan, dan pengalaman kerja yang nyata selama berada di Apotek. c. Dapat Menjalin kerja sama yang baik antar rekan kerja. 3. Manfaat bagi instansi SMK Negeri 1 Sambi a. Menciptakan lulusan yang siap kerja, terampil dan kompeten di bidang kefarmasian. b. Meningkatkan mutu siswa dalam kompetensi dalam bidang farmasi. c. Mengikat kerjasama yang baik antar pihak Instansi SMK Negeri 1 Sambi dan instansi atau apotek yang terkait.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PERMENKES No. 14 Tahun 2021). Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan, menyiapkan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya. Pekerjaan kefarmasian menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apotek merupakan salah satu tempat penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Pekeerjaan kefarmasiann yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 34 Tahun 2021 adalah pembuatan termasuk pengendalian dan distribusi obat secara pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan bahan obat dan bahan tradisional. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun 2021 mengatur tentang pekerjaan kefarmasian di Apotek meliputi: 1. Pembuatan, peracikann, pengolahan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan ibat dan bahan obat.
9 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3. Pelayanan farmasi mengenai perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi yang disalurkan apotek meliputi: obat, bahan obat, obat asli Indonesia ( obat tradisional ). Bahan obat asli Indonesia (obat tradisional), alat kesehatan, dan kosmetik juga komoditi lain seperti susu, makan, perlengkapan bayi, dan lanlain. Apotek adalah suatu tempat dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat (Anief, 2018). Asisten Tenaga Teknik Kefarmasian wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya dan dilandasi pada kepentingan masyarakat serta wajib memberikan informasi penggunaan obat secara tepat, aman, rasional kepada pasien atas permintaan masyarakat. Pelayanan apotek meliputi resep dokter, dokter gigi, dokter hewan dan pelayanan tersebut merupakan tanggung jawab apoteker. Kerjasama antara karyawan yang baik dengan konsumen akan akan memberikan penilaian lebih terhadap apotek sehingga akan saling menguntungkan kedua belah pihak, maka harus selalu dijaga hubungan baik tersebut. Ijin apotek diberikan oleh Menteri Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang akan melaporkan pelaksanaa, pemberian, pembekuan, pencairan dan pencabutan izin apotek sekali setahum kepada Menteri Kesehatan dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. B. Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2021 tentang apotek. Tugas dan fungsi apotek adalah: 1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. 2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. 3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
10 4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. C. Persyaratan Apotek Dalam rangka menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan . Terkait hal tersebut telah diatur dalam Permenkes No.14 Tahun 2021 dalam pendirian apotek harus memenuhi persyaratan sebagai berikut ini: 1. Apotek diselenggarakan oleh pelaku usaha perseorangan atau nonperseorangan. 2. Pelaku usaha perseorangan adalah seorang Apoteker. 3. Pelaku usaha nonperseorangan berupa Perseorangan Terbatas, Yayasan dan/atau Koperasi, pelaku usaha nonperseorang melampirkan dokumen Surat perjanjian kerjasama dengan Apoteker yang disahkan oleh notaris. 4. Data Penanggung Jawab Teknis meliputi KTP, STRA, dan SIPA. 5. Bukti Pembayaran Pendapatan Anggaran Daerah (PAD). 6. Durasi pemenuhan persyaratan paling lambat 30 hari sejak pelaku usaha mengajuan permohonan. 7. Durasi pemberian izin Apotek paling lama 9 hari sejak dokumen dinyatakan lengkap. 8. Izin apotek berlaku mengikuti masa berlaku SIPA penanggung jawab, maksimal 5 tahun. Persyaratan mengenai apotek berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia adalah tidak menyebutkan persyaratan luas gedung dan jarak antar apotek, yang penting disini adalah pelayanan obat dilakukan dengan baik. Sebelum melaksanakan kegiatan, Apoteker Pengelola Apotek telah memiliki Surat Izin Kerja, Surat Penugasan dab adanya persetujuan lokasi. Izin apotek berlaku seterusnya selama
11 Apoteker yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan sesuai dengan persyaratan dari Apoteker Pengelola Apotek. Hal hal yang menjadi dasar dalam pemeriksaan pemberian izin apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, adalah ; 1. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan memperoleh NPWP harus memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). 2. Bangunan apotek harus memiliki luas yang memadahi dan memenuhi persyaratan teknik, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri atas ruang tunggu, ruang peracikan, ruang penyimpanan, ruang obat, ruang penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan toilet. Bangunan apotek juga harus memiliki ventilasi dan sistem sanitasi yang baik, sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan, penerangan yang cukup dan menyediakan alat pemadam kebakaran serta pada bagian depan apotek harus terdapat papan nama. Apotek yang standar harus memiliki kelengkapan-kelengkapan yang dapat memenuhi kebutuhan apotek itu sendiri, diantaranya adalah: Pelengkap Apotek, harus memiliki perlengkapan yang terdiri dari: a) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan (alat-alat gelas, timbangan gram dan milligram dengan anak timbangan yang sudah ditata, mortar, stamfer, dan lainlain). b) Pelengkap dan alat penyimpanan perbekalan Kesehatan dibagian farmasi (almari dan rak untuk menyimpan obat, almari penyimpanan narkotik, almari penyimpanan psikotropika dan almari pendingin). c) Wadah pengemas dan pembungkus (etiket dan pembungkus untuk penyerahan obat). d) Pelengkap (surat pesanan, kartu stok obat, salinan resep, faktur, nota penjualan, surat pesanan narkotik, psikotropik, formulir laporan narkotik dan psikotropik).
12 e) Buku standar yang diwajibkan dikumpulkan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek, serta buku-buku lain yang ditetapkan Balai Pengawasan Obat dan Makanan. f) Buku wajib ada di Apotek seperti FI (Farmakope Indonesia), ISO (Informasi Spesialite Obat), DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), IONI (Informasi Obat Nasional Indonesia). g) Tempat penyimpanan khusus narkotik dan psikotropik. h) Perbekalan Apotek meliputi obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, kosmetik dan sebagainya. Obat sekurang-kurangnya terdiri atas obat generik sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). i) Lokasi dan Tempat Jarak minimum antar apotek tidak di persyaratkan, namun sebaliknya dipertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, hygiene lingkungan dan faktor lainnya. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan komoditi lainnya. D. Pengelolaan Apotek Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan, pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengelolaan termasuk kegiatan manajemen dan merupakan bagian dari standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang diatur dalam Permenkes Nomor 14 Tahun 2021. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek meliputi : 1. Perencanaan Merupakan kegiatan untuk merencanakan apa saja dan berapa sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang harus diadakan, vang
13 perlu diperhatikanadalah pola penyakit, pola konsumsi, budaya, dan kemampuan masyarakat. 2. Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan, seperti PBF (pedagang besar farmasi) resmi yang memiliki izin dan CDOB 3. Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. 4. Penyimpanan Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan adalah, a) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. b) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. c) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi d) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis e) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out).
14 Metode FIFO (First in First Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO (first expired first out) dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai tanggal kadaluarsa (expired date) lebih lama diletakkan di belakang obatobatan yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO, baru kemudian dilakukan metode FIFO. 5. Pemusnahan Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam kegiatan pemusnahan adalah, a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b) Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja, dan dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan c) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota d) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM
15 e) Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. 6. Pengendalian Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. 7. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. E. Administrasi dan Keuangan Apotek Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 tentang standar kegiatan usaha di apotek. Sistem manajemen usaha harus memenuhi ketentuan berikut : 1. Apotek harus menetapkan dan menerapkan standar prosedur operasional yang efektif dan terdokumentasi untuk seluruh kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP dan pelayanan farmasi klinis. 2. Apotek harus melakukan monitoring, pengendalian, evaluasi dan perbaikan penyelenggaraan pelayanan secara terusmenerus.
16 3. Apotek harus memiliki prosedur tetap (SOP) berupa SOP pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP dan pelayanan farmasi klinis. Dari uraian peraturan Menteri Kesehatan tersebut, kegiatan administrasi dan keuangan Apotek Fauzan Farma yaitu sebagai berikut : 1. Kegiatan Administrasi Apotek selain menjalankan fungsi kefarmasiannya juga melakukan kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek tersebut. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Fauzan Farma meliputi: a. Administrasi penjualan Administrasi penjualan pada Apotek Keselamatan meliputi kegiatan pencatatan obat-obat yang terjual (obat etikal dan obat bebas) di apotek. b. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang Apotek Fauzan Farma melakukan pembelian produk dari pedagang besar farmasi dengan cara kredit dan kontan. PBF memberikan diskon, kebijakan harga, serta jatuh tempo pembayaran yang berbeda. Pencatatan terhadap pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke apotek. Hal tersebut dilakukanuntuk memudahkan pengawasan terhadap pembayaran sehingga pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan waktunya. c. Administrasi pembukuan Administrasi pembukuan dilakukan untuk mencatat transaksi-transaksi penjualan yang telah dilaksanakan oleh Apotek Fauzan Farma, baik pengeluaran maupun pemasukan. 2. Sistem Administrasi Apotek Fauzan Farma memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik. Sistem administrasi tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh apoteker pendamping yang dibantu oleh karyawan. Kelengkapan administrasi di Apotek Fauzan Farma meliputi:
17 a. Buku defekta Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat dipesan untuk dapat memenuhi kebutuhan di apotek atau sediaan yang habis atau yang harus segera Buku defekta di Apotek Fauzan Farma terdiri dari dua jenis, yaitu buku defekta obat dalam yang terdiri dari obat etikal dan obat luar yang terdiri dari obat OTC. Dengan adanya buku defekta, karyawan ataupun farmasi yang harus dipesan dan menghindari pemesanan ganda di apotek sehingga pemesanan apoteker dapat mengetahui dengan pasti perbekalan dapat dikontrol dengan baik. b. Surat Pesanan (SP) Surat pesanan diberikan kepada PBF untuk melakukan pemesanan perbekalan farmasi. Surat pesanan terdiri dari 4 lembar yang harus di tanda tangani oleh apoteker. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jenis kemasan yang dipesan, jumlah pesanan, tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek. c. Buku penerimaan barang. Buku ini untuk mencatat penerimaan barang yang dilakukansetiap hari berdasarkan faktur dan tanda terima barang. Buku ini mencantumkan tanggal penerimaan, nama PBF,nomor faktur, barang yang diterima, nomor batch, jumlah barang, harga satuan, total harga, discount PPN. d. Kartu stok Kartu stock tiap barang berfungsi untuk mengetahui jumlah obat masuk, keluar maupun sisa. Kartu stock mencantumkan nama barang, nama pabrik, kemasan, tanggal penerimaan, nama PBF dan nomor faktur, banyaknya obat, nomor batch, kadaluarsa, harga, tanggal, jumlah pengeluaran, sisa yang ada di apotek. e. Buku penjualan dengan resep. Buku ini digunakan untuk mencatat tanggal R/, nomor R/, jumlah harga, nama pasien, alamat pasien dan dokter.
18 F. Informasi Obat Informasi obat perlu di gunakan di apotek karena untuk mendorong penggunaan obat secara rasional, sehingga pelayanan pada pasien meningkat dan kualitas pengobatan juga meningkat serta kerugian pasien minimal apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengaan menggunakan obat yang akan di serahkan begitu juga dengan asisten apoteker. Untuk meningkatkan pelayanan farmasi yang baik maka apotek wajib menyediakan tempat untuk konsultasi tentang obat. Dimana informasi obat yang ideal itu mempunyai ciri-ciri berupa mandiri, objektif, seimbang, ilmiah, berorientasi pada pasien, dan proaktif. Informasi obat mencakup kegiatan pelayanan, Pendidikan dan penelitian. Sebagai pedoman informasi obat yang akan digunakan apoteker sebagai bekal untuk melakukan konsultasi adalah; 1. Buku standar seperti Farmakope Indonesia, The Extra Farmakope, Inited State Farmacape, British Pharmacape, Reminton’s Pharmaceutical Scienc dan Informasi Spesialite Obat Indonesia dll. 2. Informasi produk obat dalam bentuk brosur. 3. Informasi obat dari makalah, seminar, bulletin profesi, majalah Kesehatan, koran, dll.
19 BAB III PELAKSANAAN PKL A. Sejarah Apotek Fauzan Farma Apotek Fauzan Farma berlokasi di Jaten RT.04 RW.01, Teter, Simo, Boyolali. Apotek Fauzan Farma dipimpin oleh seorang PSA (Pemilik Sarana Apotek) yang bernama apt.Handoyono Wicaksono, S.Farm dan seorang APA (Apoteker Pengelola Apotek) yaitu apt. Rani Wulandari, S.Farm yang bertanggung jawab, mengelola, dan mengawasi apotek dari seluruh kegiatan di Apotek Fauzan. Apotek Fauzan Farma didirikan pada tahun 2021 dengan tujuan untuk melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan berorientasi kepada kepentingan dan kepuasan pasien, memberikan dan menyediakan informasi, edukasi dan konsultasi kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Kesehatan, khususnya obat dan cara pengobatan yang tepat. Karyawan yang bekerja di Apotek Fauzan ada 4 orang yaitu 1 orang sebagai APA (Apoteker Pengelola Apotek), 1 orang sebagai APING (Apoteker Pendamping), dan 2 orang sebagai TTK (Tenaga Teknik Kefarmasiaan). B. Lokasi Apotek Fauzan Farma Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kesehatan No.14 tahun 2021 tentang standar kegiatan usaha apotek, persyaratan lokasi meliputi : 1. Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi dengan tetap memenuhi persyaratan Kesehatan. 2. Memenuhi Persyaratan kesehatan lingkungan dan rencana ruang wilayah tata kab/kota setempat. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran apotek di wilayahnya dengan memperhatikan kebutuhan dan akses masyarakat dalam
20 mendapatkan Obat Bebas dan Bebas Obat Terbatas, serta memperhatikan rasio antara persebaran jumlah apotek dibanding dengan jumlah penduduk. Lokasi Apotek Fauzan Farma : 1. Apotek Fauzan Farma beralamat di Jaten, RT.4/RW.1, Teter, Simo, Boyolali, Jawa Tengah 2. Apotek ini didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat di sekitar dan masyarakat umum. 3. Apotek berada di lokasi yang cukup strategis dan mudah di capai oleh masyarakat, karena apotek terletak ditepi jalan raya yang dilalui kendaraan, berdekatan dengan pemukiman penduduk, dan rumah makan yang dapat turut menunjang keberhasilan apotek. C. Struktur Organisasi Apotek Fauzan Farma Apotek Fauzan Farma mempunyai struktur organisasi yang sistematis agar setiap bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab yang jelas sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan optimal. Struktur Apotek Fauzan Farma PSA (Pemilik Sarana Apotek) apt. Handoyo Wicaksono, S.Farm TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) 1. Rizky Herawatika Harisma A.Md 2. Ika Asterina A.Md APA (Apoteker Pengelola Apotek) apt. Rani Wulandari, S.Farm APING (Apoteker Pendamping) apt. Handoyo Wicaksono, S.Farm ATTK (Asisten Tenaga Teknis Kefarmasian) 1. Afifah Nur Ananjanah 2. Sekar Diva Kintani
21 Struktur organisasi diatas menunjukkan bahwa apotek Fauzan Farma dipimpin oleh seorang APA dan PSA yang berwenang memimpin, mengawasi, dan mengatur pelaksanaan pelayanan kefarmasian apotek. Dibawah kepempimpinan APA ada AA yang bertugas melayani resep atau obat bebas dan menyusun buku harian resep narkotika, psikotropika dan asli tanpa tanda khusus. Dalam tugasnya AA dibantu oleh reseptir yang bertugas menyiapkan dan meracik obat. Administrasi bertugas melaksanakan kegiatan surat menyurat dan pelaporan. Kegiatan apotek berjalan dengan lancar bila karyawan terampil dan cekatan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Kasir bertugas untuk melayani pembayaran yang dilakukan pelanggan dan memasukkan uang kedalam mesin kasir. D. Jam Kerja Apotek Fauzan Farma Apotek Fauzan Farma buka setiap hari yaitu Senin sampai Minggu mulai pukul 07.00 WIB - 21.00 WIB, apotek tutup di hari libur nasional. Untuk kelancaran apotek, dilakukan pembagian waktu kerja, yaitu dibagi menjadi shif pagi dan shif siang dengan jadwal sebagai berikut : • Shif pagi : 07.00 - 14.00 WIB • Shif siang :14.00 – 21.00 WIB Pembagian shift diatas berlaku bagi seluruh karyawan, pengelola apotek, maupun siswa siswi yang melaksanakan PKL di apotek Fauzan Farma. Terkhusus siswa siswi yang melaksanakan PKL di Apotek Fauzan Farma, dalam satu Minggu ditentukan satu hari libur. E. Tata Ruang Apotek Fauzan Farma Tata ruang Apotek Fauzan Farma terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan obat, ruang peracikan, ruang kerja apoteker, ruang pencucian alat, ruang konsultasi, toilet, dan gudang.
22 Tata Ruang Apotek Fauzan Farma Keterangan : 1. Tempat parkir 2. Kursi tunggu 3. a. Etalase OTC, kosmetik dan alkes, b. etalase syrup dan susu 4. Meja kasir 5. APAR (Alat Pemadam Kebakaran) 6. Rak obat 7. Meja racik 8. Lemari narkotik dan psikotropik 9. Meja dan kursi konseling 10. Lemari pendingin 11. Ruang konseling
23 12. Toilet 13. Wastafel 14. Papan nama F. Kegiatan Apotek Kegiatan Apotek Fauzan Farma 1. Pelayanan non resep Penjualan obat meliputi obat bebas dan obat bebas terbatas, kosmetik, alat kesehatan, BMHP (Barang Medis Habis Pakai) serta barang lain yang dapat dijual tanpa resep dokter. 2. Pelayanan resep Penjualan obat dengan resep dokter pada umumnya penjualan terpenting dan umum. Penjualan secara tunai untuk pembelian umum, pembeli memberi langsung harga obat yang dibeli. 3. Pelayanan KIE atau PIO Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan salah satu pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan outcome terapi pada pasien dengan penyakit kronis. Dimana kita sebagai ahli farmasi mampu memberikan konseling mengenai obat, dengan benar dan tepat yang diberikan pasien, adapun konseling yang diberikan : a. Kegunaan atau indikasi suatu obat b. Cara penggunaan atau aturan pakai c. Efek samping obat d. Kontraindikasi obat e. Interaksi obat sesuai kebutuhan pasien f. Pola hidup 4. Kepatuhan pasien Setelah konseling dilakukan, maka obat dapat diserahkan kepada Pasien.
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Skrining Resep Resep merupakan hal terpenting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur pelayanan resep, apoteker wajib melakukan skrining resep yang meliputi skrining admninstrasi, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep dan meminimalkan kesalahan pengobatan. Resep harus ditulis dengan jelas untuk menghindari salah presepsi antara penulis dengan pembaca resep, kegagalan komunikasi dan salah interpretasi antara dokter dengan apoteker merupakan salah satu faktor kesalahan medikasi (medication error) yang berakibat fatal bagi pasien. Skrining resep atau biasa dikenal pengkajian resep merupakan kegiatan apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian administrasi, farmasetik dan klinis sebelum resep diracik. (Satibi, M.Rifqi Rokhman, Hardika Aditama 2020). Kegiatan pengkajian/skrining resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Berdasarkan peraturan BPOM Nomor 24 tahun 2021 pasal 9 yang berbunyi "Dalam rangka pengawasan terhadap pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pemantauan, pemberian bimbingan teknis, dan pembinaan terhadap fasilitas pelayanan kefarmasian". Sehingga wajib dilakukan skrining, kesalahan pengobatan mencakup kesalahan administratif yang disebabkan ketidak jelasan tulisan, ketidak lengkapan resep, keaslian resep, ketidakjelasan instruksi. Kesalahan medikasi (Medication error) merupakan setiap kejadian yang dapat dicegah, yang menyebabkan penggunaan obat tidak tepat (membahayakan pasien), saat pengobatan berada dalam kendali professional perawatan kesehatan, pasien, atau konsumen (NCCMERP). Secara umum, faktor yang paling sering
25 mempengaruhi medication error adalah faktor individu, berupa persoalan pribadi, pengetahuan tentang obat yang kurang memadai, dan kesalahan perhitungan dosis obat (Mansouri et al., 2019). Skrining Resep yang dilakukan apoteker meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik. 1. Persyaratan administratif meliputi: a. Nama, SIP dan alamat dokter. b. Tanggal penulisan resep. c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep. d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta. f. Cara pemakaian yang jelas. g. Informasi lainnya 2. Kesesuaian farmasetik meliputi kesesuaian bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, kompatibilitas, cara dan lama pemberian. Beberapa informasi yang harus diperhatikan dalam resep antara lain: a. Jika yang diperlukan tidak ada maka apoteker harus menanyakan pada pasien dan dokter b. Jika dokter meminta resep diulang, maka diberi tanda "iter". Jika "iter" ditulis disebelah kiri R/maka yang diulang hanya R/ disebelah kanannya Jika ditulis diatas R/ maka semua resep diulang sesuai dengan jumlah yang di tulis misal "iter 3x yang artinya pasien akan mendapatkan obat sebanyak 3x. c. Resep yang mengandung narkotika atau psikotropika tidak ada iterasi d. Untuk pasien yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis pada bagian kanan resep dengan tanda CITO, statim, urgent, dan PIM.
26 e. Bila dokter tidak menginginkan resep yang mengandung obat keras diulang tanpa sepengatahuan dokter, maka dokter akan menulis n.i (ne iterator, tidak boleh diulang) f. Resep ditulis kembali dalam bentuk salinan resep (apograph, copy resep). Selain memuat keterangan resep asli, copy resep juga memuat nama rumah sakit dan alamatnya, nama apoteker dan nomer SIPA-nya, tanda tangan apoteker, tanda "det" (jika obat sudah diserahkan) atau "nedet" (jika obat belum diserahkan) Jika copy resep ternyata mengandung narkotika (misalnya karena jumlah obat yang diminta sebelumnya baru diberikan sebagian), maka copy resep hanya dapat ditebus dengan resep aslinya. g. Resep yang mengandung narkotika tidak dapat ditebus diluar kota tempat obat diresepkan. Menurut mekanisnya, interaksi obat dapat terjadi baik secara farmasetis, farmakokinetik, maupun farmakodinamik. Interaksi farmasetis merupakan interaksi yang terjadi saat obat belum sampai ke tubuh. Interaksi dapat terjadi selama proses absorbs, distribusi, metabolism dan ekskresi. Secara farmakodinamik, interaksi terjadi antara 2 obat atau lebih yang mengakibatkan adanya kompetisi dalam pendudukan reseptor sehingga meniadakan salah satu efek dari obat yang digunakan. Efek dari interaksi obat: 1) Efek sinergis Efek sinergis terjadi jika dua obat atau lebih diberikan bersama-sama, obat yang satu dapat memperkuat atau mempunyai efek sinergis terhadap obat lainnya, berarti kadang-kadang efeknya lebih besar daripada efek gabungan dari kedua obat dari golongan obat yang sama. 2) Efek antagonis 3) Efek antagonis adalah sebuah respon biologis terhadap paparan beberapa jenis obat yang kurang dari efek-efek individual zat yang digabungkan. 4) Efek additive 5) Efek additive adalah efek gabungan dari beberapa obat yang merupakan jumlah efek yang akan dihasilkan oleh masing-masing obat tanpa kehadiran yang lain.
27 a) Kesesuaian dosis ,durasi, dan jumlah obat yang diminta dalam pengobatan perlu dipastikan bahwa kadar obat selalu berada diatas KEM (Konsentrasi Efektif Minimum) dan dibawah KTM (Konsentrasi Toksis Obat), sehingga perlu aturan dosis yang mengatur dosis dan jarak waktu pemberian obat agar obat dapat mencapai konsentrasi terapi sesuai dengan yang diinginkan. Aturan dosis dapat diberikan dalam 3 dasar kategori: b) a) Dosis pemeliharaan, yaitu pada konsentrasi efektif, efek obat harus selalu terpelihara pada jendela terapi. c) Dosis terapi pada periode waktu tertentu, dosis yang diberikan dalam waktu tertentu sesuai dengan tingkat yang diinginkan. d) Dosis tunggal atau terapi jangka pendek, dosis yang diberikan pada keadaan efek obat yang diinginkan hanya untuk sesaat seperti pengobatan simptoomatik. Beberapa yang mempengaruhi dosis : a. Usia Bayi dan anak sangat peka terhadap obat karena fungsi hati,ginjal , dan sistem enzimnya belum sempurna. Begitu juga pada orang tua karena fungsi hati dan ginjal yang telah menurun. Dosis orang tua : 1) 64 - 74 tahun : dosis biasa -I00% 2) 75 – 84 tahun : dosis biasa -20% 3) >85 tahun : dosis biasa -30% 4) Berat badan 5) Luas permukaaan badan 6) Jenis kelamin 7) Beratnya penyakit Dari faktor tersebut perlu diperhatikan dalam memberikan dosis, perlu dicek kembali apakah dosis yang diminta diresep sesuai dengan dosis lazim
28 anak atau dewasa dan tidak melebihi dosis maksimal sesuai usia pasien. Pengertian dari dosis lazim adalah dosis yang sering digunakan sebagai pedoman umum dalam pengobatan dan sifatnya tidak meningkat. Sedangkan dosis maksimal adalah dosis yang paling besar, namun masih boleh diberikan pada pasien, baik untuk sekali pemakaian atau sehari, tanapa ada efek bahaya. B. Admistrasi Apotek Administrasi di Apotek Fauzan Farma dilakukan per shift, dengan mencetak ikhtisar penjualan harian, penjualan obat bebas, obat keras tanpa resep, kredit dan tunai, kemudian disimpan Apotek sebagai arsip. Setiap shift harus melaporkan ke bagian Administrasi Apotek Fauzan Farma (kepada apoteker). Kegiatan administrasi yang meliputi : 1. Administrasi Umum Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengen ketentuan yang berlaku. 2. Administrasi Pelayanan Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. Adapun administrasi apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 14 Tahun 2021 yaitu sebagai berikut ini: 1. Pengelolaan Apoteker bertanggung jawab terhadap proses pengelolaan persediaan farmasi. Pengelolaan dengan baik akan membantu apoteker untuk dapat mengontrol kebutuhan supply dan demand karena persediaan berperan sebagai penyangga dalam supply dan demand. Persediaan dapat diklasifikasikan menurut fungsinya: a. Persediaan untuk antisipasi
29 Apotek perlu menyimpan persediaan sebagai langkah antisipasi yang dibuat berdasarkan kebutuhan jangka waktu ke depan atau future demand yang sudah dapat diperkirakan seberapa jauh kebutuhan akan diperlukan. Antisipasi persediaan di apotek dilakukan untuk membantu keperluan pada tingkat level stock, serta untuk mengatasi permintaan tak terduga dari pelanggan jika pada waktu tertentu terjadi peningkatan permintaan kebutuhan obat. b. Persediaan Saat Fluktuasi Safety stock berfungsi untuk mengatasi fluktuasi yang tidak dapat diprediksi antara supply dan demand serta lead time. Lead time adalah jangka waktu kapan persediaan itu mulai dipesan sampai persediaan itu ditempatkan/dipesan kembali. Potensi kekurangan persediaan (stockout) akan terjadi jika demand atau lead time lebih besar dari hasil peramalan (forecast). Oleh karena itu, adanya persediaan safety stock di apotek dapat tetap membantu memenuhi pesanan pasien meskipun terjadi fluktuasi harga. c. Lot-Size Inventory Lot-size adalah sejumlah item/barang tertentu yang di-order dari suatu plant/third party/supplier yang kemudian dijadikan standar kuantitas untuk proses proses pengiriman kepada pelanggan. Lot-size inventory terbentuk jika barang dibeli dari supplier lebih besar atau hasil produksi dari pabrik juga lebih besar dari kebutuhan yang diperlukan secara mendadak/mendesak. d. Hedge Inventory Hedge inventory berfungsi untuk melindungi harga dari harga fluktuasi barang. Hedge inventory berguna jika pada saat harga pasar naik, perusahaan sudah melakukan hedge inventory pada harga rendah dengan melakukan pembayaran terlebih dahulu. 2. Perencanaan Perencanaan persediaan obat-obatan di apotek berfungsi untuk memprediksi kebutuhan persediaan obat untuk jangka waktu tertentu. Proses perencanaan persediaan obat meliputi:
30 a. Tahap pemilihan obat Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, pola budaya, serta pola kemampuan masyarakat. b. Tahap kompilasi pemakaian obat Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di unit pelayanan kesehatan yang bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). c. Tahap perhitungan kebutuhan obat perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dengan melakukan analisis kecenderungan pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta menggunakan metode morbiditas yakni perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. d. Tahapan proyeksi kebutuhan Perhitungan kebutuhan obat yang dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan. 3. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Pengadaan obat-obatan di apotek biasanya dilakukan melalui pembelian/pemesanan yang dilakukan melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan perundang-undangan-undangan medis. 4. Penyimpanan Tata cara dan pengelolaan penyimpanan obat secara tepat penting untuk dilakukan karena obat merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelayanan kesehatan. Penyimpanan obat-obatan harus memperhatikan beberapa hal berikut seperti:
31 a. Obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik (jika obat dipindahkan ke wadah lain, harus dicegah agar tidak terkontaminasi dan ditulis informasi yang jelas), wadah obat juga harus memuat nomor batch dan tanggal kedaluwarsa. b. Semua obat-obatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. c. Sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan memperhatikan kelas terapi obat, bentuk sediaan (liquid, semisolid, dan solid), stabilitas obat (dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan kelembaban), serta disusun berdasarkan abjad. d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First in First Out). FEFO yaitu obat yang sudah mendekati tanggal kedaluwarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan FIFO artinya obat yang datang lebih dulu, akan dikeluarkan pertama. e. Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus dua pintu dengan ukuran 40×80×100 cm dilengkapi kunci ganda. f. Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus yang dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, tidak mudah dipindahkan dengan ukuran 40x80x100 cm dilengkapi kunci ganda. Lemari khusus ini diletakkan di tempat yang aman serta tidak terlihat oleh umum dan kunci lemari dikuasai oleh apoteker penanggung/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan. 5. Pemusnahan Obat yang kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan juga dapat dilakukan terhadap resep obat yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima tahun. 6. Pengendalian Pengendalian stok obat-obatan dilakukan menggunakan kartu stok yang memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan. Pengendalian ini bertujuan untuk
32 mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai pelayanan agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan stok. 7. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dilakukan untuk mengetahui data obat yang masuk dan keluar dalam periode waktu tertentu, sedangkan pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. C. Pelaksanaan Kegiatan PKL Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di apotek Fauzan Farma penyusun berpedoman pada sebuah buku yang berisi tentang kewajiban yang harus penyusun laksanakan dan hak-hak yang penyusun terima selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Kegiatan yang dilakukan selama PKL di apotek Fauzan Farma adalah: 1. Memberikan pelayanan non resep kepada pasien yang datang ke apotek. Penjualan obat di apotek Fauzan Farma meliputi obat bebas dan obat bebas terbatas, obat keras, kosmetik, alat kesehatan, BMHP (Barang Medis Habis Pakai) serta barang lain yang dapat dijual tanpa resep dokter. 2. Memeriksa Obat Over The Counter (OTC), obat generik, obat paten, sirup, salep maupun BMHP (Barang Medis Habis Pakai) yang kosong atau hampir habis Obat OTC ialah obat yang ditempatkan di etalase depan dan disusun berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan. Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga bisa diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar hak paten. Sedangkan obat paten adalah obat baru yang diproduksi dan dipasarkan oleh sebuah perusahaan farmasi yang sudah memiliki hak paten 3. Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan 4. Membersihkan kemasan obat. 5. Mengisi atau mendisplay obat berdasarkan FIFO dan FEFO. Metode FIFO (First in First Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO (First Expired First
33 Out) dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (expired date) lebih lama diletakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO, baru kemudian dilakukan metode FIFO. Barang yang ED-nya paling dekat diletakkan di depan walaupun barang tersebut datangnya belakangan. 6. Mengambil obat-obatan di gudang. 7. Mencatat stok obat di kartu stok obat. 8. Menyusun obat sesuai farmakologi dan alfabet. 9. Menerima dan mempelajari pembacaan resep dari dokter. 10. Menyiapkan obat dari resep dokter yang boleh dilayani. 11. Meracik obat dalam bentuk puyer 12. Memberi etiket yang sesuai pada obat yang telah disiapkan. 13. Melayani pembelian obat dan alat kesehatan. 14. Menerima barang yang datang dari PBF atau distributor 15. Memeriksa faktur, obat, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, jumlah barang dan harga barang yang diterima. 16. Menyalin faktur sebagai bukti pembelian obat dari PBF. 17. Memberi label harga pada obat maupun BMHP (Barang Medis Habis Pakai)
34 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Fauzan Farma selama 2 bulan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ; 1. Apotek Fauzan Farma merupakan tempat yang sangat baik untuk dilakukannya perkerjaan kerfarmasian dan pelayanan obat pada masyarakat karena peserta PKL memperoleh ilmu pelayanan kefarmasian dengan memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. 2. Pengelolaan sistem manajemen Apotek Fauzan Farma telah berjalan dengan baik, dan kerja sama antar karyawan juga berjalan dengan baik, dimana masing-masing memiliki job description yang dilakukan dengan sikap professional. 3. Apotek Fauzan Farma telah menjalankan usaha sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. 4. Apoteker dan asisten apoteker telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sebagai pelaksana pelayanan resep dan berperan serta dalam pengelolaan obat dan perbekalan farmasi di apotek. 5. Penyimpanan obat di Apotek Fauzan Farma disimpan berdasarkan farmakologi, bentuk sediaan, dan menurut abjad. 6. Apotek Fauzan Farma melayani resep dokter, obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek. 7. Jenis penyimpanan obat yang dilakukan oleh apotek ini berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) yaitu barang yang datang pertama harus di keluarkan terlebih dahulu agar tidak terjadi penumpukan barang yang kemungkinan dapat kadaluwarsa sehingga mengakibatkan kerugian dan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang kadaluwarsanya lebih awal harus di keluarkan terlebih dahulu untuk memperkecil kemungkinan penumpukan barang yang kadaluwarsa yang dapat mengakibatkan kerugian.
35 8. Pelayanan kefarmasian yang jarang dan sulit dilakukan dalam praktek ini adalah pelayanan informasi obat karena pasien cenderung tidak menganggap penting konsep pharmaceutical care. 9. Siswa siswi PKL memiliki gambaran yang nyata mengenai teknik pelayanan kefarmasian di apotek. Sehingga memiliki bekal untuk masuk di dunia kerja nantinya. B. Saran 1. Saran Umum a. Diharapkan kepada Apotek Fauzan Farma dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat yang telah dicapai selama ini dan lebih meningkatkan hubungan kerja sama antar sesama serta meningkatkan sarana prasarana di apotek untuk menunjang pelayanan di apotek Fauzan Farma b. Diharapkan siswa siswi yang melaksanakan Praktek Kerja Industri benar-benar mempersiapkan diri dalam hal menguasai materi yang berhubungan dengan pelayanan di Apotek (Ilmu Resep, Undang- undang Kesehatan, Farmakologi, Farmakognosi dan Persamaan Obat) c. Selalu menerapkan 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun ) d. Memberi bimbingan kepada siswa siswi PKL setiap seminggu sekali untuk mengetahui pengetahuan siswa siswi PKL tersebut. 2. Saran Kepada Sekolah a. Saran kami untuk sekolah adalah untuk lebih memperbanyak pembekalan prakerin kepada siswa/siswinya agar lebih mudah bekerja pada saat dilapangan dan tidak mendapat kesan yang kurang baik dilapangan b. Sekolah dapat meningkatkan lagi pembelajaran dibidang TIK khususnya Microsoft Office dan Excel sehingga siswa siswi lebih mudah dalam menyelesaikan tugas.
36 DAFTAR PUSTAKA BPOM No. 24 Tahun 2021. Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasianhttps://peraturanpedia.id/peraturan-badan-pengawas-obatdan-makanan-nomor-24-tahun-2021/amp/. Diakses pada : 6 Mei 2023 pukul 15.23 WIB Permenkes RI No 14 tahun 2021 tentang standar kegiatan usaha apotek. https://gudangilmu.farmasetika.com/standar-kegiatan-usaha-apoteksesuai-permenkes-no-14-tahun-2021/ . Diakses pada : 5 Maret 2023 pukul 08.14 WIB Permenkes RI No 14 tahun 2021 tentang pelayanan kefarmasian di apotek https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/114626/permenkes-no-73- tahun.2016#:~:text=Permenkes%20No.%2073%20Tahun%202016,di%20 Apotek%20%5BJDIH%20BPK%20RI%5D. Diakses pada : 5 Maret 2023 pukul 09.04 WIB Permenkes RI No. 34 tahun 2021 tentang pekerjaan kefarmasian. https://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/pmk-34-2021-tentang-standarpelayanan-kefarmasian-di-klinik/. Diakses pada : 6 Mei 2023 pukul 17.48 WIB. Permenkes RI No. 9 tahun 2017 tentang Apotek,https://dinkes.kedirikab.go.id/konten/uu/57078 PMK 9 2017 ttg_Apotek_. Diakses pada : 5 Maret 2023 pukul 11.12 WIB. Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. https://www.jogloabang.com/kesehatan/permenkes-73-2016-standarkefarmasian-apotek. Diakses pada : 7 Maret 2023 pukul 16.21 WIB. Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang kegiatan pengkajian/ skrining resep.https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/114629/permenkes-no-74- tahun-2016 Diakses pada : 15 Maret 2023 pukul 16.55 WIB
37 Mansouri et al., 2019faktor yang paling sering mempengaruhi medication error. https://farmasetika.com/2018/02/25/medication-error-pada-tahapprescribing-transcribing-dispensing-dan-administration/. Diakses pada : 6 Mei 2023 pukul 15.01 WIB Metode FIFO FEFO. https://zahiraccounting.com/id/blog/mengelola-barang-denganmetode-fifo-lifo-dan-fefo/ . Diakses pada : 7 Maret 2023 pukul 20.18 WIB Satibi, M.Rifqi Rokhman, Hardika Aditama. 2020. Skrining/pengkajian resep. diakses pada 11 Maret pukul 11.25 WIB Tatro, D.S. 2009 tentang persyaratan skrining resep oleh apoteker. Diakses pada 7 Maret 2023 Rangkuti (2004) dalam https://www.materibelajar.id/2016/04/teori-persediaanpengertian-tujuan.html diakses pada 11 Maret pukul 11.25 WIB Schroeder (2000) dalam https://www.materibelajar.id/2016/04/teori-persediaanpengertian-tujuan.html. diakses pada 11 Maret pukul 11.25 WIB Yunarto, Suci Icun dan Martinus Getty Santika. 2005. Rangkaian Implementasi Konsep Bisnis Dalam Manajemen Persediaan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
38 LAMPIRAN 1. Copy Resep Apotek Fauzan Farma 2. Etiket Obat Luar
39 3. Etiket Obat Racikan 4. Etiket Sirup 5. Faktur
40 6. Kartu Stok Obat 7. Nota Apotek Fauzan Farma
41 8. Resep Obat 9. Surat Pesanan 10. Surat Pesanan Obat Mengandung Prekusor Farmasi
42 11. Surat Pesanan Obat Obat Tertentu 12. Gudang Apotek Fauzan 13. Ruang Pelayanan Resep dan Meracik
43 14. Ruang Konseling 15. Apotek Fauzan Fauzan Farma