PERKEMBANGAN ANAK
Makalah
Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pembimbing : Trio Ardhian, M.Pd
Disusun Oleh:
(Kelompok 2)
Anggota:
1. Asna Furaida (2021015038)
2. Nurul Nur Amelia (2021015253)
3. Risky Putri Hapsari (2021015046)
4. Umi Wardatun Jannah (2021015037)
Semester : 2
Kelas : 2A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perkembangan Anak Usia
Dini, Sekolah Dasar, dan Menengah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Trio Adrian M.Pd bidang studi Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan anak bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Trio Adrian M.Pd selaku dosen
bidang studi Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 16 Maret 2022
Penulis
ii
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULIAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... iv
B. Rumusan Masalah................................................................................................. iv
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. v
D. Manfaat .................................................................................................................. v
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah .............................................................. 1
1. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Fisik.................................................... 2
2. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Kognitif .............................................. 4
3. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Sosial.................................................. 6
4. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Kepribadian........................................ 8
B. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar.......................................................... 9
1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Fisik................................................ 10
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Kognitif ......................................... 11
3. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Sosial............................................. 12
4. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Kepribadian................................... 13
C. Perkembangan Anak Usia Menengah................................................................. 13
1. Perkembangan Anak Usia Menengah Fisik ...................................................... 14
2. Perkembangan Anak Usia Menengah Kognitif ................................................ 14
3. Perkembangan Anak Usia Menengah Sosial .................................................... 15
4. Perkembangan Anak Usia Menengah Kepribadian .......................................... 16
D. Aplikasi Teori Perkembangan dalam Dunia Pendidikan ................................. 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 20
B. Saran ...................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Santrock (1995, 2007) perkembangan adalah pola perubahan yang
dimulai sejak pembuahan dan terus berlanjut di sepanjang rentang kehidupan individu.
Sebagian besar perkembangan melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan
kemunduran/ penuaan. Senada dengan Santrock, Hurlock (1980) mengemukakan bahwa
perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman/ belajar.
Monks, Knoers, dan Haditono (2001) menyebutkan bahwa perkembangan
merupakan proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi. Pengertian lebih tinggi berarti bahwa tingkah laku tadi
mempunyai lebih banyak diferensi, yaitu tingkah laku tersebut tidak hanya luas
melainkan juga mengandung kemungkinan yang lebih banyak. Pengertian organisasi atau
struktur berarti bahwa di antara tingkah laku tadi ada saling hubungan yang bersifat khas
dan menunjukkan kekhususan seseorang pada suatu tingkat umur tertentu. Selanjutnya
Monks mengemukakan bahwa perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang
dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah
laku apa yang menjadi actual dan terwujud.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis mencoba untuk
menjabarkan beberapa hal yang berkaitan dengan psikologi pendidikan mengenai
psikologi pendidikan tentang perkembangan anak, diantaranya perkembangan anak usia
pra sekolah, perkembangan anak usia sekolah dasar, perkembangan anak usia menengah
(fisik, kognitif, social, dan kepribadian), serta aplikasi teori perkembangan dalam dunia
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan anak usia pra sekolah fisik, kognitif, social, dan
kepribadian?
2. Bagaimana perkembangan anak usia sekolah dasar fisik, kognitif, social, dan
kepribadian?
3. Bagaimana perkembangan anak usia menengah fisik, kognitif, social, dan
kepribadian?
iv
4. Apa saja aplikasi teori perkembangan dalam dunia Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan bagaimana perkembangan anak usia pra sekolah fisik, kognitif,
social, dan kepribadian.
2. Untuk menjelaskan bagaimana perkembangan anak usia sekolah dasar fisik,
kognitif, social, dan kepribadian.
3. Untuk menjelaskan bagaimana perkembangan anak usia menengah fisik, kognitif,
social, dan kepribadian.
4. Untuk menjelaskan tentang aplikasi teori perkembangan dalam dunia Pendidikan.
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai
perkembangan anak usia pra sekolah fisik.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai
perkembangan anak usia pra sekolah kognitif
3. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai
perkembangan anak usia pra sekolah sosial.
4. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai
perkembangan anak usia pra sekolah kepribadian.
5. Memahami tentang perkembangan anak usia sekolah dasar fisik.
6. Memahami tentang perkembangan anak usia sekolah dasar kognitif.
7. Memahami tentang perkembangan anak usia sekolah dasar sosial
8. Memahami tentang perkembangan anak usia sekolah dasar kepribadian.
9. Memahami tentang perkembangan anak usia menengah fisik.
10. Memahami tentang perkembangan anak usia menengah kognitif.
11. Memahami tentang perkembangan anak usia menengah sosial.
12. Memahami tentang perkembangan anak usia menengah kepribadian.
13. Memahami tentang teori aplikasi perkembangan anak dalam dunia Pendidikan.
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat
kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material,
melainkan pada segi fungsional. Menurut Yusuf Syamsudin (2001: 15), perkembangan
adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme yang menuju
tingkat kedewasaan atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara
sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis.
Hurlock menyatakan perkembangan sebagai rentanan perubahan progresif yang
kejadiannya sebagai dampak dari aktivitas kematangan dan pengalaman. Daele
sebagaimana dikutip Hurlock menyatakan “perkembangan berarti perubahan secara
kualitatif.” Perkembangan termasuk di antara perubahan organisme ke arah kematangan
dan lazimnya tidak bisa diukur oleh alat pengukur. Misalnya pematangan sel ovum
(wanita) dan sperma (laki-laki) atau pendewasaan hormone-hormon pada tubuh.
Adapun menurut Oemar Hamalik (2004: 84), perkembangan merujuk kepada
perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik
melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi. Dengan demikian
kita dapat mengartikan bahwa perkembangan merupakan perubahan yang bersifat
kualitatif daripada fungsi-fungsinya. Dikatakan sebagai perubahan fungsi-fungsi in,i
karena perubahan ini disebabkan oleh adanya perubahan pertumbuhan material yang
memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu disebabkan oleh perubahan
perubahan tingkah laku.
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan itu sebagai
berikut:
a. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling keberuntungan
atau salin memengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan
merupakan satu kesatuan yang harmonis.
b. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam
(meluas), baik secara kuantitatif (fisik) dan kualitatif (psikis).
1
c. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berulang secara beraturan atau berurutan. Tidak terjadi secara kebtulan atau loncat-
loncat.
Dapat disimpulakan, bahwa perkembangan merupakan perubahan yang bersifat
kualitatif dariapada fungsi-fungsi. Dikatakan sebagai perubahan fungsi-fungsi ini, karena
perubahan ini disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan
adanya fungsi itu. Disamping itu, disebabkan oleh perubahan-perubahan tingkah laku.
Dari sini kita dapat merumuskan pengertian perkembangan pribadi, yaitu suatu
perubahan kulaitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
1. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Fisik
Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan
perkembangannya berikutnya. Ketika fisik berkembang dengan baik memungkinkan
anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi
lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang lain. Perkembangan fisik anak
ditandai juga dengan berkembangnya perkembangan motorik. Perkembangan
motoric menurut para ahli:
a. Hurlock
Hurlock berpendapat bahwa motoric ialah suatu perkembangan pengendalian
atas tubuh yang dilakukan oleh saraf, otot yang terkoordinasi dengan urat saraf.
Lebih jelasnya, Hurlock berpendapat bahwa motoric adalah suatu
perkembangan dalam pengendalian tubuh yang dilakukan oleh saraf-saraf yang
saling berkoordinasi.
b. Zukifli
Menurut Zukifli di dalam buku Samsudin menjelaskan, bahwa yang dimaksud
dengan motoric adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-
gerakan tubuh yang di dalamnya terdapat tiga unsur yang menentukannya, yaitu
otot, saraf, dan otak.
c. Wiliam dan Monsama
Menurut Wiliam dan Monsama, motoric dapat didefinisikan menjadi suatu
gerakan yang meggunakan otot kecil atau besar.
2
d. Sukintaka
Sukintaka berpendapat bahwa perkembangan motoric merupakan suatu gerakan
yang berkualitas yang dilahirkan oleh individu, gerakan yang baik dilakukan
pada saat berolahraga maupun gerakan yang dilakukan sehari-hari. Semakin
bagus perkembangan motoric seseorang, maka daya kerja seseorang tersebut
menjadi semakin bagus atau sebaliknya.
e. Oxendine
Menurut Oxendine pada buku Setyo Nugroho ia mendefinisikan kemampuan
motoric ialah suatu keterampilan yang mengarahkan manusia untuk
menggerakkan tubuh manusia tersebut. Faktor biologis ialah faktor yang utama
berperan pada perkembangan dasar motoric manusia.
f. Sukandiyanto
Sukandiyanto mendefinisikan keterampilan motoric ialah suatu kemampuan
seseorang yang dapat membuat gerakan dasar sampai ke gerakan yang lebih
kompleks. Beberapa keterampilan motoric yaitu seperti otomatik, akurat, dan
cepat. Setiap gerakan yang terlatih merupakan rangkaian yang terkoordinasi
oleh ratusan otot-otot yang kompleks yang harus memiliki isyarat gerakkan
yang saling berkoneksi antar gerakan.
Perkembangan motoric merupakan proses yang di mana seseorang
berkembang melalui respons yang menghasilkan suatu gerakan yang berkoordinasi,
terorganisasi, dan terpandu. Maka keterampilan motoric dapat dilihat sebagai
landasan seseorang berhasil dalam melakukan keterampialn motoric. Motoric terbagi
menjadi dua macam, yaitu motoric halus dan motoric kasar. Motoric kasar yaitu
gerakan yang menggunakan otot besar dan membutuhkan banyak tenaga seperti,
berlari, berjalan, dan melakukan lompatan. Sementara motoric halus yaitu suatu
gerakan tubuh yang menggunakan otot kecil, dan memerlukan konsentrasi antara
mata dan tangan, seperti melipat, menggunting dan meronce.
Prinsip-prinsip penting dalam perkembangan fisik motorik, sebagai berikut:
a. Kematangan. Anak yang memiliki kematangan saraf yang baik, akan
menghasilkan sebuah gerakan yang baik.
3
b. Urutan. Dalam hal perkembangan motoric, urutan gerakan haruslah menjadi hal
yang penting untuk disadari, misalnya menyadari gerakan yang belum terarah,
sampai kepada gerakan yang kompleks yang dikontrol oleh anak.
c. Motivasi. Dalam melakukan sebuah perkembangan dalam diri anak, diperlukan
motivasi yang kuat dari dalam diri, dan orang tua ataupun lingkungan anak,
karena motivasi bisa membuat anak lebih percaya diri dan lebih yakin dengan
gerakan yang ia lakukan.
d. Pengalaman. Anak perlu diberikan latihan untuk mengembangkan gerakan
tersebut, latihan yang diperlukan oleh anak yaitu latihan yang membangkitkan
rasa senang dalam melakukan gerakan tersebut.
e. Praktik. Segala gerakan anak haruslah dipraktikkan dan diperlihatkan agar guru
atau orang tua dapat membimbing dalam pengembangan motoric anak.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik motorik pada dasarnya
merupakan kegiatan yang mengaktualisasikan seluruh potensi anak berupa sikap,
tindak, dan karya. Oleh karena itu, keterampilan motorik sebagai bagian dari
pendidikan terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak secara menyeluruh.
2. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Kognitif
1) Teori Lev Vygotsky
Teori Vygotsky memfokuskan pada perkembangan kognitif anak dapat
berkembang melalui komunikasi sosial. Vygotsky mendeskripsikan
perkembangan anak merupakan sebuah aspek yang tak bisa pisah dari aktivitas
sosial dan budaya. Vygotsky menerangkan, perkembangan kognitif anak sangat
dipengaruhi dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih dewasa dan
sebayanya. Melalui interaksi tersebut, anak dapat dapat belajar memakai
perangkat yang dapat membantu siswa untuk berhasil beradaptasi di dalam
budaya mereka.
2) Teori Jean Piaget
Piaget memaparkan tentang anak memiliki peran aktif dalam perkembangan
anak itu sendiri dan anak-anak secara progresif mengembangkan representasi-
representasi mental atas dunia yang lebih rinci dan canggih yang disebut skema,
berdasarkan Tindakan-tindakan mereka sendiri pada lingkungan dan
4
konsekuensi Tindakan-tindakan tersebut. Paiget memercayai perkembangan
kognitif anak akan berkembang sesuai dengan tahapannya ataupun fase-fasenya
sehingga mencapai perkembangan yang kompleks.
3) Teori Jerome Bruner
Jerome Bruner mengatakan perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui
tiga fase atau tahapan, yaitu:
a. Tahap enaktif yakni seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya
untuk memahami lingkungan sekitarnya. Pada tahap ini peserta didik
melakukan pembelajaran secara nyata, tanpa melibatkan imajinasi ataupun
kata-katanya, sehingga anak mampu memahami suatu hal secara langsung.
b. Tahap ikonik yakni seseorang memahami objek-objek atau dunianya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Di mana peserta didik
melakukan suatu kegiatan terhadap yang realitas, akan tetapi tahap ini tidak
membuat anak mengalami secara langsung, namun anak melakukannya
dengan suatu gambar contoh dari kegiatan ini seperti belajar pada alam
nyata, atau karyawisata tahap simbolik, merupakan tahapan di mana peserta
didik sudah mampu untuk menganalisis dan menafsirkan suatu kejadian
yang didalamnya.
c. Tahap simbolik yakni seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
dalam berbahasa dan logika.
4) Teori David Ausubel
Teori belajar Ausubel biasa disebut dengan teori belajar bermakna
(meaningfull learning). Maka dari itu, agar tercapainya pembelajaran bermakna
tersebut, seorang guru atau pendidik perlu adanya membuat sebuah perancangan
pembelajaran serta mengonsepkan keahlian dari peserta didik supaya dapat
memadukan suatu ahlian yang baru. Adapun ciri=ciri teori belajar menurut
David Ausubel ini adalah:
a. Adanya hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki anak dan
pengetahuan yang baru. Struktur pengetahuan ide, gagasan yang telah
dimiliki merupakan modal belajar anak. Oleh sebab itu guru harus mempu
5
menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki anak dan apa yang akan
dipelajari anak.
b. Anak memiliki kebebasan denga napa yang dipelajari. Setiap anak memiliki
kemampuan dan kemauan yang berbeda-beda. Sehingga konsekuensi cara
belajarnya juga harus berbeda-beda, dan guru berperan sebagai orang yang
membantu dalam mengembangkan bakat anak tersebut.
c. Kegiatan pembelajaran memungkinkan anak untuk menarik atau Menyusun
pemahaman mereka sendiri, otak anak haruslah distimulasi agar dapat
berkembang.
Dapat disimpulkan, bahwa perkembangan kognitif adalah bagaimana anak
mampu mencari tahu, berpikir, dan mengeksplorasi sesuatu. Ini adalah
perkembangan aspek-aspek penting pada anak, seperti pengetahuan,
kemampuan, mengatasi masalah, dan watak yang akan membantu mereka untuk
berpikir dan memahami dunia disekitar mereka.
5
2
3. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Sosial
Perkembangan sosial emosional semakin dipahami sebagai sebuah krisis
dalam perkembangan anak. Seiring dengan pertumbuhan anak, perkembangan
emosionalnya juga akan menjadi semakin kompleks tergantung dengan yang
didapatkannya. Karena itulah, mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi
akan menjadi hal yang sangat penting untuk Kesehatan mental anak.
Dari masa perkembangan awal, bayi menunjukkan rasa aman dalam
keluarganya apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungan. Ketika bayi tidak
dapat kesempatan untuk bereksplorasi, bayi tidak memiliki kesempatan untuk
belajar. Proses belajar pada masa inilah yang memengaruhi perkembangan pada
tahapan selanjutnya (Briggs, 2012). Masa perkembangan bayi hingga memasuki
sekolah dasar menjadi “fondasi” belajar yang kuat bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan sosial emosinya menjadi lebih sehat dan anak siap menghadapi tahapan
perkembangan selanjutnya yang lebih rumit.
American Academy of Pediatrics (2012) menyatakan bahwa perkembangan
sosial emosi mengacu pada kemampuan anak untuk:
a) Memiliki pengetahuan dalam mengelola dan mengeksoresikan emosi secara
lengkap baik emosi positif maupun emosi negative.
6
b) Mampu menjalin hubungan dengan anak-anak lain dan orang dewasa
disekitarnya.
c) Secara aktif mengeksplorasi lingkungan melalui belajar.
Usia dini disebut juga sebagai tahap perkembangan kritis atau usia emas
(golden age). Pada tahap ini Sebagian besar jaringan sel-sel otak berfungsi sebagai
pengendali setiap aktivitas dan kualitas manusia. Anak mulai mengembangkan
kemampuan motoric indrawi, visual dan auditori yang distimulasi melalui
lingkungan sekitarnya (Schunk, 2012).
Tahapan perkembangan sosial anak usia dini merupakan perkembangan
tingkah laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan
yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial
merupakan proses belajar anak dalam menyelesaikan diri dengan norma, moral dan
tradisi dalam sebuah kelompok (Yusuf dalam Yahro, 2009). Awal perkembangan
sosial pada anak tumbuh dari hubungan anak dengan orang tua atau pengasuh
dirumah terutama anggota keluarganya. Tanpa disadari anak mulai belajar
berinteraksi dengan orang diluar dirinya sendiri yaitu dengan orang-orang
disekitarnya. Interaksi sosial kemudian diperluas, tidak hanya dengan keluarga
dalam rumah namun dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau
norma dalam masyarakat.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial atau norma dalam masyarakat. Perkembangan sosial anak diperoleh selain dari
proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah
laku. Anak usia 7 tahun perkembangan sosial sudah mulai berjalan. Tanda-tanda
perkembangan pada tahap ini adalah:
1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun
dalam lingkungan bermain,
2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan,
3) Anak mulai menyadari haka tau kepentingan orang lain,
4) Anak mulai dapat bermain Bersama anak-anak lain, atau teman sebaya.
7
Begitu pentingnya perkembangan sosial hingga Sri Esti (Yahro, 2009) 7
mengatakan dalam buku psikologi Pendidikan bahwa anak yang kurang popular
adalah anak yang kurang memiliki keterampilan sosial. Perkembangan sosial dapat 2
ditetapkan dalam beberapa aspek, Konstelink, Soderman, dan Waren (Yahro, 2009)
menyebutkan bahwa perkembangan sosial meliputi kompetensi sosial dan tanggung
jawab sosial. Kompetensi sosial menggambarkan keefektifan kemampuan anak
dalam beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Sedangkan tanggung jawab sosial
menunjukkan komitmen anak terhadap tugasnya, menghargai perbedaan individual,
memperhatikan lingkungannya dan mampu menjalankan fungsinya.
Dapat disimpulkan, bahwa perkembangan sosial adalah pada dasarnya
sosialisasi atau bersosialisasi, dan atau berinteraksi sosial dengan lingkungan
sosialnya maupun dalam lingkungan keluarga tersebut akan mengenalkan kepada
anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial atau norma yang ada dimasyarakat.
Dapat dinyatakan bahwa perkembangan social dapat berarti pula proses belajar anak
dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi yang
saling menyatu, saling berkomunikasi, dan bekerja sama.
4. Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Kepribadian
Perkembangan kepribadian dilihat dari pada saat masa bayi karena orang tua
merupakan dunia sosial bagi anak-anak. Maka bagimana perlakuan perasaan mereka
kepada anak-anak dan bagaiamana perlakuan mereka merupakan faktor penting
dalam pembentukan konsep diri yaitu inti pola kepribadian (Hurlock, 1980).
Perkembangan kepribadian terdiri dari perkembangan psikososial,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan mental.
1) Perkembangan Psikososial
Supartini (2004) mengatakan masalah psikososial, merupakan krisis yang
dihadapi anak pada usia 3 dan 6 tahun di sebut “inisiatif versus rasa bersalah”.
Orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga, perkembangan inisiatif
diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya.
Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada
disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada
anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas
perkembangan yang tidak tercapai.
8
2) Perkembangan Psikoseksual
Anak prasekolah termasuk pada tahap falik, selama fase ini genetalia menjadi
area menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajarinya adanya
perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya
perbedaan alat kelamin. Seringkali anak perasan dengan pernyataan yang
diajukannya berkaitan dengan perbedaan ini.
3) Perkembangan Moral
Pada perkembangan kognitif salah satu tugas yang berhubungan dengan periode
prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat
fase preconventional pada tahapan ini anak belajar baik dan buruk, atau benar
dan salah melalui budaya sebagai dasar dalam peletakan nilai moral. Ada 3
tahapan yaitu :
a. Tahap satu disadari oleh adanya rasa egosentris pada anak yaitu rasa cinta
dan kasih sayang akan menolong memahami tentang kebaikan dan
sebaliknya ekspresi kurang perhatian bahkan membencinya akan membuat
mereka mengenal keburukan.
b. Tahap dua, yaitu orentasi hukuman dan ketaatan baik buruk sebagai
konsekuensi dan tindakan.
c. Tahap tiga yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai
suatu kebaikan. Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan
mereka sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa, perkembangan anak usia pra sekolan kepribadian
adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan
bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga
merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai. Dalam perkembangan
psikososial anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan
laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin.
B. PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas tahun
dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik
kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak usia sekolah dapat
diartikan sebagai anak yang berada dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai
9
memiliki lingkungan lain selain keluarga (Supraptini, 2004). Anak usia sekolah biasa
disebut anak usia pertengahan. Periode usia tengah merupakan periode usia 6-12 tahun
(Santrock, 2008). anak-anak dalam usia sekolah dinilai sudah mampu untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai sosial. Anak usia sekolah menurut Erikson Wong
(2009) berada dalam fase industri. Anak mulai mengarahkan energi untuk meningkatkan
pengetahuan dari kemampuan yang ada (Santrock, 2008). Anak belajar berkompetisi dan
bekerja sama dari aturan yang diberikan. anak-anak dalam usia sekolah dinilai sudah
mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai sosial. Anak usia sekolah menurut
Erikson Wong (2009) berada dalam fase industri. Anak mulai mengarahkan energi untuk
meningkatkan pengetahuan dari kemampuan yang ada (Santrock, 2008). Anak belajar
berkompetisi dan bekerja sama dari aturan yang diberikan.
Dapat disimpulkan, bahwa mereka yang berussia 6-12 tahun atau yang biasa
disebut dngan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring
dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasai semakin beragam.
1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Fisik-Motorik
Seiring dengan pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Perkembangan fisik
yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Sesuai dengan perkembangan
fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan,
maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara fungsional.
Upaya-upaya sekolah untuk memfasilitasi perkembangan fisik-motorik secara
fungsional tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a) Sekolah merancang pelajaran keterampilan yang bermanfaat bagi perkembangan
atau kehidupan anak seperti mengetik, menjahit, merupa, atau kerajinan tangan
lainnya.
b) Sekolah memberikan pelajaran senam atau olahraga kepada para siswa, yang
sejenisnya disesuaikan dengan usia siswa
c) Sekolah perlu merekrut (mengangkat) guru-guru yang memiliki keahlian dalam
d) Sekolah menyediakan sarana untuk keberlangsungan penyelenggaraan pelajaran
tersebut
10
iii
Menurut Hurlock (1978) pencapaian kemampuan-kemampuan tersebut
kemudian mengarah pada pembentukan keterampilan (skill). Keterampilan yang
dipelajari dengan baik akhirnya akan menimbulkan kebiasaan. Perkembangan
psikomotorik berhubungan erat dengan perilaku individu.
Dapat disimpulkan bahwa, otak mempunyai pengaruh yang sangat menetukan
bagi perkembangan aspek-aspek individu lainnya, baik keterampilan motorik,
intelektual, emosional, sosial, moral, maupun kepribadian.
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Kognitif
Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif pada hakekatnya adalah
perkembangan kemampuan penalaran logis. Baginya, berpikir dalam proses kognitif
tersebut lebih penting daripada sekedar mengerti. Peserta didik mulai berpikir secara
hipotesis dalam menyelesaikan masalah yaitu mencari sumber permasalahan,
mengkaji dan mencari alternative pemecahannya. Sistem persekolahan dan keadaan
social ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada perkembangan kognitif
anak didik.
Adapun karakteristik perkembangan intelektual pada usia sekolah, yaitu:
a) Anak SD sudah mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas
belajar yang menuntut kemampuan kognitif (CALISTUNG).
b) Anak SD sudah mulai berpikir konkret dan rasional (AUD: berpikirnya masih
imajinatif/angan-angan saja/khayal).
c) Tanda-tanda anak SD berpikir konkret: mengelompokkan benda berdasar ciri yg
sama, menyusun/mengasosiasikan angka-angka bilangan, dan memecahkan
masalah sederhana.
d) Untuk mengembangkan daya kreativitasnya, maka perlu diberi peluang
bertanya/berpendapat.
e) Upaya sekolah untuk memfasilitasinya adalah menyelenggarakan kegiatan
kompetisi bagi siswa terkait perkembangan kognitif, misal: cerdas-cermat,
mengarang, menggambar, menulis puisi, dll.
f) Pengembangan intelektual siswa.
g) Mengasah ketajaman pancaindra untuk menerima masukan dari luar
(information gathering).
h) Mengarahkan persepsi dan perhatian untuk menjaring informasi.
11
iii
i) Mengevaluasi, melakukan penilaian (evaluation).
j) Mengabstraksi, restrukturalisasi, membuat ringkasan (integrating).
k) Menyimpulkan, menduga, elaborasi (generating).
l) Identifikasi ciri penting (analyzing).
m) Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan (organizing).
n) Mengingat dengan berbagai cara (remembering).
Dapat disimpulkan bahwa kognitif mempunyai peranan penting bagi
keberhasilan anak dalam belajar karena Sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu
berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif
dimaksudkan agar anak dapat melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui
panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak
dapat melangsungkan hidupnya.
3. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral agama.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.
a) Perkembangan sosial pada anak usia SD ditandai adanya perluasan hubungan
(teman atau group).
b) Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri kepada
teman/lingkungannya.
c) Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan diri dengan
teman/lingkungan
d) Sekolah harus bisa memfasilitasi perkembangan sosial dengan cara memberikan
tugas-tugas kelompok (baik tugas fisik maupun nonfisik).
e) Melalui tugas kelompok tanamkan sikap bekerja sama, saling menghormati
pendapat teman, tenggang rasa, dan bertanggung jawab.
Dapat disimpulkan bahwa, perkembangan social merupakan perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan social yang merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan social, baik dalam tatanan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
12
iii
4. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Kepribadian
Perkembangan kepribadian dari seorang anak perlu perhatian khusus baik itu
dari orang tua dan guru. Hurlock (1978) diterjemahkan Tjandrasa (1992:202) setiap
sikap yang dimiliki oleh orang tua akan sangat mempengaruhi perkembangan dari
anaknya karena terdapat perlakuan yang sudah dijadikan sebagai patokan dalam
mendidik seorang anak.
Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa (Psikologi Praktis: Anak Remaja dan
Keluarga) mengemukakan bahwa orang tua perlu mengembangkan dan
membangkitkan aspirasi dan ambisi untuk berprestasi.Sehingga dengan adanya
penelitian observasi ini diharapkan bisa mengetahui perkembangan kepribadian
peserta didik baik itu dari segi fisik, emosional, psikis, kognitif, akademik, dan
lainlain. Karena pada dasarnya perkembangan pada masa anak-anak sangat menarik
untuk bisa dipahami oleh orang dewasa. Anak-anak masih sangat polos bahkan
dalam kesehariannya mereka sangat bersemangat dalam belajar dan bermain. Oleh
sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
kepribadian anak SD yang memiliki berbagai karakteristik. Dari fisik mereka pun
terlihat perbedaan yang sangat jelas, namun perlu diketahui juga kepribadian mereka
yang berasal dari internal.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian kepribadian adalah satu kesatuan yang
membimbing individu dalam menyesuaikan diri pada lingkungan social maupun
lingkungan fisik dengan mencakup secara keseluruhan dan pikiran, perasaan, dan
perilaku dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar.
C. PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan siswa, dan merupakan masa tradisi yang diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka dalam Pikunas, 1976
Kaczam dan Riva, 1996).
Dititik dari segi usia, siswa SLTP (SMP dan MTS) dan SLTA termasuk
fase atau masa remaja. Fase remaja merupaka salah satu periode dalam
rentang kehidupan siswa.
Menurut Konopka (Pikunas, 1976) fase ini meliput:
1. Remaja awal : 12-15 tahun
2. Remaja madya : 15-18 tahun
13
2
3. Remaja akhir : 19-22 tahun
Jika dilihat dari klarifikasi usia tersebut, maka siswa sekolah menengah termasuk
kedalam Kategori awal dan madya. Untuk memahami lebih lanjut tentang remaja, pada
uraian berikut dapat dipaparkan mengenai karakteristik aspek-aspek perkembangannya.
Dapat disimpulkan bahwa, anak usia sekolah menengah bertepatan pada usia
remaja yang berkembang menuju dewasa. Saat ini anak usia sekolah menengah
merupakan waktu untuk mencari jati diri.
1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Fisik
Menurut Sri Rumini, masa perkembangana anak usia menengah ini juga
ditandai dengan adanya perkembangan fisik, yang dalam perkembangan fisik pada
masa remaja ini terbilang pesat diantara tahap-tahap perkembangan manusia. Selain
perubahan-perubahan fisik, remaja ini juga akan mengalami perubahan secara
psikologis.
Fase remaja ini merupakan masa terjadinya banjir hormone, yaitu zat-zat kimia
yang sangat kuat, yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endoktrin dan dibawa
keseluruh tubuh oleh aliran darah. Konsentrasi hormon-hormon tertentu meningkat
secara dramatis selama masa remaja, seperti hormon testosterone dam estradiol.
Dapat disimpulkan, bahwa perkembangan anak usia menengah merupakan
masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa. Pada umumnya masa ini dianggap
mulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat anak mencapai usia
matang secara hukum.
2. Perkembangan Anak Usia Menengah Kognitif
Piaget mengemukakan, perkembangan kognitif pada hakekatnya adalah
perkembangan kemampuan pelarian logis. Baginya, berfikir dalam proses kognitif
tersebut lebih penting dari pada sekedar mengerti. Pada masa remaja, peserta didik
mulai mengembangkan cara berfikirnya.
Masa remaja sudah mencapai masa perkembangan berpikir operional formal.
Tahap ini ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak (seperti memecahkan
persamaan aljabar), idealistik (seperti berfikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang
lain dan masyarakat) dan logis (seperti menyusun rencana untuk memecahkan
masalah). Pada masa ini terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang
14
iii
berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan
perencanaan dan pengambilan keputusan.
Faktor-faktor yang memengaruhi intelektual seseorang adalah ;
1) Bertambahnya informasi yang disampaikan dalam otak seseorang sehingga
mampu berfikir reflektif.
2) Banyak pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga
seseorang dapat berfikir proporsional.
3) Adanya kebebasan berfikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam
penyusunan hipotensis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara
keseluruhan dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik
kesimpulan yang baru dan benar.
Dapat disimpulkan bahwa, perkembangan kognitif pada anak nusia menengah
adalah suatu perubahan dimana perubahan itu terjadi pada kemnampuan mental
seperti belajar, memori, menalar, nerpikir, dan Bahasa. Pada masa remaja
perkembangan kognitifnya, remaja sudah mulai memikirkan apa yang akan terjadi
nantinya Ketika melakukan sesuatu.
3. Perkembangan Anak Usia Menengah Sosial
Luksin Pikunas (1976;257-259) mengemukakan pendapat MeCandles dan
Evans yang berpendapat bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginannya untuk
tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang
dewasa dan budaya.
Pada masa ini perkembangan sosial cognition, yaitu kemampuan memahami
orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial
dengan teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap
conformity (konformitas), yaitu kecenderungan untuk meniru, mengikuti, opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain.
Perkembangan konfomitas ini dapat berdampak postif atau negative bagi remaja
sendiri, tergantung kepada siapa ataunkelompok mana dia melakukan
konformitasnya.
Dapat disimpulkan bahwa, perkembangan social anak usia menengah adalah
bagaimana anak usia menengah berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa,
dan masyarakat luas agar dapat meneysuaikan diri dengan baik.
15
iii
4. Perkembangan anak usia menengah kepribadian
Elizabeth. B. Hurlock mengemukakan bahwa anak sekolah menengah atas
sudah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Dan laki-laki
biasanya lebih sungguh-sungguh dalam pekerjaan disbanding dengan anak
perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
Apabila remaja berasal memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan
social, dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati
dirinya, dalam arti dia akan memiliki keprribadian yang sehat. Sebaliknya apabila
gagal, maka dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion) sehingga
cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat.
Dapat disimpulkan, bahwa kemampuan kognitif pada perkembangan anak usia
menengah kepribadian akan memudahkan anak dalam menguasai pengetahuan
umum lainnya sehingga ia dapat menjalankan fungsinya dalam interaksi
bermasyarakat secara luas. Perilaku kognitif tertuang dalam proses bagaimana
individu mengenal lingkungannya dan menjadikannya sebagai pembendaharaan
psikis yang diperlukan dalam mengkondisikan hidup yang bermakna dan efektif.
D. APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Perkembangan adalah tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam
rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek
yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut. Sedangkan menurut Santrok dan
Yussen (dalam Mulyani Sumantri), perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan
yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlagsung terus selama siklus kehidupan.
Salah satu aspek yang mengalami perkembangan manusia adalah kognitif.
Salah satu perkembangan yang akan dialami oleh anak adalah perkembangan
kognitif. Pendekatan perkembangan kognitif ini didasarkan kepada asumsi atau
keyakinan-keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu fundamental dan
yang membimbing tingkah laku anak.
1. Teori Sigmund Freud
Menurut teori perkembangan psikoseksual yang digagas oleh Sigmund Freud,
diyakini bahwa pengalaman di masa kecil dan hasrat alam bawah sadar berpengaruh
terhadap perilaku seseorang. Menurut Freud, konflik yang terjadi pada tahapan-
tahapan itu akan berpengaruh hingga jauh ke depan.Lebih jauh lagi, teori
perkembangan anak versi Freud ini menyatakan bahwa pada setiap usia anak, titik
16
2
hawa nafsu atau libido juga akan berbeda. Contohnya mulai usia 3-5 tahun, anak
mengenali identitas seksualnya. Kemudian pada usia 5 tahun hingga pubertas, akan
masuk tahapan laten dengan belajar seputar seksualitas.Jika anak tidak berhasil
menuntaskan tahapan ini, maka bisa berpengaruh terhadap karakternya saat dewasa
kelak. Selain itu, Freud juga menyebut bahwa sifat seseorang sangat ditentukan pada
apa yang dialaminya sejak usia 5 tahun.
2. Teori Erik Erikson
Teori psikososial datang dari Erik Erikson dan hingga kini termasuk yang paling
populer. Dalam teorinya, terdapat 8 tahapan perkembangan psikososial seseorang
yang fokus pada interaksi sosial dan konflik.Jika teori Freud fokus pada aspek
seksual, menurut Erikson justru interaksi sosial dan pengalaman yang menjadi
penentu. Kedelapan tahapan perkembangan anak ini menjelaskan proses sejak bayi
hingga meninggal dunia. Konflik yang dihadapi pada tiap tahapannya akan
berpengaruh pada karakternya saat dewasa. Setiap krisis bisa menjadi titik balik
perubahan sikap seseorang, atau biasa disebut dengan troubled inner child. Dengan
pemberian pengetahuan terkait psikis anak, para pendidik dapat mempelajari
ide/teori yang digagas oleh Eric Ericson. Pada dasar teori ini adalah sebuah konsep
yang memiliki tingkatan. Ada Delapan tingkat yang menjadi bagian dari teori
psikososial Ericson.
3. Teori Jean Piaget
Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki
kemampuan tertentu untuk mengahadapi objek-objek yang ada di sekitarnya. Dalam
memahami dunia mereka secara aktif, equilibrasi. Dalam penelitiannya pada anak-
anak, Piaget mencatat adanya periode di mana asimilasi lebih dominan, atau
akomodasi yang lebih dominan, dan di mana keduanya mengalami keseimbangan
Piaget memiliki teori kognitif terkait perkembangan anak, fokusnya pada pola pikir
seseorang. Ide utama dari Piaget adalah anak berpikir dengan cara berbeda
dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, proses berpikir seseorang juga
dipertimbangkan sebagai aspek penting yang menentukan cara seseorang memahami
dunia.
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, tahapannya dibedakan menjadi:
17
2
a. 0 bulan-2 tahun (sensorimotor stage). Pengetahuan anak terbatas pada persepsi
sensori dan aktivitas motoric
b. 2-6 tahun (pre-operational stage). Anak belajar menggunakan bahasa namun
belum paham logika
c. 7-11 tahun (concrete operational stage). Anak mulai paham cara berpikir logis
namun belum paham konsep abstrak
d. 12 tahun-dewasa (formal operational stage). Mampu berpikir konsep abstrak,
diikuti dengan kemampuan berpikir logis, analisis deduktif, dan perencanaan
sistematis.
Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran
a. Tekanan pada Murid
Bagi Piaget, pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh murid dalam berhadapan
dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya.
b. Metode Belajar
Teori pengetahuan Piaget menekankan pentingnya kegiatan seorang murid yang
aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan.
c. Peranan Guru
Peran guru di sini adalah lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan
pentransfer ilmu pengetahuan. Agar guru dapat membantu murid aktif dalam
pembelajaran, guru perlu mengetahui kemampuan dan tahap kognitif murid
yang sedang belajar.
4. Teori John Bowlby
Termasuk teori perkembangan sosial yang paling awal dikemukakan, Bowlby
meyakini bahwa hubungan sejak dini antara anak dengan pengasuhnya berperan
penting dalam perkembangannya. Bahkan, hal ini akan terus berpengaruh pada
hubungan sosial seumur hidupnya.Menurut teori Bowlby, anak terlahir dengan
kebutuhan untuk mendapatkan attachment atau kasih sayang. Itulah mengapa anak
ingin selalu dekat dengan pengasuhnya, kemudian dibalas dengan perlindungan dan
kasih sayang.
5. Teori Lev Vygotsky
Vygotsky menggagas teori yang sangat berpengaruh terutama di bidang pendidikan.
Menurutnya, anak belajar secara aktif lewat pengalaman yang dilakukan secara
18
2
langsung. Teori sosiokultural ini juga menyebutkan bahwa orangtua, pengasuh, dan
teman sebaya turut berperan penting.Teori ini menekankan bahwa belajar adalah
proses yang tak bisa dipisahkan dari aspek sosial. Lewat interaksi dengan orang lain,
di situlah proses belajar terjadi.
Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran Menurut Vygotsky, mengajar dalam
zona perkembangan proksimal melibatkan kesadaran “di mana siswa-siswa berada
dalam proses perkembangan mereka dan mengambil keuntungan dari kesiapan
mereka.
Dapat disimpulkan bahwa masing-masing mempunyai implikasi yang berbeda,
namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami
struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif
siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan
siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi pelajaran bahasa arab
hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami.
Penyusunan materi pelajaran bahasa arab di buat bertahap mulai dari yang paling
sederhana ke kompleks. hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak
hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang sedang dipelajari,
dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal kosa kata.
Teori kognitif yang digagas oleh Piaget dan Vygotsky bisa diaplikasikan ke
dalam proses pembelajaran. Keduanya sama-sama menekankan bahwa anak-anak
secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia. Guru atau
pembimbing hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing. Vygotsky lebih
menekankan pada zona perkembangan proksimal anak yang perlu diperhatikan dan
penekanan bahwa anak membangun pengetahuan melalui interaksi sosial serta
dalam teori Vygotsky anak bergantung pada alat-alat yang disediakan oleh budaya,
yang menetukan keterampilan mana yang akan mereka kembangkan. Memang tidak
semuanya masih dianggap relevan dengan situasi saat ini. Tak menutup
kemungkinan untuk menggabungkan bergaam teori dan perspektif untuk memahami
bagaimana anak tumbuh, bertindak, dan berbicara
19
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan
perkembangannya berikutnya. Perkembangan motorik merupakan proses yang di mana
seseorang berkembang melalui respons yang menghasilkan suatu gerakan yang
berkoordinasi, terorganisasi, dan terpandu. Perkembangan fisik motorik pada dasarnya
merupakan kegiatan yang mengaktualisasikan seluruh potensi anak berupa sikap, tindak,
dan karya. Oleh karena itu, keterampilan motorik sebagai bagian dari pendidikan
terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh.
Perkembangan kognitif adalah bagaimana anak mampu mencari tahu, berpikir,
dan mengeksplorasi sesuatu. Ini adalah perkembangan aspek-aspek penting pada anak,
seperti pengetahuan, kemampuan, mengatasi masalah, dan watak yang akan membantu
mereka untuk berpikir dan memahami dunia disekitar mereka.
Tahapan perkembangan sosial anak usia dini merupakan perkembangan tingkah
laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang
berlaku dalam lingkungan masyarakat. Perkembangan sosial adalah pada dasarnya
sosialisasi atau bersosialisasi, dan atau berinteraksi sosial dengan lingkungan sosialnya
maupun dalam lingkungan keluarga tersebut akan mengenalkan kepada anak dalam
berbagai aspek kehidupan sosial atau norma yang ada dimasyarakat.
Perkembangan kepribadian dilihat dari pada saat masa bayi karena orang tua
merupakan dunia sosial bagi anak-anak. Perkembangan kepribadian terdiri dari
perkembangan psikososial, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan mental.
Perkembangan anak usia pra sekolan kepribadian adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak
apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan
yang tidak tercapai.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran
proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Otak mempunyai
pengaruh yang sangat menetukan bagi perkembangan aspek-aspek individu lainnya, baik
keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral, maupun kepribadian.
20
iii
Peserta didik mulai berpikir secara hipotesis dalam menyelesaikan masalah yaitu
mencari sumber permasalahan, mengkaji dan mencari alternative pemecahannya. Sistem
persekolahan dan keadaan social ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada
perkembangan kognitif anak didik. Kognitif mempunyai peranan penting bagi
keberhasilan anak dalam belajar. Kemampuan kognitif dimaksudkan agar anak dapat
melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan
pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya.
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan
atau interaksi sosial. Perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berperilaku
yang sesuai dengan tuntutan social yang merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan social, baik dalam tatanan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Perkembangan pada masa anak-anak sangat menarik untuk bisa dipahami oleh
orang dewasa. Anak-anak masih sangat polos bahkan dalam kesehariannya mereka
sangat bersemangat dalam belajar dan bermain. Pengertian kepribadian adalah satu
kesatuan yang membimbing individu dalam menyesuaikan diri pada lingkungan social
maupun lingkungan fisik dengan mencakup secara keseluruhan dan pikiran, perasaan,
dan perilaku dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar.
Anak usia sekolah menengah bertepatan pada usia remaja yang berkembang
menuju dewasa. Saat ini anak usia sekolah menengah merupakan waktu untuk mencari
jati diri. perkembangan anak usia menengah merupakan masa peralihan dari usia anak
menjadi dewasa. Pada umumnya masa ini dianggap mulai saat anak secara seksual
menjadi matang dan berakhir saat anak mencapai usia matang secara hukum.
Berfikir dalam proses kognitif tersebut lebih penting dari pada sekedar mengerti.
Pada masa remaja, peserta didik mulai mengembangkan cara berfikirnya. Perkembangan
kognitif pada anak nusia menengah adalah suatu perubahan dimana perubahan itu terjadi
pada kemnampuan mental seperti belajar, memori, menalar, nerpikir, dan Bahasa. Pada
masa remaja perkembangan kognitifnya, remaja sudah mulai memikirkan apa yang akan
terjadi nantinya Ketika melakukan sesuatu.
Pada masa ini perkembangan sosial cognition, yaitu kemampuan memahami
orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan
teman sebaya. Perkembangan social anak usia menengah adalah bagaimana anak usia
menengah berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan masyarakat luas agar
dapat meneysuaikan diri dengan baik.
21
2
Kemampuan kognitif pada perkembangan anak usia menengah kepribadian akan
memudahkan anak dalam menguasai pengetahuan umum lainnya sehingga ia dapat
menjalankan fungsinya dalam interaksi bermasyarakat secara luas. Perilaku kognitif
tertuang dalam proses bagaimana individu mengenal lingkungannya dan menjadikannya
sebagai pembendaharaan psikis yang diperlukan dalam mengkondisikan hidup yang
bermakna dan efektif.
Teori perkembangan merupakan sebuah teori yang berfokus pada berbagai
perubahan serta perkembangan yang dialami manusia baik dalam struktur jasmani atau
biologisnya, perilaku serta fungsi mental pada beragam tahap kehidupannya, yang terjadi
dari komsepsi hingga menjelang kematinnya.
Menurut kelompk kami Perkembangan adalah tahapan perubahan yang progresif
yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa
membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut. Salah
satu perkembangan yang akan dialami oleh anak adalah perkembangan kognitif. Masing-
masing mempunyai implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme
lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah
mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa
disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, baik kepada para pembaca khususnya kepada
mahasiswa calon guru untuk dapat meningkatkan pemahamannya tentang
“Perkembangan Anak” guna terwujudnya pelaksanaan proses pembelajaran yang baik
khususnya pembelajaran di Sekolah Dasar. Kami pun menyadari makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca
untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan
makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
22
2
DAFTAR PUSTAKA
Anzani, R. Wati dan Intan Khairul Insan. 2020. Perkembangan Sosial Emosi Pada Anak Usia
Prasekolah. Jurnal Pendidikan dan Dakwah, 2 (2), 180-193.
Izzaty, R. Eka. 2017. Perilaku Anak Prasekolah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Khadijah dan Nurul Amelia. 2020. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini: Teori dan
Praktik. Jakarta: Kencana.
Latifa, Umi. 2017. Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan
Perkembangannya. Journal Of Multydisciplinary Studies, 1 (2), 186-196.
Mu’min, S. Aisyah. 2013. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jurnal Al-Ta’dib, 6 (1),
89-99.
Sitorus, Fernando, dkk. Perkembangan Kepribadian Anak Usia Sekolah Dasar di SDN Socah
2. 504-510.
Solekha, R. Ayu. Perkembangan Anak Usia Menengah. Makalah.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai
Aspeknya. Kencana.
23
iii