37 pekerjaan atau profesi secara efektif dan efisien. Profesionalisme mencakup kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, termasuk kemampuan untuk mengambil keputusan, berkomunikasi dengan baik, berpikir kritis, beradaptasi dengan perubahan, serta mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam pekerjaan atau profesi tersebut. Profesionalisme juga mencakup sikap dan perilaku yang sesuai dengan etika dan standar kerja yang berlaku dalam profesi tersebut. Hal ini mencakup integritas, kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, dan disiplin dalam menjalankan tugas serta menjaga privasi dan kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pekerjaan atau profesi. Dalam dunia kerja, profesionalisme sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif, efisien, dan harmonis. Seseorang yang memiliki profesionalisme yang baik cenderung lebih dihargai dan dihormati oleh rekan kerja, atasan, dan pelanggan, serta memiliki peluang yang lebih besar untuk meraih kesuksesan dalam kariernya. Dalam hal pendidikan, profesionalisme juga penting untuk menjamin kualitas dan efektivitas proses belajar mengajar. Seorang pendidik yang profesional akan mengikuti standar dan etika dalam profesi pendidikan, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dalam mengajar dan berinteraksi dengan peserta didik, rekan kerja, dan orang tua peserta didik. B. Istilah yang Terkait Profesi Beberapa istilah yang berkaitan dalam wacana profesi perlu mendapatkan perhatian agar tidak rancu dalam memahaminya. Sanusi, dkk25 menjelaskan mengenai profesi, profesional, profesionalisme, dan profesionalitas. a. Profesi adalah suatu pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang karena menuntut keahlian tertentu (expertise). 25 A. Sanusi and Dkk., Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan: Laporan Kemajuan (Bandung: PPS IKIP Bandung, 1990). Hlm 19
38 Keahlian tersebut diperoleh melalui pelatihan-pelatihan yang disebut profesionalisasi. b. Profesional menunjuk kepada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini dikontraskan dengan “nonprofesional” atau “amatir”. c. Profesionalisme mengacu kepada komitmen/paham para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesinya. d. Profesionalitas berkaitan dengan sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat keahlian yang mereka miliki dalam melakukan pekerjaannya. e. Profesionalisasi mengacu kepada proses peningkatan kualifikasi para anggota profesi dalam rangka meningkatkan standar penampilannya, biasanya dilakukan melalui serangkaian proses pengembangan profesional (profesional development). C. Eksistensi Profesi Guru Eksistensi profesi guru sangat penting karena guru merupakan salah satu pilar utama dalam pendidikan. Guru memiliki peran yang sangat vital dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka, mengajarkan nilai-nilai kehidupan, serta membantu peserta didik untuk menghadapi tantangan dan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi profesi guru juga penting untuk menjamin kualitas pendidikan yang baik. Seorang guru yang profesional dan berkualitas akan mampu mengajar dengan baik, memotivasi peserta didik, serta membantu peserta didik untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Selain itu, guru yang berkualitas juga mampu mengembangkan kemampuan peserta didik secara holistik, baik dalam aspek akademik maupun nonakademik. Selain itu, eksistensi profesi guru juga berhubungan dengan penghargaan terhadap profesi pendidikan. Seorang guru yang memiliki eksistensi yang baik cenderung dihargai dan dihormati oleh masyarakat karena mereka dianggap memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan masa depan generasi muda.
39 Namun, pada kenyataannya eksistensi profesi guru di beberapa negara masih dianggap rendah. Banyak guru yang mengalami tantangan dan masalah dalam menjalankan tugas mereka, seperti kurangnya fasilitas dan dukungan serta rendahnya gaji dan penghargaan terhadap profesi mereka. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan eksistensi profesi guru, seperti memberikan pelatihan dan pengembangan keterampilan, meningkatkan kesejahteraan dan penghargaan terhadap guru, serta memberikan dukungan dan fasilitas yang memadai dalam menjalankan tugas mereka. Dengan demikian, eksistensi profesi guru dapat meningkat dan membantu menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. D. Tugas Guru yang Profesional Seorang guru yang profesional memiliki tugas dan fungsi yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang baik dan bermanfaat bagi peserta didik. Berikut adalah beberapa tugas dan fungsi guru yang profesional. 1. Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran Guru yang profesional merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, mengikuti kurikulum yang berlaku, serta memperhatikan kebutuhan dan keberagaman peserta didik dalam kelas. Guru juga harus memastikan bahwa pembelajaran berlangsung efektif dan peserta didik dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. 2. Mengevaluasi Kemajuan Peserta Didik Guru yang profesional harus terus memantau kemajuan peserta didik dalam belajar, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka. Guru juga harus mampu mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan memberikan penilaian yang objektif dan adil. 3. Membantu Peserta Didik Mengembangkan Keterampilan dan Bakat Guru yang profesional harus membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan bakat mereka, baik dalam aspek
40 akademik maupun nonakademik. Guru harus mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik serta memberikan bimbingan yang tepat dalam mengembangkan potensi mereka. 4. Mengembangkan Lingkungan Belajar yang Positif Guru yang profesional harus menciptakan lingkungan belajar yang positif dan menyenangkan yang akan memotivasi peserta didik untuk belajar dan berkembang. Guru juga harus mampu menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk belajar, di mana peserta didik merasa aman dan nyaman dalam mengemukakan pendapat dan bertanya. 5. Berkomunikasi dengan Peserta Didik, Rekan Kerja, dan Orang Tua Peserta Didik Guru yang profesional harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan peserta didik, rekan kerja, dan orang tua peserta didik. Guru harus mampu mendengarkan dan memahami kebutuhan peserta didik serta memberikan umpan balik yang konstruktif kepada orang tua peserta didik tentang kemajuan dan prestasi peserta didik. 6. Terus Mengembangkan Keterampilan dan Pengetahuan Guru yang profesional harus terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam bidang pendidikan, melalui pelatihan dan pengembangan profesional, serta pembacaan dan penelitian. Guru juga harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dan informasi yang berkaitan dengan bidang pendidikan. 7. Membangun Etika dan Moralitas yang Baik Guru yang profesional harus menjunjung tinggi etika dan moralitas yang baik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Guru juga harus mampu membangun hubungan yang baik dengan peserta didik, rekan kerja, dan orang tua peserta didik serta menjaga privasi dan kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pekerjaan mereka.
41 E. Karakterisik Guru yang Profesional Berikut adalah beberapa karakteristik atau ciri-ciri guru yang profesional. 1. Menguasai Bidang Keahlian Guru yang profesional harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang keahliannya sehingga dapat memberikan pengajaran yang berkualitas dan bermanfaat bagi peserta didik. 2. Berkomitmen terhadap Peserta Didik Guru yang profesional harus berkomitmen penuh terhadap pembelajaran dan perkembangan peserta didik serta siap memberikan dukungan dan bimbingan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan belajar mereka. 3. Berorientasi pada Hasil Guru yang profesional harus memiliki fokus pada hasil belajar peserta didik dan berusaha untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. 4. Mampu Beradaptasi dengan Perubahan Guru yang profesional harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, termasuk dalam hal kurikulum, teknologi, dan metode pengajaran. 5. Berkomunikasi dengan Baik Guru yang profesional harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, termasuk dalam hal mendengarkan, berbicara, dan menulis sehingga dapat berinteraksi dengan peserta didik, rekan kerja, dan orang tua peserta didik dengan baik. 6. Mengembangkan Diri secara Terus-menerus Guru yang profesional harus terus mengembangkan diri dalam bidang keahliannya melalui pelatihan dan pengembangan profesional serta pembacaan dan penelitian. 7. Beretika dan Moral Guru yang profesional harus menjunjung tinggi etika dan moralitas yang baik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka, termasuk dalam hal menjaga privasi dan kerahasiaan informasi peserta didik serta bersikap adil dan tidak memihak dalam memberikan penilaian dan umpan balik.
42 F. Rangkuman Penjelasan dalam bab II dapat dirangkum sebagai berikut. 1. Profesi dimaknai sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan dan keahlian tertentu. 2. Profesionalisme adalah komitmen seseorang untuk meningkatkan kemampuan profesinya. 3. Eksistensi profesi guru juga penting untuk menjamin kualitas pendidikan yang baik. 4. Tugas guru profesional adalah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemajuan peserta didik, membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan bakat, mengembangkan lingkungan belajar yang positif, berkomunikasi dengan peserta didik; rekan kerja; dan orang tua peserta didik, terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, serta membangun etika dan moralitas yang baik. G. Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jelas! 1. Apa yang dimaksud dengan profesi? 2. Sebutkan istilah-istilah yang terkait dengan profesi kemudian terangkan! 3. Apa tugas dan fungsi guru yang profesional? 4. Bagaimanakah karakteristik guru yang profesional? 5. Apa perbedaan antara profesional dan amatir?
43 BAB III KOMPETENSI GURU A. Pengertian Kompetensi Kompetensi berasal dari kata competence, bila dirujuk ke dalam kamus bahasa Inggris mempunyai 3 makna. 1. “Competence (n.),is being competence, the ability to do something well”. 2. “Competent (adj.) having enough skill or knowledge to do something well or to the necessary standard”. 3. “Competency is a skill that you need in a particular job or for a particular task”.26 Definisi yang pertama merujuk kepada kecakapan dan kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan, definisi kedua menunjukkan kecakapan, kemahiran, pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar yang dibutuhkan, sedangkan definisi ketiga keterampilan yang Anda butuhkan dalam pekerjaan tertentu atau untuk tugas tertentu. Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan yang dimiliki seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan tertentu dengan baik dan efektif. Kemampuan atau keterampilan tersebut dapat berupa pengetahuan, keterampilan teknis, sikap, nilai, atau kombinasi dari semuanya. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, pengalaman kerja, serta kegiatan pengembangan diri secara mandiri. Dalam dunia kerja, kompetensi sering digunakan sebagai dasar dalam proses perekrutan, penilaian kinerja, pengembangan karier, dan pengambilan keputusan manajemen. 26 https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/ competence, diunduh pada Jum’at 19 mei 2023
44 B. Kompetensi Kepribadian Tugas guru yang sangat mulia menuntut dirinya untuk memiliki kompetensi kepribadian yang baik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan seseorang yang terkait dengan sikap, nilai, kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif, bijaksana, berwibawa, serta berakhlak mulia dan mampu menjadi teladan sehingga dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain secara efektif dalam lingkungan kerja atau masyarakat. Kompetensi ini penting karena banyak problematika pendidikan yang bersumber dari faktor kepribadian guru. Kompetensi kepribadian yang menyangkut nilai-nilai agama yang disebut kompetensi personal religius penting untuk diinternalisaikan kepada peserta didik, misalnya nilai kejujuran, keadilan, kebersihan, dan ketaatan terhadap ajaran agama.27 Selain dari kompetensi yang tersebut di atas, ada beberapa contoh kompetensi kepribadian. 1. Integritas Membangun integritas guru diawali dengan mengenali nilai-nilai pribadi dirinya sendiri dan prinsip-prinsip moral dan etika yang dipegangnya. Selanjutnya adalah membangun akuntabilitas dan transparansi karena kedua elemen tersebut sangat penting dalam integritas. Guru harus konsekuen terhadap tindakannya, baik yang baik maupun buruk dan tidak mencari kambing hitam atau mencoba menghindar dari tanggung jawab. Di sini dibutuhkan transparansi dan kejujuran. Integritas juga dilakukan dengan menjaga komitmen dan mengakui kesalahan yang diperbuatnya, guru yang sering tidak menepati komitmen dan tidak mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya, integritasnya dipertanyakan. Hindari mental istikhfaf (menganggap remeh terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama) karena kebiasaan bermental istikhfah akan merendahkan dirinya sendiri. 27 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011). Hlm. 133
45 2. Empati Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan dan kebutuhan peserta didik serta menunjukkan perhatian dan dukungan pada mereka. Untuk itu guru harus intens dalam berinteraksi dengan peserta didik. Guru harus siap menjadi pendengar yang aktif bagi peserta didiknya, memberikan ruang dan waktu, serta sikap yang tulus untuk mendengar ocehan pengalaman, perasaan, dan keluhan mereka. Yang tidak kalah penting adalah mengenali dan menghargai keberagaman peserta didik. Guru hendaknya menyertakan perspektif mereka dalam pembelajaran dan beradaptasi dengan gaya belajar yang berbeda. Menghormati perbedaan individu akan membantu membangun hubungan yang lebih erat dan saling menghargai antara guru dan peserta didik. Guru harus berupaya membangun komunikasi yang efektif terhadap peserta didik secara terbuka dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta melibatkan diri dalam berbagai kegiatan peserta didiknya. Hal ini dapat membantu membangun hubungan yang lebih dalam dan memperkuat ikatan emosional antara guru dan peserta didik. Sementara membangun empati, tetaplah mengingat peran dan tanggung jawab guru. Tetap menjaga profesionalisme, keadilan, dan keseimbangan. 3. Kerja Sama Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidaklah selalu sendirian. Terkadang ia bekerja bersama timnya. Di sinilah dibutuhkan kemampuan untuk bekerja sama. Kerja sama dan kolaborasi yang baik akan mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Biasanya pembelajaran yang dilakukan di laboratorium membutuhkan beberapa rekan sejawat untuk membantu proses pembelajaran. Ada yang menerangkan ada yang mempraktikkan dan kegiatan lainnya. 4. Kepemimpinan (Leadership) Guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang perfect, kepemimpinan yang lemah akan mengurangi rasa hormat peserta didiknya. Dalam memimpin peserta didik di kelas, dibutuhkan sikap
46 tegas dan disiplin yang tinggi. Memimpin kelas berarti mengondisikan kelas agar rapi, teratur, dan nyaman untuk belajar. Kepemimpinan bukan sekadar kemampuan untuk memimpin, tetapi juga kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model kepemimpinan yang demokratis dengan melibatkan semua peserta didik di dalam kelas merupakan suatu keniscayaan. Guru dapat melibatkan peserta didiknya dalam berbagai kegiatan di kelas. Namun demikian, guru harus tetap menjaga ketertiban kelas. 5. Kepercayaan Diri (Self Confident) Guru harus mempunyai ke-PD-an, yaitu kemampuan untuk percaya pada diri sendiri. Kemampuan ini dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Salah satu caranya adalah dengan membuat persiapan sebelum melaksanakan tugasnya, baik persiapan yang tertulis maupun persiapan psikis. Latihan di depan cermin juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri. 6. Kompetensi Khusus Pendidik PAI Undang-undang guru dan dosen menjelaskan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah bahwa seorang guru harus sudah mengikuti pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Setiap guru yang telah memenuhi persyaratan sebagai pendidik yang profesional berhak mendapat sertifikasi pendidik. Pendidik di lingkungan PAI pada khusunya mempunyai kekhasan tersendiri, ia dibebani tanggung jawab menginternalisasikan nilai-nilai agama. Untuk itu diperlukan kompetensi khas yang harus dimiliki oleh para guru/pendidik (muslim khususnya), yaitu (1) kemampuan berbahasa Arab; (2) kemampuan berbahasa Indonesia; (3) kemampuan menulis dengan huruf arab; (4) kemampuan menulis dengan huruf latin; (5) kemampuan berbicara secara logis teratur, sistematis, dan mudah
47 dipahami; (6) kemampuan beretorika (berpidato/ceramah); (7) kemampuan mendengarkan pembicaraan anak didik; (8) kemampuan menyegarkan suasana agar tetap kondusif dan peserta didik tetap bersemangat; (9) kemampuan berkomunikasi secara efektif; (10) kemampuan bercerita; (11) kemampuan memimpin forum diskusi atau musyawarah; serta (12) kemampuan merespons dan menyelesaikan masalah peserta didik.28 7. Indikator Kompetensi Kepribadian Perspektif Al-Qur’an ✓ Ikhlas, yaitu hanya mengharap rida Allah semata, indikator ini dijelaskan dalam Q.S. Al-Bayyinah (98) ayat 5. َ ء ٰۤ ا َ َف ن ُ ەن ح َ ْن ي دِ ال ُ ِ ِصْ َْي لَه ل ُُمْ َ ٓ ُوا اّلل د ُ ب ْ ع َ ي ِ َّل ل ِ اا ا ْ و ُ ر ِ ُم اا ا َ م َ َ لوة و وا ال َّصٓ ُ م ْ ي ِ ق ُ ي َ و ِ ة َ ِم ي َ الْق ُ ْن ي ِ َك د ِ ٓذل َ َ و ُوا الَّزٓكوة ت ْ ؤ ُ ي َ و “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”. ✓ Jujur dan amanah, kejujuran adalah modal berharga bagi seorang pendidik. Jika kejujuran pendidik telah ternodai, kepercayaan peserta didiknya juga luntur sehingga apa yang disampaikan olehnya tidak mampu menembus akal pikiran peserta didiknya. Ayat yang menjelaskan agar seorang pendidik memiliki sifat jujur dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah (9) ayat 119 sebagai berikut. َ ع َ ا م ْ ُو ن ْ ُكو َ و َ ٓ ُوا اّلل ُوا ات َّق ن َ آم َ ْن ي ا الَّذِ َ ه ُّ ي ْ َْي ٓاٰيَ ِ ق ٓدِ الص “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar”. 28 Cahyadi Takariawan, Refleksi Diri Seorang Murabbi (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003). Hlm. 38
48 ✓ Sesuai antara ucapan dan tindakan, setiap hari guru menyampaikan ajaran-ajaran yang baik. Maka ia dituntut untuk membiasakan dirinya dengan apa yang diajarkannya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah As-Shaaf (61) ayat 2-3 sebagai berikut. ْن أَ ا َّّللِ َ ْد ن ا عِ ً ت ْ ق َ م َُ لُوَن َكُب َ ْع َف ا َل ت َ ُولُوَن م َق ت َ ِ ُوا َل ن َ آم َ ين ا الَّذِ َ ه ُّ أَي َ ٰي لُوَن َ ْع َف ا َل ت َ ُولُوا م َق ت “Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (iu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan”. ✓ Berlaku adil dan egaliter, seorang pendidik tidak boleh membedabedakan terhadap peserta didiknya. Ia harus berlaku adil, ketika menunjuk peserta didiknya tidak hanya pada satu orang saja. Perintah untuk berlaku egaliter tersebut dijelaskan dalam AlQur’an Surah An-Nahl (16) ayat 90 sebagai berikut. ِن َ ْ ٓهى ع ن َ ي َ ٰٓب و ْ ُر ِى الْق ِئ ذ ٰۤ ا َ ت ْ ي ِ ا َ و انِ َ ْس ح اْلِ َ َ ْدِل و َِّبلْع ُ ر ُ ْم َ َي َ ٓ َّن اّلل ِ ا َن ْ و ُ ََذَّكر ت ْ ُكم لَّ َ لَع ْ ظُ ُكم ِ ع َ ْ ِي ي غ َ الْب َ ْ َكِر و ن ُ الْم َ و ِ ء ٰۤ ْ َشا َح الْف “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. ✓ Penyayang dan lembut tutur katanya, dalam hal ini pendidik harus meneladani kepribadian Rasulullah saw. Perintah untuk bersikap penyayang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah AtTaubah (9) ayat 128 sebagai berikut.
49 ْ ُكم ْ لَي َ ْ ٌص ع ِري َ ْ ح م ُّ ت ِ ن َ ا ع َ م ِ ه ْ لَي َ ٌ ع ز ْ ِزي َ ع ْ ُكم ُسِ ْف ن َ ا ْ ن ِ ٌل م ْ و ُ س َ ر ْ ُكم َ ء ٰۤ ا َ َ ْد ج لَق ٌف ْ و ُ ء َ ْ َْي ر ِ ن ِ م ْ ؤ ُ َِّبلْم ٌ م ْ ي َّرحِ “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun, dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman”. ✓ Bersikap rendah hati, rendah hati bukan sikap inverior, tetapi sikap mulia yang dicontohkan Rasulullah saw. Sikap ini digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah Luqman (13) ayat 18 sebagai berikut. ب ُّ َل ُُيِ َ ٓ َّن اّلل ِ ا ا ً ح َ ر َ ِض م ْ ِش ِِف اْلَر َل ََتْ َ لنَّا ِس و ِ َّدَك ل َ ْ خ ر ِ ع َ ُص َل ت َ و َۚ ٍر ْ و ُ َخ ٍل ف ا َ ت ُك َّل ُُمْ “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”. ✓ Bersikap sabar dan tidak pemarah, artinya guru harus mampu mengendalikan dirinya dalam kondisi apa pun, ia tidak boleh kehilangan kendali. Sikap ini termasuk sifat yang dicintai oleh Allah Swt. sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3) ayat 134 berikut. ِن َ ْ َْي ع ِ اف َ الْع َ َظ و ْ ي َ ْ َْي الْغ مِ الْ َكاظِ َ و ِ اء ٰۤ َّ ال َّضر َ و ِ اء ٰۤ َّ َّسر َن ِِف ال ْ ُو ق ِ ْف ن ُ ي َ ْن ي الَّذِ َۚ ْ َْي ِ ن ْسِ ُح ب الْم ُّ ُُيِ ُ ٓ اّلل َ و النَّا ِس “(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan”.
50 ✓ Berprasangka baik dan buruk secara proporsional, guru tidak boleh selalu berprasangka baik sebab banyak guru yang tertipu karena berprasangka baik kepada peserta didiknya, dianggapnya selalu mengerjakan tugas-tugas ternyata tidak. Guru juga tidak boleh selalu berprasangka buruk. Al-Qur’an menjelaskan dalam Surah Al-Hujurat (49) ayat 12. ٌ َّوَل ُْث ِ ِ ا ْ َض الظَّن ع َ َّن ب ِ ا ِّۖ ِ الظَّن َ ن ِ ا م ً ْ ري ِ َكث ا ْ و ُ ب ِ ن َ ت ْ ُوا اج ن َ آم َ ْن ي ا الَّذِ َ ه ُّ ي ٓاٰيَ َ م ْ َْل َ ُكل َ ْن ََّيْ ا ْ ُدُكم َ َح ب ا ُّ َُُيِ ا ْ ًضا ع َ ب ْ ْ ُض ُكم َّع ْب ب َ ت ْ غ َ َل ي َ ا و ْ و ُ َ َّسس ََت ِ ا َ ٓ ُوا اّلل ات َّق َ و ُ ه ْ و ُ ُم ت ْ َ َكِره ا ف ً ت ْ ي َ م ِ ه ْ ي َخِ ا ٌ م ْ ي ٌب َّرحِ ََّوا ت َ ٓ َّن اّلل ”Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencaricari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang”. ✓ Berjiwa pemaaf, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al- A’raf (7) ayat 199 sebagai berikut. ْ َْي ِ ِهل ِن ا ْْلٓ َ ْض ع ِر ْ َع ا َ ِف و ْ ر ُ َِّبلْع ْ ر ُ أْم َ و َ ْو ف َ الْع ُذِ خ “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”. Hindari mental istikhfaf (menganggap remeh terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama) karena kebiasaan bermental istikhfah akan merendahkan diri sendiri.
51 C. Kompetensi Pedagogis Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seseorang untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran secara efektif. Berikut beberapa kompetensi pedagogis yang penting untuk dimiliki oleh seorang pendidik. 1. Memahami Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Seorang pendidik harus memahami konsep dasar pendidikan, seperti teori belajar, pengembangan kurikulum, dan metode pembelajaran yang efektif. 2. Merencanakan Pembelajaran Seorang pendidik harus dapat merencanakan pembelajaran yang efektif dan bermakna, termasuk menentukan tujuan pembelajaran, mengembangkan kurikulum, dan menentukan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 3. Mengelola Kelas Seorang pendidik harus dapat mengelola kelas dengan baik, termasuk membangun suasana kelas yang kondusif, mengelola perilaku peserta didik, serta memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik. 4. Menerapkan Teknologi dalam Pembelajaran Seorang pendidik harus dapat menggunakan teknologi dalam pembelajaran, seperti multimedia, internet, dan perangkat lunak pembelajaran yang interaktif. 5. Mengevaluasi Pembelajaran Seorang pendidik harus dapat mengevaluasi pembelajaran secara teratur, mengumpulkan data dan informasi tentang kemajuan peserta didik, serta menilai efektivitas metode pembelajaran yang digunakan. 6. Membangun Hubungan dengan Peserta Didik Seorang pendidik harus dapat membangun hubungan yang positif dan mengembangkan kepercayaan dengan peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar.
52 7. Berkomunikasi dengan Orang Tua dan Rekan Kerja Seorang pendidik harus dapat berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, rekan kerja, dan pihak lain yang terkait dengan pembelajaran untuk memperoleh dukungan dan kolaborasi yang diperlukan. D. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, termasuk dalam situasi yang kompleks dan menantang. Beberapa kompetensi sosial yang penting untuk dimiliki oleh seorang individu adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan Berkomunikasi Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara jelas, mendengarkan dengan baik, dan merespons dengan baik dalam situasi komunikasi yang berbeda. 2. Kemampuan Berkolaborasi Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, termasuk membangun tim, memperoleh dukungan, dan memberikan dukungan. 3. Kemampuan Memimpin Kemampuan untuk memimpin dan memotivasi orang lain, termasuk menginspirasi, memberikan bimbingan, dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. 4. Kemampuan Menyelesaikan Konflik Kemampuan untuk mengelola dan menyelesaikan konflik secara efektif, termasuk membangun pemahaman bersama, menemukan solusi yang saling menguntungkan, dan memperkuat hubungan dengan orang lain. 5. Kemampuan Empati Kemampuan untuk memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain, termasuk menunjukkan perhatian, dukungan, dan pengertian.
53 6. Kemampuan Membangun Hubungan Kemampuan untuk membangun hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan orang lain, termasuk membangun koneksi, membangun kepercayaan, dan memperkuat jaringan sosial. 7. Kemampuan Mengelola Stres Kemampuan untuk mengelola stres dan tekanan dalam situasi yang sulit, termasuk mengembangkan strategi coping yang efektif, memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan memelihara keseimbangan fisik dan emosional. E. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang relevan dengan profesi tertentu. Berikut beberapa kompetensi profesional yang penting untuk dimiliki oleh seorang individu. 1. Keterampilan Dasar (Basic Skill) Keterampilan dasar yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah formal. Keahlian dasar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, guru harus menguasai materi pembelajaran yang diampunya, baik secara kurikulum maupun metode penyampaiannya dalam proses pembelajaran. Kedua, guru harus mampu mengelola program pembelajaran dengan cara merumuskan tujuan dan capaian pembelajaran, prosedur pembelajaran, dan memahami kondisi psikologis peserta didik. Ketiga, guru harus mampu mengelola kelas dan menciptakan iklim yang kondusif. Keempat, mampu menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar, seperti menggunakan LCD dan menggunakan laboratorium atau media belajar lainnya. Kelima, menguasai landasan pendidikan, baik secara konseptual maupun praktiknya. Keenam, mampu mengelola interaksi pembelajaran. Ketujuh, mampu mengevaluasi hasil pembelajaran secara berkala secara komprehensif.29 29 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Anggota IKAPI, 2003). Hlm. 80
54 2. Keterampilan Khusus Bidang Profesi Keterampilan khusus yang dimaksud adalah keterampilan yang terkait dengan profesi dan spesialisasi pengajaran. Guru yang mempunyai keterampilan khusus di bidangnya akan mampu bertahan dan bersaing di masa mendatang. Keterampilan khusus tersebut mencakup kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip dan teori yang terkait dengan bidang profesi serta memahami praktik dan kebijakan yang relevan. Dalam menjalankan profesinya di ruang kelas, guru harus mempunyai kemampuan untuk bertanya, kemampuan menganalisis jawaban dengan cepat dan tepat, kemampuan merespons, kemampuan menstimulus, kemampuan untuk menjelaskan, kemampuan membuka dan menutup pelajaran, serta keterampilan membimbing diskusi kelas dan keterampilan mengelola kelas.30 3. Keterampilan Teknis Kemampuan untuk menggunakan alat, teknik, dan metode yang diperlukan dalam profesi tertentu, serta kemampuan untuk menghasilkan hasil kerja yang berkualitas tinggi. 4. Keterampilan Analisis Kemampuan untuk menganalisis informasi dan data yang terkait dengan bidang profesi serta kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan hasil analisis tersebut. 5. Kemampuan Mengomunikasikan Ide dan Gagasan Kemampuan untuk mengomunikasikan ide, gagasan, dan informasi dengan jelas dan efektif kepada orang lain dalam berbagai konteks dan situasi. 6. Kemampuan untuk Beradaptasi Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan kerja, teknologi, atau kebijakan, serta kemampuan untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas yang kompleks. 30 Syamsul Nizar and Zainal Efendi Hasibuan, Pendidik Ideal, Bangunan Character Building (Depok: Prenada Media Group, 2018). Hlm. 224-227
55 7. Kemampuan untuk Bekerja secara Tim Kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim, termasuk kemampuan untuk membangun kerja sama yang baik, memimpin atau mengikuti dalam situasi yang berbeda, dan memberikan kontribusi positif pada tim. 8. Kemampuan untuk Belajar secara Mandiri Kemampuan untuk terus belajar dan berkembang dalam bidang profesi, termasuk kemampuan untuk mencari informasi, mengembangkan keterampilan baru, dan mengevaluasi hasil kerja sendiri. Tabel kompetensi dan subkompetensi Kompetensi Sub-kompetensi Kepribadian integritas empati kerja sama kepemimpinan self confident Pedagogik memahami konsep dasar pendidik merencanakan pembelajaran mengelola kelas menerapkan teknologi dalam pembelajaran mengevaluasi pembelajaran membangun hubungan dengan peserta didik berkomunikasi dengan orang tua Sosial kemampuan berkomunikasi kemampuan berkolaborasi kemampuan memimpin kemampuan menyelesaikan konflik kemampuan berempati kemampuan membangun hubungan kemampuan mengelola stres keterampilan dasar mendidik keterampilan khusus bidang profesi keterampilan teknis
56 profesional keterampilan analisis kemampuan mengomunikasikan ide dan gagasan kemampuan beradaptasi kemampuan bekerja tim kemampuan belajar mandiri F. Rangkuman Penjelasan di atas dapat dirangkum sebagai berikut. 1. Kompetensi mempunyai 3 makna, yaitu“Competence (n.),is being competence, the ability to do something well”, “Competent (adj.) having enough skill or knowledge to do something well or to the necessary standard”, dan “Competency is a skill that you need in a particular job or for a particular task”. 2. Kompetensi kepribadian mencakup integritas, empati, kerja sama, kepemimpinan, kepercayaan diri, dan kompetensi khusus. 3. Kompetensi sosial mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, memimpin, menyelesaikan konflik, empati, membangun hubungan, dan menyelesaikan stres. 4. Kompetensi profesional mencakup keterampilan dasar guru, keterampilan teknis, analisis, mengomunikasikan ide, adaptasi, dan belajar mandiri. G. Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Bagaimana meningkatkan dan memperoleh kompetensi guru? 2. Sebutkan empat macam kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik! 3. Terangkan bahwa pendidik harus mempunyai kompetensi ikhlas, jujur, dan adil! 4. Kemampuan apa yang termasuk dalam kompetensi sosial? 5. Apa yang dimaksud dengan basic skill pendidik?
57 BAB IV SUPERVISI PENDIDIKAN A. Hakikat Supervisi Supervisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk mengawasi, membimbing, dan memberikan umpan balik pada kinerja seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks pendidikan, supervisi umumnya merujuk pada kegiatan pengawasan dan bimbingan terhadap kegiatan pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan oleh para guru atau tenaga pendidik. Supervisi pendidikan adalah suatu proses bimbingan dari pihak yang berkompeten kepada guru-guru dan kepada personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar peserta didik untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar peserta didik dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang lebih meningkat. Arikunto menjelaskan bahwa supervisi berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata “ Super” yang berarti “ di atas” dan “ Vision” yang berarti dilihat, jadi supervisi diartikan dilihat dari atas.” 31 Dengan demikian, supervisi dilakukan oleh orang yang berada di atas atau kedudukan lebih tinggi dari orang yang disupervisi. Pengertian supervisi yang diberikan oleh para ahli pada dasarnya memiliki terdapat perbedaan, tetapi memiliki makna atau arti yang tidak jauh berbeda di mana supervisi bertujuan memberi arahan, bantuan, solusi, bimbingan dalam upaya pembinaan kepada arah perbaikan, peningkatan, dan arahan dalam mengembangkan situasi belajar yang lebih baik, dan semuanya tidak meninggalkan unsur pokok tujuan, situasi belajar, dan supervisor. Dalam supervisi ditemukan situasi dan kondisi positif yang memungkinkan tercapainya tujuan dengan baik, tujuan akan tercapai jika 31 S. Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
58 dilaksanakan pengawasan secara teratur oleh supervisor sebagai seseorang yang memberikan bimbingan dan pengarahan. Hakikat supervisi adalah sebagai suatu proses yang berkelanjutan, terus-menerus, dan sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran. Supervisi dilakukan dengan mengamati, mengevaluasi, memberikan masukan, dan memberikan bimbingan pada para guru atau tenaga pendidik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran tercapai dan standar kualitas yang diharapkan dapat dicapai. Supervisi juga merupakan suatu kegiatan yang bersifat kolaboratif yang melibatkan guru atau tenaga pendidik, supervisor, dan pihak lain yang terkait. Melalui supervisi, para guru atau tenaga pendidik dapat memperoleh umpan balik dan bimbingan untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja mereka, sementara supervisor dapat memperoleh informasi dan pemahaman tentang masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dan pengajaran. Pada dasarnya supervisi pendidikan maupun pendidikan Islam yang dilaksanakan mengarah kepada dua aspek. (1) Supervisi Akademik, yaitu bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran atau bimbingan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Supervisi akademik terbagi menjadi dua, yaitu (a) supervisi kelas dan (b) supervisi klinis. Fokus supervisi kelas dan supervisi klinis adalah guru. (2) Supervisi Manajerial, yaitu mengawasi orang-orang yang menjadi manajer atau kepala sekolah yang terdiri dari pengembangan staf atau tenaga kependidikan dan kinerja kepala sekolah, sasaran dari supervisi ini adalah orang dan kegiatannya. 32 B. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan Berikut adalah beberapa prinsip supervisi pendidikan yang penting untuk diterapkan. 32 M. Kristiawan and others, Supervisi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2019).
59 1. Prinsip Objektivitas dan Berkeadilan Setiap keputusan yang diambil dalam supervisi harus didasarkan pada bukti dan fakta yang jelas, bukan asumsi atau pendapat subjektif. Hal ini memastikan bahwa evaluasi dilakukan secara objektif dan tidak diskriminatif. 2. Prinsip Partisipatif Proses supervisi harus melibatkan para guru atau tenaga pendidik secara aktif dan terbuka dalam mengidentifikasi masalah dan merumuskan solusi yang tepat. Hal ini dapat memperkuat rasa kepemilikan guru atau tenaga pendidik terhadap proses pembelajaran dan pengajaran yang mereka lakukan. 3. Prinsip Kolaboratif Supervisi harus dilakukan dalam kerja sama dan kolaborasi antara supervisor dan guru atau tenaga pendidik. Dalam konteks pendidikan, supervisi yang dilakukan dengan cara mengancam atau memaksa guru atau tenaga pendidik dapat merusak hubungan kerja sama yang sehat dan produktif. 4. Prinsip Pengembangan Supervisi harus dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran. Supervisor harus memberikan umpan balik yang konstruktif dan memberikan rekomendasi yang berguna untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan guru atau tenaga pendidik. 5. Prinsip Transparansi Hasil supervisi harus terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak yang terkait. Hal ini dapat memperkuat akuntabilitas dan memastikan bahwa para guru atau tenaga pendidik dapat mengakses dan menggunakan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja mereka. 6. Prinsip Kontinuitas Supervisi harus dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan, bukan hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Hal ini memungkinkan guru atau tenaga pendidik untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka serta dapat
60 memastikan bahwa kualitas pembelajaran dan pengajaran terus meningkat dari waktu ke waktu. Tabel Prinsip pelaksanaan supervisi No Prinsip Indikator 1 Objektif Keputusan yang diambil dalam supervisi harus didasarkan pada bukti dan fakta yang jelas, bukan asumsi atau pendapat subjektif. 2 Partisipatif Melibatkan para guru atau tenaga pendidik secara aktif dan terbuka dalam mengidentifikasi masalah dan merumuskan solusi. 3 Kerja sama Supervisi harus dilakukan dalam kerja sama dan kolaborasi antara supervisor dan guru atau tenaga pendidik. 4 Pengembangan Dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran. 5 Transparansi Supervisi harus terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak yang terkait. 6 Kontinuitas Supervisi dilakukan secara terusmenerus dan berkelanjutan. C. Macam-Macam Supervisi Pendidikan Berikut adalah beberapa teknik dan pendekatan supervisi pendidikan yang dapat diterapkan. 1. Supervisi Klinis Secara etimologis, supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super yang berarti di atas dan vision yang berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan yang dilakukan oleh atasan kepada
61 bawahan.33 Klinis secara harfiah berarti sebuah pertemuan antara supervisor dengan guru yang bersepakat dan berencana untuk melakukan observasi saat mengajar. Supervisi klinis lebih memusatkan perhatiannya pada perilaku guru yang aktual di kelas.34 Menurut Bellon: Clinical supervision is based on the assumption that the teaching learning situation is at least partly composed of behavior that can be observed and analyzed. At least part of this behavior occurs on a more or less regular basis and can be associated with learning outcomes. Therefore, the identification of certain patterns of behavior can result in improvement of instruction and learning outcomes for students. These are assumptions that provide the rationale for the strong emphasis on the observation and analysis of behavior in the classroom that are characteristic of clinical supervision”.35 Supervisi klinis didasarkan pada asumsi bahwa situasi belajar mengajar dan perilaku yang dapat diamati dan dianalisis. Setidaknya sebagian dari perilaku ini terjadi kurang lebih secara teratur dan dapat dikaitkan dengan hasil belajar. Oleh karena itu, dengan mengidentifikasi pola perilaku tertentu dapat menghasilkan peningkatan instruksi dan hasil belajar bagi siswa. Supervisi klinis melibatkan pengamatan langsung oleh supervisor pada guru atau tenaga pendidik ketika mereka sedang mengajar. Dalam pendekatan ini, supervisor memberikan umpan balik secara langsung terhadap kinerja guru atau tenaga pendidik. Supervisi klinis memiliki tujuan, yaitu (1) membangun kesadaran guru tentang tanggung jawab profesional dan kelemahannya; (2) membantu guru dalam mengidentifikasi kelemahannya; (3) membantu guru dalam menangani masalah tentang kelemahannya; (4) meningkatkan profesionalitas dan kemampuan diri guru secara berkelanjutan; (5) membantu guru mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran; (6) memenuhi 33 Arikunto.Hlm. 2 34 Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional, (Yogyakarta: Deepublish, 2015). Hlm. 89 35 Bellon and and others, Classroom Supervision and Instructional Improvement: A Synergetic Procers (Dubuque, lowa: Kendall/Hunt, 1980). P. 7-8
62 kebutuhan guru; (7) menyatukan hubungan supervisor dan guru; serta (8) memperbarui sistem pembelajaran guru.36 2. Supervisi Nonklinis Supervisi nonklinis melibatkan observasi tidak langsung, seperti melalui pengamatan video atau rekaman audio dari pengajaran guru atau tenaga pendidik. Hal ini dapat memberikan supervisor lebih banyak waktu untuk mengumpulkan bukti dan data tentang kinerja guru atau tenaga pendidik. 3. Supervisi Kolaboratif Supervisi kolaboratif melibatkan kolaborasi antara supervisor dan guru atau tenaga pendidik dalam merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program atau kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat memperkuat rasa kepemilikan guru atau tenaga pendidik dalam proses supervisi dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran. 4. Supervisi Formatif Supervisi formatif bertujuan untuk membantu guru atau tenaga pendidik dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Umpan balik yang diberikan oleh supervisor dalam pendekatan ini lebih bersifat konstruktif dan membantu guru atau tenaga pendidik dalam meningkatkan kinerja mereka. 5. SupervisiSumatif Supervisi sumatif bertujuan untuk mengevaluasi kinerja guru atau tenaga pendidik pada akhir suatu periode, seperti pada akhir semester atau tahun ajaran. Hasil supervisi sumatif digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan mengenai promosi, kenaikan gaji, atau pemberhentian. 6. Supervisi Individual Supervisi individual dilakukan secara individu dengan guru atau tenaga pendidik dan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh setiap individu. Pendekatan ini memungkinkan supervisor untuk memberikan umpan balik dan 36 Lim Walimah and Dkk, Supervisi Klinis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah) (Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat). Hlm. 5
63 dukungan yang lebih terfokus dan sesuai dengan kebutuhan setiap guru atau tenaga pendidik. 7. Supervisi Kelompok Supervisi kelompok dilakukan dalam kelompok dan memungkinkan guru atau tenaga pendidik untuk saling berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan kolaborasi dan memperkuat rasa kepemilikan terhadap proses pembelajaran dan pengajaran. D. Teknik Komunikasi Supervisi Supervisi pada hakikatnya adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran itu sendiri sehingga ada keterikatan antara perilaku supervisi, perilaku mengajar, dan perilaku belajar. Hubungan ketiga komponen ini dapat dilihat dalam gambar berikut. Gambar pola keterikatan hubungan komponen supervisi Pada gambar tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara guru, peserta didik, dan supervisor. Hal ini sesuai dengan prinsip supervisi, yaitu kooperatif/ bekerja sama. Seorang supervisor dituntut untuk dapat merangkul guru-guru dan berbagi pengalaman dan ilmu yang dimiliki sehingga terbangun hubungan ukhuah atau kekeluargaan. Hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi perlu adanya teknik komunikasi yang intens. Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan aktivitas yang banyak mendapat perhatian dan Perilaku Supervisi Hasil Belajar Perilaku Mengajar Perilaku Belajar
64 penjelasan khusus karena Allah Swt. telah berfirman dalam Q.S. AlBaqarah (2) ayat 83. ا ً ن ْ ُس لنَّا ِس ح ِ ا ل ْ لُو ْ ُو ق َ و “Dan berkatalah kamu dengan cara yang baik (cara berkomunikasi)” Ada beberapa teknik dalam berkomunikasi yang berlandaskan ajaran Islam. 1. Qaulan Sadida, prinsip ini sejalan dengan firman Allah Q.S. An-Nisa (4) ayat 9 yang artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan mereka). Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Qaulan sadidan berarti ucapan, pembicaraan, dan perkataan yang benar, baik dari aspek substansi atau isi pesan maupun redaksi atau tata bahasa. Dari aspek substansi dikaitkan dengan komunikasi supervisi pendidikan Islam bahwa dalam menyampaikan informasi dari supervisor maupun dari yang disupervisi hendaklah disampaikan sesuai dengan kebenaran, faktual, dan yang benarbenar apa adanya, jujur ,tidak merekayasa atau memanipulasi data. 2. Qaulan Baligha, prinsip ini sejalan dengan Al-Qur’an Surah AnNisa’ (4)-ayat 63 yang artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” Komunikasi yang dilakukan oleh para supervisor dan yang disupervisi hendaklah menggunakan kata-kata yang mudah, ringkas, dan tepat sehingga mudah dimengerti. 3. Qaulan Ma’rufa ( QS. Al-Baqarah (2): 235; QS. An- Nisa’(4): 5 dan 8; dan QS. Al-Ahzab (33): 32)
65 ْ ُكم ُسِ ْف ن َ ا ا ْ ِِف ْ ُم ت ْ ن َ َْكن ا ْ َو ا ِ ء ٰۤ ا َ س ِ الن ِ ة َ طْب ْ خِ ن ِ ه م ِ ب ْ ُم َّ ْضت ر َ ا ع َ م ْ ي ِ ف ْ ُكم ْ لَي َ ع َ اح َ ن ُ َل ج َ و ْ نَّ ُكم َ ا ُ ٓ اّلل َ م ِ ل َ َ ع َّلا ا ِ ا ا ًّ ر ُ َّن سِ ه ْ ُو د اعِ َ ُو َّل ت ْ ن ٓكِ ل َ ََنَُّن و ْ و ُ ْذُكر َ ت َ ْ س ًل َو ا ق ْ لُو ْ ُو َق ْن ت َ ٓ َّن اّلل َ اا ا ْ و ُ لَم ْ اع َ لَه و َ َج ا ُ ٓتب الْكِ َ لُغ ْ ب َ ٓ ي َّت َكا ِح ح ِ َ الن ة َ ْد ق ُ ا ع ْ و ُ ِزم ْ َع َل ت َ ا ە و ً ف ْ و ُ ر ْ َّمع ٌ م ْ ي ِ ل َ ٌ ح ر ْ ُو غَف َ ٓ َّن اّلل َ اا ا ْ و ُ لَم ْ اع َ َۚو ُ ه ْ و ُ َذر ْ اح َ ف ْ ُكم ُسِ ْف ن َ ا ا ْ ا ِِف َ م ُ لَم ْ ع َ ࣖ ي “Dan tidak ada dosa bagimu meminang perempuan-perempuan itu dengan sindiran atau kamu sembunyikan (keinginanmu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut kepada mereka. Tetapi janganlah kamu membuat perjanjian (untuk menikah) dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang baik. Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis masa idahnya. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.” (Q.S. Al-Baqarah: 235) ا َ ه ْ ي ِ ف ْ م ُ ه ْ ُو ق ُ ز ْ َّوار ا ً ٓم ي ِ ق ْ لَ ُكم ُ ٓ اّلل َ َل ع َ ج ْ الَِِّت ُ الَ ُكم َ و ْ َم ا َ ء ٰۤ ا َ َه ُّسف ُوا ال ت ْ ُؤ َل ت َ و ا ً ف ْ و ُ ر ْ ًل َّمع ْ َو ق ْ م ُ ا ََل ْ لُو ْ ُو ق َ و ْ م ُ ه ْ و ُ ْكس ا َ و “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. An- Nisa’ (4): 5) ا ْ لُو ْ ُو ق َ و ُ ْه ن ِ م ْ م ُ ه ْ ُو ق ُ ز ْ ار َ ْ ُْي ف ٓسكِ َ الْم َ ٓمى و ٓت َ الْي َ ٰٓب و ْ ُر ُولُوا الْق ا َ ة َ م ْ س ِ الْق َ َ َضر ذَا ح ِ ا َ و ا ً ف ْ و ُ ر ْ ًل َّمع ْ َو ق ْ م ُ ََل “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anakanak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. An- Nisa’(4): 8)
66 َ ْن َََل ََتْ َضع ُُْتَّ ف ي َ ات َّق نِ ِ ا ِ ء ٰۤ ا َ س ِ الن َ ن ِ م دٍ َ َح ْ ُُتَّ َكا ِ لَس النَِِّب َ ء ٰۤ ا َ س ِ ٓن ي َ ع َ َطْم ي َ ِل ف ْ َو َِّبلْق َۚ ا ً ف ْ و ُ ر ْ ًل َّمع ْ َو ق َ لْن ُ َ ٌض َّوق ر َ ه م ِ لْب َ ق ْ ِِف ْ ي الَّذِ “Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemahlembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. ( Q.S. Al-Ahzab (33): 32) 4. Qaulan Karima ( Q.S. Al-Isra’ (17): 23) ََ ُب َ َك الْكِ ْد ن َ َّن عِ لُغ ْ ب َ َّما ي ِ ا ا ً ٓسن ْ ح ِ ِن ا ْ ي َ د ِ ال َ َِّبلْو َ و ُ َّٰيه ِ َّلا ا ِ اا ا ْ ُو د ُ ب ْ َع َّل ت َ َك ا ُّ ب َ ٓضى ر َ ق َ و ا ً ًل َكِرْْي ْ َو ا ق َ م ُ ََّل ْ ُل ق َ ا و َ َُه ْ ر َ ْه ن َ َّوَل ت ُ فٍ اا ا َ م ُ ََّل ْ ُل َق َََل ت ا ف َ م ُ لٓه ْ كِ َو اا ا َ ُ َُه د َ َح ا “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. 5. Qaulan Layina ( Q.S. Thaha (20): 44) ٓشى ََيْ ْ َو ا ُ َذَّكر َ ت َ لَّه ي َ ا لَّع ً ن ِ ي ًل لَّ ْ َو َل لَه ق ْ ُو َق ف “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan katakata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”.
67 6. Qaulan Maisura ( Q.S. Al-Isra’ (17): 28) ا ً ر ْ و ُ ْس ًل َّمي ْ َو ق ْ م ُ ََّل ْ ُل َق ا ف َ ه ْ و ُ ْج َر َك ت ِ َّرب ْ ن ِ م ٍ ة ْْحَ َ ر َ ء ٰۤ ا َ غ ِ ت ْ اب ُ م ُ ْه ن َ َض َّن ع ِر ْ ُع َّما ت ِ ا َ و “Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut”. E. Rangkuman 1. Supervisi merupakan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan dengan mengamati, mengevaluasi, memberikan masukan, dan memberikan bimbingan pada para guru atau tenaga pendidik. 2. Supervisi harus dilakukan secara transparan, objektif, adil, partisipatif, kolaboratif, kontinu, dan bertujuan untuk pengembangan. 3. Supervisi klinis melibatkan pengamatan langsung oleh supervisor pada guru atau tenaga pendidik ketika mereka sedang mengajar, sedangkan supervisi nonklinis dilakukan melalui pengamatan audio visual. 4. Supervisi sumatif bertujuan untuk mengevaluasi kinerja guru atau tenaga pendidik pada akhir suatu periode. 5. Komunikasi supervisi harus dilakukan dengan bahasa yang santun. F. Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1. Apa yang dimaksud dengan supervisi? Terangkan! 2. Apa arah dan tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan? 3. Sebutkan prinsip-prinsip dalam supervisi pendidikan ! 4. Bedakan antara supervisi klinis dan nonklinis! 5. Bagaimanakah teknik komunikasi supervisi?
68 BAB V MENJAGA CITRA GURU A. Pengertian Citra Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti rupa, gambar, dan gambaran. Citra diartikan sebagai rupa atau gambaran yang dimiliki mengenai orang banyak, mengenai pribadi, organisasi atau produk, kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa untuk dievaluasi.37 Citra guru adalah gambaran atau persepsi yang dimiliki oleh orang lain terhadap guru sebagai individu dan profesi. Citra guru mencakup berbagai aspek, seperti penampilan fisik, sikap, perilaku, kompetensi, dan kredibilitas dalam mengajar. Citra guru juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh media, serta lingkungan sosial dan budaya di sekitarnya. Citra guru yang positif dapat membantu meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik serta membantu membangun hubungan yang baik antara guru, peserta didik, dan orang tua. Sebaliknya, citra guru yang negatif dapat menghambat kinerja guru serta mengurangi motivasi dan minat belajar peserta didik. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memperhatikan citra mereka dan membangun citra yang positif dengan menjadi teladan yang baik dalam hal penampilan, sikap, dan kinerja di kelas serta memperkuat kompetensi profesional dalam mengajar. B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Citra Guru Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi citra guru. 37 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amelia, 2003). Hlm. 110
69 1. Kompetensi Kompetensi guru dalam mengajar, pengetahuan dan keterampilan dalam bidang akademik dan nonakademik akan memengaruhi citra guru. 2. Sikap Sikap guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, orang tua peserta didik, dan rekan kerja akan memengaruhi citra guru. 3. Penampil (Performance) Penampilan guru, seperti pakaian, rambut, dan make-up dapat memengaruhi citra guru di mata peserta didik dan orang tua. 4. Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi peserta didik atau orang tua peserta didik terhadap guru yang pernah mereka alami dapat memengaruhi citra guru. 5. Media Media, seperti televisi, internet, dan media sosial juga dapat memengaruhi citra guru dengan memberikan informasi positif atau negatif tentang profesi guru. 6. Lingkungan Sosial dan Budaya Lingkungan sosial dan budaya di sekitar guru, seperti norma dan nilai masyarakat akan memengaruhi citra guru. 7. Kepuasan Peserta Didik Kepuasan peserta didik terhadap guru dalam hal pengajaran, hubungan interpersonal, dan kualitas belajar yang diberikan juga dapat memengaruhi citra guru. 8. Kepuasan Orang Tua Kepuasan orang tua terhadap guru dalam hal pengajaran, hubungan interpersonal, dan kualitas belajar yang diberikan juga dapat memengaruhi citra guru. C. Komitmen Guru Guru harus menjaga komitmennya karena itu sangat penting dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Berikut adalah beberapa komitmen yang harus dijaga oleh seorang guru.
70 1. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Seorang guru harus memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dan memastikan bahwa peserta didik menerima pendidikan yang berkualitas. 2. Meningkatkan Kompetensi Seorang guru harus memiliki komitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan keterampilan dalam bidang akademik dan nonakademik. 3. Memotivasi Peserta Didik Seorang guru harus memiliki tanggung jawab untuk memotivasi peserta didik untuk belajar dan mengembangkan minat mereka terhadap pelajaran yang diajarkan. 4. Memberikan Perhatian Individu Seorang guru harus memiliki komitmen untuk memberikan perhatian individu kepada peserta didik dan membantu mereka dalam mengatasi masalah akademik dan nonakademik. 5. Menjaga Keamanan dan Keselamatan Peserta Didik Seorang guru harus memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan keselamatan peserta didik di sekolah dan selama kegiatan belajar mengajar. 6. Menghargai Keberagaman Seorang guru harus memiliki komitmen untuk menghargai keberagaman budaya, suku, dan agama peserta didik serta mempromosikan toleransi dan kerja sama antarpeserta didik. 7. Menjalin Komunikasi yang Baik Seorang guru harus memiliki tanggung jawab untuk menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik, orang tua, dan rekan kerja di sekolah. 8. Menjaga Integritas Seorang guru harus memiliki komitmen untuk menjaga integritas dan etika profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
71 D. Rangkuman Penjelasan di atas dapat dirangkum sebagai berikut. 1. Citra guru adalah gambaran atau persepsi yang dimiliki oleh orang lain terhadap guru sebagai individu dan profesi. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi citra guru adalah kompetensi yang dimiliki, sikap, penampilan, pengalaman pribadi, media, lingkungan sosial, serta kepuasan orang tua dan peserta didik. 3. Guru harus menjaga komitmennya karena penting untuk menjalankan tugasnya. E. Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 6. Apakah citra itu? Bagaimana citra guru yang harus dijaga? 7. Faktor apa sajakah yang dapat memengaruhi citra guru? 8. Apa sajakah komitmen guru yang harus dijaga? 9. Berilah contoh komitmen guru dalam menghargai keberagaman!
72 BAB VI ORGANISASI PROFESI GURU A. Urgensi Organisasi Profesi Guru Di era globalisasi ini perang guru sangat dibutuhkan. Namun, di sisi lain guru sering mendapatkan tantangan dan rintangan. Beberapa kasus menunjukkan ada oknum guru yang dimejahijaukan karena mengingatkan anak yang bersalah dengan cara yang dianggap tidak mendidik. Ada juga yang mendapat perlakuan yang tidak senonoh dari peserta didik dan orang tuanya. Belum lagi kesejahteraan guru yang kurang mendapat perhatian pada umumnya. Dua contoh kasus di atas semakin menguatkan urgensi pembentukan organisasi profesi guru. Organisasi profesi guru selanjutnya berfungsi untuk melindungi, memperjuangkan, meningkatkan hak dan kesejahteraan para guru, serta memajukan pendidikan di Indonesia. Beberapa pemikiran yang mendasari pembentukan organisasi profesi guru di Indonesia. 1. Dasar Konstitusi Indonesia Konstitusi Indonesia mengakui hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan setiap guru memiliki hak yang sama dalam melaksanakan tugasnya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini mengatur mengenai hak dan kewajiban guru serta memberikan jaminan perlindungan dan kesejahteraan bagi para guru. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan: Peraturan ini mengatur mengenai standar kompetensi yang harus dimiliki oleh para guru sehingga diperlukan organisasi profesi guru sebagai wadah untuk meningkatkan kualitas guru dan memenuhi standar tersebut. 2. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Organisasi profesi guru dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan
73 kepada para guru untuk melakukan penelitian dan inovasi dalam bidang pendidikan. Dengan dasar-dasar tersebut, pembentukan organisasi profesi guru di Indonesia diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia serta memperjuangkan hak dan kesejahteraan para guru. 3. Dasar Agama ✓ Organisasi berfungsi sebagai wadah kontrol dan evaluasi (altawashi) sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Ashr (103) ayat 3. َّل ِ ا ِ ْ َِّبل َّصُب ا ْ و َ اص َ َو ت َ ەن و ِ ق َ َِّب ْْل ا ْ و َ اص َ َو ت َ ٓح ِت و ِ ٓل لُوا الص َمِ ع َ ا و ْ ُو ن َ آم َ ْن ي الَّذِ ࣖ “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. ✓ Meneguhkan kebenaran, sebagaimana dijelaskan di bawah ini. ظَامِ ِ ن ِ ب ُ ل اطِ َ الب ُ ه ُ ب ِ ل ْ غ َ َ ْد ي ق ظَامٍ ِ ن ِ ْ َري غ ِ ق ب ُّ َ اْل “Kebenaran yang tidak dikelola akan dikalahkan dengan kebatilan yang rapi”. ✓ Bekerja Harus Profesional َ ل َمِ ب إذَا ع ُّ ُُيِ َ َّن هللا إ لَى ِ ْ ع َ ي ْ و ُ أب ُ ه َ ج َ ر ْ . أَخ ُ ه َ ن ِ ْق ت ُ ْن ي ًَل أَ َ َم ع ْ ُدُكم َ أَح اِّن َ ْ الطَُّب َ و “Sesungguhnya menyukai seseorang yang bekerja dengan tekun (terprogram)” (H.R Abu Ya’la dan Thabrani)
74 B. Tujuan Organisasi Profesi Guru Tujuan organisasi profesi guru adalah untuk melindungi, memperjuangkan, dan meningkatkan hak dan kesejahteraan para guru serta memajukan pendidikan di Indonesia. Berikut beberapa tujuan utama dari organisasi profesi guru di Indonesia. 1. Meningkatkan Kualitas Guru Organisasi profesi guru di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru dengan memberikan pelatihan dan pendidikan, baik yang bersifat akademis maupun nonakademis untuk meningkatkan kompetensi para guru. 2. Meningkatkan Kesejahteraan Guru Organisasi profesi guru di Indonesia bertujuan untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan para guru, seperti penghasilan yang layak, jaminan sosial, dan kepastian kerja yang jelas. 3. Menjaga Etika Profesi Organisasi profesi guru di Indonesia bertujuan untuk menjaga etika profesi dan menegakkan standar-standar profesi yang baik. 4. Menghadapi Perubahan dalam Bidang Pendidikan Organisasi profesi guru di Indonesia bertujuan untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan dengan melakukan inovasi, riset, dan pengembangan kurikulum. 5. Meningkatkan Peran Guru dalam Pembangunan Nasional Organisasi profesi guru di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan peran dan kontribusi para guru dalam pembangunan nasional. Dengan tujuan-tujuan tersebut, organisasi profesi guru di Indonesia diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia serta memperjuangkan hak dan kesejahteraan para guru. C. Macam-Macam Organisasi Profesi Guru Organisasi profesi guru diperlukan sebagai wadah komunikasi, konsolidasi, dan pengembangan profesionalitasnya sehingga marwah
75 guru dapat terjaga dengan baik. Di Indonesia, terdapat berbagai macam organisasi profesi guru, berikut penjelasannya secara singkat. 1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) PGRI adalah organisasi profesi guru yang pertama kali didirikan di Indonesia pada tanggal 25 November 1945. Tujuan PGRI adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan kesejahteraan guru, dan memperjuangkan hak-hak guru. 2. Ikatan Guru Indonesia (IGI) IGI adalah organisasi profesi guru yang didirikan pada tahun 1977. IGI fokus pada pembinaan, pengembangan kualitas guru dan pendidikan, serta memperjuangkan hak-hak guru dan meningkatkan kesejahteraan guru. 3. Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII) PGII adalah organisasi profesi guru yang didirikan pada tahun 1939. PGII fokus pada pembinaan guru-guru Islam, pengembangan kurikulum Islam, serta memperjuangkan hak-hak guru Islam. 4. Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) PGMI adalah organisasi profesi guru yang didirikan pada tahun 1963. PGMI fokus pada pembinaan guru-guru madrasah, pengembangan kurikulum, serta memperjuangkan hak-hak guru madrasah. 5. Himpunan Pengajar dan Tenaga Pendidik Indonesia (HPTPI) HPTPI adalah organisasi profesi guru yang didirikan pada tahun 1961. HPTPI fokus pada pembinaan dan pengembangan kualitas pengajar dan tenaga pendidik serta memperjuangkan hakhak pengajar dan tenaga pendidik. 6. Asosiasi Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (AGTKI) AGTKI adalah organisasi profesi guru yang didirikan pada tahun 1983. AGTKI fokus pada pembinaan dan pengembangan kualitas guru taman kanak-kanak serta memperjuangkan hak-hak guru taman kanak-kanak. Selain keenam organisasi tersebut, masih ada beberapa organisasi profesi guru yang berada di bawah organisasi induk lainnya, seperti organisasi guru di bawah NU dan Muhammadiyah. Kesemua organisasi profesi guru ini bertujuan untuk
76 memperjuangkan hak-hak, kesejahteraan, meningkatkan kualitas para guru, serta memajukan pendidikan di Indonesia. D. Kode Etik Guru Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai, serta aturan profesional secara tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar serta apa yang tidak benar dan juga tidak baik bagi profesional. Secara singkat pengertian kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis di dalam melakukan suatu kegiatan atau suatu pekerjaan. Kode etik berhubungan dengan perilaku seseorang. Kode etik guru adalah seperangkat aturan atau prinsip moral yang harus dipegang dan dijunjung tinggi oleh setiap guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Kode etik ini bertujuan untuk menjaga profesionalisme guru dalam memberikan pengajaran dan mendidik peserta didik serta untuk menjamin kualitas pendidikan yang baik. Beberapa contoh prinsip dalam kode etik guru di Indonesia, yaitu • mencintai profesinya dan memiliki komitmen yang tinggi untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang baik; • menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai guru; • menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjadi guru, seperti informasi pribadi, peserta didik, dan keluarganya; • memperlakukan peserta didik dengan adil dan sama rasa tanpa diskriminasi; • tidak melakukan tindakan yang merugikan, merendahkan, atau merugikan martabat peserta didik; • menjaga hubungan yang baik sesama teman sejawat, dengan sesama guru, staf, orang tua peserta didik, dan masyarakat; • tidak menerima atau memberikan hadiah atau imbalan yang dapat memengaruhi independensi dan profesionalisme dalam mengajar; serta • menghormati hak cipta, kekayaan intelektual, dan etika penulisan dalam penerbitan karya ilmiah.
77 Dengan mengikuti kode etik guru, diharapkan para guru dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang baik dan menjaga profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. E. Komponen dan Aktivitas Organisasi Organisasi profesi guru memiliki beberapa komponen dan aktivitas yang berkaitan dengan tujuan dan kegiatan organisasi tersebut. Beberapa komponen dan aktivitas tersebut sebagai berikut. 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan tata letak atau kerangka organisasi yang meliputi pembagian tugas dan tanggung jawab dalam organisasi serta hierarki pengambilan keputusan dan pemimpin organisasi. 2. Anggota Organisasi Merupakan individu-individu yang menjadi anggota organisasi dan memiliki hak dan kewajiban dalam organisasi tersebut. 3. Visi, Misi, dan Tujuan Merupakan tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang ingin dicapai oleh organisasi untuk mencapai misi dan memenuhi visinya. 4. Program dan Kegiatan Merupakan kegiatan atau program yang direncanakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan dan misinya. 5. Sumber Daya Merupakan sumber daya manusia, finansial, dan fisik yang dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan kegiatan dan program. 6. Komunikasi dan Koordinasi Merupakan proses komunikasi dan koordinasi antara anggota organisasi, pengurus, dan pihak luar organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan. 7. Evaluasi dan Monitoring Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan misi organisasi serta mengukur efektivitas program dan kegiatan yang telah dilakukan. Dengan adanya komponen dan aktivitas organisasi profesi guru yang jelas, diharapkan organisasi tersebut dapat berfungsi secara
78 efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya dan memberikan manfaat bagi anggota organisasi dan masyarakat. F. Rangkuman Penjelasan di atas dapat dirangkum sebagai berikut. 1. Organisasi profesi guru berfungsi untuk melindungi, memperjuangkan, meningkatkan hak dan kesejahteraan para guru, serta memajukan pendidikan di Indonesia. 2. Hak dan kewajiban guru diatur oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005. 3. PGRI, Persatuan Guru Republik Indonesia adalah satu satu organisasi profesi guru yang terbesar di Indonesia. 4. Kode etik guru adalah seperangkat aturan atau prinsip moral yang harus dipegang dan dijunjung tinggi oleh setiap guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. G. Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Mengapa organisasi profesi guru diperlukan? 2. Apa organisasi guru terbesar di Indonesia? 3. Apa tujuan dibentuknya organisasi profesi guru? 4. Jelaskan dasar agama tentang perlunya organisasi! 5. Sebutkan macam-macam organisasi profesi guru!
79 DAFTAR PUSTAKA Akhyar, Syaiful. 2006. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Cita Pustaka Media. Al-Abrasyi, M. Athiyah. 1987. Dasar-Dasr Pokok Pendidikan Islam, Terj..Bustami A. Ghani. Jakarta: Bulan Bintang. Al-Abrasyi, Moh. Athiyah. 1993. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Al., Rasyidin. 2018. Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Praktik Pendidikan Islami. Bandung: Cita Pustaka Media. An-Nahlawi, Abdurrahman. 1996. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press. Anwar, Desy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta. Bellon, and and others. 1980. Classroom Supervision and Instructional Improvement: A Synergetic Procer. Dubuque, lowa: Kendall/Hunt. Damin, Sudarmin. 2010. Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Daulay, Asrul, and Ja’far. 2016. Falsafah Pendidikan Islami: Menguak NilaiNilai Pendidikan Dalam Tradisi Islam. Medan: Perdana Publishing. Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Ja’far. 2015. "Tarekat Dan Gerakan Sosial Keagamaan Shaykh Hasan Maksum". TEOSOFI: Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam, 5.2, 269– 93. Jelantik, Ketut. 2015. Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional. Yogyakarta: Deepublish. Kristiawan, M., Y, dkk. 2019. Supervisi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Mihmidaty, Ya’cub. 2018. Model Pendidikan Tasawuf Pada Tariqah Shadhiliyah. Surabaya: Pustaka Media. Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Anggota IKAPI.
80 Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. Nawawi, Saifurrahman. 2018. Nilai Pendidikan Sufistik K.H. Imam Zarkasyi. Yogyakarta: SUKA-Press. Nizar, Syamsul, and Zainal Efendi Hasibuan. 2018. Pendidik Ideal, Bangunan Character Building. Depok: Prenada Media Group. Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Sanusi, A., dkk. 1990. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan: Laporan Kemajuan. Bandung: PPS IKIP Bandung. Sardiman. 2010. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Shihab, M. Quraish. 2018. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. Bandung: Mizan. Sulaiman, Fathiyah Hasan. 1964. Madzahibu Fi Al Tarbiyah, Bahtsun Fi Al Madzahibi Al Tarbawi ‘inda Al Ghazali. Al Qahirah: Maktabah Nahdah. Tafsir, Ahmad. 1994. IlmuPendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Takariawan, Cahyadi. 2003. Refleksi Diri Seorang Murabbi. Jakarta: Pustaka Tarbiatuna. Uzer Usman, Moh. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Walimah, Lim, dkk. Supervisi Klinis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Zarnuji. 1963. Ta’lim Al-Muta’allim. Kudus: Menara.
81 TENTANG PENULIS Umar Said Wijaya, M.Pd., lahir di Mojokerto, 10 Juni 1967. Pendidikan dasar dilaluinya di Madrasah Ibtidaiyyah Sunan Ampel Sumberagung Jatirejo Mojokerto, sore harinya ia gunakan untuk menambah pelajaran Al-Qur’an di surau dekat rumahnya. Anak kedua dari pasangan guru agama, Sugiantoro dan Supijah itu selepas tamat Madrasah Ibtidaiyyah, melanjukan studi di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Selama enam tahun di Gontor, ia mendapat gemblengan guru-guru terbaik, selanjutnya ia mendapat tugas khidmah (pengabdian) di Banyuwangi. Merintis Pondok Modern Gontor Banyuwangi tahun 1987, pengalaman merintis pesantren dari nol dan menghadapi berbagai masalah pada masa perintisan tidak memadamkan semangatnya untuk belajar. Tahun 1988, suami dari Kurniasih ini melanjutkan studi di Universitas Ibrahimy Genteng Banyuwangi, tetapi karena beberapa hal, akhirnya ia menamatkan S1-nya di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Mojokerto. Pendidikan S2 dan S3 ditempuh di perguruan tinggi yang sama yaitu, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengalaman mengajar di pesantren dijalani sejak tahun 1987 sampai sekarang. Pada tahun 2012 mendapat amanat untuk menjadi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Nurussalam Dadung Sambirejo Mantingan Ngawi, yang merupakan sekolah model billingual pertama di kota itu. pada tahun 2017 sampai 2021 ia diberi amanat untuk menjadi pengasuh di Pondok Modern Gontor Putri kampus 2 Mantingan Ngawi, dan sekarang menjadi pengajar di Universitas Darussalam Gontor serta aktif di kepengurusan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern (PPIKPM) Gontor. Pengalaman internasional dimulai pada tahun 2010, ayah dari Intan Kusuma Sabila, Nida Atqiya Sabila, Tri Armi Berliani, Wan Azizah Said, dan Nadzar Said Syakur berkunjung ke Huang Zuo China dalam rangka studi pendidikan pengembangan industri rumah tangga. Pada tahun 2015 mendapat kesempatan untuk menjadi Volunteer Committee of The 23rd
82 World Scout Jambore On-Site Programme Global Development Village (unity, harmony, and togatherness) di Kirarahama Yamaguchi Jepang.