e-MODUL:MORFOLOGI UMBUHAN
MATERI: Tata Letak Daun pada Batang
(Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)
PENULIS:
Dra AMINAH ASNGAD, MSi
DAFTAR ISI
Judul Hal
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... ... 2
PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 3
A. RUMUSAN CPMK…………………………………………………… 3
B. SUB CPMK…………………………………………………………… . 3
C. DESKRIPSI MATERI………………………………………………… 4
D. PEMBELAJARAN……………………………………………………. 4
1. TUJUAN PEMBELAJARAN…………………………………………. 4
2. URAIAN MATERI……………………………………………………. 4
3. RANGKUMAN……………………………………………………… 10
4. PENDALAMAN MATERI…………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 11
2
PENDAHULUAN
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UMS merupakan salah satu
institusi penghasil calon guru Biologi. Salah satu mata kuliah yang diajarkan adalah
Morfologi tumbuhan. Matakuliah Morfologi Tumbuhan merupakan matakuliah
yang memberikan pengalaman dan pembekalan dalam memahami struktur organ
tumbuhan.
Salah satu faktor penting untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan
biologi adalah ketersediaan buku ajar dan modul Materi bahan ajar. Modul Materi
ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan di atas, khususnya untuk mata
kuliah Morfologi Tumbuhan yang dirasa sangat diperlukan. Materinya disusun
sesuai kurikulum pendidikan tinggi, dan isi materi ini diadaptasi dari berbagai
sumber.
Modul materi ini disusun mencakup pokok bahasan sesuai dengan capaian
pembelajaran yakni Mahasiswa mampu menjelaskan mengidentifikasi tata letak
daun, rumus, bagan batang dan diagram batang serta menggambarkan morfologi
batang serta modifikasi batang dengan tujuan setelah mempelajari materi tata letak
daun pada batang maka dapat 1). Mengenal macam-macam duduk daun pada
batang, 2). Mengetahui rumus, bagan, dan diagram duduk daun pada batang.
A. Rumusan CPMK
Adapun rumusan CPMK yakni Mmahasiswa mampu mengidentifikasi tata
letak daun, rumus, bagan batang dan diagram batang serta menggambarkan
morfologi batang serta modifikasi batang untuk dapat diterapkan dalam
pembelajaran Biologi secara berkelompok maupun madiri dengan menggunakan
teknologi informasi sehingga mampu menunjukkan sikap religious
B. Sub CPMK
Adapun Sub CPMK nya yakni 1). mampu menjelaskan fungsi batang dan
membuat bagan batang serta diagram batang, 2).mampu mengidentifikasi tata letak
daun dan menentukan rumus daun.
3
C. Diskripsi Materi
Adapun Deskripsi dari materi tata letak daun pada batang adalah mahasiswa
mampu mampu mengidentifikasi tata letak daun, rumus, bagan batang dan diagram
batang serta menggambarkan morfologi batang serta modifikasi batang
D. Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi mempelajari materi tata letak daun pada batang
maka dapat 1). Mengenal macam-macam duduk daun pada batang, 2). Mengetahui
rumus, bagan, dan diagram duduk daun pada batang.
Uraian Materi
a. Tata Letak Daun pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)
Pola tata letak daun-daun satu sama lainnya pada batang disebut duduk
daun (filotaksis). Tata letak daun pada setiap jenis tumbuhan biasanya sama, oleh
karena itu dapat digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan
Berdasarkan jumlah daun yang terdapat pada setiap buku dari batang
dibedakan sebagai duduk daun tersebar, berhadapan, dan duduk daun berkarang.
Suatu daun dikatakan tersebar (Folia sparsa) bila pada setiap buku
batang hanya terdapat satu daun saja, misal daun kembang sepatu (Hibiscus rosa
sinensis).
Dikatakan duduk dan berhadapan bila pada setiap buku batang terdapat dua
daun yang berhadapan. Apabila pada buku berikutnya kedua daun yang terbentuk
membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya, sehingga dikatakan duduk
daun berhadapan - bersilang (follia opposita, folia decussata), misal pada tanaman
soka (Ixora javanica), mengkudu (Morinda citrifolia).
Dikatakan sebagai duduk daun berkarang (folia verticillata) bila setiap buku
batang terdapat lebih dari dua daun, misal oleander (Nerium oleander L). Daun
biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya, ada pula yang berjejal-jejal
pada suatu bagian pangkal batang atau pada ujung batang.
4
Buku-buku batang (nodus), merupakan bagian batang atau cabang batang
tempat duduknya daun. Buku-buku pada batang biasanya tampak membesar dan
melingkar batang seperti cincin, misalnya pada Bambu (Bombusa sp), Tebu
(Saccharum officinarum, L) dan semua jenis rumput.
Ruas (internodium), merupakan bagian batang antara 2 buku-buku.
Walaupun kadang buku-buku tak tampak jelas pada batang, namun tempat
duduknya daun tetap disebut buku-buku dan jarak antara 2 buku-buku dinamakan
ruas pula.
Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan mempunyai
perbedaan mengenai aturan letak daun satu sama lain pada batang. Aturan
mengenai tata letak daun tersebut disebut tata letak daun. Tata letak daun dapat
digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan karena tumbuhan yang sejenis
mempunyai tata letak daun yang sama.
Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih dahulu ditentukan
jumlah daun yang terdapat pada buku-buku yang kemungkinannya:
1) Satu Daun Pada Tiap Buku-buku
Pada tiap buku-buku hanya terdapat 1 daun saja, maka tata letak daun yang
demikian disebut tersebar (folia sparsa). Walaupun disebut tersebar namun jika
diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu tumbuhan batangnya
dianggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran-
5
lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun
merupakan suatu titik pada lingkaran tersebut.
Jika diambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan
bergerak mengikuti garis yang menuju titik duduk daun pada buku-buku batang di
atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, pada suatu saat
akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertikal di atas daun
pertama yang digunakan sebagai titik tolak (*titik awal duduk daun sampai titik
akhir duduk daun yang tepat pada suatu garis vertikal melewati beberapa daun).
Untuk mencapai 2 daun yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati
sebanyak “B” daun, berarti pada batang terdapat pula sebanyak “B” garis-garis
tegak lurus (garis vertikal) yang disebut ortostik. Garis spiral yang diikuti
melingkar batang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun berturut-
turut dari bawah ke atas, menurut urutan tua mudanya daun. Garis spiral ini
disebut spiral genetik.
Tercapainya daun yang tegak lurus dengan daun titik tolak garis spiral tadi
mengelilingi batang sebanyak “A” kali, dan jumlah daun yang dilewati
sebanyak “B” daun, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan
pecahan “A/B”, disebut rumus daun (divergensi).
Pecahan “A/B” dapat menunjukkan jarak sudut antara 2 daun berturut-
turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara 2 daun berturut-turut
pun tetap dan besarnya adalah A/B x besarnya lingkaran = A/B
x 3600 disebut sudut divergensi.
Pada berbagai jenis tumbuhan, pecahan “A/B” dapat terdiri atas pecahan:
1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Contoh: pecahan 1/3 mempunyai makna: tata letak
daun yang membentuk 1 ortostik, dimana untuk membentuk 1 ortostik tersebut
melewati 3 daun, dan 1 kali melingkar 3600.
6
Bagan:
3
2
1
0
Bilangan 1 = membentuk 1 ortostik = daun 0 sejajar vertical dengan daun 3 dengan
1 kali melingkar 3600.
Bilangan 3 = melewati 3 daun = daun ke-1, daun ke-2, daun ke-3 (daun ke-0 tidak
dihitung, sebagai titik awal) = jumlah garis tegak lurus
Diagram:
2 1
3
0
Bilangan 1 = ortostik pertama yang ditempati daun , tanpa melompati ortostik
berikutnya.
Bilangan 3 = melewati 3 daun = dimana ortostik menjadi jari-jari lingkaran
sejumlah daun yang dilewati.
7
Jumlah lingkaran = daun ke-0, daun ke-1, daun ke-2, daun ke-3 = 4 duduk daun.
Nb: Tata letak daun tersebar yang mengikuti rumus ½ biasa disebut duduk daun
berseling (folia distica), contoh: pohon Talok (Muntingia calabura).
Selain ortostostik, juga dikenal spirostik dan parastik. Spirostik adalah
ortostik yang memutar, dimana pertumbuhan batang tidak tegak lurus melainkan
memutar, sehingga mengakibatkan pertumbuhan daun yang memutar mengikuti
batang, daun akan menyerupai anak tangga yang memutar. Contoh: Costus
spesiosus
Parastik adalah ortostik yang terlihat memutar kekiri dan kekanan,
dikarenakan pertumbuhan daun yang sangat rapat mengakibatkan 1 daun dengan
daun didekatnya membentuk spiral kekiri dan kekanan secara bersamaan. Contoh:
Elaesis guineensis
2) Dua Daun Pada Tiap Buku-buku, dua daun pada setiap buku-buku letaknya
berhadapan (terpisah oleh jarak 1800). Pada buku-buku batang berikutnya
biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan 2 daun di bawahnya,
8
disebut berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata), contoh:
soka (Ixora paludosa).
3) Lebih Dari Dua Daun Pada Tiap Buku-buku, tata letak yang demikian
disebut berkarang (folia verticillata), contoh: alamanda (Allamanda
cathartica).
4) Roset (rosula)
a) Roset akar
Jika batang suatu tumbuhan sangat pendek, sehingga semua daun berjejal
diatas tanah dekat dengan akar, contoh: tapak liman (Elephantopus scaber).
9
b) Roset batang
Jika semua daun tumbuh berjejal pada ujung batang, contoh: kelapa (Cocos
nucifera).
2. Rangkuma.
Pola tata letak daun-daun satu sama lainnya pada batang disebut duduk daun
(filotaksis). Tata letak daun pada setiap jenis tumbuhan biasanya sama, oleh karena
itu dapat digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan
Berdasarkan jumlah daun yang terdapat pada setiap buku dari batang
dibedakan sebagai duduk daun tersebar, berhadapan, dan duduk daun berkarang.
Suatu daun dikatakan tersebar (Folia sparsa) bila pada setiap buku batang
hanya terdapat satu daun saja, misal daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis).
Dikatakan duduk dan berhadapan bila pada setiap buku batang terdapat dua daun
yang berhadapan. Apabila pada buku berikutnya kedua daun yang terbentuk
membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya, sehingga dikatakan duduk
daun berhadapan - bersilang (follia opposita, folia decussata), misal pada tanaman
10
soka (Ixora javanica), mengkudu (Morinda citrifolia). Dikatakan sebagai duduk
daun berkarang (folia verticillata) bila setiap buku batang terdapat lebih dari dua
daun, misal oleander (Nerium oleander L).
3. Pendalaman Materi
a. Buat rumus daun lima suku, diawali suku pertama 2/5
b. Buat bagan diagram bunga dengan rumus 3/8
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A. 1911, Flora van Java, N.V. Boekh, Visser & Co.
Gembong,Tjitrosoepomo, 2013.Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah Mada
University
11