KESENIAN SUMBAWA
AMA’ DAN PANAN
(Oleh: Arfi Ananta Pratama, S.Pd)
1. AMA
Ama samawa berkonotasi Sama dengan “kata pepatah” atau dapat pula di
katakan sebagai ungkapan kata. Ama adalah perumpamaan yang
digunakan masyarakat Sumbawa untuk menyampaikan perasaan dan isi
hatinya menggunakan bahasa-bahasa kias atau simbolik seperti rasa
senang, sedih, jengkel, marah atau berkaitan dengan nilai-nilai dan sikap
serta sifat manusia.
Contoh Ama’:
a) Lepang tu tetak, Tuna tu tungku (Katak di potong, Belut di
sambung)
Maknanya:
Tawa tau Ade beang sesuatu tapi ngka pas ke ngka adil (Ditujukan
kepada perbuatan orang yang kurang tepat dan tidak adil dalam
memberikan sesuatu)
b) Mara Bote bau Balang (Seperti monyet menangkap belalang)
Maknanya:
Tawa tau Ade ngka ke apa de ka ya capai (Ungkapan untuk orang yang
tidak puas dengan apa yang telah dia capai)
c) Yang kidat semit beriring (Seperti jidat atau alis semut yang
sedang beriringan)
Tawa tau ade balong kidat (Ungkapan untuk orang yang memiliki Alis
yang indah)
2. PANAN
Dilihat dari bentuknya, panan dapat dicirikan bahwa kalimat yang di
ucapakan oleh pembicara adalah sebagai sampiran yang isinya di
tentukan atau di terjemahkan oleh pendengar atau si penjawabnya.
Sebagai sampiran dapat memberikan asosiasi bunyi atau asosiasi sifat
dari hal yang di maksudkan.
Misalnya:
Reng Ra’ (pertanyaan)
Tu bereng nonda tu roa (jawaban)
Barereng ai pang ola (jawaban)
Gereng pin sula’ (jawaban)
Kata Reng ra’ adalah soalnya. Sebenarnya kata tersebut tidak memiliki
makna, Sedangkan jawabanya bisa bermacam – macam dan
umumnya berstuktur seperti kepanjangan dari soal yang di berikan.
Isi panan ini bermacam-macam. Antara lain menyatakan sindiran,
peri hal sesuatu, olokan dan sebagai lelucon yang di lakukan antara si
pembicara yang merupakan pemberi soal dan si pendengar selaku
penjawab. Dalam panan penjawab bisa lebih dari satu karena siapa
pun yang mendengar bebas bersautan menentukan makna atau
perpanjangan kata dari singkataan yang merupakan soal tersebut.
Banyak berbagai macam panan, antara lain :
1. PANAN MENYATAKAN SINDIRAN
Ada panan yang menyatakan sindiran. Panan sindiran ini guna untuk
mengungkapkan isi hati seorang pembicara dan si pendengar selaku
penjawab mengenai suatu hal yang berkaitan dengan orang lain
dimaksudkan untuk menyinggung atau menyindir secara tidak
langsung.
Misalnya :
Miri kotok miri goro (Pembicara)
Me tau ntok nan tau soro (Pendengar)
Artinya :
Kemiri rusak, kemiri kosong (Pembicara)
Mana yang menunggui, itulah yang mencuri (Pendengar)
Maknanya :
Si pembicara dan si pendengar ini sama – sama menyindir secara
tidak langsung seseorang yang diyakininya bersalah atas suatu
kejadian.
2. PANAN MENYATAKAN SESUATU.
Panan yang menyatakan peri hal sesuatu ini di ciptakan guna
mengungkapkan isi hati atau pemikiran si pembicara perihal sesuatu.
Panan ini mirip seperti pribahasa, tapi juga sebuah teka – teki. Namun
dalam panan ini maksud sebenarnyalah yang dijadikan pertanyaan,
sedang jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan pengibaratan
dari kata – kata yang menjadi pertanyaan itu.
Misalnya :
Teri anak katawa ina (Pembicara)
Bua galumpang (okal) (Pendengar)
Artinya :
Anaknya jatuh, ibunya tertawa (Pembicara)
Buah galumpang (Pendengar)
Maknanya :
Si pembicara menanyakan teka – teki sesuatu apakah yang di
ibaratkan seperti anak yang jatuh dan ibunya tertawa. Dan
jawabannya adalah buah galumpang, yakni buah mirip kecipir yang
apabila telah tua kulitnya akan terbuka menganga sehingga biji di
dalamnya berjatuhan. Biji yang berjatuhan itu ibarat anak yang
terjatuh, sedangkan kulit buah galumpang yang menganga
diibaratkan seperti ibunya yang tertawa.
3. PANAN YANG MENYATAKAN OLOKAN.
Panan yang menyatakan olokan ini dibuat guna mengolok, mengejek
seseorang yang ditujukan secara langsung, di lakukan antara si
pembicara dan di pendengar selaku penjawab. Seperti panan lainnya,
pertanyaannya berupa singkatan tanpa makna dan jawabannya adalah
bebas sesuai dengan pikiran yang diungkapkan oleh si penjawab.
Jawabannya sebagai sampiran dengan asosiasi bunyi, atau bersajak
sama.
Misalnya :
Reng ra (Pembicara)
Tau breng nonda tau roa (Pendengar )
Artinya :
Reng ra (Pembicara)
Seorang perawan tua yang tidak laku (Pendengar)
Maknanya :
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata “Reng Ra” ini
tidak memiliki makna apa – apa, Namun setelah diperpanjang
menjadi sebuah kalimat oleh si penjawab, maka akan membentuk
suatu kalimat bermakna yang merupakan ungkapan buah pikir si
penjawab.
4. PANAN SEBAGAI LELUCON.
Panan sebagai lelucon di buat hanya sebagai hiburan untuk
masyarakat Sumbawa pada zaman dahulu. Hiburan untuk mengisi
waktu senggang ketika sedang berkumpul, Panan ini pertanyaannya
juga berupa kata – kata singkatan yang tidak memiliki makna,
Sedangkan jawabanya bisa bebas bermacam – macam. Menariknya
dari teka – teki panan ini mengharuskan si penjawab berfikir untuk
mencari bentuk panjang dari sebuah singkatan itu menjadi sebuah
kalimat bebas. Jawabannya pun bervariasi dan lucu.
Misalnya :
Jo pang lu
Ma pang da (Pembicara)
Pi pang po
Ali – ali nga
Jontal pang luar
Mako pang dalam (Pendengar)
Api pang poto
Tali – tali tenga
Artinya :
Lontar di luar
Tembakau di dalam (Pendengar)
Api di ujung
Tali – tali tengah
(rokok)
Maknanya:
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata – kata yang
menjadi pertanyaan itu tidak memiliki makna apa – apa, Namun
setelah diperpanjang menjadi sebuah kalimat oleh si penjawab, maka
akan membentuk suatu kalimat bermakna yang merupakan jawaban
yang sesuai dengan apa yang dimaksud. Kalimat – kalimat itu
nantinya akan saling berhubungan kemudian si penjawab dapat
menebak sendiri apa maksud dari rangkaian –rangkaian kalimat
tersebut. Sepeti pada teka – teki panan di atas, jawabanya berupa;
Lontar di luar ; Tembakau di dalam ; api di ujung ; tali-temali di
tengah. Itu merupakan kalimat – kalimat kecil yang apa bila diamati
saling berkaitan dan menjadi kata kunci untuk jawaban sebenarnya.
Jawaban sebenarnya yang di maksud adalah rokok. Memang pada
masa itu masyarakat sumbawa membuat rokok yang ciri – cirinya
seperti itu. Sehingga orang – orang dulu menjadikannya sebuah teka
–teki panan.