The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul Praktikum Limnologi
Program Studi Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Mataram

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhammadsumsanto, 2022-11-24 03:41:29

Modul Praktikum Limnologi

Modul Praktikum Limnologi
Program Studi Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Mataram

Keywords: Limnologi

MODUL PRAKTIKUM LIMNOLOGI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MATARAM

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM LIMNOLOGI

MATA KULIAH : LIMNOLOGI

PROGRAM STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN : PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS : UNIVERSITAS MATARAM

Disahkan pada :

Tanggal : 14 November 2022
Di : Mataram

Ketua Program Studi Mataram, November 2022
a.n. Sekretaris Koordinator Dosen Pengampu

Dr. Salnida Yuniarti Lumbessy, S.Pi., M.Si. Nanda Diniarti, S.Pi., M.Si.
197706222006042002 198103052005012003

1

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
A. Prinsip Dasar.................................................................................................. 4
1. Faktor-Faktor Fisika Perairan .................................................................... 4
a. Suhu ....................................................................................................... 5
b. Cahaya dan Kekeruhan .......................................................................... 5
c. Kedalaman ............................................................................................. 6
2. Faktor-Faktor Kimia Perairan ..................................................................... 7
a. pH........................................................................................................... 7
b. Oksigen terlarut...................................................................................... 7
c. Karbondioksida bebas............................................................................ 8
d. Nitrogen ................................................................................................. 9
e. Fosfat ..................................................................................................... 9
3. Faktor-faktor Biologi Perairan................................................................. 10
a. Plankton ............................................................................................... 10
b. Bentos .................................................................................................. 10

2. METODOLOGI............................................................................................... 12
1. Parameter Fisika ...................................................................................... 12
a. Suhu ..................................................................................................... 12
b. Kecerahan ............................................................................................ 12
c. Kecepatan Arus.................................................................................... 12
2. Parameter Kimia...................................................................................... 12
a. Derajat Keasaman (pH) ....................................................................... 12
b. Oksigen Terlarut (DO)......................................................................... 13
c. Karbondioksida (CO2) ......................................................................... 13
d. Fosfat ................................................................................................... 14
e. Nitrat Nitrogen..................................................................................... 14
3. Parameter Biologi.................................................................................... 15
a. Plankton ............................................................................................... 15
b. Makroavertebrata Benthik ................................................................... 16
c. Ikan ...................................................................................................... 17
d. Tumbuhan Air...................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18

2

1. PENDAHULUAN

Limnologi merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal tentang perairan daratan,
yang mencakup pengetahuan tentang faktor-faktor abiotik (air dan tanah), biotik
(semua organisme yang hidup di dalamnya) serta interaksi yang terjadi di dalamnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan perairan daratan adalah suatu badan air yang ada di
daratan atau yang masih berhubungan dengan daratan, termasuk danau,waduk, rawa,
sungai dan bahkan estuari.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air tersebut harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk
hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi
mendatang (Nugroho, 2008 dalam Ali et al, 2013). Salah satu sumber air yang banyak
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya
yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai
juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian,
industri maupun domestik (Siahaan et al, 2011 dalam Ali et al, 2013).

Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat
baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam
bahan pencemar (Sofia et al., 2010 dalam Ali, 2013). Beberapa tahun terakhir ini,
kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar dalam kondisi tercemar, terutama
setelah melewati daerah pemukiman, industri dan pertanian (Simon et al, 2008 dalam
Ali, 2013). Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan
mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama
aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan
sungai (Priyambada et al., 2008 dalam Ali et al, 2013).

Sungai merupakan perairan yang mengalir karena kualitas airnya selalu berubah
dari waktu ke waktu atau bersifat dinamis. Soetjipto (1999:97) menyatakan
“Ekosistem air tawar memiliki kepentingan yang sangat berarti dalam kehidupan
manusia karena ekosistem air tawar merupakan sumber paling praktis dan murah untuk
memenuhi kepentingan domestik dan industri”. Oleh karena itu, sungai merupakan

3

salah satu tipe ekosistem perairan umum yang berperan bagi kehidupan biota dan juga
kebutuhan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti pertanian dan industri yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh aktifitas alam maupun aktifitas manusia di
Daerah Aliran Sungai (DAS) (Susanto et al, 2012).
A. Prinsip Dasar

Air menutupi lebih dari 70% permukaan bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia
air sangat penting dalam ekologi. Air merupakan media pengangkutan yang ideal
bagi molekul-molekul melalui tubuh organisme, karena air merupakan pelarut yang
kuat tanpa menjadi sangat aktif secara kimia. Tegangan permukaan air yang tinggi
menyebabkan pergerakan air melewati organisme, dan juga bertanggung jawab bagi
kenaikkan tinggi air tanah. Rapatan air yang nisbi tinggi tidak hanya mendukung
bobot tubuh secara sebagian maupun seutuhnya, namun juga memungkinkan
hadirnya organisme tersuspensi.

Habitat-habitat perairan dibagi dalam tiga kategori utama, yaitu sistem air
tawar, estuarin dan lautan. Walaupun habitat air tawar menempati sebagian kecil dari
permukaan bumi bila dibandingkan dengan habitat lainnya, namun mempunyai arti
yang sangat penting. Sebagai pelarut yang baik, air mengandung zat-zat kimia yang
terlarut di dalamnya. Penggunaan senyawa ini dalam aktivitas metabolik tumbuhan
dan hewan perairan menyebabkan perubuhan susunan kimiawi air, dengan
demikian pengetahuan

mengenai keadaan ini penting untuk memahami hubungan yang rumit antara
komponen- komponen biotik dan abiotik.

Badan air tawar dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu air diam seperti
kolam, danau, situ, rawa, telaga dan waduk serta air mengalir (sungai). Air diam
digolongkan sebagai sistem lentik sedangkan air mengalir disebut sistem lotik . Studi
mengenai air tawar dikenal sebagai Limnologi. Penelitian-penelitian badan air tawar
mencakup kajian sifat-sifat fisika dan kimia air, tumbuhan serta hewan yang hidup di
dalamnya serta tata cara mereka berinteraksi.
1. Faktor-Faktor Fisika Perairan

Suhu, pencahayaan (menetrasi cahaya matahari), kedalaman, substrat dasar
dan kekeruhan merupakan faktor fisika yang biasanya diukur dalam setiap kajian
perairan menggenang. Sifat-sifat fisika lainnya seperti daya apung, tekanan,

4

kekentalan dan tegangan permukaan tidaklah mudah untuk diukur namun demikian
memainkan peranan ekologi yang penting. Daya apung air dengan terjadinya
dorongan ke atas membantu hewan-hewan dan tumbuhan air untuk menopang
bobotnya sendiri dan karena air tidak dapat ditekan, maka tidak ada perubahan nyata
dalam rapatan air dengan bertambahnya kedalaman. Kekentalan air memiliki
hubungan terbalik dengan suhu. Perubahan- perubahan suhu dalam badan air
menyebabkan perubahan kekentalan air yang mempengaruhi kemampuan organisme
kecil untuk mempertahankan posisinya dalam air. Tegangan permukaan juga
merupakan faktor fisik yang sangat penting karena hewan- hewan bentik terutama
mikro dan makrozoobentos menggunakan untuk menopang dirinya pada lapisan
permukaan.
a. Suhu

Lapisan-lapisan suhu yang berbeda terdapat dalam habitat perairan.
permukaan air cenderung menjadi lebih cepat panas dibanding air di bawahnya.
Diantara kedua lapisan ini terdapat wilayah peralihan yang tipis yang dinamakan
Termoklim. Air di atas termoklin dinamakan epilimnion, sedangkan yang lebih
dingin yaitu yang berada di bawahnya disebut Hipolimnion.

Dalam setiap badan air yang besar dan dalam seperti danau atau waduk, kedua
lapisan suhu ini dapat berfungsi sebagai sistem-sistem yang benar-benar berbeda,
sehinggasangat penting untuk menggambarkan secara hati-hati wilayah suhu ini di
danau, waduk atau kolam yang besar dan dalam. Sesuai dengan anggapan bahwa
setiap kajian mengenai sistem air tawar harus melibatkan pengukuran suhu pada
berbagai kedalaman, untukmenentukan keberadaan termoklim.
b. Cahaya dan Kekeruhan

Banyaknya cahaya yang menembus perairan danau atau waduk dan perubahan
intensitas dengan bertambahnya kedalaman memegang peran penting dalam
menentukan produktivitas primer. Kedalaman cahaya yang menembus perairan
biasanya diukur denganmenggunakan secchi-disk, sedang intensitas cahaya diukur
dengan lux meter.

Cahaya dalam ekosistem perairan mempunysi pengaruh sangat besar karena
merupakan sumber energi untuk proses fotosintesis organisme berklorofil. Tumbuhan
dan fitoplankton merupakan produsen primer dan sumber nutrisi bagi zooplankton
dan hewan-hewan perairan lainnya. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam

5

hubungannya dengan distribusi dan tingkah laku zooplankton.

Penetrasi cahaya matahari kedalam perairan selain dipengaruhi oleh sudut
datang cahaya juga dipengaruhi oleh bahan-bahan tersuspensi. Turbiditas atau

kekeruhan dapat disebabkan oleh kandungan biota tersuspensi atau karena bahan
organik dan materi tanah yang terlarut di dalam air. Kekeruhan ini akan menyebabkan

munculnya batas-batas fotosintesis. Turbiditas atau kekeruhan dapat diukur dengan
turbidimeter portable atau dengan mengukur TSS (Total Suspended Solid).

c. Kedalaman
Kedalaman perairan menggenang sangat penting artinya bagi kehidupan

organisme. Kedalaman akan memberikan implikasi langsung dan tidak langsung

terhadap keberadaan dan sistem organisasi organisme. Berdasarkan kedalamannya

sistem perairan menggenang dibagi menjadi beberapa zona:
▪ Zona littoral

Bagian perairan dangkal dengan penetrasi cahaya matahari efektif menembus

sampai ke dasar perairan. Secara alami zona ini biasanya dihuni oleh tumbuh-
tumbuhan berakar seperti Azolla pinnata, Marsilea crenata, Nymphaea,

Ceratophylum, Myriophylum, Najas, Vallisneria dan juga beberapa phytoplankton
seperti Spirogyra, Zygnema, Navicula, Pinnularia, Anabaena, Oedogonium,

Hydrodictyon, Cladophora, Gloeotrica, Oscillatoria, Rivularia dll.

Konsumen zona ini hampir mencakup semua filum hewan perairan seperti

kelompok gastropoda, Crutacea, Bivalvia, Odonata, Zygopthera, Rotifera, larva

Chyronomidae, Anellida, Ephemeroptera, larva diptera, Isopoda, Coleoptera

penyelam, Hemiptera, Hydrophylidae, Haliplidae dan Corixidae. Beberapa

zooplankton yang sering ditemukan pada zona ini antara lain adalah beberapa

Cladocera, Copepoda, Ostracoda, Crustacea, Rotifera, Gyrinidae, Gerridaem dan

Vellidae. Zona limnetik


Zona perairan terbukan dan cahaya matahari menembus sampai dasar

perairan. Pada zona ini terdapat batas akhir cahaya matahari efektif dimanfaatkan

oleh organisme atau lebih dikenal sebagai ligh compensation level atau batas

kompensasi cahaya. Pada zona ini terdapat keseimbangan antara fotosintesis dan

respirasi artinya jumlah olsigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis juga pas habis

6

dipergunakan untuk respirasi.
Komunitas pada zona ini sebagian sama dengan zona littoral. phytoplankton

terdiri dari Euglena, Dinoflagellata dan Volvox dan beberapa genera sama dengan
pada zona littoral. Pada bagian perairan yang dalam pada kondisi tertentu sering
terjadi adanya perubahan dan perbedaan suhu yang ekstrim. Kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi (pergerakan arus aii ke atas) yang membantu
phytoplankton tetap berada dipermukaan perairan pada siang hari.

▪ Zona profundal
Berupa zona yang sangat dalam dan gelap gulita, karena cahaya matahari
efektiftidak sampai pada zona ini. Komunitas biota terdiri dari saprotrof atau
pengurai yang hidup dalam lumpur dan terdiri dari bakteri dan jamur. Sumber
makanan dan oksigen zonaini sangat tergantung dari zona diatasnya.
2. Faktor-Faktor Kimia Perairan
Beberapa faktor kimia perairan yang berperan penting dalam ekosistem perairan
antara lain adalah pH, gas terlarut, garam-garam an-organik, senyawa organik, BOD
biasanya diukur dalam setiap kajian ekologis suatu sistem perairan menggenang. Cara
sederhana yang memberikan perkiraan pengukuran maupun cara canggih untuk
memperkirakan secara sangat teliti dengan menggunakan alat yang mahal, telah
dikembangkan. Cara yang dipilih sangat tergantung pada sifat pekerjaan yang akan
dilakukan.
a. pH
Ion-ion hidrogen (asam) dan ion-ion hidroksil (basa) keduanya dihasilkan dari
pengisian air. dengan demikian, setiap perubahan konsentrasi salah satu ion ini akan
membawa perubahan dalam konsentrasi ion lainnya. Karenanya, suatu skala bilangan
yangdisebut skala pH digunakan untuk mengukur keasaman atau kebasaan air dan
bilangan tersebut menyatakan konsentrasi ion hidrogen secara tidak langsung.
pH di difinisikan sebagai logaritma dari resprokal aktivitas ion hidrogen dan
secara matematis dinyatakan sebagai pH = Log 1

H+ adalah banyaknya ion hidrogen dalam mol per liter larutan.
b. Oksigen terlarut

Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis
tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap melalui difusi langsung atau agitasi

7

permukaan air oleh angin dan arus. Jumlah oksigen yang terkandung dalam air
tergantung pada struktur komunitas, suhu, konsentrasi garam terlarut, dan intensitas
cahaya matahari. Dalam air tanpa gangguan vegetasi yang tebal, aktivitas fotosintesis
tumbuhan menghasilkan pertambahan jumlah oksigen terlarut, yang mencapai
maximum pada sore hari dan mencapai titik minimum pada pagi hari (titik kritis bagi
organisme aguatik). Kenaikan dan penerunan konsentrasi oksigen dalam sehari
dinyatakan sebagai pulsa oksigen. Oksigen berkurang dari badan air oleh adanya
pernafasan biota, penguraian bahan organik, masuknya air bawah tanah yang miskin
O2, adanya zat besi, dan kenaikan suhu. Gelembung gas lain melalui air juga secara
efektif menghilangkan oksigen terlarut. Penurunan oksigen terbesar terjadi pada saat
gabungan dari sebab-sebab tersebut terjadi secara serentak. Tumbuhan dan hewan air
menunjukkan adaptasi yang luas dalam memperoleh oksigen yang diperlukan, dan
untuk menyelamatkan masa kritis kekurangan oksigen.

Pemurnian diri suatu sistem perairan bergantung pada jumlah oksigen
terlarut yang memadai di dalamnya. Jika oksigen digunakan lebih cepat dari pada
yang digantikan,kualitas air akan menurun dan sampai batas tertentu air akan menjadi
kotor karena proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob. Proses ini akan
menghasilkan karbondioksida, metana, hidrogen sulfida dan senyawa organik sulfur
yang baunya tidak sedap. Hidrogen sulfida bereaksi dengan ion logam membentuk
endapan hitam yang mengapung sebagai buih di permukaan menghasilkan air yang
hitam.
c. Karbondioksida bebas

Karbon dioksida sangat mudah larut dalam air, namun hanya sedikit yang
berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam udara atmosfer sangat sedikit.
Selain itu dekomposisi bahan organik dan pernafasan tumbuhan dan hewan memberi
sumbangan pada karbondioksida yang sudah ada. Pergerakan air melalui vegetasi dan
tanah mengambil karbondioksida yang lepas dari udara-tanah. Karbondioksida
bergabung secarakimiawi dengan air membentuk asam karbonat yang mempengaruhi
pH air. Asam karbobat sebagian menghasilkan ion-ion hidrogen dan bikarbonat. Ion
bikarbonat terurai lebih lanjut membentuk lebih banyak ion hidrogen serta ion
karbonat. Lazimnya terdapat sekitar 0,5 ml/l karbondioksida dalam air dalam bentuk
larutan biasa, yang disebut seabagai karbon dioksida bebas. Sejumlah besar
karbondioksida berada dalam bentuk bikarbonat dan karbonat yang dikenal sebagai

8

karbondioksida gabungan, tetap atau terikat. Air dengan pH rendah, gabungan
karbondioksida diubah menjadi bentuk bebas. MendekatipH netral, hampir semua
karbondioksida berada sebagai karbonat. Jadi dengan bertambahnya anion-anion
bikarbonat dan karbonat, air cenderung menjadi bersifat basa dan cenderung menahan
perubahan ion hidrogen, ini disebut tindakan penyangga dan menyebabkan fluktuasi
pH yang umum dalam sistem air tawar, dengan demikian kebasaanair alam dapat
didefinisikan sebagai jumlah ion bikarbonat dan karbonat yang ada dalam larutan.
Karbondioksida, pH dan kebasaan saling berhubungan langsung, karena pH
bergantung pada karbondioksida bebas dan tingkat bikarbonat.

Fotosintesis tumbuhan air, agitasi air dan penyerapan menyeababkan
hilangnya CO2 dari badan air. Sering kali CO2 bebas terkumpul dalam jumlah
besar pada dasar kolam dan danau, sehubungan dengan penguraian bahan organik.
Kelebihan gas demikian akan naik ke permukaan sebagai gelembung dan gas hilang
ke udara.

Kandungan bikarbonat (HCO3-) dan karbonat, nilai pH dalam ekosistem
perairan dapat menunjukkan variasi. Variasi juga terjadi akibat aktivitas
fotosintesis tumbuhanyang menghasilkan CO2 bebas sepanjang malam. Pulsa pH
tertentu mempunyai hubungan terbalik dengan pulsa O2 yang juga dihasilkan dari
aktivitas metabolik yang sama, dan bertanggung jawab terhadap pulsa pH.
d. Nitrogen

Dalam kondisi dan jumlah tertentu nitrogen dalam ekosistem perairan dapat
menjadi faktor pembatas bagi organisme. Nitrogen dalam ekosistem perairan dapat
beradadalam bentuk amoniak, nitrit, nitrat dan urea. Sumber nitrogen dapat berasal
dari penguraian jaringan yang telah mati oleh bakteri, fiksasi oleh ganggang biru
sepertiAnabaena dan nostoc, limbah pertanian dari hasil pemupukan yang kemudian
terbawa aliran air dan masuk dalam waduk atau danau. Nitrogen di badan air
menggenang ditemukan melimpah dalam bentuk gas.
e. Fosfat

Fosfat dalam ekosistem perairan digunakan oleh phytoplankton untuk
pertumbuhan. Perairan kondisi kandungan fosfat rendah, phytoplankton akan
mengeluarkan enzim alkaline fosfatase yang akan mengikat fosfat bebas menjadi
fosfat organik. Sumber fosfat dalam perairan menggenang dapat berasal dari sungai
yang membawa fosfat dari erosi, limbah pertanian, rumah tangga dan limbah industri.

9

Fosfat dalam ekosistem perairan tidak diperlukan dalam jumlah yang besar
seperti oksigen, nitrogen maupun karbon, tetapi fosfat sering menjadi faktor pembatas
bagipertumbuhan plankton. Kondisi ini disebabkan karena fosfat dalam ekosistem
perairan tidak pernah ditemukan dalam bentuk gas sehingga tidak ada fiksasi seperti
pada nitrogen dan juga fosfat sangat reaktif membentuk ikatan yang kuat di dalam
substrat.

3. Faktor-faktor Biologi Perairan
a. Plankton

Plankton sebagai salah satu penyusun komunitas air, umumnya merupakan
makhluk mikroskopik, tidak bergerak (pasif) dan bergantung pada gerakan air,
misalnya arus. Secara garis besar plankton terdiri dari dua kelompok besar yaitu
phytoplankton dan zooplankton. Komposisi plankton berbeda antara satu habitat
perairan dengan habitat perairan lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal dan
juga dari musim ke musim. Variasi ini juga tergantung pada berbagai faktor antara
lain:kedalaman, suhu, pH, transparasi, turbiditas, dan ketersediaan sumber nutrisi

Pengkajian plankton mencangkup koleksi dan pendataan jenis. Fluktuasi
musim dan juga fluktuasi harian atau dapat juga antara pasang dan surut terutama di
daerah estuarin. Kajian komunitas plankton meliputi kelimpahan (abundance), nilai
penting, indeks dominansi dan keanekaragaman (deversity). Identifikasi plankton
sebaiknya sampai ke tingkat species. Keanekaragaman plankton dihitung dengan
menggunakan index keanekaragaman dari Shanon & Wiener, dengan rumus :

H1 = ( pi ln pi)
dimana : H1 = Indek keragaman jenis

pi = probability penting untuk tiap
species = ni/Nni = Jumlah individu
dari masing-masing species N =
Jumlah seluruh individu
b. Bentos
Nama benthos diberikan pada organisme penghuni dasar baik sungai, kolam,
danau, situ, telaga, waduk dan lautan. Menurut cara makannya bentos dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu pemakan penyaring (filter feeder) dan deposit
feder. Harus benar-benar dicamkan bahwa istilah besar mencakup substrat pada garis

10

pantai, demikian juga kedalaman dari setiap badan air. Kondisi untuk kehidupan akan
beragam tidak hanya pada kedalaman yang berbeda, namun juga sifat dan type
perairan serta sifat dan tipe substrat.

Danau-danau besar dikenal dua daerah utama yaitu daerah pelagik (terbuka)
dan wilayah bentik (dasar). Kolam dangkal dan tubuh air yang kecil tidak
memperlihatkan kewilayahan yang jelas dan seluruh zone (wilayah) dasar yang
demikian dikenal sebagai zona litoral. Perairan dalam maupun lautan, zone litoral
menunjukkan kanekaragaman yang besar dalam kondisi dasar air. Secara beragam,
wilayah dibagi lagi berdasarkan hubungan air atau zone pertumbuhan. Biasanya
daerah dari pinggir/ tepi air sampai batas akar tumbuhan dianggap sebagai zone
litoral. Daerah yang memanjang dari batas terendah akar tumbuhan sampai batas
penyusupan sinar dikenal sebagai zone sub-litoral. Setiap zone dalam wilayah litoral
memerlukan cara pengkajian dan pengambilan sampel dengan menggunakan
peralatan yang cocok.

11

2. METODOLOGI

1. Parameter Fisika
a. Suhu

Parameter kualitas air tentang suhu diukur dengan thermometer Hg. Bagian ujung
thermometer yang ber-Hg dimasukkan ke dalam perairan hingga seluruh bagiannya
masuk dalam badan air dan ditunggu beberapa saat sampai air raksa dalam
thermometer menunjuk atau berhenti pada skala tertentu. Kemudian dicatat angka
yang tertera di skala tersebut dalam satuan derajat Celcius (ºC). Pembacaan
thermometer dilakukan pada saat thermometer masih dalam air dan pada bagian air
raksa (thermometer) tidak sampai tersentuh oleh tangan secara langsung.
b. Kecerahan

Kecerahan perairan dapat diukur dengan keping secchi atau secchi dish. Secara
pelan-pelan secchi dish dimasukkan/diturunkan ke dalam air hingga batas kelihatan
atau batas tidak tampak pertama kali dan dicatat kedalamannya sebagai (D1).
Kemudian secchi dish dimasukkan lebih dalam lagi dan pelan-pelan ditarik kembali
ke permukaan sampai nampak pertama kali dan dicatat kedalamannya sebagai (D2).
Cara penghitungan tingkat kecerahan perairan dapat dilihat pada hal 13.
c. Kecepatan Arus

Kecepatan arus air dapat diukur dengan menggunakan benda yang melayang
dalam perairan. Benda yang dapat melayang atau berada di bawah permukaan air
biasanya botol plastik bekas air mineral (600 ml diisi air ±400 ml). Botol tersebut
diikat dengan tali rafia sepanjang 5 meter, kemudian dilepas ke perairan yang berarus.
Saat pertama kali benda tersebut bergerak merupakan awal mencatat lamanya waktu
benda tersebut bergerak. Ditunggu sampai panjang tali 5 meter itu habis dan dicatat
waktu tempuhnya. Cara penghitungan tingkat kecepatan arus dapat dilihat pada hal 13.

2. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH suatu perairan dapat diukur dengan menggunakan pH
paper atau menggunakan pH pen.
1. pH paper

12

Memasukkan pH paper ke dalam air sekitar 0,5 menit, dikibaskan sampai setengah
kering, kemudian dicocokkan perubahan warna pada pH paper dengan kotak
standart.
2. pH pen
Standarisasi dahulu pH pen sebelum dipakai dengan cairan pH standar.
Dimasukkan pH pen ke dalam air yang akan diukur kadar pH-nya kemudian
dilihat angka pada layar pH pen. Setelah dipakai segera standarisasi kembali.
b. Oksigen Terlarut (DO)
Kadar oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen suatu perairan dapat diukur dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Volume botol DO yang akan digunakan diukur dan dicatat.
2. Memasukkan botol DO ke dalam air yang akan diukur kadar oksigennya secara
perlahan-lahan dengan posisi miring, membelakangi arus dan diusahakan jangan
sampai terjadi gelembung udara.
3. Selanjutnya botol DO yang masih dalam perairan ditutup dan diangkat dari dalam
perairan.
4. Kemudian buka tutup botol yang berisi air sampel dan ditambahkan 2 ml MnSO4
dan 2 ml NaOH+KI lalu tutup kembali dan dibolak-balik sampai tercampur lalu
biarkan sekitar 30 menit hingga terbentuk endapan kecoklatan.
5. Filtrat (air bening di atas endapan) dibuang dengan hati-hati, kemudian endapan
yang tersisa diberi 1-2 ml H2SO4 pekat dan dikocok perlahan sampai endapan larut
(2 ml H2SO4 untuk volume botol ±250 ml dan 1 ml untuk volume botol ±150 ml).
6. Ditambahkan 3-4 tetes amylum, selanjutnya dititrasi dengan Na-thiosulfat
(Na2S2O3) 0,025 N sampai jernih atau tidak berwarna untuk pertama kali.
7. Volume Na-thiosulfat yang terpakai (ml titran) dicatat. Selanjutnya kadar oksigen
yang terlarut dalam perairan tersebut dapat dihitung sesuai dengan rumus pada
halaman 14.
c. Karbondioksida (CO2)
Kadar karbondioksida dalam perairan dapat diukur dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Memasukkan 25 ml air sampel ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1-2
tetes indikator PP.

13

2. a. Bila air berwarna merah muda berarti air tersebut tidak mengandung CO2
bebas.

b. Bila air tetap tidak berwarna setelah ditambahi PP, cepat titrasi dengan Na2CO3
0,0454 N sampai warna menjadi merah muda (pink) pertama kali.

3. Volume Na2CO3 yang terpakai (ml titran) dicatat. Selanjutnya kadar
karbondioksida dalam perairan tersebut dapat dihitung sesuai dengan rumus pada
halaman 14.

d. Fosfat
Kadar ortofosfat dalam perairan dapat diukur dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menuangkan 25 ml air sampel ke dalam erlenmeyer berukuran 50ml.
2. Menambahkan 1 ml ammonium molybdat ke dalam masing-masing larutan

standar yang telah dibuat dan dihomogenkan sampai larutan bercampur.
3. Ditambahkan 2 tetes larutan SnCl2 yang masih baru dibuat dan dihomogenkan.

Warna biru akan timbul (10-12 menit) sesuai dengan kadar fosfornya.
4. Memasukkan larutan (No.3) ke dalam cuvet.
1. Bandingkan warna biru air sampel dengan larutan standar, baik secara visual atau

dengan spektrofotometer (panjang gelombang 690 µm). Selanjutnya kadar
orthofosfat dalam perairan tersebut dapat dihitung sesuai dengan rumus pada
halaman 15.
e. Nitrat Nitrogen
Kadar nitrat nitrogen dalam perairan dapat diukur dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Menyaring 25 ml sampel dan dituangkan ke dalam cawan porselin.
2. Diuapkan diatas hot plate sampai kering hati-hati jangan sampai pecah dan
didinginkan.
3. Ditambahkan 1 ml asam fenol disulfonik, diaduk dengan pengaduk gelas dan
diencerkan dengan 10 ml aquadest.
4. Ditambahkan (dengan meneteskan) NH4OH sampai terbentuk warna. Encerkan
dengan aquadest sampai 25 ml. Kemudian dimasukkan dalam cuvet.
5. Bandingkan dengan larutan standar pembanding secara visual atau dengan
spektrofotometer (panjang gelombang 410 µm).

14

3. Parameter Biologi
a. Plankton

Plankton merupakan kumpulan organisme berukuran mikro, baik hewan maupun
tumbuhan. Kelompok biota ini hidup dalam air terapung secara pasif, sehingga dapat
hanyut. Kalupun ada yang dapat bergerak dengan organ atau mekanisme tertentu,
pergerakannya relatif lemah.

Prosedur Kerja di lapangan:
1. Ambil sampel air dari perairan dengan menggunakan ember bervolume 5 liter.
2. Saring air sampel dengan plankton net.
3. Ulangi prosedur 1-2 sebanyak lima kali.
4. Pindahkan sampel air yang tersaring ke dalam botol film.
5. Tambahkan pengawet sampel plankton, yaitu Lugol sebanyak satu tetes.
6. Tutup botol film dan beri label sesuai lokasi dan waktu pengambilan

sampel.
7. Amati jenis dan kelimpahan plankton di laboratorium dengan menggunakan

mikroskop.
Jumlah plankton (sel/liter) dihitung dengan persamaan :

N= nxAxCx1
B DE

Keterangan :
N : Jumlah total plankton (individu/ liter)
n : Jumlah rata-rata total individu plankton pada setiap lapang pandang.
A : Luas gelas penutup (20 mm X 20 mm)
B : Luas satu lapang pandang (Π x r2 mm, r adalah jari-jari lapang

pandang lensa objektif yang telah ditera dengan mikrometer okuler).
C : Volume air yang tersaring atau dikoleksi (ml)
D : Volume air 1 tetes (ml) di bawah gelas penutup (0,04 ml, 0,05 ml

atau 0,06 ml, tergantung pada ukuran gelas penutup yang dipakai)
E : Volume air yang disaring (liter).

15

b. Makroavertebrata Benthik
Makroavertebrata merupakan salah satu organisme akuatik yang hidup di dasar

perairan. Hewan ini ada yang seluruh hidupnya di air tapi tak jarang pula sebagian
hidupnya di air dan pada waktu dewasa hewan tersebut berada di darat, jenis yang
seperti ini biasanya didominasi oleh insekta. Insekta biasanya mendiami perairan yang
terang dan oligotropik daripada perairan terang tapi eutropik. Pada perairan yang
eutropik lebih didominasi oleh makroavertebrata benthik yang bukan insekta. Benthik
pada umumnya dibagi menjadi tiga ukuran yaitu makrobenthik (1000m),
mesobenthik (500-1000 m) dan mikrobenthik (<500 m).

Alat yang sering digunakan pada sungai yang memiliki dasar kerikil berpasir
adalah Jaring tangan/D frame-net dengan ukuran (20 x 30 cm, ukuran mata jaring 500
m). Adapun tekniknya adalah traveling kick-net sampling (Gambar 1), yaitu
mengaduk-aduk dasar sungai menggunakan kaki di sepanjang jalur yang
direncanakan. Untuk sungai yang memiliki substrat dasar yang halus yaitu terdiri dari
lumpur digunakan alat sampling berupa ekman grab.

B
A

Gambar 1. (A) Teknik traveling kick-net sampling. (B) Ekman grab.

Prosedur Kerja di lapangan:
1. Contoh makroavertebrata bentik diambil menggunakan jaring tangan dengan

mengkicking dasar perairan selama 3 menit untuk perairan dengan dasar kerikil
atau berpasir. Jaring dan orang sampling dihadapkan melawan arus sungai.

16

Perairan dengan substrat lumpur menggunakan ekman grab yang penggunaannya
harus tegak lurus agar ekman dapat tertutup rapat (1 x lemparan).
2. Setelah kicking 3 menit, sampel yang tesangkut pada jaring dimasukkan dalam
wadah plastik dan diawetkan dalam alkohol 70%. Wadah di plester pinggirnya agar
tidak tumpah dan jangan lupa diberi keterangan.
3. Sampel koleksi segara dibawa ke laboratorium untuk memisahkan antara kotoran
dengan makroavertebrata benthik.
4. Identifikasi makroavertebrata bentik sampai tingkat famili, bila memungkinkan
sampai tingkat genus atau species.
c. Ikan

Koleksi ikan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu mengkoleksi sendiri dengan
menangkap dengan alat jala maupun elektro fishing dan mewawancara pemancing
yang ada di sekitar perairan tentang ikan apa saja yang pernah tertangkap dan
merupakan ikan target. Ikan yang bisa dikoleksi di foto dan diawetkan dengan alkohol
70% dalam toples. Adapun cara mendokumentasi ikan seperti berikut.

Gambar 2. Cara dokumentasi ikan koleksi

d. Tumbuhan Air
Tumbuhan air cara mengkoleksinya hampir sama dengan ikan. Amati sekitar stasiun
dan ambilah sampel tumbuhan air yang di dapatkan. Dokumentasikan tumbuhan air
untuk bisa di identifikasi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Boyd, Claude E. 1998. Water Quality In Warmwater Fish Ponds. Auburn University:

Alobama.
Goldman, C.R. and Alexander, J.H. 1983. Limnology. McGraw-Hill Book

Company,Japan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
SNI. 1991. Standar Metode Pengukuran Kualitas Air. Badan Standarisasi Nasional.
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi keempat: Terjemahan Samingan

Tjahyono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

18

Data Hasil Pengukuran Kualitas Air

No Parameter Kualitas Air Kolam Hasil
. Sungai

1. Suhu

2. Kecerahan

3. Kecepatan arus

4. pH (Poisoning Hidrogen)

5. Oksigen Terlarut (DO)

6. Karbondioksida (CO2)

7. Fosfat

8. Nitrat Nitrogen

19

FORMAT LAPORAN

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sungai (Secara Umum)
2.2. Parameter Kualitas Air
2.2.1. Parameter Fisik (Suhu, Kecepatan Arus, Kecerahan, Kekeruhan substrat)
2.2.2. Parameter Kimia (pH, DO, Salinitas)
2.2.3. Parameter Biologi (Plankton/Perifiton/Makrozoobentos)

3. METODE
3.1. Tempat dan Waktu praktikum
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
3.2.2. Bahan
3.3 Skema Kerja/Prosedur Kerja
3.3.1. Prosedur Pengukuran karakteristik Perairan (Lebar, Kedalaman)
3.3.2. Proseur pengukuran kualitas air Fisika
3.3.3. prosedur pengukuran kualitas dan Kimia
3.3.4. Prosedur pengukuran kualitas air biologi

4. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Paramater Fisika
4.2 Parameter Kimia
4.3 Parameter Biologi
Menjelaskan pengaruh dari hasil parameter fisika, kimia dan biologi terhadap
perairan dan dihubungkan dengan organisme yang terdapat diperairan tersebut.

5. PENUTUP

20

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

21


Click to View FlipBook Version