LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI APOTEK ARIFA Jl.Sawahan No.01, Jetis, Swahan, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 57375 20 Februari 2023 s/d 22 April 2023 Laporan ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) dan Kelulusan Sekolah Disusun Oleh : Alvia Anggar sari 211462 Tri Utami 211692 SMK NEGERI 1 SAMBI Wonotoro, Catur, Sambi, Boyolali 2023
1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Arifa. Laporan ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Asisten Tenaga Teknik Kefarmasian dalam ilmu kefarmasian di Jurusan Farmasi SMK Negeri 1 Sambi. Penulis laporan PKL ini tentu tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Suyatna, S. Pd., M. Pd. selaku Plt Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sambi 2. Sariyono, S. Farm., Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi SMK Negeri 1 Sambi 3. Eersta Zusvita Widyastuti, S. Farm. Apt selaku guru pengampu praktik kerja lapangan SMK negeri 1 Sambi 4. Ratna Sari Dewi, S. Farm. selaku guru pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL) SMK Negeri 1 Sambi 5. Amira Sri Wulandani selaku pembimbing kami selama berada di Apotek Arifah yang telah berkenan memberikan bimbingan, dorongan dan petunjuk selama proses Praktik Kerja Lapangan dan penyusun laporan ini secara berlangsung. 6. Pegawai dan staf karyawan di Apotek Arifah yang telah membantu dan membimbing kami selama proses PKL. 7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan motivasi baik berupa sharing pendapat, dukungan moril maupun dukungan materil. 8. Teman - teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi baik berupa sharing pendapat dan hal lainnya dalam rangka pembuatan laporan Praktik Kerja Lapangan. 9. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu yang turut membantu kelancaran dalam menyusun laporan ini Penulis sangat menyadari tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dalam penulisan laporan PKL ini, apabila nantinya terdapat kekurangan, kesalahan dalam laporan ini, penulis
2 sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran seperlunya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi. Sambi, 22 April 2023 PesertaPKL
3 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1 DAFTAR ISI..............................................................................................................................3 DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................5 BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5 A. Latar Belakang ..................................................................................................................366 B. Teknis Praktik Kerja Lapangan.........................................................................................367 C. Tujuan PKL.........................................................................................................................10 D. Manfaat PKL.....................................................................................................................100 E. Penilaian ............................................................................................................................152 F. Laporan................................................................................................................................12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................12 A. Pengertian Apotek...............................................................................................................14 B. Tugas dan Fungsi Apotek................................................................................................3614 C. Persyaratan Apotek ...........................................................................................................135 D. Pengelolaan Apotek ..........................................................................................................157 E. Administrasi Apotek..........................................................................................................224 BAB III PELAKSANAAN PKL .............................................................................................25 A. Sejarah Apotek Arifah ........................................................................................................28 B. Lokasi Apotek Arifah......................................................................................................3628 C. Struktur Organisasi Apotek Arifah ...................................................................................269 D. Jam Kerja Apotek Arifah ....................................................................................................30 E. Tata Ruang Apotek Arifah ..................................................................................................30 F. Kegiatan...............................................................................................................................32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................................337 A. Skrining Resep Apotek .......................................................................................................37 B. Hasil dan Pembahasan.........................................................................................................38 BAB V PENUTUP ..................................................................................................................40 A. Kesimpulan .........................................................................................................................40 B. Saran....................................................................................................................................40 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................38
4 LAMPIRAN...........................................................................................................................393
5 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Etalase no. 1 Menyimpan obat bebas dan obat bebas terbatas seperti bodrek, tolak angin, bye-bye fever dan underpad. Lampiran 2 : Etalase no. 2 Menyimpan obat maag, salep dengan kandungan bebas terbtas , madu dan minyak baby, hot in cream, freshcare. Lampiran 3 : Etalase no. 3 Vitamin anak dan dewasa berbentuk tablet, obat pelancar haid. Lampiran 4 : Etalase no. 4 Sirup dengan kandungan bebas terbatas seperti OBH Combi, Woods. Dan alat kesehatan seperti spuit, pispot, alkohol, kasa steril. Lampiran 5 : Etalase no. 5 Vitamin anak dalam bentuk sirup, Sirup tambah darah, sabun, dan minyak urut. Lampiran 6 : Etalase no. 6 Menyimpan Obat keras yaitu obat generik dan obat paten, sirup obat keras, salep mata, salep kulit, tetes mata, tetes telinga. Lampiran 7 : Etalase no. 7 Menyimpan obat paten dan obat generik, infus Nacl, infus Ringer Lactate dan Enbatic serbuk. Lampiran 8 : Etiket Apotek Arifah Lampiran 9 : Nota Apotek Arifah Lampiran 10 : Surat pesanan Apotek Arifah Lampiran 11 : Surat pesanan mengandung prekursor Apotek Arifah Lampiran 12 : Kartu stok Apotek Arifah Lampiran13 : Resep Apotek Arifah BAB I PENDAHULUAN
6 A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri - sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktik profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan . Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian. Perkembangan apotek ini sangat ditentukan oleh pengelolaan sumber daya dan pelayanan di apotek tersebut. Oleh sebab itu, standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam menjalankan suatu apotek. Pelayanan yang dilakukan di apotek antara lain adalah pengelolaan obat yaitu perencanaan pembelian obat, pengadaan, pembelian, pelayanan dan penyerahan obat kepada pasien serta pelaporan dan administrasi. Kerja praktik sangat memberi manfaat dan berperan bagi siswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama bekerja di Apotek. Apotek juga merupakan tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek memiliki dua kegunaan yaitu dalam memberi pelayanan kesehatan serta dalam bisnis/persaingan. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945 melalui pembangunan Nasional yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan Nasional bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dan penyediaan obatobatan di apotek dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya. Praktik Kerja Lapangan adalah suatu proses pembelajaran pada unit kerja secara nyata, sehingga peserta didik mendapat gambaran dan pengalaman kerja secara langsung dan
7 menyeluruh. Sebagai calon tenaga penunjang pada pelayanan kesehatan, peserta didik diharapkan mengetahui berbagai kegiatan terpadu meliputi bidang produksi, distribusi, pelayanan serta pengawasan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya termasuk penatalaksanaan administrasinya. Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pasien. Pelayanan kefarmasian ini mengarahkan pasien tentang kebiasaan/pola hidup yang mendukung tercapainya keberhasilan pengobatan, memonitor hasil pengobatan dan bekerja sama dengan profesi lainnya untuk mencapai kualitas hidup yang optimal bagi pasien. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dengan salah satu tujuan utama adalah untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional Latihan keterampilan yang secara intensif diberikan pada saat pendidikan hanya sebagai dasar untuk bekerja di dunia kerja. Keterampilan lain seperti pengendalian obat, penyuluhan obat, penerapan sikap yang baik sebagai tenaga kesehatan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain serta cara memecahkan masalah yang terjadi di lapangan tidak diberikan di perkuliahan secara khusus, untuk itu Praktik Kerja Lapangan merupakan cara terbaik untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang belum diperoleh selama mengikuti pendidikan SMK Usaha apotek merupakan suatu kombinasi dari usaha pengabdian profesi farmasi, usaha sosial dan usaha dagang yang masing-masing aspek ini tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dari usaha apotek. Apotek sendiri merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi pada masyarakat. B. Teknis Praktik Kerja Lapangan 1. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan untuk Program Studi Farmasi di SMKN 1 Sambi periode tahun 2022/2023. a. Alamat : Jl. Sawahan No. 1 Jetis, Sawahan kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 57375 b. Waktu Praktik Kerja Lapangan 1) Tanggal Pelaksanaan PKL : 20 Februari 2023 - 22 April 2023 2) Hari Pelaksanaan PKL :
8 Praktik kerja lapangan selama 6 hari dalam seminggu dan libur 1 hari. c. Waktu Pelaksanaan PKL : d. Jam Buka Apotek : 07.30 - 22.00 WIB Shift pagi : 17.30 - 14.30 WIB Shift siang : 13.00 - 20.00 WIB Shift sore : 14.30 - 21.30 WIB 2. Pembimbing Pembimbing PKL Apotek adalah pembimbing dari pihak apotek yang berkompeten sesuai bidang ilmunya. 3. Supervisi Supervisi dilakukan oleh pembimbing PKL dari pihak jurusan dan bertanggung jawab atas keberlangsungan PKL secara optimal. 4. Tata Tertib Peserta Didik PKL a. Mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh apotek. b. Memperhatikan dan melaksanakan aturan keselamatan kerja yang ditentukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. c. Menghormati instruktur. d. Berlaku sopan dan santun serta bekerja jujur, bertanggung jawab, berinisiatif, dan kreatif terhadap tugas yang diberikan dalam dalam pelatihan kerja. e. Ikut memelihara sarana, prasarana pelatihan, kebersihan, ketertiban dan keamanan di tempat praktik Kerja Lapangan. f. Peserta didik harus masuk/keluar ruangan praktik sesuai jadwal yang telah ditentukan apotek. g. Setiap peserta didik harus menyelesaikan tugas dari pembimbing apotek 5. Hak Peserta Didik a. Mendapatkan bimbingan b. Menggunakan ruangan serta peralatan di Apotek Arifah untuk keperluan pelayanan dan pendidikan. 6. Larangan a. Melalaikan kewajibannya sebagai peserta didik di Apotek Arifa b. Merusak sarana dan prasarana di lingkungan Apotek Arifah c. Meninggalkan apotek tanpa izin dari pembimbing Apotek Arifa
9 d. Absen dari kegiatan apotek sebagaimana telah dijadwalkan tanpa keterangan e. Mengabaikan peringatan lisan dari pihak apotek tidak segera merubah perilaku atau kesalahan. f. Melanggar etika akademik seperti plagiarisme, memalsukan nilai, memalsukan tanda tangan, memalsukan cap, memalsukan surat keterangan. g. Melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai perjudian, bila berada di dalam lingkungan Apotek Arifah h. Melakukan perbuatan asusila, pelecehan dan tindak kejahatan seksual di dalam lingkungan Apotek Arifah i. Memiliki, membawa, menyimpan, memperdagangkan atau mengedarkan serta membuat maupun mengkonsumsi narkotika atau psikotropika bila berada di lingkungan Apotek Arifah j. Mengganggu penyelenggaraan pelayanan di Apotek Arifah 7. Sanksi Peserta Didik Setiap pelanggaran terhadap peraturan tata tertib yang berlaku di Apotek Arifah akan dikenakan sanksi sesuai dengan berat ringannya pelanggaran a. Peringatan lisan b. Mengganti kerusakan yang ditimbulkan dengan jumlah yang setara. c. Peringatan tertulis C. Tujuan PKL Tujuan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk : 1. Menanamkan etos kerja yang tinggi bagi peserta didik untuk memasuki dunia kerja sesuai tuntutan praktik kerja lapangan. 2. Mendidik dan mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga profesional dengan membekali pengalaman kerja dalam praktik kefarmasian di apotek. 3. Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab tenaga teknis kefarmasian dalam praktik kefarmasian di apotek. 4. Menghasilkan tenaga kerja dengan keahlian profesional. 5. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
10 6. Meningkatkan kemampuan profesional siswa sesuai bidangnya khususnya di bidang kefarmasian Apotek 7. Memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker di Apotek. 8. Memberikan bekal wawasan, pengetahuan, keterampilan dalam pengelolaan dan pelayanan di Apotek sebagai wujud pengabdian profesinya. 9. Dapat menjelaskan tugas dan pekerjaan sebagai Asisten Apoteker 10. Memperoleh pengalaman bekerja di Apotek Arifah 11. Dapat membandingkan antara teori dan praktik. 12. Memberikan gambaran mengenai struktur organisasi Apotek 13. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien terutama saat memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling kepada pasien. 14. Siswa mengetahui ruang lingkup kerja dan tanggung jawab seorang Asisten Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek D. Manfaat PKL Adapun manfaat Praktik Kerja Lapangan yaitu : 1. Manfaat bagi siswa yaitu : a. Mencetak pengalaman dan pengetahuan dunia kerja serta pembelajaran bagi penulis dalam lingkungan kerja untuk menumbuhkan sikap profesional yang diperlukan Asisten Tenaga Teknis Kefarmasian ( ATTK ) sesuai bidang. b. Menghasilkan pembelajaran peserta didik PKL yang lebih bermakna, karena setelah tamat akan benar-benar memiliki keahlian profesional sebagai bekal yaitu meningkatkan taraf hidupnya serta bekal pengenmbangan dirinya. c. Memperkuat kepribadian yang berkarakter sesuai dengan tuntutan nilai - nilai yang tumbuh dari budaya industri. d. Menjalin kerja sama yang baik antar rekan kerja 2. Manfaat PKL untuk sekolah a. Menjalin kerja sama sekolah dengan dunia usaha atau dunia industri yang saling menguntungkan. b. Memberikan kesempatan sekaligus melatih keterampilan bagi siswa-siswi SMK dengan menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah. c. Membentuk pola pikir siswa-siswi agar terkonstruktif baik serta memberikan pengalaman dalam dunia industri maupun dunia usaha.
11 d. Melatih proses belajar terutama pengembangan skil. e. Mengikat kerjasama yang baik antar pihak SMK Negeri 1 Sambi dan Apotek yang terkait. f. Menciptakan lulusan yang siap kerja, terampil dan kompeten di bidang kefarmasian. 3. Manfaat PKL bagi instansi a. Dunia usaha bisa memperoleh insentif education bagi perusahaan yang melakukan kegiatan vokasi . b. Terdapatnya masukan yang positif dan konstruktif dari SMK untuk perkembangan sekolah dengan dunia kerja c. Dunia kerja dapat mengenal kualitas peserta PKL dan mendapatkan calon karyawan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhannya. d. Ikut serta menciptakan calon tenaga kesehatan yang siap kerja, terampil dan kompeten pada bidangnya. e. Menjalin kerja sama yang baik dengan semua pihak apotek. E. Penilaian Penilaian yang dilakukan berupa penilaian sikap, kepribadian dan keterampilan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan berlangsung yang diberikan oleh pembimbing di Apotek atau sesuai dengan Format penilaian yang telah ditetapkan oleh bidangnya. F. Laporan a. Peserta didik wajib membuat laporan PKL Apotek dan dikumpulkan setelah disetujui oleh pembimbing apotek dan guru pembimbing sekolah. b. Peserta didik dilarang membuat laporan PKL dengan cara menyalin, mencontek, dan menggandakan Laporan PKL apotek pada tahun sebelumnya.
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Apotek Berdasarkan (Kepmenkes RI) No. 1027/MENKES/ SK/X/2021, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Yang dimaksud pekerjaan kefarmasian diantaranya pengadaan obat penyimpanan obat, pembuatan sediaan obat, peracikan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi, serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perbekalan kefarmasian yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehata,n dan kosmetik. Tidak hanya menjalankan pekerjaan kefarmasian tetapi tugas pokok dan fungsi apotek juga harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan. Apotek dalam Permenkes 9 tahun 2019 tentang Apotek bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek, memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek, dan menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan. Jika Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan. Permenkes 73 tahun 2020 tentang Apotek juga mengatur tentang syarat-syarat pendirian Apotek, yaitu tentang lokasi, bangunan, sarana, prasarana, dan peralatan serta ketenagaan.Bangunan apotek dalam Permenkes 14 tahun 2021 tentang Apotek, sedikitnya memiliki ruang yang memiliki fungsi untuk penerimaan Resep, pelayanan Resep dan peracikan(produksi sediaan secara terbatas), penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, konseling, penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, dan arsip. B. Tugas dan Fungsi Apotek Pelayanan kefarmasian Pharmaceutical merupakan salah sub pelayanan yang berorientasi pada pasien Pelayanan tercapainya keberhasilan pengobatan, memberi informasi tentang pengobatan yang dijalani pasien, untuk kualitas optimal di semua peranan telah dipaparkan merupakan tugas Tenaga Kefarmasian memberikan kefarmasian di sarana pelayanan. Berdasarkan PP No. 9 Tahun 2021, tugas dan fungsi apotek adalah:
13 1. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. 2. Bangunan Apotek harus bersifat permanen. 3. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat merupakan bagian dan atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah, rumah susun, dan bangunan yang sejenis. Bangunan Apotek sebagaimana memiliki sarana ruang yang berfungsi: 1. Penerimaan Resep. 2. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas); 3. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 4. Konseling. 5. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 6. Arsip. C. Persyaratan Apotek Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, perbekalan farmasi, dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. (Permenkes No. 9 Tahun 2019). Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian Apotek adalah: 1. Lokasi (Pasal 5) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian 2. Bangunan (Pasal 6) a.Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak. dan orang lanjut usia. b.Bangunan Apotek harus bersifat permanen
14 c.Bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis (Pasal 7) Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi: a.Penerimaan Resep. b.Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas) c.Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, d.Konseling e.Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan dan f. Arsip (Pasal 8) Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas: a.Instalasi air bersih b.Instalasi listrik; c. Sistem tata udara,dan d.Sistem proteksi kebakaran. (Pasal 9) a. Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian b.Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan. c. Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan (Pasal 10) Sarana, prasarana, dan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sampai Pasal 9 harus dipertahankan dan fungsional dengan baik. (Pasal 11)
15 a. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain. Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi. b.Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. D. Pengelolaan Apotek Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan, pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengelolaan termasuk kegiatan manajemen dan merupakan bagian dari standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang diatur dalam Permenkes Nomor 73 Tahun 2016. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek meliputi : 1) Perencanaan Merupakan kegiatan untuk merencanakan apa saja dan berapa sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang harus diadakan, yang perlu diperhatikan adalah pola penyakit, pola konsumsi, budaya, dan kemampuan masyarakat. 2) Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, seperti PBF (pedagang besar farmasi) resmi yang memiliki izin dan CDOB( Cara Distribusi Obat yang Baik ) 3) Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. 4) Penyimpanan Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan adalah : a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
16 baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa. b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis e. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). 5) Pemusnahan Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam kegiatan pemusnahan adalah: a. Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja, dan dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota c. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM d. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. 6) Pengendalian Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
17 kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. 7) Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. 8) Penggolongan obat Penggolongan obat dimaksudkan agar peredaran dan ketepatan penggunaan obat di masyarakat dapat diawasi sehingga obat dapat digunakan dan didistribusikan tepat, aman, benar, dan rasional. Penggolongan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/IV/2019.Penggolongan obat berdasarkan jenis dan penandaan terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika. a) Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang tidak dinyatakan sebagai narkotika/psikotropika/obat keras/obat bebas terbatas yang dapat diberikan tanpa resep dokter. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2580/A/SK/VI/2020 pasal tiga tanggal 15 Juni 2019 menetapkan tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, tanda khusus harus diletakkan sedemikian rupa jelas terlihat dan mudah diketahui. Tempat penjualan di Apotek dan Toko Obat Berizin.Obat bebas dikenal juga dengan sebutan obat OTC (Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas ini dapat dibeli bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek dan toko obat berizin untuk mengatasi problem ringan (minor illness) yang
18 bersifat nonspesifik.Pasalnya, obat bebas relatif paling aman, boleh digunakan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Obat ini telah digunakan dalam pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan. Contoh Obat Bebas : a. Paracetamol (penurun demam dan pereda sakit kepala) Vitamin-Vitamin. b. Betadine. c. Kalpanax. d. Albothyl. e. Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak mengandung antibiotik. f. Sediaan tetes mata yang tidak mengandung antibiotik (Insto, Braito) b) Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter dalam jumlah terbatas. Pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380/SK/VI/2019 pasal 3 pada tanggal 15 Juni 2020 menetapkan tanda khusus tersebut harus diletakkan sedemikian rupa sehingga terlihat jelas dan mudah diketahui. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter, namun mempunyai peringatan khusus saat menggunakannya. Tempat penjualan di Apotek dan Toko Obat Berizin. Obat bebas terbatas digunakan untuk mengatasi penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. Obat tersebut berkhasiat dan aman bila digunakan untuk pengobatan sendiri. Ada beberapa contoh obat bebas terbatas, seperti Theophylline, Tremenza, CTM dan Lactobion, decolgen, decolsin. Obat bebas mencantumkan 6 peringatan yaitu : P.No. 1 Awas! Obat Keras, Bacalah aturan pakainya P.No. 2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan P.No. 3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan P.No. 4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar P.No. 5 Awas! Obat Keras, Jangan Ditelan P.No. 6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan ditelan
19 c) Obat Keras Kutipan Surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang ditetapkan sebagai obat keras adalah: a. Semua obat yang pada bungkus luar si pembalut disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter. b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan. c. Semua obat baru terkecuali oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis, bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. Yang dimaksud dengan obat baru yakni semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dan Daftar Obat Keras atau obat yang hingga saat dikeluarkan Surat Keputusan ini secara resmi belum pernah diimpor. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.023/A/SK/VTIV/ 2019 ditetapkan bahwa pada obat keras daftar G diberikan tanda khusus yang berupa lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh tepi garis. Selain itu dicantumkan "Harus Dengan Resep Dokter" yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 197/A/SK/1997 pada tanggal 15 Maret 2019. d) Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2020 Psikotropika dibedakan menjadi empat golongan sebagai berikut: a. Psikotropika Golongan I
20 Daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP. b. Psikotropika golongan II Psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin, dan metakualon. c. Psikotropika Golongan III Psikotropika golongan ini banyak digunakan dalam terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.Contoh : lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika golongan ini banyak digunakan dalam terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam, Hipnotika atau obat tidur, Pil Koplo, sedatif atau obat penenang. e) Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik bersifat sintetis maupun bukan sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Dapat dibedakan ke dalam golongangolongan berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia golongan narkotika sebagai berikut: a. Narkotika golongan I Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium. b. Narkotik golongan II Digunakan untuk terapi ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan
21 II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol c. Narkotika golongan III Banyak digunakan dalam terapi ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi menimbulkan cahaya ketergantungan. narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : etilmorfina, kodeina, polkodina, dan propiram. f) Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat yang termasuk daftar Obat Wajib Apotek ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan. Obat yang tercantum dalam lampiran SK ini dapat diserahkan Apoteker di apotek dan dapat ditinjau kembali dan disempurnakan setiap waktu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Dengan adanya SK tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat.dalam menolong dirinya sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan. Adapun beberapa contoh Obat Wajib Apotek, antara lain. a. Obat Wajib Apotek No.1 1) Obat Kontrasepsi Linestrenol, Linestrenol-Etinilestradiol 2) Antispasmodik: Papaverin/Hiosin butylbromide/Atropin sulfat 3) Obat Asma Ketotifen, terbutalin sulfas, salbutamol. 4) Mukolitik: Bromheksin, asetilsistein. 5) Antibiotik untuk topikal: Tetrasiklin, Kloramfenikol, Neomisin Sulfas, Gentamisin Sulfas b. Obat Wajib Apotek No.2: 1) Ibuprofen 2) Krim ketokonazol 3) Krim hidrokortison 4) Skopolamin 5) Omeprazole 6) Sukralfat c. Obat wajib Apotek No.3: 1) Famotidin, Ranitidin
22 2) Obat-obat TBC 3) Allopurinol 4) Natrium diklofenak E. Administrasi Apotek 1) Kegiatan administrasi a. Administrasi umum Pencatatan, pengarsipan, dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku b. Administrasi pelayanan c. Pengarsipan resep, pengarsipan catatan penggunaan obat pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. d. Daftar harga obat tercantum dalam buku harga, baik berupa obat dengan merk dagang, generik maupun bahan baku, penyusunan nama berdasarkan abjad dan bentuk sediaan. Harga yang dicantumkan yaitu HNA ( harga netto apotek) + PPN sama dengan HJA ( harga jual apotek) e. Laporan harian merupakan laporan hasil semua pemasukan dari penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan lainnya. 2) Kelengkapan administrasi apotek a. Blangko Pesanan Obat b. Blangko Kartu Stok c. Blangko copy resep d. Blangko faktur dan blanko nota penjualan e. Buku pembelian dan penerimaan obat f. Buku penjualan obat g. Buku keuangan F. Informasi Obat Informasi obat perlu digunakan di apotek karena untuk mendorong penggunaan obat secara rasional, sehingga pelayanan pada pasien meningkat dan kualitas pengobatan juga meningkat serta kerugian pasien minimal apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan menggunakan obat yang akan diserahkan begitu juga dengan asisten apoteker.
23 Untuk meningkatkan pelayanan farmasi yang baik maka apotek wajib menyediakan tempat untuk konsultasi tentang obat. Dimana informasi obat yang ideal itu mempunyai ciriciri adalah mandiri, objektif, seimbang, ilmiah, berorientasi pada pasien, dan proaktif. Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah suatu pelayanan yang dilakukan apoteker di apotek yang memberikan informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan obat, didukung oleh referensi yang kredibel, telah dievaluasi sebelumnya dan optimalisasi penggunaannya secara akurat dan sistem kepada dokter, Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian, atau tenaga kesehatan lain maupun keluarga pasien. Diperlukannya Pelayanan Informasi Obat di apotek adalah penggunaan bar masyarakat semakin melas seiring dengan semakin besarnya jumlah obat yang diproduksi oleh industri farmasi. Hal ini dapat membingungkan pasien dalam memilih terapi yang tepat. Disamping itu pengetahuan pasien atau masyarakat yang sangat minim tentang obat, sehingga pelayanan informasi obat di apotek sangat diperlukan. Suatu sistem pelayanan kesehatan dapat menyediakan mutu obat yang berkualitas tinggi, tetapi jika obat tidak digunakan dengan tepat dan penderita mengabaikan manfaat obat tersebut maka akan menimbulkan efek yang merugikan. Akses kepada informasi obat yang baik tidak menjamin penggunaan obat yang tepat, informasi itu pasti suatu persyaratan dasar untuk keputusan penggunaan obat yang rasional. Pemberian pelayanan informasi obat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara aktif dimana informasi diberikan kepada pasien secara langsung melalui konseling. Informasi obat secara pasif di PIO dilakukan baik diminta maupun tidak melalui media seperti leaflet, buletin, internet atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Pelayanan informasi obat mempunyai ciri -ciri antara lain: mandiri, objektif, seimbang, ilmiah, berorientasi kepada pasien, proaktif. Tujuan dari PIO adalah memberikan informasi obat yang objektif, akurat dan up to date agar setiap penggunaan obat dapat diambil keputusan yang tepat, meliputi : 1) Memiliki obat, sediaan dosis, rute, dan lama penggunaan yang tepat. 2) Menunjang pengelolaan dan terapi obat yang rasional serta berorientasi kepada pasien. 3) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lainnya di lingkungan apotek. 4) Memantau efek terapi dan efek samping obat. 5) Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme apoteker.
24 6) Merencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk mendorong penggunaan obat yang rasional dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien. Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau psikologi organisme saat dikonsumsi. Obat-obatan biasanya dibedakan dari makanan dan zat yang menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat dilakukan melalui inhalasi, injeksi, merokok, ingesti, absorbsi melalui kulit, atau disolusi di bawah lidah. Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Tujuan Pelayanan Informasi Obat (PIO) meningkatkan penggunaan obat secara efektif, aman, dan rasional kepada pasien. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lainnya.Informasi obat mencakup kegiatan pelayanan, pendidikan dan peneliti. Sebagai pedoman informasi obat yang akan digunakan apoteker sebagai bekal untuk melakukan konsultasi adalah : 1. Buku standar seperti Farmakope Indonesia. The Extra Farmakope. United State Pharmacopoeia, British Pharmacopoeia, Remington's Pharmaceutical Science dan Informasi Spesialite Obat Indonesia, dan lain-lain. 2. Informasi produk obat dalam bentuk brosur. 3. Informasi obat dari makalah, seminar, buletin profesi, majalah kesehatan, koran, dan lain-lain.
25 BAB III PELAKSANAAN PKL A. Sejarah Apotek Arifah Apotek Arifah berlokasi di Jl. Sawahan No.01. Jetis, Sawahan, Kec. Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 57375. Apotek Arifah dipimpin oleh seorang PSA bernama Eva Rini Kartikawati, SE dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bernama apt. Devi Agustin Purnamasari, S.Farm bertanggung jawab, mengelola, dan mengawasi apotek dari seluruh kegiatan di Apotek Arifah. Apotek Arifah didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat sekitar apotek dan sebagai penyedia obat. perbekalan kefarmasian, memberikan pemanfaatan mutu, dan untuk menunjang informasi obat kepada masyarakat. Karyawan yang bekerja ada empat (APA, APING, AA) orang yaitu dua orang apoteker, satu orang apoteker pendamping. dan satu orang apoteker penanggungjawab apotek. B. Lokasi Apotek Arifah Menurut Menteri Kesehatan RI No. 14 Tahun 2021 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lokasi apotek adalah tempat bangunan apotek didirikan, lokasi apotek yang baru atau berpindah, jumlah dan jarak minimal paling sedikit 500m antar apotek ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Penentuan lokasi yang harus menjadi pertimbangan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan adalah jumlah penduduk, jumlah dokter yang praktik, sarana pelayanan kesehatan lainnya, hygiene lingkungan dan faktor-faktor yang terkait setelah adanya otonomi daerah maka faktor jarak sudah tidak dipermasalahkan lagi. 1. Apotek Arifah beralamat di Desa Sawahan Rt04 / Rw05 Ngemplak Boyolali 2. Apotek Arifah ini didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat sekitar dan masyarakat umum 3. Apotek Arifah berada di lokasi yang cukup strategis dan mudah dicapai oleh masyarakat, karena apotek arifah ini terletak di tepi jalan raya yang dilalui.
26 C. Struktur Organisasi Apotek Arifah Eva Rini Kartikawati, S.E apt. Devi Agustin Purnamasari, S. Farm apt. Siti Nur Hasanah, S.Farm Hanna Rosita Dewi, S.Farm Sri Purwanti Diar Eka Budiarto Sovi Anggun Novitasari Struktur Organisasi Apotek Arifah Pemilik Sarana Apotek (PSA) : Eva Rini Kartikawati, S. E Apoteker Pengelola Apotek (APA) : apt. Devi Agustin P, S. Farm Siti Nur Hasanah, S. Farm., apt Asisten Apoteker (AA) : Hanna Rosita Dewi, S. Farm Administrasi : Sri Purwanti Diar Eka Budiarto Sovi Anggun Novitasari Struktur organisasi di atas menunjukkan bahwa Apotek Arifah dipimpin oleh seorang (Apoteker Pengelola Apotek) APA / (Pemilik Sarana Apotek) PSA yang berwenang memimpin, mengawasi, dan mengatur pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek. Di bawah kepemimpinan APA ( Apoteker Pengelola Apotek) ada AA ( Asisten Apoteker) yang bertugas melayani resep atau obat bebas dan menyusun buku harian resep yaitu narkotika, psikotropika dan asli tanpa tanda khusus. Dalam tugasnya AA dibantu oleh Reseptir yang bertugas menyiapkan dan meracik obat. Administrasi bertugas melaksanakan kegiatan surat menyurat
27 dan pelaporan. Kegiatan Apotek dapat berjalan dengan lancar bila karyawan terampil dan cekatan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. D. Jam Kerja Apotek Arifah Apotek Arifah buka setiap hari mulai pukul 07.30 - 21.30 wib, hari minggu buka. Praktik kerja lapangan di apotek Arifah jam kerja dibagi menjadi tiga sebagai berikut : 1. Shift pagi : 07.30 WIB- 14.30 WIB 2. Shift siang : 13.00 WIB- 20.00 WIB 3. Shift Sore : 14.30 WIB- 21.30 WIB E. Tata Ruang Apotek Arifah Ruang Apotek Arifah terdiri dari : 1. Ruang tunggu pasien di depan apotek. 2. Etalase obat bebas yang tersusun rapi. 3. Meja kerja untuk menghitung harga dan menganalisa resep yang masuk. 4. Rak obat generik yang digunakan untuk menyimpan obat-obat generik. 5. Rak obat paten yang digunakan untuk menyusun obat paten yang disusun rapi. 6. Rak obat sediaan salep, sediaan tetes, gel dan cream. 7. Meja racik yang dilengkapi dengan mortir, stamper yang digunakan untuk meracik obat, kertas puyer dan cangkang kapsul. 8. Lemari es yang digunakan untuk menyimpan obat yang harus disimpan di tempat yang sejuk seperti suppositoria, ovula, obat yang mudah lembab. 9. Gudang penyimpanan persediaan obat dan perlengkapan apotek lainnya. 10. Ruang kerja apoteker 11. Toilet. Tata Letak Apotek Arifah
28 Keterangan : 1. Etalase I digunakan untuk menyimpan obat-obatan yaitu seperti sanmol. Bodrex, panadol, ultraflu, tolak angin, antangin, komik, obat cacing, biogesic, bye-bye fever, obat flu, dan lain lain. 2. Etalase kedua digunakan untuk menyimpan obat obat maag, hot N cream, pil KB alat kontrasepsi, listerine obat kumur, dettol cair, madu, dragon, sari kurma, tetes mata, dan lain sebagainya 3. Etalase ketiga digunakan untuk menyimpan berbagai vitamin anak dan dewasa, obat pelancar haid, minyak kayu putih, obat jerawat, hand sanitizer, minyak zaitun. 4. Etalase keempat yang atas digunakan untuk menyimpan obat yang berbentuk sirup dan yang bawah digunakan untuk menyimpan alkes seperti: dot, empeng, cotton bud, kapas, kain kasa, alkohol, rivanol, masker, spuit, pispot 5. Etalase kelima yang atas digunakan untuk menyimpan vitamin anak yang berbentuk sirup, dan obat penambah darah yang berbentuk sirup, yang bawah untuk menyimpan minyak urut, bedak salicyl, sabun, dan lain sebagainya.
29 6. Etalase keenam digunakan untuk menyimpan obat keras yaitu obat generik dan obat paten, salep, tetes mata, tetes telinga, antibiotik bentuk sirup, dan lain sebagainya. 7. Etalase ketujuh digunakan untuk menyimpan obat generik, obat paten seperti spasminal, zoralin, rhemafar, Nacl, Ringer Laktat. 8. Meja racik digunakan untuk meracik obat. 9. Ruang Apoteker F. Kegiatan 1. Pergudangan Gudang di Apotek Arifah merupakan tempat untuk menyimpan obat-obatan yang sudah dibeli agar aman dan tidak mudah rusak. Sistem penyimpanan obat di Apotek Arifah disusun secara alfabetis berdasarkan sedian obat Penyimpanan. Dalam merancang susunan ruang penyimpanan obat di gudang farmasi, harus dipikirkan empat tempat penyimpanan obat yang berbeda, yaitu: a.Ruang penyimpanan biasa, ruang ini menyimpan sebagian besar persediaan barang di gudang farmasi, misalnya cairan, tablet, dan kapsul. b.Ruang penyimpanan narkotika. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, narkotika harus disimpan di lemari narkotika. c.Ruang penyimpanan temperatur dingin, apotek harus memiliki tempat pendingin yang dapat menyimpan semua obat yang membutuhkan pendinginan teratur, misalnya obat suntik, suppositoria, dan obat-obatan termolabil (pada suhu 2-8° C) Setidaknya berupa kulkas atau refrigerator, dan bila perlu untuk menyimpan untuk menyimpan pada suhu dibawah 0 C (freezer). d.Ruang penyimpanan barang berbahaya/bahan yang mudah terbakar. ruang ini harus memenuhi standar yang ditentukan bagian pemadam kebakaran. Ruang harus menghadap keluar bangunan, dan dapat dipakai pula untuk menyimpan bahan berbahaya, seperti bahan korosif, initiative, eksplosif beracun dan bahan berbahaya lainnya. Pengeluaran. Barang dikeluarkan dari gudang berdasarkan dari bagian penjualan karena stok yang telah habis. Barang yang harganya mahal, cepat rusak, dan jarang dipesan dokter/bidan dikeluarkan dari gudang dalam jumlah secukupnya. Sedangkan barang-barang
30 yang harganya tidak mahal dan sering ditulis dan dipesan oleh dokter/bidan dikeluarkan dari gudang dalam jumlah besar. 2. Distribusi Kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek Arifah antara lain adalah distribusi obat, yang meliputi penjualan obat bebas dan penjualan obat dengan resep dokter. a.Distribusi penjualan obat bebas. Penjualan obat bebas atau tanpa resep dokter dilakukan pada obat-obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, OWA, alat kontrasepsi, alat kesehatan, dan kosmetika. b.Distribusi penjualan obat dengan resep dokter. Resep yang masuk diperiksa kelengkapan dan ketersediaan obatnya oleh apoteker, kemudian dilayani lalu dibuatkan copy resep. Setelah diracik resep beserta obat diserahkan kembali kepada pasien disertai informasi mengenai penggunaan obat tersebut. 3. Administrasi laporan Bagian administrasi bertugas membuat laporan pembukuan harian dan diakumulasikan pada laporan pembukuan bulanan. Laporan pembukuan tersebut meliputi: a.Buku defekta. Buku ini digunakan untuk mencatat nama obat yang habis atau obat yang akan dipesan untuk stok apotek. b.Blanko surat pesanan. Berisi lembaran surat pesanan yang ditandatangani APA, yang tercantum antara lain tanggal pemesanan, nama PBF yang dituju, nama barang atau obat, kemasan, dosis, jumlah. harga, tanda tangan, pemasaran, dan stempel apotek. c.Buku penerimaan barang. Buku ini untuk mencatat penerimaan barang yang dilakukan setiap hari berdasarkan faktur dan tanda terima barang. Buku ini mencantumkan tanggal penerimaan, nama PBF, nomor faktur, barang yang diterima, nomor batch, jumlah barang. harga satuan, total harga, discount PPN. d.Kartu stock. Tiap barang berfungsi untuk mengetahui jumlah obat masuk, keluar maupun sisa Kartu stock mencantumkan nama barang. nama pabrik, kemasan, tanggal penerimaan, nama PBF dan nomor faktur, banyaknya obat, nomor batch, ED, harga, tanggal, jumlah pengeluaran, sisa yang ada di apotek. e.Buku penjualan dengan resep.
31 Buku ini digunakan untuk mencatat tanggal R/, nomor R/. jumlah harga, nama pasien dan dokter. f. Buku penjualan obat bebas (HV). Buku ini digunakan untuk mencatat jumlah, nama obat, harga penjualan obat bebas, jumlah total penjualan setiap hari. g.Buku penjualan obat generik. Buku ini mencatat jumlah obat generik yang dijual melalui resep dokter. h.Penjualan alat kesehatan. Penjualan dicatat pada buku tersendiri berisi nama alat kesehatan, jumlah, harga penjualan dan setiap harinya. i. Penjualan alat-alat laboratorium. Apotek Arifah juga menjual alat- alat laboratorium berupa masker, thermometer badan dan lain-lain. Penjualan dicatat dalam buku tersendiri yang berisi tanggal, nama barang, jumlah dan harga penjualan. j. Buku instansi harian. Mencatat faktur yang telah dibayar oleh apotek. Apotek menerima faktur asli disertai pajak setelah pembayaran. Faktur kemudian dicatat dalam buku kas dengan menuliskan tanggal, nomor tanggal penulisan faktur, tanggal penerimaan barang, nama PBF. nomor faktur, jumlah tagihan dan pengeluaran setiap hari dijumlah. k.Buku kas keluar. Mencantumkan tanggal, nomor, nama PBF, debet. kredit, total pembayaran. l. Neraca rugi laba. Berisi penjualan bruto, harga pokok penjualan laba bruto serta biaya pengeluaran. m. Neraca akhir tahun. Berisi kas, piutang lancar, inventaris hutang barang, hutang modal, dan modal akhir. n.Buku harga. Mencatat harga semua obat atau barang, sehingga mempermudah penjualan. 4. Penjualan Kegiatan penjualan di Apotek Arifah meliputi penjualan obat bebas, penjualan obat dengan resep dokter, alat kesehatan dan laboratorium. Pemberian harga obat dan peralatan farmasi di Apotek Arifah masih dilakukan oleh APA (Apoteker Pengelola Apotek), Rincian pemberian harga tersebut seperti dibawah ini: a.Harga obat dengan resep
32 Harga jual ((HNA+PPn) + jumlah barang)× 2.1 obat belakang, 1.1 Obat depan tuslah (tambahan pembayaran) b.Harga obat dan alkes Harga jual obat depan dan alkes (HNA+PPn) + 25% Harga jual obat belakang (HNA+PPn)+35% 5. Pelayanan Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Apotek Arifah dalam hal pelayanan meliputi, resep datang diperiksa. kelengkapan dan ketersediaan obatnya. Setelah diperiksa resep diberi harga kemudian diberitahukan kepada pasien apakah resep mau diambil semua atau sebagian. Setelah dibayar resep diberi nomor sesuai kandungan. Resep diracik dan dibuatkan copy resep, kemudian obat diserahkan kepada pasien beserta penjelasan aturan pakainya. 6. Perlengkapan Apotek Apotek harus mempunyai perlengkapan yang terdiri dari : a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan (alat-alat gelas, timbangan gram dan milligram dengan anak timbang yang sudah ditara, mortar, stamper dll). b. Perlengkapan dan penyimpanan perbekalan kesehatan di bagian farmasi (lemari dan rak obat, lemari narkotik dan psikotropik, lemari pendingin). c. Wadah pengemas dan pembungkus (etiket dan pembungkus untuk penyerahan obat). d. Perlengkapan administrasi (surat pesanan, kartu sock obat, salinan resep, faktur penjualan, surat pesanan narkotika - psikotropika, dan formulir laporan narkotikapsikotropika). e. Buku standar yang diwajibkan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. f. Buku wajib di Apotek seperti FI (Farmakope Indonesia, ISO (Informasi Spesialite Obat), PIO (Pelayanan Informasi Obat), OEN (Obat Esensial Nasional), IONI (Informasi Obat Nasional Indonesia) .
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Skrining Resep Apotek Definisi Resep dalam arti sempit adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter hewan atau dokter gigi kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Resep harus jelas dan lengkap, apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief, 2007). Menurut undang-undang yang diperbolehkan menulis resep adalah dokter umum, dokter hewan, dokter gigi, atau dokter spesialis. Bagi dokter spesialis tidak ada pembatasan jenis obat yang diberikan kepada pasien (Joenoes, 2001). Menurut KepMenkes No.73/MENKES/SK/1X/2019 standar pelayanan resep di apotek meliputi skrining resep dan penyiapan obat 1) Skrining resep meliputi 3 aspek, yaitu: a. Persyaratan administrasi meliputi nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama, unar, berat badan, alamat pasien, tanda tangan/paraf dokter, jenis obat, dosis, potensi indikasi, cara pemakaian, dan bentuk sediaan jelas. b. Kesesuaian farmasetis meliputi bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, stabilitas dan cara pemberian c. Kesesuaian klinis meliputi adanya efek samping, alergi, dosis dan lama pemberian. Jika resep tidak jelas langsung menghubungi dokter yang bersangkutan dan memberikan alternatif bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan langsung 2) Apoteker yang bertugas di Apotek harus memperhatikan dan menjalankan fungsi penyiapan dan penyerahan obat sebagai wujud tanggung jawab dalam melayani pasien. Adapun bentuk dari penyiapan obat meliputi: a. Peracikan Merupakan suatu kegiatan menimbang, mencampur, memasulan dalam wadah dan memberi etiket. Dalam peracikan obat harus sesuai prosedur tetap dengan mempertimbangkan dosis, jenis obat, dan penulisan etiket yang benar b. Penulisan etiket obat harus jelas dan dapat dibaca pasien.
34 c. Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dengan wadah yang sesuai agar terjaga stabilitasnya d. Penyerahan obat Sebelum penyerahan obat kepada pasien dilakukan pemeriksaan kembali kesesatan obat dengan resep Obat harus diserahkan apoteker dengan memberikan konseling kepada pasien. e. Informasi obat Apoteker wajib memberikan informasi obat kepada pasien dengan jelas. etis, dan mudah dimengerti. Informasi yang diberikan berupa kegunaan obat, cara penggunaan. cara penyimpanan jangka waktu pengobatan, dan makanan minuman yang harus dihindari (Dinkes, 2006). Manfaat siswa Praktik Kerja Lapangan di Apotek Arifah adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam hal penyediaan, pendistribusian. beserta pelayanan informasi kepada pasien. Perencanaan pengadaan obat di Apotek Arifah dilakukan dengan cara mengutamakan pengadaan untuk obat-obatan yang cepat laku, untuk itu dilakukan pemantauan melalui kartu stok serta ketersediaan barang secara cermat dan teliti. Pemeriksaan terhadap waktu kedaluwarsa lebih dahulu diusahakan keluar terlebih dahulu. B. Hasil Dan Pembahasan Selama proses praktik di Apotek Arifah peserta didik mendapatkan gambaran nyata bagaimana situasi dari pelayanan secara langsung, mulai dari proses pelayanan penjualan obat pelayanan resep pengadaan barang, penyimpanan barang, distribusi, dan penyerahan kepada pembeli. Apotek arifah adalah apotek di salah satu kabupaten Boyolali. Apotek ini mampu memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat luas dan sekitarnya. Praktik Kerja Lapangan merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka mensukseskan tujuan lembaga serta pelatihan untuk menciptakan lulusan yang berkompeten di bidang kefarmasian. Berdasarkan standar kompetensi Nasional bidang keahlian farmasi sebagai berikut: 1. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan Praktik melakukan atau mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, hanya mengisi pada kartu stok saja a. Buku de facto digunakan untuk mencatat barang yang kosong atau sisa stoknya tinggal sedikit.
35 b. Kartu stok digunakan untuk mencatat barang yang keluar yang ditulis per jenis obat. Obat yang paling sering keluar yaitu obat analgesik, anti diabetes, anti alergi, hipertensi, kolesterol, dan lambang. Penyetokan sering dilakukan pada pagi hari atau siang hari pada pergantian shift untuk mengetahui jumlah obat yang keluar pada hari sebelumnya. 2. Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Apotek arifah.
36 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Arifah mendapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Apotek Arifah merupakan Apotek yang didirikan oleh Evarini Kartikawati S.E pada tahun 2007. 2. Dari hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) di apotek Arifah kami sebagai penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa Praktik Kerja Lapangan int memberikan gambaran nyata bagi siswa-siswi untuk mengetahui penerapan ilmu yang didapat di dunia pendidikan untuk diterapkan dalam dunia usaha dan dunia Lapangan. 3. Praktik kerja Lapangan merupakan agenda rutin di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sambi sebagai salah satu syarat untuk kompetensi keahlian. 4. Apotek adalah penyediaan obat-obat yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan fungsi yang pertama ini seorang farmasis harus hadir dengan wajah yang sangat sosial penuh etika dan moral. 5. Tugas dan fungsi apotek: a. Tempat pengabdian tenaga farmasi b. Sarana farmasi yang melaksanakan perhatikan, penyerahan obat dan bahan obat. c. Sarana penyaluran informasi harus menyebarkan obat diperlukan secara meluas dan merata. 6. Sistem administrasi dan pelayanan di Apotek Arifah ini sangat baik. 7. Keberadaan Apotek Arifah sangat membantu masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan karena terdapat pada tempat yang strategis. B. Saran 1. Saran dari sekolah a. Diharapkan kegiatan seperti ini dapat berlangsung seterusnya guna dapat memberikan bekal tambahan bagi siswa siswi SMKN 1 SAMBI agar mampu
37 bersaing dalam dunia kerja dan mampu mencetak siswa-siswa yang profesional di bidang farmasi sehingga membawa nama baik sekolah. b. Adanya kerjasama yang baik antar sekolah dengan dunia kerja sehingga terjadi sinkronisasi materi yang diajarkan di sekolah dalam proses bimbingan di tempat praktik c. Pihak sekolah dapat memantau kegiatan siswa yang sedang melaksanakan Praktik Kerja Lapangan yang secara intensif sehingga segala kesulitan yang timbul dapat dipecahkan bersama. 2. Saran untuk Apotek a. Sebaiknya Apotek Arifah dalam penyimpanan dan penataan etalase belakang lebih diperhatikan dalam hal kebersihan. b. Apotek Arifah sudah sangat baik dalam hal pelayanan kesehatan, namun untuk penyimpanan stok obat sebaiknya disusun sesuai abjad. c. Meningkatkan kebersihan sehingga lebih terjamin keselamatan dan kenyamanan pasien dan pelanggan itu sendiri . d. Selalu menerapkan 5s ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun).
38 DAFTAR PUSTAKA Anief. 2003. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, 161-171. UGM Press, Yogyakarta. Anonim. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No 9. Lembaga Negara Republik Indonesia. Jakarta. Anonim. 1990. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim. 2009. Peraturan Pemerintahan No. 51 Tahun 2009. Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim. 2011. Peraturan Menteri No.889/Menkes/Per/V/2011. Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Berita Negara Republik Indonesia. Jakarta Anonim. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan No.679/MENKES/SK/V/2003. Tentang Peraturan Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
39 LAMPIRAN A. Etalase 1 B. Etalase 2
40 C. Etalase 3
41 D. Etalase 4
42 E. Etalase 5
43 F. Etalase 6
44 G. Etalase 7
45 H. Tempat Meracik Obat
46 I. Nota Apotek Arifah
47 J. Surat Pesanan Apotek Arifah
48 K. Surat Pesanan Mengandung Prekursor