The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhammadsholehspdmpd, 2021-12-30 10:13:39

1.4 AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

1.4 AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

Muhammad Sholeh

CGP Kab. Karanganyar

Angkatan 4

1. Latar Belakang

Budaya Positif di sekolah sangatlah penting untuk dapat mengembangkan
peserta didik yang memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan
sebagai pedoman pendidikan di Indonesia. Untuk membangun budaya positif, sekolah
perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar peserta didik mampu
berfikir, bertindak, dan mencipta secara merdeka, mandiri, dan bertanggungjawab.

Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin positif yang
selama ini dijalankan di sekolah. Kesadaran akan penerapan disiplin positif belum
berdasarkan motivasi internal, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin
positif, namun masih menganut sistem penghargaan dan hukuman. Model disiplin yang
dibangun masih belum berpusat pada siswa selain itu posisi kontrol guru belum sampai
pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum dan pembuat siswa merasa bersalah.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan siswa-siswa yang memiliki disiplin diri
sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal
dan memiliki motivasi internal. Siswa yang memiliki disiplin diri berarti mampu
bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Bagaimana Peran kita sebagai pendidik dapat menumbuhkan disiplin diri
pada diri siswa sehingga siswa mampu menggali potensinya menuju kepada sebuah
tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna, mengontrol diri, menguasai diri untuk
memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang dihargai. Bagaimana budaya positif
yang sudah ada disekolah berkembang menjadi karakter semua warga sekolah.
Bagaimana pendidik menumbuhkembangkan budaya positif dalam mewujudkan karakter
profil pelajar pancasila, dan bagaimana menerapkan disiplin restitusi di posisi monitor dan
manajer sehingga lingkungan yang positif, aman dan nyaman dapat terwujud.

2. Tujuan.

Adapun yang menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut:
 Terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif.
 Terbentuknya karakter disiplin yang kuat.

 Menumbuhkan dan menguatkan karakter positif melalui pembiasaan-pembiasaan
positif.

 Menumbuhkembangkan karakter profil pelajar pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pamcasila.

 Menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui penerapan restitusi dalam
menanamkan disiplin positif pada siswa.

3. Tolak Ukur
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol
kegiatan agar tetap terarah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang
digunakan adalah sebagai berikut :
 Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan
yang ada dikelas. Keyakinan kelas ini dibentuk dan disepakati oleh peserta didik
bersama wali kelas.
 Konsistensi peserta didik dan wali kelas dalam menjalankan keyakinan kelas.
 Minimal 75% peserta didik sudah menunjukkan menguatnya karakter positif seperti
religius, peduli, disiplin, toleransi, gotong royong dan bertanggungjawab pada proses
pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.
 Membudayanya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun)
 Munculnya karakter berdaya nalar kritis pada proses pembelajaran yang terlihat dari
keaktifan peserta didik dalam bertanya, berpendapat/berargumen, dan menjawab
pertanyaan dari guru.

4. Deskripsi Aksi Nyata
Aksi nyata kali ini dalam rangka menumbuhkembangkan budaya positif yang

sudah ada disekolah. Mengajak semua pemangku kepentingan untuk senantiasa
melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyeluruh
ke semua warga sekolah. Terutama mengimbaskan di kalangan murid atau peserta didik
dengan motivasi dan dukungan guru pengampu mata pelajaran. Serta bimbingan wali
kelas dalam apresiasi budaya positif dalam dan antar anggota kelas.

Penerapan budaya positif seperti religious, disiplin dan toleransi antar
sesama dikaitkan dengan nilai-nilai pofil pelajar Pancasila yaitu: Beriman dan bertakwa
pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, bersifat kebhinekaan dan
bergotong royong. Dimana nilai-nilai itu akan menjadi dasar pembiasaan positif. Ketika
pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi
pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing global dengan
kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong royong
sesama. Dalam terwujudnya Visi sekolah pada modul dan aksi nyata sebelumnya, erat
kaitannya bagaimana seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini seluruh warga
sekolah bersinergi saling menguatkan dan menumbuhkan karakter positif melalui
pembiasaan-pembiasaan positif. Jika pembiasaan sudah menjadi membudaya, dan
menjadi karakter individunya dalam sebuah institusi sekolah maka akan dengan
mudahnya visi sekolah diciptakan. Begitu juga materi pada modul sebelumnya dimana
nilai-nilai dan peran guru yaitu pembelajaran berpusat pada murid, dengan kolaborasi,
refleksi, guru akan mudah berinovasi dan kemandirian belajar menjadi sebuah
keniscayaan jika karakter guru nya kuat. Mengapa harus berpusat pada murid, karena
sesuai dengan refleksi filosofi pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa
pembelajaran dengan sistem among. Guru sebagai fasilitator di depan menjadi contoh,
ditengah sebagai penyemangat dan di belakang menjadi pendorong demi majunya
sebuah Pendidikan yang bermula dan berpusat pada kebutuhan murid.

Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain
dan peserta didik dalam membangun budaya positif yaitu dengan menguatkan apa yang
sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah. Memunculkan kekuatan, dan
menyamarkan yang hal-hal yang bersifat stagnan. Sehingga yang diharapkan semua
bergerak untuk menuju perubahan yang signifikan. Dengan berkolaborasi membentuk
karakter baik dan menerapkan disiplin positif yang akan menjadi budaya sekolah.
Dengan memulainya dari kelas, mulai dengan murid yang diajar, mulai dengan mata
pelajaran yang diampu. Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas, sehingga
menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi sekolah?. Kelas adalah miniatur dari
sekolah, dan sekolah adalah miniatur dari bangsa. Bangsa yang berbudi pekerti baik
serta berdisiplin positif bermula dari bangku-bangku di sekolah. Sehingga bagaimana

menumbuhkan budaya positif adalah bermula dari kegiatan belajar mengajar di kelas
dan upaya guru berinteraksi dengan murid. Bagaimana menyentuh individu-individu agar
berkarakter positif, bisa diawali dengan menciptakan iklim komunikasi dua arah.
Membangun komunikasi dua arah, adalah cara efektif mengetahui harapan-harapan dari
seorang murid terhadap proses pembelajaran yang dia peroleh dan impikan. Pentingnya
mengetahui harapan dan impian murid adalah salah satu Tindakan reflektif dalam proses
pembelajaran serta penerapan nilai dan peran guru.
Komunikasi dua arah juga memberikan kesempatan murid bertanya, dengan
pembiasaan bertanya disinilah awal mula karakter bernalar kritis akan terbentuk.
Komunikasi dua arah juga akan menimbulkan percaya diri pada murid karena merasa
dihargai dan didengarkan. Ketika murid memiliki aspirasi dan dapat mengeluarkan
pendapatnya itu merupakan suatu apresiasi luar biasa bagi sebuah interaksi guru dan
murid. Membangun kercayaan diri murid adalah sangat penting karena dengan
kepercayaan diri akan muncul empati. Ketika empati dan karakter lain seperti bernalar
kritis muncul sebagai akibat dari sebuah interaksi disitulah akan muncul kreatifitas dan
inovasi-inovasi murid. Sehingga karakter dan budaya positif akan dengan sendirinya
muncul berawal dari pembiasaan positif di kelas.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah dengan
memanfaatkan sumber yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan literasi sekolah,
sehingga akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar. Menerapkan dan
membiasakan komunikasi dua arah pada seluruh warga sekolah. Dampak yang ingin
dilihat adalah kesadaran berdisiplin positif dan membangun budaya positif dimanapun
murid berada. Berawal dari peran guru membudayakan disiplin positif dengan mengubah
paradigma disiplin menjadi disiplin positif.
Budaya positif yang sudah ada di sekolah kami selain 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan
dan Santun), yang menguatkan untuk selalu bersinergi, berkolaborasi dan religious.
Dimana program-program di semua lini dapat dijalankan serta terintegrasi dan
membentuk kebiasaan positif.
Kontrak belajar, begitu kami biasanya menyebut kesepakatan kelas. Biasanya kami
menyepakati kontrak belajar setiap awal pertemua perdana, yaitu awal tahun pelajaran.
Berbeda dengan tahun ini, dimana kondisi pandemic memaksa kami untuk belajar dari

rumah dalam jaringan. Maka kesepakatan kelas kami evaluasi di akhir pembelajaran,
dan meninjau ulang bagaimana kesepakatan kelas kami susun Kembali.
Langkah pertama dalam menyusun kesepakatan kelas yaitu memberikan pertanyaan
pemantik, dimana dalam pertanyaan itu akan muncul harapan-harapan yang diimpikan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Karena masih dalam masa pandemic,
pertanyaan diajukan dalam bentuk angket pada sebuah formulir menggunakan aplikasi
google form dan angket yang disebar online di posting di google classroom. Setelah
angket di rekap tanggapannya, dikelompokkan berdasarkan jenis jawaban, kemudian di
share kembali hasilnya pada peserta didik.
Hasil tanggapan itu yang akan direspon kembali oleh peserta didik yang akan menjadi
draft kesepakatan kelas. Peserta didik merespon, guru sebagai kontrol kelas
mengarahkan bagaimana agar keinginan-keinginan yang mereka tuangkan dalam
angket dapat diwujudkan. Tentunya dengan bekerja sama menentukan formula dari
kesepakatan kelas, agar memudahkan semua yang terlibat dalam pelaksanaannya.
Diawali dengan sebuah percakapan sapaan seperti biasa, “anak-anak apakabar kalian
sekarang…?”, “apakah belajar kalian sudah nyaman?, “kira-kira bagaimana agar kelas
dan kegiatan belajar nyaman, pembelajaran seperti apa yang kalian inginkan?. “agar
terwujud kelas yang kalian impikan, kira-kira apa yang harus dilakukan?”. “Setelah kalian
susun semua keinginan dan harapan, dalam bentuk kalimat positif, kalian simpulkan cara
menempuh impian dan harapan tersebut”. “baiklah, draft kesepakatan sudah tersusun,
mari kita sepakati Bersama, dengan menandatangani draft ini dalam sebuah poster”,
berhubung kelas masih online poster online ini kalian print dan kalian tandatangani di
bawah poster masing-masing, silakan kalian tempel masing-masing di ruang belajar
dirumah kalian.

Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

KEGIATAN MINGGU KE
1 2 34

(a) Membuat perencanaan aksi nyata dan mengkomunikasikannya V

kepada kepala sekolah.

(b) Melakukan revisi perencanaan jika diperlukan sebagai hasil V

konsultasi dengan kepala sekolah.

(c) Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan V

tindakan aksi nyata kepada wali kelas dan rekan sejawat

(d) Melakukan Kegiatan Pembentukan Keyakinan Kelas V

(e) Mendokumentasikan Setiap Kegiatan V V VV

(f) Melakukan kolaborasi dan sharing dengan wali kelas dan V

rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di

kelas.

(g) Mengkomunikasikan dan berkolaborasi dengan orang tua berkaitan V

penerapan disiplin positif di sekolah.

(h) Melakukan Layanan Restitusi VV

(i) Penerapan Disiplin Positif V VV

(j) Mengevaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam V

rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah.

(j) Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala V

sekolah dalam bentuk artikel.

5. Hasil dari Aksi Nyata
Feedback dari siswa dan semua pemangku kepentingan di sekolah, kepala sekolah,
guru, peserta didik, orangtua, komite dan semua tenaga kependidikan, serta semua
warga di lingkungan sekitar sekolah. Tantangan dalam menerapkan budaya positif,
adalah menghadapi murid. Yaitu di jenjang SD dimana karakter sudah banyak terbentuk
dan terpoles berdasarkan pengalaman belajar mereka di lingkungan keluarga dan
lingkungan sekitar, Sehingga keberagaman karakter di jenjang SD sangat kentara,
bergantung dari latar belakang keluarga, lingkungan sekitar, dan bahkan pengaruh social
lingkungan masyarakat disekitarnya.
Heterogenitas pada peserta didik tersebut yang menjadikan karakter dan pembiasaan
positif yang beragam untuk kemudian di blended membentuk kebiasaan positif sekolah
dengan tetap menonjolkan hal-hal positif yang sudah ada. Respon peserta didik tentu
saja merasa senang dan apresiatif, mereka bersemangat melakukan perubahan aturan-

aturan kelas. Bersemangat untuk menyepakati draft kesepakatan karena motivasi
intrinsik untuk menjadi lebih baik. Tantangannya adalah ketika ada suara-suara sumbang
yang enggan memberikan suara, dan tidak mengisi formulir atau angketnya. Ada juga
yang tidak memberikan respon tanggapan meski terhadap respon antar teman.
Barangkali yang tidak memberikan suaranya masih bingung, tapi ada yang hanya
merespon tanggapan temannya saja. Tantangannya lagi adalah mengontrol kelas agar
kondusif fokus dalam kegiatan positif di satu sisi mendengar hal-hal lain dari peserta didik
yang kesemuanya harus disaring Kembali.

Adapun hasil dari tindakan aksi nyata yang sudah dilakukan adalah :

a. Terbentuknya keyakinan kelas yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik bersama
walikelas.

b. Menguatnya karakter positif seperti religius Siswa yang beragama Islam mengikuti
kegiatan kultum setiap hari jumat dan bagi yang beragama Kristen, Khatolik dan Hindu
mengikuti kegiatan rohani.

c. Menguatnya karakter peduli terhadap teman yang membutuhkan dukungan
belajar.Hal ini ditunjukkan dengan menjadi tutor sebaya bagi temannya yang remedial.

d. Menguatnya karakter bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan baik tugas
mata pelajaran maupun yang berkaitan dengan kerapian dan kebersihan kelas.

e. Menguatnya karakter gotong royong. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran 100%
setiap kali diadakan gotong royong untuk membenahi kelas dan lingkungan sekolah.

f. Menguatnya karakter disiplin waktu yang ditunjukkan dengan tidak adanya catatan
terlambat masuk sekolah, disiplin dalam memakai masker dan disiplin dalam memakai
seragam sesuai hari.

g. Menguatnya karakter toleransi yang ditunjukkan dengan saling menghormati dan
menghargai teman yang berbeda agama, suku, ciri fisik dan gender.

h. Tumbuhnya karakter berdaya nalar kritis yang ditunjukkan dengan meningkatnya dari
minggu ke minggu siswa yang aktif bertanya, menjawab, berpendapat/berargumen.

i. Peserta didik sudah menunjukkan 5S

6. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Proses kegiatan aksi nyata ini belum semua dapat terlaksana sesuai dengan rancangan
karena kebijakan pemerintah untuk belajar dari rumah (WFH) masa pandemi Covid-19
dan PTM terbatas sehingga pembelajaran dilaksanakan secara daring.Rencana yang
awalnya sekolah akan mulai dibuka, ternyata PSBB diperpanjang karena kasus pandemic
covid -19 masih tinggi. Sehingga rencana tindakan aksi nyata belum dapat dilaksanakan
secara utuh sesuai dengan rancangan.

Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan aksi nyata dalam membangun
budaya positif ini adalah:

1. Pentingnya membuat keyakinan kelas untuk menumbuhkan motivasi internal pada diri
peserta didik.

2. Adanya dukungan dari dari berbagai pihak terkait, sarana dan prasarana yang memadai
sangat berkontribusi dalam usaha membangun disiplin positif.

3. Layanan restitusi dalam menyelesaikan permasalahan memfokuskan peserta didik
untuk belajar dari kesalahan, menuntun untuk melihat ke dalam diri, memperbaiki
hubungan, fokus pada karakter dan solusi.

Untuk menerapkan displin restitusi, seorang guru harus mampu memposisikan diri
sebagai manajer agar dapat membimbing siswa sehingga siswa mampu mengevaluasi diri
bagaimana menjadi diri sendiri yang lebih baik.
7. Rencana Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Rancangan aksi nyata ini akan diteruskan untuk menyambut tahun ajaran baru, kolaborasi
membuat kesepakatan kelas yang berpusat pada murid dengan beberapa konten atau isi
berisi aspirasi peserta didik. Tahapan refleksi akhir semester akan dijadikan acuan
pelaksanaan pembelajaran di semester berikutnya. Dengan mengagendakan kegiatan
sharing dan kolaborasi Bersama antar guru, teman sejawat, dan guru mata pelajaran,
walaupun masih terbatas.
Mengagendakan untuk mensosialisasikan budaya positif kepada semua pemangku
kepentingan. Mengimbaskan disiplin positif pada peserta didik, dan membiasakan selalu
komunikasi dua arah dengan peserta didik. Pembiasaan meminta aspirasi dari peserta

didik. Dan membiasakan memberi apresiasi terhadap kemajuan dan perkembangan
peserta didik atas pencapaiannya membudayakan budaya positif.
Perubahan yang akan dilakukan, mulai dari diri sendiri membudayakan 5 S, dan
menerapkan kedisiplinan dengan cara berkomunikasi dengan siswa secara dua arah.
Menerima dan memberikan aspirasi murid merdeka dalam menentukan daftar
kesepakatan belajar bersama. Dengan kontrol guru, semua menyepakati poin-poin
kesepakatan dan di tandatangani oleh masing-masing. Melakukan refleksi bersama atas
kesepakatan yang diberlakukan. Perubahan yang diharapkan akan dirasakan, mampu
berempati kepada siswa, karena lebih banyak mendengar daripada menginstruksikan,
lebih banyak menerima aspirasi ketimbang arahan-arahan yang tidak efektif.

8. Dukungan yang dibutuhkan.

Untuk menjalankan tindakan aksi nyata ini dibutuhkan dukungan:

 Kepala Sekolah dan rekan sejawat.
 Orang tua dan komite sekolah.
 Peserta didik.
 Masyarakat sekitar.
 Sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
 Media yang diperlukan

Dengan menjalin hubungan yang baik dan kemampuan berkomunikasi yang efektif dan
persuatif, maka saya yakin akan mendapatkan dukungan dari kepala sekolah, rekan
sejawat , pihak komite sekolah dan orang tua peserta didik serta masyarakat sekitar
dalam menjalankan tindakan aksi nyata dalam rangka menumbuhkan budaya positif di
sekolah.Sarana prasarana sekolah yang sudah memadai juga turut berkontribusi demi
terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif ini

9. Dokumentasi

proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto atau video singkat.

DOKUMENTASI
MODUL 1.4. AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

Di SD Negeri 01 Karanganyar

DOKUMENTASI
MODUL 1.4. AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

Di SD Negeri 01 Karanganyar

BUDAYA MEMBACA

DOKUMENTASI
MODUL 1.4. AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

Di SD Negeri 01 Karanganyar

BUDAYA 5 S BUDAYA 5 S

LINGKUNGAN SEKOLAH YANG KONDUSIF


Click to View FlipBook Version